Walker Company Profit Plan Decision

October 20, 2017 | Author: Astryd Tresnanty | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Walker Company Profit Plan Decision...

Description

Makalah Akuntansi Manajemen Lanjutan Proses Penyusunan Anggaran Kasus: Walker Company Profit Plan Decision

Oleh: Kelompok III

Astrid Tresnanty

(1607611011)

Putu Mega Surya Pangastuti

(1607611013)

Putu Diah Krisna Junitasari

(1607611015)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2017

Proses Penyusunan Anggaran Latar Belakang Anggaran merupakan suatu kegiatan yang penting bagi perusahaan. Dalam anggaran, perusahaan menganggarkan biaya-biaya yang akan dikeluarkan untuk tindakan-tindakan yang akan dilakukan pada periode mendatang. Anggaran juga dapat dipergunakan sebagai alat pengendalian, untuk melihat apakah kegiatan-kegiatan perusahaan sudah berjalan sesuai dengan rencana. Permasalahannya dalah anggaran merupakan suatu alat manajemen yang sudah ada sejak lama sekali. Buku pertama mengenai anggaran ditulis oleh James O. McKinsey pada tahun 1922, dengan demikian konsep anggaran sudah hampir berusia 100 tahun. Permasalahannya apakah konsep anggaran yang dikemukakan pada tahun 1922 tersebut masih bisa diterapkan untuk kondisi sekarang, dimana situasi bisnis yang dihadapi pada kedua era tersebut sama sekali berbeda.

Arti dan Tujuan Penyusunan Anggaran Anggaran merupakan rencana jangka pendek perusahaan yang bersifat kuantitatif. Biasanya periode anggaran adalah satu tahun. Terdapat perbedaan yang mendasar antara anggaran, rencana (plan), target dan forecast. Target merupakan suatu tujuan yang ingin dicapai perusahaan. Misalkan, perusahaan menginginkan target Return on Equity sebesar 20%. Untuk mencapai target tersebut perusahaan harus membuat rencana tindakan (plan). Anggaran adalah biaya yang diperlukan untuk menjalankan rencana (plan) tersebut sehingga target dapat tercapai. Kebanyakan proses penyusunan anggaran perusahaan dimulai pada bulan September, dan dibutuhkan sekitar tiga atau empat bulan untuk menyusun anggaran tersebut. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, anggaran disusun berdasarkan asumsi apa yang akan terjadi pada periode mendatang, misalkan asumsi mengenai tingkat inflasi, kurs dollar dan sebagainya. Masalahnya adalah, sering sekali terjadi perbedaan antara asumsi yang dibuat perusahaan dengan kenyataan yang terjadi. Hal tersebut akan menyebabkan anggaran sering bukan menjadi alat yang membantu, namun menghambat kegiatan operasional perusahaan. Karena itu muncul forecast yang kemudian dipergunakan sebagai alat untuk membantu pengelolaan perusahaan untuk mencapai target yang diinginkan. Perbedaan antara anggaran dengan forecast adalah, segala sesuatu yang ada pada forecast harus didasarkan pada asumsi yang terkini. Karena itu, forecast akan terus menerus diperbaharui sesuai dengan perubahan kondisi yang dihadapi perusahaan. Ada beberapa tujuan perusahaan menyusun anggaran, diantaranya: 1. Mengharuskan manajer membuat rencana. Penyusunan anggaran menjadi sangat penting ketika terjadi pemisahan antara pemilik dengan pengelola perusahaan. Sebagai pengelola perusahaan, dewan direksi (BOD) harus memperlihatkan rencana-rencana yang akan mereka lakukan pada periode mendatang, dan meminta persetujuan dari pemilik perusahaan. 2. Memberikan informasi yang dapat dipergunakan untuk memudahkan perusahaan dalam mengambil keputusan. Biasanya, semua hal-hal apapun yang akan dilakukan pada periode mendatang, seperti keputusan investasi dan lain-lainnya, diputuskan pada saat penyusunan anggaran. Misalkan, penyusunan anggaran untuk tahun 20X4 akan dilakukan pada tahun 20X3. Pada proses ini, semua kegiatan yang akan dilakukan pada tahun 20X4 akan diputuskan pada proses penyusunan anggaran tahun 20X3. Apa yang terjadi pada tahun 20X4 merupakan pelaksanaan keputusan yang diambil pada tahun 20X3. Hal ini menyebabkan hanya sesuatu yang

sudah disetujui dalam anggaran yang boleh dilaksanakan, sedangkan yang tidak sesuai dengan anggaran tidak boleh dilakukan, kecuali mendapatkan persetujuan lebih lanjut. Bagi seorang controller, hal tersebut akan memudahkan mereka untuk mengambil keputusan. 3. Dapat dipergunakan sebagai alat pengendalian dan penilaian kinerja. Hasil-hasil pelaksanaan pekerjaan perusahaan akan diperbandingkan dengan apa yang direncanakan dalam anggaran. Jika terdapat hal yang tidak sesuai maka harus terdapat tindakan untuk melakukan perbaikan. Dalam hal ini anggaran berfungsi sebagai patokan feedback untuk hal-hal yang dilakukan perusahaan. Selain itu, angka-angka yang terdapat dalam angaran juga akan dikaitkan dengan sistem penilaian kinerja perusahaan untuk lebih memicu orang-orang untuk bekerja mencapai apa yang ditargetkan dalam anggaran. 4. Sebagai alat untuk komunikasi dan koordinasi. Anggaran dibuat untuk mencegah terjadinya suboptimalisasi kegiatan yang hanya akan menguntungkan departemen-departemen tertentu, namun merugikan perusahaan secara keseluruhan. Misalkan, dengan adanya anggaran, diharapkan terdapat koordinasi antara bagian produksi dengan bagian pemasaran, sehingga bagian produksi hanya memproduksi apa yang dapat dijual dan sebaliknya.

Kelemahan-Kelemahan Anggaran Kelemahan-kelemahan anggaran antara lain: 1. Penyusunan anggaran memakan waktu yang lama. Kebanyakan perusahaan memulai penyusunan anggaran pada bulan September, dan akan berlangsung selama empat bulan. Penyusunan anggaran yang lama lebih banyak dikarenakan dilakukannya proses bottom-up, yang menyebabkan banyaknya negosiasi yang dilakukan. 2. Anggaran sulit untuk disesuaikan dalam lingkungan yang cepat berubah. Anggaran disusun berdasarkan suatu asumsi tertentu yang dibuat saat anggaran dibuat. Dalam kondisi seperti sekarang ini, dimana terdapat ketidakpastian yang tinggi, seringkali perusahaan tetap mengacu pada asumsi yang dibuat pada saat menyusun anggaran, walaupun keadaannya tidak demikian. 3. Terdapat kecenderungan untuk membuat “slack” dalam penyusunan anggaran. “Slack” terjadi saat orang-orang dalam perusahaan tidak mengatakan yang sesungguhnya, dan cenderung untuk mempertinggi biaya yang diminta dibandingkan dengan yang seharusnya, dan sebaliknya selalu mencoba menegosiasikan target yang lebih rendah dari yang seharusnya. 4. Terdapat kecenderungan untuk melakukan “gaming”. “Gaming” terjadi apabila orang-orang yang bekerja pada perusahaan berusaha untuk mencapai angka-angka yang ada di anggaran dengan segala macam cara, termasuk dengan cara-cara yang sebenarnya merugikan perusahaan.

Cara Penyusunan Anggaran Terdapat tiga cara menyusun anggaran, yaitu: 1. Authoritative budgeting, dengan cara ini, proses penyusunan anggaran sepenuhnya dilakukan oleh manajemen tingkat atas, dan bawahan hanya diberikan angka-angka anggaran yang telah ditetapkan. Penyusunan anggaran jenis ini dilakukan apabila pihak atasan ingin menetapkan target-target yang tinggi (stretch target) yang harus dicapai bawahan. Penyusunan anggaran seperti ini tidak menghilangkan “slack” yang biasanya dibuat oleh bawahan. Penyusunan anggaran seperti tidak akan optimal apabila atasan hanya memiliki informasi yang terbatas mengenai proses-proses yang dianggarkan.

2. Participative budgeting, sering dikenal dengan pendekatan bottom-up. Dalam pendekatan ini semua orang yang ada dalam perusahaan terlibat dalam penyusunan anggaran. Penyusunan anggaran dimulai dari bawah, dan kemudian diakumulasikan pada tingkatan yang lebih atas untuk dinegosiasikan dan dimintakan persetujuannya. Anggaran ini diharapkan akan meningkatkan tingkat komitmen semua pegawai dalam penyusunan anggaran tersebut. Kelemahan dari penyusunan anggaran dengan cara ini adalah memakan waktu yang lama, serta kecenderungan bawahan membangun slack. 3. Consultative budgeting, cara ini mirip dengan authoritative budgeting, hanya dalam proses penyusunan anggaran, atasan melakukan konsultasi dan meminta pendapat dari bawahan. Namun demikian, proses penyusunan anggaran dan keputusan tetap dilakukan oleh pihak atasan.

Penyusunan Anggaran dengan Mempergunakan Konsep Three Wheels of Profit Plan Dalam bukunya, Simons (2000) menjelaskan bahwa salah satu cara penyusunan anggaran yang baik adalah dengan mempergunakan konsep three wheels of profit plan. Gambar 1. Three Wheels of Profit Planning

Dalam konsep three wheels of profit plan, terdapat tiga tahapan yang akan dilalui dalam proses penyusunan anggaran, yaitu: 1. Profit wheel 2. Return on Equity (ROE) wheel 3. Cash wheel Dalam profit wheel, perusahaan akan membuat anggaran penjualan dan semua anggaran biaya untuk menentukan besarnya anggaran laba perusahaan. Selain itu, perusahaan juga harus menentukan besarnya anggaran aset yang akan dikelola untuk menghasilkan target keuntungan tersebut. Rincian pelaksanaan profit wheel akan dibahas pada bagian penyusunan anggaran induk. Angka anggaran laba yang dihasilkan pada profit wheel tidak serta merta dapat dijadikan sebagai angka final anggaran, karena angka tersebut harus diperbandingkan dengan target return on equity perusahaan. Return on equity merupakan tingkat pengembalian kepada pemegang saham. Angka inilah yang akan dijadikan acuan dalam penentuan laba, dimana anggaran laba yang diperoleh

harus dapat memenuhi target ROE perusahaan. Jika target ROE belum tercapai, maka pencapaian tersebut dapat dilakukan dengan tiga cara yang terdapat dalam ROE wheel, yaitu: 1. Mengulangi profit wheel, dengan melakukan revisi terhadap anggaran penjualan dan anggaran biaya, sehingga diperoleh anggaran laba yang sesuai dengan target ROE. 2. Meningkatkan utilitas aset perusahaan, dengan cara peningkatan penjualan (melalui profit wheel), maupun mengurangi aset-aset yang tidak diproduktif. Peningkatan utilitas aset perusahaan akan meningkatkan resio total assets turn over, yang pada akhirnya akan meningkatkan ROA perusahaan. Peningkatan ROA akan meningkatkan ROE perusahaan. 3. Mengubah struktur permodalan (capital structure) perusahaan. Salah satu cara untuk meningkatkan ROE adalah dengan meningkatkan utang perusahaan, misalkan mendanai pembelian aset dengan utang. Peningkatan utang perusahaan akan menyebabkan peningkatan leverage ratio dan menyebabkan peningkatan ROE perusahaan. Setelah profit wheel dan ROE wheel dapat menghasilkan tingkat keuntungan yang sesuai dengan target ROE perusahaan, maka tahapan berikutnya adalah melihat cash wheel. Tujuan dari cash wheel adalah untuk memastikan bahwa perusahaan memiliki arus kas yang positif untuk mendanai semua kegiatan yang dianggarkan. Jika terdapat kekurangan kas, maka harus dipastikan terdapat sumber pendanaan yang dapat dipakai untuk menutupi kekurangan kas tersebut. Penambahan arus kas dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu: 1. Menurunkan tingkat piutang 2. Menurunkan tingkat persediaan 3. Mempertimbangkan kembali investasi aset yang dibutuhkan (dalam profit wheel) Tujuan akhir dari profit wheel adalah menyusun anggaran yang menghasilkan tingkat laba yang sesuai dengan target ROE perusahaan, dan memiliki jumlah kas yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan.

Penyusunan Anggarn Induk (Master Budget) Dalam gambar 2, diperlihatkan cara penyusunan anggaran induk untuk perusahaan manufaktur. Diambil contoh perusahaan manufaktur dikarenakan perusahaan manufaktur memiliki jenis-jenis biaya yang paling lengkap dibandingkan dengan perusahaan jasa maupun perusahaan dagang.

Gambar 2. Anggaran Induk

Anggaran induk (master budget) yang dibuat dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1. Anggaran operasional (operating budget), anggaran operasional berisi anggaran penjualan dan anggaran biaya yang dikeluarkan perusahaan. Hasil akhir dari anggaran operasional adalah anggaran laporan laba-rugi. 2. Anggaran finansial (financial budget), anggaran ini berisi konsekuensi dari anggaran operasional yang disusun. Anggaran finansial terdiri dari anggaran kas dan anggaran posisi keuangan. 3. Anggaran modal (capital budget), anggaran ini berisi mengenai perkiraan investasi aset tetap yang akan dilakukan perusahaan pada periode anggaran.

Penyusunan Anggaran Penjualan Penyusunan anggaran induk biasanya dimulai dengan menyusun anggaran penjualan, meskipun dalam beberapa industri terdapat pengecualian. Misalnya dalam industri pertambangan emas. Dalam industri ini, perusahaan rata-rata akan menyusun anggaran produksinya terlebih dahulu, karena semua yang diproduksi perusahaan pasti dapat terjual. Namun keadaan seperti ini hanya terdapat pada beberapa industri tertentu, sehingga rata-rata perusahaan memulai penyusunan anggaran dengan membuat anggaran penjualan.

Gambar 3. Anggaran Penjualan

PT Selamat Berjaya Anggaran Penjualan untuk Tahun Anggaran yang Berakhir 31 Desember 20x3 (dalam 000 Rupiah)

Unit Terjual Harga Jual Penjualan

R p R p

Kuartal

Kuartal

Kuartal

Kuartal

I

II

III

IV

100,00 0 36 0 36,000,00 0

R p R p

120,00 0 36 0 43,200,00 0

R p R p

140,00 0 38 0 53,200,00 0

R p R p

160,00 0 38 0 60,800,00 0

Total 520,00 0 R p

193,200,00 0

Seperti yang terlihat pada gambar 3, terdapat dua hal yang harus diperkirakan perusahaan dalam menyusun anggaran penjualan, yaitu harga jual per unit dan unit terjual. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memperkirakan anggaran unit terjual, yaitu: 1. Sales Department Estimates, dalam metode ini masing-masing tenaga penjualan akan disuruh membuat perkiraan unit yang mereka bisa jual pada periode mendatang. Angka ini kemudian akan digabungkan menjadi angka unit terjual perusahaan secara keseluruhan. 2. Customer Survey Method, metode ini kebanyakan dipakai untuk perusahaan yang tidak memiliki pelanggan dalam jumlah yang banyak (business to business). Dalam metode ini, perusahaan akan menanyakan pada pelanggan mereka berapa jumlah unit barang yang akan mereka pesan dari perusahaan. Angka-angka tersebut yang akan dijadikan sebagai dasar untuk menyusun anggaran penjualan. 3. Share of the Market Method, dalam metode ini perusahaan akan menentukan besarnya target pangsa pasar yang akan dicapai pada periode mendatang, dan perusahaan akan menentukan jumlah unit yang harus dijual untuk mencapai target pangsa pasar tersebut. 4. Survey of Executive Opinion, dalam metode ini, anggaran penjualan akan disusun berdasarkan opini dari dewan direksi perusahaan. 5. Delphi Process, dalam metode ini perusahaan akan menanyakan kepada ahli-ahli di bidangnya untuk membentuk asumsi-asumsi yang akan terjadi di periode mendatang. Setelah diperoleh konsensu dari para ahli tersebut, barulah kemudian disusun anggaran penjualan. 6. Analisis Regresi, dalam model ini perusahaan membentuk model statistik untuk menentukan faktor-faktor apa saja yang secara signifikan akan mempengaruhi penjualan perusahaan. Berdasarkan model tersebut, perusahaan akan memperkirakan unit terjualnya. Satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah unit terjual dan harga jual adalah dua komponen yang saling terkait. Apabila perusahaan ingin meningkatkan volume penjualan, maka harga jual harus diturunkan dan sebaliknya. Permasalahan timbul apabila perusahaan memproduksi dan menjual banyak jenis produk. Hampir semua textbook yang membahas anggaran hanya memberikan contoh perusahaan yang memproduksi sau jenis barang. Bagaimana jika perusahaan yang memproduksi puluhan jenis barang (seperti Samsung), maupun ratusan jenis barang (seperti perusahaan yang memproduksi spare-parts mobil). Jika mengikuti konsep secara teoritis, maka perusahaan harus menyusun anggaran penjualan

sebanyak jenis barang yang dibuat perusahaan. Dalam hal ini, jika perusahaan membuat 50 jenis barang, maka akan terdapat 50 anggaran penjualan. Belum lagi ada masalah bagi beberapa perusahaan, terutama perusahaan yang memproduksi berdasarkan pesanan (job order). Bagi perusahaan jenis ini akan sulit sekali untuk memprediksi unit terjual. Misalkan sebuah perusahaan kontraktor berskala sedang. Bagi kontraktor ini, untuk memperkirakan unit terjual perusahaan ini harus memprediksi siapa customer yang akan memakai jasa kontraktornya pada periode mendatang, dan juga jenis rumah apa yang akan dibangun oleh customer tersebut. Karena itu, banyak perusahaan yang menyusun anggaran penjualan tidak seperti yang dianjurkan diatas. Perusahaan-perusahaan tersebut hanya memberika angka total target penjualan di masa mendatang, seperti peningkatan 10% dari penjualan tahun sebelumnya. Tanpa merinci berapa unit terjual maupun harga jualnya. Penyusunan anggaran penjualan dengan cara ini bukan merupakan cara yang benar, karena tanpa adanya informasi unit terjual, maka perusahaan tidak dapat membuat anggaran produksi, dan tanpa adanya anggaran produksi, perusahaan tidak dapat memperkirakan anggaran biaya produksi, kecuali semua biaya produksi tersebut juga dianggarkan secara total.

Anggaran Produksi Setelah anggaran penjualan dibuat, maka tahapan berikutnya adalah menyusun anggaran produksi. Rumus untuk menyusun anggaran produksi adalah anggaran penjualan + target persediaan barang jadi akhir – persediaan barang jadi awal. Dengan asumsi bahwa target penjualan akhir perusahaan adalah 10% dari target penjualan pada periode berikutnya, sedangkan persediaan awal tahun barang jadi adalah 10.000 unit dan target penjualan perusahaan pada kuartal I tahun 20X4 adalah 180.000 unit, maka dapat disusun anggarn produksi sebagai berikut: Gambar 4. Anggaran Produksi PT Selamat Berjaya Anggaran Produksi untuk Tahun Anggaran yang Berakhir 31 Desember 20x3

Unit Terjual Target Persediaan Akhir Jumlah yang Harus Tersedia Persediaan Awal Jumlah Unit yang Diproduksi

Kuartal

Kuartal

Kuartal

Kuartal

I

II

III

IV

Total

140,00 0 16,00 0 156,00 0 14,00 0 142,00 0

160,00 0 18,00 0 178,00 0 16,00 0 162,00 0

520,00 0 18,00 0 538,00 0 10,00 0 528,00 0

100,00 0 12,00 0 112,00 0 10,00 0 102,00 0

120,00 0 14,00 0 134,00 0 12,00 0 122,00 0

Seperti terlihat dalam gambar 4, anggaran produksi disusun berdasarkan unit terjual yang terdapat pada anggaran penjualan. Jika anggaran penjualan tidak dibuat secara rinci, maka anggaran

produksi tidak akan bisa dibuat. Untuk perusahaan dagang, anggaran produksi akan diganti dengan anggaran pembelian barang dagang, sedangkan untuk perusahaan jasa tidak ada anggaran produksi maupun pembelian.

Anggaran Biaya Penyusunan anggaran biaya perusahaan manufaktur dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu : 1. Penyusunan anggaran biaya produksi, seperti biaya bahan mentah langsung, biaya buruh langsung, dan biaya overhead pabrik, yang disusun berdasarkan output dalam anggaran produksi. 2. Penyusunan anggaran biaya periode, seperti biaya umum, administrasi, dan penjualan, yang disusun berdasarkan anggaran penjualan. Cara penyusunan anggaran biaya dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya : 1. Mempergunakan standar, konsep ini akan dibahas secara spesisifik dalam bagian berikutnya. 2. Incremental Budget, dalam konsep ini perusahaan akan melakukan ekstrapolasi dari angka anggaran dan realisasi pada periode sebelumnya. Angka tersebut kemudian digabungkan dengan asumsi-asumsi yang dibuat mengenai periode anggaran, untuk mendapatkan jumlah biaya yang akan dianggarkan. 3. Zero Based Budgeting, konsep ini menganggap bahwa incremental budgeting memiliki kelemahan utama, yaitu menggantungkan pada angka-angka anggaran dan realisasi pada periode sebelumnya, padahal angka-angka tersebuut belum tertentu mencerminkan angka yang efisien. Karena itu dalam konsep ini, anggaran-anggaran yang dibuat pada periode sebelumnya dianggap sama sekali tidak ada, dan perusahaan menyusun anggaran dari nol, yaitu seolah-olah perusahaan baru berdiri. Kelemahan penyusunan anggaran ini adalah memakan waktu yang lama. 4. Kaizen Budget, merupakan anggaran yang banyak dipakai oleh perusahaan-perusahaan Jepang, dan biasanya dikaitkan dengan siklus hidup dari suatu produk. Kaizen berarti perbaikan yang berkelanjutan. Dalam anggaran ini, untuk mengantisipasi harga produk yang cenderung semakin menurun seiring dengan siklus hidup produk tersebut, maka biaya-biaya yang dianggarkan untuk produk tersbeut harus terus menerus diefisienkan, agar produk tersebut terus dapat dijual dengan menguntungkan. 5. Activity Based Budgeting, dalam konsep ini anggaran disusun berdasarkan aktivitas-aktivitas yang dilakukan perusahaan. Konsep ini akan dibahas lebih rinci pada bagian lain modul ini.

Penyusunan Anggaran dalam Lingkungan yang Tidak Pasti Ketidakpastian lingkungan merupakan salah satu faktor yang sering menyebabkan organisasi melakukan penyesuaian terhadap kondisi organisasi dengan lingkungan. Individu akan mengalami ketidakpastian lingkungan yang tinggi jika merasa lingkungan tidak dapat diprediksi dan tidak dapat memahami bagaimana komponen lingkungan akan berubah (Miliken, 1978). Menurut Duncan dalam Fauziyah (2000) dalam ketidakpastian lingkungan yang rendah (lingkungan relatif stabil), individu dapat memprediksi keadaan di masa datang sehingga langkah-langkah yang akan dilakukannya dapat direncanakan dengan lebih akurat. Kondisi yang relatif stabil ini dapat dimanfaatkan oleh anggota organisasi untuk membantu organisasi membuat perencanaan yang akurat. Kemampuan memprediksi keadaan di masa datang pada kondisi ketidak pastian lingkungan yang rendah dapat juga terjadi pada individu yang berpartisipasi dalam penyusunan anggaran. Informasi pribadi (private information) yang dimiliki

bawahan mampu mengatasi ketidakpastian di wilayah tanggungjawabnya dan dapat digunakan untuk memprediksi kejadian di masa datang. Kemampuan menganalisis informasi tersebut akan dapat mendukung atasan dalam penyusunan anggaran jika bawahan bersedia memberikan informasinya kepada atasannya. Namun dapat juga terjadi sebaliknya, bawahan tidak memberikan informasi tersebut kepada atasannya karena ada pertimbangan kepentingan pribadinya. Menurut Simon (1962) bagi atasan kemudahan untuk memperoleh informasi bukan berarti memudahkannya menyusun perencanaan yang akurat. Atasan tetap akan kesulitan memahami semua informasi yang masuk apalagi dalam hal yang menyangkut bidang yang kondisi teknisnya hanya dapat dipahami oleh bawahan yang membidanginya.

Menghubungkan Rencana Stratejik dengan Anggaran Perusahaan Perencanaan Strategis a. Fokus pada aktivitas jangka panjang (beberapa tahun) b. Perencanaan strategis mendahului anggaran dan menjadi pedoman anggaran c. Perencanaan strategis terstruktur menurut lini produk atau program Anggaran a. Fokus pada aktivitas satu tahun b. Anggaran merupakan potongan satu tahun dari rencana strategis organisasi c. Anggaran terstruktur menurut pusat tanggung jawab Sebelum menyusun anggaran perusahaan harus menyusun rencana strategik. Rencana stratejik itu disusun berdasarkan hasil analisis kekuatan dan kelemahan internal perusahaan dan hasil analisis dari ancaman dan kesempatan eksternal perusahaan. Rencana stratejik pada umumnya berjangka 5 tahun, 10 tahun atau lebih. Rencana stratejik diterjemahkan dalam tujuan jangka panjang kemudian diterjemahkan dalam tujuan jangka pendek. Dari tujuan jangka pendek itu disusun rencana jangka pendek yang kemudian dijabarkan dalam bentuk anggaran jangka pendek. Dalam rencana stratejik itu harus dijelaskan mengenai siapa yang bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas pekerjaan berdasarkan fungsinya masing-masing. Rencana strategik itu memuat langkah- langkah yang dibutuhkan perusahaan dalam mencapai tujuan. Tentu rencana atau langkah-langkah itu harus mempunyai relasi dengan anggaran karena setiap langkah selain dibutuhkan dalam proses pencapaian tujuan, rencana itu juga butuh dana/uang sehingga menghubungkan rencana stratejik dengan anggaran tersebut. Bagaimana menghubungkan, menetapkan strategik dengan anggaran tersebut. Apa yg dibutuhkan langkah-langkah tersebut, ya dengan adanya anggaran tersebut. Misal: mesin produksi.

Proses Penyusunan Forecast

Penyusunan anggaran dengan mempergunakan standar membuat anggaran perusahaan dapat dimutakhirkan (update) sesuai dengan perubahan yang terjadi. Hal ini membuat proses forecasting yang dilakukan perusahaan menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Seperti yang telah di bahas di awal, forecasting adalah proses penyusunan rencana perusahaan yang didasarkan pada asumsi yang terkini. Menurut Morlidge dan Player (2010), forecast yang baik harus memenuhi lima persyaratan, yaitu: 1. Timely, berarti perusahaan harus menentukan waktu yang tepat bagi forecast tersebut. Hal ini berkaitan dengan seberapa sering elemen-elemen dalam forecast tersebut harus diperbaharui, dan seberapa jauh ke depan perusahaan harus melakukan forecast. Proses ini tergantung dari dua faktor, yaitu critically dan variability. Critically berarti seberapa penting biaya atau pendapatan ini bagi perusahaan, sementara variability menguku besarnya volatilitas dari elemen pendapatan atau biaya ini. Semakin besar critically dan variability dari elemen tersebut, maka forecast akan semakin pendek. 2. Actionable, banyak dari forecast yang dilakukan perusahaan hanya didasarkan pada forecast biaya yang terdapat dalam chart of account perusahaan. Cara seperti ini tidak memadai, karena tidak memberitahukan faktor kenapa terdapat perubahan. Misalkan, forecast mengenai biaya bahan mentah langsung kurang berguna, jika tidak dilengkapi dengan forecast mengenai harga bahan mentah langsung dan perkiraan penggunaan bahan mentah langsung. 3. Reliable, berarti hasil dari forecast tersebut harus dapat dipercaya. Karena itu hasil forecast yang bersifat subyektif sebaiknya dihindarkan, dan sedapat mungkin forecast dibuat berdasarkan model yang dapat dipercaya, seperti dengan mempergunakan standar kuantitas dan standar harga. 4. Aligned, berarti proses penyusunan forecast harus dilakukan dengan selaras, sehingga tidak terjadi adanya perbedaan forecast antara atu departemen dengan departemen lainnya. 5. Cost Effective, berarti proses penyusunan forecast dilakukan dimana biaya yang dikeluarkan tidak boleh ,elebihi manfaat (benefit) yang diperoleh.

Beyond Budgeting Konsep beyond budgeting diterapkan oleh perusahaan-perusahaan yang menganggap bahwa penyusunan anggaran yang bersifat tradisional tidak lagi sesuai dengan kondisi saat ini yang memiliki tingkat ketidakpastian yang tinggi, sehingga perusahaan-perusahaan tersebut melihat bahwa anggaran lebih banyak bersifat menghambat daripada membantu perusahaan dalam melakukan kegiatannya. Karena itu, kelompok ini tidak mempergunakan anggaran dalam kegiatan operasional perusahaan. Hal lainnya adalah kelompok ini menganggap bahwa anggaran terlalu bersifat sentralisasi, bahkan jika ingin melakukan sesuatu diluar hal-hal yang dianggarkan, maka revisi anggaran pun harus dimintakan persetujuannya. Kelompok ini menghendaki konsep radical decentralization, dimana unit-unit yang ada dalam perusahaan diberi kebebasan untuk melakukan pengambilan keputusan, tanpa sedikitsedikit meminta persetujuan dari kantor pusat. Meskipun dalam konsep ini anggaran dihilangkan. Namun fungsi-fungsi anggaran tetap ada dan dijalankan dengan mempergunakan metode-metode lainnya. Contohnya, salah satu fungsi anggaran adalah untuk perencanaan keuangan dan pajak. Jika tidak ada anggaran, maka konsep ini mempergunakan rolling forecast untuk melakukan fungsi tersebut. Contoh lainnya adalah, jika anggaran dipergunakan untuk penentuan target, maka jika tidak ada anggaran, maka penentuan target akan dilakukan dengan mempergunakan balanced scorecard.

Kasus :Walker Company Profit Plan

A. PROFIL SINGKAT WALKER AND COMPANY Walker and Company adalah penerbit buku berukuran sedang yang mempekerjakan 31 orang dan 45 sales representatives. Didirikan pada tahun 1959 oleh ayah Ramsey, Walker and Company adalah salah satu dari segelintir perusahaan yang selamat dari 35 tahun terakhir dalam industri penerbitan buku. Ramsey telah mengambil alih perusahaan pada usia 27 tahun, setelah kematian ayahnya. Setelah mengelola bisnis selama tiga tahun, ia mengikuti sekolah bisnis dan memperoleh gelar MBA pada tahun 1997. Setelah ayahnya meninggal, Ramsey mengambil alih posisi ayahnya sebagai presiden dan penerbit Walker and Company. Untuk penerbit yang relatif kecil, perusahaan memiliki beragam lini produk dan menerbitkan banyak judul: 150 judul baru setahun di 20 segmen yang berbeda. Di dalam semuanya, ada lebih dari 1.000 produk yang aktif. Exhibit 1

Walker and Company Organization Chart Ramsey Walker Chairman George Gibson President/Publis

Ted Rosenfeld

Assista nt

Nonfictio n Editor Large Print Editor

Subsidia ry Rights Manager

Marketing Manager Adult Books

Sales Directo r

Marketing Manager Childrens Books

Associa

Mystery Editor Wester ns Editor Childre ns Editor Assista nt

Associa te Editor

B. PEMBAHASAN KASUS

45 Commissi on Sales Reps

Order Processing Manager

Warehouse Manager 2 pick/packer

Promotio n Manager

Managin g Editor Assista

2 Bookkeeper Mailroom

Art Directo r Assista

3 CSRs

Productio n Manager

Saat menjadi presiden dan penerbit Walker and Company, Ramsey menghadapi berbagai masalah, salah satunya adalah tergerusnya arus kas perusahaan dan kehilangan pemasok utamanya (sebuah perusahaan percetakan). Tidak adanya akses untuk menambah modal kerja semakin menambah beban Ramsey. Informasi mengenai dimana dan bagaimana mereka menemukan dan menetapkan posisi bisnis perusahaan pun tidak dimiliki. Akibatnya Ramsey menyusun dasar laporan laba rugi untuk setiap lini produk. Dia menggunakan ini sebagai alasan untuk mengurangi 150 sampai 100 judul baru dalam setahun. Dengan produk-produk baru yang lebih sedikit, dapat mengurangi biaya overhead sebesar 20%. Selanjutnya Ramsey memindahkan kantor dari Fancy Fifth Avenue ke West Village, menjual buku di lini pendidikan, dan berhenti mengembangkan buku referensi (buku cetak). Ramsey juga merekrut George Gibson, yang terkenal, berpengalaman dalam penerbitan untuk membangun editorial, marketing, dan sales expertise perusahaannya. Pada tahun 1995 Walker and Company berhasil dengan sebuah buku yang berjudul Longitude dan masuk ke dalam daftar bestseller . Hal ini diliput oleh majalah The New York Time, Longitude adalah kisah sebuah desa pembuat jam yang memecahkan masalah navigasi yang paling mendesak pada abad ke-18. Walaupun sukses dengan buku Longitude- nya, faktanya perusahaan mengalami keuntungan minimal dan arus kas negatif. Ramsey merasa masih memerlukan strategi penerbitan yang baru untuk dapat sukses di masa depan, menerbitkan buku-buku yang lebih sedikit di dalam segmen yang lebih sedikit dan memfokuskan lebih banyak sumber daya pada diferensiasi buku-buku di pasaran. Kelemahan terbesar Walker and Company adalah kurangnya diagnosa terhadap sistem pengendalian yang baik. Tidak ada target kinerja yang jelas yang diatur dari atas (top manajemen), dan tidak ada yang melihat hubungan antara laporan laba rugi, neraca, dan laporan arus kas. Ramsey mempertimbangkan untuk menggunakan Return-on-Assets sebagai "critical performance variable" perusahaan. Hal ini dapat bertindak sebagai indikator untuk return-on-investment. Walker and Company menetapkan target ROA pada tahun fiskal selanjutnya yaitu pada tahun 1998 sebesar 10%. Meskipun perusahaan penerbitan yang besar pada umumnya menargetkan ROA-nya sebesar 15%. Walker and Companypercaya bahwabisnis merekasetidaknyacukup baikuntuk mencapai10% ROA. Disamping itu, Ramsey inginmenetapkan targetaliran kas bebasberdasarkanpenguranganmodal kerja. Setelah perubahan yang dilakukan Ramsey pada tahun 1991, Walker and Company telah menerbitkan 100 buku di lima segmen editorial yang berbeda yaitu: 1. Non fiksi: dalam setahun Walker menerbitkan 20 judul buku baru yang diberi hardcover dan paperback. 2. Misteri: dalam setahun Walker menerbitkan 20-24 judul buku baru yang diberi hardcover. 3. Buku asing : Walker menerbitkan 6-8 judul sejarah asing baru dalam satu tahun dalam hardcover. Buku ini dijual secara eksklusif untuk perpustakaan umum.

4. Agama dan inspiratif: Walker menerbitkan 14-17 judul baru, hanya dalam paperback. 5. Buku Anak: Walker menerbitkan 25-30 hardcovers dan 5-8 paperback. Buku anak-anak yang dijual untuk kedua toko buku umum dan khusus ritel, grosir, dan sekolah. Pada tahun 1996, Industri penerbitan buku di seluruh dunia menghasilkan $ 80 miliar pendapatan dengan lebih dari $ 25 miliar meningkat ke pasar AS. Hal ini memicu Walker and company untuk harus berkompetisi dengan empat kategori penerbit yaitu; Penerbit besar yang menutupi hampir semua segmen, Penerbit menengah yang mengkhususkan diri dalam satu segmen, Penerbit kecil sampai menengah yang menutupi berbagai segmen dan Penerbit kecil dan sangat khusus. Jika dilihat dari industri tren, kira-kira 50.000 judul buku baru diterbitkan setiap tahun, dan total 1,2 juta judul dicetak (sebaliknya, 20.000 CD baru dan 170 film besar yang dirilis setiap tahun) maka diferensiasi menjadi penting untuk mensukseskan strategi.Industri buku dikonsolidasikan dengan cepat pada tahun 1980an dan 1990an, Konsolidasi telah terjadi baik pada eceran dan grosir. Saluran distribusi baru juga dilakukan agar membuka cara yang efisien bagi konsumen untuk mengakses inventaris besar buku, memperluas ukuran pasar untuk memasukkan orang-orang yang sebelumnya tidak bisa menemukan atau tidak tertarik pada buku, saluran baru yang penting lainnya termasuk klub gudang dan toko diskon. Adapun Rencana laba untuk baris buku anak-anak dimana Ramsey telah memutuskan untuk berhenti menerbitkan novel barat. Langkah ini diambil untuk sementara waktu karena mrmiliki pengembalian yang relatif kecil dengan tidak ada potensi kenaikan.

Exhibit 2

Penjualan Reguler Bruto Returns Penjualan Reguler Bersih Penjualan Spesial/Klub Penjualan Sisa Total Penjualan bersih COGS Regular Royalti Reguler COGS Spesial/Klub COGS Sisa Total COGS Laba Kotor Pendapatan Subrights Bersih Penyesuaian Laba Kotor Biaya : Editorial Marketing/Sales Overhead Langsung Biaya copy gratis Art/Production/Gen'l edit Pengiriman/Gudang Administrasi & Umum Total Biaya Untung (Rugi) Bersih

TOTAL SESUNGGUHN Y $6.050.677 (1.096.488) 4.954.189 120.330 49.442 5.123.961 1.512.954 870.797 88.284 150.865 2.622.900 2.501.061

PRINTER

NON FIKSI

BESAR $725.425 (102.844) 622.581 37.064 1.307 660.952 204.225 93.387 17.098 1.503 316.213 344.739

271.813 2.772.874 251.323 226.629 550.470 120.961 201.800 552.797 712.165 2.616.145 $156.729

MISTERI

BARAT

DEWASA $1.990.922 (338.380) 1.652.542 26.146 8.831 1.687.519 441.197 375.551 22.823 26.858 866.429 821.090

BUKU ANAKANAK $2.361.922 (380.587) 1.981.335 55.049 13.858 2.050.242 655.063 297.200 47.465 40.141 1.039.869 1.010.373

$803.157 (218.462) 584.695 2.071 21.631 608.397 179.056 87.704 898 67.642 335.300 273.097

$169.251 (56.215) 113.036 0 3.815 116.851 33.413 16.955 0 14.721 65.089 51.762

4.609 349.348

114.990 936.080

59.662 1.070.035

80.771 353.868

11.781 63.543

20.643 16.530 48.465 3.491 24.216 73.886 106.825 294.056 $55.292

44.544 40.810 175.416 24.569 44.396 170.090 156.676 656.501 $279.579

127.266 156.621 188.856 78.915 72.648 220.826 284.866 1.129.998 ($59.963)

53.681 12.668 113.599 12.418 48.432 74.550 135.311 450.659 ($96.791)

5.189 0 24.134 1.568 12.108 13.445 28.487 84.931 ($21.388)

Note : Angka telah disamarkan untuk menjaga kerahasiaan Ramsey belum tahu dampak dari keputusan ini pada laba perusahaan ke depan. Dia tahu, bagaimanapun, bahwa semua HPP dan sepertiga dari biaya operasional adalah biaya variable. Biaya tetap sisanya akan kembali dialokasikan untuk lini lain atau dikurangi. Melihat hal ini, Ramsey berdiskusi dengan George Gibson dan Ted Rosenfeld. Dia ingin membahas bagaimana mengelola baris buku anak-anak untuk mencapai aliran dan keuntungan untuktarget perusahaan. Ramsey telah memutuskan berapa banyak judul baru untuk diterbitkan pada setiap buku anak-anak untuk tahun yang akan datang. Walker menerbitkan buku anak baru setiap tahun dalam lima format yang berbeda yaitu: Buku gambar ilustrasi, Esai foto (cerita diilustrasikan dengan foto), buku ilustrasi hitam dan putih, nonfiksi informasi, dan fiksi.Setelah satu tahun judul menjadi bagian dari "Backlist" tapi terus

menghasilkan penjualan. hasil keuangan untuk tahun yang berakhir 31 Mei 1997 bervariasi tergantung pada format. Exhibit 3 EXHIBIT 3 Informasi Keuangan Lini Buku Anak-anak untuk tahun yang berakhir 31 Mei 1997 NON FORMAT EDITORIAL GAMBAR FOTO H+P FIKSI FIKSI BACKLIST Laporan Laba Rugi Unit Terjual 44.313 23.180 12.485 22.097 7.871 NA Jumlah Judul Baru 5 6 3 7 2 NA Pendapatan (termasuk 388.121 222.389 137.972 198.324 66.538 1.096.560 pendapatan hak sub) % pertumbuhan dari 1995 15% 18% 7% -10% 0% COGS 127.672 79.183 58.934 63.200 20.372 393.308 Royalti 58.218 33.358 20.696 29.749 9.981 145.198 Laba kotor % 52% 49% 42% 53% 54% 51% Biaya Editorial 42.693 24.463 15.177 21.816 7.319 15.798 Biaya Penjualan langsung 34.931 20.015 12.417 17.849 5.988 65.421 Biaya OH 34.931 20.015 12.417 17.849 5.988 97.656 Biaya copy gratis 19.406 11.119 6.899 9.916 3.327 28.248 Art/production/gen'l 15.525 8.896 5.519 7.933 2.662 32.113 Editorial Pengiriman/warehousing/ 38.812 22.239 13.797 19.832 6.654 119.492 proses pemesanan Biaya Administrasi & 42.575 26.687 16.557 23.799 7.985 167.263 Umum Total Biaya 228.873 133.434 82.783 118.994 39.923 525.991 (23.586 (24.441 Untung (rugi) (26.642) ) ) (13.619) (3.738) 32.063

Neraca Aset lancar Persediaan lancar ($) Unearned author advance Piutang dagang Total Utang Lancar Utang dagang Utang Royalti Total Investasi Pabrik,kertas, percetakan, Jilid author advances

46.932

94.398 10.000 44.478 148.876

38.589

42.574

22.100

27.594 66.183

39.665 82.239

13.308 35.408

52.348 23.218 75.566

52.074

31.732 2.749 34.481

12.742

52.074

29.257 7.696 36.953

174.494

173.581

97.523

105.774

42.472

35.000

42.000

13.000

27.000

10.000

77.624 124.556

12.742

620.000 20.000 221.331 861.331

TOTAL NA 2.109.904

742.669 297.200 51% 127.266 156.621 188.856 78.915 72.648 220.826 284.866 1.129.998 (59.963)

864.593 30.000 424.000 1.318.593 178.153 33.663 211.816

Total Investasi

209.494

215.581

110.523

132.774

52.472

Note : Angka telah disamarkan untuk menjaga kerahasiaan Target Ramsey untuk Walker and Company adalah untuk mencapai $ 500.000 pada aliran kas bebas pada tahun 1999 dan kumulatif $ 1 juta pada tahun 2000. setidaknya 50% dari yang harus datang dari garis buku anak-anak. Ia percaya bahwa ada dua cara untuk mencapai target arus kas ini: meningkatkan laba bersih dan / atau mengurangi jumlah modal kerja berkomitmen untuk bisnis. Penekanan pada laba bersih akan memaksa operasi yang lebih efisien. Namun, mencapai operasi yang lebih efisien akan membutuhkan keputusan personil sulit. Karyawan lama mungkin harus dikeluarkan. Dia juga menyadarihaltersebutmerupakantingkat target yang tinggi atas laba bersih-sekitar 8% - yang tidak realistis karena perdagangan penerbitan buku belum pernah mencapaiprofit margin tinggi. Ramsey percaya bahwa keuntungan modal kerja bisa menjadi signifikan. Beberapa item modal kerja seperti persediaan belum berhasil memaksimalkan kas. Keuntungan akan terbatas pada piutang, namun, yang tidak dapat dikumpulkan lebih cepat, dan hutang. yang tidak dapat ditahanlagi. Ramsey juga percaya bahwa perusahaan harus mampu menghasilkan 10% ROA. perusahaan penerbitan besar dengan skala ekonomi yang signifikan-menghasilkan 15%. Exhibit 4 EXHIBIT 4 Perbandingan Data Keuangan 1997 untuk Perusahaan Penerbit Terpilih HOUGHTON

THOMAS

MILLBROOK

PUBLISHING

MIFFLIN

NELSON

PRESS

INDUSTRY

buku teks buku anak CDROMs

buku keagamaan

AVERAGE (a)

Fokus Pasar

Jumlah Karyawan 2.550 Jumlah Judul Baru Diterbitkan (*est) 310* Jumlah Judul dalam Daftar Hitam (*est) 2.750* LAPORAN KEUANGAN Total Penjualan ($juta) Dikurangi : HPP Laba Kotor Dikurangi : Biaya lain-lain Laba Operasi NERACA Total Aset ($juta)

$797,3 362,5 434,8 328,3 106,5

$981,1

Kamus

buku anak buku nonfiksi

Produk 1.250 200

65 200

Na Na

1.100

700

Na

$12,6 6,7 5,9 6,5 (0,6)

(%penjualan) 100,00% 50,90% 49,10% 49,84% -0,74%

$15,8

(% assets) 100%

$253,0 138,4 114,6 89,8 24,8

$285,3

Piutang Dagang Persediaan Total Aset Lancar Utang Dagang Total Utang Lancar

159,5 145,0 324,7 47,6 238,7

63,3 70,6 185,0 16,7 44,8

4,9 0,6 9,0 2,3 2,5

18,11% 22,19% 56,23% 12,41% 32,38%

Free Cash Flow ($juta)

$73,9

$4,8

($3,7)

Na

Sumber: Data Keuangan dari laporan keuangan publik C. IDENTIFIKASI MASALAH Berdasarkan kasus di atas, permasalahan yang terjadi pada Walker and Company dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Profit yang diperoleh dari Walker and Company dari lini buku anak-anak setiap tahun tidak memberikan keuntungan yang maksimal karena perencanaan laba yang kurang baik. Maka harus dilakukan perhitungan atau ukuran kinerja untuk mencapai target. 2. Karena terjadi penurunan profit, berbagai upaya untuk memperoleh profit pada tahun berikutnya perlu ditetapkanberdasrkan perhitungan profit plan yang dianalisis untuk mencapai target. D. ANALISIS KASUS 1. Perencanaan laba Ramsey Walker untuk garis buku anak-anak serta asumsi yang

digunakan

untuk menghitung ukuran kinerja profit plan.

EXHIBIT 5 Usulan Product Mix and Profit Plan lini buku anak - untuk tahun yang berakhir May 31, 1998 LINI EDITORIAL

GAMBAR

FOTO

H+P

NON FIKSI

FIKSI

BACKLIST*

TOTAL

ASUMSI

Laporan Laba Rugi Jumlah judul baru

3

5

2

3

2

0

15

Penjualan

423.052

242.404

150.389

216.173

72.526

1.200.000

2.304.545

increase 9%

COGS

135.377

77.569

48.125

69.175

23.208

384.000

737.454

32% of Sales

Royalti

63.458

36.361

22.558

32.426

10.879

180.000

345.682

15% of Sales

% Laba kotor

53%

53%

53%

53%

53%

53%

53%

% biaya dari penjualan

47%

47%

47%

47%

47%

47%

47%

198.834

113.930

70.683

101.601

34.087

564.000

1.083.136

25.383

14.544

9.023

12.970

4.352

72.000

138.273

37.546

75.518

30.871

34.059

17.680

500.000

695.674

15%

15%

15%

15%

15%

20%

Biaya Laba Bersih

Neraca - 31 Mei 1998 Aset Lancar Persediaan % piutang dari penjualan (projected)

decrease 20%

Piutang

63.458

36.361

22.558

32.426

10.879

240.000

405.682

101.003

111.879

53.430

66.485

28.559

740.000

1.101.356

11%

19%

18%

13%

16%

0%

Utang

47.113

46.867

26.331

28.559

11.468

0

160.338

decrease 10%

Utang Royalti

20.896

0

6.926

2.474

0

0

30.297

decrease 10%

Total utang lancar

68.009

46.867

33.258

31.033

11.468

0

190.634

Total Aset Lancar

Utang Lancar % utang dari penjualan (projected)

Free Cash Flow (=net income +/- perubahan modal kerja) Laba bersih

25.383

14.544

9.023

12.970

4.352

72.000

138.273

Perubahan modal kerja

32.994

65.012

20.172

35.452

17.091

740.000

910.722

Free Cash Flow

58.377

79.557

29.195

48.423

21.443

812.000

1.048.994

25%

13%

17%

20%

15%

10%

13%

ROA

* "Backlist"angka-angka merupakan asumsi berdasarkan kinerja masa lalu Note : Angka telah disamarkan untuk menjaga kerahasiaan

2. Upaya yang dilakukanoleh Walker and Company berdasarkan analisis diatas untuk profit plan agar mencapai target perusahaan sebagai berikut: a. Meningkatkan penjualan untuk mencapai profit dengan cara meningkatkan pemasaran. b. Menekan biaya menjadi 47% dari Penjulan menurunkan tingkat piutang menjadi 15%. c. Menerapakan sistem pengendalian yang baik dengan melakukan fungsi manajemen yang tepat dari top manajemen ke semua manajemen bawahannya. E. KESIMPULAN 1. Agar bisnis memiliki arah dan patokan yang jelas menuju sasaran, kita harus menyusun Business Plan. Business Plan merupakan dokumen yang tersusun dari sekumpulan rencana pada seluruh aspek yang dikelola perusahaan. Salah satu alasan utama adalah menjadi kerangka bagi perusahaan dalam upaya mencapai sasaran. Untuk dapat mengevaluasi dan meningkatkan kinerja perusahaan,

Walker

and

Company

perlu

menyusun

profit

plan

untuk

tahun-tahun

kedepannya.Dengan perencanaan yang telah dibuat, kita dapat mengontrol produk mana yang tetap dipertahankan atau dihentikan produksinya. 2. Selain pembuatan profit plan, pengendalian internal perusahaan perlu diperbaiki. Dengan pengendalian internal yang baik, maka target kerja perusahaan yang diatur dari top manajemen menjadi jelas.

Daftar Pustaka Modul Chartered Accountant. 2015. Akuntansi Manajemen Lanjutan. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia. Atkinson, Anthony A., Kaplan, Robert S., Matsumura, Ellen Mae, and Young Mark S., Management Accounting; Information for Decision Making and Strategy Execution, 6th Edition, Pearson Education Limited, 2012. http://www.e-akuntansi.com/2015/09/penyusunan-anggaran-dalam-lingkungan.html http://www.e-akuntansi.com/2015/09/menghubungkan-rencana-stratejik-dengan.html Robert Simons (2000). Performance Measurement and Control System for Implementing Strategy. Prentice-Hall. https://www.scribd.com/doc/295944741/Walker-and-Company

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF