Tumbuh Dan Kembang Gigi Geligi Normal Sk2

November 12, 2018 | Author: Syifa Alfi Maziyah | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

tumbuh dan kembang gigi geligi...

Description

TUMBUH DAN KEMBANG KEMBANG GIGI GELIGI NORMAL

Inisiasi (Bud Stage) 

Perkembangan gigi pada manusia di mulai pada saat berumur enam minggu di dalam pada masa embrionik. Lapisan sel basal ini berada di atas basement membran yang mana berada diantara ektoderm dan mesoderm.



Sel pada lapisan basal dari epitel mulut berproliferasi lebih cepat dibanding sel di sekitarnya dan menghasilkan penebalan epithelium di sekitar bakal rahang atas dan bawah. Setelah memasuki minggu ke tujuh, oral epithelium tumbuh semakin ke dalam ektomesenkim sehingga menghasilkan penebalan dan membentuk vestibular lamina dan dental lamina yang menyerupai bud (disebut bud stage), proses bud stage ini menginisiasi pertumbuhan gigi geligi. Pada waktu yang bersamaan, terjadi pembengkakan atau swelling pada setiap rahang karena akan tumbuh gigi susu. (lihat 41-A)



Pada akhir dari tahap proliferasi akan terdapat 10 buds pada masing-masing arch. Kesepuluh buds tersebut selanjutnya akan membentuk gigi primitif dan jaringan di sekitarnya. Ketiadaan suatu gigi merupakan akibat dari kurangnya inisiasi dan proliferasi sel basal pada tahap bud stage. Sedangkan adanya supernumery teeth merupakan akibat dari tahap bud stage yaitu budding yang terus berkelanjutan pada organ enamel sehigga menyebabkan kelebihan jumlah gigi.

Cap Stage

Terjadi pada minggu ke sembilan hingga ke sepuluh intra uterine. Pada tahap ini, proliferasi



berlanjut namun tidak membuat bud yang telah terbentuk bertambah besar melainkan berubah bentuk akibat proliferasi yang tidak merata. Proliferasi sel berlanjut selama cap stage. Akibat pertumbuhan yang tidak seimbang pada



bagian bud yang berbeda sehingga terbentuklah cap. (lihat 41-B) Sel periperal pada cap nanti akan membentuk lapisan terluar ( outer ) dan terdalam (inner) pada epitel enamel. Bagian paling dalam dari bud akan menjadi cap atau enamel organ yang nantinya akan memproduksi enamel untuk pembentukan mahkota gigi. Perlu diperhatikan bahwa enamel organ berasal dari ektoderm sehingga enamel merupakan produk dari ektoderm. Bagian dari ektomesenkim yang menjorok ke arah cap disebut dental papilla. Selanjutnya, dental papila akan membentuk dentin dan pulpa pada gigi. Membran basal yang membatasi enamel organ dan dental papilla tetap ada dan nantinya



akan membentuk dentinoenamel junction. Bagian ektomesenkim di sekitar cap disebut dental sac atau dental follicle. Selanjutnya, dental sac akan berkembang menjadi jaringan priodontal: sementum, ligamen periodontal, dan tulang alveolar. Enamel organ, dental papilla, dan dental sac selanjutnya disebut gigi primitif (tooth germ).



Selama cap stage untuk pembentukan gigi sulung, terjadi pula pemanjangan dental lamina ke arah lingual ektomesenkim sebagai bakal gigi permanen. Struktur ini disebut sucessional dental lamina. Proliferasi yang kurang menyebabkan kegagalan perkembangan benih gigi, sedangkan proliferasi yang berlebihan menyebabkan sel menghasilkan epitelial rest. Sel-sel

ini dapat naktif dan dapat pula diaktifkan akibat adanya stimulus. Jika sel menjadi berdiferensiasi parsial maka akan memiliki fungsi sekretori untuk semua sel epitel dan terbentuk kista. Sedangkan jika sel-sel tersebut berdiferensiasi fully, maka akan memproduksi enamel dan detin sehingga menyebabkan odontoma.

Histodiferensiasi dan morfodiferensiasi (Bell Stage) 

Epitel berlanjut untuk menginvaginasi dan memperdalam sampai enamel mencapai tahap bell stage. (lihat 4-1C) Pada tahap ini, enamel organ terbagi menjadi empat lapisan: inner enamel epithelium, outer enamel epithelium, stellate reticulum, dan stratum intermedium. Pada waktu yang sama, dental papila juga terbagi menjadi dua lapisan: outer cells (peripheral) dan inner cells. Selama proses tahap ini terjadi diferensiasi sel-sel pada epitel dental papilla menjadi odontoblas dan sel-sel terdalam menjadi ameloblas. Pada tahap ini terjadi pemisahan ameloblas yang telah berdiferensiasi ke bagian badan sel dan ke sel apikal. Diferensiasi dan pembesaran the undifferentiated ectomesenchymal cells akan membentuk odontoblas untuk berdiferensiasi membentuk matriks organic dentin. Epitel enamel dalam yang berdiferensiasi membentuk ameloblas mensekresi protein enamel yang berperan dalam diferensiasi odontoblas sebelum dentin pertama terbentuk. Proses diferensiasi lebih lanjut epitel email dalam membentuk permukaan dentin yang termineralisasi sebagian dan ameloblas menjauhi dentin membentuk email tabal

Histodiferensiasi menandai akhir dari tahap proliferasi seiring dengan hilangnya kapasitas sel untuk bertambah. Gangguan pada diferensiasi sel benih gigi menyebabkan sturktur abnormal pada dentin atau enamel. Salah satu tanda klinis adalah kegagalan ameloblas untuk berdiferensiasi menyebabkan amelogenesis imperfecta.

Kegagalan odontoblas untuk berdiferensiasi menyebabkan struktur dentin abnormal dan terjadi dentinogenesis imperfecta. (7-31) Pada morfodiferensiasi stage, sel formatif disusun untuk membatasi pembentukan dan ukuran gigi. proses ini terjadi sebelum deposisi matriks. Pola morfologi gigi menjadi terbentuk saat odontoblas

epitel terdalam enamel disusun sehingga bonder antara enamel dan

membentuk

dentinoenamel

junction.

Gangguan

dan

aberasi

pada

morfodiferensiasi menyebabkan terbentuknya gigi dengan ukuran abnormal, seperti mikrodontia dan makrodontia.

 Aposisi

Pertumbuhan aposisi merupakan hasil dari deposisi lapisan sekresi ekstraseluler non-vital dalam bentuk matriks jaringan. Matriks didepositkan oleh ameloblas & odontoblas yang tersusun sepanjang bakal DEJ dan dentinocemental junction pada tahap mofodiferensiasi. Kelainan (sistemik / trauma local ) yang merusak ameloblas selama pembentukan enamel mengakibatkan enamel hipoplasia

Kalsifikasi

Kalsifikasi terjadi setelah deposisi matriks. Proses ini merupakan presipitasi garam-garam kalsium anorganik di dalam matriks yang telah terdeposisi. Proses dimulai dengan presipitasi nidus kecil dan peningkatan ukuran nidus dengan penambahan laminasi konsentris. Fusi tiap calcospherits yang membentuk lapisan matriks jaringan yang termineralisasi secara homogen. Gangguan proses kalsifikasi karena berkurangnya fusi calcospherits menyebabkan terbentuk interglobular dentin.

PROSES ERUPSI GIGI

Erupsi adalah proses pergerakan gigi, dimulai dari tempat terbentuknya gigi didalam tulang alveolar kemudian menembus gingiva hingga mencapai titik occlusal. Erupsi gigi ini akan terus berlangsung, tidak hanya sampai berkontak dengan gigi antagonisnya, tetapi juga sesudahnya. Proses erupsi ini akan berakhir bila gigi tanggal. Dari pergerakan erupsi gigi ini akan menstimulasi rahang untuk melakukan pemanjangan. Erupsi gigi ini terbagi atas tiga tahap yaitu pre-eruptive phase, prefunctional phase dan functional phase. 1. Preeruptive phase. 

Fase ini berawal saat pembentukan benih gigi hingga pembentukan mahkota gigi hingga tahap akhirnya. Fase ini berakhir pada saat pembentukan akar tahap inisiasi.



Pada tahap ini, terjadi proses pemanjangan rahang kearah posterior. Pada fase ini juga terjadi pergerakan gigi kearah oklusal.



Benih gigi terdorong kearah oklusal karena adanya peningkatan tekanan pada sisi apikal tulang rahang, dan adanya proliferasi jaringan ikat disekitar kantung gigi.

Gambar. Posisi gigi sulung dan permanen pada fase pra erupsi dan pra fungsional erupsi.

2. Prefunctional eruptive phase. 

Erupsi gigi ini juga berkaitan dengan proses awal dari perkembangan akar dan berlanjut hingga gigi muncul ke rongga mulut, fase ini disebut prefunctional eruptive.



Fase ini diawali dengan inisiasi dari pembentukan akar dan berakhir saat gigi mencapai kontak occlusal. Kemudian gigi bergerak kearah vertikal lebih cepat, disertai gerak miring dan rotasi untuk perbaikan dan menyesuaikan dengan posisi gigi yang masih mengalami pertumbuhan itu.



Faktor yang mempengaruhi pergerakan gigi kearah oklusal pada tahap in adalah adanya proliferasi jaringan ikat; yang menghasilkan tekanan disekitar kantung gigi, peningkatan permeabilitas vaskular di sekitar PDL; yang menimbulkan tekanan erupsi dan pertumbuhan pulpa; yang juga dapat menimbulkan kekuatan dorongan kearah oklusal.

3. Functional eruptive phase. 

Gigi kemudian berlanjut untuk erupsi sampai mereka berkontak bagian incisal ataupun occlusal dan mempertahankan kontaknya. Erupsi tahap ini merupakan proses yang berkelanjutan yang akan berakhir dengan pencabutan gigi. Terjadi juga pertumbuhan tulang alveolar dan pertambahan sementum, hal tersebut merupakan hasil dari pergerakan gigi selama tahap prefunctional;



Fase ini merupakan fase yang berkelanjutan yaitu selama gigi berfungsi pada rongga mulut. Pada periode akhir pembentukan akar, tinggi dari alveolar prosesus meningkat.  Alveolar plates  menyesuaikan pembentukan dari puncak apeks akar. Kanal akarpun

mengalami penyempitan untuk pematangan puncak apeks akar ini. Pembentukan akar ini akan tetap berlangsung walau keadaan gigi sudah difungsikan. Umumnya, pembentukan akar sampai tahap akhir berlangsung selama 1-1.5 tahun untuk gigi sulung dan 2-3 tahun untuk gigi permanen.



Pada saat terjadi oklusi, terjadi peningkatan pemadatan mineral dari tulang alveolar, dan benang-benang pada periodontal ligament meningkat atau mengalami proliferasi.



Nantinya, akan terjadi proses atrisi dan abrasi, yaitu terjadi pada permukaan insisal maupun occlusal, yang dapat menyebabkan gigi mengalami erupsi kembali untuk menggantikan kehilangan dari struktur gigi akibar atrisi tersebut.



Pada beberapa gigi insisif pertama sulung, gigi permanen bererupsi lebih ke lingual sehingga tidak terjadi resorpsi pada gigi sulungnya dan menyebabkan gigi sulung tertahan sehingga memebutuhkan tindakan ekstraksi.



Seharusnya letak gigi permanen tepat berada di bawah gigi sulung sehingga pada saatnya gigi permanen bereupsi, gigi sulung akan berfungsi sebagai guidance gigi permanen sehingga gigi permanen akan mendesak akar gigi sulung, menyebabkan resorpsi akar gigi sulung dan gigi sulung dapat tanggal.

Kronologi Perkembangan Gigi Geligi 

Walaupun

gigi

sulung

atau

deciduoud

teeth

akan

digantikan

oleh

gigi

permanen/succedaneous teeth pada waktunya, tetapi deciduous teeth memainkan peran penting dalam keselarasan yang tepat, jarak, dan oklusi dari gigi permanen nanti. Gigi insisivus sulung fungsional dalam mulut selama kurang lebih lima tahun, sedangkan molar sulung fungsional selama kurang lebih sembilan tahun. Oleh karena itu mereka memiliki makna fungsional yang cukup besar. Ketika geraham sulung kedua hilang sebelum waktunya, ini bisa sangat merugikan penyelarasan gigi permanen. 

Erupsi gigi sulung berakhir pada usia 3 tahun, dimana 20 gigi sulung pada anak telah erupsi lengkap. Pada usia 6 tahun, akan dimulai transisi dari gigi sulung ke gigi permanen erupsi pertama gigi molar permanen diikuti segera oleh gigi permanen insisor. Tahap urutan dan

timing erupsi gigi dapat digunakan dalam kalkulasi dental age atau umur gigi, terutama penting selama proses mixed dentition. Dental age ditentukan dari tiga karakteritik : 1. Gigi yang mana telah erupsi 2.  jumlah resorpsi akar gigi sulung 3.  jumlah perkembangan gigi permanen. 

Gigi biasanya muncul saat ¾ dari akar telah terbentuk. Dengan demikian, tanda bahwa gigi seharusnya telah muncul pada rongga mulut adalah dengan melihat perkembagan akar gigi. Secara umum, akar gigi sulung benar-benar terbentuk di hampir satu tahun setelah erupsi gigi yang masuk ke dalam mulut dan akar utuh dari gigi sulung ini berumur pendek.



Namun, akar gigi tetap sepenuhnya dibentuk membutuhkan waktu 2 hingga 3 tahun untuk terbentuk sempurna setelah erupsi dan membentuk oklusi. Akar gigi sulung kemudian mulai mengalami resorpsi pada apeks atau ditepi apeks, tergantung pada posisi benih gigi permanen berkembang.



Gigi permanen anterior cenderung membentuk arah lingual dari gigi sulung, meskipun taring bisa menjadi pengecualian. Gigi premolar akan membentuk antara akar gigi molar sulung.



Berikut kronologi perkembangan gigi geligi

Transisi gigi sulung ke gigi permanen 

Transisi dimulai dengan erupsi gigi molar permanen pertama, dan replacement/penggantian gigi insisif pertama sulung mandibula oleh gigi insisif pertama permanen mandibula.



Resorpsi lengkap akar gigi sulung memungkinkan exfoliation/tanggalnya gigi sulung dan akan digantikan oleh gigi permanen.



Resorpsi merupakan keadaan hilangnya zat atau material, baik fisiologis maupun patologis, dari suatu jaringan seperti tulang,atau dentin/sementum. Dilihat dari prosesnya, dikenal apa yang dinamakan resorpsi fisiologis dan resorpsi patologis. Tidak seperti tulang yang mengalami resorpsi dan aposisi sebagai bagian dari proses remodeling yang berkelanjutan, gigi permanen tidak mengalami resorpsi; jika gigi permanen mengalami resorpsi maka resorpsinya termasuk resorpsi patologis. Resorpsi fisiologis terjadi pada gigi sulung. Osteoklas dan osteosit adalah sel utama yang terlibat dalam proses resorpsi, di tambah sel lain misalnya makrofag dan monosit.





Dengan pertumbuhan benih gigi permanen sel odontoblast menjadi aktif, merusak tulang pemisah antara benih gigi permanen dan gigi sulungnya, kemudian terus melanjut merusak akar gigi sulungnya à resorpsi akar gigi sulung à berhadapan dengan arah tumbuh benih gigi permanen à gigi sulung goyang àtanggal fisiologis. Mix dentition terjadi dari sekitar usia 6 tahun menjadi sekitar usia 12 tahun. Sebaliknya, gigi sulung utuh fungsional dari usia 2 - 2/2 tahun dari usia 6 tahun.



Selama pertumbuhan gigi baik gigi sulung maupun gigi permanen dapat mengalami kelainan, sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, kekurangan nutrisi, penyakit dan lain-lain dan pada fase apa gangguan terjadi akan terlihat bila gigi tersebut telah erupsi. Contoh : enamel hipoplasia.

Fungsi Gigi Sulung 

Fungsi untuk mengunyah, berbicara, dan tersenyum (estetis) dengan selama tahunnya



Sebagai maintaner yang harus dipertahankan sampai waktu normal eksfoliasi gigi sulung dan erupsi gigi permanen.



Gigi molar kedua sulung sangat penting untuk dipertahankan sampai waktu normal eksfoliasi. Hal ini untuk mencegah migrasi mesial molar pertama permanen.

http://www.aapd.org/media/Policies_Guidelines/RS_DENTGrowthandDev.pdf  http://www.uic.edu/classes/orla/orla312/DeciduousDent.htm http://www.uic.edu/classes/orla/orla312/OCCREVIS.htm

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF