Warrants Dan Convertibles - Kel 1 Stlh Uts
June 13, 2018 | Author: angella surya darma | Category: N/A
Short Description
ini maka;lalh sebelum uts...
Description
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Warrant diterbitkan oleh bank dan institusi-institusi keuangan yang diperdagangkan dalam pasar saham dengan tujuan agar investor tertarik membeli me mbeli obligasi atau saham yang diterbitkan emiten. Pada keadaan tertentu, misalnya pada saat suku bunga bank tinggi, tentu pemodal lebih suka menginvestasikan dananya ke bank, tentu memberatkan keuangan emiten. Sebaliknya, jika menerbitkan obligasi dengan bunga rendah, kemungkinan kurang laku. Agar obligasi berbunga rendah itu menarik bagi investor, obligasi disertai warrant. Obligasi koversi (convertible (convertible bond) adalah obligasi yang dapat ditukar atau diubah menjadi saham biasa atas kehendak pemegang saham obligasi pada kondisi yang telah ditentukan sebelumnya. Obligasi konversi sama dengan obligasi biasa ditambah hak untuk mengubah obligasi ke saham. Sama halnya seperti pemegang warrant pemegang , pemegang obligasi konversi dapat ikut menikmati kenaikan harga saham (capital (capital gain). gain). Mereka cenderung mempertimbangkan untuk mengubah obligasinya menjadi saham jika nilai atau harga saham perusahaan meningkat.
1
BAB II PEMBAHASAN
1. Warrants Warrants adalah sekuritas yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli saham sacara langsung dari perusahaan penerbitnya pada harga tertentu dan waktu yang telah ditentukan. Setiap warrants yang diterbitkan ditentukan jumlah saham yang dapat dibeli oleh pemilik warrants, exercise price, dan tanggal berakhirnya warrants. Karakteristik warrants: - Exercise price (x) Exercise price adalah harga yang tertera pada warrants. Pemegang saham dapat membeli sejumlah lembar saham pada harga saat ini. Pemegang warrant hanya dapat menggunakan haknya jika harga saham di pasar (S) lebih tinggi dari exercise price (X). Pada dasarnya hanya ada satu exrcise price pada suatu warrant. Namun demikian, ada juga warrant yang memiliki exercise perice yang semakin tinggi ( stepped-up exercise price). Misalnya, untuk warrant dengan maturity 10 tahun, untuk 5 tahun pertama exercise price -nya adalah Rp.10.000,- dan untuk 5 tahun kedua exercise price-nya naik menjadi Rp. 15.000,-. Stepped-up exercise price ini digunakan untuk mendorong pemilik warrant untuk segera menukarkan warrant-nya dengan saham jika nilai perusahaan meningkat dan diperkirakan akan terus meningkat. - Expiration date
Meskipun ada beberapa warrant yang tidak memiliki batas usia, pada umumnya warrant memiliki tanggal jatuh tempo. Misalnya warrant dengan usia 10 tahun, pemegang warrant ini hanya memiliki hak membeli saham pada harga yang telah ditetapkan selama 10 tahun. Jika selama 10 tahun tersebut harga saham (s) tidak pernah melebihi exercise price (x), pemegang warrant tidak akan pernah menikmati keuntungan dari exercise warrant. - Detachability
Meski dijual dengan obligasi atau sekuritas lainnya (attached), warrant dapat diperjual belikan secara terpisah dari sekuritas tersebut. Jadi pemodal memiliki alternative untuk menjual warrant sendiri, obligasi sendiri, atau kombinasi keduanya. Non-attachable warrant adalah warrant yang tidak dapat dijual secara terpisah. Warrant semacam ini hanya dapat dipisahkan dari sekuritas induk jika warrant di-ecercise (ditukar dengan saham). - Exercise ratio
Exercise ratio menyatakan berapa lembar saham yang dapat dibeli pada exercise price untuk satu lembar warrant. Misalnya exercise ratio 2 berarti 1 warrant dapat digunakan untuk membeli 2 lembar saham pada exercise price.
2
2. Perbedaan Antara Warrants dan Call Option
Dari sisi investor, warrant mirip dengan call option. Warrant sama seperti call option yaitu memberikan hak pada investor untuk membeli saham suatu perusahaan pada harga tertentu. Namun dari sisi perusahaan, warrant sangat berbeda dengan call option saham. Perbedaan paling penting adalah call option diterbitkan oleh investor dan ditransaksikan di antara perusahaan yang beredar. Warrant diterbitkan oleh perusahaan. Saat investor melaksanakan (exercise) warrant yang dimiliki, maka perusahaan wajib untuk menerbitkan saham baru sehingga akan meningkatkan jumlah saham perusahaan yang beredar. Saat investor melaksanakan call option yang dimilikinya maka tidak ada perubahan dalam jumlah saham yang beredar karena perusahaan yang sahamnya menjadi underlying asset dari call option tidak akan menerbitkan saham baru. Call option diperdagangkan antara investor ( tidak melibatkan perusahaan yang sahamnya menjadi underlying asset) ketika saat call option tersebut di-exercise, ada pihak yang memperoleh keuntungan dan pihak yang mengalami kerugian.
3. Penilaian Warrants dan Model Black-Scholes
Salah satu model yang terkenal untuk menghitung nilai pasar dari opsi adalah model harga opsi Black-Scholas (Blacks-Scholas Option Pricing Model) yang dikembangkan oleh Fisher Black dan Myron Scholes di tahun 1973. Penilaian opsi dari Black-Scholas ini dimaksudkan untuk opsi Eropa. Dalam penilaian warrant ada dua faktor yang akan menyebabkan perhitungan menjadi rumit, Pertama adalah kemungkinan adanya pembayaran deviden, dan kedua aspek dilution (pengeceran). Sama sepertii pembeli opsi call maka pembeli warrant tidak akan memperoleh deviden kalau saham yang dikaitkan dengan warrant tersebut membayarkan deviden. Dengan demikian maka konsep opsi call juga berlaku untuk warrant. Kondisi demikian maka konsep opsi call juga berlaku untuk faktor dilution. Penerbitan warrant akan menyebabkkan selisih harga warrant yang akan dibayar oleh para pemodal dengan harga teoritisnya menjadi lebih kecil. Asumsi yang digunakan dalam model black-scholes adalah sebagai berikut 1. Saham yang dihubungkan dengan opsi tidak pernah membayar dividen selama umur dari opsi 2. Tidak ada biaya transaksi untuk membeli dan menjual opsi saham nya 3. Tingkat suku bunga bebas resiko ( Risk Free Interest) konstan selama umur opsi 4. Pembeli saham dapat meminjam pinjaman jangka pendek dengan tingkat suku bunga bebas resiko
3
5. Penjualan jangka penek (short selling) diijinkan dan penjual pendek akan menjual sahamnya dengan harga pasar saat itu. 6. Opsi hanya dapat digunakan (exercise) pada saat jatuh tempo 7. Pasar likuid dan perdagangan semua sekuritas dapa terjadi terus menerus 8. Harga pasar saham-saham bergerak secara acak Pembagian deviden tunai cenderung menurunkan nilai waran. Dalam jangka pendek pembagian deviden akan menurunkan nilai saham karena ada sebagian keuntungan yang dikeluarkan oleh perusahaan. Deviden adalah hak pemegang saham atau pemilik perusahaan sedangkan pemegang waran bukanlah pemilik perusahaan sehingga tidak berhak atas deviden. Hal ini merugikan pemegang call option atau waran yang selalu mengharapkan nilai saham naik agar dapat melakukan exercise untuk memperoleh keuntungan. Dilution effect (efek pengenceran) cenderung menurunkan nilai teoritis waran. Pemegang waran harus selalu ingat bahwa jika ia melakukan exercise waran, ia akan menerima sejumlah lembar saham baru sehingga jumlah lembar saham perusahaan akan bertambah. Di lain pihak perusahaan juga akan menerima dana baru dari sejumlah exercise price waran. Masalahnya adalah bahwa exercise price ini lebih kecil dari harga pasar saham perusahaan (karena pemegang waran hanya akan melakukan exercise waran jika ia dapat membeli saham baru di bawah harga pasar). Kita bisa mendapatkan perkiraan untuk nilai warrant menggunakan versi modifikasi dari Black-Scholes:
Gain from exercising a Single call
Gain from exercising a single warrant Firm value net of debt exercise price -
Exercise price
Value Of share of stock after warrant exercise
Gain from exercising a single warrant Value of share
firms value net of debt X
Value of share after warrants is exercise
- Exercise price value of share of stock 4
4. Obligasi Konversi ( Convertibles bonds) a. Pengertian obligasi konversi
Obligasi konversi atau yang dikenal juga dengan nama convertible bond , adalah suatu jenis obligasi yang dapat dikonversikan menjadi saham dari perusahaan penerbit obligasi dan biasanya pada rasio pertukaran yang sudah ditentukan terlebih dahulu pada penerbitan obligasi tersebut. Obligasi konversi merupakan sekuriti hibrida yaitu suatu sekuriti yang terdiri dari dua unsur yaitu utang dan ekuitas. Penerbitan obligasi dari sisi penerbit (dalam hal ini perusahaan) pada dasarnya merupakan penerbitan surat hutang. Istilah yang biasa digunakan oleh pelaku pelaku dalam obligasi konvesi, yakni “IOU” (I OWE YOU : SAYA BERHUTANG KEPADA ANDA), artinya perusahaan dengan menjual dan menerima dana obligasi, menyatakan bahwa pembeli atau investor surat hutang tersebut, menjadi kreditur perusahaan (penerbit obligasi konversi), dan perusahaan berhutang dengan syarat dan kondisi sebagaimana tertuang dalam perjanjian surat hutang tersebut kepada pihak investor atau pembeli surat hutang tersebut. Obligasi ini pada umumnya merupakan surat hutang jangka panjang. Walaupun jenis obligasi ini merupakan jenis obligasi hibrida, biasanya obligasi konversi ini memiliki tingkat suku bunga kupon yang rendah dimana pemegang obligasi diangap telah menerima kompensasi berupa suatu kesempatan untuk menukarkan atau mengkonversikan obligasinya dengan saham biasa dengan harga yang lebih rendah dari harga saham tersebut di pasaran. Dari sisi penerbit obligasi konversi maka keuntungan yang diperolehnya yaitu pembayaran bunga yang lebih rendah, namun sebagai kompensasi keuntungan tersebut maka penerbit juga akan mengalami dilusi saham sewaktu pemegang obligasi melakukan konversi obligasinya ke saham baru. Obligasi konversi, awalnya murni sebagai surat hutang dengan kewajiban pada perusahaan untuk melakukan pelunasan pokok pinjaman dan pembayaran kupon bunga secara periodik, kemudian ditambahkan fitur, dimana dalam bentuk obligasi konversi. Fitur ini berarti obligasi diterbitkan dengan memberikan hak untuk mengkonversi ke dalam saham biasa Perusahaan penerbit obligasi konversi kepada pemegang atau investor obligasi tersebut. Dapat dikatakan obligasi semacam ini mengandung “written call option” yang diterbitkan oleh perusahaan dan dibeli oleh investor. Adapun fitur-fitur yang biasanya ditambahkan ke obligasi konversi meliputi: 1) Zero-Coupon Bonds, dimana pengalihan atas instrumen dimaksud tidak diberlakukan pembebanan bunga melainkan dengan tingkat diskonto tertentu. 2) Mandatorily Convertible Bonds dimana konversi hutang menjadi saham wajib dilakukan berdasarkan syarat yang diatur menurut perjanjian pengeluaran convertible bond. Syarat tersebut dilakukan pada saat 5
jatuh tempo pembayaran seluruhnya (ketika kreditur berhak meminta hal itu), atau bisa juga atau tanggal dimana debitur wajib melaksanakan pembayaran hutang seluruh dan seketika karena satu dan lain hal. 3) Non-Mandatorily Convertible Bonds, konversi hutang menjadi saham tidak wajib dilakukan. b. Faktor Penyebab Perusahaan Menerbitkan Obligasi Konversi
Perusahaan yang menerbitkan obligasi konversi memberikan petunjuk terkait mengapa obligasi ini lebih digunakan dibandingkan obligasi biasa atau saham biasa. Berikut ini dipaparkan faktor-faktor yang mendorong perusahaan menerbitkan obligasi konversi: 1) Adanya matching cash flows Yaitu menyelaraskan arus kas. Arus Kas harus pertama-tama dilihat terlebih dahulu. Banyak keputusan pembiayaan dan investasi, akan selalu didorong motivasinya oleh profil arus kas yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut (hipotesa atau teori ModiglianiMiller) terkait struktur kapital. Munculnya aspek pajak dalam teori M&M yang memiliki pengaruh atas pemilihan penerbitan surat hutang atau saham biasa, adalah adanya penghematan arus kas pajak yang dibayarkan ke kantor pajak, yang sekarang bisa dinikmati oleh penyedia kapital. 2) Sinergi Resiko (Synergy Risk) Obligasi konversi atau obligasi dengan waran tentunya lebih menarik bagi investor. Hal ini disebabkan obligasi konversi mengandung “asuransi” yaitu, walaupun memang belum tentu akan dikonversi, namun, kalau kondisi bisnis atau arus kas perusahaan tidak terlalu baik di kemudian hari (artinya bisnis yang dijalankan perusahaan terbukti memilik resiko yang lebih tinggi daripada yang diperkirakan), pemegang obligasi konversi (invesotr) tetap dapat meminta pengembalian penuh atas nilai nominal obligasi tersebut pada saat jatuh tempo. Sebaliknya, kalau ternyata bisnis dan arus kas perusahaan terbukti naik tinggi (artinya bisnis yang dijalankan perusahaan terbukti memilik resiko yang lebih rendah daripada yang diperkirakan), maka pemegang obligasi konversi dapat ikut “berpartisipasi”, dengan menukar obligasi tersebut menjadi saham biasa. 3) Biaya Agensi (Agency Cost) Pembiayaan dari pihak eksternal, yang merupakan financial contracting (artinya perusahaan mengadakan kontrak keuangan dengan pihak eksternal) akan memunculkan isu biaya agensi antara pemegang saham perusahaan dan pihak kreditur perusahaan. Dengan demikian dapat memunculkan konflik kepentangan antara pemegang saham perusahaan di satu pihak, dan pemegang surat hutang perusahaan (yaitu pihak kreditur) di sisi lainnya. penerbitan Obligasi Konversi bisa menjembatani konflik kepentingan ini 6
mengingat adanya komponen Ekuitas dan Liabilitas dalam paket Obligasi Konversi yang memungkinan Obligasi Konversi berpola lebih mirip Hutang pada satu titik waktu dan berpola lebih mirip Ekuitas pada titik waktu lainnya. Dan kalaupun kemungkinan terjadi transfer nilai kekayaan dari pihak kreditur ke pihak pemegang saham, jumlah ini tidak akan sebesar kalau diterbitkan obligasi biasa. Dengan demikian, penerbitan Obligasi Konversi bisa mengurangi biaya agensi. 4) Adanya Backdoor Equity Yakni pembiayaan ekuitas tidak langsung. perusahaan kemungkinan mendapatkan bahwa Obligasi Konversi merupakan titik temu yang menarik antara konsekuensi informasi negative terkait penerbitan saham biasa (ingat teori “Signaling Information” seputar IPO perusahaan) dan kemungkinan terjadinya tekanan keuangan bagi perusahaan dalam hal surat hutang diterbitkan. Situasi ini relevan bagi perusahaan perusahaan yang baru tumbuh dan kecil, namun memiliki prospek bisnis yang baik di kemudian hari. c. Jenis-jenis Obligasi Konversi Adapun jenis-jenis obligasi konversi terdiri dari: - Obligasi tukar (exchangeable convertibles) suatu obligasi dimana saham yang menjadi aset dasar obligasi tersebut merupakan saham dari perusahaan yang berbeda dari perusahaan penerbit obligasi. - Obligasi wajib konversi (Mandatory convertibles) obligasi jangka pendek dan biasanya memiliki imbal hasil tinggi yang wajib dikonversikan menjadi saham biasa berdasarkan harga pasaran yang berlaku pada saat konversi. - Obligasi konversi bersyarat atau lebih dikenal dengan istilah (contingent convertibles [co-co]) merupakan obligasi konversi dengan persyaratan bahwa investor hanya diperkenankan untuk melakukan konversi obligasinya menjadi saham perusahaan apabila harga saham yang berlaku di pasar modal mencapai persentase tertentu di atas harga konversi. - Obligasi konversi saham preferen (convertible preferred stock) seperti obligasi biasa namun memiliki peringkat senioritas lebih rendah dalam struktur permodalan. d. Valuansi dalam Obligasi Konversi Harga pasar dari obligasi konversi ini tidak pernah akan jatuh di bawah nilai intrinsik atau nilai hakikinya. Nilai intrinsik adalah perhitungan jumlah saham yang dikonversi pada nilai par dikali dengan nilai sekarang dari harga pasar saham biasa. Dari sudut pandang valuasi maka
7
suatu obligasi konversi memiliki dua aset yaitu obligasi dan warran dimana penilaian obligasi konversi memerlukan suatu asumsi dari: 1) Gejolak pergerakan harga saham yang menjadi aset dasar obligasi konversi untuk memperkiranan opsi keuangan (nilai opsinya). 2) Penyebaran kredit atas porsi pendapatan tetap yang memengaruhi profil kredit perusahaan dan peringkat dari konversi pada struktur permodalan. Gejolak pergerakan atau dikotomi kredit ini merupakan praktik standar guna melakukan suatu proses penilaian terhadap konversi. Suatu metode sederhana yang digunakan untuk melakukan penilaian atas suatu obligasi konversi adalah dengan menggunakan nilai kini (present value) dari bunga ke depan (future) dan pembayaran pokok utang (prinsipal) termasuk biayanya dan ditambah dengan nilai kini dari waran. Namun metode ini mengabaikan beberapa realitas pasar termasuk prediksi suku bunga dan penyebaran kredit dan tidak memperhitungkan fitur konversi yang populer seperti hak beli penerbit obligasi, hak jual pemegang obligasi serta penyesuaian kurs konversi. Fitur ini digunakan oleh model penilaian yang cukup populer seperti "binomial dan trinomial trees". Pihak investor atau pembeli obligasi konversi bersedia menerima tingkat kupon bunga yang lebih rendah daripada suku bunga obligasi standar atau obligasi biasa hanya karena adanya fakta bahwa pihak penerbit obligasi konversi juga memberikan kepada investor atau pembeli obligasi tersebut sebuah option yang bernilai atas saham biasa perusahaan penerbit, yaitu kemungkinan untuk turut menikmati kenaikan bisnis dan arus kas perusahaan penerbit, dimana kepemilikan saham pemegang saham perusahaan penerbit akan terdilusi. Atau dengan kata lain, “keuntungan” oleh pemegang obligasi konversi adalah melalui dilusi atau terjadinya transfer nilai dari ekuitas pemegang saham lama ke pemegang saham baru (yang terjadi melalui penukaran obligasi konversi kedalam saham biasa perusahaan penerbit). Menilik harga pasar obligasi konversi, maka sepanjang semua transaksi berjalan mengacu ke harga pasar, perbedaan harga pasar Obligasi Konversi dan nilai pasar dari obligasi biasa adalah harga yang akan dibayar oleh pihak investor atau pembeli Obligasi Konversi untuk fitur “call option” atau “hak untuk menukarkan ke dalam saham biasa perusahaan penerbit”, dan harga ini tentunya akan harga yang wajar (fair price). Baik pihak perusahaan penerbit maupun pihak investor atau pembeli obligasi konversi tidak dapat mengambil “keuntungan yang bersifat gratis”. Tentunya bagi perusahaan penerbit obligasi konversi dalam pasar yang efisien, obligasi konversi tersebut tidak dapat dilihat sebagai bentuk pembiayaan perusahaan yang lebih rendah biayanya dibandingkan penerbitan saham biasa atau memperoleh pinjaman kredit dari lembaga keuangan atau menerbitkan obligasi biasa. e. Conversi rasio dan harga konversi
8
Conversi Rasio adalah rasio yg menunjukkan berapa lembar saham yg dapat diperoleh dng menukarkan 1 lembar obligasi. Misalnya ,conversion ratio 2 berarti setiap lembar obligasi dapat ditukar dng 2 lembar saham baru perusahaan. Conversi Ratio = Jumlah lembar saham 1 lembar obligasi. Conversi rasio akan berubah jika terjadi stock split serta stock deviden. Jika terjadi stock deviden dimana 1 saham memperoleh 1 saham baru atau terjadi stock split dimana satu lembar saham dipecah menjadi dua saham akan berakibat pd conversion ratio menjadi dua kalinya. f.
Conversion Price
harga perolehan selembar saham pd saat terjadi perubahan dari obligasi menjadi saham (conversion). Pada saat konversi ,pemegang obligasi menyerahkan obligasinya utk memperoleh sekian lembar saham yg telah ditentukan. Dengan demikian pemegang obligasi kehilangan hak untuk memperoleh nilai nominal obligasi . Hak tsb telah ditukar dng ‘X’ lembar saham. Jadi, ‘harga atau nilai perolehan dr setiap lembar saham adl nilai nominal obligasi dibagi dng jumlah lembar saham yg diberikan. Convertion Price = Nominal obligasi yang ditukarkan jumlah saham yang diterima
g. Manfaat Obligasi Konversi
Pada dasarnya, obligasi konversi akan mendatangkan keuntungan bagi pihak-pihak yang terlibat dalam obligasi ini, baik investor maupun perusahaan penerbit. - Investor Bagi investor obligasi konversi ini lebih aman dibandingkan dengan investasi pada saham preferen ataupun saham biasa. Obligasi konversi ini dapat diperdagangkan secara short, sehingga melemahkan nilai pasar suatu saham dan menimbulkan kemungkinan bagi pemegang obligasi untuk mendapatkan saham lebih banyak dengan cara menjual short. Cara ini dikenal sebagai pembiayaan spiral kematian (death spiral financing). - Perusahaan Penerbit Sweetener hypothesis (Hipotesa Pemanis) Obligasi konversi bagi perusahaan penerbitnya merupakan pinjaman yang berbiaya “lebih rendah” dibandingkan pinjaman kredit, karena tingkat kupon bunga lebih rendah. - Deferred Equity Hypothesis (Hipotesa Penerbit Saham yang Ditunda) Jika kinerja bisnis dan arus kas perusahaan naik dengan baik, dan akhirnya obligasi konversi tersebut ditukar menjadi saham biasa perusahaan penerbit, maka dalam hal ini perusahaan penerbit obligasi konversi telah dapat menjual saham biasanya pada “harga premium” di atas harga pasar saham biasa mereka pada saat penerbitan obligasi konversi.
9
5. Nilai Convertible Bonds
Nilai Obligasi konversi tebagi menjadi tiga komponen yakni : 1. Straight Bond Value Harga obligasi jika tidak dapat dikonversikan ke saham biasa. Harganya bergantung pada tingkat bunga pasar dan resiko. Straight bond value adalah nilai minimum obligasi. 2. Conversion Value Nilai obligasi jika langsung dikonversikan ke dalam saham biasa pada harga tertentu. Conversion value = Number Of Shares of commons stock X current Price
Obligasi konversi tidak dapat dijual lebih kecil dari con version value. Obligasi konversi minimal harus memiliki dua nilai yakni straight bond dan conversion value.
Convertible bond Floor value
Conversion value
Straight bond value
Stock Price
Straight bond value < Conversion value
Straight bond value > Conversion value
3. Option Value Merupakan selisih antara straight bond value dan conversion value Convertible bond Floor value
Conversion value
Straight bond value Option value
Stock Price
10 Straight bond value Conversion value
11
6. Alasan Menerbitkan Warrants dan Convertibles
Alasan penerbitan warrants dan convertible dapat dilihat dari dua kondisi : - Convertible debt vs straight debts a. Kupon bunga obligasi lebih kecil dibandingkan dengan kupon bunga tanpa fitur konversi karena investor mengharapkan untuk memperoleh keuntungan yang potensial dari fitur konversi. Misalnya, kupon bunga obligasi tanpa fitur konversi sebesar 10% sedangkan kupon bunga obligasi konversi adalah 9% b. Perusahaan akan lebih menguntungkan apabila menerbitkan obligasi konversi jika harga saham diperkirakan akan turun. Keuntungan untuk perusahaan penerbit obligasi konversi adalah kupon bunganya lebih rendah -
Convertible debts vs common stock a. Perusahaan lebih baik menerbitkan obligasi konversi dibandingkan dengan menerbitkan saham jika saham di masa depan naik. b. Jika harga saham di masa depan turun sehingga tidak akan cukup untuk membuat pemegang obligasi konversi untuk menukarnya dengan saham, maka penerbitan saham akan lebih menguntungkan Kondisi perbandingan convertible bounds dengan instrumen pendanaan lain :
Convertible bonds dibandingkan dengan straight bounds
Common stock
Jika perusahaan terus mennerus memburuk Tidak ada konversi karena harga saham rendah. Convertible bonds memberikan pendanaan yang murah karena memberikan bunga yang lebih rendah.
Jika perusahaan terus menerus membaik Konversi karena harga saham tinggi. Convertible bond memberikn pendanaan yang mahal karena obligasi aka dikonversi dan menimbulkan efek dilusi dalam ekuitas.
Convertible bonds adalah Convertible bond pendanaan yang mahal memberikan pendanaan karena perusahaan akan yang murah karena memperoleh pendnaan lebih perusahaan menerbitkan banyak jika menerbitkan saham pada harga yang saham karena harga tinggi ketika obligasi sahamnya lebih tingga saat dikonversi. diterbitkan
12
7. Mengapa Perusahaan Menerbitkan Warrants dan Convertibles?
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan yang menerbitkan obligasi konversi berbeda dengan perusahaan yang tidak menerbitkan obligasi konversi : - Rating obligasi perusahaan yang menerbitkan obligasi konversi lebih rendah dari
perusahaan lain - Obligasi konversi cenerung digunakan untuk perusahaan kecil pertumbuhan dan rasio leverage yang tinggi - Obligasi konversi biasanya memiliki posisi subordinated tidak dijamin
dengan
tingkat
Alasan perusahaan menerbitkan warrants dan convertible : 1. Matching cash flow Jika biaya pendanaan mahal, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang sesuai dengan arus kasnya. Perusahaan yang masih baru, banyak resiko dan masih bertumbuh lebih memilih untuk menerbitkan convertible bond atau obligasi dengan warrants untuk menurunkan baiya bunga. 2. Risk synergy Obligasi konversi dan obligasi dengan warrants dapat melindungi dari kesalahan dalam melakukan evaluasi atas risiko karena memiliki dua komponen yakni straight bond dan call option untuk saham. Jika perusahaan adalah perusahaan yang risikonya rendah straight bond akan memiliki nilai yang tinggi sedangkan call option memiliki nilai yang rendah. Jika perusahaan adalah perusahaan yang memiliki risiko tinggi straight bond akan memiliki nilai yang rendah sedangkan cal option akan memiliki nilai yang tinggi. 3. Agency cost Obligasi konversi dapat menyelesaikan masalah keagenan yang berhubungan dengan upaya pencarian pendanaan. Pemegang obligasi menginginkan perusahaan menjalankan aktivitas-aktivitas yang berisiko rendah, sedangkan pemegang saham menginginkan aktivitas aktivitas yang berisiko tinggi. Jika konflik ini tidak dapat diselesaikan, maka perusahaan lebih baik melakukan pwndanaan dengan menerbitkan obligasi konversi yang memiliki sisi liabilitas dan ekuitas. 4. Backdoor equity Teori dasarnya adalah perusahaan baru, kecil yang memiliki pertumbuhan tinggi, namun tidak mudah menerbitkan utang karena adanya financial disstress cost tetapi pemilik perusahaan tidak ingin menerbitkan saham jika harga sahamnya rendah. Obligasi konversi dapat menjadi solusi untuk memperoleh pendanaan.
13
8. Kebijakan Konversi
Saat obligasi ingin dilunasi oleh penerbitnya, pemegang saham memiliki waktu 30 hari untuk: 1. Mengkonversikan obligasi menjadi saham biasa dengan conversion rasio 2. Tidak mengkonversikan dan menerima kas untuk pelunasan obligasi. Jika nilai konversi lebih rendah dari call price, maka lebih baik tidak mengkonversi obligasi ke saham. Sebaliknya, jika nilai konversi dari obligasi lebih besar dari call price, dinamakan force convertion, maka dikonversi. Pemegang obligasi menyukai pemegang saham untuk menarik obligasi saat nilai obligasi di pasar dibawah harga penarikan (call price) karena pemegang saham akan memberikan nilai lebih kepada pemegang obligasi. Untuk memaksimalkan nilaipemegang saham dan meminimalkan nilai pemegang obligasi syaratnya adalah : menarik obligasi jika nilai obligasi = call price.
14
BAB III SIMPULAN
Warrants adalah sekuritas yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli saham sacara langsung dari perusahaan penerbitnya pada harga tertentu dan waktu yang telah ditentukan. Sedangkan obligasi koversi (convertible bond) adalah obligasi yang dapat ditukar atau diubah menjadi saham biasa atas kehendak pemegang saham obligasi pada kondisi yang telah ditentukan sebelumnya. Meskipun warrant dan obligasi konversi nampak mirip dari segi penyedia kesempatan bagi pemegang obligasi untuk ikut menikmati capital gain, ada dua perbedaan utama antara keduanya. Pertama, jika obligasi konversi diubah menjadi saham, hutang perusahaan dihilangkan dan beban biaya bunga berkurang, sedangkan saat warrant ditukar menjadi sejumlah saham, hutang dan beban bunga tidak berubah. Kedua, jika obligasi konversi diubah menjadi saham, tidak ada dana baru yang masuk ke perusahaan, yang terjadi sekedar perubahan status dari hutang menjadi modal sendiri. Sedangkan saat warrant ditukar sejumlah saham, ada dana baru yang masuk ke perusahaan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Atmaja, Lukas Setia. Teori & Praktik Manajemen Keuangan. 2008. Jakarta: Penerbit Andi Houston, dan Brigham. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi 10 – Buku 2. 2006. Jakarta: Selemba Empat Ikatan Akuntansi Indonesia. Manajemen Keuangan Lanjutan. 2015. Jakarta Pusat: IAI
16
View more...
Comments