Utilitas Kelompok Sistem Keamanan Bangunan
May 2, 2018 | Author: GM | Category: N/A
Short Description
Sistem Keamanan Bangunan...
Description
SISTEM KEAMANAN BANGUNAN
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH UTILITAS Yang dibina oleh Bapak Dr. Mujiyono, Muji yono, M.Pd.
Oleh: Wiwin Setyorini
130522506279 130522506279
Pandu Anom
130522506270 130522506270
Ricky Bagus B.
130522506267 130522506267
Syarif Hidayatullah
130522506277 130522506277
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL PROGRAM D3 TEKNIK SIPIL DAN BANGUNAN OFF B September 2014
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang yang telah membimbing kami menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan dan petunjuk-Nya, penyusun tidak akan menyelesaikan menyelesaikan makalah ini dengan penuh kelancaran. Makalah ini kami susun untuk memudahkan pembaca untuk memahami Sistem Keamanan Bangunan. Tidak lupa kami menyampaikan ucapan terima kasih untuk dosen pembimbing kami yang bersedia men garahkan kami untuk menyelesaikan makalah ini. Semoga pengetahuan yang sederhana ini bisa membantu para pembaca dalam memahami Sistem Keamanan Bangunan. Kami menyadari kekurangan dalam penyusunan makalah ini, kami mengharapkan kritik dan saran para pembaca. Atas segala perhatian kami ucapkan terima kasih.
Malang, 23 September 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul......................................... Judul.................................................................. ............................................... ........................................i ..................i Kata Pengantar......................................... Pengantar.................................................................. ............................................... .......................................ii .................ii Daftar Isi........................................... Isi................................................................. .............................................. .............................................. ........................iii ..iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang........................................... Belakang................................................................. ............................................. ............................1 .....1 B. Rumusan Masalah....................... Masalah................................................ ............................................... ........................................1 ..................1 C. Tujuan Penulisan.......................................... Penulisan................................................................ ............................................... ..........................2 .2 BAB II PEMBAHASAN A. CCTV 1. Pengertian CCTV...................................... CCTV............................................................ ............................................ .......................3 .3 2. Jenis-jenis kamera CCTV........................................ CCTV.............................................................. ..............................6 ........6 3. Prinsip Kerja Pada Kamera Kamer a CCTV........................................................ CCTV........................................................8 8 4. CCTV Difungsikan sebagai Sensor Posisi atau Sensor Jarak ...............9 5. Penempatan Kamera......................... Kamera............................................... ............................................ ................................9 ..........9 B. Tangga 1. Pengertian Tangga.......................................... Tangga................................................................. ......................................10 ...............10 2. Bagian-bagian Tangga......................................... Tangga............................................................... ................................11 ..........11 3. Jenis-jenis Tangga.................................... Tangga.......................................................... ............................................ ......................12 12 4. Bentuk Tangga.......................................... Tangga................................................................ ...........................................1 .....................14 4 C. Sistem Alarm Pada Bangunan 1. Pengertian Sistem Alarm.............................................. Alarm..................................................................... ........................15 .15 D. Penanggulangan Kebakaran pada Bangunan 1. Pengertian Kebakaran.................... Kebakaran.......................................... ............................................ ................................18 ..........18 2. Sistem Deteksi dan Tanda Bahaya Kebakaran....................................19 3. Sistem Evakuasi Bahaya Kebakaran ............................................... ..................................................20 ...20 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan................... Kesimpulan.......................................... ............................................. ............................................. ................................31 .........31 B. Saran.............................................. Saran.................................................................... ............................................. .......................................31 ................31 DAFTAR RUJUKAN..................... RUJUKAN........................................... ............................................. .............................................. ..........................32 ...32
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bangunan merupakan bentuk dari suatu struktur buatan manusia yang terdiri dari dinding dan atap yang didirikan secara permanen di suatu tempat. Bangunan itu sendiri mempunyai sesuatu persyaratan dalam pelaksanaan konstruksi, semua terjadi tergantung dari fungsi bangunan itu sendiri. Fungsi dari bangunan itu sendiri dibedakan diantaranya sebagai berikut: 1. Bangunan umum, 2. Bangunan pribadi, 3. Bangunan pemerintahan, 4. Bangunan swasta, 5. Perkantoran, Perkantoran, dan lain sebagainya. Dari fungsi bangunan yang berbeda itu, memungkinkan terjadinya metode bangunan yang berbeda. Bangunan yang baik adalah bangunan yang mempunyai sistem keamanan yang baik. Sistem keamanan itu sendiri merupakan salah satu persyaratan dari pendirian bangunan, cara dan alat-alat buatan manusia berdasarkan perkembangan teknologi yang berguna untuk membantu manusia dalam kondisi kritis untuk menjaga keamanan pada bangunan. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya kecelakan-kecelakan pada suatu bangunan, selain sistem ini dilakukan untuk menjauhkan dari orang-orang yang tidak baik. Sistem keamanan yang akan dibahas dalam makalah ini mengenai CCTV, Tangga Darurat, Sistem Alarm, dan Penanggulangan jika terjadi kebakaran.
B. Rumusan Masalah
Dari paparan pendahuluan diatas, penulis mengambil sebuah judul ‘’ SISTEM KEAMANAN BANGUNAN’’. BANGUNAN ’’. Maka penulis mengemukakan pok ok ok pembahasan sebagai berikut.Apa yang dimaksud dengan dengan sistem keamanan bangunan? 1.
Apa saja yang termasuk dalam sistem keamanan bangunan?
2.
Pengertian CCTV?
3.
Jenis-jenis CCTV?
4.
Prinsip kerja CCTV?
5.
Bagaimana CCTV difungsikan sebagai sensor posisi atau sensor jarak?
6.
Bagaimana dengan penempatan CCTV?
7.
Pengertian tangga?
8.
Bagian-bagian tangga?
9.
Jenis-jenis tangga?
10. Bentuk tangga? 11. Pengertian sistem alarm? 12. Pengertian kebakaran? 13. Bagaimana dengan sistem deteksi dan tanda bahaya kebakaran? 14. Bagaimana dengan sistem evakuasi bahaya kebakaran?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut. 1.
Memahami sistem keamanan bangunan;
2.
Mengetahui bagian-bagian sistem keamanan bangunan;
3.
Mampu menjelaskan Pengertian CCTV;
4.
Menegetahui jenis-jenis CCTV;
5.
Mengetahui bagaimana prinsip kerja CCTV;
6.
Mengetahui sistem kerja CCTV yang yang difungsikan sebagai sensor posisi atau sensor jarak;
7.
Mengetahui cara penempatan CCTV;
8.
Mampu menjelaskan pengertian tangga;
9.
Mampu menjelaskan bagian-bagian tangga;
10. Mengetahui jenis-jenis tangga; 11. Mengetahui bentuk tangga; 12. Mampu menjelaskan pengertian sistem alarm; 13. Mampu menjelaskan pengertian kebakaran; 14. Mengetahui bagaimana;sistem deteksi dan tanda bahaya kebakaran; 15. Mengetahui bagaimana dengan sistem evakuasi bahaya kebakaran.
BAB II PEMBAHASAN
A. CCTV 1.
Pengertian Pengertian Umum CCTV
CCTV (Closed (Closed Circuit Television) Television) adalah perangkat digital (camera ( camera)) yang difungsikan untuk memantau dan mengawasi serta merekam suatu keadaan/ kegiatan pada satu ataupun beberapa tempat. CCTV pada dasarnya digunakan untuk kebutuhan akan keamanan atau informasi terhadap suatu keadaan/ kegiatan dalam suatu wilayah, ruangan, dan tempat-tempat yang diinginkan. CCTV pertama kali dibuat oleh Walter Brunch, dan diisntal di sebuah area peluncuran roket di Jerman. Oleh karena peluncuran tersebut dirasa berbahaya, dan banyak orang yang ingin menyaksikannya, maka dibuatlah CCTV sehi ngga dapat digambarkan secara detail mengenai peluncurannya. Teknologi CCTV masih digunakan untuk melihat peluncuran roket, namun meluas fungsinya ke keamanan bank, institusi militer milite r dan tempat lain yang membutuhkan pengamanan yang tinggi. Di tahun 1990 dan 2000, camera CCTV muali dipakai di area public, seperti di sudut jalan di negara Inggris. Kualitas gambar yang diambil camera CCTV berupa image crystal bening high-definition. CCTV untuk masa depan juga dapat digunakan untuk untuk membaca signature dan implementasi pemandangan tengah malam (night-vision). Ketika CCTV mendeteksi adanya gerakan, maka email akan dapat dikirimkan ke alamat yang dituju, memperingatkan pemilik email akan keadaan bahaya. Adapun perlengkapan-perlengkapan CCTV, antara lain sebagai berikut. a.
DVR ( Digital Video Recorder ) adalah sebuah media penyimpan hasil
rekaman video yang telah terpantau oleh kamera CCTV. Kapasitas penyimpanan hasil rekaman tergantung pada harddisk yang terpasang . Hasil rekaman video tersebut ada yang berformat QCIF, MPEG-4 dan avi. Dan biasanya input DVR terdiri dari 4, 8, 16 dan 32 channel kamera. b.
Kabel Coaxial (RG-59, RG-6 dan RG-11) merupakan sebuah jenis kabel yang
biasa digunakan untuk mengirimkan sinyal video dari kamera CCTV ke monitor. c.
BNC ( Bayonet Neill Concelman) Concelman) connector , Tipe konektor RF yang yang pada
umumnya dipasang pada ujung kabel coaxial, sebagai penghubung kamera CCTV dengan alat perekam (DVR) maupun secara langsung ke monitor CCTV. d.
Monitor untuk menampilkan keseluruhan gambar dari kamera sesuai inputan
DVR .
Gambar 1. Komponen CCTV
Gambar 2. Cara Kerja CCTV
Jika Anda pun ingin memasang perangkat ini, hal pertama yang harus ditilik adalah menyesuaikannya dengan kebutuhan. Kamera CCTV bisa diletakkan dalam maupun di luar rumah.
Gambar 3. CCTV Luar Ruangan Untuk kamera luar ruangan, biasanya telah didesain agar lebih tahan cuaca dan mampu menjangkau area yang lebih luas, dengan deteksi gerak yang lebih akurat. Sementara kamera untuk dalam ruang, umumnya memiliki desain yang lebih cantik agar tetap bisa berpadu apik dengan interior rumah. Berikutnya, perhatikanlah sentifitas cahaya kamera, yang berpengaruh pada kualitas gambar yang akan dihasilkan. Tentu saja, kualitas gambar ini, juga tergantung dari tingginya resolusi yang dimiliki. Hal lain yang tidak kalah penting untuk diperhatikan adalah menilik fitur pelengkap dari sebuah kamera CCTV. Antara lain menilik kemampuan kamera untuk melakukan perubahan gerakan ke arah kiri atau ke arah kanan ( pan) pan) dan gerakan ke atas atau ke bawah (tilp), tilp), kemampuan zooming kemampuan zooming kamera kamera untuk menangkap suatu obyek secara lebih detail, ataupun warna gambar rekaman, hitam putih atau berwarna. Gambar hitam putih pada umumnya lebih mampu mengkap gambar secara lebih tajam pada ruangan yang memiliki penerangan minim. Namun, gambar berwarna kini juga ada yang telah dilengkapi fitur untuk mengubah warna gambar untuk menjadi hitam putih. Tentu saja, kelengkapan fitur yang dipilh sebaiknya disesuaikan dengan budget yang tersedia. Komponen kamera akan menangkap obyek gambar yang akan ditransformasikan menjadi sinyal-sinyal elektronik, dan selanjutnya sinyal-sinyal tersebut akan dikonversikan dari format analog menjadi format digital dan ditransfer melalui sebuah komputer dan dikompresi untuk selanjutnya dikirim melalui jaringan. Untuk sistem kamera CCTV surveillance CCTV surveillance yang yang digunakan di lokasi tertentu misalnya dalam satu gedung, biasanya akan cukup mudah bagi kita
semua bila ingin menambah jumlah kamera yang dipasang tetapi kadang-kadang untuk dapat melihat tampilan gambar dari setiap kamera yang ada menjadi permasalahan tersendiri, karena sistem jaringan yang ada di gedung tersebut kurang mendukung. Seharusnya bila gedung tersebut sudah dilengkapi dengan sistem jaringan yang baik, berapapun penambahan jumlah kamera serta darimana saja kita akan melihat tampilan gambar dari setiap s etiap kamera tidak akan menjadi masalah. Umumnya kualitas tampilan gambar yang kurang bagus juga karena dipengaruhi pencahayaan yang tidak mencukupi atau sangat kurang yang akan mengakibatkan warna yang muncul terlihat membosankan dan k abur. Ukuran yang digunakan dalam dalam pencahayaan ini adalah Lux, misalnya sinar matahari yang terang memiliki ukuran 100.000 Lux, sinar lilin hanya 1 lux. Untuk mendapatkan kualitas gambar yang bagus biasanya dibutuhkan sekitar 200 lux. 2.
Jenis-jenis Kamera CCTV
Adapun jenis-jenis kamera CCTV antara lain adalah sebagai berikut. a.
Box Kamera CCTV Jenis kamera ini baik untuk digunakan untuk pengamatan jarak jauh dan
ditempatkan pada bidang vertikl. Untuk keadaan dimana cahaya yang minim tidak terlalu menjadi pertimbangan. Bila kamera ini dipasang masih dalam jangkauan tangan, lebih baik ditembahkan tempat untuk pelindung kamera t ersebut. Kamera jenis ini dapat digabungkan dengan dengan alat tambahan yang mendukung mendukung teknologi infra merah dengan (lensa kamera CCTV yang digunakan juga harus sensitif terhadap sinar infra merah).
Gambar 4. Box Kamera CCTV b.
Dome Kamera CCTV Dome kamera ini lensa CCTVnya dilindungi oleh kubah, karenanya jenis
kamera ini sulit rusak. Pemasangan model dome relatif lebih mudah. Orang sulit menebak arah darii kamera karena posisi kamera tertutupi kubah.
Gambar 5. Dome Kamera CCTV c.
Infra Red Kamera CCTV Infra red kamera ini baik untuk digunakan di tempat yang relatif gelap. Untuk
jauhnya jangkaun yang yang ditangkap tegntung dari kapasitas pencahayaan yang dimiliki, yaitu LED yang dimiliki.
Gambar 6. Infra Red Kamaera CCTV d.
Wireless CCTV Kamera Dikenal dengan IP Kamera, terdiri dari berbagai macam dan ukuran. Ada yang
menggunakan baterai dan tidak. Terkoneksi secara langsung dengan internet, sehingga anda dapat melihat secara realtime yang anda awasi. Dapat diakses melalui HP yang mendukung untuk livestream CCTV tersebut.
Gambar 7. Wireless Kamera CCTV e.
Bullet Kamera CCTV Kamera ini cocok digunakan untuk pengamatan CCTV jarak pendek dan
menengah. CCTV ini memiliki jenis kamera yang terbatas, sehingga mempengaruhi kualitas gambar yang dihasilkan.
Gambar 8. Bullet Kamera CCTV
f.
Convert CCTV Kamera Kamera CCTV ini dimaksudkan untuk penggunaan yng tersembunyi agar
orang-orang tidak menyadari dengan keberadaan kamera ini.
Gambar 9. Convert CCTV 3.
Prinsip Kerja Pada Kamera CCTV
Kamera CCTV, pasti semua orang sudah mengetahui bahkan pernah melihat kamera CCTV dimana-mana. Kamera CCTV memang sudah sangat banyak di gunakan sebagai sarana pencegahan tindak kriminalitas yang ampuh maka dari itu sudah banyak kamera CCTV yang di pasang di kantor, rumah, toko dan sebagainya. Tidak hanya untuk tempat tapi kamera CCTV juga telah di gunakan sebagai pemantau aktivitas lalu lintas dengan menempatkan kamera CCTV di titik-titik pusat jalan perkotaan dan juga ada fasil itas kamera CCTV Online yang dapat Anda cek hasil rekamanannya secara online. Meskipun Mes kipun kamera CCTV sudah terpasang dimana-mana, sayangnya sa yangnya masih sedikit orang yang mengetahui bagaimana cara kerja CCTV dan tetap saja masih ada orang yang belum mengetahui apa itu CCTV. Sebenarnya cara kerja kamera CCTV tidaklah terlalu berbeda dengan kamera video lainnya, lainnya, yaitu bertugas sebagai alat perekam suatu kejadian atau suatu aktivitas pada waktu dan tempat ter tentu. Namun yang menjadi pembeda cara kerja cctv dengan cara kerja kamera biasa yaitu: a.
Kamera CCTV dapat merekam Secara Otomatis
Kamera CCTV dapat merekam segala kegiatan atau aktivitas secara otomatis dengan cara kerja yang dapat di atur pada pengaturan system CCTV terlebih dahulu. Kamera CCTV akan selalu melakukan aktivitas perekaman perekaman selama persediaan kapasitas media penyimpanan pada DVR pada DVR CCTV masih tersedia. b.
Kamera CCTV sebagai Alat Pencegah Keamanan
yang membedakan cara kerja CCTV dengan dengan cara kerja kamera biasa yaitu kamera CCTV lebih di fungsikan sebagai kamera pengamanan karena beberapa
kamera CCTV dapat tersembunyi dengan baik sebagai alat pengintai yang cocok di gunakan sebagai kamera pengaman. 4.
CCTV difungsikan sebagai sensor posisi atau sensor jarak .
Adapun fungsi lain CCTV yakni sebagai sensor posisi atau sensor jarak, syarat-syaratnya adalah sebagai berikut: a.
Akusisi Citra Dalam proses akusisi citra dikenal dengan trigger (picu), frame (picu), frame,, log, start log, start dan dan
stop. stop. Start adalah adalah mulai gambar atau kamera berjalan dalam display, untuk ini hanya memerlukan monitor. Trigger adalah adalah picu saat kapan frame mulai masuk kedalam memori. Frame memori. Frame masuk masuk ke dalam memori bisa disetting. diset ting. Trigger ini ini bisa diatur pengulangan picu dalam video stream. Log adalah banyaknya frame banyaknya frame yang yang masuk dalam memori. b.
Pengolahan gambar Morphologi Morpologi adalah satu teknik pengolahan citra yang berdasakan pada bentuk
obyek. Nilai dari tiap piksel pada citra keluaran ber asal dari operasi perbandingan suatu piksel dengan piksel-piksel disekitarnya (neighbors) (neighbors) pada pada citra masukan. Operasi perbandingan ini bergantung pada suatu struktur elemen. Struktur elemen adalah matrik yang digunakan untuk memberikan suatu tanda pada piksel-piksel di sekitar piksel asal (origin) dengan suatu bentuk dan ukuran tertentu. Matrik ini mempunyai bentuk dan ukuran yang bebas dan mempunyai nilai 1 dan 0. Operasi morphologi dapat dibagi menjadi dua operasi dasar, yaitu Erosi dan Dilasi. c.
Segmentasi Segmentasi adalah suatu proses untuk memisahkan sejumlah objek dalam
suatu citra dari latar belakangnya. Proses segmentasi dapat dilakukan dengan menggunakan dua buah pendekatan sebagai berikut :
Metode berdasarkan tepi (edge (edge – based based )
Metode ini berbasiskan perbedaan atau perubahan mendadak nilai intensitas suatu piksel terhadap piksel tetangganya.
Metode berdasarkan daerah (region-based (region-based )
Metode ini berbasiskan kesamaan nilai suatu piksel terhadap piksel tetangganya. akan pada citra biner.
5.
Penempatan Kamera CCTV
Hal lain yang membedakan cara kerja kamera CCTV dengan cara kerja kamera video pada umumnya adalah penempatan kamera CCTV yang dipasang di tembok, atas plafon atau tempat strategis lainnya yang diperhitungkan dapat merekam suatu peristiwa atau kejadian di tempat tersebut dengan jangkauan lebih luas. B. Tangga 1.
Pengertian Pengertian Tangga
Tangga merupakan konstruksi yang dirancang dir ancang untuk menghubungkan satu lantai dengan lantai di atasnya, sehingga berfungsi sebagai jalan untuk naik dan turun antara lantai tingkat. Dari segi penggunaan bahan, tangga terbagi atas; a.
Konstruksi tangga kayu, untuk bangunan sederhana dan semi permanen.
Pertimbangan : material kayu ringan, mudah didapat serta menambahkan segi estetika yang tinggi bila diisi dengan variasi profil dan difinishing dengan rapi. Kelemahan : tidak dapat dilalui oleh beban-beban yang berat, lebarnya terbatas , memiliki sifat lentur yang tinggi serta konstruksi tangga kayu tidak cocok ditempatkan di ruang terbuka karena kayu mudah lapuk jika terkena panas dan cahaya. b.
Konstruksi tangga baja, biasanya digunakan pada bangunan yang sebagian
besar komponen-komponen komponen-komponen strukturnya terdiri dari material baja. Tangga ini digunakan pada bangunan semi permanen seperti bangunan peruntukan bengkel, bangunan gudang, gudang, dan lain-lain. Tangga ini kurang cocok cocok untuk bangunan dekat pantai karena pengaruh garam akan mempercepat proses karat begitupun begitupun bila ditempatkan terbuka akan menambah biaya perawatan. c.
Konstruksi tangga beton, sampai sekarang banyak ban yak digunakan pada bangunan
bertingkat 2 (dua) atau lebih dan bersifat permanent seperti peruntukan kantor, rumah tinggal, pertokoan. d.
Konstruksi tangga batu/bata, konstruksi ini mulai jarang digunakan karena
sudah ketinggalan dalam bentuk, kekuatan, efisiensi pembuatannya, dana sangat terbatas dalam penempatannya. Teknik Keselamatan Departemen Biro Jasa Pekerja Nasional Kompensasi telah menyiapkan standar berikut sebagai saran
untuk pembangun tangga untuk membantu menghilangkan beberapa penyebab yang bertanggung jawab untuk banyak kecelakaan. 1)
Tangga harus bebas dari goncangan keras.
2)
Mudah ditemukan oleh semua orang.
3)
Dimensi bordes harus sama dengan atau lebih besar dari lebar tangga antara
pegangan tangan dengan dinding. dinding. 4)
Semua antride dan optride dalam setiap anak tangga harus sama.
5)
Semua tangga harus dilengkapi dengan substansial dan 36 inci pegangan
tangan di ketinggian dari pusat dari tapak yang permanen. 6)
Semua pegangan tangan harus memiliki sudut bulat dan permukaan yang
halus dan bebas dari serpihan. 7)
Sudut tangga dengan horisontal tidak boleh lebih dari lima puluh derajat dan
tidak kurang dari dua puluh derajat. 8)
Anak tangga tidak boleh licin, dan tanpa ada baut, sekrup, atau paku yang menonjol.
2.
Bagian-bagian Tangga
a.
Ibu tangga : Merupakan bagian tangga yang berfungsi mengikat anak tangga. Mate rial
yang digunakan untuk membuat ibu tangga misalnya antara lain, beton bertulang, kayu, baja, pelat baja, baja profil canal, juga besi.Kombinasi antara ibu tangga dan anak tangga biasanya untuk bu tangga misalnya, misal nya, beton bertulang di padukan dengan anak tangga dari bahan papan kayu, bisa juga keduanya dari bahan baja, untuk ibu tangga menggunakan profil kanal untuk menopang anak tangga yang menggunakan pelat baja. b.
Anak Tangga Merupakan elemen dari tangga yang perlu perhatian cukup penting. Karena
sering dilalui untuk naik turun pengguna, bahan permukaan anak tangga harus benar-benar aman, nyaman agar terhindar dari kemungkinan kemungkinan kecelakaan seperti terpeleset karna licin atau ata u terlalu sempit. Anak tangga terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian horizontal (pijakan datar) dan vertical (pijakan untuk langkah naik). naik). Ukuran lebar anak tangga untuk hunian berkisar antara 20-33 cm. dan untuk bagian vertical langkah atasnya berkisar antara 15-18 cm. untuk ukuran ukuran tangga
darurat biasanya bagian vertical mencapai 20 cm. Ukuran lebar tangga j uga penting diperhatikan, untuk panjang panjang atau lebar tangga pada hunian tempat tinggal tinggal adalah minimal 90 cm. sedangkan untuk tangga servis biasanya lebih kecil, yaitu 75 cm. c. Railing Merupakan pegangan dari tangga. Material yang bisa digunakan bermacam jenis nya. Misalnya menggunakan pegangan pegangan dari bahan kayu, besi hollow hollow bulat, baja, dll. Terkadang saya juga sering jumpai tangga tangga yang tanpa railing, dan ini penting untuk diperhatikan, diperhatikan, misalnya menjaga anak-anak yang ingin menaiki tangga, jangan sampai terjatuh karena tidak ada rai lingnya. Ukuran pegangan railing tangga dengan ukuran diameter 3,8 cm merupakan ukuran yang bisa mengakomodasi sebagian besar ukuran tangan manusia. Untuk ken yamanan pegangan tangga, perlu diperhatikan diperhatikan juga jarak antara railing pegangan tangga dengan jarak tembok, jarak 5 cm saya rasa sudah cukup. d.
Bordes Bordes biasa juga disebut Landing disebut Landing . Merupakan bagian dari tangga sebagai
tempat beristirahat menuju arah tangga berikutnya. Bordes juga berfungsi sebagai pengubah arah tangga. Umumnya, Umumnya, keberadaan bordes setelah anak tangga ke 15. Kenyamanan bordes juga perlu diperhatikan, untuk lebarnya harus diusahakan sama dengan lebar tangga. e.
Baluster Merupakan penyangga pegangan tangga, biasanya bentuknya mengarah
vertical. Material baluster bisa terbuat dari kayu, besi, beton, juga baja. Terkadang juga saya pernah melihat material baluster menggunakan kaca. Untuk Untuk keamanan dan kenyamanan pengguna tangga, usahakan jarak antar baluster tidak terlalu jauh, terutama untuk keamanan anak kecil.Untuk kecil.Untuk ukuran ketinggian baluster, standarnya kurang lebih antara 90-100 cm. 3.
Jenis Tangga
a.
Tangga Utama Tangga utama berfungsi untuk sirkulasi orang berjalan kaki serta ke lintasa n
utama pada bangunan gedung antar lantai tingkat dalam kondisi keseharian karena menjadi sirkulasi utama maka pada tangga utama harus memenuhi persyaratan
kenyamanan pemakaian untuk naik maupun turun yang tidak melelahkan dan membahayakan pemakainya. Syarat tangga utama : 1)
Letak tangga berada pada sirkulasi utama bangunan, mudah dilihat dan
dijangkau dari pintu masuk bangunan dan mempunyai penerangan yang cukup baik dari alam maupun buatan. 2)
Mempunyai penerangan yang cukup khususnya buatan.
3)
Memenuhi persyaratan kenyamanan pemakain, misalnya;
Sudut kemiringan tangga 28°-35°
Jumlah anak tangga sampai bordes maksimal 12 trap
Tinggi trap anak tangga maksimal 19 cm
Lebar bordses = ½ lebar ruang tangga
Perbandingan antrede : optrede memenuhi memenuhi rumus (a + 2.O = 62 cm s/d 65
cm)
b.
Perhitungan jumlah anak tangga : [2(n + 1) = t/O]
Perhitungan lebar bordes bordes ; [P = (a x n) + b]
Harus dicek ; (b = ½ l)
Tangga Darurat Tangga darurat adalah tangga yang digunakan untuk mengevakuasi atau
menyelamatkan penghuni gedung dari pengaruh bahaya. Seperti kebakaran dan gempa bumi. Syarat tangga darurat : 1)
Letaknya berhubungan dengan dinding luar bangunan dan mempunyai pintu akses keluar gedung.
2)
Dilengkapi dengan pintu dari bahan tahan api sekurang-kurangnya selama 3 jam.
3)
Pada bagian bordes dilengkapi jendela kaca yang bisa dibuka dari luar untuk penyelamatan penghuni.
4)
Dilengkapi cerobong pengisap asap di samping pintu masuk.
5)
Pada tangga darurat harus dilengkapi dengan lampu peneragnan dengan supply baterai darurat. Selain itu ada persyaratan lain yangharus diterapkan pad suatu bangunan.
Tangga kebakaran mempunyai mempunyai beberapa persyaratan, yaitu : 1)
tangga terbuat dari konstruksi beton atau baja yang mempunyai ketahanan
kebakaran selama 3 jam. 2)
tangga dipisahkan dari ruangan-ruangan lain dengan dinding beton yang
tebalnya minimum 15 cm atau tebal tembok 30 cm yang mempunyai ketahanan kebakaran selama 2 jam. 3) bahan-bahan finishing, seperti lantai dari bahan yang tidak mudah terbakar dan tidak licin. 4) pintu tangga terbuat dari bahan yang yang tahan kebakar (pintu tahan api) 5) pintu paling atas membuka ke arah luar (atap bangunan) bangunan) dan semua pintu lainnya membuka ke arah ruangan tangga, kecuali kecual i pintu paling bawah membuka ke luar dan langsung berhubungan dengan ruangan luar. supa ya asap kebakaran tidak masuk ke dalam ruangan tangga, maka di depan tangga dipasang exhaust fan, sedangkan pada ruangan tangga dipasang pressure fan yang berfungsi menekan atau memberi tekanan di dalam ruangan tangga yang lebih besar daripada tekanan pada ruangan luar. Pada gedung yang menjadi objek pengamatan kami exhaust fan dan pressure fan dapat kita lihat li hat pada gambar potongan gedung. 6)
di dalam dan di depan tangga diberi alat penerangan sebagai petunjuk arah ke
tangga dengan daya otomatis/emergency. 4.
Bentuk Tangga
a.
Tangga Lurus MODEL I Tangga ini sering juga disebut atau dikenal dengan nama One Wall Stair .
Tangga ini menerus dari bawah ke atas tanpa adanya belokan. Tapi terkadang ada juga yang berisi bordes atau tempat istirahat sementara.Tangga jenis ini sangat banyak memerlukan lahan dan cocok cocok untuk rumah yang luas. Selain itu bagian yang berada dibawah tangga bisa dimanfaatkan menjadi ruangan tertentu. b.
Tangga Berbelok Arah - Model Disebut dengan Tangga Model L karena tangga ini berbentuk seperti huruf L
yang pada bagian tertentu berbelok arah.Tangga a rah.Tangga Jenis ini banyak digunakan pada hunian minmalis modern karena hemat tempat dan pas.
c.
Tangga Berbalik Arah - Model U Tangga paling umum digunakan oleh masyarakat kita. Hampir sama dengan
tangga model L, hanya saja tangga model ini pada ketinggian tertentu tidak hanya berbelok arah tapi berbalik arah dari arah datang. Tidak terlalu membutuhkan membutuhkan ruang seluas tangga model I ataupun U. Sangat umum digunakan di unit-unit perumahan yang rata-rata tidak terlalu luas. Ruang bawah tangga lebih luas dibandingkan dengan model I dan L, bahkan bisa digunakan untuk kamar mandi atau gudang. d.
Tangga Bercabang - Model Y Adalah tangga yang bercabang. Bentuknya mirip huruf ‘Y’ dengan bordes
sebagai pusat tangga. Biasanya pada rumah-rumah besar. Tangga jenis ini memakan ruang yang cukup luas bahkan sangat luas l uas untuk menampilkan kesan megah dan mewah. Alurnya, naik dari bawah kemudian pada area peralihan atau bordes, arah tangga berikutnya akan bercabang ke kiri dan kekanan. Biasanya dari lantai 1 ke lantai 2. Jarang ada yang menggunakan untuk untuk step tangga berikutnya karena tangga bentuk ini fungsi estetisnya lebih ditonjolkan. Selain dirumahrumah mewah biasanya dibangun di gedung-gedung penting. 5.
Tangga Putar - Model Spiral Tak memiliki lahan yang luas untuk menempatkan tangga? Gunakan tangga
putar. Tangga putar ini kadang ada yang menyebutnya tangga spiral.Tangga spiral.Tangga ini adalah tangga yang paling hemat tempat. Biasanya hanya membutuhkan area tidak lebih dari 1,5mx1,5m. Sering digunakan sebagai tangga menuju loten g atau tempat jemuran. Penempatannya kadang-kadang di luar ruangan. Bahan material pembuat tangga ini biasanya dari besi karena relatif mudah untuk dibuat melengkung atau spiral. Lebar rata-rata anak tangga horizontal adalah 60 c m. sedang tinggi injakan anak tangga biasanya lebih tinggi dari tangga lain yaitu rata rata 25 cm. Hanya untuk dilewati satu orang. Tangga ini lebih le bih menekankan fungsi dari pada keindahan meskipun ada juga yang membuatnya tampil menarik. 6.
Tangga Melingkar Bisa jadi inilah tangga yang paling mewah, karena bentuknya yang sangat
artistik karena melengkung dimana lengkungannya len gkungannya menciptakan keindahan ruang. Biasanya digunakan pada rumah yang luas dan memiliki atap yang tinggi. Jika
memilih mempunyai tangga melingkar, sebaiknya jangan gunakan ruang bawah tangga untuk fungsi apapun karena bisa mengurangi tampilan tangga. Lebih cocok untuk model rumah type klasik, meskipun tidak menutup me nutup kemungkinan untuk yang diterapkan pada rumah minimalis. C. Sistem Alarm Pada Bangunan 1.
Pengertian Pengertian Sistem Alarm
Sistem alarm pada bangunan dimaksudkan untuk memberikan peringatan di ni pada penghuni bangunan bangunan berkaitan dengan hal-hal yang terjadi pada bangunan bangunan seperti kebakaran, getaran gempa (vulkanik atau tektonik), bahaya tsunami, , keamanan dan kekuatan elemen struktur. Sistem alarm ini dapat pula diintegrasikan atau dipisahkan dengan sistem alarm yang menyangkut keamanan dan kenyamanan penghuninya, seperti ancaman pencurian dan perampokan, teror dan aksi kejahatan lainnya, radiasi bahan berbahaya (nuklir), dan emisi gas buang. Penggunaan sistem alarm pada bangunan ini tentunya tidak terbatas hanya pada bangunan gedung/rumah, gedung/rumah, tapi juga bangunan bangunan yang menyangkut infrastruktur transportasi seperti jembatan, dan bangunaan infrastruktur keairan seperti dam, bendungan, tandon tandon dan sebagainya. Secara umum, sistem alarm terdiri atas 3 unsur yaitu unsur detektor, unsur sinyal tanda bahaya, dan unsur pengendali. Unsur detektor adalah piranti yang dapat mendeteksi beberapa isyarat dan tanda yang berkaitan dengan fenomena yang dideteksi. Misalkan detektor untuk bahaya kebakaran akan mendeteksi munculnya asap atau panas yang berlebihan dalam ruangan, atau detektor getaran gempa akan mendeteksi simpangan bangunan yang berlebihan akibat getaran gempa. Informasi dan peringatan dini yang telah disampaikan sistem alarm ini diharapkan dapat memberikan reaksi bagi alat pengendali untuk bekerja secara otomatis atau memberitahu penghuni bangunan untuk mengaktifkan alat pengendali atau menyelamatkan diri atau meningkatkan kewaspadaan. kewaspadaan. Sistem alarm pada bangunan gedung, terutama bangunan-bangunan publik seperti perkantoran, mall/supermarket, hotel, apartemen, gedung sekolah/kuliah dan sebagainya, umumnya memasang sistem alarm untuk kebakaran, sistem alarm keamanan. Sedangkan sistem alaram untuk getaran gempa umumnya dipasang
pada bangunan gedung gedung bertingkat tinggi, dan sistem alarm bahaya bahaya banjir biasanya dipasang pada bangunan-bangunan yang rawan terjadinya genangan banjir. Pada sistem alarm bahaya kebakaran, apabila detektor asap dan panas yang berlebih ini memberikan sinyal yang akan diterima oleh panel induk pada ruang pengendali, dan seketika panel pengendali pengendali akan memberikan peringatan berupa lampu nyala tertentu disertai dengan bunyi sirine atau alarm, dan secara otomatis akan menyalakan sprinkle yang akan menyemprotkan air di ruangan yang timpul asap atau panas yang berlebihan. Tentunya dengan peringatan dini ini penghuni dan petugas pengaman bangunan gedung akan segera melakukan upaya pemadaman kebakaran dengan peralatan pemadam kebaran yang yang sudah terintegrasi dengan bangunan gedung pada lokasi timbulnya api. Bahkan ada pula sistem alarm kebakaran yang sudah terhubung dengan sistem alarm pada dinas pemadam kebakaran pada suatu kota. Sehingga, Sehingga, apabila terjadi kebakaran pada bangunan gedung gedung tersebut maka tim pemadam kebakaran langsung meluncur ke lokasi. Sedangkan detektor yang digunakan pada sistem alarm terhadap terjadinya bahaya gempa adalah detektor perpindahan atau simpangan yang ditempatkan pada beberapa titik sepanjang tinggi gedung. gedung. Apabila terjadi getaran gempa, maka bangunan akan ikut bergetar. bergetar. Getaran (simpangan) bangunan gedung ini akan bergantung pada besar kecilnya getaran gempa. gempa. Getaran/simpangan bangunan ini pada setiap bangunan gedung sudah dibatasi sesuai dengan persyaratan bangunan dan ketinggian bangunan. Bila getaran/simpangan telah mencapai batas untuk evakuasi, maka alarm akan berbunyi dan proses evakuasi harus segera dilakukan. Pada sistem alarm untuk pengamanan dari bahaya kejahatan, detektor sistem keamanan ( security security system) system) yang digunakan berupa detektor model sensor yaitu sensor ultrasonik, sensor gelombang mikro, sensor infra merah dan sensor suara suara. Masing-masing jenis sensor mempunyai keunggulan. Prinsipnya apabila ada benda bergerak, maka akan terjadi perubahan panjang gelombang yang dipancarkan. Sensor ultrasonik dan gelombang mikro termasuk dalam kategori sensor aktif, dibandingkan sensor infra merah m erah yang hanya menangkap gelombang infra merah yang dihasilkan oleh tubuh manusia atau benda-benda panas yang mempunyai radiasi infra merah dan dapat dipasang sampai jarak 30 m.
Penggunaan CCTV (closed circuit television) dan alat detektor logam pun saat ini telah menjadi bagian dari sistem alarm keamanan pada bangunan gedung.
Gambar 10. (a) sistem alarm (b) perangkat pendukung sistem alarm D. Penanggulangan Penanggulangan Kebakaran 1.
Pengertian Kebakaran
Kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh adanya ancaman potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal terjadi kebakaran hingga penjalaran api, asap dan gas yang ditimbulkan. (SNI 03 – 1736 1736 – 2000) 2000) Adapun klasifikasi bangunan terhadap kemungkinan bahaya kebakaran menurut dapat dikelompokan menjadi : a)
Bahaya Kebakaran Ringan Bangunan yang mempunyai nilai kemudahan terbakar rendah dan apabila
terjadi kebakaran melepaskan panas rendah, dan kecepatan menjalar api lambat. b)
Bahaya Kebakaran Rendah Kelompok I Bangunan yang mempunyai nilai kemudahan terbakar rendah, penimbunan
bahan yang mudah mudah terbakar sedang dengan tinggi tidak lebih dari 2,5 m dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang, kecepatan penjalaran sedang. Contoh: bangunan yang fungsinya bukan bangunan industri, dan memiliki ruangan terbesar tidak melebihi 125m². c)
Bahaya Kebakaran Rendah Kelompok II Bangunan yang mempunyai nilai kemudahan terbakar sedang, penimbunan
bahan yang mudah mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 4,00 m dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang, kecepatan penjalaran sedang. Contoh: bangunan komersial dan industri yang berisi bahan yang dapat terbakar. d. Bahaya Kebakaran Rendah Kelompok III
Bangunan yang mempunyai nilai kemudahan terbakar tinggi dan apabila terjadi kebakaran, melepaskan panas yang tinggi, sehinnga menjalarnya api cepat. d)
Bahaya Kebakaran Berat Bangunan yang mempunyai nilai kemudahan terbakar tinggi dan apabila
terjadi kebakaran, melepaskan panas yang tinggi, sehingga menjalarnya api cepat. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah bangunan komersil dan bangunan industri yang berisi bahan-bahan yang mudah terbakar, seperti karet rusak, cat, spiritus dan bahan bakar lainnya. (Juwana, 2005;134) Sistem pencegahan secara pasif bertumpu pada rancangan bangunan bangunan yang memungkinkan memungkinkan orang keluar dari bangunan dengan selamat pada saat terjadi kebakaran atau kondisi darurat lainnya. Berdasarkan SNI 03-1736-2000 03-1736-2000, Suatu bangunan gedung harus mempunyai bagian atau elemen bangunan yang yang pada tingkat tertentu bisa mempertahankan stabilitas struktur selama terjadi te rjadi kebakaran, yang sesuai dengan : 1) fungsi bangunan 2) beban api 3) intensitas kebakaran 4) potensi bahaya kebakaran 5) ketinggian bangunan 6) kedekatan dengan bangunan lain 7) sistem proteksi aktif yang terpasang dalam bangunan 8) ukuran kompartemen kebakaran 9) tindakan petugas pemadam kebakaran 10) elemen bangunan bangunan lainnya yang mendukung, mendukung, dan 11) evakuasi penghuni 2.
Sistem Deteksi dan Tanda Bahaya Kebakaran
Bangunan dilengkapi dengan sistem tanda bahaya ( alarm system) system) jika terjadi kebakaran yang panel induknya berada dalam ruang pengendali kebakaran, sedang sub-panelnya dapat dipasang disetiap lantai berdekatan dengan kotak hidran. Pengoperasian tanda bahaya dapat dilakukan secara manual dengan cara memecahkan kaca tombol saklar tanda kebakaran atau bekeraj secara otomatis, dimana tanda bahaya kebakaran dihubungkan dengan sistem detektor (detektor asap atau panas) atau sistem sprinkler. Ketika detektor berfungsi, hal itu akan terlihat pada monitor yang ada pada panel utama pengendali kebakaran, dan tanda bahaya dapat dibunyikan secara manual, atau secara otomatis, di mana pada saat detektor berfungsi terjadi arus pendek yang akan menyebabkan menyebabkan tanda bahaya tertentu berbunyi. Persyaratan pemasangan detektor panas :
a.
Dipasang pada posisi 15 mm hingga 100 mm di bawah permukaan langitlangit.
b.
Pada satu kelompok sistem ini tidak boleh dipasang lebih dari 40 buah.
c.
Untuk setiap luas lanatai 46 m² dengan tinggi langit-langit 3,00 meter.
d.
Jarak antar detektor tidak lebih dari 7,00 meter untuk ruang aktif, dan tidak lebih dari 10,00 meter untuk ruang sirkulasi.
e.
Jarak detektor dengan dinding minimum 30 cm.
f.
Pada ketinggian berbeda, dipasang satu buah detektor untuk setiap 92 m² luas lantai.
g.
Dipuncak lekukan atap ruangan tersembunyi, dipasang sebuah detektor untuk setiap jarak memanjang 9,00 meter.
Persyaratan pemasangan detektor asap : a.
Untuk setiap luas lantai 92 m².
b.
Jarak antar detektor maksimum 12,00 meter di dalam ruang aktif dan 18,00 meter untuk ruang sirkulasi.
c.
Jarak detektor dengan dinding minimum 6,00 meter untuk ruang aktif dan 12,00 meter untuk ruang sirkulasi.
d.
Setiap kelompok sistem dibatasi maksimum 20 buah detektor untuk melindungi ruangan seluas 2000 m².
Persyaratan pemasangan detektor api : a.
Setiap kelompok dibatasi dibatasi maksimum 20 buah detektor.
b.
Detektor yang dipasang di ruang luar harus terbuat dari bahan yang tahan karat, tahan pengaruh angin dan getaran.
c.
Untuk daerah yang sering mengalami sambaran petir, harus dilindungi sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan tanda baha ya palsu.
3.
Sistem Evakuasi Bahaya Kebakaran
a.
Konstruksi Konstruksi Tahan Api
Konsep konstruksi tahan api terkait pada kemampuan dinding luar, lantai, dan atap untuk dapat menahan api di dalam bangunan atau kompartemen. Dahulu, sistem yang mengukur ketahanan terhadap kebakaran dihitung dalam jumlah jam, dan kandungan bahan struktur tahan api. Namun s ekarang, hal ini dianggap tidak cukup, dan spesifikasi praktis yang digunakan adalah suatu konstruksi yang
mempunyai tingkat kemampuan untuk bertahan terhadap api. Definisi ini menyatakan beberapa ketentuan yang terkait pada kemampuan struktur untuk tahan terhadap api tanpa mengalami tanpa mengalami perubahan bentuk (deformasi) yang berarti, dan mencegah menjalarnya api keseluruh bangunan. Dikaitkan dengan ketahanannya terhadap api, terdapat 3 (tiga) tipe konstruksi (SNI 03 – 03 – 1736 – 1736 – 2000), 2000), yaitu: 1)
Tipe A :
Konstruksi yang unsur struktur pembentuknya tahan api dan mampu mena han secara struktural terhadap beban bangunan. Pada konstruksi ini terdapat komponen pemisah pembentuk kompartemen untuk mencegah penjalaran api ke dan dariruangan bersebelahan dan dinding yang mampu mencegah penjala ran panas pada dinding bangunan bangunan yang bersebelahan. 2)
Tipe B :
Konstruksi yang elemen struktur pembentuk kompartemen penahan api mampu mencegah penjalaran kebakaran ke ruang-ruang bersebelahan di dalam bangunan, dan dinding dinding luar mampu mencegah penjalaran kebakaran dari dari luar bangunan. 3)
Tipe C :
Konstruksi yang komponen struktur bangunannya adalah dari bahan yang dapat terbakar serta tidak dimaksudkan untuk mampu menahan secara struktural terhadap kebakaran. Dengan demikian, setiap komponen bangunan, dinding, lantai, kolom, dan balok harus dapat tetap bertahan dan dapat menyelamatkan isi bangunan, meskipun bangunan dalam keadaan terbakar. Untuk mengetahui lebih rinci mengenai konstruksi tahan api ini diuraikan dalam SNI 03 – 03 – 1736 – 1736 – 2000 2000 tentang Tata Cara Proteksi Pasif Bahaya Kebakaran. b.
Pintu Keluar
Beberapa syarat yang perlu dipenuhi oleh pintu keluar diantaranya adalah: 1)
Pintu harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya dua jam.
Gambar 11. Pintu Darurat 2)
Pintu harus dilengkapi dengan minimal tiga engsel. engsel .
3)
Pintu juga harus dilengkapi dengan alat penutup pintu otomatis (door ( door closer ). ).
4)
Pintu dilengkapi dengan tuas atau tungkai pembuka pintu yang berada di luar
ruang tangga (kecuali tangga yang berada di lantai dasar, berada di d alam ruang tangga), dan sebaiknya menggunakan tuas pembuka yang memudahkan, terutama dalam keadaan panik ( panic bar ). ). 5)
Pintu dilengkapi tanda peringatan: ”TANGGA DARURAT TUTUP
KEMBALI”. 6)
Pintu dapat dilengkapi dengan kaca tahan api dengan luas maksimal 1 m2 dan
diletakkan di setengah bagian atas dari daun pintu. 7)
Pintu harus dicat dengan warna merah.
c.
Koridor dan Jalan Keluar
Koridor dan jalur keluar harus dilengkapi dengan tanda yang menunjukan arah dan lokasi pintu keluar. Tanda ’ EXIT ’ atau ’KELUAR’ dengan anak panah menunjukkan arah menuju pintu keluar atau tangga kebekaran/darurat, dan harus ditempatkan pada setiap lokasi di mana pintu keluar terdekat tidak dapat langsung terlihat.
Gambar 12. Lokasi Tanda Eksit (EXIT) d.
Kompartemen Kompartemen Darurat
Gambar 13. Kompartemen Darurat dan Tangga Kebakaran Pada bangunan tinggi di mana mengevakuasi seluruh orang dal am gedung dengan cepat adalah suatu hal yang mustahil, kompartemen dapat menyediakan penampungan sementara bagi penghuni penghuni atau pengguna bangunan bangunan untuk menunggu menunggu sampai api dipadamkan atau jalur menuju pintu keluar sudah aman. e.
Evakuasi Darurat
1)
Tangga Darurat/Tangga Kebakaran Pada saat terjadinya kebakaran atau kondisi darurat, terutama pada bangunan
tinggi, tangga kedap api/asap merupakan tempat yang paling aman dan harus bebas dari gas panas dan beracun. Ruang tangga tangga yang bertekanan ( presurized stair well ) diaktifkan secara otomatis pada saat kebakaran. Pengisian ruang tangga dengan udara segar bertekanan positif akan mencegah menjalarnya asap dari lokasi yang terbakar ke dalam ruang tangga. Tekanan udara dalam ruang tangga
tidak boleh melampaui batas aman, karena jika tekanan udara dalam ruang tangga terlalu tinggi, justru menyebabkan pintu tangga sulit/tidak dapat dibuka.
Gambar 14. Penempatan Peralatan Tekanan Udara Pada gedung yang sangat tinggi perlu ditempatkan beberapa kipas udara (blower ) untuk memastikan bahwa udara segar yang masuk ke dalam ruang tangga jauh dari kemungkinan masuknya asap. Di samping itu, bangunan yang sangat tinggi perlu dilengkapi dengan lift kebakaran.
Gambar 15. Tangga Dan Lift Kebakaran 2)
Evakuasi Darurat pada Bangunan Tinggi Suatu sistem yang dikembangkan baru-baru ini di Amerika Serikat
merupakan fasilitas evakuasi sebagai upaya yang terakhir jika oran g terperangkap pada bangunan tinggi. tinggi. Teknologi ini bergantung pada tahanan udara dinamik. Pada saat evakuasi darurat, dimana tangga dan lif tidak lagi berfungsi, maka penghuni/pengguna penghuni/pengguna bangunan akan menggunakan menggunakan sejenis sabuk pengaman yang dikaitkan pada gulungan kabel. Begitu gulungan ini terkunci pada sistem inti, yang merupakan perangkat kipas udara yang kokoh dan diangkur pada bangunan, maka orang dapat melompat dan mendarat di tanah dengan selamat. Tahanan dari bilah baling-baling kipas udara akan berputar berputar pada saat gulungan kabel terurai pada kecepatan di bawah 3,7 meter/detik.
Gambar 16. Sistem Evakuasi Darurat
Evakuasi darurat lain yang dapat digunakan adalah menggunakan semacam kantong peluncur (chute ( chute system) system) yang ditempatkan pada ruang tangga. t angga. Dengan adanya sistem ini, orang dapat memilih untuk keluar bangunan melalui tangga darurat atau menggunakan kantor peluncur. Chute system ini system ini dapat digunakan dengan aman oleh orang cacat untuk mencapai lantai dasar dengan aman dan cepat.
Gambar 17. Chute System f.
Pengendalian Asap Asap menjalar akibat perbedaan tekanan yang disebabkan oleh adanya
perbedaan suhu ruangan. Pada bangunan tinggi, perambatan asap juga disebabkan disebabkan oleh dampak timbunan asap yang yang mencari jalan keluar dan dapat tersedot melalui lubang vertikal yang ada, seperti ruang tangga, ruang luncur lift, r uang saluran vertikal (shaft) atau atrium. Perambatan ini dapat pula terjadi melalui saluran tata udara yang ada dalam bangunan.
Gambar 18. Tirai Penghalang Asap Pengalaman menunjukkan bahwa ruang yang luas, luas, seperti pusat perbelanjaan, perbela njaan, mal, bioskop, dan ruang pertemuan/konvensi, berpeluang untuk menghasilkan asap dan panas pada waktu terjadinya kebakaran. Pada situasi seperti ini, asap dapat menjalar secara horizontal, menghalangi petugas pemadam kebakaran dan menyebabkan terjadinya panas lebih awal sebelum api menjalar ke tempat itu. Asap panas dapat menimbulkan titik api baru dan mengurangi efektivitas si stem sprinkler. Untuk mencegah terjadinya penjalaran asap secara horizontal, dalm gedung perlu dipasang tirai penghalang asap. Beberapa media yang dapat digunakan untuk mengendalikan asap sangat tergantung dari fungsi dan luas bangunan, di antaranya:
Jendela, pintu, dinding/partisi, dan lain-lain yang dapat di buka sebanding dengan 10% luas lantai.
Saluran ventilasi udara yang merupakan sistem pengendalian asap otomatis. Sistem ini dapat berupa bagian dari sistem tata udara atau ventilasi dengan peralatan mekanis (exhaust fan atau blower).
Gambar 19. Pengendalian Asap Pada Bangunan Tinggi
Ventilasi di atap gedung dapat secara permanen terbuka atau dibuka dengan alat bantu tertentu atau terbuka secara otomatis.
Gambar 20. Ventilasi Atap Bangunan
Sistem penyedotan asap melalui saluran kipas udara di atas bangunan. Sebelum tahun 1982, atrium dilarang pada bangunan tinggi, karena atrium
dikuatirkan dapat menjadi ’cerobong asap’ bagi penjalaran api dan asap ke sel uruh bangunan. Tetapi sekarang banyak banyak bangunan tinggi mempunyai mempunyai atrium di dalamnya. Dengan tambahan persyaratan yang harus diperhatikan, yaitu:
Pintu keluar yang berada pada sekeliling sekelil ing atrium harus menggunakan pintu tahan api.
Bangunan dengan fungsi hotel, apartemen dan asrama hanya boleh mempunyai atrium maksimal 110 m² dan dilengkapi dengan pintu keluar yang tidak menuju atrium.
Adanya pemisahan vertikal, sehingga lubang atrium maksimal terbuka setinggi tiga lantai.
Pemisahan vertikal ini berlaku pula bagi ruang pertemuan dengan kapasitas 300 orang atau lebih dan perkantoran yang berada di bawah apartemen, hotel, atau asrama.
Mezanin dibuat dengan bahan yang tahan api sekurang-kurangnya dua jam.
Ruangan yang bersebelahan dengan mezanin dibuat dengan bahan tahan api sekurang-kurangnya satu jam.
Jarak dari lantai dasar ke lantai mezanin sekurang-kurangnya adalah 2,2 meter.
Mezanin tidak boleh terdiri dari dua lantai.
10 % dari luas mezanin dapat ditutup misalnya untuk kamar kecil, ruang utilitas dan kompartemen).
Gambar 21. Dimensi Minimum Atrium
Ruang mezanin yang tertutup harus mempunyai dua pintu keluar.
Jarak tempuh antar pintu keluar maksimum adalah 35 meter.
Beberapa tipikal tangga yang kedap asap, as ap, baik yang menggunakan ventilasi alamiah maupun ventilasi mekanik.
Gambar 22. Tipikal Tangga Kedap Asap
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem keamanan bangunan merupakan sebuah persyaratan yterbuat dari cara atau alat yang dibuat oleh manusia dengan perkembangan teknologi yang ada dengan maksut membantu manusia dalam kondisi kritis untuk menjaga keamanan pada bangunan. Sistem keamanan bangunan sendiri itu ada empat item, diantaranya
adalah sebagai berikut. 1.
Kamera CCTV
2.
Tangga darurat
3.
Sistem alarm
4.
Penanggulangan kebakaran Dengan adanya sistem keamanan bangunan ini diharapkan dapat menciptakan
bangunan yang aman dan tenang bagi penghuni penghuni bangunan.
B. Saran
Pembuatan makalah ini ditujukan kepada mahasiswa khususnya jurusan sipil agar sedikit mengerti mengenai sistem keamanan bangunan. Dengan bekal materi yang ada dapat memambantu mahasiswa dalam proses perkuliahan.
View more...
Comments