November 30, 2017 | Author: emmakusuma | Category: N/A
ANALISIS WIT’S dan ANALISIS PROFIL JARINGAN LUNAK BAB I PENDAHULUAN
Sefalometri merupakan analisis dan pengukuran yang dibuat pada sebuah sefalogram. Pemahaman mendalam mengenai osteologi kranio fasial yang kompleks merupakan syarat mutlak dalam mempelajari analisis sefalometri. Dalam radiografi sefalometri, terdapat titik-titik landmark untuk menganalisis hubungan kranio fasial. Landmarks adalah titik-titik yang dapat digunakan sebagai petunjuk dalam pengukuran atau dapat digunakan untuk membentuk garis dan bidang yang akan menjadi acuan dalam analisis sefalometri. Sefalometri yang ideal harus memiliki landmark yang letaknya mudah diketahui, memiliki relevansi anatomi, dan tidak dipengaruhi oleh proses pertumbuhan. Landmark sefalometri dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu; landmark yang terlihat pada sefalogram lateral dan yang terlihat pada sefalogram frontal. Sejak radiografi sefalometri diperkenalkan oleh Broadbent dengan mempergunakan alat berupa kraniostat, terdapat berbagai macam analisis yang digunakan oleh klinisi ortodonti. Analisis-analisis tersebut antara lain diperkenalkan oleh Bjork, Wylie, Down, Ballard, Riedel, Steiner, Ricketts dan Tweed. Semua analisis tersebut menghubungkan faktor skeletal dan dental , serta jaringan lunak. Salah satu metode yang mudah dan banyak dipergunakan untuk mengukur hubungan anteroposterior dari maksila dan mandibula adalah melalui sudut ANB, dimana metode ini diperkenalkan oleh Riedel dan digunakan pertama kali oleh Steiner. Interpretasi sudut tersebut dipengaruhi oleh tiga faktor yakni posisi anterposterior terhadap titik nasion, garis sella-nasion, dan efek rotasi dari rahang. Untuk mengeliminasi pengaruh ketiga faktor tersebut, maka Jacobson pada tahun 1975 memperkenalkan suatu metode yang dinamakan dengan metode Wit’s. Metode ini dinamakan seperti itu, karena penemunya berasal dari Universitas Witwaterstand, Afrika Selatan. Metode ini memerlukan gambaran tegak lurus dari titik A dan B pada maksila serta mandibula,dimana masing-masing terletak didataran oklusal. Dataran oklusal didefinisikan sebagai garis lurus yang melintasi tonjol mesiobukal gigi molar pertama dan tonjol bukal gigi premolar pertama.
Gambar 1. Titik AO dan BO yang dihasilkan dari garis tegak lurus titik A dan B ke dataran oklusal Jacobson meneliti 21 pria dewasa dengan oklusi yang baik. Rata-rata titik OB sampel tersebut berkisar 1 mm hingga ke titik OA. Simpangan rata-ratanya sebesar 1,17 mm dengan standar deviasi 1,9 (range -2 hingga 4 mm). Penelitian ini juga memakai sampel 25 wanita dewasa dengan oklusi yang baik pula, dimana hasil yang diperoleh secara umum sama dengan penelitian pada sampel pria. Simpangan rata-ratanya sebesar -0,10 mm dengan standar deviasi 1,77 (range -4,5 hingga 1,5 mm). Jacobson juga menemukan kasus dysplasia rahang klas II, dimana titik BO berada dibelakang titik AO (positif). Apabila hubungan rahang skeletal klas III, maka dalam metode Wit’s, nilai tersebut ditandai negatif karena titik BO berada lebih depan dari titik AO. Perawatan ortodonti memiliki tujuan untuk mencapai keharmonisan penampilan wajah. Riedel menyatakan bahwa tujuan utama dari perawatan ortodonti adalah kesempurnaan penampilan wajah termasuk fungsi, estetik yang ideal dan tetap mempertahankan penampilan wajah. Angle menyatakan bahwa apabila gigi geligi masih utuh dengan susunannya pada oklusi yang optimal, maka dianggap bahwa jaringan lunaknya juga dalam kedudukan yang harmonis. Akan tetapi Hellman menyatakan bahwa ada perbedaan antara keadaan normal pada jaringan lunak meskipun keadaan oklusinya normal. Pertama perlu dilakukan penilaian wajah pada pengukuran jaringan lunak, tetapi juga perlu memperhatikan ukuran normal bentuk jaringan lunak maupun perubahan-perubahan jaringan lunak karena pengaruh pertumbuhan serta perawatan yang akan dilaksanakan. BAB II ANALISA WIT’S
Kelainan anteroposterior yang paling sering ditemukan dalam kasus ortodonti adalah melakukan penilaian terhadap hubungan maksila-mandibula terhadap bidang horizontal. Hal ini memiliki nilai penting dalam diagnosis dan rencana perawatan ortodonti.
Agar dapat membandingkan posisi maksila dan mandibula, penting untuk mengetahui titik-titik atau dataran dalam radiograf sefalometri secara pasti. Bentuk skeletal selalu ditentukan secara sefalometrik dengan membandingkan hubungan maksila dan mandibula terhadap basis kranii serta melalui pengukuran sudut SNA dan SNB. Perbedaan antara dua pengukuran sudut ANB secara luas diklasifiksikan sebagai berikut :
1. Bila nilai ANB < 2° maka dikategorikan sebagai klas III 2. Bila nilai ANB 20 < ANB < 40 maka dikategorikan sebagai klas I 3. Bila nilai ANB > 40 maka dikategorikan sebagai klas II Walaupun asumsi nilai-nilai tersebut tidak sepenuhnya benar, tetapi teori yang menyatakan basis kranii diindikasikan dengan garis SN adalah dasar yang tepat untuk perbandingan titik A dan B sebagai dasar maksila dan mandibula. Variasi posisi nasion dapat juga mempengaruhi sudut SNA, SNB dan ANB. Bagaimanapun, variasi posisi sella tidak dipengaruhi oleh sudut tersebut. Jika SNA bertambah atau berkurang dari nilai rata-rata bisa disebabkan oleh discrepancy posisi maksila (titik A) atau nasion. Diperlukan analisis tambahan untuk membuktikan suatu disharmoni hubungan rahang secara lebih akurat. Menurut Bishara, titik A dan B tidak berubah secara signifikan seiring pertambahan usia. Kombinasi sudut ANB dan penilaian Wit’s merupakan bentuk metode yang akurat dalam menilai hubungan anteroposterior Analisis Wits adalah suatu metode atau alat bantu diagnosis yang memungkinkan pengukuran derajat keparahan disharmoni rahang dalam bidang sagital atau anteroposterior dari suatu film sefalometri lateral kepala. Analisa ini membandingkan mandibula dan maksila dengan dataran oklusal. Ada beberapa cara dalam menganalisa dataran oklusal, tetapi untuk analisis Wits, dataran oklusal ini diperoleh dengan cara menarik garis interdigitasi maksimum antar tonjol-tonjol gigi molar dan premolar. Pada gigi sulung digunakan acuan gigi molar yang diketahui berfungsi sebagai dataran oklusal. Rotberg dkk pada tahun 1980 menyatakan bahwa terdapat hubungan antara sudut ANB dengan nilai Wits, dimana pengukuran sudut ANB dapat digunakan untuk memprediksi nilai Wits : sudut ANB < 4o
nilai Wits positif / negatif.
sudut ANB 4o-8o
nilai Wits positif.
Tidak terdapat hubungan antara keduanya jika hasil pengukuran Wits negatif. Gambaran ini secara statistik signifikan walaupun tidak dapat dikatakan relevan secara klinis. Analisis Wits menggunakan konstruksi bidang oklusal untuk memproyeksikan titik A dan titik B dengan cara menarik garis tegak lurus masing-masing dari titik A (titik subspinal atau titik terdalam yang terdapat pada maksila, terletak di antara spina nasalis anterior dengan prosthion) ke bidang oklusal saat oklusi maksimal. Titik pertemuannya disebut titik AO, kemudian menarik garis tegak lurus masing-masing dari titik B (titik supramental atau titik terdalam pada mandibula, terletak antara infradental dengan pogonion) ke bidang oklusal juga, saat dalam posisi oklusi maksimal. Titik pertemuannya disebut titik
BO. Bidang oklusal ditentukan berdasarkan interdigitasi tonjol yang maksimum. BAB III TITIK DAN BIDANG DALAM ANALISIS WITS Adapun titik-titik yang digunakan dalam analisa Wit’s ini antara lain: 1. Titik A : titik yang paling cekung pada profil anterior maksila 2. Titik B :titik paling cekung pada permukaan anterior simfisis mandibula 3. Bidang Oklusal : adalah garis yang menggambarkan antara puncak tertinggi dari molar permanen dan premolar permanen atau molar susu pada gigi bercampur
titik
dalam
Dalam (Wits Appraisal), adalah titik yang cara membuat dari titik A dan B oklusal (Anasthasiou, 1995)
Gambar 2. Titiksefalometri taksiran Wits titik AO dan BO diperoleh dengan garis tegak lurus terhadap bidang
1. Variabel Normal Garis referensi horizontal adalah bidang/dataran oklusal fungsional Variabel dan Nilai normal pada wanita 0 mm dan pada laki-laki sebesar 1 mm. 2.
Penjelasan analisis Wits. Wits merupakan singkatan yang berasal dari Universitas Witwatersrand dan diperkenalkan oleh Jacobson. Metode ini digunakan untuk menganalisis kelainan rahang satu sama lain dalam bidang sagital atau antero-posterior. Caranya adalah dengan menarik garis tegak lurus masing-masing dari titik A dan B ke bidang oklusal saat oklusi maksimal. Titik pertemuan antara garis A dan B dengan bidang oklusal diberi nama AO dan BO. Pada oklusi normal, titik BO terletak lebih
kurang 1 mm di belakang AO pada laki-laki atau berimpit (0 mm) pada wanita. Pada kelainan skeletal kelas II, titik BO terletak jauh di belakang titik AO, sedangkan pada kelainan skeletal kelas III, titik BO terletak jauh di depan titik AO. Salah satu contoh kasus yang menggunakan analisa Wit’s akan dipaparkan dibawah ini. Contoh kasus ini dilakukan oleh Dr James Mangutz pada tanggal 7 Oktober 2003, dianalisis oleh DET (Digitize and Electronic Transfer) 330 Lochaven. Waterford, MI 48327
[email protected] (248) 830-0209. Pasien adalah anak laki-laki berusia 12 tahun yang didiagnosis memiliki masalah disharmoni skeletal klas II setelah dilakukan penilaian gambaran sefalometri menggunakan analisa Wit’s.
BAB IV ANALISIS PROFIL JARINGAN LUNAK
Perubahan-perubahan pada jaringan lunak yang terjadi dari waktu ke waktu apalagi dalam menentukan perawatannnya sangat sulit diprediksi. Beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan pada jaringan lunak antara lain karena pengaruh tindakan pergeseran ortodontik, bedah ortognathi, serta proses pertumbuhan jaringan keras maupun jaringan lunak. Perubahan jaringan lunak dipengaruhi oleh keadaan gigi geligi atau pergeseran skeletal atau karena faktor pertumbuhan, oleh karena itu sangat penting menggunakan metode penilaian ukuran penampilan jaringan lunak wajah dan menentukan batas-batas normal dari berbagai patokan ukuran jaringan lunak. 1. Analisis bibir Stainer Stainer menggunakan garis yang ditarik dari dagu ke titik tengah bentuk S yang terletak antara subnasal dan ujung hidung (garis S). Garis S tersebut pada ras Kaukasoid umumnya menyinggung bibir atas dan bawah. Jika kedua bibir melewati garis S maka oleh Hambleton (1964) dan Uesato (1978) dinyatakan sebagai wajah yang cembung. Chan (1972) melakukan penelitian pada orang Cina, nilai rata-rata jarak bibir atas terhadap garis Steiner adalah 0,8±1,9mm. Garis menurut Steiner tersebut garis S seperti terlihat pada gambar :
2. Analisis bibir Holdaway Holdaway (1983) menggunakan garis-garis analitik : Garis harmoni (garis H), yang ditarik dari dagu ke bibir atas (Pg’Ls) Garis fasial jaringan lunak, yang ditarik dari nasion ke dagu (N’Pg’) Garis fasial skeletal (N-Pg)
Garis Sella Nasion (S-N) Bidang Frankfurt (FHP)
Holdway menghubungkan sudut yang dibentuk oleh garis H dan dan garis NB dengan sudut ANB. Jika sudut ANB 1-30, maka sudut garis H harus sekitar 7-80, bibir bawah menyentuh garis H dan ujung hidung berjarak 9mm didepan garis referensi. Jika sudut ANB lebih besar atau lebih kecil dari 1-30 maka sudut H akan meningkat atau menururn sesuai dengan angka pada sudut ANB. Gambar :
3. Analisis modifikasi oleh Merrifield Merrifield memodifikasi analisis holdaway yang disebut dengan garis profil yang digambarkan dari pogonion pada jaringan lunak ke tonjolan bibir , umumnya bibir atas. Sudut antara garis profil dan frankfurt horizontal yang disebut sudut Z berukuran 900 pada orang dewasa. Merrifield mengukur bagian tulang pada dagu yang terletak di depan garis NB menuju pogonion dan juga jaringan lunak pada sisi yang sama. 4. Analisis Jaringan lunak Muzj’s Muzj menggunakan analisis profil jaringan lunak yang dikenal dengan sebutan “Muzj’s frontal facial angle” yang terdiri dari dua garis yang ditarik dari titik subnasal ke arah atas glabella dan ke arah bawah ke titik gnation. Muzj menggambarkannya dalam suatu garis horizontal yang menghubungkan garis subnasal dan titik bolton. Garis ini memoton sudut frontal wajah dan menentukan posisi anteriro dan posterior dari gnation. 5. Analisis Jaringan Lunak Ricketts Ricketts memperkenalkan suatu metode baru yang lengkap dalam menganalisa jaringan lunak. Ricketts memperkenalkan suatu garis estetik yang disebut garis-E yang menyentuh dagu dan hidung yang berjalan dari ujung hidung ke titik pogonion. Bibir merupakan kontur yang lurus dan dalam keadaan tertutup tidak boleh ada tegangan. Idealnya bibir bawah terletak 2mm dan bibir atas
terletak 4 mm di belakang garis E pada wanita dan sedikit lebih besar pada lakilaki karena bibir yang lebih tipis.
6. Analisis Jaringan Lunak Canut’s Canut memperkenalkan suatu analisis jaringan lunak yang meliputi hubungan antara prominensia hidung bibir dan dagu dan hubungannya dengan garis Sn dan Sm dan kedalaman sulkus nasolabial, yang disebut sigma estetik nasolabial dan mengukurnya diantara dua garis vertikal pada frankfurt horizntal melalui Sn dan Ls. Dalam beberapa literatur garis ini dikenal dengan nama garis Juanita yang diambil dari nama belakang Canut yaitu Juan. 7. Analisis Jaringan Lunak Burstone Burstone mempelajari posisi bibir dalam rencana perawatan. Garis yang dikenal dengan sebutan garis-B ditarik dari titik subnasale ke titik pogonion pada jaringan lunak dan menyimpulkan bahwa bibir atas terletak 3,5±1,4 mm dan bibir bawah terletak 2,2±1,6 mm di depan garis-B. Hubungan posisi bibir dan garis-B sangat penting dalam analisis jaringan lunak. Perubahan susunan gigi merubah posisi gigi dalam hubungannya dengan garis-B dan perubahan estetik secara keseluruhan. Ekstraksi harus dihindari dalam kasus retraksi gigi anterior yang menyebabkan retraksi bibir yang akang mengubah posisi bibir menjadi dibelakang garis-B. Legan dan Burstone menggambarkan suatu garis yang melalui titik subnasal yang menyentuh titik glabella dan garis dari titik subnasal dan titik pogonion. Sudut diantara kedua garis ini di bawah titik subnasal berukuran 11±40.
BAB V SIMPULAN Salah satu acuan pengukuran untuk menilai displasia rahang adalah dengan melihat sudut ANB. Hal tersebut berdasarkan acuan dataran kranial dan mencakup faktor lainnya, sehingga menghasilkan suatu interpretasi yang memuaskan dan terkadang tidak teramati. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain: 1. Posisi anteroposterior dari posisi nasion terhadap rahang 2. Efek rotasi mandibula terhadap dataran kranial 3. Efek rotasi garis sella nasion terhadap rahang Pengukuran lain untuk menilai disharmoni skeletal anteroposterior adalah dengan menggunakan analisa Wit’s. Acuannya adalah dataran cranial, tetapi umumnya menggunakan dataran oklusal gigi. Dalam membuat rencana perawatan ortodonti perlu diperhatikan, baik keadaan oklusi maupun keadaan jaringan lunak sebelumnya. Beberapa pakar mengajukan berbagai metode untuk mengukur keadaan jaringan lunak wajah dan juga mengusulkan ukuran baku dalam hal estetik penampilan.