Volkanologi Dan Geotermal Gunung Anak KR PDF
September 20, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Volkanologi Dan Geotermal Gunung Anak KR PDF...
Description
TUGAS MATA KULIAH GL3142 VOLKANOLOGI & GEOTERMAL KELOMPOK 3: GUNUNG ANAK KRAKATAU
Wira Cakrabuana
(12014016)
M. Dzaki Ibrahim
(12014033)
Culbert F. Gabe
(12014049)
Prayudha Naufal I. Ahmad Jaka A.
(12014065) (12014076)
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2016
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara geologis, Indonesia adalah negara kepulauan yang berada di pertemuan beberapa lempeng tektonik dunia, yaitu Eurasia, Indo-Australia, Pasifik, dan Filipina (minor) sehingga memiliki busur gunungapi yang relatif masif dan panjang (bagian besar dari Ring of Fire) Fire) (Sumintadireja, 2012). Indonesia memiliki gunungapi terbanyak di dunia, yaitu 129 gunungapi aktif (15% dari seluruh gunungapi di dunia) (Sumintadireja, 2012).
Keberadaan gunungapi di Indonesia memberikan dampak signifikan bagi kehidupan masyarakat, baik positif maupun negatif. Makalah ini akan lebih fokus untuk membahas dampak negatif dari keberadaan gunungapi di Indonesia. Beberapa gunungapi yang masih atau pernah aktif di Indonesia seperti Gunung Tambora, Gunung Krakatau, dan Gunung Merapi menyisakan segenap kenangan kelam bencana letusan yang pernah diakibatkannya. Bencana letusan gunungapi yang menelan banyak korban jiwa dan kerugian harta-benda adalah suatu hal yang sampai saat ini masih sulit diperkirakan waktu kejadiannya. Bercermin dari fakta tersebut, perlu dilakukan suatu penelitian komprehensif tentang gunungapi untuk meminimalkan dampak negatif dari bencana letusan yang diakibatkannya.
Salah satu gunungapi aktif di Indonesia adalah Gunung Anak Krakatau (GAK) di Selat Sunda, Lampung. Setelah letusan dahsyat tahun 1883, Gunung Krakatau menyisakan beberapa anak pulau gunungapi yang salah satunya adalah GAK yang kini masih aktif. Telah dilakukan beberapa riset tentang GAK oleh sebagian lembaga milik pemerintah Indonesia. Dengan hasil riset terdahulu dilakukan suatu penelitian lanjutan untuk memperdalam pengetahuan tentang karakteristik, sejarah erupsi, pemodelan erupsi (dengan software software Erupt3), Erupt3 ), dan mitigasi bencana GAK.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, muncul tiga pertanyaan utama yang harus terjawab di akhir makalah, yaitu:
1. Bagaimana karakteristik GAK? 2. Bagaimana sejarah erupsi GAK? 3. Bagaimana pemodelan erupsi GAK? 4. Bagaimana mitigasi bencana GAK?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan keempat rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah: 1. Menentukan karakteristik GAK 2. Menentukan sejarah erupsi GAK 3. Menentukan pemodelan erupsi GAK 4. Menentukan mitigasi bencana GAK
1.4 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur (dilakukan dengan mengkaji buku, paper buku, paper , dan sumber internet).
1.5 Sistematika Penulisan
Makalah ini terbagi dalam enam bab, yaitu Pendahuluan, Karakteristik GAK, Sejarah Erupsi GAK, Pemodelan Erupsi GAK, Mitigasi Bencana GAK, dan Kesimpulan. Bab satu menjelaskan latar belakang pengangkatan topik, rumusan masalah yang muncul, tujuan utama dari penelitian, metode yang digunakan dalam penelitian, dan sistematika penulisan makalah. Bab dua menjelaskan tentang karakteristik umum dari GAK seperti morfologi, stratigrafi, litologi, serta sifat-sifat kegunungapian lainnya. Bab tiga menjelaskan tentang sejarah erupsi GAK sejak pembentukannya sampai saat ini. Bab empat menjelaskan tentang pemodelan erupsi GAK dengan menggunakan software software Erupt3 Erupt3.. Bab lima menjelaskan tentang mitigasi bencana yang telah dan dapat dilakukan di Kawasan Rawan Bencana (KRB) GAK. GAK. Bab enam menyajikan kesimpulan dari semua pembahasan masalah di makalah ini.
BAB II KARAKTERISTIK KARAKTERISTI K GUNUNG ANAK KRAKATAU
Secara astronomis, GAK berada di 6° 6’ 5,8’’ LS dan 105° 25’ 22,3’’ BT (ESDM, 2005).
Secara geografis, GAK berada di Selat Sunda, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung (ESDM, 2005). GAK berdekatan dengan beberapa kota, yaitu Kalianda (Lampung); Merak, Anyer, dan Labuan (Banten) (ESDM, 2005).
Gambar 2.1 Lokasi geografis GAK (Sutawidjaja, 2006)
GAK memiliki ketinggian ± 300 mdpl dan lebar ± 2 km (ESDM, 2005). GAK berbentuk pulau gunungapi dengan salah satu kerucut aktifnya di pusat kaldera dengan periode letusan 1-8 tahun sekali dan rata-rata 2-4 tahun sekali (ESDM, 2005). GAK memiliki tipe erupsi Strombolian dan Vulkanian (ESDM, 2005). Dengan demikian dapat diperkirakan bahwa GAK memiliki nilai VEI (Volcanic Explosivity Index) Index) sebesar 2-4 (Sumintadireja, 2012). Selain itu, gunungapi bertipe Strombolian dan Vulkanian memiliki ciri khas material erupsi berupa jatuhan piroklastik, aliran piroklastik, dan aliran lava (Sumintadireja, 2012). 2012).
www.wikipedia.com, diunduh 20 November 2016) Gambar 2.2 Morfologi umum GAK (www.wikipedia.com,
A
C
B
D
Gambar 2.3 Kenampakan kawah dan kelurusan dalam beberapa peta berbayang. Sinar
datang dari: selatan (A), barat (B), utara (C), dan timur (D) (QGIS ( QGIS , dikerjakan 28 November 2016).
Gambar 2.4 Grafik perubahan ketinggian GAK pada 1930-2005 (Sutawidjaja, 2006)
Gambar 2.5 Ilustrasi beberapa tipe erupsi gunungapi, GAK bertipe Strombolian dan
Vulkanian (www.britannica.com, www.britannica.com, diunduh 20 November 2016)
Gambar 2.6 Klasifikasi tipe erupsi menurut Walker (1983), GAK bertipe Strombolian dan
www.wikipedia.com,, diunduh 20 November 2016) Vulkanian (www.wikipedia.com
Gambar 2.7 Tiga jenis material hasil erupsi GAK (www.wikipedia.com, www.wikipedia.com, diunduh 20 November 2016)
Di sekitar GAK terdapat dua pos pengamatan yang berlokasi di Pasauran (Banten) dan Hargopancuran (Lampung) (ESDM, 2005). GAK adalah salah satu bagian dari Kompleks Krakatau yang terdiri dari Pulau Rakata, Pulau Sertung, Pulau Panjang, dan Pulau Anak Krakatau (ESDM, 2005). Tiga pulau pertama adalah sisa-sisa pembentukan kaldera Krakatau, sementara Anak Krakatau tumbuh menjadi gunungapi (ESDM, 2005). Kompleks Krakatau terletak 140 km dari jalur tektonik selatan Jawa di mana jalur penunjaman terdapat 120 km di bawahnya (Zen, 1983; dalam ESDM, 2005). Kompleks Krakatau berada di antara dua zona graben dan zona rekahan berarah utara-selatan (ESDM, 2005).
Gambar 2.8 Kompleks Krakatau (www.britannica.com www.britannica.com,, diunduh 20 November 2016)
Letusan dasitik dahsyat pada 27 Agustus 1883 menyebabkan runtuhnya tubuh Gunung Krakatau yang kemudian membentuk beberapa anak pulau seperti yang telah dijelaskan di paragraf sebelumnya. Letusan basaltik pada 29 Desember 1927 dinyatakan sebagai seba gai kelahiran GAK (ESDM, 2005). Sampai saat ini, telah terjadi lebih dari 100 kali erupsi dengan produk material piroklastik dan atau lava (ESDM, 2011). Fitur geomorfis GAK yang teramati hingga hari ini adalah dinding kaldera, kerucut volkanik, aliran lava, dan pantai (ESDM, 2011).
Gambar 2.9 Ilustrasi letusan Gunung Krakatau pada 27 Agustus 1883 (www.wikipedia.com, www.wikipedia.com,
diunduh 20 November 2016)
Gambar 2.10 Grafik perubahan kadar silika erupsi GAK pada 1930-2000 (Sutawidjaja,
2006)
www.vsi.esdm.go.id, Gambar 2.11 Grafik perubahan volume GAK pada 1980-2005 (www.vsi.esdm.go.id, diunduh 20 November 2016)
BAB III SEJARAH ERUPSI GUNUNG ANAK KRAKATAU
Sejak 29 Desember 1927 sampai tahun 2000-an, GAK telah mengalami lebih dari 100 kali erupsi, baik eksplosif maupun efusif (ESDM, 2011). Dari sejumlah letusan tersebut, titik erupsi GAK selalu berpindah-pindah di sekitar tubuh kerucutnya (ESDM, 2011). GAK diperkirakan memiliki masa istirahat 1-8 tahun t ahun dengan rata-rata kejadian erupsi 4 tahun sekali (ESDM, 2011). Jumlah material volkanik yang dikeluarkan GAK dari aktivitas erupsinya selama ini mencapai 13 juta m 3 (ESDM, 2011).
Secara umum, umum, Kompleks Kompleks
Krakatau telah mengalami lima periode evolusi gunungapi gunungapi
(ESDM, 2011), yaitu: 1. Periode 1: Pembentukan gunungapi tunggal (Gunung Krakatau Purba) 2. Periode 2: Penghancuran Gunung Krakatau Purba 3. Periode 3: Pembentukan gunungapi Rakata, Danan, dan Perbuatan 4. Periode 4: Penghancuran gunungapi Rakata, Danan, dan Perbuatan 5. Periode 5: Pembentukan Gunung Anak Krakatau
Gambar 3.1 Perkembangan Kompleks Krakatau (Sutawidjaja, 2006)
Gambar 3.2 Perkembangan morfologi GAK pada 1929-2000 (Sutawidjaja, 2006)
Tabel 3.1 Sejarah erupsi GAK (1680-2010) (ESDM, 2011)
1680 - 1681 1681
Mei 1680 1680 - Mei 1681, 1681, letusan abu disertai leleran lava
1883
20 Mei 1883, diawali dari aktivitas Gunung Perbuatan, letusan abu dan semburan uap mencapai tinggi 11 km, suara dentuman terdengar sejauh 200 km. Pada Juni, kegiatan volkanik terjadi di Gunung Danan. Erupsi proksimal terjadi pada 26 - 28 Agustus. Setelah pukul 13.00, 26 Agustus, beberapa erupsi terjadi dan mencapai puncaknya pada Minggu, 27 Agustus, pukul 10.02, pada pukul 10.52 dentumannya terdengar hingga ke Singapura dan Australia. Erupsi E rupsi ini menyemburkan batuapung dan abu setinggi 70 - 80 km, endapannya menempati area 827.000 km2. Runtuhan tubuh gunungapi menyebabkan tsunami dengan tinggi gelombang rata-rata 20 m yang menyapu pantai-pantai di Selat Sunda dan barat laut Jawa serta menyebabkan 36.417 koban jiwa. September dan Oktober terjadi letusan freatik.
1884
Februari, letusan freatik yang merupakan kelanjutan dari Oktober 1883
1927
29 Desember, kegiatan volkanik baru terjadi di pusat kaldera, tepatnya di timur laut dasar kaldera pada kedalaman 188 m, dinyatakan sebagai kelahiran Gunung Anak Krakatau. Kawah baru ini satu garis dengan kawah-kawah Danan dan Perbuatan sebelumnya.
1928
5 Februari, 25 Maret, 2 Juni, 6 - 13 Juli, 25 Agustus - 4 September, 4 - 26 November, dan 11 - 20 20 Desember
1929
12 Januari - 18 Februari, 6 - 13 Maret, 8 - 20 Juni, 25 Juli - 25 Agustus, 19 September - 7 Oktober, dan 7 - 23 Desember
1930
14 - 28 Januari, 10 Maret - 5 April, 30 April - 15 Mei, dan 2 Juni - 15 Agustus
1931
Terbentuk danau kawah, erupsi abu mencapai tinggi 2400 m dan erupsi samping pada 23 - 26 September, 5 - 7 November, dan 5 - 21 Desember
1932
12 - 17 Februari erupsi lanjutan dari tahun sebelumnya
1933
Erupsi di danau kawah pada 16 Januari - 25 Mei, 10 - 17 Juni, 5 - 6 Juli, 5 September - 5 Oktober, dan 10 November - 6 Desember
1934
Kegiatan lanjutan dari tahun sebelumnya pada 6 - 26 Januari, selama Maret, 5 12 Mei, dan 7 m. - 9 Juni. Pada periode ini salah satu erupsinya mencapai ketinggian 6800
1935
Erupsi abu dan erupsi freatik di danau kawah, ukuran danau kawah mencapai 275 x 250 m2, aktivitas terjadi pada 4 - 14 Januari, 6 Februari - 6 Mei, dan 25 Mei - 12 Juli
1936
Erupsi abu pada 13 Oktober dan selama November tinggi tiang abu sekitar 100 - 300 m
1937
Erupsi di danau kawah terjadi pada 6 Agustus - 21 September, tinggi abu antara 2000 - 2600 m, kemudian pada 17 - 23 November terjadi erupsi-erupsi kecil pada kawah baru di bagian barat daya
1938
Erupsi abu dan erupsi freatik di danau kawah berlangsung hingga 1940. Kegiatan terjadi pada 4 Juli - 29 Agustus, 12 - 14 September, 2 Oktober, 7 November, dan 8 - 9 Desember. Desember.
1939
15 - 27 Januari, 20 Maret, 1 Juni - 4 Agustus, 23 - 25 September, dan 13
Desember 1940
9 Januari, 3 - 10 Februari, 1 Maret - 15 Mei, dan 10 Juni - 2 Juli. Pada Juni tinggi letusan mencapai 1000 - 4000 m.
1941
Erupsi di danau kawah pada 28 Januari - 12 Februari
1942
Erupsi di danau kawah pada 29 - 30 Januari
1943
Erupsi di danau kawah
1944
Erupsi di danau kawah
1945
Erupsi di danau kawah
1946
Erupsi di danau kawah pada 25 Juli dan selama Desember
1947
Erupsi di danau kawah selama April
1948
Erupsi di danau kawah
1949
Erupsi di danau kawah pada 12 Mei
1950
Erupsi di danau kawah pada 3 - 7 Juli
1952
Erupsi di danau kawah pada 10 - 11 Oktober, terbentuk kerucut baru dengan danau kawah bergaris tengah 440 m
1953
Erupsi abu di danau kawah pada 20 - 23 September, tinggi kerucut mencapai
1958
116 m Erupsi di danau kawah, tanggalnya tidak diketahui
1959
Erupsi di danau kawah selama Juni - Juli. Kegiatan erupsi terdiri atas 4 fase: 1. Erupsi abu hitam, 2. Erupsi abu dan gas dengan tiang asap setinggi 500 m, 3. Erupsi abu setinggi 1000 - 1500 m, dan 4. Erupsi abu hitam.
1960
Kegiatan erupsi lanjutan dari tahun sebelumnya, terjadi pada 12 - 13 Januari, tinggi asap mencapai 1000 m
1961
Kegiatan erupsi tidak diketahui tanggalnya, melenyapkan danau kawah bulan sabit dan leleran lava mengisi kawah dan dan bibir kawah bagian timur
1963
Leleran lava menembus laut melalui pematang barat daya kawah dan membentuk kipas
1968 1972 - 1973
Erupsi freatik selama September Erupsi abu menerus mencapai tinggi tinggi 1600 m. Saksi mata mengamati kejadian erupsi pada 26 Juni, 21 - 22 Desember, dan 29 Desember 1972. Kagiatan erupsi menerus hingga Januari 1973 dan diakhiri leleran lava ke arah selatan, barat daya, dan barat; menembus laut sehingga memperluas daratan.
1975
Erupsi abu selama tahun ini dan diakhiri dengan leleran lava ke arah barat barat laut
1979
Erupsi abu hampir selama tahun ini dan diakhiri dengan leleran lava ke arah barat daya
1981
Erupsi abu sejak Februari hingga Juli dan diakhiri dengan leleran lava ke arah selatan menindih lava 1973-1973
1984
Erupsi abu terjadi pertengahan tahun dan tidak diketahui tanggalnya
1988
Erupsi abu pada 16 - 18 Maret membentuk kawah baru di lereng selatan dan kegiatannya diakhiri dengan leleran lava yang terbatas pada lereng ler eng selatan
1992 - 2000
Erupsi abu terjadi pada 8 November, kegiatannya dimulai dengan peningkatan kegempaan volkanik sejak Agustus. Kegiatan erupsi menerus sampai tahun 2000 setiap hari atau setiap beberapa menit, menyemburkan abu dengan tinggi rata-rata 400 - 800 m, dan leleran lava. Leleran lava terjadi pada November Desember 1992, Februari 1993, April - Mei 1993, Juni 1993, Januari 1996, Juni 1996, dan Juli 1996. Leleran lava tersebut umumnya mencapai laut, sehingga menambah daratan pulau tersebut. Jumlah material yang disemburkan 3
(lava dan lepas) adalah 22 juta mencapai m . Penambahan 380.000 m2material . Tinggi Gunung Anak Krakatau 305 mdpl.daratan seluas 2001
Erupsi abu bertipe Strombolian pada 5 Juli
2005
Pada 24 - 26 September 2005 terjadi peningkatan jumlah kegempaan
2007
Pada 20 - 22 Oktober 2007 aktivitas kegempaan kembali meningkat. Pada 23 Oktober 2007 terjadi letusan abu setinggi 200 m. Berdasarkan hasil pengamatan visual pada 25 Oktober 2007 (Patria dkk, 2007), dilaporkan terdapat lubang letusan baru di dinding selatan Gunung Anak Krakatau.
2008
Pada 1 - 20 April terjadi peningkatan aktivitas. Hasil pengamatan langsung Gunung Anak Krakatau 15 - 16 April 2008 menunjukkan bahwa terjadi letusan abu yang disertai lontaran material pijar yang berlangsung setiap selang waktu 5 - 15 menit dengan ketinggian sekitar 100 - 500 meter.
2010
Mulai 10 Oktober 2010, terjadi letusan abu yang disertai lontaran material pijar dengan ketinggian asap sekitar 100-1700 m dan berlangsung setiap hari sampai saat ini
Gambar 3.3 Peta geologi GAK (Sutawidjaja, 2006)
BAB IV PEMODELAN GUNUNG ANAK KRAKATAU
4.1 Proses Pemodelan GAK
Pemodelan berasal dari kata model yang berarti rencana, representasi, atau deskripsi yang menjelaskan suatu objek, sistem, atau konsep. Pemodelan merupakan suatu upaya penyederhanaan atau idealisasi dari suatu objek, sistem, atau konsep. Hasil dari pemodelan dapat berupa model fisik, model visual, dan rumusan matematis. Makalah ini akan fokus membahas tentang pemodelan visual erupsi GAK menggunakan software menggunakan software Erupt3. Erupt3.
GAK telah bererupsi selama 89 tahun (1927-2016). Dalam jangka waktu tersebut, GAK memiliki frekuensi erupsi rata-rata 4 bulan setiap tahun dan 3,6 jam setiap hari. Dengan asumsi frekuensi tersebut, waktu total erupsi adalah ± 3 tahun.
Selama proses pemodelan, GAK diasumsikan memiliki 12 fase erupsi yang membangun tubuh gunungapi-nya dari awal sampai seperti saat ini. 12 fase erupsi tersebut adalah campuran erupsi tipe Strombolian dan erupsi tipe Vulkanian, sehingga erupsi GAK menghasilkan produk campuran material piroklastik dan material lava.
menggunakan Erupt3 Tabel 4.1 Daftar fase erupsi dalam pemodelan GAK menggunakan Erupt3 No
Fase
Material hasil erupsi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Tipe Vulkanian Lava basaltis Tipe Strombolian Lava basaltis Tipe Strombolian Lava riolitis Tipe Strombolian Tipe Strombolian Tipe Strombolian Lava riolitis Lava riolitis Tipe Strombolian
Waktu erupsi (hari) 1 1 48 120 16 340 38 3 6 215 84 beberapa jam
Banyak erupsi (kali) 600 1 545 1 188 4 460 32 68 4 1 13
Erupt3, dikerjakan 28 November 2016) Gambar 4.1 Fase erupsi pertama ( Erupt3,
Gambar 4.2 Fase erupsi kedua ( Erupt3, Erupt3, dikerjakan 28 November 2016)
Erupt3, dikerjakan 28 November 2016) Gambar 4.3 Fase erupsi ketiga ( Erupt3,
Erupt3, dikerjakan 28 November 2016) Gambar 4.4 Fase erupsi keempat ( Erupt3,
Gambar 4.5 Fase erupsi kelima ( Erupt3, Erupt3, dikerjakan 28 November 2016)
Gambar 4.6 Fase erupsi keenam ( Erupt3 Erupt3,, dikerjakan 28 November 2016)
Gambar 4.7 Fase erupsi ketujuh ( Erupt3, Erupt3, dikerjakan 28 November 2016)
Erupt3, dikerjakan 28 November 2016) Gambar 4.8 Fase erupsi kedelapan ( Erupt3,
Gambar 4.9 Fase erupsi kesembilan ( Erupt3, Erupt3, dikerjakan 28 November 2016)
Erupt3,, dikerjakan 28 November 2016) Gambar 4.10 Fase erupsi kesepuluh ( Erupt3
Erupt3, dikerjakan 28 November 2016) Gambar 4.11 Fase erupsi kesebelas ( Erupt3,
Gambar 4.12 Fase erupsi kedua belas ( Erupt3 Erupt3,, dikerjakan 28 November 2016)
Erupt3,, dikerjakan 28 November 2016) Gambar 4.13 Hasil akhir pemodelan erupsi GAK ( Erupt3
view ( Erupt3 Erupt3,, dikerjakan 28 November Gambar 4.14 Kenampakan topografi GAK dari map view ( 2016)
LAVA
PIROKLASTIK
Gambar 4.15 Stratigrafi GAK ( Erupt3, Erupt3, dikerjakan 28 November 2016)
4.2 Galat Pemodelan
Seluruh proses pemodelan erupsi GAK di Erupt3 pada hakikatnya adalah proses recording and reasoning , artinya pemodelan erupsi GAK dilakukan dengan perekaman peristiwa erupsi berdasarkan sejarah nyata erupsi GAK dari literatur terlampir. Akan tetapi, t etapi, software software Erupt3 Erupt3 sering mengalami bugging saat proses pemutaran hasil rekaman sehingga diperoleh hasil rekaman yang tidak lengkap atau tidak sesuai dengan pemodelan erupsi yang dilakukan di awal. Maka, pemodelan erupsi GAK yang dilakukan tidak mungkin 100% sesuai dengan kenyataan di lapangan tapi hanya mendekati kenyataan berdasarkan data dan fakta yang ada.
BAB V MITIGASI BENCANA GUNUNG ANAK KRAKATAU
Mitigasi bencana GAK (ESDM, 2005) dapat dilakukan dengan : 1. Pengamatan GAK
Dilakukan dengan mengambil dan mengolah data geologi, geofisika, dan
geokimia secara kontinu sehingga kondisi GAK terpantau secara teratur. Pemantauan aktivitas GAK, baik secara visual maupun seismik, dilakukan dari pos pengamatan GAK di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Provinsi Banten dan Desa Hargopancuran, Kecamatan Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung.
Penentuan tingkat aktivitas gunungapi
Tingkat I (Normal)
Tingkat II (Waspada)
Tingkat III (Siaga)
Tingkat IV (Awas)
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis kondisi GAK oleh Kantor Pusat Volkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, sampai 21 April 2015 GAK berstatus Waspada (Tingkat II). 2. Pemetaan Kawasan Rawan Bencana (KRB) GAK
KRB Gunungapi merupakan kawasan yang pernah terlanda atau berpotensi
terlanda bahanya erupsi gunungapi baik secara langsung maupun tidak langsung
Pemetaan KRB GAK dimaksudkan untuk menentukan kelompok-kelompok
kawasan berdasarkan kerentanannya terlanda bahaya erupsi GAK
Terdapat tiga KRB GAK:
KRB I Yaitu kawasan yang berpotensi terlanda hujan abu dan lontaran batu tanpa terpengaruh arah angin. Berdasarkan Sutawidjaja (2006), erupsi
terdahulu GAK dapat melontarkan material piroklastik berukuran bongkah-kerikil sejauh 5 km dan material piroklastik berukuran pasirpasir lempung hingga 8 km. Fakta tersebut menjadi dasar dalam penentuan radius 8 km untuk KRB I GAK terhitung dari kawah GAK. Pada radius 8 km ini hanya terdapat Pulau Rakata, Sertung, dan Panjang yang tidak berpenghuni kecuali penghuni insidental seperti wisatawan dan nelayan.
KRB II Kawasan ini beradius 5 km dari kawah GAK. Terbagi menjadi dua kawasan: a. KRB terhadap aliran lava dan awan panas Berdasarkan sejarah erupsi GAK, aliran lava lebih dominan dierupsikan daripada awan panas (piroklastik). Aliran lava disebabkan karena volume lava berlebih pada kawah sehingga lava tersebut mengalir melalui morfologi rendahan yang umumnya terdapat pada arah barat daya, timur laut, dan barat. Jika terjadi awan panas, maka yang berpotensi terlanda hanya puncak dan lereng bagian atas karena kawah GAK memiliki kolom setinggi 1000 m. b. KRB terhadap lontaran dan hujan abu lebat Produk erupsi GAK yang berupa material piroklastik seperti bom volkanik dan hujan abu lebat tidak dipengaruhi arah angin sehingga batas KRB ini berbentuk lingkaran dengan dengan radius 5 km.
KRB III Merupakan kawasan yang berpotensi terlanda aliran lava, gas beracun, serta kemungkinan awan panas. Kawasan ini beradius 2 km dari kawah GAK.
3. Peningkatan Kewaspadaan Masyarakat Kewaspadaan masyarakat didasarkan pada KRB GAK yang telah dijelaskan sebelumnya. Sehingga pihak berwenang terkait mitigasi bencana dapat memberikan kebijakan seperti membolehkan masyarakat beraktivitas dengan waspada pada KRB I dan II GAK dan melarang sama sekali masyarakat untuk beraktivitas pada KRB III GAK. 4. Upaya Penyelamatan Diri
Awan panas
Menjauhkan diri dari daerah berpotensi terlanda awan panas seperti sungai dan lembah sungai
Lontaran batu
Menjauhkan diri dari daerah berpotensi terlanda lontaran batu seperti puncak gunung dan kawah
Aliran lava
Menjauhkan diri dari daerah berpotensi terlanda aliran lava seperti sungai dan lembah sungai
Gas beracun
Menjauhkan diri dari daerah berpotensi terlanda gas beracun seperti lembah, celah, dan cekungan pada saat cuaca mendung, hujan, berkabut, dan tidak ada hujan. Gas beracun juga dapat diantisipasi dengan pemakaian masker gas atau kain penutup hidung yang telah dibasahi air.
Hujan abu
Menjauhkan diri dari daerah berpotensi terlanda hujan abu. Hujan abu juga dapat diantisipasi dengan berlindung pada bangunan kokoh serta pemakaian masker dan kacamata.
5. Peringatan Dini Peringatan dini dimaksudkan untuk menyebarkan informasi bencana secara cepat dan tepat kepada masyarakat di KRB terkait. Peringatan dini bencana GAK menjadi wewenang pemerintah Provinsi Lampung.
www.vsi.esdm.go.id,, diunduh 20 November 2016) Gambar 5.1 Peta KRB GAK (www.vsi.esdm.go.id
Gambar 5.2 Metode pemantauan gunungapi secara umum. Yang telah diterapkan dengan
efektif di GAK adalah pemantauan deformasi permukaan, gas, dan kegempaan. (www.vsi.esdm.go.id, www.vsi.esdm.go.id, diunduh 20 November 2016)
BAB VI KESIMPULAN
GAK adalah pulau gunungapi strato sisa letusan Krakatau tahun 1883 yang bertipe erupsi Strombolian dan Vulkanian dan memiliki frekuensi erupsi rata-rata 2-4 tahun sekali. Erupsi GAK menghasilkan jatuhan piroklastik, aliran piroklastik, dan aliran lava. GAK terbentuk pada periode kelima dari evolusi Kompleks Krakatau. Sejak pembentukannya sampai saat ini (1927-2016), GAK telah mengalami lebih dari 100 kali erupsi, baik eksplosif maupun efusif. Pemodelan erupsi GAK menggunakan software software Erupt3 dilakukan Erupt3 dilakukan dengan asumsi akumulasi waktu selama 3 tahun dan perkiraan fase erupsi sebanyak 12. Terbukti bahwa GAK adalah gunungapi strato bertipe erupsi Strombolian dan Vulkanian dengan keberadaan kawah serta perselingan lapisan lava dan piroklastik pada penampang stratigrafinya. Mitigasi bencana GAK dapat dilakukan dengan pengamatan fisik gunung secara langsung, pemetaan KRB, peningkatan kewaspadaan masyarakat, penyuluhan tentang upaya penyelamatan diri dari bencana, dan sistem peringatan dini. Metode pemantauan yang telah diterapkan secara efektif di GAK adalah pemantauan deformasi permukaan, gas, dan kegempaan.
REFERENSI
Sumintadireja, P. 2012. GL3142: Volkanologi dan Geotermal . Bandung: Penerbit ITB. Sutawidjaja, I. S. 2006. Pertumbuhan Gunungapi Gunungapi Anak Krakatau setelah Letusan Katastrof Katastrofis is 1883. Jurnal 1883. Jurnal Geologi Indonesia vol. 1 no. no. 3 hlm. 143-153. 143-153. www.vsi.esdm.go.id. www.vsi.esdm.go.id. Diakses 20 November 2016. www.britannica.com. Diakses 20 November 2016. www.britannica.com. www.wikipedia.com.. Diakses 20 November 2016. www.wikipedia.com
View more...
Comments