Vulva Hygiene
September 22, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Vulva Hygiene...
Description
TUGAS KELOMPOK KONSEP BERMAIN PADA ANAK
DISUSUN OLEH :
AHMAD FAUZAN MUTTAQIN
PO.62.20.1.17.314
CENI MERTI
PO.62.20.1.17.318
FRIENDKY
PO.62.20.1.17.319
LAILATUL UDHIYAH
PO.62.20.1.17.324
JHONATHAN MEI D.
PO.62.20.1.17.334
MAULANA AKBAR
PO.62.20.1.17.338
NATASYA APRILIA MIRANTI MIRANTI
PO.62.20.1.17.347
RIBKA WESTINIA
PO.62.20.1.17.338
RIKE AGUSTIKA BOLDY
PO.62.20.1.17.338
RISHA RISNA DEWI SARWANTO
PO.62.20.1.17.338 PO.62.20.1.17.338
YESIE VERONIKA
PO.62.20.1.17.349
YOGI YUDHISTIRA
PO.62.20.1.17.352
DIV KEPERAWATAN REGULER 4 POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA TAHUN AKADEMIK 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah Pemeriksaan Vulva Hiegine pada ibu post partum dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas kerjasama dari pihak kelompok 1 yang telah bekerjama dengan baik untuk menyelesaikan menyelesaikan makalah ini dengan baik. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA r ahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Palangkaraya, 19 September 2018
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................... i DAFTAR ISI ....................................................................................... ii BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................1
1.1 Latar Belakang ...........................................................................1 2.1 Rumusan Masalah ......................................................................1 3.1 Tujuan Penulisan ..........................................................................2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .........................................................3
2.1. Pengetahuan (Knowledge) ..........................................................3 2.1.1. Pengertian Pengetahuan ...........................................................3 2.1.2. Komponen Pengetahuan...........................................................4 2.1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ...................5 2.3. Konsep Perawatan Vulva Hygiene ............................................8 BAB III PENUTUP ...........................................................................16 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................17
ii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Masa nifas (puerpurium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat – alat – alat alat kandungan kembali seperti pra – pra – hamil. hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6 – 8 8 minggu. Masa nifas tidak kurang dari 10 hari dan tidak lebih dari 8 hari setelah akhir persalinan, dengan pemantauan bidan sesuai kebutuhan ibu dan bayi. Pada masa nifas, ibu akan mengalami perubahan perasaan, dimana keadaan ini disebut Post Partum Blues. Post Partum Blues termasuk depresi ringan yang terjadi pada ibu-ibu setelah melahirkan. mel ahirkan. Vulva hygiene adalah tindakan keperawatan pada alat kelamin perempuan, yaitu perawatan diri pada organ eksterna yang terdiri atas mons veneris, terletak didepan simpisis pubis, labia mayora yang merupakan dua lipatan besar yang membentuk vulva, labia minora, dua lipatan kecil di antara atas labia mayora, klitoris, sebuah jaringan eriktil yang serupa dengan penis lakilaki, kemudian juga bagian yang terkait di sekitarnya seperti uretra, vagina, perineum, dan anus.
2.1 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan pengetahuan pada post partum? b. Bagaimana konsep dasar pada post partum (masa nifas)? c. Bagaimana cara / teknik perawatan vulva hygiene pada ibu post partum?
1
3.1 Tujuan Penulisan
a. Mahasiswa
mampu
memahami
apa
yang
dimaksud
dengan
pengetahuan pada post partum. b. Mahasiswa mampu memahami bagaimana konsep dasar pada post partum (masa nifas). c. Mahasiswa mampu memahami bagaimana cara / teknik perawatan vulva hygiene pada ibu post partum.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini diuraikan beberapa konsep yang mendasari penelitian peneli tian ini, yaitu tentang : pengetahuan, post partum dan perawatan vulva hygiene. 2.1. Pengetahuan (Knowledge)
2.1.1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil ’tahu’ dan terjadi setelah or ang or ang melakukan penginderaan suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni : penglihatan, pendengaran, penciuman, raba dan rasa. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 1997 :127 – :127 – 128 128 ). Bila pengetahuan telah dipahami, maka akan timbul suatu sikap dan perilaku untuk berpartisipasi, selain itu tingkat pengetahuan seseorang juga mempengaruhi perilaku individu. Makin tinggi pendidikan atau pengetahuan kesehatan seseorang maka semakin tinggi untuk berperan serta (Depkes RI, 1990:7). Menurut Sudarmayati (2000) pada umumnya orang yang mempunyai pendidikan tinggi akan mempunyai wawasan dan pemahaman yang lebih luas terutama terhadap obyek atau materi yang diberikan.
3
2.1.2. Komponen Pengetahuan
Pengetahuan dari yang sederhana sampai yang kompleks dibagi menjadi 6 tingkatan (Notoatmodjo. S, 1997 : 128 - 130) antara lain : 1. Tahu ( Know) Know) Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah meng mengingat ingat kembali (recall (recall ) terhadap sesuatu yang spesifik dari suatu bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Oleh sebab itu ’tahu’ ini merupakan tingkat pengetahuan penget ahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. 2. Memahami (Comprehension (Comprehension)) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpetasikan materi tersebut secara benar. 3. Aplikasi ( Aplication) Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini s ini dapat diartikan penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah ( Problem Solving Sycle) Sycle) di dalam pemecahan masalah. 4. Analisis ( Analysis) Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen tetapi masih satu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5. Sintesis (Synthesis (Synthesis))
4
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian ke dalam suatu bentuk yang baru. Dengan kata lain sintesis ini suatu kemampuan untuk menyusun formasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. 6. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau obyek dengan menggunakan kriteria-kriteria sendiri atau kriteria yang sudah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingi diukurdari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan ses uaikan dengan tingkat-tingkat tersebut di atas.
2.1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan 1. Faktor Eksternal
a. Pendidikan Formal / Informal Dalam arti luas, pendidikan mencakup seluruh proses kehidupan dan segala bentuk interaksi individu dengan lingkungannya, secara formal / informal. Pendidikan sangat besar terhadap tingkah ti ngkah laku (Kusmiyati, 1990). Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. (Notoatmodjo, 1997)
b. Pergaulan / Lingkungan Sosial Pergaulan lingkungan sosial memberikan dampak positif dan negatif bagi seseorang (Hasmi. F, 2000). Lingkungan sosial sangat berpengaruh terhadap pengetahuan dan juga juga kebiasaan sehari-hari. Dengan lingkungan yang bersih dan aman, akan mencipatakan suasana yang kondusif sehingga memudahkan proses belajar. 5
c. Sarana informasi Semakin banyak panca indera yang digunakan manusia untuk menerima, semakin banyak dan semakin jelas pengertian atau pengetahuan yang diperoleh (Notoamtmodjo.S, 1997). Pengetahuan tidak hanya dapat diperoleh dari bangku sekolah tetapi dapat pula diperoleh dari media informasi baik media cetak maupun elektronik. d. Sosial Ekonomi Seseorang dengan derajat ekonomi menengah ke atas tentunya akan mengenyam pendidikan yang lebih tinggi bila merupakan kemauan dari individu tersebut. Ini berarti pula pengetahuan yang dimiliki akan semakin banyak pula. e. Latar Belakang Pendidikan Keluarga Semakin tinggi latar belakang pendidikan keluarga seseorang, maka semakin banyak pula pengetahuaanya, karena pengaruh dari anggota keluarga tersebut. (Notoatmodjo.S, 1997). Seseorang yang berasal dari keluarga yang berpendidikan tinggi tentu akan berusaha untuk memperoleh pendidikan yang tinggi pula.
2. Faktor Internal
a. Usia Keadaan seseorang yang masih berusia muda maka orang itu bisa lebih cepat menerima suatu berita atau cepat lebih paham dibanding usia yang lebih tua. (Notoatmodjo, 1998). Semakin tua usia seseorang maka akan mengalami proses kemunduran fisik maupun mental sehingga juga akan mengalami hambatan dalam proses menerima informasi/pengetahuan.
6
b. Intelegensia Daya membuat reaksi atau penyelesaian yang tepat dan cepat, baik secara fisik maupun mental terhadap pengalaman baru, membuat pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki siap untuk dipakai apabila dihadapkan pada fakta-fakta atau kondisikondisi baru. Semakin tinggi intelegensia seseorang maka akan semakin mudah menerima informasi/pengetahuan
baru, jika dibandingkan orang yang yang memiliki
intelegensia lebih rendah. c. Pemahaman Kemampuan seseorang untuk menyelesaikan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar (Notoatmodjo.S, 1997). Semakin paham seseorang tentang sesuatu hal maka semakin besar pula pengetahuan yang dimiliki tentang hal tersebut. d. Keyakinan Kepercayaan yang sungguh-sungguh, kepastian, ketentuan bagian agama / religi yang
terwujud
konsep-konsep
yang
menjadi
keyakinan
(kepercayaan)
dan
penganutnya. (Notoatmodjo.S, (Notoatmodjo.S, 1997). e. Gaya Hidup Gaya hidup di jaman modern seperti ini banyak sarana hiburan yang memberikan contoh model pergaulan modern, biasanya mendorong mereka kepada pemukiman berkelompok (Hasmi F, F, 2000).
7
2.3. Konsep Perawatan Vulva Hygiene. Pengertian
Vulva hygiene adalah membersihkan alat kelamin wanita bagian luar dan sekitarnya. (Perry Potter, 2000 : 301). adalah membersihkan vulva dan daerah sekitarnya pada pasien wanita Vulva hygiene hygiene adalah vulva dan yang sedang nifas atau tidak dapat melakukannya sendiri. Vulva hygiene adalah tindakan keperawatan pada alat kelamin perempuan, yaitu perawatan diri pada organ eksterna yang terdiri atas mons veneris, terletak didepan simpisis s impisis pubis, labia mayora yang merupakan dua lipatan besar yang membentuk vulva, labia minora, dua lipatan kecil di antara atas labia mayora, klitoris, sebuah jaringan eriktil yang serupa dengan penis laki-laki, kemudian juga bagian yang terkait di sekitarnya seperti uretra, vagina, perineum, dan anus. Jadi, vulva hygiene adalah sebuah tindakan yang dilakukan petugas kesehatan untuk membantu membersihkan daerah perineum pada wanita yang mengalami masa nifas atau tidak dapat melakukan vulva hygiene secara mandiri.
Tujuan
Menurut Moorhouse et. al. (2001), adalah pencegahan terjadinya infeksi pada saluran reproduksi yang terjadi dalam 28 hari setelah kelahiran anak atau aborsi.
1. Untuk penyembuhan luka jahitan perineum 2. Untuk kebersihan perineum, vulva juga memberikan rasa nyaman bagi klien.
Sedangkan tujuan dari perawatan vulva hygiene hygiene (Perry Potter, 2000 : 301 -308) antara lain : 8
1. Mencegah dan mengontrol penyebaran infeksi. 2. Mencegah kerusakan jaringan kulit. 3. Meningkatkan kenyamanan. 4. Mempertahankan kebersihan.
Cara perawatan Vulva Hygiene
Perawatan vulva pada post partum sangatlah berpengaruh dalam kesembuhan luka. Adapun cara perawatan itu sendiri meliputi : 1. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh. Perawatan terhadap ibu post partum dilaksanakan berdasarkan upaya untuk mempertahankan kebersihan serta kenyamanan, mencegah infeksi dan membantu mengurangi sumber infeksi. Karena dengan kebersihan tubuh yang terjaga maka ibu akan merasakan segar pada tubuhnya, maka kemungkinan infeksi akan terhindar. (Perry Potter, 2000 : 303) 2. Mengajarkan pada ibu membersihkan daerah sekitar vulva.
Luka pada perineum akibat episiotomi, ruptur atau laserasi las erasi merupakan daerah yang tidak mudah untuk dijaga agar tetap bersih dan kering. Membersihkan daerah kelamin dengan menggunakan sabun dan air, pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. (Perry Potter, 2000 : 307)
9
Walaupun prosedurnya bervariasi dari satu rumah sakit ke rumah sakit lainnya tetapi prinsip-prinsip dasarnya adalah universal, yaitu : mencegah kontaminasi dari rectum, menangani dengan lembut pada jaringan yang terkena trauma dan membersihkan semua keluaran yang menjadi sumber bakteri dan bau. Dengan cara membersihkan yang benar maka kesembuhan akan lebih cepat dan terhindar dari infeksi. 3. Mengganti Pembalut / kain pembalut.
Menyarankan ibu untuk mengganti pembalut / kain pembalut setidaknya dua kali sehari atau setiap selesai buang air kecil dan buang air besar. Prosedur yang dapat dilakukan yaitu membuang pembalut yang telah penuh dengan gerakan ke bawah mengarah ke rectum lalu letakkan pembalut tersebut ke dalam kantung plastik, semprotkan air ke seluruh perineum, kemudian kemudian keringkan keringkan perineum dari depan ke belakang dan pasang pembalut dari depan ke belakang. (Dir.Jen.Yan.Kes. Dep.Kes, 1997 : 72) 4. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan. Menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihakn daerah kelamin. Cara yang paling efektif untuk mencegah infeksi dengan ibu belajar kebersihan diri yang baik, terutama tehnik mencuci tangan dimana sumber infeksi terbesar bagi ibu post partum adalah tangan, hidung dan mulut. (Perry Potter, 2000 : 308)
10
5. Anjurkan ibu untuk tidak menyentuh daerah vulva. Luka pada vulva sangatlah rawan terkena infeksi, sebab itu ibu dianjurkan tidak menyentuh daerah vulva yang terluka. Mengingat tangan merupakan salah satu sumber terbesar dari kuman yang menyebabkan infeksi 6. Cuci Tangan Cuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
2.3.4 Resiko Tidak Dilakukan Perawatan Perawatan Vulva Hygiene
Perlukaan jalan lahir dan lokea merupakan media yang ideal bagi pertumbuhan mikroorganisme penyebab infeksi. Bila pada masa nifas tidak dilakukan perawatan vulva hygiene yang benar, maka resiko terjadi infeksi nifas sangat tinggi. t inggi. Infeksi oleh kuman patogen terutama Streptococcus Haemolyticus golongan A sangat berbahaya dan merupakan 50 % penyebab kematian karena infeksi nifas. (Sarwono, 2005 : 693). Infeksi nifas ringan terjadi pada genetalia eksterna dengan gambaran klinis : demam dengan suhu 38oC selama 2 hari, rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi dan rasa perih bila kencing. Infeksi nifas terberat adalah terjadinya sepsis dengan gambaran klinis : suhu mendadak naik tinggi (39 – (39 – 40 40oC) disertai menggigil, nadi cepat (140 – (140 – 160 160 x/menit), keadaan umum cepat memburuk, pasien dapat meninggal dalam 6 -7 hari post partum (Sarwono, 2005 : 695).
11
Sepsis Puerperalis Puerperalis penyebab terpenting ke-2 kematian ibu, mencapai 15 % dari kematian ibu di negara-negara berkembang karena kurangnya hygiene selama persalinan dan post partum (Safe Motherhood, 2001). 2001).
2.3.5 Bentuk Luka Perineum
Bentuk luka perineum setelah melahirkan ada 2 macam yaitu : 1. Rupture Rupture Rupture adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara Rupture alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan. Bentuk rupture biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan. rupture (Hamilton, 2002). 2. Episiotomi Episiotomi Episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada perineum untuk memperbesar muara vagina yang dilakukan tepat sebelum keluarnya kepala bayi (Eisenberg, A., 1996). Episiotomi, suatu tindakan yang disengaja pada perineum dan vagina yang sedang dalam keadaan meregang. Tindakan ini dilakukan jika perineum diperkirakan akan robek teregang oleh kepala janin, harus dilakukan infiltrasi perineum dengan anestasi lokal, kecuali bila pasien sudah diberi anestasi epiderual. Insisi episiotomi dapat dilakukan di garis tengah atau mediolateral. Insisi garis tengah mempunyai keuntungan karena tidak banyak pembuluh darah darah besar dijumpai disini dan dan daerah ini lebih mudah diperbaiki diperbaiki (Jones Derek, 2002).
2.3.6 Lingkup Perawatan Perawatan
Lingkup perawatan perineum ditujukan untuk pencegahan infeksi organ-organ reproduksi yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme yang masuk melalui vulva yang terbuka atau akibat dari perkembangbiakan bakteri pada peralatan penampung lochea lochea (pembalut) (Feerer, 2001). Sedangkan menurut Hamilton (2002), lingkup perawatan perineum adalah 1. Mencegah kontaminasi dari rektum 2. Menangani dengan lembut pada jaringan yang terkena trauma 3. Bersihkan semua keluaran yang menjadi sumber bakteri dan bau. 12
2.3.7 Waktu Perawatan
Menurut Feerer (2001), waktu perawatan perineum adalah 1. Saat mandi Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut, setelah terbuka maka ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan penggantian pembalut, demikian pula pada perineum ibu, untuk itu diperlukan pembersihan perineum. 2. Setelah buang air kecil Pada saat buang air kecil, pada saat buang air kecil kemungkinan besar terjadi kontaminasi air seni padarektum akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada perineum peri neum untuk itu diperlukan pembersihan perineum. 3. Setelah buang air besar. Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran disekitar anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke perineum yang letaknya bersebelahan maka diperlukan proses proses pembersihan anus dan perineum secara keseluruhan. 2.3.8 Standar Operasional Prosedur Vulva Hygiene
1. Tujuan a. Untuk mengetahui alat dan bahan untuk vulva hygiene. h ygiene. b. Untuk mengetahui cara vulva hygiene. c. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam dala m vulva hygiene. 2. Ruang Lingkup Semua tindakan pelaksanaan vulva hygiene. Sebelum mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata di lapangan, wajib mendemontrasikan mendemontrasikan pelaksanaan tindakan mengganti mengganti pakaian pasien diatas tempat tidur antar mahasiswa sebagai sarana praktek. 3. Uraian Umum a. Jenis tindakan vulva hygiene yang dipergunakan adalah phantom yang biasa dipakai untuk latihan tindakan pemeriksaan laboratorium. b. Indikator keberhasilan tindakan apabila dilakukan sesuai prosedur. c. Teknik pelaksanaan dengan tepat. d. Prosedur operasional tindakan. 13
4. Petugas Pembimbing /penguji praktek laboratorium keperawatan.
5. Alat dan Bahan a. Larutan NaCL 0,9% b. Betadine c. Kapas steril d. Set vulva hygiene steril yang berisi: - 2 buah kom - 2 buah klem - 2 buah kasa e. Handscoon f. Bengkok g. Korentang h. Perlak i. Selimut j. Tempat sampah tertutup 6. Instruksi kerja a. Menyiapkan alat dan bahan b. Menjaga privasi pasien c. Memberitahu ibu bahwa dilakukan perawatan vulva hygiene d. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir e. Mengganti selimut dan membuka celana pasien f. Mengatur posisi pasien (sikap dorsal recumbent) g. Memasang perlak dibawah bokong pasien. 14
h. Dekatkan bengkok i. Buka set vulva hygiene j. Masukkan kasa pada satu buah kom kecil dan basahi dengan larutan NaCL k. Masukkan betadine pada sebuah kom lagi l. Pakai kedua handscoon (kiri dan kanan) m. Ambil kapas yang telah dibasahi larutan NaCL dari kom dengan menggunakan pinset. n. Membuka vulva dengan ibu jari dan jari telunjuk sebelah kiri, kemudian mulai membersihkan vulva dengan urutan: - Labia mayora kiri dan kanan - Labia minora kiri dan kanan - Perineum sampai ke anus o. Pastikan ada jahitan yang terlepas, longgar, bengkak atau iritasi p. Oleskan betadine pada jahitan secara hati-hati q. Memasang celana pasien r. Pasien dirapikan kembali s. Peralatan dibereskan dan dikembalikan ditempat semula t. Melepaskan handscoon kemudian mencuci tangan u. Beritahu kepada pasien bahwa tindakan yang dilakukan telah selesai v. Mendokumentasikan
7. Indikator Vulva hygiene dilakukan secara benar dan hasil pelaksanaan bisa dilihat atau disimpulkan. Keterampilan dapat dilaksanakan secara sistematis tanpa bantuan dan tepat.
15
BAB III PENUTUP Kesimpulan
Vulva hygiene adalah tindakan keperawatan pada alat kelamin perempuan, yaitu perawatan diri pada organ eksterna yang terdiri atas mons veneris, terletak didepan simpisis si mpisis pubis, labia mayora yang merupakan dua lipatan besar yang membentuk vulva, labia minora, dua lipatan kecil di antara atas labia mayora, klitoris, sebuah jaringan eriktil yang serupa dengan penis laki-laki, kemudian juga bagian yang terkait di sekitarnya seperti uretra, vagina, perineum, dan anus. Tujuan menurut Moorhouse et. al. (2001), adalah pencegahan terjadinya infeksi pada saluran reproduksi yang terjadi dalam 28 hari setelah setel ah kelahiran anak atau aborsi. Perawatan vulva pada post partum sangatlah berpengaruh dalam kesembuhan luka. Adapun cara perawatan itu sendiri meliputi : 1. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh. 2. Mengajarkan pada ibu membersihkan daerah sekitar vulva. 3. Mengganti Pembalut/kain pembalut 4. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan. 5. Anjurkan ibu untuk tidak menyentuh daerah vulva. Resiko Tidak Dilakukan Perawatan Vulva Hygiene
Perlukaan jalan lahir dan lokea merupakan media yang ideal bagi pertumbuhan mikroorganisme penyebab infeksi. Bila pada masa nifas tidak dilakukan perawatan vulva hygiene yang benar, maka resiko terjadi infeksi nifas sangat tinggi. Bentuk Luka Perineum 1. Rupture 2. Episiotomi Lingkup Perawatan
Lingkup perawatan perineum ditujukan untuk pencegahan infeksi organ-organ reproduksi yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme yang masuk melalui vulva yang terbuka atau akibat dari perkembangbiakan bakteri pada peralatan penampung lochea lochea (pembalut) (pembalut) (Feerer, 2001). Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus anus pada ibu.
16
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/301091753/post-Partum-Dan-Perawatan-Vulva-Hygiene https://www.scribd.com/doc/301091753/post-Partum-Dan-Perawatan-Vulva-Hygiene https://www.scribd.com/docement/293607201/Vulva-Hygiene https://www.scribd.com/docement/293607201/Vulva-Hygiene
17
18
View more...
Comments