Ventilator Laporan
August 8, 2017 | Author: Nabila Souza Nugraha | Category: N/A
Short Description
elektromedik...
Description
3.2
VENTILATOR ( HAMILTON C2 ) Ventilator
adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang
dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen selama waktu yang lama (Brunner and Suddarth, 2001).Ventilasi mekanis dapat diberikan dengan cara
invasif maupun non invasif. Ventilasi non invasif menjadi alternatif
karena dapat menghindari risiko yang ditimbulkan pada penggunaan ventilasi invasif, mengurangi biaya dan lama perawatan di ruang intensif.
Gambar 3.7.1 Ventilator Hamilton C2
3.2.1 Inventaris Alat Nama
: Ventilator
Merk
: Hamilton
Type / Model
: C2
No seri
:-
Buatan
: Swiss 46
Tahun Pembuatan
: 2013
Tegangan
: 110 – 240 VAC
Frekuensi
: 50 / 60 Hz
Daya
: 50 W
Ruangan
: ICU
3.2.2 Spesifikasi Alat
Ventilation Mode
NIV, NIV-ST, ASV, DuoPAP, APRV Tidal Volume : 2 to 2000 ml PEEP/CPAP : 0 – 35 cmH2O Oxygen : 21-100 % I:E Ratio : 1:9 to 4:1 Inspiratory Time : 0.1 to 12 s Flow : 0 to 240 L/min WxDxH : 310 x 250 x 430 mm Weight : 9.5 Kg Display : 10,4 inch, TFT colour Input Voltage : 100 to 240 VAC Power Consumption : 50 W Backup Baterry : 3 jam Compressore : Internal Turbin Oxygen Supply : 280 to 600 kPa Temperature : 5 to 40ºC (operating) Humidity : 10 to 95 %
: (S)CMV+,SIMV+,PCV+, P-SIMV+, SPONT,
3.2.3 Fungsi alat Ventilator adalah alat bantu pertukaran udara dalam paru-paru pasien. Digunakan untuk pasien yang mengalami gagal nafas sebagai terapi paruparu atau terapi oksigen dengan memberikan trigger agar paru-paru dapat bekerja secara normal. Terapi paru-paru yang dimaksud dalam hal ini adalah untuk pasien yang tidak bisa melakukan inspirasi dan ekspirasi secara
47
mandiri dan membutuhkan alat bantu untuk mentrigger paru-paru agar bekerja secara normal kembali.
3.2.4 Prinsip Kerja Alat Ventilator bekerja dengan prinsip oksigenasi dan ventilasi. Oksigenasi adalah proses pemberian oksigen untuk pemenuhan kebutuhan suplai oksigen bagi pasien, sehingga oksigen bisa diterima atau diserap darah untuk disebar ke seluruh tubuh pasien. Kemudian ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan ke paru-paru untuk proses inspirasi dan proses ekspirasi.
Gambar 3.7.2 Analogi Ventilator
Seperti pada gambar 3.14.2 menunjukkan bagaimana udara dihantarkan. Gas supply merupakan gas yang memiliki tekanan yang lebih tinggi umumnya diatas 1 Bar karena untuk tekanan udara luar di kondisi diatas permukaan laut dan bukan merupakan daerah dataran tinggi, tekanan udara luar berkisar ≤ 1 Bar. Karena beda tekanan tersebut udara akan mengalir keluar dari gas supply melalui selang. Selanjutnya pada gambar 3.8 terdapat telapak tangan yang diumpamakan sebagai valve yang nantinya akan membuka atau menutup jalannya udara dengan melepas atau memberi tekanan yang akan membuntukan jalan selang. Pada gambar diumpamakan telapak tangan a sebagai valve inspirasi dan telapak tangan b sebagai valve ekspirasi. Ketika valve inspirasi terbuka yaitu dengan tidak memberi tekanan 48
pada selang, maka udara dari suplai gas dapat mengalir sampai ke “Y” piece yang diberi tanda dalam oval atau breathing circuit. Jika valve ekspirasi juga dalam keadaan terbuka saat
valve
inspirasi terbuka, maka udara akan lebih banyak
mengalir keluar dibanding masuk ke balon yang diumpamakan paru-paru. Maka kerja valve inspirasi harus berkebalikan dengan valve ekspirasi, dimana jika valve inspirasi sedang terbuka maka valve ekspirasi harus dalam keadaan tertutup. dengan membukanya valve inspirasi dan diikuti valve ekspirasi tertutup telah terjadi proses distribusi
udara
ke
paru-paru
yakni
proses
inspirasi,
kemudian
dengan
mengembangnya balon, diumpamakan kebutuhan udara paru-paru telah terpenuhi, kemudian valve inspirasi akan menutup dan valve ekspirasi terbuka, maka udara pada balon akan mengalir keluar selang melalui valve ekspirasi sebagai proses ekspirasi. Dengan melakukan proses tersebut berulang-ulang maka akan terjadi irama pernafasan. Ventilator bekerja dengan pengaturan cycle. Pengaturan cycle/ siklus merupakan siklus pemberian udara. Pengaturan siklus tersebut terbagi menjadi 4, yaitu berdasarkan volume cycle, berdasarkan pressure cycle, berdasarkan time cycle dan berdasarkan flow cycle. Jika dilakukan pengaturan siklus berdasarkan volume cycle, maka operator akan melakukan set volume tidal yang ingin dicapai dan diberikan ke pasien selama proses pemberian udara, sehingga volume cycle aliran inspirasi dari ventilator akan berhenti bila volume tidal yang telah ditetapkan tercapai. Untuk pengaturan siklus berdasarkan pressure cycle, operator melakukan set tekanan inspirasi yang ingin dicapai selama proses penghantaran oksigen, sehingga jika tekanan inspirasi telah tercapai, ventilator akan memberi waktu sebentar untuk mempertahankan tekanan inspirasi untuk pemberian udara. Selanjutnya perlahan pemberian tekanan akan berkurang untuk melanjutkan ke proses ekspirasi. Keterbatasan utama pengaturan siklus jenis ini adalah bahwa volume tidal yang diberikan dapat berubah sejalan dengan perubahan tahanan nafas pasien. Akibatnya adalah suatu ketidakkonsistensian dalam jumlah volume tidal yang dikirimkan dan kemungkinan mengganggu ventilasi. Penggunaan pressure cycle dimaksudkan hanya untuk penggunaan jangka pendek di ruang pemulihan.
49
Selanjutnya pada pengaturan berdasarkan time cycle, dimana waktu pemberian udara akan diatur oleh operator dan waktu ekspirasi akan mengikuti perubahan setting dengan mengacu pada IE ratio. Dengan pengaturan time cycle, volume udara yang diterima pasien disesuaikan oleh lama waktu inspirasi dan aliran udara tiap menitnya. Pada pengaturan flow cycle, operator akan melakukan pengaturan aliran pemberian udara ke pasien. Pemberian udara ke pasien akan mengikuti nilai flow inspirasi yang diatur oleh operator. Selanjutnya jika flow inspirasi yang telah diatur oleh operator tercapai, maka ventilator akan berhenti menghantarkan udara ke pasien dan diganti dengan proses ekspirasi pasien. Pada penggunaan ventilator terdapat 3 mode umum yang biasanya ada, antara lain:
Control Mode
Pada Control Mode mesin secara terus menerus mengontrol untuk membantu pernafasan pasien. Mode ini diberikan pada pasien yang pernafasannya masih sangat jelek, lemah sekali atau bahkan apnea. Pada mode ini ventilator mengontrol pasien, pernafasan diberikan ke pasien pada frekwensi dan volume yang telah ditentukan pada ventilator, tanpa menghiraukan upaya pasien untuk mengawali inspirasi. Bila pasien sadar, mode ini dapat menimbulkan ansietas tinggi dan ketidaknyamanan. Bila pasien berusaha bernafas sendiri bisa terjadi fighting (tabrakan antara udara inspirasi dan ekspirasi), tekanan dalam paru meningkat dan bisa berakibat alveoli pecah serta terjadi pneumothorax.
Sincronized Intermitten Mandatory Ventilation Mode
Sebelum Sincronized Intermitten Mandatory Ventilation (SIMV) Mode muncul, terlebih dahulu dikenal Intermitten Mandatory Ventilation (IMV) Mode, yakni mode yang memberikan bantuan nafas ventilator secara selang seling dengan nafas pasien itu sendiri. Pada IMV mode pernafasan mandatory diberikan pada frekwensi yang diatur tanpa menghiraukan apakah pasien pada saat inspirasi atau ekspirasi sehingga bisa terjadi fighting dengan segala akibatnya. Oleh karena itu pada ventilator generasi baru mode IMV disinkronisasi menjadi SIMV. Sehingga pernafasan mandatory yang diberikan sinkron dengan picuan pasien. SIMV Mode
50
diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan tetapi belum normal sehingga masih memerlukan bantuan.
Assisted Spontaneus Breathing/ Pressure Support Mode
Assisted Spontaneus Breathing (ASB) Mode ini diberikan pada pasien yang sudah bisa bernafas spontan atau Pressure Support (PS) mode untuk pasien yang bisa bernafas tetapi dengan volume tidal tidak mencukupi kebutuhan kapasitas paru-paru karena nafasnya yang dangkal dan tekanannya kurang. Pada mode ini pasien harus mempunyai kendali untuk bernafas. Bila pasien tidak mampu untuk memicu trigger maka udara pernafasan tidak diberikan.
Gambar 3.7.3 Blok Diagram Pneumatik Ventilator Hamilton C2
51
Gambar 3.7.4 Skema pneumatic Ventilator C2 Hamilton
Seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.14.3, blok diagram pneumatik pada ventilator
hamilton C2 berbeda dibanding
ventilator
lainnya, dimana pada
ventilator hamilton C2 tidak menggunakan tank sehingga hasil udara campuran akan langsung didistribusikan ke pasien. Kemudian untuk penggunaan oksigen source dapat menggunakan 2 sumber yakni dari instalasi gas medis rumah sakit dengan tekanan antara 2,8-6 Bar sehingga digunakan penyebutan HPO atau dengan menggunakan tabung oksigen dengan tekanan ≤ 6 Bar sehingga digunakan penyebutan LPO. Skema pneumatik ventilator hamilton C2 seperti yang terlihat pada gambar 3.14.3, menunjukkan aliran oksigen dengan panah warna kuning dari supply HPO dengan nomor A, akan melewati mixer valve O2. Mixer valve O2
fungsinya
mengatur banyak dan aliran oksigen (liter/menit) yang masuk. Mixer valve bekerja berhubungan dengan QO2 flow sensor yang secara terus menerus mendeteksi dan memonitoring aliran oksigen yang melewatinya. Sedangkan aliran supply oksigen dari LPO dengan nomor B akan langsung lewat QO2
flow
sensor
dengan 52
pengaturan jumlah oksigen yang masuk diatur dengan mengatur regulator flow meter diluar yang berhubungan dengan tabung oksigen. Aliran oksigen tersebut kemudian menuju blower dengan nomor D. Oksigen akan masuk ke
blower assembly
bersamaan
blower
akan
menghisap udara luar ruangan, dimana udara tersebut ditandai nomor C akan tersaring terlebih dahulu pada dust dan HEPA filter dengan terdapat sensor filter yang mendeteksi tekanan hisap filter sehingga jika tekanannya besar maka filter dirasa mulai kotor dan menyebabkan terdapat sumbatan. Udara luar yang terhisap akan tercampur dengan konsentrasi oksigen bersamaan saat memasuki
blower yang
ditandai dengan nomor D, yang kemudian dengan noise damping, suara berisik dari hisapan akan diredam. Selanjutnya udara percampuran dengan aliran panah warna hijau pada gambar 3.14.3 tersebut tekanannya akan meningkat karena kecepatan putar blower yang menghisap udara campuran tersebut. Tekanan yang ditingkatkan dari kecepatan motor akan diatur dan disesuaikan sesuai tekanan setting operator. Dengan blower yang bekerja terus menerus, maka terdapat sensor yang mendeteksi suhu blower. Terdapat juga sensor tekanan yang mendeteksi tekanan dalam ruang ventilator
dan sensor suhu ruang
ventilator. Dari putaran
blower, suhu akan
meningkat sehingga system heat exchanger akan bekerja mendinginkan blower. Monitoring dengan sensor-sensor tersebut akan berlangsung terus menerus selama ventilator dipergunakan. Udara campuran dengan tekanan disesuaikan tersebut kemudian dilewatkan pada percabangan, cabang satu akan menuju ke nomor E untuk dialirkan ke flow sensor dan cabang satunya ke inspirasi valve dan akan menuju nomor F. Aliran menuju ke flow sensor pasien dengan nomor E, tekanan udaranya diredam dan digunakan sebagai rinse flow yang fungsinya untuk mendeteksi tekanan pada flow sensor pasien dan tekanan air way. Selanjutnya pada percabangan yang menuju nomor F, udara campuran keluaran blower dilewatkan pada inspirasi valve yang dapat diatur ukuran celah yang terbuka sehingga volume tidal udara yang mengalir untuk inspirasi ke pasien sesuai setting operator. Udara campuran yang keluar dari inspirasi valve akan dimonitor terus menerus oleh sensor O2
cell
yang memonitor dan membaca
konsentrasi oksigen pada udara campuran apakah telah sesuai dengan setting 53
konsentrasi oksigen yang diinginkan operator. Selanjutnya udara campuran akan melewati Qvent flow sensor yang terus menerus memonitor kecepatan aliran udara campuran yang dikeluarkan dari celah valve inspirasi yang terbuka untuk menjadi sinyal input rangkaian pemroses pada mainboard dan ditampilkan sebagai kondisi real
time.
Kemudian
terdapat
Pvent_control
dan
Pvent_monitor,
dimana
Pvent_monitor akan mendeteksi tekanan aliran udara yang lewat dari celah inspirasi valve yang terbuka sebagai monitoring real time, apakah tekanan udaranya telah sesuai dengan tekanan yang diharapkan sesuai setting. Kemudian Pvent_control juga melakukan pendeteksian tekanan yang keluar dari inspirasi valve untuk mengontrol inspirasi valve baik itu untuk membuka celah lebih besar agar tekanan berkurang atau mengurangi celah inspirasi valve yang terbuka agar tekanannya meningkat sehingga didapat tekanan yang sesuai dengan setting operator untuk diberikan ke pasien. Pada patient breathing circuit, volume udara inspirasi akan mengalir dari ventilator melalui selang inspirasi menuju Y piece kemudian melewati patient flow sensor. Patient flow sensor terhubung dengan proximal flow dan proximal pressure dengan aliran rinse flow. Pada pasient flow sensor terdapat membrane orifice ditengah antara celah distal dan proximal yang mengalirkan rinse flow. Ketika udara campuran dari valve inspirasi memasuki selang inspirasi breathing circuit dan melewati patient flow sensor, maka membrane orifice akan terlihat seperti gambar 3.14.4 yang akan menghambat tekanan dari sisi distal (dari ventilator) sehingga rinse flow pada sisi distal akan dilawan dengan aliran inspirasi sehingga terukur dan menghasilkan nilai pendeteksian tekanan inspirasi.
Gambar 3.7.5 Pasien Flow Sensor 54
Selanjutnya udara inspirasi dapat terdistribusi ke pasien baik itu secara invasif menggunakan ETT ataupun non-invasif dengan face mask. Setelah terjadi pertukaran udara pada paru-paru pasien, pasien akan menghembuskan udara ekspirasi kembali melewati patient flow sensor. Sehingga membrane orifice akan bergerak berlawanan gambar 3.14.4 dan akan menghambar tekanan pada sisi proximal (dari pasien),sehingga rinse flow pada sisi proximal akan dilawan dengan aliran ekspirasi sehingga dihasilkan nilai pendeteksian tekanan ekspirasi.
Gambar 3.7.6 Grafik pemberian positive air way Opening ( PAO )
Setelah melewati patient flow sensor, udara ekspirasi akan menuju ke Y piece, udara ekspirasi tidak akan menuju ke selang inspirasi karena dari inspirasi valve akan terus menerus membuka celah sedikit untuk memberikan PEEP. Seperti pada gambar 3.14.5 menunjukkan grafik pemberian positive air way opening dari valve inspirasi yang dipertahankan pada posisi terendah PEEP. Dan saat terjadi inspirasi, tekanan akan meningkat seperti pada grafik menjadi lebih tinggi dari PEEP menghasilkan
positive inspiratory pressure. Dengan adanya PEEP maka udara
ekspirasi tidak akan menuju selang inspirasi dan akan menuju ke selang ekspirasi, untuk selanjutnya menuju ke valve ekspirasi yang terbuka dan celahnya diatur untuk mempertahankan PEEP sehingga alveolus pasien tidak collapse. Proses inspirasi
dan ekspirasi akan berlangsung terus menerus sesuai
pengaturan IE Ratio dan mode yang dipergunakan dengan kondisi pasien dipantau secara
terus
menerus.
Selanjutnya
ketika
akan
menggunakan
nebulizer,
persyaratannya suplai oksigen yang digunakan HPO akan mengalir ditunjukkan gambar 3.14.3 dengan panah warna kuning dari nomor A menuju ke nomor G dengan nebulizer set terpasang dan dengan menekan tombol nebulizer pada panel akan mengaktifkan valve nebulizer sehingga proses pemberian cairan obat nebulizer dapat berjalan sebagaimana mestinya. 55
3.2.4.1 Mode Pada Ventilator Hamilton C2 Pada ventilator Hamilton C2, terdapat mode pengoperasian ventilator yang dapat dipergunakan oleh operator. Mode pengoperasian tersebut antara lain, (S)CMV+, SIMV+, PCV+, PSIMV+, SPONT, DuoPAP, APRV, ASV, nCPAP-PS, NIV,dan NIV-ST. Dari keseluruhan mode yang ada tersebut, mode yang sering dipergunakan antara lain mode (S)CMV+, SIMV+, PCV+, PSIMV+, SPONT, ASV untuk pemberian nafas ventilator secara invasif dan NIV, NIV-ST, nCPAP-PS untuk pemberian nafas ventilator secara non-invasif. 3.2.4.1.1 Mandatory Mode Mandatory mode adalah mode yang menghantarkan nafas wajib dengan siklus waktu bagi pasien, dimana pada ventilator Hamilton C2 Mandatory mode terbagi jadi
Synchronized Controlled Mandatory
Ventilation mode atau (S)CMV+ dan Pressure Controlled Ventilation mode atau PCV+ . (S)CMV+ mode yakni mode nafas wajib yang menghantarkan nafas ke pasien dengan menargetkan pada pemberian volume yang diatur secara adaptif. Pengaturan pemberian volume secara adaptif memberikan setting target volume udara (Volume tidal) yang diberikan ke pasien dengan tekanan serendah mungkin sesuai kondisi paru-paru pasien. Pengaturan volume adaptif bekerja dengan membandingkan
setting
volume tidal oleh operator terhadap rata-rata volume yang didistribusi dan volume yang dihembuskan. Controller tersebut pada gilirannya akan menyesuaikan tekanan inspirasi yang akan diterapkan selama nafas berikutnya untuk mendapatkan volume target.
Ventilator
akan
melakukan kalkulasi ulang tekanan inspirasi minimal yang dibutuhkan untuk mencapai volume target sesuai perubahan karakteristik paru-paru. Pembacaan dan penilaian berulang secara dinamis sesuai status paru-paru pasien, sehingga menjamin ventilasi yang dibutuhkan dan mencegah hypoventilation atau barotraumatis. Kemudian terdapat mode PCV+ yakni mode nafas wajib terkendali yang menghantarkan nafas ke pasien dengan menargetkan pada 56
pemberian tekanan dengan sifat biphasic (ventilator tidak memaksa pasien mengikuti pola pernafasan yang ditetapkan, tapi memberikan kesempatan pasien melakukan nafas sesuai kebutuhan dan kenyamanan pasien), mode ini memungkinkan pasien bernafas bebas saat PEEP dan saat pemberian tekanan terkontrol. 3.2.4.1.2 Spontaneous Mode Mode spontan atau pressure support dengan SPONT dan NonInvasive Ventilation (NIV), merupakan mode yang memberikan nafas spontan dengan syarat pasien dapat melakukan pernafasan secara manual atas inisiatif pasien sendiri. SPONT dirancang untuk pasien dengan diintubasi (invasif), sedangkan NIV dirancang untuk pasien dengan penggunaan masker (non-invasif). Dalam penggunaan SPONT mode dan NIV mode, ventilator akan berfungsi untuk mengalirkan kebutuhan nafas yang diharapkan tercapai ke pasien dengan pasien yang bernafas secara manual untuk menerima aliran udara yang dialirkan dari ventilator. Upaya pernafasan spontan pasien juga dapat didukung dengan pressure support yang telah diatur. 3.2.4.1.3 Synchronized Intermittent Mandatory Ventilation Mode Synchronized Intermittent Mandatory Ventilation
Mode
pada
ventilator Hamilton C2 terdapat pada pemilihan Synchronized Intermittent Mandatory Ventilation
(SIMV+)
mode,
Pressured-controlled
Synchronized Intermittent Mandatory Ventilation (PSIMV+) mode dan Spontaneous / Timed Non-Invasive Ventilation (NIV-ST) mode. SIMV adalah mode yang menjamin nafas terkirim ke pasien sesuai setting rate oleh operator, dimana nafas wajib dan nafas spontan, keduanya dapat terdistribusi ke pasien. Mode SIMV sebagai mode campuran yang mengkombinaskan pressure support
pendistribusian memerlukan
nafas
setting
wajib
dengan
pemberian
parameter khusus yang juga
diterapkan pada mandatory mode dan mode spontan.
57
SIMV+ Mode merupakan mode
yang menggabungkan atribut
(S)CMV+ mode dan SPONT mode dengan mendistribusikan volume yang ditargetkan, nafas wajib dengan siklus waktu dan pressure support serta nafas spontan dengan siklus aliran. Seperti pada (S)CMV+ mode , SIMV+ mode memastikan volume yang ditargetkan dapat terdistribusikan selama nafas wajib. Setiap selang nafas SIMV+ mode, terdapat nilai trigger dimana ventilator menunggu picuan nafas dari pasien. Jika pasien memicu nafas, maka ventilator akan mendistribusikan nafas wajib dengan volume yang ditargetkan. Kemudian jika pasien tidak memicu nafas, maka ventilator akan secara otomatis mendistribusikan nafas wajib pada akhir trigger. Setelah nafas wajib terdistribusi, pasien secara bebas mengambil sejumlah nafas spontan selama waktu pemberian nafas ventilator. PSIMV+
Mode
dan NIV-ST
Mode,
adalah
mode
yang
memberikan tekanan terkendali berikut nafas wajib dengan siklus waktu dan pressured support, serta nafas spontan dengan siklus aliran. PSIMV+ mode menggabungkan atribut PCV+ mode dan SPONT mode. Sedangkan NIV-ST mode menggabungkan atribut PCV+ mode dengan NIV mode. PSIMV+ mode seperti SPONT mode dirancang untuk metode pemberian nafas diintubasi (invasif), sedangkan NIV-ST mode seperti NIV mode dirancang untuk metode pemberian nafas menggunakan face mask (noninvasif). Seperti PCV+ mode, PSIMV+ mode dan NIV-ST mode memberikan tekanan yang diatur tapi tidak menjamin volume tidal yang tetap, terutama saat terjadi perubahan penyesuaian sistem pernafasan, tahanan jalan nafas atau aktivitas pernafasan pasien. Jika pasien memicu nafas selama sebagian dari interval waktu pernafasan, maka ventilator akan memberikan nafas spontan ke pasien. Jika selama interval waktu pernafasan pasien tidak memicu nafas maka ventilator akan memulai pemberian nafas wajib diakhir interval waktu pernafasan.
58
3.2.4.1.4 nCPAP-PS Mode nassal Continuous Positive Airway Pressure-Pressure Support (nCPAP-) Mode adalah mode yang digunakan untuk pasien neonatus. Mode
ini dirancang untuk menerapkan
Continous Positive Airway
Pressure (CPAP) dan dukungan tekanan positif secara intermittent melalui hidung pasien neonatus baik itu dengan face mask atau nassal prongs khusus neonatal. Seperti pada PSIMV+ mode, nCPAP-PS mode mendistribusikan tekanan yang telah diatur, namun tidak menjamin distribusi volume tidal secara tetap, terutama saat terjadi penyesuaian sistem pernafasan, hambatan pada jalan nafas dan karena kegiatan pernafasan pasien itu sendiri. Jika pasien memicu nafas selama sebagian dari interval pernafasan,
ventilator
akan segera memberikan nafas
spontan. Jika pasien tidak memicu nafas inspirasi selama interval waktu, ventilator
akan memulai pernafasan
wajib diakhir interval waktu
pemberian nafas. 3.2.4.1.5 Adaptive Support Ventilation Mode Adaptive Support Ventilation dirancang
(ASV) mode
adalah mode
yang
mudah digunakan dan aman untuk membantu pernafasan
dengan metode intubasi (invasif). menjamin pasien menerima
ASV
Mode
secara
automatic
setting ventilasi tiap menit, baik untuk
pernafasan spontan ataupun ventilasi mekanis dengan perhitungan secara dinamis untuk pola pernafasan optimal
sesuai pendeteksian kondisi
pasien. ASV mode secara otomatis melakukan pengaturan menyesuaikan kebutuhan pasien pada tekanan serendah mungkin untuk melindungi paruparu pasien, memulihkan dengan cepat, dan mengurangi timbulnya alarm yang tidak penting dari ventilator.
59
3.2.5 Bagian – Bagian Alat
Hepa Filter Berfungsi untuk menyaring udara dari luar karena kompresor nya turbin.
Slot Baterry Sebagai tempat baterry DC
1
2
3
Keterangan: 1. O2 cell, sebagai sensor oksigen menghitung kadar oksigen 2. Port Inspirasi, sebagai port untuk gas yang diberikan ke pasien 3. Port ekspirasi, port udara yang dihembuskan pasien.
Humidifier Berfungsi sebagai pelembab udara agar udara yang masuk ke paru – paru tidak kering
Flowsensor Berfungsi sebagai sensor aliran udara
60
Water Trap Berfungsi untuk menampung air yang berasal dari penguapan nafas
Breathing Circuit Berfungsi sebagai menyalurkan aliran gas dari alat ke pasien dan sebaliknya
9 61
7
8
6 5 4 3 1
2
Keterangan : 1. Display Touchscreen, sebagai tampilan parameter-parameter pada alat 2. Knob, untuk memilih dan menyesuaikan setting ventilator 3. Alarm Silence Key, Berfungsi untuk mensilent alarm ventilator 4. Print screen key, untuk mencapture display dan dapat di simpan di sd card 5. Nebulizer on/off, berfungsi untuk mengaktifkan dan mematikan sistempenumatic nebulizer 6. Manual breath / inspiratory hold key, untuk membaging tapi tidak memencet tombol dan untuk menahan napas pasien selama 10 detik 7. O2 enchriment key, berfungsi untuk memberikan konsentrasi O2 100% 8. Screen lock / unlock key, berfungsi untuk mengunci sistem tombol
62
3.2.6 Prosedur Tetap Pengoperasian Ventilator PROSEDUR PENGOPERASIAN VENTILATOR RSUP FATMAWATI
No. Dokumen :
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/2
Ditetapkan Direktur Utama
PROSEDUR TETAP Dr. Andi Wahyuningsih Attas, SpAn, KIC, MARS NIP. 195708021987102001 Pengertian
Prosedur Tetap Pengoperasian ventilator adalah bentuk dari standar yang berupa cara atau langkah-langkah yang harus diikuti dalam melaksanakan kegiatan pengoperasian ventilator, yang berdasarkan prasyarat dan urutan kerja yang harus di penuhi. Prosedur ini disusun berdasarkan pada petunjuk pengoperasian dan petunjuk lain yang terkait, berupa: prasyarat, persiapan, pemanasan, pelaksanaan pengoperasian, pengemasan, dan penyimpanan, agar alat dapat difungsikan dengan baik untuk untuk mengontrol, membantu atau mengambil alih fungsi paru-paru pada pasien.
Tujuan
Tersedianya Prosedur Tetap (Protap) Pengoprasian alat Ventilator Hamilton C2 adalah : 1.
Hasil kerja alat maksimal, mutu pelayanan terjamin
2. 3. 4. Kebijakan Prosedur
Memperpanjang usia teknis alat Aman bagi pasien dan operator Terhindar dari kesalahan operasional alat 1. Melaksanakan pengelolaan kegiatan perencanaan, pengembangan, pemeliharaan alat medik dan keperawatan. 1.Prasyarat 1.1. SDM terlatih dan siap 1.2. Alat Laik pakai 1.3. Aksesoris alat lengkap dan baik 63
1.4. Bahan operasional tersedia 2.Persiapan 2.1. Tempatkan alat pada ruangan tindakan 2.2. Lepaskan penutup debu 2.3. Siapkan gas medis yang diperlukan (O2) 2.4. Periksa Supply gas dan cek tekanan gas (antara 3 sampai dengan 6 BAR) 2.5. Siapkan aksesoris breathing circuit dan flow sensor 3. Pelaksanaan 3.1. Perhatikan protap pelayanan 3.2. Hubungkan slang-slang, face mask dan atau bagianbagian lain pada pasien sesuai keperluan 3.3. Tekan tombol powerswitch untuk menyalakan alat 3.4. Kalibrasi terlebih dahulu pilih “system” lalu “test and calib”
Tightness (kerapatan circuit) Lepaskan dari pasien Tutup / blok Pasang kembali Flowsensor ( cek flow sensor ) Lepas flow sensor Sambungkan lagi Bolak balik flow sensor (tunggu beberapa
3.5.
detik ) Balikan kembali Sambungkan kembali O2 cell Pilih mode pasien adult / neonate
3.6.
Setting tinggi badan, Start ventilation
3.7.
Pilih Modus
3.8.
Setting Parameter
4. Pengemasan/Penyimpanan 4.1. Atur pengaturan oksigen ke posisi minimum 64
4.2. Lepaskan facemask dari pasien 4.3. tekan tombol On/Off untuk mamatikan alat 4.4. Lepaskan hubungan alat dengan supply oksigen 4.5. Lepaskan hubungan alat dengan supply tekanan 4.6. Lepaskan hubungan alat dari catu daya dan kabel pembumian 4.7. Lepaskan humidifier unit dan semua aksesori 4.8. Bersihkan alat dan semua aksesoris kemudian simpan pada tempatnya 4.9. Pasang penutup debu 4.10. Catat beban kerja alat dalam jumlah jam/bln Unit terkait
1. Intensive Care Unit ( ICU ) 2. Instlasi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit (IPSRS)
3.2.7 Prosedur Tetap Pemeliharaan Ventilator PEMELIHARAAN VENTILATOR MERK HAMILTON TYPE C2
65
No. Dokumen :
No. Revisi :
Halaman : 1/2
RSUP FATMAWATI Tanggal Terbit :
Ditetapkan Direktur Utama
PROSEDUR TETAP Dr. Andi Wahyuningsih Attas, SpAn, KIC, MARS NIP. 195708021987102001 Pengertian
Tujuan
Kebijakan Tahapan
Prosedur Tetap Pemeliharaan alat Ventilator adalah bentuk standar mengenail langkah-langkah teknis yang harus diikuti oleh teknisi elektromedis dalam melaksanakan pemeliharaan alat Ventilator yang berdasarkan prasyarat dan prosedur yang harus di penuhi. Prosedur ini disusun berdasarkan pada service manual dan petunjuk lain yang terkait, dengan urutan kerja : pembersihan, pelumasan, pengencangan, pengecekan fungsi dan kondisi bagian alat, penggantian bahan pemeliharaan, pemeriksaan kinerja, aspek keselamatan kerja dan penyetelan / adjustment. Kesimpulan hasil pemeliharaan alat baik atau alat tidak baik. A.
Tersedianya acuan pemeliharaan alat Ventilator Merk Hamilton C2 B. Terpeliharanya kondisi laik pakai alat C. Terjaminnya usia teknis alat Melaksanakan pengelolaan kegiatan perencanaan, pengembangan, pemeliharaan alat medik dan keperawatan A. Persiapan 1. Siapkan Surat Perintah Kerja (SPK) 2. Siapkan formulir lembar kerja 3. Siapkan formulir laporan kerja 4. Siapkan dokumen teknis penyerta : a. Service Manual b. Wiring program 5. Siapkan peralatan kerja a. Tool Set b. Multimeter c. Leakage Current Meter d. Higro thermograph analyzer 6. Siapkan bahan pemeliharaan : a. kain lap b. Cairan pembersih/disinfektan c. Fuse d. Vacuum cleaner e. Contact cleaner f. Kuas g.Air filter 66
7. Pemberitahuan kepada pengguna alat B. Pelaksanaan Pemeliharaan 1. Lakukan pembersihan seluruh bagian alat 2. .Lakukan pelumasan pada roda trolly 3.
Lakukan pengencangan / Tightening pada konektor gas.
4. Lakukan pengecekan fungsi dan kondisi bagian alat 5. Lakukan penggantian bahan pemeliharaan 6. Lakukan pemeriksaan kinerja dan aspek keselamatan kerja 7. Lakukan penyetelan / Adjusment 8. Kesimpulan hasil pemeliharaan C. Pencatatan 1. Lakukan pengisian formulir lembar kerja, kartu pemeliharaan dan SPK 2. Simpulkan hasil pemantuan fungsi
Alat baik
Alat tidak baik
3. Pengguna alat menandatangani lembar kerja dan SPK, sebagai bukti pemeliharaan alat telah dilaksanakan D. Pengemasan 1. Cek alat kerja dan alat ukur sesuai lembar kerja 2. Cek dan rapihkan dokumen teknis penyerta ke tempat semula 3. Kembalikan alat kerja, alat ukur dan dokumen teknis penyerta ke tempat semula 4. Bersihkan alat Ventilator dan lokasi pemeliharaan. E. Laporan 1. Laporkan hasil pemeliharaan alat kepada Unit Pelayanan pengguna alat dan serahkan kembali alat Ventilator yang telah dipelihara Unit terkait
2. Laporkan hasil pemantuan fungsi kepada pemberi tugas 1. Intensive Care Unit 2. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit
67
3.2.8 Prosedur Tetap Perbaikan Ventilator PROSEDUR TETAP PERBAIKAN VENTILATOR
RSUP FATMAWATI
No. Dokumen :
No. Revisi :
Halaman : 1 dari 2
68
Tanggal Terbit :
Ditetapkan Direktur Utama
PROSEDUR TETAP Dr. Andi Wahyuningsih Attas, SpAn, KIC, MARS NIP. 195708021987102001 Pengertian
Tujuan
Prosedur Tetap Perbaikan Ventilator adalah bentuk dari standar baku, mengenai langkah-langkah teknis yang harus diikuti oleh teknisi elektromedis dalam melaksanakan perbaikan kerusakan alat Ventilator yang berdasarkan prasyarat dan prosedur yang harus dipenuhi. Prosedur ini disusun berdasarkan pada service manual, dan petunjuk lain yang terkait, dengan urutan kerja : analisa kerusakan, penyiapan suku cadang, perbaikan, penyetelan / adjument, kalibrasi internal, uji kinerja dan pengukuran aspek keselamatan kerja. Kesimpulan hasil perbaikan dpat disimpulkan alat baik atau alat tidak baik. 1. Agar perbaikan dapat dilakukan sesuai prosedur yang benar 2. Alat yang mengalami kerusakan dapat diperbaiki dan berfungsi kembali
Kebijakan
1.
Melaksanakan pengelolaan kegiatan perencanaan, pengembangan, pemeliharaan alat medik dan keperawatan.
Prosedur
1.Prasyarat 1.1. SDM terlatih dan siap 1.2. Alat kesehatan dalam kondisi rusak 1.3. Peralatan kerja dan alat ukur lengkap 1.4. Dokumen teknis, protap perbaikan, lembar kerja perbaikan, dan protap pengoperasian, tersedia 1.5. Bahan pemeliharaan dan material bantu, tersedia 1.6. Suku cadang dapat diperoleh 1.7. Ruang kerja memenuhi ketentuan kondisi lingkungan 2. Peralatan 2.1. Alat Kerja : Toolset Gas Toolset Mekanik 2.2.
Alat Ukur : Multimeter Mass Flow Meter Termohygrometer 69
3.Persiapan 3.1. Siapkan surat perintah kerja (SPK) 3.2. Siapkan formulir lembar kerja Perbaikan 3.3. Siapkan: a. Service Manual, diagram ( Schematic / wiring ) b. Protap perbaikan dan protap pengoperasian alat c. Riwayat perbaikan alat 3.4. Siapkan alat kerja dan alat ukur 3.5. Siapkan bahan pemeliharaan dan material bantu 3.6. Pemberitahuan kepada Unit pelayanan penggunaan alat 4. Pelaksanaan 4.1. Lakukan Anilasa Kerusakan
Tanyakan kepada pengguna alat, mengenai gejala kerusakan.
Lakukan trouble shooting, untuk mengetahui penyebab kerusakan, bagian alat / komponen / suku cadang yang mengalami kerusakan.
Lakukan pendataan bagian alat / komponen / suku cadang / yang rusak, lengkap dengan data teknis dan nomor catalog
4.2.Siapkan suku cadang yang diperlukan 4.3. Lakukan langkah perbaikan ( dengan atau tanpa suku cadang) 4.4. Lakukan penyetelan / adjustment, kalibrasi internal 4.5. Lakukan uji kinerja dan pengukuran aspek keselamatan kerja 5. Pencatatan 5.1. Lakukan pengisian formulir lembar kerja perbaikan dan SPK 5.2. Simpulkan hasil perbaikan :
Alat baik
Alat tidak baik
5.3. Pengguna alat menandatangani lembar kerja perbaikan dan SPK, sebagai bukti perbaikan alat telah dilaksanakan 70
6. Pengemasan 6.1 Cek alat kerja dan alat ukur sesuai lembar kerja 6.2. Cek dan rapihkan dokumen teknis penyerta ke tempat semula 6.3. Kembalikan alat kerja, alat ukur dan dokumen teknis penyerta ke tempat semula 6.4. Bersihkan alat Ventilator dan lokasi perbaikan. 7. Laporan 7.1. Laporkan hasil perbaikan alat kepada Unit Pelayanan pengguna alat dan serahkan kembali alat Ventilator yang telah diperbaiki 7.2. Laporkan hasil perbaikan kepada pemberi tugas 1. Intensive Care Unit 2. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit
Unit terkait
3.2.9
Persyaratan Teknis Lingkungan Dalam Penyimpanan Alat
Persyaratan : pada saat pengoperasian, alat harus pada ruangan bersuhu bersuhu 10 atau 40 celcius, tekanan atmosfir pada 700 sampai 1060 hPa dan kelembaban pada 10 sampai 90%.
Lingkungan : Jangan digunakan pada area yang mudah terbakar, dapat meledak. Tidak untuk ruangan yang terdapat MRI, ruangan harus berventilasi baik, tidak terlalu lembab
Penempatan alat : Dibutuhkan luas standar 1x1 meter untuk peletakan alat Ventilator, dan tidak boleh berdekatan dengan oli atau cairan yang dapat merusak bahkan meledak bila terkena gas dan alat.
3.2.10 Jadwal Pemeliharaan Tabel 3.7 Jadwal Pemeliharaan Ventilator
71
72
View more...
Comments