Ujud Kelainan Kulit
July 5, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Ujud Kelainan Kulit...
Description
UJUD KELAINAN KULIT
Berdasarkan Morfologi lesinya, UKK dapat dibagi menjadi: a. Lesi meninggi : Papul, Plak, Nodul, Kista, Urtika, Komedo b. Lesi mencekung : Erosi, Ulkus, Atrofi, Poikiloderma, Striae, Burrow,Sklerosis Burrow,Sklerosis c. Lesi mendatar : Makula, Patch d. Perubahan permukaan : Skuama, Krusta, Ekskoriasi, Fisura, Likenifikasi, Keratoderma e. Berisi cairan : Vesikel, Bula, Pustula, Abses f. Vaskular : Purpura, Telangiekstasia (Rosmelia, 2010)
Berdasarkan Permukaan Kulit lesinya, UKK dapat dibagi menjadi: a. Setinggi permukaan kulit : Makula b. Bentuk peralihan, tidak terbatas pada permukaan kulit : Eritema, Telangiektasis c. Diatas permukaan kulit: Urtika, Vesikel, Bula, Kista, Pustul, Abses, Papul, Nodus, Tumor, Vegetasi. d. Bentuk peralihan: Sikatriks, Hipotrofi, Anetoderma, Erosi, Ekskoriasi, Ulkus, Skuama, Krusta, Sel-sel asing dan hasil metabolism, Kotoran (Adhi Djuanda, 2009).
Berdasarkan Kejadiannya, UKK dibagi atas UKK primer, sekunder, dan UKK khusus. UKK primer adalah bentuk lesi awal, sebelum mengalami perubahan karena trauma, manipulasi (garukan, gesekan), infeksi sekunder, atau perubahan alamiah. UKK khusus merupakan UKK yang terjadi pada kondisi atau penyakit tertentu saja. (Adhi Djuanda, 2009) a. Lesi primer: Makula, Papula, Urtika, Patch, Plak, P lak, Vesikel, Bula, Pustula, Nodul, Kista b. Lesi sekunder: Krusta, Skuama, Ulkus, Erosi, Fisura, Ekskoriasi, Skar, Likenifikasi, Likenifikasi, Atrofi c. Lesi khusus: Teleangiektasia, Purpura, Ptekie, Komedo, Burrow, Lesi target. (Adhi Djuanda, 2009)
Dibawah ini akan diberikan definisi kelainan kulit dan istilah-istilah yang berhubungan dengan kelainan tersebut. 1. Makula adalah efloresensi primer yang hanya berupa perubahan warna kulit tanpa perubahan bentuk, seperti pada tinea versikolor, morbus Hansen. 2. Eritema adalah makula yang berwarna merah, seperti pada dermatitis, lupus eritomatosus.
3. Papula adalah penonjolan padat di atas permukaan kulit, berbatas tegas, berukuran kurang dari 1 cm. 4. Nodula sama seperti papula tetapi diameternya lebih besar dari 1 cm, misalnya pada prurigo nodularis. 5. Vesikula adalah gelembung yang berisi cairan serosa dengan diameter kurang dari 1 cm, misalnya pada varisela, herpes zoster. 6. Bula adalah vesikel dengan diameter lebih dari 1 cm, misal pada pemfigus, luka bakar. Jika vesikel atau bula berisi darah disebut vesikel atau bula hemoragik. Jika bula berisi nanah disebut bula purulen. 7. Pustula adalah vesikel berisi nanah, seperti pada variola, varisela, psoriasis pustulosa. 8. Urtika adalah penonjolan di atas permukaan kulit akibat edema setempat dan dapat hilang perlahan-lahan, misalnya pada dermatitis medikamentosa, dan gigitan serangga. 9. Tumor adalah penonjolan di atas permukaan kulit berdasarkan pertumbuhan sel maupun jaringan tubuh. 10. Kista adalah penonjolan di atas permukaan kulit berupa kantong yang berisi cairan serosa atau padat atau setengah padat, seperti pada kista epidermoid. 11. Skuama adalah pelepasan lapisan tanduk dari permukaan kulit. Dapat berupa sisik halus (TV), sedang (dermatitis) atau kasar (psoriasis). Skuama dapat berwarna putih (psoriasis), coklat (TV), atau seperti sisik ikan (iktiosis). 12. Krusta adalah onggokan cairan darah, kotoran, nanah, dan obat yang sudah mengering di atas permukaan kulit, misalnya pada impetigo krustosa, kru stosa, dermatitis kontak. Krusta dapat berwarna hitam (pada jaringan nekrosis), merah (asal darah) atau coklat (asal darah, nanah, serum). 13. Erosi adalah kerusakan kulit sampai stratum spinosum. Kulit tampak menjadi merah dan keluar cairan serosa, misalnya pada dermatitis kontak. 14. Ekskoriasi adalah kerusakan kulit sampai ujung stratum papilaris sehingga kulit tampak merah disertai bintik-bintik perdarahan. Ditemukan pada dermatitis kontak dan ektima. 15. Ulkus adalah kerusakan kulit (epidermis dan dermis) yang memiliki dasar, dinding, tepi dan isi. Misal, ulkus tropikum, ulkus durum. 16. Rhagaden adalah belahan-belahan kulit dengan dasar yang sangat kecil atau dalam misal pada keratoskisis, keratodermia.
17. Parut (sikatriks) adalah jaringan ikat yang menggantikan epidermis dan dermis yang sudah hilang. Jaringan ikat ini dapat lebih cekung dari kulit sekitarnya (sikatriks atrofi), dapat lebih menonjol (sikatriks hipertrofi), dan dapat normal (eutrofi atau luka sayat). Sikatriks tampak licin, garis kulit dan adneksa hilang. 18. Keloid adalah hipertrofi yang pertumbuhannya melampaui batas. 19. Abses adalah efloresensi sekunder berupa kantong berisi nanah di dalam jaringan. Misalnya abses Bartholini dan abses banal. 20. Likenifikasi adalah penebalan kulit sehingga garis-garis lipatan atau relif kulit tampak lebih jelas, seperti pada prurigo, neurodermatitis. 21. Guma adalah efloresensi sekunder berupa kerusakan kulit yang destruktif, kronik, dengan penyebaran serpiginosa. Misal, pada sifilis gumosa. 22. Hiperpigmentasi adalah penimbunan pigmen berlebihan sehingga kulit tampak lebih hitam dari sekitarnya. Misal, pada melasma dan pascainflamasi. 23. Hipopigmentasi adalah kelainan yang menyebabkan kulit manjadi lebih putih dari sekitarnya, misal pada skleroderma dan vitiligo. 24. Kanalikuli yaitu ruam kulit berupa saluran-saluran pada stratum korneum, yang timbul sejajar dengan permukaan kulit, seperti yang terdapat pada skabies. 25. Milia (white head) ialah penonjolan di atas permukaan kulit yang berwarna putih yang ditimbulkan oleh penyumbatan saluran kelenjar sebasea, seperti pada akne sistika. 26. Komedo (black head) ialah ruam kulit berupa bintik-bintik hitam yang timbul akibat proses oksidasi udara terhadap sekresi kelenjar sebasea di permukaan kulit, seperti pada akne. 27. Eksantema adalah ruam permukaan kulit yang timbul serentak dalam waktu singkat dan tidak berlangsung lama, biasanya didahului demam, seperti pada demam berdarah. 28. Roseola ialah eksantema lentikular berwarna merah tembaga seperti pada sifilis dan frambusia. 29. Purpura yaitu perdarahan di dalam atau di bawah kulit yang tampak kemerahan, dan tidak hilang pada penekanan kulit, seperti pada dermatitis medikamentosa. (R.S Siregar, 2005)
Daftar Pustaka: Djuanda, Adhi. 2009. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Kelima. Kelima. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta Rosmelia. 2010. Dasar-Dasar 2010. Dasar-Dasar Diagnosis Dalam Dermatologi. Dermatologi. Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta. Siregar, R.S. 2005. Atlas 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2. 2. EGC. Jakarta.
Ujud Kelainan Kulit PRIMER 1. Bulla dan Vesikel
Bulla adalah lesi yang terisi oleh cairan dengan ukuran > 0.5 cm sedangkan vesikel > 0.5 cm. Dapat terjadi intraepidermal dan subepidermal. Pada intraepidermal lesi tersebut longgar dan mudah pecah dan subepidermal tegang dan tidak mudah pecah Patofisiologi
Terjadi karena plasma yang bocor dari pembuluh darah mengisi ruang epidemis sehingga terjadi penumpukan cairan.
Vesikel
Bulla
2. Makula dan Patch
Makula adalah lesi kulit yang datar dimana terjadi perubahan warna kulit yang dapat berbatas tegas atau samar dibandingkan dengan kulit sekitarnya dengan ukuran < 0.5 cm, sedangkan patch berukuran > 0.5 cm. Patofisiologi
Makula Hiperpigmentasi terjadi karena peningkatan sekresi melanin. Makula Hipopigmentasi terjadi karena penurunan atau tidak adanya sintesis melanin. Makula Eritem terjadi karena dilatasi pembuluh darah, ekstravasasi sel-sel darah merah kepermukaan kulit.
Makula
Patch
3. Papul, Nodul, dan , Plak
Papul adalah massa solid dengan ukuran < 0.5 cm, sedangkan nodul berukuran > 0.5 cm. Adapun Plak adalah suatu lesi dengan peninggian yang permukaannya datar di banding dengan kulit normal dibawahnya. Patofisiologi Terjadi karena peradangan yang sebagian besar terjadi di dermis. Kemudian komponenkomponen peradangan tersebut membentuk masa yang solid
Nodul
Papul
Plak
4. Kista
Kista adalah suatu ruangan berkapsul dengan epitel yang terdiri dari cairan atau dari bahanbahan semi solid berupa sel-sel yang telah mati atau produk-produk produk -produk sel itu sendiri, seperti keratin. Patofisiologi
Terjadi karena peradangan sehingga komponen-komponen peradangan tersebut membentuk masa yang semisolid.
5. Urtika
Urtika adalah penonjolan di atas permukaan kulit akibat edema setempat dan dapat hilang perlahan-lahan, misalnya pada dermatitis medikamentosa, dan gigitan serangga Patofisiologi
Terjadi karena edema atau pembekakan yang dihasilkan oleh kebocoran plasma melalui dinding pembuluh darah di bagian atas dermis
6. Abses
Abses adalah efloresensi sekunder berupa kantong berisi nanah di dalam jaringan. misalnya abses Bartholini dan abses banal. Patofisiologi
Terjadi akumulasi bahan-bahan purulen di bagian dalam dermis atau jaringan Subkutan
SEKUNDER 1. Sikatriks
Sikatriks/scar adalah jaringan ikat yang menggantikan epidermis dan dermis yang sudah hilang. Jaringan ikat ini dapat lebih cekung dari kulit sekitarnya (sikatriks atrofi), dapat lebih menonjol (sikatriks hipertrofi), dan dapat normal (uetrofi/luka sayat). sikatriks tampak licin, garis kulit dan adneksa hilang. Patofisiologi
Terjadi karena proliferasi jaringan fibrosa digantikan oleh jaringan kolagen setelah terjadinya luka atau ulserasi.
2. Erosi
Erosi adalah kerusakan kulit sampai stratum spinosum. kulit tampak menjadi merah dan keluar cairan serosa, misalnya pada dermatitis kontak Patofisiologi
Terjadi karena adanya trauma sehinggga terjadi pemisahan lapisan epidermis dengan laserasi rupture vesikel atau bula dan nekrosis epidermal.
3. Likenifikasi
Likenifikasi adalah penebalan kulit sehingga garis-garis lipatan kulit tampak lebih jelas. Patofisiologi
Terjadi karena perubahan kolagen pada bagian superficial dermis menyebabkan penebalan kulit.
4. Eksoriasi
Eksoriasi adalah kerusakan kulit sampai ujung stratum papilaris sehingga kulit tampak merah disertai bintik-bintik perdarahan. ditemukan pada dermatitis kontak dan ektima ekt ima Patofisiologi
Terjadi karena adanya lesi yang gatal sehingga di garuk dan dapat menyebabkan perdarahan.
5. Krusta
Krusta adalah onggokan cairan darah, nanah, kotoran, dan obat yang sudah mongering diatas permukaan kulit misal impetigo krustosa. Krusta dapat berwarna hitam, merah atau coklat. Patofisiologi
Terjadi karena ketika papul, pustule, vesikel bulla mengalami rupture atau pecah cairan atau bahan-bahan yang terkandung di dalamnya akan mengering.
6. Atrofi
Atrofi adalah pengurangan ukuran sel, organ atau bagian tubuh tertentu Patofisiologi
Penurunan jaringan ikat retikuler dermis sehingga menyebabkan penekanan permukaan kulit yang reversible. 7. Pustula
Pustula adalah lesi kulit yang terisi dengan pus dibagian epidermis Patofisiologi
Terjadi karena infeksi bakteri menyebabkan penumpukan eksudat purulen yang terdiri dari pus, leukosit dan debris.
Daftar pustaka
SMF Ilmu Kesehatan Kulit Kelamin FK Unair. 2007. Atlas penyakit kulit dan kelamin. Surabaya : Airlangga University Press. Press.
View more...
Comments