WOC plasenta previa obsgyn

February 18, 2018 | Author: Anisha Puspa Melati | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

WOC plasenta previa obsgyn...

Description

LAPORAN KASUS

I.

IDENTITAS PASIEN Nama

: Ny. Ani Mulyani

Umur

: 31 tahun

Alamat

: Kp. Ciganok, Cilawu

Pendidikan

: SMP

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Kiriman dari : Bidan Daerah Setempat MRS

: 11 April 2013, pukul 03.20

RM

: 01592019

II.

ANAMNESIS Keluhan utama : Perdarahan dari jalan lahir Anamnesis khusus : G2P1A0 merasa hamil 8 bulan mengeluh pendarahan jalan lahir sejak 1 jam SMRS. Pendarahan banyak membasahi 1 kain panjang. Pendarahan ini bukan merupakan yang pertama kali. Keluhan tidak disertai nyeri perut. Mules – mules semakin sering dan bertambah kuat belum dirasakan ibu. Keluar cairan banyak dari jalan lahir belum dirasakan ibu, gerak anak masih dirasakan ibu. Riwayat penyakit jantung, paru, dan darah tinggi tidak ada. Riwayat merokok diakui sejak muda.

III.

KETERANGAN TAMBAHAN Menikah :

♀ ♂

: 19 tahun, SD, IRT : 25 tahun, SD, buruh

Anak I

: Lahir dengan spontan , aterm , 3200 gram , ♂

KB

: (-)

PNC

: 10x, ke bidan dan puskesmas setiap bulan

HPHT

: 5 September 2012

TP

: 12 Juni 2013

1|Page

Siklus IV.

: 28 hari, teratur

PEMERIKSAAN FISIK Status Praesens : Keadaan Umum Kesadaran

: Compos mentis

Tekanan Darah

: 120/80mHg

Nadi

: 80x/menit

Respirasi

: 16x/menit

Suhu

: 36,8 °C

Kepala

: Conjunctiva : anemis (-/-) Sklera

Leher Thoraks

: ikterik (-/-)

: Tiroid

: t.a.k

KGB

: t.a.k

: Cor Pulmo

: BJ I , BJ II , murni reguler . murmur(-) : VBS ki=ka . rh(-) wh(-)

Abdomen

: Cembung Lembut

Hepar

: Sulit dinilai

Lien

: Tidak teraba

Edema

: -/-

Varices

: -/-

Berat badan

:¿

Tinggi badan

:¿

V.

STATUS OBSTETRI Pemeriksaan Luar Fundus Uteri

: 32cm atas symphisis

Lingkar perut

: 88 cm

Letak anak

: Kepala , puka

BJA

: 136 - 140 x/menit

His

:-

2|Page

TBBA

: 1900 gram

Pemeriksaan Dalam, inspekulo V/V

: TAK

Fluksus

: positif

VI.

PEMERIKSAAN PENUNJANG 11-04-2013 03:41 Hematologi Darah Rutin Hb

: 11,0 gr/dL

Lekosit

: 8.700/mm3

Trombosit

: 378.000/mm3

Eritrosit

: 3,77 juta/mm3

Hematokrit

: 33%

VII.

DIAGNOSIS G2P1A0 gravida 33-34 minggu + Perdarahan Antepartum dengan susp. Plasenta previa

VIII.

3|Page

RENCANA PENGELOLAAN -

Rawat konservatif , pasang infus RL 20 gtt/menit

-

Nifedipin 3x20 mg

-

Dexametashone 2x5 gr IM

-

Rencana USG

-

Rencana SC , sedia darah

-

Observasi KU, TNRS, his, BJA

Observasi Tgl/jam

T

N

R

BJ

HIS

Perdarah

A

an

11/0413 04.00 05.00 06.00 07.00 08.00

Ket -infus RL 20gtt/mnt - Nifedipin 3x10 mg

120/80 110/70 110/70 110/70 110/70

80 80 80 80 80

20 20 20 20 20

142 140 143 144 144

-

+ + + + +

-

p.o - Dexametason 2x5 gr IM - foley kateter

Jam 08.00 : Dilakukan USG oleh dokter jaga Hasil USG

:



Hamil , Tunggal Hidup



Letak kepala



Usia kehamilan 32-33 minggu



TBBA : 1846 gram



Plasenta Menutupi OUI



Dx

: G2P1AO gravida 32-33 minggu + perdarahan antepartum

ec plasenta previa totalis Advice

:



Rawat Konservatif



Dexametasone 2x5 gr



Observasi TNRS , KU, HIS , BJA



Jika perdarahan meningkat --- SC cito

Jam 10.00 : Ibu tiba di ruang OK EMG. Dilakukan PL :

BJA : 140-144 x/mnt

Dilakukan PD :

v/v : tak P

4|Page

: tebal lunak

Ø

: 1 jari sempit

D/ G2P1A0 Gravida 33-34 minggu + Perdarahan Antepartum ec Plasenta Previa Totalis Jam 10.13

: Operasi dimulai (Akut)

Operator

: dr. Alif

Ass I

: Zr. Eka

Ahli Anastesi

: dr. Hayati sp.An

Jenis Anastesi

: spinal

Jenis Operasi

: SC + IUD

Jam 10:15

: Lahir bayi ♀ dengan meluksir kepala menarik kaki BB = 1800 gr PB = 41 cm

APGAR 1’= 3 5’=5

Disuntikan oksitosin 10 IU IM. Kontraksi baik. Pada eksplorasi lebih lanjut, tampak plasenta berinsersi di korpus depan dan meluas menutupi OUI Jam 10:17

: Lahir plasenta dengan tarikan ringan pada tali pusat B= 400 gr

Jam 10:35

Uk = 19x19x2 cm

: operasi selesai Perdarahan selama operasi : + 400 cc Diuresis selama operasi

: + 200 cc

D/ prabedah : G2P1A0 Gravida 33-34 minggu + Perdarahan Antepartum ec Plasenta Previa Totalis D/ pascabedah : P2A0 partus prematurus dengan SC a.i Plasenta Previa Totalis JO : SCTP + IUD Laporan Operasi: -

Dilakukan a dan antiseptik di daerah abdomen dan sekitarnya

-

Dilakukan insisi mediana inferior + 10 cm

-

Setelah peritonium dibuka tampak dinding uterus

5|Page

-

Plica vesica uterina diidentifikasi, di sayap konkaf ke arah pangkal ligamentum rotundum kiri dan kanan. Kandug kencing disisihkan ke bawah dan ditahan dengan retraktor.

-

SBR disayat konkaf bagian tengahnya, ditembus jari penolong, dan diperlebar ke kiri dan ke kanan secara tumpul

-

Jam 10.15 : lahir bayi ♀ dengan menarik kaki. BB: 1800 gr

PB : 41 cm

APGAR : 1’= 3 5’=5

disuntikan oksitosin 10 IU I.M. kontraksi baik. Pada eksplorasi selanjutnya tampak plasenta berinsersi di korpus depan meluas ke bawah menutupi OUE -

-

Jam 10:17 : Lahir plasenta dengan tarikan ringan pada tali pusat. 

Berat : 400gr



Ukuran : 15x15x2 cm

SBR dijahit 2 lapis, lapisan pertama dijahit jelujur interlocking, lapisan kedua dijahit secara overhecting matras.

-

Perdarahan dirawat, setelah yakin tidak perdarahan dilakukan reperitonialisasi dengan kandung kencing.

-

Abdomen dibersihkan dari darah dan bekuan darah.

-

Luka operasi dijahit lapis demi lapis, fascia dijahit dengan lexon II no.I, kulit dijahit subkutikular.

-

Perdarahan selama operasi : 400 cc

-

Diuresis selama operasi : 400 cc

D/ prabedah : G2P1A0 Gravida 33-34 minggu + Perdarahan Antepartum ec Plasenta Previa Totalis D/ pascabedah : P2A0 partus prematurus dengan SC a.i Plasenta Previa Totalis Jenis Operasi : SCTP + IUD

6|Page

7|Page

Follow up jaga 11/04/13

T : 118/71 mmHg

- Metronidazole 3x500 mg iv

Post OP

R : 20x/m

- Cefotaxime 2x1 gr iv

N : 80 x/mnt

- Kaptopren 2x1 supp

S : afebris

- Tirah baring 24 jam

ASI -/-

- Cek darah lengkap, HB

Abdomen datar lembut

- Observasi TNRS

PS/PP (-/-)

NT(-)

DM (-)

BU(-)

Perdarahan (+) TFU sepusat , kontraksi baik Luka Operasi : tertutup verband BAB/BAK (-/-) 12/04/13

Flatus (-) KU : CM

- Metronidazole 3x500 mg iv

POD I

T : 120/70 mmHg

- Cefotaxime 2x1 gr iv

R : 20x/m

- Kaptopren 2x1 supp

N : 80 x/mnt

- Mobilisasi

S : 37,6O C

- Test Feeding

ASI -/-

- Observasi TNRS

Abdomen datar lembut PS/PP (-/-) DM (-)

NT(-) BU(+)

Perdarahan (+) sedikit TFU 2 jbspt, kontraksi baik Luka Operasi : tertutup verband BAB/BAK (-/+) 13/04/13

Flatus (-) T : 120/70 mmHg

-Obat ganti oral

POD II

R : 20x/m

- Cefadroxil 2x500 mg

N : 80 x/mnt

- Asam Mefenamat 3x500 mg

S : afebris

- Metronidazol 3x500mg

8|Page

ASI +/+

- Lepas kateter

Abdomen datar lembut

- Lepas Infus

PS/PP (-/-)

- Mobilisasi

NT(-)

DM (-)

BU(+)

- Observasi TNRS

Perdarahan (-) TFU 3 jbspt, kontraksi baik Luka Operasi : tertutup verband BAB/BAK (-/+) 14/04/13

Flatus (+) T : 110/60 mmHg

- Cefadroxil 2x500 mg

POD III

R : 20x/m

- Asam Mefenamat 3x500 mg

N : 80 x/mnt

- Metronidazol 3x500mg

S : afebris

- Mobilisasi

ASI +/+

- Observasi TNRS

Abdomen datar lembut

- Ganti verband

PS/PP (-/-)

- BLPL

NT(-)

DM (-)

BU(+)

Perdarahan (-) TFU 3 jbspt, kontraksi baik Luka Operasi : kering terawat BAB/BAK (+/+) Flatus (+)

9|Page

PERMASALAHAN 1. Bagaimana mendiagnosis plasenta previa? 2. Apakah faktor resiko dari pasien ini ? 3. Bagaimana pengelolaan pada pasien ini? 4. Bagaimana fungsi kesehatan reproduksi pada pasien ini?

10 | P a g e

PEMBAHASAN Pendarahan Antepartum Definisi Perdarahan antepartum

adalah

perdarahan

pada

triwulan

terakhir

dari

kehamilan. Batas teoritis antara kehamilan muda dan kehamilan tua adalah kehamilan 28 minggu tanpa melihat berat janin, mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus. Perdarahan setelah kehamilan 28 minggu biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada sebelum kehamilan 28 minggu, oleh karena itu memerlukan penanganan yang berbeda. Pada setiap perdarahan antepartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta, karena perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan kelainan serviks tidak seberapa berbahaya. Komplikasi yang terjadi pada kehamilan trimester 3 dalam hal ini perdarahan antepartum, masih merupakan penyebab kematian ibu yang utama. Oleh karena itu, sangat penting bagi bidan mengenali tanda dan komplikasi yang terjadi pada penderita agar dapat memberikan asuhan kebidanan secara baik dan benar, sehingga angka kematian ibu yang disebabkan perdarahan dapat menurun. Jenis-jenis perdarahan antepartum Solusio Plasenta Definisi •

Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan plasenta dari implantasi normalnya (korpus uteri) setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum janin lahir. (9) .



Cunningham dalam bukunya mendefinisikan solusio plasenta sebagai separasi prematur plasenta dengan implantasi normalnya korpus uteri sebelum janin lahir .(1)



Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasi normalnya sebelum janin lahir, dan definisi ini hanya berlaku apabila

11 | P a g e

terjadi pada kehamilan di atas 22 minggu atau berat janin di atas 500 gram (2)

Klasifikasi •

Trijatmo Rachimhadhi membagi solusio plasenta menurut derajat pelepasan plasenta -

Solusio plasenta totalis, plasenta terlepas seluruhnya.

-

Solusio plasenta partialis, plasenta terlepas sebagian.

-

Ruptura sinus marginalis, sebagian kecil pinggir plasenta yang terlepas.



Pritchard JA membagi solusio plasenta menurut bentuk perdarahan -

Solusio plasenta dengan perdarahan keluar

-

Solusio

plasenta

dengan

perdarahan

tersembunyi,

yang

membentuk hematoma retroplacenter -

Solusio plasenta yang perdarahannya masuk ke dalam kantong amnion.



Cunningham dan Gasong masing-masing dalam bukunya mengklasifikasikan solusio plasenta menurut tingkat gejala klinisnya, yaitu:

12 | P a g e

-

Ringan : perdarahan 35 tahun, paritas yaitu pada multipara, endometrium yang cacat seperti : bekas operasi, bekas kuretage atau manual plasenta, perubahan endometrium pada mioma uteri atau polip, dan pada keadaan malnutrisi karena plasenta previa mencari tempat implantasi yang lebih subur, serta bekas persalianan berulang dengan jarak kehamilan < 2 tahun dan kehamilan ≥ 2 tahun. Menurut Mochtar (1998), faktor – faktor predisposisi plasenta previa yaitu: 1) Umur dan paritas Pada paritas tinggi lebih sering dari paritas rendah, di Indonesia, plasenta previa banyak dijumpai pada umur muda dan paritas kecil. Hal ini disebabkan banyak wanita Indonesia menikah pada usia muda dimana endometrium masih belum matang. 2) Endometrium yang cacat Endometrium yang hipoplastis pada kawin dan hamil muda, endometrium bekas persalinan berulang – ulang dengan jarak yang pendek (< 2 tahun), bekas operasi, kuratage, dan manual plasenta, dan korpus luteum bereaksi lambat, karena endometrium belum siap menerima hasil konsepsi. 3) Hipoplasia endometrium : bila kawin dan hamil pada umur muda. b. Faktor pendukung Menurut Sheiner yang dikutip oleh Amirah Umar Abdat (2010), etiologi plasenta previa sampai saat ini belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa teori dan faktor risiko yang berhubungan dengan plasenta previa, diantaranya : 1) Lapisan rahim (endometrium) memiliki kelainan seperti : fibroid atau jaringan parut (dari previa sebelumnya, sayatan, bagian bedah Caesar atau aborsi). 2) Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima hasil konsepsi. Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium. Menurut Sastrawinata (2005), plasenta previa juga dapat terjadi pada plasenta yang besar dan yang luas, seperti pada eritroblastosis, diabetes mellitus, atau kehamilan multipel. Sebab – sebab terjadinya plasenta previa yaitu : beberapa kali menjalani seksio sesarea, bekas dilatasi dan kuretase, serta kehamilan ganda yang memerlukan perluasan plasenta untuk memenuhi kebutuhan nutrisi janin karena endometrium kurang subur (Manuaba, 2001).

19 | P a g e

c. Faktor pendorong Ibu merokok atau menggunakan kokain, karena bisa menyebabkan perubahan atau atrofi. Hipoksemia yang terjadi akibat karbon monoksida akan dikompensasi dengan hipertrofi plasenta. Hal ini terjadi terutama pada perokok berat (lebih dari 20 batang sehari) Menurut penelitian Wardana (2007) yang menjadi faktor risiko plasenta previa yaitu: 1. Risiko plasenta previa pada wanita dengan umur 35 tahun 2 kali lebih besar dibandingkan dengan umur < 35. 2. Risiko plasenta previa pada multigravida 1,3 kali lebih besar dibandingkan primigravida. 3. Risiko plasenta previa pada wanita dengan riwayat abortus 4 kali lebih besar dibandingkan dengan tanpa riwayat abortus. 4. Riwayat seksio sesaria ditemukan sebagai faktor risiko terjadinya plasenta previa. Melahirkan dengan operasi caesar mengakibatkan parut di dalam rahim. Kejadian meningkat pada wanita yang sudah melakukan 2 kali atau lebih operasi caesar Penyebab implantasinya blastokis pada segman bawah rahim belum diketahui secara pasti. Namun teori lain mengemukakan bahwa yang menjadi salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi desidua yang tidak memadai, yang mungkin terjadi karena proses radang maupun atropi. Plasenta previa meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan yang endometriumnya kurang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau kurang baiknya vaskularisasi desidua. Keadaan ini bisa ditemukan pada : •

Multipara, terutama jika jarak antara kehamilannya pendek



Mioma uteri



Kuretasi yang berulang

20 | P a g e



Umur lanjut



Bekas seksio sesarea.

Patofisiologi Plasenta Previa Menurut Chalik (2002), pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trisemester ketiga dan mungkin juga lebih awal, oleh karena telah mulai terbentuknya segmen bawah rahim, tapak plasenta akan mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tapak plasenta terbentuknya dari jaringan maternal yaitu bagian desidua basalis yang tumbuh menjadi bagian dari uri. Dengan melebarnya istmus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka plasenta yang berimplantasi disitu sedikit banyak akan mengalami laserasi akibat pelepasan pada tapaknya. Demikian pula pada waktu servik mendatar dan membuka ada bagian tapak plasenta yang lepas. Pada tempat laserasi itu akn terjadi perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu ruang intervillus dari plasenta. Oleh sebab itu, perdarahan pada plasenta previa betapapun pasti akan terjadi oleh karena segmen bawah rahim senantiasa terbentuk Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu saat segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan. Pelebaran segmen bawah uterus dan servik menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahan tidak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak normal Pemeriksaan fisik -

Pemeriksaan luar, bagian tebawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul. Ada kelainan letak jain.

-

Pemeriksaan inspekulo, perdarahan berasal dari usteum uteri eksternum.

-

Penentun letak plasenta secara lansung baru dikerjakan jika fasilitas lain tidak ada dan dilakukan dalam keadaan siap operasi, disebut dalam pemeriksaan dalam meja operasi

21 | P a g e

Pemeriksaan diagnostic -

Anamnesis. Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu berlangsung tanpa nyeri terutama pada multigravida, banyaknya perdarahan tidak dapat dinilai dari anamnesis, melainkan dari pada pemeriksaan hematokrit.

-

Pemeriksaan Luar Bagian bawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul presentasi kepala, biasanya kepala masih terapung di atas pintu atas panggul mengelak ke samping dan sukar didorong ke dalam pintu atas panggul.

-

Pemeriksaan In Spekulo. Pemeriksaan bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari osteum uteri eksternum atau dari ostium uteri internum, adanya plasenta previa harus dicurigai.

-

Penentuan Letak Plasenta Tidak Langsung. Penentuan letak plasenta secara tidak langsung dapat dilakukan radiografi, radioisotope, dan ultrasonagrafi. Ultrasonagrafi penentuan letak plasenta dengan cara ini ternyata sangat tepat, tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan janinnya dan tidak menimbulkan rasa nyeri. (Wiknjosostro, 2005)

-

Pemeriksaan Ultrasonografi. Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan implantasi plasenta atau jarak tepi plasenta terhadap ostium bila jarak tepi 5 cm disebut plasenta letak rendah.

-

Diagnosis Plasenta Previa Secara Defenitif 

Dilakukan dengan PDMO yaitu melakukan perabaan secara langsung melalui pembukaan serviks pada perdarahan yang sangat banyak dan pada ibu dengan anemia berat, tidak dianjurkan melakukan PDMO sebagai upaya menetukan diagnosis.

Gambaran Kinik Pendarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan pertama dari plasenta previa. Perdarahan dapat terjadi selagi penderita tidur atau bekerja 22 | P a g e

biasa, perdarahan pertama biasanya tidak banyak, sehingga tidak akan berakibat fatal. Perdarahan berikutnya hampir selalu banyak dari pada sebelumnya, apalagi kalau sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan dalam. Sejak kehamilan 20 minggu segmen bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat dari dinding uterus. Pada saat ini dimulai terjadi perdarahan darah berwarna merah segar. Sumber perdarahan ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus perdarahan tidak dapat dihindari karena ketidak mampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan, tidak sebagai serabut otot uterus untuk menghentikan perdarahan kala III dengan plasenta yang letaknya normal makin rendah letak plasenta makin dini perdarahan terjadi, oleh karena itu perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini dari pada plasenta letak rendah, yang mungkin baru berdarah setelah persalinan mulai. Penatalaksanaan Terapi ekopektif Tujuan terapi ekopektif ialah supaya janin tidak terlahir premature, penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servikalis. Upaya diagnosis dilakukan secara non-infansif pemantauan klinis dipantau secara ketat dan baik. Syarat-syarat terapi ekopektif: -

Kehamilan preterm dan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.

-

Belum ada tanda-tanda inpartu.

-

Keadaan umum ibu cukp baik.

-

Janin masih hidup.



Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotic profilaksis.



Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui inplantasi plasenta, usia kehamilan, profil biofisik, letak dan presentasi janin.



Berikan tokolitik jika ada kontaraksi.

23 | P a g e

-

MgSO4 4 grm iv dosis awal dilanjutkan 4grm setiap 6 jam.

-

Betametason 24 mg iv dosis tunggal untuk pematangan paru janin.



Uji pematangan paru janin dengan tes kocok(bubble tes) dan hasil amniosentesis.



Bila setelah usia kehamilan diatas 24 minggu, plasenta masuh berada disekitar ostium uteri internum, maka dugaan plasenta previa menjadi jelas, sehingga perlu dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan gawat janin.

Terapi aktif 

Wanita hamil diatas 2 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan banyak, harus segera ditatalaksanakan secara aktif tanpa memandang maturnitas janin.



Untuk diagnosis plasenta previa dan menetukan cara menyelesaikan persalinan, setelah semua persyaratan terpenuhi, lakukan PDMO jika: -

Infuse atau tranfusi telah terpasang, kamar dan tim operasi telah siap.

-

Kehamilan ≥ 37 minggu (BB 2500 grm) dan inpartu.

-

Janin telah meniggal atau terdapat anomaly kongenital mayor (misal: anensefali).

-

Perdarahan dengan bagian bawah janin telah jauh melewati pintu atas panggul (2/5 atau 3/5 pada palpasi luar).

Cara menyelesaikan persalinan dengan plasenta previa adalah: 1. Seksio sesarea -

Prinsip

utama

dalam

melakukan

seksio

sesarea

adalah

untuk

menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tidak punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilaksanankan. -

Tujuan seksio sesarea. o Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera berkontraksi dan menghentikan perdarahan. o Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada serviks uteri, jika janin dilahirkan pervaginam.

-

Lakukan perawatan lanjut paska bedah termaksud pemantauan perdarahan, infeksi dan keseimbangan cairan masuk, keluar.

24 | P a g e

Komplikasi -

Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan, anemia karena perdarahan plasentitis, dan endometritis pasca persalinan.

-

Pada janin biasanya terjadi persalinan premature dan komplikasi seperti Asfiksi berat.

Insertio Velamentosa

Insertio velamentosa adalah insersi tali pusat pada selaput janin. Insersi velamentosa sering terjadi pada kehamilan ganda. Pada insersi velamentosa, tali pusat dihubungkan dengan plasenta oleh selaput janin. Kelainan ini merupakan kelainan insersi funiculus umbilikalis dan bukan merupakan kelainan perkembangan plasenta. Karena pembuluh darahnya berinsersi pada membran, maka pembuluh darahnya berjalan antara funiculus umbilikalis dan plasenta melewati membran. Bila pembuluh darah tersebut berjalan didaerah ostium uteri internum, maka disebut vasa previa. Vasa previa ini sangat berbahaya karena pada waktu ketuban pecah, vasa previa dapat terkoyak dan menimbulkan perdarahan yang berasal dari anak. Gejalanya ialah perdarahan segera 25 | P a g e

setelah ketuban pecah dan karena perdarahan ini berasal dari anak maka dengan cepat bunyi jantung anak menjadi buruk. Vasa previa Definisi Vasa praevia adalah komplikasi obstetrik dimana pembuluh darah janin melintasi atau berada di dekat ostium uteri internum (cervical os). Pembuluh darah tersebut berada didalam selaput ketuban (tidak terlindung dengan talipusat atau jaringan plasenta) sehingga akan pecah bila selaput ketuban pecah. Etiologi Vasa previa terjadi bila pembuluh darah janin melintasi selaput ketuban yang berada di depan ostium uteri internum. Pembuluh darah tersebut dapat berasal dari insersio velamentosa dari talipusat atau bagian dari lobus suksenteriata (lobus aksesorius). Bila pembuluh darah tersebut pecah maka akan terjadi robekan pembuluh darah sehingga terjadi eksanguisasi dan kematian janin. Patofisiologi Penyebab dari pendarahan vasa previa yakni adaya pembuluh darah janin melintasi selaput ketuban yang berada di depan ostium uteri internum. Dimana pembuluh darah tersebut berasal dari insersio velamentosa. Patofisologi pendarahan vasa previa disini hampir sama dengan etiologinya karena hampir semua berhubungan. Plasenta Sirkumvalata Selama perkembangan amnion dan korion melipat kebelakang disekeliling tepitepi plasenta. Dengan demikian korion ini masih berkesinambungan dengan tepi plasenta tapi pelekatannya melipat kebelakang pada permukaan foetal. Pada permukaan foetal dekat pada pinggir plasenta terdapat cincin putih. Cincin putih ini menandakan pinggir plasenta, sedangkan jaringan disebelah luarnya terdiri dari vili yang timbul ke samping, dibawah desidua. Sebagai akibatnya pinggir plasenta mudah 26 | P a g e

terlepas dari dinding uterus dan perdarahan ini menyebabkan perdarahan antepartum. Hal ini tidak dapat diketahui sebelum plasenta diperiksa pada akhir kehamilan.

27 | P a g e

1. Bagaimana mendiagnosis plasenta previa? Pada pasien ini : •

Dari anamnesa didapatkan : keluhan berupa perdarahan dari jalan lahir yang terjadi pada kehamilan trimester akhir (bulan ke-9), tanpa disertai nyeri dan perdarahan berulang.



Hasil Inspekulo menunjukkan adanya fluksus dari OUE



Hasil USG menunjukkan adanya plasenta previa totalis



Pemeriksaan dalam, yaitu pemeriksaan dalam dilakukan di atas meja operasi dan siap untuk segera mengambil tindakan. Tujuan pemeriksaan dalam untuk menegakkan diagnosa pasti, mempersiapkan tindakan untuk melakukan operasi persalinan.

2. Apakah faktor resiko dari pasien ini ? Pada pasien ini: Kemungkinan terbesar dari penyebab terjadinya plasenta previa adalah keadaan endometrium yang kurang baik akibat dari kebiasaan pasien yang merokok sejak muda. Zat dalam rokok menyebabkan perubahan inflamasi atau atrofi pada endometrium, misalnya pada wanita perokok atau pemakai kokain. Hipoksemi yang terjadi akibat karbon monoksida akan dikompensasi dengan hipertrofi plasenta. Hal ini terjadi terutama pada perokok berat (lebih dari 20 batang sehari). Endometrium yang kurang baik juga dapat menyebabkan zigot mencari tempat implantasi yang lebih baik,yaitu di tempat yang rendah dekat ostium uteri internum. Plasenta previa juga dapat terjadi pada plasenta yang besar dan yang luas, seperti pada eritroblastosis, diabetes melitus, atau kehamilan multipel keadaan endometrium menjadi kurang baik sehingga plasenta harus tumbuh menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan janin. Plasenta yang tumbuh meluas akan mendekati atau menutup ostium uteri internum.

28 | P a g e

3. Bagaimana pengelolaan pada pasien ini? Pada pasien ini : Dilakukan terminasi karena pasien sudah dalam kehamilan aterm dan parturien. Dipilih rencana seksio sesarea karena perdarahan yang banyak akibat plasenta previa totalis dan sesegera mungkin melahirkan janin sehingga uterus dapat segera berkontraksi dan menghentikan perdarahan. Serta menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada serviks uteri, jika janin dilahirkan pervaginam. Penderita juga harus diberikan antibiotik mengingat kemungkinan terjadinya infeksi yang besar disebabkan oleh perdarahan dan tindakan-tindakan intrauterin. Perlu diperhatikan bahwa sebelum melakukan tindakan apapun pada penderita plasenta previa, harus selalu tersedia darah yang cukup. 4. Bagaimana fungsi kesehatan reproduksi pada pasien ini? Haid

: normal

Hamil

: riwayat bekas SC pada pasien menjadi salah satu faktor yang

dapat menajdikan alasan kehamilan selanjutnya dilakukan tindakan SC . plasenta previa pada pasien ini dapat berulang pada kehamilan berikutnya Seksual

: pada kehamilan selanjutnya, hubungan seksual saat kehamilan

sangat tidak dianjurkan dikhawatirkan adanya perdarahan yang memicu ke arah plasenta previa totalis.

.

29 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA 1. Cunningham, F.G, et al.

2004. Williams Obsetrics 22nd edition. New York.

McGraw-Hill 2. Fadel, H.E. 1982. Diagnosis and Management of Obstetric Emergencies. California. Addison-Wesley publishing company : 193-213. 3. Thompson, William dan M. Ann Harper. 2002. Postpartum haemorrhage and abnormalities of the third stage of labour in Turnbull’s Obstetrics. 3rd ed. London. Churchill Livingstone. 619 – 632. 4. Sastrawinata, Sulaiman, et al. 2005. Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obstetri Patologi. Jakarta : EGC: 171 - 178. 5. Wijayanegara, Hidayat, et al. 2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi RS. DR. Hasan Sadikin. Bandung : Bagian Obstetri dan Ginekologi FKUP/RSHS. Hal 118 – 121 6. Obstetri Patologis, Edisi II. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1998; 279 7. Gasong MS, Hartono E, Moerniaeni N.

Penatalaksanaan Perdarahan

Antepartum. Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNHAS; 1997. 3-8.

30 | P a g e

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF