Tugas Gilut

September 11, 2017 | Author: Gusnella Iswardhani | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

ok...

Description

TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN GIGI DAN MULUT

Oleh : Gusnella Iswardhani, S.Ked 04101001051

Pembimbing : drg. Billy Sujatmiko, SpKG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2014

1. Klasifikasi karies gigi berdasarkan kedalamannya menurut ICDAS yaitu: D1: Dalam keadaan gigi kering, terlihat lesi putih pada permukaan gigi. D2: Dalam keadaan gigi basah, sudah terlihat adanya lesi putih pada permukaan gigi. D3: Terdapat lesi minimal pada permukaan email gigi. D4: Lesi email lebih dalam, tampak bayangan gelap dentin atau lesi sudah mencapai bagian ndentino enamel junction (DEJ). D5: Lesi telah mencapai dentin. D6: Lesi telah mencapai pulpa.

2. Bagaimana terjadinya karies dari gigi sehat? Proses terjadinya karies Proses terjadinya karies gigi ditandai dengan adanya perubahan warna putih mengkilat pada email menjadi putih buram yang disebut white spot. Faktor yang harus ada dalam proses karies gigi adalah makanan, plak, email dan waktu. Makanan yang mengandung gula (sukrosa) dengan adanya kuman dalam plak (coccus) maka berbentuk asam (H+) dan jika berlangsung terus menerus, maka lama kelamaan pH plak menjadi ± 5. Asam (H+) dengan pH ini akan masuk kedalam sub surface dan akan melarutkan kristal-kristal hidroxyapatit yang ada, lama kelamaan kalsium akan keluar dari email, proses ini disebut sub surface decalsifikasi ( Nio, 1987).

3. Persarafan gigi Inervasi pada Rahang dan Gigi Nervus sensori pada rahang dan gigi berasal dari cabang nervus cranial ke-V atau nervus trigeminal pada maksila dan mandibula. Persarafan pada daerah orofacial, selain saraf trigeminal meliputi saraf cranial lainnya, seperti saraf cranial ke-VII, ke-XI, ke-XII.

NERVUS MAKSILA Cabang maksila nervus trigeminus mempersarafi gigi-gigi pada maksila, palatum, dan gingiva di maksila. Selanjutnya cabang maksila nervus trigeminus ini akan bercabang lagi menjadi nervus alveolaris superior. Nervus alveolaris superior ini kemudian akan bercabang lagi menjadi tiga, yaitu nervus alveolaris superior anterior, nervus alveolaris superior medii, dan nervus alveolaris superior posterior. Nervus alveolaris superior anterior mempersarafi gingiva dan gigi anterior, nervus alveolaris superior medii mempersarafi gingiva dan gigi premolar serta gigi molar I bagian mesial, nervus alveolaris superior posterior mempersarafi gingiva dan gigi molar I bagian distal serta molar II dan molar III.

NERVUS MANDIBULA Cabang awal yang menuju ke mandibula adalah nervus alveolar inferior. Nervus alveolaris inferior terus berjalan melalui rongga pada mandibula di bawah akar gigi molar sampai ke tingkat foramen mental. Cabang pada gigi ini tidaklah merupakan sebuah cabang besar, tapi merupakan dua atau tiga cabang yang lebih besar yang membentuk plexus dimana cabang pada inferior ini memasuki tiap akar gigi. Selain cabang tersebut, ada juga cabang lain yang berkonstribusi pada persarafan mandibula. Nervus buccal, meskipun distribusi utamanya pada mukosa pipi, saraf ini juga memiliki cabang yang biasanya di distribusikan ke area kecil pada gingiva buccal di area molar pertama. Namun, dalam beberapa kasus, distribusi ini memanjang dari caninus sampai ke molar ketiga. Nervus lingualis, karena terletak di dasar mulut, dan memiliki cabang mukosa pada beberapa area mukosa lidah dan gingiva. Nervus mylohyoid, terkadang dapat melanjutkan perjalanannya pada permukaan bawah otot mylohyoid dan memasuki mandibula melalui foramen kecila pada kedua sisi midline. Pada

beberapa individu, nervus ini berkontribusi pada persarafan dari insisivus sentral dan ligament periodontal.

4. Definisi, Pemeriksaan objektif dan subjektif pada: a. White Spot Merupakan bercak putih pada permukaan gigi dan proses awal terjadinya karies, namun pada fase ini permukaan gigi masih utuh. Bercak

putih (white spot) timbul akibat pelepasan ion kalsium dan fosfat dari email gigi yang disebut dengan demineralisasi. Normalnya apabila white spot

terlihat permukaannya halus maka tidak aktif, sebaliknya apabila permukaannya kasar menunjukkan bahwa lesi aktif dan berkembang karena meningkatnya porusitas.

b. Karies Email Merupakan karies dini yang mengenai email gigi. Akibat dari demineralisasi lanjutan dari email gigi. Terlihat daerah gelap pada permukaan email. Terdapat 2 jenis, yaitu karies insipiens dan karies superfisialis. Karies insipiens merupakan karies yang terjadi pada permukaan email gigi (lapisan terluar dan terkaras dari gigi), dan belum terasa sakit hanya ada pewarnaan hitam atau cokelat pada email, sedangkan karies superfisialis merupakan karies yang sudah mencapai bagian dalam dari email dan kadang-kadang terasa sakit.

c. Karies Dentin 

Merupakan karies yang sudah mencapai bagian dentin (tulang gigi) atau bagian pertengahan antara permukaan gigi dan kamar pulpa.



Subjektif: gigi biasanya terasa sakit bila terkena rangsangan dingin, makanan asam dan manis.



Objektif: Terlihat mahkota sedikit keabu-abuan, kavitas coklat muda, sondase menembus email dan mencapai dentin.

d. Iritasi Pulpa  Iritasi pulpa merupakan suatu keadaan dimana lapisan enamel gigi mengalami kerusakan sampai batas dentinoenamel junction 

Subjektif : rasa ngilu sewaktu makan atau minum asam atau manis dan sikat gigi



Objektif :

-

Inspeksi : karies (+), dapat di berbagai permukaan

-

Sondasi : kedalaman superfisial, ngilu (+)

-

Perkusi : (-)

-

Palpasi : (-)



Pengobatan : penambalan atau konservasi

e. Hiperemia Pulpa  Hiperemia pulpa merupakan kelanjutan iritasi pulpa, sumber iritan berupa toksik/metabolik dari mikroorganisme yang menyebabkan kerusakan struktur dentin lalu penetrasi ke dalam pulpa. 

Subjektif : sakit atau sangat ngilu ketika ada rangsangan dari makanan dan segera akan hilang jika rangsang dihilangkan. Tidak ada riwayat sakit spontan.



Objektif :

-

Inspeksi : karies (+)

-

Sondasi : kedalaman medial, sangat ngilu dan sakit (+++) tapi segera hilang

-

Perkusi : (-)

-

Palpasi : (-)



Pengobatan : penambalan atau konservasi ditambah dengan pulpa capping menggunakan kalsium hidroksida (Ca(OH)2)

f. Pulpitis Reversible  Pulpitis reversible adalah suatu kondisi inflamasi pulpa ringan sampai sedang yang disebabkan oleh stimuli noksius, tetapi pulpa mampu kembali pada keadaan tidak terinflamasi setelah stimuli ditiadakan. Rasa sakit yang berlangsung sebentar dapat dihasilkan oleh stimuli termal pada pulpa yang mengalami inflamasi reversibel tapi rasa sakit hilang segera setelah stimuli dihilangkan.



Subjektif : rasa sakit yang tajam hanya sebentar dan hilang setelah rangsangan dihilangkan. Lebih sering diakibatkan oleh makanan dan minuman dingin daripada panas dan oleh udara dingin.



Objektif :

-

Perkusi : (-)

-

Karies mengenai dentin/karies profunda

-

Pulpa belum terbuka

-

Sondase (+)

-

Chlorethyl (+)



Pengobatan : pulpitis reversible dapat dilakukan restorasi. Ada beberapa macam restorasi yang dapat digunakan seperti amalgam, resin komposit, dan glass ionomer cement (GIC)

g. Pulpitis Ireversible  Pulpitis irreversible merupakan kelanjutan dari pulpitis reversible. Kerusakan pulpa yang parah akibat pengambilan dentin yang luas selama prosedur operatif, terganggunya aliran darah pada pulpa akibat trauma, dan pergerakan gigi dalam perawatan ortodonsi dapat menyebabkan pulpitis irreversibel. Pulpitis irreversible merupakan inflamasi yang tidak akan dapat pulih walaupun penyebabnya dihilangkan. 

Subjektif : nyeri pulpitis irreversibel dapat berupa nyeri tajam, tumpul, lokal, atau difus dan berlangsung hanya beberapa menit atau berjam-jam dan terjadi spontan yang disebabkan oleh makanan manis atau asam..



Objektif :

-

Perkusi : (-)

-

Karies mengenai dentin/karies profunda

-

Pulpa terbuka

-

Sondase (+)

-

Chlorethyl (+)



Pengobatan : pulpotomi, pulpektomi

h. Nekrose Pulpa  Nekrosis pulpa adalah kematian pulpa yang dapat diakibatkan oleh pulpitis irreversible yang tidak dirawat atau terjadi trauma yang dapat mengganggu suplai darah ke pulpa. 

Subjektif : gigi yang kelihatan normal dengan pulpa nekrotik tidak menyebabkan gejala rasa sakit. Ada diskolorasi gigi, kadang gigi mengalami perubahan warna keabu-abuan atau kecoklat-coklatan yang nyata.



Objektif : gigi dengan pulpa nekrotik tidak berekasi terhadap dingin, tes pulpa listrik, atau tes kavitas.



Pengobatan : Untuk gigi yang mempunyai akar satu diadakan perawatan akar syaraf, untuk gigi yang mempunyai akar lebih dari satu diadakan pencabutan bila ada keluhan.

i. Periodontitis  Periodontitis adalah penyakit inflamasi yang melibatkan struktur jaringan periodontal dan mengakibatkan kerusakan dari jaringan perlekatan dan terdapat perkembangan dari poket periodontal. o 

Subjektif : perdarahan gusi, perubahan warna gusi, bau mulut



Objektif : gusi akan tampak bengkak dan berwarna merah keunguan. Akan tampak endapan plak atau karang di dasar gigi disertai kantong yang melebar di gusi.



Pengobatan : skaling dan root planing, antibiotika, kumur-kumur antiseptik, bedah periodontal, dan ekstraksi gigi.

5. Apa yang dimaksud dengan Trepanasi gigi? Trepanasi merupakan suatu tindakan untuk menciptakan drainase melalui saluran akar atau melalui tulang untuk mengalirkan sekret luka serta untuk mengurangi rasa sakit. Timbulnya abses alveolar akut menandakan infeksi telah meluas dari saluran akar melalui periodontal apikalis sampai ke dalam tulang periapeks. Nanah dikelilingi oleh tulang pada apeks gigi dan tidak dapat mengalir keluar. Pada stadium ini terasa sangat nyeri terutama bila ditekan, sehingga untuk menghilangkannya perlu segera dilakukan drainase. Ada dua cara trepanasi, yaitu trepanasi saluran akar dan trepanasi didaerah apeks akar.

6. Antibiotik dan analgetik pada ibu hamil dan menyusui: FDA merekomendasikan 5 kategori obat yang memerlukan perhatian khusus terhadap kemungkinan efek terhadap janin. A. Obat yang sudah pernah diujikan pada manusia hamil dan terbukti tidak ada risiko terhadap janin dalam rahim. Obat golongan ini aman untuk dikonsumsi oleh ibu hamil. B. Obat yang sudah diujikan pada binatang dan terbukti ada atau tidak ada efek terhadap janin dalam rahim akan tetapi belum pernah terbukti pada manusia. Obat golongan ini bila diperlukan dapat diberikan pada ibu hamil. C. Obat yang pernah diujikan pada binatang atau manusia akan tetapi dengan hasil yang kurang memadai. Meskipun sudah dujikan pada binatang terbukti ada efek terhadap janin akan tetapi pada manusia belum ada bukti yang kuat. Obat golongan ini boleh diberikan pada ibu hamil apabila keuntungannya lebih besar dibanding efeknya terhadap janin.

D. Obat yang sudah dibuktikan mempunyai risiko terhadap janin manusia. Obat golongan ini tidak dianjurkan untuk dikonsumsi ibu hamil. Terpaksa diberikan apabila dipertimbangkan untuk menyelamatkan jiwa ibu. E. Obat yang sudah jelas terbukti ada risiko pada janin manusia dan kerugian dari obat ini jauh lebih besar daripada manfaatnya bila diberikan pada ibu hamil, sehingga tidak dibenarkan untuk diberikan pada ibu hamil atau yang tersangka hamil.

Pada umumnya obat anestesi lokal tidak bersifat teratogenik dan dianggap relatif aman untuk digunakan selama kehamilan. Obat anestesi lokal yang paling aman digunakan pada masa kehamilan adalah lidokain tanpa epinefrin (kategori B). Sebagian besar obat anestesi lokal yang digunakan di kedokteran gigi tergolong dalam FDA kategori B seperti lidokain, prilokain, etidokain. Mepivikain dan bupivakain (kategori C) tidak direkomendasikan sebab tidak terdapat data yang mendukung keamanannya dan terdapat kemungkinan timbulnya efek teratogenik pada fetus.

Berikut tabel obat anestesi lokal yang aman dan tidak aman digunakan pada masa kehamilan. Nama Obat 1. 2% lidokain (Xylokain) dengan 1:100000 epinefrin 2. 4% prilokain HCl dengan 1:200000 epinefrin (Citanest Forte) 3. 4% prilokain HCl tanpa epinefrin (Citanest Plain) 4. Etidokain (Duranest) 5. 0.5% bupivikain (Markain) 6. 4% septokain (Artikain) dengan 1:100000 atau 1:200000 epinefrin 7. 2% mepivikain (Karbokain) dengan 1:20000 levonordefrin (NeoCobefrin) 8. 3% mepivikain HCl (Karbokain, Polokain) 9. Prokain (Novokain, Ester)

Kategori FDA B B

B B C C

C

C C

Nama Obat Acetaminophen Aspirin Azapropazone Butalbital Butorphanol Celecoxib Codeine Colchicine Diclofenac Fentanyl Flurbiprofen Hydrocodone Hydromorphone Ibuprofen Indomethacin Ketorolac

Risiko Kehamilan B C (TM 1 & 2) D (TM 3) D D B (TM 1 & 2) D (TM 3) C C D B B B (TM 1&2) C (TM 3) B C B (TM 1&2) D (TM 3) B (TM 1&2) D (TM 3) B (TM 1&2) D (TM 3)

Meperidine

B

Methadone Morphine Nalbuphine

B B B

Naproxen

B

Nefopam Oxycodone Pentosan polysulfate Piroxicam Propoxyphene Secobarbital Tolmetin Tramadol HCL Butorphanol Codeine Fentanyl

B B B B C D C C B (TM 1&2) D (TM 3) C B

Risiko Menyusui L1 L3 L2 L3 L3 L2 L3 L4 L2 L2 L2 L3 L3 L1 L3 L2 L2; L3 L3 L3 L2 L3; L4 NR L3 L2 L2 L2 L3 L3 L3 L3 L3 L2

Meperidine

B

Methadone Morphine Propoxyphene

B B C

Keterangan:     

L1: safest L2: safer L3: moderately safe L4: possibly hazardous L5: contraindicated

L2 L3 L3 L3 L2

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF