Variasi Intra Populasi
March 24, 2018 | Author: Annisa Dwinda F | Category: N/A
Short Description
Laporan Taksonomi Hewan...
Description
VARIASI INTRA POPULASI
Oleh: Nama NIM Rombongan Kelompok Asisten
: Annisa Dwinda Fatimah : B1J011082 : III :2 : Faizal Rachman Dwi Putra
LAPORAN PRAKTIKUM TAKSONOMI HEWAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2013
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Variasi intra populasi merupakan perbedaan-perbedaan yang terdapat pada hewan dalam suatu populasi. Menurut Inger dan Iskandar (2005), variasi di alam dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor genetik dan faktor non genetik. Faktor genetik adalah faktor yang mempengaruhi variasi spesies dikarenakan oleh peristiwa pewarisan sifat dari tetua ke keturunannya, yaitu melalui DNA. Faktor non genetik adalah faktor yang mempengaruhi variasi spesies dalam populasi dikarenakan faktor selain genetik, yaitu seperti dikarenakan variasi umur, variasi musiman pada suatu individu, variasi sosial, variasi habitat, dan sebagainya. Polimorfisme adalah suatu karakter homolog yang mempunyai bentuk fenotif bervariasi. Polimorfisme untuk suatu karakter dapat dikatakan sebagai keberadaan bentuk yang berbeda-beda didalam suatu populasi (Campbell et al., 2004). Polimorfisme bisa terbentuk karena adaptasi morfologi atau isolasi reproduksi dari suatu organisme dalam populasi. B. TUJUAN 1. Mengenali berbagai variasi (umur, seksual, musiman, polimorfisme, dsb) pada suatu populasi hewan 2. Menentukan spesies hewan berdasarkan berbagai variasi (umur, seksual, musiman, polimorfisme, dsb), yang terdapat pada suatu populasi hewan.
II. MATERI DAN METODE A. Materi Materi yang diamati adalah berudu, berudu berkaki, katak berekor, katak kecil , dan katak dewasa (Fejervarya cancrivora), kadal (Mabouya multifasciata) jantan dan betina. Alat yang digunakan yaitu bak preparat, pinset, gunting, buku gambar, dan alat tulis. B. Metode 1. Alat dan bahan dipersiapkan. 2. Metamorfosis katak, kadal jantan dan betina digambar dan diberi keterangan tentang jenis variasi yang terjadi. 3. Kadal jantan dan kadal betina dibedah, kemudian digambar perbedaan sek primernya.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil
Gambar 1. Kadal Jantan Posisi Dorsal
Gambar 2. Kadal Jantan Posisi Ventral
Gambar 3. Kadal Jantan Posisi Lateral
Gambar 4. Kadal Betina Posisi Dorsal
Gambar 5. Kadal Betina Posisi Ventral
Gambar 6. Kadal Betina Posisi Lateral
Gambar 7. Anatomi Kadal Jantan
Gambar 8. Anatomi Kadal Betina
Gambar 9. Skematis Anatomi Kadal
Gambar 10. Katak Dewasa
Gambar 11. Metamorfosis Katak
B. Pembahasan Praktikum kali ini menggunakan dua preparat, yaitu kadal (Mabouya multifasciata) dan semua fase metamorfosis katak (Fejervarya cancrivora), yaitu berudu, berudu berkaki, katak berekor, katak kecil, dan katak berekor. Berdasarkan hasil pengamatan, tubuh dorsal kadal jantan berwarna coklat gelap dengan sisik-sisik. Tubuh dorsal kadal betina berwarna coklat dan hitam, serta terdapat pola di atasnya. Tubuh ventral kadal betina dan jantan berwarna keputihan. Di bagian lateral, terdapat warna kuning atau oranye yang biasanya pada betina lebih pekat warnanya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Das (2010) yang menyatakan bahwa punggung berwarna cokelat zaitun, dengan jalur coklat gelap bertepi terang keputih-putihan atau kekuning kuningan di sisi badannya. Kerongkongan, pada hewan jantan dewasa merah terang kadangkadang berbintik gelap, pada hewan betina berwarna krem tak berpola. Perut berwarna putih kehijauan. Sistem genitalia kadal betina terdiri dari sepasang oviduct, letak oviduct kanan lebih tinggi daripada ovarium kiri, sepasang ovarium, dan tuba falopii. Sedangkan pada kadal jantan, sistem genitalia terdiri dari sepasang testis, saluran testis (epididimis), vas deferens, dan hemipenis (Radiopoetro, 1977). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa katak mempunyai metamorfosis yang diawali dari telur, kemudian menjadi berudu. Setelah beberapa hari, berudu berubah menjadi berudu berkaki kemudian berubah lagi menjadi katak berekor, dan bermetamorfosis menjadi katak dewasa. Katak dewasa apabila diamati dengan teliti, akan terlihat jelas adanya keragaman variasi atara spesies yang satu dengan yang lainnya. Katak mempunyai badan yang lebar dilengkapi dengan dua pasang anggota gerak. Anggota gerak bagian depan lebih pendek dan kecil, serta mempunyai 4 jari, sedangkan bagian belakang jauh lebih besar dan panjang. Hal ini sesuai dengan fungsinya yaitu untuk melompat. Anggota gerak ini biasanya juga dilengkapi dengan selaput renang untuk memudahkan katak berenang (Mahardono, 1980). Variasi intra populasi ialah keanekaragam baik bersifat morfologi maupun genetik yang dimiliki oleh suatu spesies dalam suatu populasi (Campbell et al, 2009). Ada dua penyebab terjadinya variasi, yaitu variasi genetik dan variasi non genetik. Variasi genetik adalah variasi yang disebabkan oleh mutasi, aliran gen dan rekombinasi. Variasi ini diwariskan karena terjadi perubahan struktur dan komposisi kimia di dalam gen. Variasi ini sering menyebabkan terbentuknya individu baru yang secara genetis berbeda dengan induknya (Jones dan Luchsinger, 1986). Variasi genetik umumnya dipengaruhi oleh pola atau cara reproduksi (breeding system) dan keseluruhan proses
seleksi alam (Heywood, 1965 dalam Suranto dkk., 2000). Sedangkan, variasi non genetik atau variasi somatis adalah variasi yang disebabkan pengaruh faktor-faktor lingkungan, baik faktor fisika, kimia maupun biotik. Variasi ini bersifat sementara dan tidak diwariskan, namun dapat menyebabkan terbentuknya klon baru yang secara genetik sama (Jones dan Luchsinger, 1986; Nio, 1975 dalam Suranto dkk., 2000). Variasi non genetik dapat terjadi karena adanya variasi umur (katak), variasi musiman (burung), variasi musiman pada beberapa keturunan (kupu-kupu), variasi sosial (rayap), variasi kepadatan (belalang), dan sebagainya. Variasi genetik terjadi karena adanya seksual dimorfisme (kadal), gynandromorfi (kupu-kupu) dan interseks, strain seksual dan uniparental serta variasi diskontinyu dan variasi kontinyu. Phena adalah perbedaan bentuk/fenotipe dalam suatu populasi. Phena berbeda yang termasuk ke dalam suatu populasi tidak dapat dianggap sebagai spesies yang terpisah meskipun morfologinya berbeda. Spesies sibling adalah spesies yang secara morfologi sangat sulit dibedakan tetapi secara biologi dapat dibedakan (Mayr, 1969). Gynandromorfi Individu yang memperlihatkan karakter jantan pada satu bagian tubuhnya dan karakter betina pada bagian tubuh yang lain (kupu-kupu, lobster, kepiting), sedangkan interseks adalah individu yang memperlihatkan karakter campuran antara karakter jantan dan karakter betina yang terjadi karena hasil dari susunan yang seimbang antara gen yang membawa kecenderungan jan kecenderungan betina, contohnya yaitu cacing. Seksual dimorfisme adalah suatu karakteristik yang dimiliki oleh manusia atau makhluk hidup lain karena adanya perbedaan jenis kelamin yang merujuk kepada perbedaan ukuran, bentuk, warna dan lain-lain (Qurratu’aini, 2010). Proses spesiasi, terbentuknya spesies baru, dimulai dengan terjadinya variasi populasi, baik karena isolasi geografi maupun isolasi ekologi (Klung dan Cummings, 1994). Menurut Ernst Mayr (1942) dalam Kimball (1999), spesies simpatrik merupakan spesies yang menempati wilayah yang sama. Spesies allopatrik adalah dua individu yang memiliki spesies yang sama tetapi morfologi dan habitatnya berbeda. Spesiasi secara allopatrik menurut Campbell et al (2009) terjadi pada tupai
(Ammospermophillus
harrisi dan Ammospermophillus leucurus) di Amerika. Perbedaan letak geografi mereka tinggal menjadikan kedua spesies ini memiliki morfologi yang juga berbeda. Kadal adalah hewan bersisik berkaki empat yang termasuk kelompok reptil. Secara luas pengertian kadal atau kerabat juga mencakup kelompok cicak, tokek, bunglon, cicak terbang, biawak, iguana dan lain-lain. Sedangkan secara sempit, istilah kadal dalam bahasa Indonesia biasanya merujuk terbatas pada kelompok kadal yang
umumnya bertubuh kecil, bersisik licin berkilau dan hidup di atas tanah (suku Scincidae, atau umumnya anggota infraordo Scincomorpha). Jadi, secara umum kadal ini mencakup jenis-jenis yang bertubuh kecil seperti kadal pasir Lygosoma, sampai ke biawak Komodo (Varanus komodoensis) yang bisa mencapai panjang lebih dari 3 m (Djuhanda, 1982). Umumnya tubuh kadal betina lebih besar daripada kadal jantan. Hal ini disebabkan karena peristiwa seksual dimorfisme, yaitu adanya perbedaan morfologi antara hewan jantan dan betina, dimana umumnya betina memiliki tubuh yang lebih besar (Djajasasmita et al., 1993). Dimorfisme seksual ukuran tubuh yang berpengaruh kepada kemampuan berburu pada kelompok Reptilia adalah panjang tubuh. Semakin panjang tubuh, maka Reptilia tersebut semakin bersifat oportunis; seperti yang telah dibuktikan pada ular (Shine, 1988), kadal (Kurniati dan Maryanto, 1996). Menurut Kurniati (2001), selain panjang tubuh, alat lokomotor juga berpengaruh pada kelompok kadal Emoia, burung, dan kelelawar. Klasifikasi kadal (Mabouya multifasciata) menurut Radiopoetro (1977), adalah sebagai berikut : Kingdom
: Animalia
Phylum
: Chordata
Class
: Reptilia
Ordo
: Squamata
Subordo
: Lacertilia
Familia
: Mabouya
Species
: Mabouya multifasciata
Spesies jantan dan betina mengalami kondisi lingkungan yang serupa, dan memiliki warisan genetik yang sama. Dengan demikian, jika jenis kelamin berbeda di beberapa sifat genetik, hanya ada sebuah kumpulan terbatas dari gaya selektif yang dapat dilibatkan untuk menjelaskan perbedaan. Misalnya, ukuran tubuh yang lebih besar mungkin meningkatkan keberhasilan reproduksi betina karena reproduksi betina memungkinkan fekunditas yang lebih baik, atau mungkin keberhasilan reproduksi jantan meningkat jika kemampuan seekor jantan untuk menang bertarung melawan musuh jantannya tinggi. Oleh karena itu, studi tentang seksual dimorfisme memberikan kesempatan bagus untuk memeriksa dasar selektif yang diduga untuk perbedaan sifat morfologi (Dubey et al., 2011). Katak merupakan hewan peralihan antara hewan air dan hewan darat. Habitat katak sangat bervariasi dari rawa sampai ke pegunungan. Kebanyakan hidup di daerah
yang berhutan karena katak membutuhkan tempat yang lembab untuk melindungi diri dari kekeringan. Terdapat jenis katak yang sepanjang hidupnya selalu di air dan juga yang hidup di daratan serta di pohon yang tinggi. Katak yang hidup di luar air biasanya pada periode tertentu akan berkunjung ke perairan untuk melakukan perkembangbiakan. Tingkatan taksonomi pada katak dapat diketahui dengan memperlihatkan karakter morfologinya sebagai acuan untuk identifikasi dan determinasi (Kurniati, 2003). Klasifikasi Fejervarya cancrivora menurut Radiopoetro (1977) adalah sebagai berikut: Kingdom
: Animalia
Phylum
: Chordata
Class
: Amphibi
Ordo
: Anura
Familia
: Ranidae
Genus
: Fejervarya
Species
: Fejervarya cancrivora
Variasi umur pada katak yaitu dimulai dari telur yang berasal dari katak betina dewasa yang sudah dibuahi, kemudian telur tersebut akan menetas setelah sepuluh hari. Setelah menetas, telur katak tersebut menetas menjadi berudu. Setelah berumur dua hari, berudu mempunyai insang luar yang berbulu untuk bernapas. Setelah berumur tiga minggu insang berudu akan tertutup oleh kulit. Menjelang umur delapan minggu, kaki belakang berudu akan terbentuk kemudian membesar ketika kaki depan mulai muncul. Umur 12 minggu, kaki depannya mulai berbentuk, ekornya menjadi pendek serta bernapas dengan paru-paru. Setelah pertumbuhan anggota badannya sempurna, katak tersebut akan berubah menjadi katak dewasa (King, 1996).
IV. KESIMPULAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa: 1.
Katak memiliki variasi non genetik (variasi umur) dan kadal memiliki variasi genetik (variasi seksual dimorfisme) pada populasinya.
2.
Morfologi kadal jantan dan betina yang berbeda disebabkan oleh variasi genetik, yaitu variasi seksual dimorfisme. Metamorphosis pada katak merupakan contoh dari adanya variasi non genetik, yaitu variasi umur. B. Saran Untuk praktikum selanjutnya sebaiknya preparat yang harus dibawa praktikan
hanya setengah dari preparat yang akan digunakan.
DAFTAR REFERENSI Campbell NA, Reece JB, Mitchell L. 2004. Biologi. Jilid ke-5. Terjemahan dari Biology, fifth edition. Jakarta, Erlangga. Campbell, Reece, Urry, Cain, Wasserman, Minorsky, dan Jackson. 2009. Biology 8 th Edition. Benjamin Cummings. San Fransisco. Das, I. 2010. Reptiles of South-East Asia. New Holland Publishers. UK. Djajasasmita, M., S. Soemodihardjo, B. Sudjoko. 1993. Status Sumberdaya Chepalopoda di Indonesia. Panitia Nasional Program MAB Indonesia. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta. Djuhanda, T. 1982. Anatomi dari Empat Species Hewan Vertebrata. Armico, Bandung. Dubey S, Chevalley M, and Shine R. 2011. Sexual Dimorphism and Sexual Selection in A Montane Scincid Lizard (Eulamprus leuraensis). Austral Ecology (2011) 36, 68–75. Inger, R.F. and Iskandar, J. T. 2005. A Collection of Amphibians From West Sumatra With Description of A New Species of Megrophys (Amphibia:Anura). The Raffles Bulletin Zoology. 53(1)133-142. Jones, S.B. dan A.E. Luchsinger, 1986, Plant Systematics, Second edition, New York, McGraw-Hill Book Company. Kimball JW. 1999. Biologi. Ed ke-5. Jilid ke-3. Tjitrosomo SS, Sugiri N, penerjemah. Terjemahan dari Biology, Fifth Edition. Jakarta, Erlangga. King, G. 1996. Reptiles and Herbivory. Chapman & Hall, London. Klung, W.S. dan M.R. Cummings.1994. Concepts of Genetics. 4th edition. Englewood Cliffs: Prentice Hall. Kurniati, H dan Maryanto, I. 1996. Studi Pendahuluan Ekologi Dua Kadal Simpatrik Emoia Ditinjau dari Pakannya (Lacertilia: Scincidae). Zoo Indonesia (27): 1-8. Kurniati, H. 2001. Perbedaan Relung Intraspesifik Kadal Sphenomorphus variegatus: Ditinjau dari Variasi Morfometrik (Lacertilia: Scincidae). Biota Vol. VI (3) : 105108. Kurniati, H. 2003. Amphibians and Reptiles of Gunung Halimun Nation Park West Java Indonesia (Frogs, Lizards and Snakes). An Illustrated Guide Book. Researc Center For Biology-LIPI, Bogor. Mahardono, A.1980. Anatomi Katak. Internusa, Jakarta. Mayr, Ernest. 1969. Principles of Systematic Zoology. Tata Mc Graw. Hill Publishing Company, New Delhi. Qurratu’aini, N. 2010. Skripsi: Seksual Dimorfisme pada Ukuran Mesiodistal Gigi Anterior dan Jarak Interkaninus Rahang Bawah pada Mahasiswa Malaysia FKG
USU TA 2006-2009. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Medan. Radiopoetro. 1977. Zoologi. Erlangga, Jakarta. Shine, R. 1988. Food Habits and Reproductive Biology of Small Australian Snakes of The Genera Unechis and Suta (Elapidae). Journal of Herpetology. 20 (3): 408415. Suranto, Sajidan, Harliyono, Winarno K, dan Emy S. 2000. Studi Variasi Populasi Ipomoea pes-caprae (L.) Sweet di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Yogyakarta. BioSMART Volume 2, Nomor 1 April 2000 Halaman: 28 – 33.
View more...
Comments