TUGAS FILHUM 2

February 15, 2017 | Author: Aldamayo Panjaitan | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download TUGAS FILHUM 2...

Description

Tugas Filsafat Hukum Alda Mayo Panajam Panjaitan 0806341330 “Hukum Kodrat” Hukum kodrat atau dalam bahasa Inggrisnya, natural law, telah menempati tempat penting di dalam belantika etika, politik dan hukum sejak dahulu kala. Untuk beberapa pihak konsep hukum kodrat ini terlalu relijius atau bersifat supernatural, tetapi dalam zaman modern ini hukum kodrat telah menjadi senjata penting dalam ideologi politik dan hukum. Ide utama dari hukum kodrat datang dari konsep bahwa hukum-hukum positif yang ada di dunia ini berasal dan direstui oleh Tuhan atau suatu Entitas transendental yang melebihi manusia. Pikiran manusia sangat sulit untuk dibagi menjadi kotak-kotak yang rigid dan kaku, tetapi dikenal dua konsep untuk membantu membagi hal tersebut, konsep itu adalah idealisme dan positivisme. Menurut Gilbert dalam karyanya Iolanthe, semua orang lahir dengan sifat agak konservatif dan agak liberal, ini menjadi titik awal untuk seseorang untuk tunduk pada idealisme atau jalan pikiran tertentu. Idealisme adalah konsep yang membawa pemikiran ke level ekstrem dan absolut, sehingga ada idealisme yang mengejar keadilan absolut. Sedangkan positivisme lebih mengutamakan fakta-fakta observatif daripada metafisika dan tidak mencari realitas yang lebih tinggi dari manusia. Positivisme cenderung sekular, empiris dan berfokus pada sesuatu secara harafiah dan tidak berspekulasi. Pemikiran mengenai hukum kodrat berasal dari Yunani Kuno, dimana para ahli hukum dan mistik mempercayai bahwa ada suatu retribusi surgawi yang memainkan peran di dalam persoalan manusia. Plato, dengan filosofi idealisnya, memasang fondasi untuk spekulasi mengenai hukum kodrat, tetapi beliau tidak berkata apa-apa perihal hukum kodrat yang dianggap bisa mem-bypass hukum manusia. Pemikiran-pemikiran filsuf-filsuf Yunani ini kemudian dilanjutkan oleh pemikir Stoic yang dipengaruhi filosofi Romawi, yang menganggap hukum kodrat sebagai “omong-omong retoris” belaka. Dalam masa Pertengahan, pemikiran yang berkembang adalah bahwa hukum kodrat dicap spekulatif oleh Gereja Katolik. Sedangkan pada masa Renaissance, hukum kodrat yang mulai kehilangan identitas dipakai oleh Grotius sebagai batu fondasi ilmu hukum internasional yang ia rintis.

Ahli hukum kodrat bernama Hart, yang berusaha menjelaskan posisi hukum kodrat dari sudut pandang semi-sosiologis, Ia berpendapat bahwa ada beberapa aturan substantif yang harus diikuti agar manusia bisa hidup berdampingan secara damai, fakta-fakta ini menjadi inti dari doktrin hukum kodrat. Sedangkan Aristoteles berpendapat bahwa keadilan politik adalah sebagian-kodrat, yang oleh karenanya mempunyai kekuatan yang sama dan tidak terpengaruh dengan orang berpikir ini dan itu. Sedangkan Justinian mempunyai pandangan yang lebih terfokus, “The law of nature is the law which nature has taught all animals. This law is not peculiar to the human race, but belongs to all living creatures, birds, beasts and fishes. This is the source of union of male and female, which we called matrimony, as well as of the procreation and rearing of children; which things are characteristic of the whole animal creation”. Dibalik semua percobaan diatas untuk menemukan tempat bagi hukum yang lebih tinggi bisa ditarik suatu kekecewaan atas keadilan yang didasarkan pada hukum positif saja, dan adanya hasrat besar untuk menunjukkan bahwa ada nilai-nilai moral objektif yang bisa diberikan isi yang positif dan diekspresikan dalam bentuk normatif. Tapi sangat sulit untuk menghindari pemikiran bahwa apabila nilai-nilai universal tersebut bisa tercapai dan dianggap sebagai fakta, isi-isinya kemungkinan akan tidak jelas dan perlu kualifikasi lebih. Komentar Hukum yang ada di kehidupan sehari-hari kita kebanyakan hanya berbentuk hukum positif belaka, yang berupa peraturan-peraturan yang bisa kita lihat, baca dan pahami dan hukum positif tersebut mengikat masyarakat sehingga pelanggaran atasnya dapat berbuah hukuman dari pihak yang berwenang. Tetapi sesungguhnya hukum yang ada di masyarakat bukan saja hukum positif dalam bentuk KUHP, KUHPer dan sebagainya, ada pula yang dinamakan sebagai hukum kodrat, yang dalam kata lain adalah hukum yang berasal dari alam secara langsung yang mengatur keberlangsungan dan harmoni alam semesta ini. Hukum kodrat pertama kali dianggap datang dari Tuhan atau suatu Entitas khusus yang dianggap melebihi realita dan kemampuan manusia untuk memahami, dimana hukum kodrat adalah peraturan tidak tertulis yang menjamin harmoni kehidupan manusia. Meskipun begitu, terjadi suatu masalah yang cukup besar, bahwa apakah hukum kodrat ini berlawanan dengan

hukum positif yang dibuat dan dijalankan oleh manusia? Para ahli seperti dijelaskan diatas telah berpendapat banyak hal, dari pendapat yang mengatakan bahwa keadilan hanya dapat diraih apabila hukum kodrat dan hukum positif bekerja berdampingan dalam mengatur hidup manusia, sampai pendapat yang metafisik yang mengatakan bahwa hukum kodrat tidak bisa dikotakkotakkan dan menjadi sesuatu yang tangible, hukum kodrat adalah a divine law as it is, yang mengatur kehidupan makhluk hidup (tidak hanya manusia) tanpa perlu dipahami secara formal, Justinian berpendapat bahwa hukum kodrat ada di dalam insting hidup terdalam dari makhluk hidup, seperti perkawinan, seks dan berkeluarga. Sekilas teori ini mirip dengan maksim Freud yang mengatakan bahwa kodrat manusia adalah libido. Dalam pendapat saya, perdebatan mengenai hukum kodrat ini adalah suatu perdebatan yang tidak akan berujung. Sesungguhnya konsep mengenai hukum kodrat ini sangat bergantung pada konsep kepercayaan manusia. Apakah yang sesungguhnya dipercaya oleh manusia modern ini? Jika jawabannya adalah Tuhan, apakah manusia yakin Tuhan mempunyai otoritas untuk menurunkan hukum dalam bentuknya yang paling mentah, yaitu sebagai kodrat. Jika manusia telah menyadari ada kodrat yang menjadi basis kesatuan hidup di dunia ini, maka kemudian konsep ini bisa dibawa lebih jauh menjadi suatu bentuk normatif yang menjadi dasar pemikiran dan titik berangkat hukum positif. Bukan tidak mungkin hukum kodrat pada waktunya akan dikodifikasi, namun menurut saya hal itu masih terlalu kompleks dan jauh dari daya raih manusia pada saat ini.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF