Urutan Pemasangan Pipa Dan Valve
May 22, 2019 | Author: Fathoni Firmansyah | Category: N/A
Short Description
pemasangan valve...
Description
URUTAN PEMASANGAN PIPA DAN VALVE
OLEH : FATHONI FIRMANSYAH (6513040005)
1.
2.
Boiler LNG
3. Penyimpanan Crude Oil
BOILER
KOMPONEN DALAM BOILER 1. Steam Drum 2. Boiler Water Circulating Pump 3. Desuperheater Spray 4. Pipa Boiler (Tube) 5. Boiler Relief Valve 6. Coal Feeder 7. Pulverizer 8. Burner 9. Fan System
Steam Drum Seperti yang telah saya jelaskan pada artikel sebelumnya, Steam Drum pada boiler berfungsi sebagai reservoir campuran air dan juga berfungsi untuk uap air, dan memisahkan uap air dengan air pada proses pembentukan uap superheater.
Boiler Water Circulating Pump Pada boiler sub-kritikal sebenarnya air dapat secara natural mengalir sesuai dengan desain boiler, asalkan saluran perpipaan didesain dengan hambatan yang sangat rendah. Keberadaan BWCP akan memastikan air mengisi seluruh bagian pipa boiler, yang hal ini tidak dijamin dapat dilakukan oleh boiler dengan sistem sirkulasi natural. Sirkulasi air pada boiler sangat penting untuk diperhatikan, karena selain sebagai fluida kerja air juga berfungsi sebagai media pendingin pipa-pipa boiler. Sedikit saja bagian dari pipa boiler tidak terisi air akibat turunnya head keluaran BWCP, akan sangat fatal akibatnya.
Desuperheater Spray Uap air superheater yang masuk turbin uap pada sebuah PLTU harus memiliki spesifikasi yang sesuai dengan ketentuan. Temperatur uap air harus dijaga pada angka tertentu sehingga sesuai dengan persyaratan untuk menggerakkan turbin uap.Desuperheater spray adalah sebuah bagian pada boiler yang berfungsi untuk mengontrol temperatur uap superheater maupun reheater keluaran boiler dengan jalan menyemprotkan air padanya. Jumlah air yang disemprotkan ke uap air tersebut dikontrol oleh control valve. Komponen inilah yang berfungsi untuk menjaga agar spesifikasi uap air selalu dalam parameter terbaik.
Pipa Boiler (Tube) Boiler berskala besar dibentuk oleh pipapipa (tubing) berukuran antara 25 mm hingga 100 mm. Pipa-pipa ini memiliki desain material dan bentuk khusus yang harus tahan terhadap perbedaan temperatur ekstrim antara ruang bakar dengan air / uap air yang mengalir di dalamnya. Selain itu material pipa haruslah bersifat konduktor panas yang baik, sehingga perpindahan panas (heat transfer) dari proses pembakaran ke air / uap air bisa efektif.
Pipa Boiler (Tube) Ada desain khusus pada pipa-pipa boiler besar yang cukup unik. Pipa-pipa tersebut berkontur ulir di dalamnya, sehingga menciptakan aliran turbulen pada saat air atau uap air mengalir di dalam pipa-pipa tersebut. Tujuan diciptakannya aliran turbulen adalah untuk mengurangi efek gesekan antara air atau uap air dengan permukaan pipa, sehingga mengurangi resiko kemungkinan adanya aliran yang mengganggu (turbulensi) pada lekukan pipa. Pada akhirnya hal ini akan meningkatkan efisiensi perpindahan energi panas dari proses pembakaran ke air.
Gambar : Tubing Boiler dengan Ulir Dalam
Pipa Boiler (Tube)
Macam-macam Ukuran Pipa Boiler
Boiler Relief Valve Boiler relief valve adalah sebuah safety valve yang berfungsi untuk membuang uap boiler pada saat tekanan terlalu berlebihan di atas ketentuan produksi boiler. Hal ini untuk mencegah terjadinya ledakan yang lebih besar yang mungkin diakibatkan oleh tekanan uap
superheater yang besar. Boiler relief valve memiliki tekanan kerja tertentu yang sesuai dengan setting yang telah ditentukan sebelum boiler beroperasi. Jika tekanan uap boiler lebih besar daripada tekanan kerja relief valve ini, maka ia akan membuka dan membuang uap air ke atmosfer.
Coal Feeder Coal feeder berfungsi untuk mengatur jumlah batubara yang akan masuk ke dalam pulverizer. Jumlah batubara diatur sesuai dengan kebutuhan pembakaran pada furnace. Sistem pengaturan jumlah batubara pada coal feeder dapat dilakukan dengan dua cara berdasarkan jenisnya, yaitu secara fraksi berat atau secara fraksi volume batubara.
Pulverizer Batubara hasil tambang memiliki ukuran fisik yang sangat beragam, dari yang hanya berukuran butiran pasir hingga seperti bongkahan kerikil berdiameter 20cm. Ukuran batubara yang terlalu besar dapat mengurangi efisiensi proses pembakaran, karena semakin kecil ukuran partikel batubara maka akan semakin cepat pula batubara tersebut terbakar. Untuk mendapatkan ukuran batubara yang cukup kecil maka sebelum masuk kefurnace boiler, batubara akan mengalami proses grinding pada sebuah alat bernama pulverizer. Silahkan Anda bayangkan bahwa batubara keluaran pulverizer akan berukuran selembut tepung, yang dinamakan pulverized fuel.
Burner Burner menjadi alat untuk mencampur batubara dengan udara dan sebagai nozzle untuk mendorong campuran bahan bakar tersebut ke dalam furnace boiler. Pulverized fuel yang keluar dari pulverizer dibawa oleh udara bertekanan menuju ke burner malalui pipa-pipa, di sisi lain ada pula udara tambahan (biasa disebut secondary air) yang disupply untuk memenuhi kebutuhan pembakaran. Secondary air dalam debit tertentu tersebut bertemu dengan pulverized fuel pada burner. Keduanya bercampur dan terdorong menuju ke tengahtengah furnaceuntuk dibakar. Pada proses penyalaan boiler diperlukan proses penyalaan awal untuk campuran bahan bakar tersebut, dan umumnya boiler-boiler besar menggunakan bahan bakar bantuan seperti solar (HSD) untuk membantu proses penyalaan awal
Fan System Untuk men-supply udara yang digunakan pada proses pembakaran, boiler membutuhkan kerja beberapa jenis kipas dengan fungsi masingmasing. Dan berikut adalah sistemsistem yang berhubungan dengan supply udara untuk proses pembakaran pada boiler:
Fan System 1. Primary Air Fan. Kipas ini berfungsi untuk men-supply udara bertekanan yang akan digunakan untuk membawa pulverized fuel dari pulverizer menuju ke boiler. Parameter terkontrol pada primary air adalah besar tekanan kerjanya, sehingga kipas yang digunakan adalah yang bertipe kipas sentrifugal. Kipas sentrifugal dikenal dapat menghasilkan tekanan udara keluaran yang lebih tinggi daripada kipas aksial namun dengan debit aliran yang cukup tinggi pula. Pada sisi inlet primary air fan terdapat sudu-sudu (inlet vane) yang dapat bergerak ke arah menutup ataupun membuka 100%. Sudu-sudu ini berfungsi untuk mengatur debit udara yang masuk ke kipas dan di-supply ke pulverizer.
Fan System 2. Secondary Air Fan. Kipas inilah yang menjadi penyupply utama udara ke dalam furnace boiler untuk memenuhi kebutuhan proses pembakaran. Berbeda dengan primary air yang menitik beratkan kepada tekanan kerjanya, secondary air lebih diutamakan kontrol terhadap debit volume-nya. Oleh karena itulah secondary air umumnya menggunakan kipas dengan tipe aksial yang dapat menghasilkan volume debit aliran yang tinggi.
Untuk mengatur jumlah udara yang di-supply ke boiler, sudusudu pada secondary air fan dapat bergerak-gerak fleksibel membuka dan menutup. Semakin besar bukaan sudu maka akan semakin banyak pula udara yang dialirkan oleh kipas ini ke boiler untuk mencukupi kebutuhan proses pembakaran.
Fan System 3. Air Pre-Heater. Komponen ini berfungsi untuk memanaskan awal primary dan secondary air dengan menggunakan panas yang dihasilkan oleh gas buang boiler. Air Pre-Heater tersusun atas plat-plat yang berfungsi untuk menyerap panas dari gas buang boiler. Plat-plat tersebut tersusun melingkar dan dapat berputar sehingga aliran udara ataupun gas buang adalah sejajar dengan poros putaran air preheater ini. Putaran yang teratur namun tidak terlalu cepat akan memindahkan panas dari gas buang boiler ke plat-plat air preheater dan berlanjut pindah ke udara-udara primary dan secondary. Temperatur panas pada primary air berfungsi untuk mengeringkan pulverized fuel yang dihasilkan oleh pulverizer. Karena jika pulverized fuel dalam keadaan basah (akibat hujan mungkin) akan memperlambat proses pembakaran di dalamfurnace. Selain itu, kondisi basah dari pulverized fuel yang selembut tepung dapat menempel dan menyebabkan penimbunan pada pipa-pipa saluran menuju furnace. Hal ini sangat berbahaya
1.
2.
Boiler LNG
3. Penyimpanan Crude Oil
END
Sistem Pada Crude Oil
Press Cairan yang keluar dari alat press terdiri dari campuran minyak, air dan padatan bukan minyak atau disebut Non Oily Solids (NOS) . Untuk memisahkan minyak dari fase bukan minyak lainnya perlu dilakukan dengan proses pemurnian yang disebut dengan Klarifikasi. Minyak tersebut perlu segera dimurnikan dengan maksud agar tidak terjadi penurunan mutu akibat adanya reaksi hidrolisis dan oksidasi. Hidrolisa dapat terjadi pada saat cairan bersuhu panas dan cukup banyak air, demikian juga oksidasi akan terjadi dengan adanya NOS yang berupa bahan organic dan anorganik seperti Fe dan Cu berperan sebagai katalisator yang mempercepat terjadinya reaksi yang cepat dalam menurunkan mutu minyak.
Sand Trap Tank Cairan yang keluar dari alat press dan digester ditampung dalam “Oil Gutter” dan dialirkan kedalam Sand Trap Tank. Alat ini berfungsi untuk mengurangi jumlah pasir dalam minyak yang akan dialirkan keVibrating Screen (ayakan getar), dengan maksud agar ayakan getar terhindar dari gesekan pasir kasar yang dapat menyebabkan kehausan ayakan. Alat ini bekerja berdasarkan grafitasi yaitu mengendapkan padatan. Keberhasilan proses pengendapan tergantung pada retention time yang diterapkan sesuai dengan kapasitas tanki tersebut. Sand Trap Tank bisa berbentuk kotak atau silinder. Secara mekanis, bentuk silinder memberikan aliran sirkular yang dapat mempercepat proses pengendapan pasir atau padatan yang BJ-nya lebih besar dari minyak
Vibrating Screen Pemakaian ayakan getar bertujuan untuk memisahkan NOS yang berukuran besar, sehingga pada proses selanjutnya didapatkan minyak yang memenuhi standar. Ayakan getar (Vibrating Screen) dikenal dengan tipe “rectangulair” dan “vibro’ yang keduanya mempunyai mekanisme pemisahan yang berbeda. Type rectangulair bekerja dengan arah getaran atas bawah, muka belakang dan kiri kanan, yang terdiri dari dua tingkat ayakan dengan ukuran 30 dan 40 mesh. Sedangkan ayakan vibro bekerja dengan arah getaran melingkar dan atas bawah, yang terdiri dari dua tingkat ayakan dengan ukuran 30 dan 40 mesh, yang sering disebut dengan double deck. Pada alat ayakan getar ditambahkan air panas dengan tujuan agar partikel-partikel pasir dapat memisah dengan baik. Suhu air pencuci diusahakan agar tetap panas (80° - 90°C).
Air Pengencer Air pengencer yang diberikan ke dalam cairan bermanfaat untuk beberapa hal sebagai berikut: a. Untuk menurunkan viskositas cairan, sehingga zat yang memiliki BJ > 1,0 akan mudah mengendap sedangkan zat yang memiliki BJ < 1,0 akan mengapung. BJ minyak pada suhu 40, 50, 70, dan 100°C berturut-turut adalah 0,895; 0,890; 0,876; 0,875. Dan zat tersebut mudah memisah dari minyak karena minyak memiliki viskositas 27, 14, dan 8 centipois pada suhu 50, 70, dan 100°C. Semakin rendah viscositas minyak, semakin mudah untuk memisahkan NOS baik dalam proses pengendapan maupun dalam proses pemisahan dengan sentrifuge. b. Untuk mempermudah pemisahan fraksi yang terdapat dalam cairan minyak berdasarkan polaritas. c. Untuk memecahkan emulsi minyak yang dalam bentuk partikel halus dan sering melekat dengan NOS. Juga berperan untuk melemahkan fungsi emulsifier yang terdapat dalam minyak.
Crude Oil Tank (COT) Crude Oil Tank (COT) berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel berat yang tidak larut dan lolos dari ayakan getar. Karena tanki ini ukurannya kecil yaitu 10M³ dengan masa tunggu 30-45 menit untuk PKS 30 ton/jam, dapat dikatakan bahwa retention time minyak relatif singkat sehingga lebih berfungsi untuk mengendapkan pasir atau Lumpur partikel besar, sedangkan untuk memisahkan partikel halus kurang berhasil. Crude Oil Tank ditempatkan tepat dibawah ayakan getar, berfungsi untuk menampung minyak dari ayakan getar sebelum dipompakan pada voorscheider atau Oil Settling Tank. Pemisahan minyak lebih sempurna jika panas minyak dipertahankan 80°C, oleh sebab itu dalam COT dipasang alat pipa coil pemanas. Pemanasan dilakukan dengan closed steamatau open steam.
Oil Settling Tank (Clarifier Tank) Minyak yang berada dilapisan atas Crude Oil Tank dipompakan ke Oil Settling Tank untuk diendapkan. Fungsi dari Settling Tank ialah mengendapkan kotoran-kotoran (NOS) yang terdapat dalam minyak. Proses pengendapan ini dapat berlangsung sempurna apabila suhu minyak dapat dipertahankan pada suhu 80°C. Pada suhu ini kekentalan minyak lebih rendah sehingga fraksi-fraksi yang BJ > 1 akan berada dibagian bawah tanki dan mengendap Campuran minyak yang terdapat dalam Oil Settling Tank terdiri dari tiga lapisan; lapisan minyak, lapisan Sludge dan lapisan Lumpur.
Semakin lama cairan minyak berada dalam Oil Settling Tank maka pemisahan akan semakin sempurna dan lumpur pun akan mengendap dibagian dasar tanki.
Sludge Tank Sludge yang berasal dari Oil Settling Tank dipompakan pada Sludge Tank dengan melalui “Desander”, untuk membuang pasir-pasir halus yang terdapat dalam Sludge. Kebersihan cairan minyak dalam sludge tank dipengaruhi pengoperasian Desander, karena alat ini dapat berfungsi bila pembuangan pasir dilaksanakan secara kontinu. Sludge yang berada dalam Sludge Tank mendapat pemanasan dengan menggunakan pipa uap tertutup agar minyak tidak teraduk-aduk karena tekanan uap masuk, dan dengan pemanasan yang tinggi akan dapat memisahkan minyak yang tenang tersebut, yang masih terikat pada lumpur, oleh sebab itu suhu dalam sludge tank harus dipertahankan 90 - 100ºC. Untuk mempercepat pemecahan gumpalan minyak pada lumpur dapat dilengkapi dengan alat pengaduk (Stirrer) dengan kecepatan putar yang rendah sebesar maksimum 10 rpm. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi pembentukan emulsi karena cairan teraduk-aduk. Oleh sebab itu, lempeng pengaduk ditempatkan diatas pipa coil pemanas, sehingga tidak mengganggu lapisan sludge di bagian cone bawah.
Oil Tank Cairan yang berada dipermukaan tanki CST atau CyST dialirkan kedalam Oil Tank (OT). Minyak disini masih mengandung air dan kotoran-kotoran ringan. Oil Tank dilengkapi dengan pipa coil pemanas, yang digunakan untuk menaikkan dan mempertahankan suhu minyak hingga 90°C. Tujuan pemanasan minyak adalah untuk mempermudah pemisahan minyak dengan air dan kotoran ringan dengan cara pengendapan, yaitu zat yang memiliki berat jenis yang lebih berat dari minyak akan mengendap pada dasar tanki. Suhu minyak dalam Oil Tank sangat berpengaruh pada perlakuan selanjutnya, karena tidak terjadi lagi pemanasan, sehingga dianggap suhu pada oil tank adalah sumber panas untuk pengolahan lanjutan seperti pada Oil Purifier dan Vacuum Drier. Luas permukaan minyak mempengaruhi pemisahan air dari minyak. Kadar air dalam minyak umumnya masih berkisar antara 0,6 – 1,0 % tergantung dari panas minyak dan masa tunggu yang berkaitan dengan ukuran tanki.
Sludge Separator Sludge yang masuk ke dalam Sludge Centrifuge terdiri dari bahan mudah menguap (VM) 80 –85%, bahan padatan bukan minyak (NOS) 8-12% dan minyak 5-10%. Komposisi sludge yang keluar dari sludge tank dipengaruhi oleh beberapa hal :
a.
Air pengencer Air pengencer yang digunakan. pada sludge seluruhnya berasal dari air buah, air pengencer pada Screw Press
b.
Perlakuan Sebelumnya,
Perlakuan sebelumnya di proses oleh Desander seperti sand cyclone dan atauStrainer. c.
Penggunaan Ayakan Getar. Ayakan getar dapat ditempatkan pada bak penampung sludge yang kemudian dipompakan kedalam Sludge Separator. Fungsi ayakan getar adalah untuk memisahkan Lumpur dan pasir yang terdapat dalam cairan.
Tujuan dari proses di Sludge Separator ialah memisahkan minyak dari air dan kotoran, dengan kata lain memisahkan minyak dari fraksi yang berat jenisnya 1(satu). Air dan kotoran yang dipisahkan disebut dengan air drab dengan kadar minyak/zat kering 7-10%. Fraksi ringan dikembalikan ke Oil Settling Tank. Suhu minyak dalam Sludge Separatordipertahankan diatas 90°C, yang dapat dibantu dengan pemberian uap panas. Cairan yang telah dibebaskan dari pasir-pasir halus dipompakan lagi ke oil settling tank.
Oil Purifier Alat Purifier ini sering disebut Oil Centrifuge, yang berfungsi memurnikan minyak dari kotoran yang tidak dikehendaki. Kedua alat ini mempunyai prinsip kerja yang sama akan tetapi kedua alat ini memiliki perbedaan daya pisah fraksi ringan dan berat. Semakin besar dibuat ukuran kapasitas olah alat itu sendiri, maka semakin menurun kemampuan untuk memurnikan minyak.
1.
2.
Boiler LNG
3. Penyimpanan Crude Oil
END
LNG LNG (Liquified Natural Gas) adalah gas alam yang berbentuk cair / gas alam yang dicairkan / gas alam yang diubah bentuknya dari fase gas menjadi fase cair. Gas alam akan mencair jika didinginkan sampai suhu -162ºC (+260ºF). Dalam bentuk cair gas alam akan berkurang volumenya sampai 600 kali sehingga mudah dan aman untuk disimpan dan ditransportasikan. Jika LNG dipanaskan maka ia akan kembali ke fase gas, di LNG plant ini dilakukan pada terminal regasifikasi. Sifat LNG : tidak beracun (non-toxic), tidak berbau (odorless), tidak menimbulkan karat (non-corrosive), tidak mudah terbakar/meledak (non-combustible), tidak menghasilkan banyak polutan berbahaya (hanya sedikit CO2, NOx, dan
Komposisi LNG
Gambar 2. Komposisi LNG (Sumber : Energy Economics Research, University of Texas at Austin)
Proses LNG supply terdiri dari 4 tahap utama yaitu eksplorasi & produksi gas alam, pencairan gas alam (liquifaction) dengan cara pendinginan, transportasi (shipping), regasifikasi dan penyimpanan untuk kemudian didistribusikan ke konsumen melalui pipeline systems.
Non-flammable (tidak mudah terbakar) : LNG tidak mudah terbakar. LNG baru akan mudah terbakar dalam fase gas / uapnya (vapour). Uap LNG hanya flammable pada konsentrasi tertentu saja. Jika persentase uap LNG < 5%, maka non-flammable. Begitu pula jika > 15% termasuk non-flammable karena terlalu banyak gas diudara sehingga kurang oksigen untuk membuatnya terbakar. Jadi uap LNG akan mudah terbakar (flammable) jika persentasenya berada pada kisaran 515%, diluar itu sulit. Lihat ilustrasi Gambar 6.
Gambar 6. Kisaran Persentase Uap LNG (Sumber : Energy Economics Research, University of Texas at Austin)
Non-explosive (tidak bersifat mudah meledak) : Bila LNG disimpan pada tekanan atmosfer, ia tidak bersifat mudah meledak (non-explosive) kecuali disulut di dalam area yang terbatas/tertutup. Pada area terbuka tidak akan meledak. Penyimpanan (storage) : LNG disimpan di dalam tangki khusus dengan internal layer dari logam (9% nikel) pada suhu yang sangat rendah (cryogenic temperature), insulation yang baik, beton luar yang tebal, & atap melengkung sehingga tangki mampu menampung 110% volume LNG didalamnya. Gambar 7 menampilkan tangki penyimpanan LNG.
Beberapa safety system/equipment yang dibutuhkan : pagar pembatas/pelindung area terminal/plant, security camera, patroli rutin, alarm system, gas detector, ultraviolet/infrared fire detector, smoke detector, heat detector, low temperature detector, gas level monitoring, vapour pressure monitoring, automated fire fighting systems (foam, dry chemical, water), automatic shutdown system, terrorist attack scenario, port security system, backup power supply, etc. Safety record pelayaran LNG : selama lebih dari 45 tahun sejarah pelayaran LNG diseluruh dunia (±100 juta mil = 160 juta km) belum ada suatu kecelakaan yang besar/fatal. Menurut laporan Sandia National Laboratories ditahun 2004, selama kurun waktu lebih dari 45 tahun tersebut, ada 8 kecelakaan kecil dilaut tanpa menimbulkan api dan ledakan.
Prosedur safe unloading : unloading kapal LNG di terminal/dermaga (pier/jetty/wharf) memakan waktu sekitar 24 jam, sedangkan kapal minyak (oil tanker) sekitar 28 jam. 1. kru kapal menghubungi operator terminal sebelum tiba didermaga. 2. kapal akan dipandu menggunakan boat menuju dermaga. 3. unloading arms disiapkan beserta automatic shut-off systems & peralatanperalatan emergency. 4. kabel komunikasi dihubungkan dari dermaga ke kapal. 5. adakan meeting antara petugas kapal & petugas dermaga tentang prosedur unloading. 6. pengujian emergency systems, yang harus dilengkapi PERC (Pneumatic Emergency Release Coupling) yang bertugas melepas unloading arms secara otomatis bila ada kebocoran. Diusahakan agar maksimal hanya 1 galon kebocoran. Di tangki penyimpanan (storage tank) juga harus dilengkapi valve yang secara otomatis akan menutup jika terdeteksi kebocoran. 7. unloading dilakukan, dengan pengawasan operator terminal. 8. unloading selesai, kapal siap lepas landas dari dermaga dengan panduan boat sama seperti saat berlabuh
Marine safety zone : tujuannya untuk melindungi para kru, pemancing/nelayan, dan kapal-kapal lain. Yang diberlakukan adalah radius 500m dari tempat kapal melakukan unloading harus bebas dari segala kegiatan yang tidak berhubungan dengan proses unloading tersebut. No-fly zone : tidak dibutuhkan no-fly zone disekitar LNG plant maupun saat unloading. Artinya tidak berlaku zona larangan terbang. Environmental Impact Study (EIS) : dalam proses pembangunan LNG plant, operasional & pemeliharaannya harus selalu memperhatikan dampak terhadap lingkungan, diantaranya kajian-kajian tentang atmospheric environment, groundwater resources, marine environment, fish habitat, migratory birds, dll.
Contoh Pada Canaport LNG Sejarah singkat : 6 Juni 2005 dua perusahaan yaitu Irving Oil, Ltd dan Repsol YPF, SA sepakat untuk mengembangkan bisnis LNG di Canaport. Hasilnya adalah terbentuknya Canaport LNG sebagai owner sekaligus operator terminal. Di Canaport LNG, gas alam disimpan dalam bentuk cair (disebut LNG) di dalam storage tank pada suhu yang rendah (disebut cryogenic). Terminal (LNG plant) yang dibangun ini akan mengolah LNG (yang disuplai melalui transportasi laut dengan kapal) menjadi gas alam (proses ini disebut regasifikasi) dan kemudian didistribusikan melalui pipeline system ke konsumen di Canada dan Northeast US. Canaport LNG merupakan terminal/plant penerimaan sekaligus regasifikasi LNG yang pertama di Canada yang direncanakan mulai beroperasi akhir tahun 2008. Sampai April 2009 dilaporkan sudah 95% total pekerjaan yang telah dilakukan. Target pasar : Irving Oil, Ltd akan memasarkan gas alam ini ke Atlantic Canada, sedangkan Repsol memasarkan ke bagian Canada yang lain dan US. Suplai LNG : Repsol YPF beserta anak-anak perusahaannya bertanggungjawab untuk mensuplai LNG ke Canaport LNG yang dibeli dari Trinidad & Tobago (kepulauan Caribbean, utara Venezuela) dan direncanakan juga akan membeli dari Algeria.
Informasi Teknik : 1. Kapasitas total : 1 milyar ft3 / hari = 28 juta m3 / hari 2. Tangki penyimpanan (storage tank) : 3 buah @ 160.000 m3 3. Dermaga (pier/jetty) : 350 meter unloading jetty dengan fasilitas tambatan (mooring) kapal LNG sampai kapasitas 200.000 m3 4. Unloading arms : close-loop systems terdiri dari 4 buah 16” liquid unloading arms & 1 buah 16” gas loading arm. 5. Pipeline systems : 145 km diameter 30” terdiri dari 2 jalur yaitu dari Canaport LNG ke Atlantic Canada dan ke existing pipeline milik Maritimes & Northeast Pipeline (M&NP) di US.
Gambar 10. Skema Unloading Process & Regasifikasi (Sumber : Canaport LNG)
1. LNG tanker : dirancang berlambung ganda dengan kapasitas bervariasi antara 65.000 – 160.000 m3 (2,3 juta – 5,65 juta ft3). Dilengkapi dengan storage tank yang diisolasi sangat baik untuk mempertahankan suhu yang sangat rendah (-162ºC). Ada dua jenis yaitu MOSS (spherical) dan membrane (lihat Gambar 11). Menurut Canaport LNG jenis MOSS lebih umum dipakai (60%), tetapi menurut Maritime Business Strategies sebaliknya. Canaport LNG akan menggunakan kedua-duanya. Intensitas kedatangan kapal ke Canaport LNG adalah setiap 2-3 hari sekali.
2. Jetty : merupakan tempat berlabuhnya LNG tanker & melakukan unloading LNG dari tanker Terdiripompa dari internal dari ke terminal menggunakan miliklayer tanker logamsystems (9% nikel), beton luar melalui insulated pipeline pada yang tebal, & atap tekanan atmosfer menuju LNG tank (storage melengkung berlapis carbon tank). Kecepatan unloading berkisar antara steelft3/jam) sehinggamemakan tangki mampu 10.000 m3/jam (353,147 waktu sekitar 24 jam.menampung 110% volume LNG didalamnya. Jika 3. LNG tank (storage terdapat tank) : volume = 160.000 LNG yang berubah m3 (5,65 juta ft3), diameter = 90 m (295 ft), fase menjadi uap (vapour) tinggi = 45 m (148 ft).maka Berjumlah 3 buah. sebagian uap tersebut Konstruksinya dapat dilihat di Gambar dikembalikan lagi ke12. kapal, sebagian lagi didinginkan di recondenser melalui BOG
4. Low Pressure (LP) Pump : memompa LNG dari storage tank menuju recondenser. 5. Recondenser : mendinginkan kembali uap (vapour) yang timbul akibat ambient heating dan mencampurkannya dengan LNG dari LP pump. 6. BOG (Boil-Off Gas) Compressor : mengalirkan vapour ke recondenser sekaligus memberi tekanan agar dapat bercampur dengan LNG dari LP pump. 7. High Pressure (HP) Pump : memompa LNG dari recondenser ke vaporizer sekaligus menaikkan tekanannya. 8. Vaporizer : merupakan tabung-tabung yang direndam di dalam air hangat untuk memberikan efek panas kepada LNG sehingga berubah menjadi gas. Sumber panasnya dari pemanas berbahan bakar gas alam. Gas alam yang keluar dari vaporizer bersuhu sekitar 10ºC (50ºF). 9. Cold Vent : bertugas membuang sisa-sisa vapour saat sistem sedang shutdown karena ada pekerjaan perawatan (maintenance) atau saat commissioning.
1.
2.
Boiler LNG
3. Penyimpanan Crude Oil
END
View more...
Comments