UAS Kelompok 6 Milk Cleanser
February 28, 2018 | Author: OlisiaSintha | Category: N/A
Short Description
milk cleanser...
Description
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN SEMISOLID DAN LIQUID FORMULASI MILK CLEANSER
Disusun Oleh: Kelompok 6 (Kelas C)
Afiza Aryani
1406544854
Eriska Dara Funna
1406577745
Gya Givana
1406545163
Sintha Olisia
1406545043
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum teknologi sediaan semisolid dan liquid “Milk Cleanser” dengan tepat waktu. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang bersangkutan terutama dosen pembimbing kami karena atas bimbingan dan waktu yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan praktikum ini dengan baik. Selain itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada laboran dan asisten laboratorium serta semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Penyusunan laporan praktikum ini ditujukan untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Praktikum Teknologi Sediaan Semisolid dan Liquid. Di samping itu, penyusunan makalah ini dimaksudkan pula untuk memperkaya wawasan penulis maupun pembaca mengenai salah satu bentuk formulasi sediaan liquid, yakni milk cleanser. Penulis menyadari bahwa penulis memiliki keterbatasan sehingga laporan praktikum ini memiliki kekurangan. Adanya kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca yang ingin mengetahui dan mendalami pengetahuan mengenai formulasi sediaan milk cleanser.
Depok, Mei 2017
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………iii BAB I: PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1 1.1.
Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2.
Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3.
Tujuan Penulisan ................................................................................................. 2
1.4.
Metode Penulisan................................................................................................. 2
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................ 3 2.1.
Kondisi Kulit ........................................................................................................ 3
2.2.
Kosmetik, Pembersih Wajah, dan Penggolongannya .......................................... 4
2.3.
Milk Cleanser ........................................................................................................ 7
2.4.
Kemasan dan Labelling..........................................................................................11
BAB III: FORMULASI….. ………………………………………………………………...14 3.1.
Studi Praformulasi ………………………………………………………………14
3.2.
Perhitungan HLB .............................................................................................. 25
3.3.
Rancangan Formulasi ........................................................................................ 19
3.4.
Cara Kerja.......................................................................................................... 26
BAB IV: EVALUASI............................................................................................................28 4.1
Evaluasi Fisika ................................................................................................... 28
4.2
Evaluasi Kimia ................................................................................................... 35
BAB V: PENUTUP................................................................................................................36 4.3
Kesimpulan......................................................................................................... 37
4.4
Saran ................................................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 38 LAMPIRAN............................................................................................................................ 39
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Kosmetik memang sudah menjadi sahabat untuk wajah seorang wanita, apalagi dengan aktifitas mereka sehari-hari. Misal saja wanita karier, tuntutan pekerjaan dan aktifitas yang padat membuat para wanita selalu menjaga penampilan terutama wajah. Pada abad ke-19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian baik untuk kecantikan maupun kesehatan. Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia seperti pada epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar, atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (BPOM, 2003). Salah satu sediaan kosmetik yang banyak dijumpai di masyarakat adalah sediaan kosmetik dalam bentuk krim. Krim merupakan sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan kosmetik terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai, berupa emulsi kental mengandung tidak kurang 60 % air ditujukan untuk pemakaian luar. Yang diformulasikan sebagai emulsi air dalam minyak atau (water in oil, W/O) seperti penyegar kulit dan minyak dalam air (oil in water, O/W) seperti susu pembersih (Anief, 1993) . Cleansing milk merupakan sediaan kosmetika yang digunakan untuk menghilangkan kotoran yang larut dalam air maupun yang larut minyak. Pada umumnya kosmetika dibuat dalam bentuk sediaan emulsi O/W karena lebih murah, lebih mudah dibuat, lebih enak dipakai, dan cepat menyebar ke permukaan kulit. Umumnya, dalam suatu formulasi cleansing milk mengandung fase minyak berupa parrafin liquidum, asam stearat, GMS, tocopheryl acetate dan fase air berupa TEA (Trietanolamin), metil paraben , propilen glikol dan bisa juga menggunakan bahan lain yang memang sesuai. Pada makalah ini penulis akan membahas mengenai cleansing milk dari formulasi yang digunakan, cara pembuatan, hingga evaluasi sediaan tersebut.
1
1.2. Rumusan Masalah Permasalahan yang dibahas dalam laporan ini meliputi: 1.
Apa yang dimaksud dengan milk cleanser?
2.
Bagaimana praformulasi dan formulasi sediaan milk cleanser?
3.
Bagaimana cara pembuatan milk cleanser?
4.
Apa saja evaluasi yang dilakukan untuk sediaan milk cleanser?
5.
Bagaimana hasil dari sediaan milk cleanser yang telah dibuat?
6.
Apa kemasan yang digunakan untuk milk cleanser?
1.3. Tujuan Penulisan Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Sediaan Semisolid dan Liquid. Selain itu laporan ini juga diharapkan dapat memberikan informasi kepada pembaca mengenai definisi, praformulasi dan formulasi, bahanbahan yang digunakan, cara pembuatan, evaluasi dan kemasan serta untuk pertimbangan pada pembuatan milk cleanser lain.
1.4. Metode Penulisan Metode penulisan yang digunakan adalah metode penelitian dan studi pustaka dari berbagai sumber. Sumber pustaka digunakan untuk menunjang kegiatan praktikum serta penulisan makalah ini. Adapun sumber pustaka yang penulis gunakan yaitu e-book, dan situs-situs ilmiah di internet. Selain itu juga informasi didapat juga dari praktik formulasi yang dilakukan secara langsung, dan pengamatan hasil secara langsung di laboratorium.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kondisi Kulit Kulit manusia merupakan lapisan terluar manusia yang melindungi dari
lingkungan luar. Kulit merupakan bagian organ tubuh manusia yang memiliki fungsi memproteksi manusia dari pathogen dan bahaya lain. kulit memiliki lapisan kulit yang berfungsi sebagai pelindung tubuh dari luar, dimulai dari bagian terluar hingga bagian terdalam. Sel keratin yang dimiliki kulit berfungsi melindungi kulit dari mikroba, abrasi (gesekan), panas, dan zat kimia. Selain itu, lipid yang dilepaskan mencegah evaporasi air dari permukaan kulit dan dehidrasi. Bagian lain yang juga berfungsi sebagai pelindung adalah sebum. Sebum yang berminyak yang berasal dari kelenjar sebasea mencegah kulit dan rambut dari kekeringan serta mengandung zat bakterisid yang berfungsi untuk membunuh bakteri pada permukaan kulit. Kulit manusia terdiri atas beberapa lapisan pelindung. Epidermis merupakan lapisan kulit teratas yang melindungi tubuh dari kontak dengan lingkungan luar. Epidermis terdidi atas beberapa lapisan stratum antara lain stratum korneum yang terdiri atas lapisan sel mati yang terus menerus mengelupas; stratum lucidum yang terdiri atas 2-3 lapis sel dengan inti yang tidak tampak; stratum granulosum yang memiliki lapisan keratohyalin; stsatum spinosum dengan sel-sel yang berebentuk poligonal dengan inti yang berentuk bulat panjang; dan stratum basale yang mengandung melanosit yang bertugas dalam memproduksi melanin. Setelah epidermis terdapat lapisan dermis yang juga disebut corium atau cutis vera. Terdiri atas jaringan yang rapat dan berhubungan dengan saraf, pembuluh darah, limfe, kelenjar keringat dan kelenjar lemak. Lapisan terdalam yakni subkutan yang terdiri atas jaringan ikat dan merupakan lanjutan dari dermis. Didalamnya terdapat liposit-liposit yang dapat menyimpan lemak. Kulit yang sehat dilindungi dari kekeringan oleh zat-zat larut dalam air yang terdapat dalam kulit seperti asam amino, polipeptida, pentosa, kolin, dan ionion anorganik dan deribat-derivat asam fosfat. Zat-zat ini dapat terbuang melalui
3
prose berkeringat dan pada waktu mencuci, jika tidak dilindungi oleh lapisan lipid yang melapisi permukaan kulit. Kulit kering disebabkan oleh dua hal, pertama terlalu banyak lemak pada permukaan kulit yang terbuang kedua adalah terlalu banyak terjadinya penguapan air dari permukaan kulit. Dari kedua hal tersebut yang paling berpengaruh terhadap kekeringan kulit adalah kehilangan air (dehidrasi). Secara normal kulit dilapisi oleh sebuah lapisan lemak yang sangat tipis. Lapisan ini berfungsi melembutkan kulit, mencegah masuknya mikroorganisme dan secara tidak langsung menghambat penguapan air. Bila lapisan ini terbuang, maka air dan zat-zat yang terkandung didalamnya juga akan meninggalkan jaringan sehingga sifat hidrofilik dan elastisitas kulit akan hilang.
Gambar 1. Penampang Kulit
2.2
Kosmetik, Pembersih Wajah, dan Penggolongannya Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan
pada bagian luar tubuh manusia seperti pada epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar, atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (BPOM, 2003). Tujuan utama penggunaan kosmetik pada masyarakat modern adalah untuk kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui make-up, meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan
4
sinar UV, polusi dan faktor lingkungan yang lain, mencegah penuaan, dan secara umum,
membantu
seseorang
lebih
menikmati
dan
menghargai
hidup.
Penggolongan kosmetik berdasarkan kegunaan bagi kulit antara lain :
Kosmetik perawatan kulit (skin-care cosmetic).
Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser), misalnya sabun, susu pembersih wajah, dan penyegar kulit (freshner)
Kosmetik untuk melembabkan kulit (mouisturizer), misalnya mouisterizer cream, night cream.
Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen cream dan sunscreen foundation, sun block cream/lotion.
Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit (peeling), misalnya scrup cream yang berisi butiran-butiran halus yang berfungsi sebagai pengampelas (abrasiver). Pada makalah ini, akan dibahas lebih lanjut mengenai kosmetik untuk
membersihkan kulit (cleanser). Pembersihan kulit dilakukan untuk mengeluarkan berbagai zat yang tidak berguna lagi yang terdapat pada permukaan kulit , minyak pada permukaan kulit , sel keratin epidermal yang sudah terlepas dan kosmetika lama yang masih menempel di permukaan kulit. Namun tindakan pembersihan tersebut bukan berarti harus membersihkan seluruh zat yang ada, karena ada zat yang tetap diperlukan untuk kulit agar kulit tetap sehat, seperti lapisan lemak permukaan kulit. Pada kulit yang sehat, lapisan lemak kulit akan segera terbentuk kembali 15 - 30 menit setelah dibersihkan , tetapi pada orang yang kulitnya kurang sehat atau sudah menua diperlukan waktu yang lebih lama untuk membentuk kembali lapisan lemak permukaan kulit yang berguna untuk perlindungan kulit secara alamiah. Berdasarkan bahan dasar yang dikandung ada 4 macam kosmetika pembersih kulit : 1. Pembersih Dengan Bahan Dasar Air Air adalah pelarut yang baik untuk sebagian besar zat / kotoran yang menempel pada kulit. Air mudah didapat dan murah harganya sehingga penggunaan dalam kosmetika cukup efektif dan efisien. Oleh karena itu setiap tindakan pembersihan kulit, membersihkan dengan air biasanya dilakukan pada awal dan akhir tahap pembersihan. Namun pembersihan
5
kulit dengan air di rasa kurang estetis maka ditambahkan wangian air mawar, penyegar dan alkohol. Pembersihan dengan bahan dasar air mempunyai beberapa keuntungan dan kerugian. Keuntungannya adalah air dapat melunakkan lapisan tanduk sehingga mudah dibersihkan, tidak toksik, tidak menimbulkan efek samping, murah harganya dan mudah didapat . Kerugiannya tidak dapat membersihkan seluruh kotoran yang melekat pada kulit, tidak dapat membersihkan jasad renik, bukan pembersih kulit yang baik. Oleh karena itu pembersih dengan bahan dasa air sering di tambah alkohol 20 - 40 %. 2. Pembersih Dengan Bahan Dasar Minyak Pembersihan kulit dengan air kurang bersih karena ada zat yang tidak larut dalam air. Oleh karena itu dilakukan pembersihan dengan bahan dasar lain seperti minyak atau campuran air minyak (krim). Minyak merupakan bahan pembersih dengan kelebihannya dalam membersihkan kotoran yang larut minyak dan tidak menyebabkan kulit kering maupun kasar. Kekurangan minyak sebagai pembersih yaitu lebih mahal, lebih lengket, dan terasa panas karena menutupi pori-pori. Minyak yang tersisa waktu pembersihan (petrolatum, mineral oil) tidak dapat menggantikan minyak permukaan kulit karena rumus kimianya tidak sama. Minyak sebagai pembersih yaitu campuran berbagai minyak seperti minyak zaitun, minyak mineral, malam, petrolatum. 3. Pembersih Dengan Bahan Dasar Campuran Minyak - Air (Krim) Krim pembersih adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk menghilangkan kotoran yang larut air maupun minyak. Ada 2 macam krim yaitu A/M dan M/A . Pada umumnya kosmetika dibuat dalam bentuk sediaan emulsi M/A karena lebih murah, lebih mudah dibuat, lebih enak dipakai karena tidak begitu lengket, lebih cepat menyebar ke permukaan kulit dan lebih dingin. Pada krim A/M yang cepat menyebar dan cepat menghilang dari pandangan disebut sebagai vanishing cream. Pada krim yang komponen air jauh lebih banyak dari minyak sehingga bentuk krim menjadi lebih cair disebut susu pembersih (cleansing milk = beauty milk). 4. Pembersih Dengan Bahan Dasar Padat
6
Bahan dasar padat digunakan sebagai pembersih bila mampu untuk mengabsorbsi kotoran yang ada di kulit. Oleh karena itu pemakaiannya dalam kosmetika sebagai pelengkap dari kosmetika pembersih lainnya. Ada 2 macam pembersih padat yaitu :
Berbentuk bubuk padat yang langsung dapat mengabsorbsi kotoran cair
Berbentuk krim /larutan berisi bahan padat dan cair yang mudah menguap sehingga setelah dipakai bentuk padat tersisa pada kulit, merupakan
salah
satu
bentuk
masker
pembersih
(cleansing
mask/beauty mask)
2.3
Milk Cleanser Milk cleanser merupakan jenis pembersih dengan bahan dasar campuran
minyak-air . dan merupakan bentuk aplikasi dari sediaan lotion . Menurut farmakope indonesia edisi ketiga, lotion adalah sediaan cair berupa suspensi atau dispersi yang digunakan sebagai obat luar. Dapat berbentuk suspensi zat padat dalam bentuk serbuk halus dengan bahan pensuspensi yang cocok atau emulsi tipe minyak/air dengan surfaktan yang cocok . Lotion merupakan suatu emulsi sehingga dapat didefinisikan sebagai sistem heterogen yang biasanya terdiri dari dua cairan yang tidak bercampur. Emulsi tersusun atas tiga komponen utama, yaitu: a.
Fase terdispersi (zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil kedalam zat cair lain (fase internal).
b.
Fase pendispersi (zat cair yang berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi tersebut (fase eksternal).
c.
Emulgator(zat yang digunakan dalam kestabilan emulsi). Pada umumnya, emulsi terdiri dari beberapa tipe, sebagai contoh jika
campuran terdiri dari droplet minyak yang terdispersikan dalam air, itu berarti emulsi yang terbentuk adalah emulsi oil-in-water (O/W). Sifat emulsi tipe w/o adalah mudah terbasahi dan tidak berminyak. Sedangkan apabila droplet air yang terdispersikan dalam minyak itu berarti emulsi yang terbentuk adalah emulsi water-in-oil (W/O).
7
Dalam keadaan yang kurang baik, emulsi dapat mengalami inverse dan ketika itu terjadi, emulsi tipe o/w bisa berubah menjadi emulsi tipe w/o. Secara teoritis, fase terdispersi dalam suatu emulsi hanya bisa maksimal 74% dalam fase volumenya. Jika lebih dari 74% maka keadaan emulsi akan menjadi terbalik. Selain itu, inverse emulsi bisa terjadi karena perubahan temperature.
Gambar 2. Emulsi O/W (kiri) ; Emulsi W/O (kanan) Suatu cleansing milk yang baik harus memiliki pH yang sesuai dengan pH kulit yakni 4,5-6,5. Walaupun demikian, kulit memiliki kapasitas buffer yang dapat mengembalikan pH dari sediaan yang lebih asam atau lebih basa dari pH kulit sehingga sesuai dengan pH kulit . Namun, sedapat mungkin diusahakan bahwa sediaan yang dioleskan ke kulit memiliki pH sedekat mungkin dengan range pH tersebut . Viskositas dari suatu cleansing milk juga harus diperhatikan, karena lotion yang terlalu encer atau terlalu kental akan menyulitkan pemakaiannya pada kulit . Hal lain yang juga penting adalah kestabilan cleansing milk . Cleansing milk yang mudah pecah tentu tidak akan disukai oleh konsumen. Maka harus dipastikan bahwa cleansing milk tersebut stabil dalam jangka waktu yang lama setidaknya 12-18 bulan. Faktor lain yang tidak kalah penting adalah tekstur cleansing milk yang dihasilkan. Tekstur cleansing milk harus menimbulkan rasa lembut, segar, tidak berminyak dan tidak lengket. Sehingga timbul kenyamanan konsumen dalam menggunakannya. Untuk mendapatkan lotion yang baik, diperlukan formula lotion dengan bahan-bahan yang cocok dan konsentrasi yang sesuai. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi agar didapatkan cleansing milk yang baik adalah ,:
Mudah dioleskan merata pada kulit
Mudah dicuci bersih dari daerah lekatan
Tidak menodai pakaian
8
Tidak berbau tengik
Bebas partikulat keras dan tajam
Tidak mengiritasi kulit. Untuk mendapatkan cleansing milk yang baik, diperlukan formula
cleansing milk yang mengandung bahan-bahan yang cocok dengan konsentrasi yang sesuai. Adapun bahan-bahan yang umum digunakan pada formulasi cleansing milk adalah: a. Emolien Merupakan suatu bahan yang jika dioleskan pada lapisan kulit yang kering akan melembutkan lapisan tersebut dengan cara melumasinya sehingga mengurangi penguapan air yang terjadi pada kulit. Contoh: Lanolin dan derivatnya, sterol, phospolipid, hidrokarbon, asam lemak dan lain-lain b. Barrier agent Berfungsi sebagai pelindung kulit dan juga ikut mengurangi dehidrasi. Contoh: asam stearat, bentonit, seng oksida, titanium oksida, tragakan dan lain-lain c. Healing agent Berfungsi menyembuhkan kulit yang retak-retak atau pecah-pecah. Contoh: allantonin, urea, asam urea. d. Humektan Merupakan bahan yang mengatur pertukaran cairan antara cleansing milk dengan udara, pada cleansing milk sendiri maupun setelah dipakai pada kulit. Contoh: gliserol, proplienglikol, sorbitol. e. Pengental dan pembentuk film Contoh: gum, veegum, karbopol, polivinilpirolidon. f. Surfaktan Berfungsi menurukan tegangan batas antara minyak dan air sehingga minyak dapat bersatu dengan air. Emulsifier yang biasa digunakan dalam formulasi cleansing milk dibagi menjadi tiga jenis, antara lain:
Anionik
9
Emulsifier golongan ini digunakan secara luas pada formulasi cleansing milk . Bahkan dikatakan sekitar 75% dari lotion dan krimyang beredar dipasaran mengandung emulsifier dari golongan ini. Contoh: trietanolamin stearat, natirum lauril sulfat.
Kationik Emulsifier golongan ini belum digunakan secara luas pada formulasi krim maupun lotion. Contoh: alkil dimetil benzil amonium klorida, piridinium klorida, setil piridinium klorida.
Nonionik Emulsifier ini dapat dikombinasikan dengan emulsifier nonionik lainnya atau dengan emulsifier ionik. Karena sifat yang yang tidak terionkan sehingga dapat tercampur dengan baik dan menghasilkan emulsifier yang diinginkan. Contoh: gliseril monostearat, sorbitan monostearat, polioksietilen stearat.
g. Pengawet Mengingat setiap sediaan yang disertai dengan kadar air dan kelembaban yang cukup dapat menjadi media yang baik bagi pertumbuhan mikroba, maka kedalam kosmetik termasuk cleansing milk umumnya diberi tambahan pengawet. Adapun fungsi pengawet pada sediaan adalah untuk memastikan atau menghambat pertumbuhan mikroba terutama yang patogen. Tujuan mengawetkan sediaan adalah untuk memperpanjang daya simpan sediaan terebut dengan jalan memperlambat atau menghambat terjadinya penguraian akibat mikroba. Selain itu penggunaan pengawet juga dimaksudkan untuk meningkatkan mutu higienitas sediaan. Contoh: Asam benzoat, metil paraben, propil paraben dan lain-lain h. Parfum Merupakan hal penting karena dapat meningkatkan ketertarikan konsumen terhadap sediaan lotion yang dihasilkan. Parfum yang digunakan harus bebas dari efek iritasi. Pewangi ini harus mampu menutupi bau tidak enak yang berasal dari bahan atau bau tengik yang mungkin muncul selama penyimpanan. Parfum harus stabil dan dapat bercampur dengan bahan lain dalam lotion
10
i. Zat warna Pemakaian zat warna juga harus diperhatikan, karena merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan konsumen saat memilih sediaan lotion. Zat warna yang dipakai seharusnya relevan dengan wangi yang digunakan pada sediaan agar dapat meningkatkan estetika sediaan. Contoh: FD&C Red No.1, FD&C Blue No.4, D&C Yellow No.5, D&C Green No.5, dan lain-lain. Tidak semua bahan-bahan diatas harus ada dalam formulasi sediaan cleansing milk , seperti halnya barrier agent dan healing agent yang hanya ada pada cleansing milk tertentu saja.
2.4
Kemasan dan Labelling Pengemasan adalah seluruh rangkaian kegiatan mulai dari pengisian,
pembungkusan, pemberian etiket dan atau kegiatan lain yang dilakukan terhadap produk ruahan untuk menghasilkan produk jadi. Kemasan primer merupakan wadah yang berkontak langsung dengan sediaan. Harus dipilih wadah yang sesuai dengan syarat penyimpanan yang tertera pada monografi semua komposis dalam sediaan cleansing milk. Untuk kemasan primer cleansing milk dipilih wadah plastik yang dapat menjaga sediaan tidak rusak. Untuk kemasan cleansing milk, dipilih High Density Polyethylene (HDPE) plastic. Contoh aplikasi plastik HPDE sebagai pengemas adalah sebagai botol makanan cair (misalnya wadah susu); kontainer untuk produk pembersih rumah tangga, farmasi, dan produk perawatan pribadi; drum industri dan ember; tangki bahan bakar; peralatan rumah tangga; mainan; barang olahraga; dan pipa dan saluran. Plastik HDPE bersifat keras hingga semifleksibel, tahan terhadap bahan kimia dan kelembaban, permukaan berlilin, buram, mudah diwarnai, diproses dan dibentuk. Selain itu, HDPE merupakan bahan kuat, rapat dan strukturnya mudah diatur dan memiliki titik lebur lebih tinggi dibandingkan LDPE. Jenis plastik ini juga aman untuk digunakan karena kemampuan untuk mencegah reaksi kimia antara kemasan plastik berbahan HDPE dengan sediaan yang dikemasnya.
11
Kerugian dari HDPE yaitu resitansi yang rendah terhadap sinar UV dan permeabilitas terhadap gas. Namun, telah ada barrier coatings dan multi-layer materials yang dapat memperbaiki karakteristik dari plastik HDPE.
Gambar 3. Wadah penyimpanan cleansing milk Salah satu kritetia kosmetika yang diedarkan di wilayah Indonesia yaitu harus memenuhi kriteria penandaan yang berisi informasi lengkap, obyektif, dan tidak
menyesatka.
Penandaan
sebagaimana
dimaksud
adalah
dengan
menggunakan bahasa Indonesia untuk informasi keterangan kegunaan, cara penggunaan; dan peringatan dan keterangan lain yang dipersyaratkan. Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b untuk kosmetika yang sudah jelas kegunaan atau cara penggunaannya. Hal-hal yang wajib ada pada label suatu kosmetika: 1. Merek 2. Logo perusahaan 3. Nama produsen 4. Kontak produsen 5. Khasiat 6. Notifikasi 7. Komposisi produk 8. Peringatan/Perhatian (optional dari BPOM) 9. Netto/Isi
12
10. Cara penyimpanan 11. Cara pakai 12. No batch 13. Nomor produksi dan tanggal kadaluwarsa
2.5
Notifikasi Kosmetika dan Nomor Batch
2.5.1
Notifikasi kosmetika Kosmetika yang akan diedarkan di wilayah Indonesia harus dilakukan
notifikasi kepada Kepala Badan. Notifikasi yang dimaksud pada berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun. Apabila selama jangka waktu 3 tahun dilakukan perubahan atas: 1. Nama industri/importir/badan usaha yang melakukan notifikasi tanpa perubahan hak untuk mengedarkan atau status kepemilikan; 2. Alamat industri/importir/badan usaha yang melakukan notifikasi dengan tidak terjadi perubahan lokasi pabrik; 3. Nama pimpinan industri/importir/badan usaha yang melakukan notifikasi; 4. Ukuran dan jenis kemasan; maka harus dilakukan notifikasi perubahan Adapun cara untuk pengajuan notifikasi kosmetika tercantum dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor Hk.03.1.23.12.10.11983 Tahun 2010 tentang Kriteria Dan Tata Cara Pengajuan Notifikasi Kosmetika dan dalam Peraturan Menteri Kesehatan.Republik Indonesia Nomor 1176/Menkes/Perniii/2010 tentang Notifikasi Kosmetika. 2.5.2
Nomor batch Batch adalah sejumlah produk kosmetika yang mempunyai sifat dan mutu
yang seragam yang dihasilkan dalam satu siklus produksi atas suatu perintah produksi tertentu. Esensi suatu batch adalah homogenitasnya. Nomor Batch Produk Ruahan Digit no 1
Contoh:
Untuk produk (tahun)
1990 = 0 1991 = 1
Digit no 2 dan 3 Kode produk dari produk 01 : Kloramfenikol salep mata ruahan
02 : Sulfacetamid salep mata
Digit nomor 4, 5, dan 6 Urutan produk
13
BAB III FORMULASI
3.1 Studi Praformulasi Pada studi praformulasi dipilih bahan-bahan sebagai berikut : Bahan
Fungsi
Konsentrasi
Parafin Liquid
Fase minyak (emolien)
8%
BHT
Fase Minyak (Antioksidan)
0,1%
Vitamin E
Fase Minyak (Antioksidan)
0,5%
Dimetikon
Fase Minyak (Antibusa)
10%
Asam stearat
Fase Minyak (emulgator)
6%
Glyceryl
Fase Minyak (Emolient )
3%
Propil paraben
Fase Minyak (Pengawet )
0.02%
TEA
Fase Air (Emulgator)
3%
Metil paraben
Fase Air (Pengawet)
0,18%
Na2EDTA
Fase Air (Chelating agent)
0,1%
Tween 80
Fase Air (Surfaktan)
2%
Propilen glikol
Fase Air (Preservative)
10%
fragrance
Fase Air (Pengharum)
0,1%
aquadest
Fase air
57%
Monostearate
14
a. Tween 80 Sinonim
Polyoxyethilen Sorbitan
Struktur bangun
Inkompatib BM
1310
Rumus molekul
C64H124O26
Pemerian
Tidak berasa, putih atau sedikit kuning berbentuk granul berukuran fine dengan sedikit tembus cahaya. Baunya hampir sama seperti yellow wax tetapi intensitasnya rendah
Kelarutan
Tween 80 larut dalam air dan etanol (95%), namun tidak larut dalam mineral oil dan vegetable oil.
Titik leleh
45 - 52 °C
Stabilitas
Stabil terhadap elektrolit dan asam lemah dan basa lemah; saponifikasi bertahap terjadi dengan adanya asam kuat dan basa kuat. Simpan di wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, ditempat yang sejuk dan kering.
Fungsi
Surfaktan
15
Konsentrasi
1-10 %
Inkompatibilitas
Aktivitas antimikroba golongan paraben berkurang dengan adanya polysorbat. •
Alasan penambahan
Sebagai pengemulsi untuk mendapatkan sediaan emulsi yang stabil, biasa digunakan tween 80 sebagai surfaktan hidrofilik nonionik.
b. TEA Nama kimia
2,2’,2”-Nitrilotriethanol
Struktur bangun
Inkompatib BM
149,19
Rumus molekul
(C6H15NO3)
Pemerian
Trietanolamin berwarna jernih atau tidak berwarna sampai ke kuning pucat dengan viskositas seperti air dan bau seperti amonia
Kelarutan
Benzena (1 : 24) ; etil eter (1 : 63) ; larut dalam aseton, CCl4, metanol, dan air
Titik didih & leleh
335oC ; 20-21oC
Fungsi
Emulsifying agent (Emulgator)
Stabilitas
Berubah menjadi coklat akibat udara dan cahaya
Penyimpanan
Disimpan dalam wadah kedap udara yang terbebas dari cahaya, sejuk, dan kering
Inkompatibilitas
•
Dengan asam mineral membentuk kristal garam dan ester
•
Dengan garam logam berat menyebabkan diskolorasi dan presipitasi
16
•
Dengan asam lemak tinggi menjadilarut dalam air dan bersifat seperti sabun
Alasan
•
Kompatibel dengan bahan lain yang digunakan
penambahan
•
Sebagai emulsifying agent yang dapat menjadi emulgator o/w melalui reaksi penyabunan dengan asam stearat sehingga memiliki sifat juga seperti sabun yang dapat mengangkat kotoran/lemak
c. Asam Stearat Nama kimia
Octadecanoic acid
Struktur bangun
Inkompatib BM
284,47
Rumus molekul
C18H36O2
Pemerian
•
Asam stearat bermassa keras, berwarna putih tau kuning pucat, terkadang glossy
Kelarutan
Fungsi
•
Memiliki bau yang tipis dan rasa seperti lemak
•
Mudah larut dalam benzena, CCl4, kloroform, dan eter
•
Larut dalam etanol 95%, heksana, dan propilen glikol
•
Praktis tidak larut dalam air
Emulsifying agent (Emulgator)
Titik didih & leleh 383oC ; 69-70oC Stabilitas
Stabil dan dapat ditambahkan penggunaan antioksidan
Penyimpanan
Bulk material harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, sejuk, dan kering
Inkompatibilitas
•
Banyak inkompatibilitas dengan logam hidroksida
17
•
Dapat inkompatibel juga dengan basa, agen pereduksi, dan agen pengoksidasi
Alasan
•
Kompatibel dengan bahan lain yang digunakan
penambahan
•
Sebagai emulsifying agent yang dapat menjadi emulgator o/w melalui reaksi penyabunan dengan TEA sehingga memiliki sifat juga seperti sabun yang dapat mengangkat kotoran/lemak
d. Glyceryl Monostearate Nama kimia
2,3-dihydroxypropyl octadecanoate
Struktur bangun
Inkompatib BM
358.6
Rumus molekul
C21H42O4
Pemerian
Wax berwarna putih, bau dan warna rasa minyak.
Kelarutan
Larut dalam etanol panas, eter, kloroform, mineral oil, tidak larut dalam air.
Fungsi
Stiffening agent dan emolient
Titik Leleh
50-60ºC
Stabilitas
GMS meningkat dalam asam, mengalami saponifikasi npada ester dengan air.
Inkompatibilitas
Bahan bersifat asam
Alasan
Kompatibel dengan bahan lain, tidak toksik.
penambahan
Sebagai stiffening agent agar massa yang dimiliki lotion tidak cair seperti air dan memiliki viskositas seperti yang diharapkan untuk bentuk lotion
18
e. Propilen Glikol Nama kimia
Propan-1,3,4-triol
Struktur bangun
Inkompatib BM
76,09
Rumus molekul
C3H8O2
Pemerian
Cairan yang jernih, tidak berwarna, tidak berbau, kental dan higroskopis, rasanya manis.
Kelarutan
Dapat bercampur dengan air, aseton, kloroform, etanol 95%, dan gliserol. Tidak dapat bercampur dengan minyak
Fungsi
Preservative
Konsentrasi
< 15%
Penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik
Inkompatibilitas
-
Alasan
Dapat meningkatkan fungsi antimikroba dari propil paraben
penambahan
dan metil paraben
f. Vitamin E (Tokoferol) Nama kimia
4-O-(2-Hydroxyethyl)-1-O-[2,5,7,8-tetramethyl-2-(4,8,12trimethyltridecyl)-3,4-dihydrochromen-6-yl]butanedioate
Struktur bangun
Inkompatib BM
1513
19
Rumus molekul
C33O5H54(CH2CH2O)20-22
Pemerian
Cairan kental berwarna kuning pucat tidak berbau dan tidak berasa
Kelarutan
Tidak larut dalam air. Larut dalam alkohol, eter, kloroform, dan aseton
Ttitik didih
-
Titik leleh
3 °C
Stabilitas
Tidak stabil terhadap sinar UV, alkali, dan oksidasi
Fungsi
Dalam sediaan ini digunakan sebagai antioksidan
Penyimpanan
Disimpan dalam tempat yang terhindar dari sinar UV
Inkompatibilitas
Tidak kompatibel dengan zat pengoksidasi kuat
Alasan
• Kompatibel dengan bahan lain yang digunakan
penambahan
• Digunakan sebagai antioksidan untuk mencegah oksidasi pada bahan-bahan yang ada, terutama lemak
g. Na2EDTA Struktur bangun
Inkompatib BM
336,2
Pemerian
kristal putih, tidak berwarna, rasa sedikit asam.
Kelarutan
Larut dalam 11 bagian air, agak larut dalam etanol, praktis tidak larut dalam kloroform dan eter.
Fungsi
chelating agent
Konsentrasi
Sediaan topikal: 0,005-0,1%
Inkompatibilitas
Dengan oksidator kuat, ion logam, basa kuat
Alasan
Disodium EDTA digunakan sebagai chelating agent karena
penambahan
mampu membentuk khelat dengan ion logam, sehingga dapat
20
membantu mengatasi adanya logam yang mengganggu zat aktif. Disodium EDTA merupakan garamnya, dimana bentuk garamnya lebih stabil dari bentuk asamnya. Konsentrasi yang digunakan yaitu 0,1% karena masih dalam rentang konsentrasi yang diperlukan.
h. Dimetikon Nama kimia
a-(Trimethylsilyl)-o-methylpoly[oxy(dimethylsilylene)]
Struktur bangun
Inkompatib BM
162.37752
Pemerian
Cairan sedikit berwarna kuning hingga tidak berwarna
Kelarutan
Sangat larut dalam etanol. Praktis tidak larut dalam gliserin, propilen glikol, dan air.
Stabilitas
Tidak stabil terhadap cahaya dan panas
Fungsi
Antibusa
Penyimpanan
Disimpan dalam tempat yang sejuk dan kering
Inkompatibilitas
-
Alasan
• Kompatibel dengan bahan-bahan lainnya dan dapat
penambahan
digunakan
untuk
menghilangkan
busa
pada
pembuatan dengan homogenizer
i. Propil paraben Nama kimia
Propyl 4-hydroxybenzoate
Struktur bangun
Inkompatib
21
saat
BM
180,20
Rumus molekul
C10H12O3
Pemerian
Serbuk berwarna putih, kristal, tidak berbau, dan tidak berasa
Kelarutan
Mudah larut dalam aseton dan eter, 1: 1,1 dalam etanol 95%, 1: 4350 dalam air, 1: 250 dalam gliserin
Ttitik didih
2950C
Titik leleh
-
Stabilitas
Larutan pada pH 3–6 stabil (kurang dari 10% terdekomposisi) untuk sekitar 4 tahun pada suhu ruangan, sedangkan larutan pada pH 8 atau lebih cenderung lebih cepat terhidrolisis (10% atau lebih, setelah sekitar 60 hari pada suhu ruangan)
Fungsi
Antimikroba / pengawet
Penyimpanan
Dijaga pH larutan 3–6 untuk menjaga masa penyimpanan hingga 4 tahun pada suhu ruang
Inkompatibilitas
Aktivitas anti mikroba berkurang dengan penambahan surfaktanan ionik, sebagai akibat dari pembentukan misel
Alasan
• Kompatibel dengan bahan lain yang digunakan
penambahan
• Digunakan sebagai antimikroba, untuk menjaga kestabilan lipgloss selama periode penyimpanan dan penggunaan. Propil paraben memiliki kelarutan dalam minyak yang lebih baik dibandingkan dengan metil paraben
j. Metil Paraben Nama kimia
Propyl 4-hydroxybenzoate
Struktur bangun
Inkompatib BM
152,15
22
Rumus molekul
C8H8O3
Pemerian
Serbuk kristalin putih, tidak berbau atau hamper tidak berbau
Kelarutan
1 : 60 gliserin; 1 : 400 air 25 °C; tidak larut dalam paraffin liquid
Ttitik leleh
125–1280C
Fungsi
Antimikroba / pengawet
Konsentrasi
Sediaan topikal 0.02–0.3%
fungsional Penyimpanan
Dalam larutan pH 3-6 akan stabil hingga 4 tahun pada suhu kamar; dalam larutan pH 8 atau lebih akan mengalami hidrolisis yang cepat ( 10%) setelah 60 hari penyimpanan pada suhu kamar
Inkompatibilitas
Aktivitas antimicrobial menurun dengan adanya surfaktan nonionic seperti polisorbat 80. inkompatibilitas dengan minyak esensial, talk, bentonit
Alasan penambahan
• Kompatibel dengan bahan lain yang digunakan. Metil paraben memiliki aktivitas antimicrobial pada dalam suasana pH 4-8
k. BHT Nama kimia
2,6-Di-tert-butyl-4-methylphenol
Struktur bangun
Inkompatib BM
220,35
Rumus molekul
C15H24O
Pemerian
Serbuk atau padatan Kristal berwarna putih sampai kuning pucat
Kelarutan
Praktis tidak larut dalam air, gliserin, propilenglikol, larutan
23
basa hidroksida, dan larutan encer asam-asam mineral, mudah larut dalam aseton, benzene, etanol 95%, eter, methanol, toluene, minyak-minyak terfiksasi, dan paraffin Ttitik didih
2650C
Titik leleh
700C
Stabilitas
Paparan
cahaya,
kelembapan,
dan
pemanasan
akan
menyebabkan diskolorasi dan hilangnya aktivitas Fungsi
Antioksidan
Penyimpanan
Tempat yang tertutup rapat, terlindungi dari cahaya, di tempat yang sejuk dan kering
Inkompatibilitas
Dengan agen pengoksidasi kuat seperti peroksida dan permanganat. Garam besi menyebabkan diskolorisasi dan hilangnya aktivitas. Pemanasan dengan asam dengan jumlah sebagai katalisator dapat menyebabkan dekomposisi dan pelepasan gas isobutilen
Alasan
• Kompatibel dengan bahan lain yang digunakan
penambahan
• BHT sering digunakan untuk sediaan farmasi dan kosmetika untuk menghambat atau mencegah oksidasi lemak dan minyak serta mencegah hilangnya aktivitas aktivitas larut lemak, yaitu Vitamin E yang memiliki mekanisme kerja antioksidan sinergis (lebih dulu teroksidasi daripada bahan lain)
l. Paraffin liquid Nama kimia
Paraffin liquidum
Pemerian
Cairan tidak berbau dan tidak berwarna
Kelarutan
Tidak larut dalam air
Titik leleh
< 0 °C / tidak dapat ditentukan
Stabilitas
Tidak stabil terhadap cahaya dan panas
Fungsi
Emolient
Penyimpanan
Disimpan dalam tempat yang sejuk terlindung dari cahaya
24
Inkompatibilitas
-
Alasan
• Kompatibel dengan bahan-bahan lainnya dan dapat
penambahan
digunakan dalam kombinasi emolien, sehingga kerja emolien menjadi lebih maksimal
3.2 Perhitungan HLB Tabel nilai rentang HLB dan tipe emulsi Rentang HLB
Penggunaan
4-6
W/O emulsifier
7-9
Wetting Agent
8-18
O/W emulsifier
13-15
Detergents
10-18
Solubilizers
Perhitungan HLB Sediaan Fase Minyak
Konsentrasi HLB
HLB Butuh
(%) Asam Stearat
6
15
𝟔 𝑿 𝟏𝟓 = 𝟏𝟎 𝟗
Glyceryl Monostearat
3
3,8
𝟑 𝑿 𝟏𝟓 = 𝟏, 𝟐𝟔𝟕 𝟗
Total
9
11,267
3.3 Rancangan Formulasi
Bahan
Massa/unit
= 100 gram
Jumlah unit
=4
Fungsi
Parafin
Fase minyak
Liquid
(emolien)
BHT
Fase Minyak
Konsentrasi
Volume (mL) 1 unit
1 batch
8%
8% x 100 = 8
8% x 400 = 32
0,1%
0,1% x 100 = 0,1
0,1% x 400 = 0,4
(Antioksidan)
25
Vitamin E
Fase Minyak
0,5%
0,5% x 100 = 0,5
0,5% x 400 = 2
10%
10% x 100 = 10
10% x 400 = 40
6%
6% x 100 = 6
6% x 400 = 24
3%
3% x 100 = 3
3% x 400 = 12
0.02%
0,02% x 100 =
0,02% x 400 =
0,02
0,08
3%
3% x 100 = 3
3% x 400 = 12
0,18%
0,18% x 100 =
0,18% x 400 =
0,18
0,72
0,1%
0,1% x 100 = 0,1
0,1% x 400 = 0,4
2%
2% x 100 = 2
2% x 400 = 8
10%
10% x 100 = 10
10% x 400 = 40
0,1%
0,1% x 100 = 0,1
0,1% x 400 = 0,4
57%
57% x 100 = 57
57% x 400 = 228
(Antioksidan) Dimetikon
Fase Minyak (Antibusa)
Asam stearat
Fase Minyak (emulgator)
Glyceryl
Fase Minyak
Monostearate
(Emolient )
Propil
Fase Minyak
paraben
(Pengawet )
TEA
Fase Air (Emulgator)
Metil
Fase Air
paraben
(Pengawet)
Na2EDTA
Fase Air (Chelating agent)
Tween 80
Fase Air (Surfaktan)
Propilen
Fase Air
glikol
(Preservative)
fragrance
Fase Air (Pengharum)
aquadest
Fase air
3.4 Cara Kerja 1) Siapkan alat dan bahan yang digunakan 2) Panaskan air hingga suhu 70ºC 3) Siapkan bahan-bahan yang termasuk ke dalam fase air, antara lain:
Larutkan metil paraben, propilen glikol, Na2EDTA dan tween 80 dengan air panas bersuhu 70 C. Aduk hingga homogen. 26
Siapkan bahan-bahan yang temasuk ke dalam fase minyak
Lebur asam stearat, paraffin liquidum, dan GMS dalam cawan penguap di atas waterbath. Tambahkan dimetikon dan propil paraben juga ke dalam fase minyak.
4) Campur fase air ke dalam fase minyak pada gelas beaker. Gunakan homogenizer. Tambahkan larutan TEA sedikit demi sedikit ke beaker sambil diaduk. 5) Lakukan mixing dengan kecepatan bertahap dari 1000, 2000, 4000 hingga 6000 rpm. 6) Tambahkan tokoferol , BHT, dan fragrans. Aduk menggunakan homogenizer 7) Lakukan evaluasi 8) Adjust pH sediaan dengan asam stearat hingga pH berada pada rentang 4,0-5,5 9) Kemas sediaan ke dalam wadah yang telah tersedia.
27
BAB IV EVALUASI Evaluasi sediaan adalah suatu proses penilaian terhadap sediaan yang diproduksi untuk menentukan kelayakan penggunaannya. Evaluasi sediaan lotion bertujuan untuk mengetahui kualitas, keamanan, dan kelayakan sediaan tersebut untuk digunakan dan dipasarkan. Karakteristik yang menjadi ukuran kestabilan dari suatu sediaan lotion adalah viskositas, rheologi, pH, daya sebar, homogenitas, dan penampilan fisik secara organoleptis (meliputi warna, kejernihan, bau, dan sensasi rasa yang ditimbulkan oleh sediaan saat digunakan pada kulit). Semua karakteristik tersebut dievaluasi secara subjektif dan objektif selama tahap penilaian kestabilan. Evaluasi pada sediaan lotion ini pada umumnya terbagi atas 3 jenis, yaitu : a.
Evaluasi fisik
b.
Evaluasi kimia
c.
Evaluasi biologi Evaluasi yang dilakukan oleh praktikan sangatlah terbatas dikarenakan
beberapa faktor, seperti keterbatasan alat yang terdapat pada laboratorium, keterbatasan waktu, dan juga keterbatasan bahan atau hasil sediaan yang diperoleh. Berikut ini adalah hasil evaluasi dari sediaan lotion yang telah diproduksi berdasarkan metode evaluasi fisik, kimia, dan biologi.
5.1
Evaluasi Fisik
5.1.1
Uji Organoleptis Evaluasi organoleptis merupakan pengamatan menggunakan panca indera.
Pengamatan dilakukan untuk melihat nilai estetika dari milk cleanser yang diproduksi. Pengamatan organoleptis dilakukan menggunakan panca indera terhadap penampilan, bau, warna, dan tekstur setelah diaplikasikan ke permukaan kulit. Hasil yang diinginkan dari pengamatan ini adalah sediaan milk cleanser yangtidak berbau tengik, bertekstur lembut, tidak lengket, tidak berminyak saat diaplikasikan ke kulit, dan dapat membersihkan kotoran sisa make up pada kulit.
28
5.2.2
Uji Homogenitas Evaluasi terhadap homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah bahan
aktif, bahan dasar, dan bahan tambahan lain tercampur secara homogen atau tidak. Prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut : -
Letakkan sediaan di antara 2 kaca objek
-
Perhatikan adanya partikel kasar atau ketidakhomogenan di bawah cahaya
-
Hasil pengolesan diamati secara visual. Hasil yang diperoleh pada uji ini adalah tidak adanya granul granul kasat
mata yang terlihat setelah diletakkan di antara kaca objek maupun setelah pengolesan yang diamati secara visual. Hal ini membuktikan bahwa proses sediaan yang ada telah homogen.
29
5.2.3
Uji Viskositas dan Rheologi Viskositas adalah ukuran tahanan suatu cairan untuk mengalir. Makin
besar tahanan suatu zat cair untuk mengalir makin besar pula viskositasnya. Sedangkan rheologi adalah ilmu yang mempelajari sifat aliran zat cair atau deformasi zat padat. Tipe aliran sediaan semi solid dapat diketahui menggunakan viskometer Brookfield. Macam-macam sifat aliran sediaan antara lain adalah aliran plastic, pseudoplastik, dilatan, tiksotropik, rheopeksi, dan anti tiksotropik,
Produk krim dan lotion membutuhkan uji reologi untuk mengkarakterisasi dan mengontrol kualitas produk hingga akhir pemakaian. Ketika diaplikasikan ke kulit, sediaan harus mampu menyebar dengan mudah pada kulit tanpa menimbulkan rasa lengket atau berminyak. Ketika sediaan dituangkan atau ditekan dari wadahnya, sediaan tidak boleh terlalu keras atau terlalui cair sehingga langsung mengalir begitu saja seperti air. Produk kosmetik yang berbedaakan memili rheologi yang berbeda pula. Untuk lotion, sediaan memerlukan beberapa yield stress atau viskositas tinggi yang mempertahankan produk tetap berada di kulit setelah dituang dari kemasannya dan memerlukan shear thinning atau viskositas yang rendah pada high shear untuk kemudahan pengaplikasian dan penyebaran lotion pada kulit. Prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Isi wadah dengan sediaan yang akan diuji b. Pasang spindle yang sesuai, pastikan spindel tercelup sampai batas pada spindel c. Untuk menghitung viskositas, angka pembacaan hendaklah dikalikan denganfaktor yang sesuai dengan viskometer/spindle/speed yang
30
digunakan. Hindaripembacaan dibawah angka 10,0 untuk memperoleh ketelitian yang tinggi. d. Dengan merubah rpm (boleh saat motor berjalan) akan didapat viskositas pada berbagai rpm, yaitu mulai pada rpm 2, 4, 10, dan 20, kemudian dibalik mulai dari rpm 20, 10, 4, dan 2 e. Matikan motor jika ingin mengganti spindle atau sample. Disarankan untuk mengganti spindle jika pembacaan < 10,0 atau > 100,0 f. Hitung viskositas dan buatlah rheogramnya
Tabel 1 : Tabel Data Pengamatan Uji Viskositas dengan Viskometer Brookfield Spindel Kecepatan (rpm)
Dial reading (dr)
4
Faktor
Viskositas
koreksi (ր = dr x f) (f)
Shearing
Rate of
stress (F/A
shear
= dr x
(dv/dr =
7,187)
F/A x 1/ր)
2
32
1000
32000
229,984
0,007187
4
49,5
500
24750
355,7565
0,014374
10
65
200
13000
467,155
0,035935
20
78
100
7800
560,586
0,07187
20
77
100
7700
553,399
0,07187
10
61
200
12200
438,407
0,035935
4
47,5
500
23750
341,3825
0,014374
2
32
1000
32000
229,984
0,007187
31
Rheogram Sediaan Milk Cleanser Rate of shear (dv/dr = F/A x 1/ր)
0.09 0.08 0.07 0.06 0.05
0.04 0.03 0.02 0.01 0 0
100
200
300
400
500
600
Shearing stress (F/A = dr x 7,187)
rafik 1 : Rheogram Sediaan Milk Cleanser Berdasarkan rheogram terhadap sediaan milk cleanser yang telah diuji dengan viscometer Brookfield, dapat disimpulkan bahwa sediaan memiliki memiliki sifat aliran Non-Newton yang dipengaruhi waktu, yaitu aliran plastis tiksotropik. Hal ini dapat dilihat dari kurva yang terbentuk, yaitu ketika shearing stress yang sebelumnya dinaikkan, diturunkan kembali maka kurva turun akan berada di kiri kurva naik yang menandakan aliran bersifat tiksotropik dan membutuhkan yield value. Dari kurva terlihat bahwa semak in meningkat shearing stress makarate of shear juga akan meningkat. Namun, ketika rate of shear maksimal tercapai dan diturunkan, pada aliran Non-Newton, kurva turun tidak akan berimpitan dengan kurva naik dan menimbulkan suatu celah yang dikenal sebagai hysteresis loop. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan memiliki konsistensi lebih rendah pada rate of shear yang sama di kurva turun dibandingkan kurva naik. Di bawah yield value, sediaan akan bersifat sebagai bahan elastis, seperti bahan padat, yang tidak mengalir. Setelah tercapai yield value, krim baru akan mengalir. Yield value dibutuhkan untuk memutuskan ikatan antar partikel yang terflokulasi di sistem agar dapat mengalir. Pada saat stress dihilangkan atau diturunkan, struktur akan terbentuk kembali, tetapi lambat, sehingga kurva turun akan berada di sebelah kiri kurva naik.
32
Sifat alir tiksotropik ini memungkinkan sediaan mudah dikeluarkan dari wadah dan tidak mudah mengalami destabilisasi. Pada sediaan viskositas rendah, akan mudah mengalami creaming dan koalesen. Agen tiksotropik dapat meningkatkan viskositas ataupun memberi yield value. Viskositas tinggi akan mengurangi creaming yang berkaitan dengan hukum Stokes. Adanya yield value akan mencegah proses creaming karena tidak ada aliran di bawah yield value. Namun, ketika ditingkatkan shearing stress di atas yield value, viskositas akan turun sehingga mudah tersebar dan kembali ke viskositas awal setelah shearing stress dihilangkan. 5.2.4
Uji Pemisahan Fase Evaluasi terhadap pemisahan ini dilakukan karena milk cleanser yang
berbentuk lotion adalah salah satu bentuk sediaan emulsi dengan sistem o/w. Uji ini merupakan salah satu parameter kestabilan pada emulsi. Prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut : -
Sejumlah sediaan dimasukkan ke dalam alat sentrifugasi pada kecepatan 500-1000 rpm selama 30 menit
-
Diamati pemisahan fase yang terjadi
Hasil yang diperoleh dari evaluasi yang dilakukan oleh praktikan menunjukkan bahwa sistem emulsi tidak mengalami pemisahan fase sehingga dapat disimpulkan bahwa sediaan emulsi bersifat stabil dengan formulasi yang dipakai.
33
5.1.5
Uji Ukuran Globul Evaluasi terhadapukuran diameter globul dilakukan menggunakan
mikroskop optik yang memiliki penggaris yang terintegrasi ke dalam lensa. Prosedur dilakukan sebagai berikut : -
Oleskan krim secara tipis pada kaca preparat dan ditutup dengan kaca penutup
-
Amati pada mikroskop optik dengan perbesaran 10x dan 40x
Hasil uji terhadap ukuran diameter globul yang praktikan peroleh dapat dilihat pada gambar berikut :
Diameter rata-rata dapat dihitung secara tepat menggunakan rumus Edmundson, yaitu:
34
Namun, variabel yang harus ditemukan berdasarkan pengamatan cukup sulit dan terdapat keterbatasan waktu serta kemampuan pengamatan praktikan, sehingga pengukuran diameter rata-rata menggunakan rumus tersebut tidak dilakukan. Hasil pengukuran diameter globul menunjukkan bahwa ukuran globul (partikel) dari sediaan yang dibuat berkisar antara 0.1-0.5 µm. Tidak samanya ukuran globul dapat disebabkan karena penggunaan homogenizer yang tidak merata ke seluruh bagian sistem.
5.2
Evaluasi Kimia
5.2.1
Uji pH Evaluasi terhadap pH dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan milk
cleanser yang tidak mengiritasi kulit. Pengukuran pH dilakukan pada suhu 25±2oC kecuali dinyatakan lain pada masing-masing monografi. Sebelum digunakan, pH meter harus dibakukan (dikalibrasi) terlebih dahulu menggunakan larutan dapar. Pengujian terhadap pH dapat dilakukan dengan menggunakan indikator universal atau pH meter. pH sediaan disesuaikan dengan pH kulit yaitu 4,0 – 5,5. Jika terlalu asam, maka akan menyebabkan iritasi kulit. Jika terlalu basa, maka akan menyebabkan gatal-gatal dan kulit bersisik. Evaluasi terhadap pH yang praktikan lakukan adalah menggunakan indikator universal. Prosedurnya adalah sebagai berikut : -
Buatlah larutan lotion konsentrasi 10% b/v dalam pelarut aquadest dan aduk hingga homogen
-
Ukurlahmenggunakan indikator universal Hasil yang diperoleh dari evaluasi yang dilakukan oleh praktikan
menunjukkan bahwa pH sediaan berkisar antara 7-8. Pengukuran terhadap pH dilakukan secara triplo dan ketiganya menunjukkan hasil yang sama seperti terlihat pada gambar di bawah ini :
35
Hasil pH yang diperoleh tersebut dapat dipengaruhi oleh penggunaan TEA Stearat sebagai emulgator. TEA Stearat adalah emulgator yang diperoleh dari hasil penyabunan antara TEA dan asam stearat dan sudah biasa digunakan sebagai emulgator dalam kosmetik pembersih. Emulgator ini mampu menstabilkan sediaan emulsi dengan kisaran pH 7-8 karena memang sifatnya yang seperti sabun dan mampu mengangkat kotoran maupun lemak. Namun, pH ini tidak memenuhi persyaratan untuk kosmetik pembersih wajah, yaitu berkisar antara 4,5-6,5. Tingginya pH ini disebabkan karena perbandingan TEA dan asam stearat (1:2) yang masih belum tepat dan ketidakmampuan konsentrasi asam stearat yang dipakai untuk menjadi
pH
adjustment. Seharusnya dilakukan perhitungan dan optimasi formulasi mengenai perbandingan TEA dan stearat yang sesuai untuk kemudian dibuat dalam skala kecil terlebih dahulu.
36
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan Dari hasil praktikum Teknologi Sediaan Semisolid dan Liquid ini, praktikan melakukan formulasi milk cleanser dengan bahan-bahan yang telah di sebutkan di prafirmulasi. Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan, sediaan milk cleanser yang dihasilkan belum layak untuk digunakan karena walaupun memiliki estetika yang baik tetapi nilai pHnya masih terlalu tinggi.
4.2
Saran Penulis menyarankan untuk mereformulasi kembali formulasi milk cleanser yang ada pada makalah ini agar dapat diperoleh produk dengan nilai pH yang sesuai, yaitu sekitar 4,5-6,5. Selain itu, masih diperlukan lebih banyak lagi trial dan error untuk mengembangkan formulasi sediaan milk cleanser.
37
DAFTAR PUSTAKA
Baki, G. & Alexander, K. (2015). Introduction to Cosmetic Formulation and Technology. Hoboken: Wiley. Fiume, M., Heldreth, B., Bergfeld, W., Belsito, D., Hill, R., & Klaassen, C. et al. (2013). Safety Assessment of Triethanolamine and TriethanolamineContaining Ingredients as Used in Cosmetics. International Journal Of Toxicology, 32(3
Suppl),
59S-83S.
http://dx.doi.org/10.1177/1091581813488804 FormulaCare. (2010). The Leading Formulator’s Workshop for Personal Care Ingredients. Formulations_other.pdf How To Make Cleansing Milk. (2017). hubpages. Diambil pada 11 April 2017, dari https://hubpages.com/style/How-To-Make-Cleansing-Milk Long Yao, M., & C. Patel, J. (2001). Rheological Characterization Of Body Lotions. Retrieved from http://www.appliedrheology.org Wade, Ainley, Paul Je. Weller. 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed. Washington: American Pharmaceutical Assosiation
38
LAMPIRAN DESAIN KEMASAN
39
View more...
Comments