Vector Borne Disease

August 14, 2017 | Author: Dita Devita | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

pengendalian vektor borne disease...

Description

Dalam pengendalian vektor tidaklah mungkin dapat dilakukan pembasmian sampai tuntas, yang mungkin dan dapat dilakukan adalah usaha mengurangi dan menurunkan populasi kesatu tingkat yang tidak membahayakan kehidupan manusia.Namun hendaknya dapat diusahakan agar segala kegiatan dalam rangka menurunkan populasi vektor dapat mencapai hasil yang baik.Untuk itu perlu diterapkan teknologi yang sesuai, bahkan teknologi sederhanapun, yang penting didasarkan prinsip dan konsep yang benar. Adapun prinsip dasar dalam pengendalian vektor yang dapat dijadikan sebagai pegangan sebagai berikut:1 1. Pengendalian vektor harus menerapkan bermacam-macam cara pengendalian agar vektor tetap berada di bawah garis batas yang tidak merugikan/ membahayakan. 2. Pengendalian vektor tidak menimbulkan kerusakan atau gangguan ekologi terhadap tata lingkungan hidup. Konsep dasar pengendalian Vektor.2 1. Harus dapat menekan densitas vektor. 2. Tidak membahayakan manusia. 3. Tidak mengganggu keseimbangan lingkungan. Tujuan Pengendalian Vektor.3 1. Mencegah wabah penyakit yang tergolong vector-borne disease sehingga memperkecil risiko kontak antara manusia dengan vektor penyakit dan memperkecil sumber penularan penyakit/reservoir. 2. Mencegah dimasukkannya vektor atau penyakit yang baru ke suatu kawasan yang bebas dengan pendekatan legal, maupun dengan aplikasi pestisida (spraying, baiting, trapping). Cara Pengendalian Vektor.3 1. Usaha pencegahan (prevention) yaitu mencegah kontak dengan vektor dengan cara pemberantasan nyamuk, pemakaian kelambu. 2. Usaha penekanan (suppression) yaitu menekan populasi vektor sehingga tidak membahayakan kehidupan manusia. 3. Usaha pembasmian (eradication) yaitu menghilangkan vektor sampai habis. Menurut WHO, pengendalian penyakit yang dimediasi oleh vektor dapat dilakukan dalam beberapa langkah secara berurutan. Dalam keadaan emergensi, langkah-langakah tersebut:6 1. 2. 3. 4.

Diagnosis dan Tata laksana Pengendalian Vektor Higienitas lingkungan Proteksi individu

Dalam pengendalian vektor, terdapat bebrapa langkah yang diantaranya melibatkan surveilance. Kegiatan surveilance dimulai dengan mengumpulkan informasi terkait vektor penyakit. Informasi vektor penyakit mencakup: 1. Keberadaan vektor penyakit dan bionomik

2. Kuantifikasi tingkat kepadatn dan atau kontak antara manusia dengan vector penyakit 3. Keberadaan dan penyebaran organisme (parasit/bakteri/virus) pada vektor penyakit tersebut 4. Tingkat kesakitan penyakit yang ditularkan vektor penyakit 5. Status kerentanan vektor penyakit dan reservoir Selain itu, langkah-langkah selanjutnya adalah: Proteksi diri terhadap vektor penyakit. adalah upaya perlindungan diri sendiri,keluarga atau sekelompok orang yang tinggal atau bekerja bersama vektor penyakit. 1. Termasuk dalam tindakan ini adalah pencegahan terjadinya kontak antara tubuh dengan vektor penyakit dan tindakan untuk mencegah masuk, singgah dan berkembang biaknya vektor penyakit di dalam atau di sekitar rumah 2. Kegiatan ini umumnya sederhana serta tidak mahal dan sering kali dapat dilakukan oleh masyarakat tanpa bantuan petugas kesehatan Sanitasi Lingkungan. Sanitasi lingkungan mencakup pengelolaan sampah, limbah cair, termasuk tinja dan sanitasi rumah yang ditujukan untuk mencegah kehadiran vektor penyakit. Manipulasi lingkungan. Adalah suatu upaya pengelolaan lingkungan yang meliputi kegiatan yang terencana yg bertujuan untuk mengubah kondisi sementara yang tidak menguntungkan bagi perkembang biakan vektor penyakit pada habitatnya sebagai contoh adalah : pembersihan tanaman, peneduhan dan pengeringan rawa Modifikasi Lingkungan. Adalah upaya pengelolaan lingkungan yang meliputi perubahan fisik yang bersifat permanen terhadap lahan, air dan tanaman yang bertujuan untuk mencegah, menghilangkan atau mengurangi habitat vektor penyakit tanpa menyebabkan terganggunya kualitas lingkungan hidup manusia. Termasuk kegiatan ini adalah drainase, penimbunan tempat perindukan vektor penyakit berupa genangan air Pengendalian vektor penyakit dapat dilakukan secara biologis dan kimiawi. Pengendalian Vektor Penyakit secara Biologis adalah pemanfaatan organisme hidup atau produknya untuk mengendalikan vektor penyakit, termasuk dalam organisme ini adalah virus, bakteri, protozoa, jamur, tanaman parasit, predator dan ikan. Pengendalian Secara Kimiawi adalah pengendalian vektor penyakit dengan menggunakan pestisida baik berupa racun, penolak (repellen) maupun hormon pengatur pertumbuhan Pembinaan Masyarakat adalah upaya intervensi terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat agar sadar, mau dan mampu mengendalikan vektor penyakit sehingga resiko kesehatan yang ditimbulkan oleh vektor penyakit dapat ditekan serendah-rendahnya. Pembinaan masyarakat disini termasuk pembinaan terhadap dunia usaha yang menyelenggarakann pengendalian vektor penyakit baik dalam bentuk bimbingan maupun pelatihan . 1. Demam chikungunya Chikungunya merupakan penyakit infeksi virus yang disebarkan melalui gigitan nyamuk terinfeksi. Gigitan nyamuk biasanya pada siang hari. Gejala

 

penyakit ini mirip dengan demam berdarah yang dikarakteristikan dengan demam tinggi, nyeri senfi (arthritis) dan terkadang muncul ruam. Konsisi ini jarang mengancam nyawa. Chikungunya dilaporkan di beberapa negara di Asia Tenggara. Pengobatan untuk penyakit ini adalah menggunakan NSAID ringan seperti paracetamol dan istirahat. Cara mencegah penyakit ini adalah dengan menghindari gigitan nyamuk. Hal –hal yang dapat dilakukan untuk menghindari gigitan nnyamuk adalah: Mengenakan pakaian yang menutupi seluruh tubuh, contohnya baju lengan panjang dan celana panjang Menggunakan kelambu atau repelen

Hal lain yang dapat dilakukan untuk mengeleminasi nyamuk adalah :   

Mengganti air di dalam penampung secara periodik, misalnya setiap minggu Mengering Mengubur barang-barang bekas

2. Demam dengue dan Demam Berdarah Dengue Demam berdarah adalah infeksi virus akut yang ditularkan oleh gigitan nyamuk yang terinfeksi, Aedes aegypti, yang menggigit pada siang hari. Nyamuk ini berkembang biak di air yang disimpan seperti drum, botol, pot, ember, vas bunga, tangki air, botol dibuang, ban, dan pendingin air. Manifestasi klinis demam berdarah biasanya muncul 4-7 hari pasca gigitan nyamuk yang terinfeksi. Gejala yang dapat muncul diantaranya demam tinggi, sakit keoala, nyeri sendi, ruam pada kulit, dan dapat menimbulkan gejala yang berat seperti perdarahan dari hidung, mulut, ataupun gusi. Kita dapat mencegah perkembangbiakan nyamuk di sekitar lingkungan dengan cara:  Menguras air dari pendingin, tangki, tong setiap minggu  Mengeringkan pendingin selama 2-3 jam setiap minggunya  Mengubur barang-barang bekas Hal lain yang penting untuk dilakukan adalah melindungi diri dari gigitan nyamuk dengan cara:  Mengenakan pakaian tertutup, seperti kemeja lengan panjang dan celana panjang.  Menggunakan obat nyamuk.  Menggunakan kelambu

3. Japanese Encephalitis Japanese Encephalitis (JE) adalah penyakit virus yang ditularkan oleh nyamuk yang berkembang biak di sawah. Penyakit ini sering terjadi di daerah pedesaan, jika tidak diobati dengan baik dapat menyebabkan kematian. Penyakit ini sering menyeran anak-anak yang ditandai dengan demam tinggi, sakit kepala, kekakuan leher, disorientasi, koma, kejang, kelumpuhan. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah menghindari gigitan nyamuk. Vaksinasi juga disarankan sebagai bentuk tindakan preventif pada orang yang tinggal di daerah endemis atau yang ingin bepergian di daerah endemis.

4. Kala-azar Kala-azar (visceral leishmaniasis) ditransmisikan oleh agas, argentipes Phlebotomus dan disebabkan oleh parasit, Leishmania donovani. Di Asia Tenggara, manusia adalah satu-satunya reservoir penyakit ini. Manifestasi penyakit ini muncul setelah 2-6 bulan digigit oleh agas yang terinfeksi. Gambaran klinis yang muncul anatara lain demam berkepanjangan, anemia, malaise, anoreksia, penurunan berat badan, pembesaran kelenjar getah bening, pansitopenia. Ketika bepergian atau tinggal di suatu tempat endemik:  mencoba untuk mengurangi paparan sandflies, yang biasanya aktif antara senja dan fajar;  meminimalkan jumlah kulit yang terkena;  menggunakan obat nyamuk serangga;  penggunaan kelambu (insektisida yang jika mungkin);  mengurangi / menghilangkan kemungkinan tempat penangkaran sandfly di dalam dan sekitar rumah;  menerima layanan yang ditawarkan oleh program nasional termasuk kegiatan penyemprotan lingkungan 5. Filariasis Filariasis limfatik adalah penyakit parasit nyamuk disebabkan oleh parasit nematoda: Wuchereria dan Brugia. Jenis nyamuk utama yang mengirimkan parasit yang Culex, Aedes dan Mansonia. Manifestasi klinis filariasis muncul setelah 3-12

6.

    

bulan oleh gigitan nyamuk terinfeksi. Filariasis kronis kaki bengkak biasa disebut kaki gajah. Gambaran klinis yang muncul dapat berupa demam, lymphangitis dan limfadenitis, pembengkakan kaki, Lymphodema, hidrokel, dan sindroma eosinofilia. Jika tinggal di daerah endemik:  Tidur di bawah kelambu (lebih disukai insektisida kelambu)  Kenakan pakaian yang menutupi tubuh, seperti kemeja lengan panjang dan celana panjang  Gunakan repelen nyamuk pada kulit.  Mengurangi / menghilangkan kemungkinan perkembangbiakan nyamuk tempat di dan sekitar rumah.  Menggunakan obat chemoprophylactic (dietil Carbamazine sitrat dan albendazome). Malaria Malaria disebabkan oleh parasit Plasmodium yang menyebar ke orang melalui gigitan terinfeksi nyamuk Anopholes, yang menggigit terutama antara senja dan fajar. Manifestasi klinis malaria muncul 9-14 hari setelah nyamuk gigitan. Gambaran klinis yang muncul meliputi demam tinggi, sakit kepala, menggigil, mual, muntah, kejang dan pingsan. Hal –hal yang dapat dilakukan sebagai tindakan pencegahan adalah Mengatur penyemprotan residu dalam ruangan dengan insektisida. Memusnahkan tempat nyamuk berkembang biak di sekitar Anda habitat yang mengurangi jumlah nyamuk. Kenakan baju lengan panjang dan celana panjang Saat mengunjungi daerah endemik malaria, mengambil perlindungan yang maksimal, mengambil profilaksis obat dan melindungi diri dari gigitan nyamuk. Mulai profilaksis obat-obatan sebelum kedatangan ke daerah malaria dan dilanjutkan setelah kembali sebagai diresepkan.

7. Schistosomiasis Schistosomiasis, yang juga dikenal sebagai bilharzia, adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing parasit (Schistosoma mansoni, S. haematobium dan S. japonicum). Schistosomiasis terjadi di tempat-tempat dengan sanitasi yang buruk. Parasit hidup dalam beberapa jenis siput air tawar. Di Asia Tenggara, schistosomiasis

     

endemik hanya di tiga daerah terpencil di Sulawesi Tengah, Indonesia. Gambaran klinis meliputi:ruam atau gatal kulit, menggigil, nyeri otot, hepatomegali, demam, batuk, dll. Tidak ada vaksin yang tersedia untuk mencegah infeksi. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah schistosomiasis adalah Mencegah kontak dengan air yang terkontaminasi. Hindari berenang atau rendam di air tawar Mencegah kontaminasi air dengan kotoran dan urin pasien. Mencuci (kaki dan tangan) dengan baik dengan sabun setelah bekerja di bidang / hutan Minum air yang aman Gunakan air bersih untuk mandi

1. Adang Iskandar. Pemberantasan serangga dan binatang pengganggu. APKTS Pusdiknakes. Depkes RI. Jakarta 2. A.V. Boratne, V. Jayanthi, S.S. Datta, Z Singh, V. Senthilvel and Y.S.Joice. Predictors of knowledge of selected mosquito borne diseases among adults of selected periurban areas of Puducherry, India. Vol 47, No 4, Dec 2010. 3. Azwar, A. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Mutiara Sumber Widya, Jakarta, 1995. 4. Goddard, J. (2000). Infectious Diseases and Arthropods. Totowa, NJ: Humana Press 5. Haines, A., P. R. Epstein, and A. J. McMichael. 1993. Global health watch: Monitoring impacts of environmental change. Lancet 342: 1464-69. 6. http://www.who.int/water_sanitation_health/hygiene/emergencies/em2002chap10.pdf

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF