TS OTH

December 29, 2018 | Author: Adipose Aurelia | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Teori sediaan tetes hidung...

Description

TEORI SEDIAAN – OTH APT OKTOBER 2011-2012 Berusaha dan Berdoa, pasti bisa!!!

Obat Tetes Hidung (OTH) Renew and rechecked by Susi I. •

DEFINISI SEDIAAN (BP 2008, 2362) 

Sediaan hidung adalah sediaan cairan, semisolid, atau padat yang ditujukan untuk penggunaan pada rongga hidung untuk memperoleh suatu efek sistemik atau lokal. Berisi satu atau lebih bahan aktif. Sediaan hidung sebisa mungkin tidak mengiritasi dan tidak memberikan efek samping terhadap fungsi mukosa hidung dan silianya. Sediaan hidung yang mengandung air biasanya isotonik dan dapat berisi eksipien, seperti untuk meng-adjust  meng- adjust   viskositas sediaan, untuk adjust   atau stabilisasi pH, untuk meningkatkan kelarutan zat aktif, atau untuk menstabilkan sediaan.



Sediaan hidung tersedia dalam kemasan dosis ganda atau dosis tunggal, diberikan jika perlu, dengan suatu alat administrasi yang dirancang untuk menghindari paparan kontaminan.



Kecuali jika dibenarkan dan diizinkan, sediaan hidung yang mengandung air disediakan dalam kemasan dosis ganda yang mengandung pengawet antimikroba yang sesuai dalam konsentrasi yang tepat, kecuali sediaan tersebut mempunyai aktivitas antimikroba yang cukup.



Beberapa kategori dari sediaan hidung dapat dibedakan sbb:



Nasal drops dan drops dan liquid nasal sprays Nasal powders/bedak powders/bedak hidung Semisolid nasal preparations/sediaan preparations/sediaan hidung semisolid Nasal washes/pencuci washes/pencuci hidung Nasal sticks

(FI III, 10) Tetes hidung adalah obat tetes yang di gunakan untuk hidung dengan cara meneteskan obat ke da lam rongga hidung; dapat mengandung zat pensuspensi, pendapar, dan pengawet.



(Repetitorium, 44) 44) Obat tetes hidung adalah larutan dalam air atau dalam pembawa minyak yang digunakan dengan jalan meneteskannya atau menyemprotkannya ke dalam lubang hidung pada daerah nasopharingeal.



(BP 2008, 2362) Tetes hidung dan larutan spray hidung adalah larutan, emulsi, atau suspensi yang bertujuan untuk digunakan untuk diteteskan atau disemprotkan ke dalam rongga hidung.

II.

TEORI UMUM

a.

FAKTOR PENTING (Benny Logawa, Buku Penuntun Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Steril, hal 9-13) 1.

Kelarutan

Data kelarutan membantu menentukan jenis sediaan yang dibuat, jenis zat aktif yang dipilih, dan tonisitas larutan (jika pembawanya air). 2.

pH stabilita

Beberapa zat aktif akan terurai pada pH larutannya sehingga pH larutan diatur sampai mencapai pH stabilita zat aktif. pH stabilita adalah pH dimana penguraian zat aktif paling minimal sehingga diharapkan kerja farmakologi optimal dengan kerja sampingan minimal tercapai. pH stabilita dicapai dengan menambahkan asam encer seperti HCl encer atau asam bikarbonat, atau basa lemah dan dapar isotonis seperti fosfat, sitrat, dan lain-lain. 3.

Stabilitas zat aktif

1

TEORI SEDIAAN – OTH APT OKTOBER 2011-2012 Berusaha dan Berdoa, pasti bisa!!!

Data ini membantu menentukan jenis sediaan, jenis bahan pembawa, metoda sterilisasi atau cara pembuatan. Zat aktif terurai karena beberapa faktor, diantaranya seperti oksigen (oksidasi), air (hidrolisa), suhu (oksidasi), karbondioksida (turunnya pH larutan), cahaya (oksidasi), pelepasan alkali wadah (naiknya pH larutan), sesepora ion logam berat sebagai katalisator reaksi oksidasi. Jika zat aktif teroksidasi oleh oksigen, setelah air suling dididihkan dialiri gas nitrogen dan ke dalam larutan ditambah antioksidan. Jika zat aktif terurai oleh air maka alternatifnya : dibuat dengan penambahan asam atau basa untuk mencapai pH stabilita atau dengan penambahan



dapar. Sebaiknya jangka waktu penyimpanan lebih diperhatikan. •

Memilih jenis pelarut dengan polaritas lebih rendah daripada air



Sediaan dibuat dalam bentuk kering

Perlu diperhatikan apakah zat aktif dapat terpengaruh akibat cahaya matahari. Sesepora ion logam berat diatasi dengan penambahan zat pengompleks. Jenis wadah pun harus diperhatikan. 4.

Tak tersatukannya zat aktif

Ditinjau secara kimia biasanya disebabkan oleh perbedaan pH stabilitas, keasaman atau kebasaan. Jika perbedaan > dari 1 skala pH disarankan agar sediaan dibuat terpisah. Secara fisika umumnya berupa campuran eutektik, kristalisasi kembali zat aktif dari larutan jenuhnya, perbedaan kelarutan (diatasi dengan mensuspensikan salah satu zat aktif ke dalam zat aktif lainnya dengan asumsi bahwa kombinasi keduanya memang dibutuhkan). Secara farmol, dapat berupa kerja antagonis atau sinergis dengan kemungkinan tercapainya efek toksik. Dua zat aktif antagonis terkadang tidak perlu dipisahkan dalam pembuatan sediaannya jika dosis keduanya terpaut jauh. Kombinasi antagonis baru dipisahkan jika dosis yang diminta sama banyak. 5.

Dosis

6.

Bahan pembantu

Kelarutan eksipien disesuaikan dengan kelarutan zat aktif. pH eksipien juga disesuaikan dengan pH stabilita zat aktif agar efek optimal.

III.

FORMULA

a.

FORMULA BAKU Bentuk Larutan

b.

Bentuk Suspensi

Zat aktif

Zat aktif

Pembawa

Pembawa

Peningkat kelarutan

Bahan pembasah

Pengawet

Bahan pensuspensi

Dapar

Koloid pelindung

Bahan pengkhelat

Bahan pengflokulasi

Bahan anti busa

Pengawet

Antioksidan

Dapar

Peningkat viskositas

Bahan pengkhelat

Pengisotonis

Bahan anti busa

CONTOH FORMULA DI BUKU 

Tetes hidung Antazolin-Nafazolin (Fornas, 29) Antazolin HCl............................... 50

mg

Nafazolin nitrat............................. 2,5 mg Aqua destilata............................... 3

mL

Pelarut campuran hingga 10 mL, terdiri dari: Klorbutanol.................................. 60 mg

2

TEORI SEDIAAN – OTH APT OKTOBER 2011-2012 Berusaha dan Berdoa, pasti bisa!!!

HPMC-200 cP............................. 140 mg NaCl............................................ 130 mg Aqua hingga................................ 10 mL 

Tetes hidung Antazolin – Fenilefrin (Fornas, 31) Antazolin HCl............................... 12,5 mg Fenilefrin HCl............................... 25 mg Natrium sulfit................................ 1,25 mg Na2HPO4....................................... 33,3 mg KH2PO4......................................... 16,7 mg NaCl......................................... ..... 25,8 mg



Metilselulosa-4000cP.................... 10

mg

Pelarut yang cocok hingga............ 10

ml

Tetes hidung Efedrin (Fornas, 118) Efedrin HCl ............................. 100 mg NaCl......................................... 50 mg Klorbutanol.............................. 50 mg Propilen glikol.......................... 500 µL Aqua destilata hingga..............



10 mL

Tetes hidung Epinefrin (Fornas, 120) Epinefrin bitartrat........................... 182 mg Klorbutanol....................................

50 mg

Natrium pirosulfit..........................

10 mg

Propilen glikol................................ 500 mg Aqua destilata hingga.................... 

10 mL

Tetes hidung Nafazolin II (Fornas, 202) Nafazolin NO3...............................

5 mg

Benzalkonium klorida...................

1 mg

NaHPO4........................................ 22 mg Na2HPO4....................................... 36 mg NaCl.............................................. 70 mg Aqua destilata hingga.................... 10 mL

Contoh-contoh dari beberapa sediaan hidung dalam perdagangan ( Ansel, 571) Nama produk Afrin Nasal Spray & Nose Drops

Pabrik Pembuat Schering

Bahan Aktif Oksimetazol HCl (0,05%)

Penggunaan/indikasi Nasal adrenergik/dekongestan

Neo-Synephrine Nose Drops

Winthrop

Fenilefrin HCl (0,125-1,0%)

Nasal adrenergik/dekongestan

Otrivin Adult Nasal Spray

Geigy

&Drops; Pediatrik Drops Privine HCl Nasal Solution

Ciba

Ximetazolin HCl (0,1%; pediatrik

Nasal

drops 0,05%)

adrenergik/dekongestan

Nafazolin HCl (0,05% dan 0,1%)

Nasal adrenergik/dekongestan

Tyzine Pediatric Nose Drops

Key

Tetrahidrozolin HCl (0,05%)

Nasal adrenergik/dekongestan

3

TEORI SEDIAAN – OTH APT OKTOBER 2011-2012 Berusaha dan Berdoa, pasti bisa!!!

DAFTAR MONOGRAFI SEDIAAN TETES TELINGA 1. FI IV Tetes hidung Oksimetazolin Hidroklorida, 638 2. BP 2008 Tetes hidung ephedrine, 2663 Tetes hidung xylometazoline, 3160 3. USP 30/NF 25 Tetes hidung Efedrin Sulfat, 2037 Tetes hidung Efinefrin, 2040 Tetes hidung Flunisolide, 2148 Tetes hidung Nafazolin Hidroklorida, 2707 Tetes hidung Oksimetazolin Hidroklorida, 2832 Tetes hidung Oksitosin, 2843 Tetes hidung Fenilefrin Hidroklorida, 2933 Tetes hidung Tetrahidrozolin Hidroklorida, 3316 Tetes hidung Xilometazolin Hidroklorida, 3848

IV.

PENJELASAN FORMULA (selengkapnya dapat di baca di KIT Pendukung  – Eksipien Obat Tetes)

BAHAN PEMBANTU 1. Cairan pembawa (FI III, 10) 

Umumnya digunakan air. Cairan pembawa sedapat mungkin mempunyai pH antara 5,5 –7,5; kapasitas dapar sedang, isotonis atau hampir isotonis.



Minyak lemak atau minyak mineral tidak boleh digunakan sebagai cairan pembawa.

Catatan (Repetitorium, 44) : a.

Bahan pembawa umumnya adalah air. Bahan pembawa minyak yang dulu digunakan untuk aksi depo sekarang tidak lagi disarankan penggunaannya karena dapat menimbulkan pneumonia lipoid jika masuk mencapai paru-paru.

b.

Sediaan OTH tidak boleh mengganggu aksi pembersih cilia epithelial pada mukosa hidung. Hidung dalam hal ini berlaku sebagai filter yang harus senantiasa bersih. Kebersihan ini dicapai dengan aktivitas cilia yang secara aktif menggerakkan lapisan tipis mucus hidung pada bagian tenggorokan.

c.

Agar aktivitas cilia epithelial tidak terganggu, maka : 

viskositas larutan harus seimbang dengan viskositas mucus hidung ( The Art of Compounding, 253). pH sekresi hidung dewasa sekitar 5,5-6,5, sedangkan anak-anak sekitar pH 5-6,7.

d.



pH sediaan sedikit asam mendekati netral.



Larutan isotonis atau larutan sedikit hipertonis.

Zat pendapar Disarankan menggunakan dapar fosfat pH 6,5 (Repetitotium, 44), atau dapar lain yang cocok pH 6,5 dan dibuat isotonis dengan NaCl (FI III, 10).

2. Zat pensuspensi (FI III, 10) Dapat digunakan sorbitan, polisorbat, atau surfaktan lain yang cocok. Kadar tidak boleh lebih dari 0,01 % b/v. 3. Pengental

4

TEORI SEDIAAN – OTH APT OKTOBER 2011-2012 Berusaha dan Berdoa, pasti bisa!!!

Untuk menghasilkan viskositas larutan yang seimbang dengan viskositas mucus hidung (agar aksi cilia tidak terganggu) sering digunakan metil selulosa 0,5 %. Larutan yang sangat encer/kental dapat menyebabkan iritasi mukosa hidung. 4. Pengawet (FI III, 10) Umumnya digunakan benzolkonium klorida 0,01-0,1 % b/v. 5. Tonisitas Iritasi mukosa hidung tidak akan terjadi jika larutan isotonis (0,9% NaCl) atau sedikit hipertonis dengan memakai NaCl atau dekstrosa. 6. Sterilitas (BP 2008, 2362) Sediaan hidung steril disiapkan menggunakan material dan metode yang dirancang untuk memastikan sterilitas dan untuk menghindari paparan kontaminan dan pertumbuhan mikroorganisme. Rekomendasi pada aspek ini berada pada teks Metode Produksi Sediaan Steril (5.1.1).

V.

METODE PEMBUATAN

1.

Cara Sterilisasi Akhir Cara sterilisasi umum dan paling banyak digunakan dalam pembuatan sediaan steril. Zat aktif harus stabil terhadap molekul air dan pada suhu sterilisasi dan sediaan disterilkan pada tahap terakhir pembuatan sediaan.

2.

Cara Aseptik Cara ini biasa digunakan pada sediaan yang mengandung zat aktif thermolabil, yang dapat mengakibatkan penguraian atau penurunan kerja farmakologi dari zat aktif. Cara aseptik bukanlah suatu metode sterilisasi (Repetitorium, 82) melainkan suatu cara kerja untuk memperoleh sediaan steril dengan mencegah kontaminasi jasad renik dalam sediaan.

Metode sterilisasi terutama ditentukan oleh sifat sediaan. Jika memungkinkan, sterilisasi dengan penyaringan melalui membran filter steril merupakan metode yang baik. Jika pemanasan tidak mempengaruhi stabilitas sediaan, sterilisasi akhir dengan otoklaf juga merupakan pilihan baik. Namun, pendaparan obat tertentu di sekitar pH fisiologis dapat menyebabkan obat bersifat thermolabil. Penyaringan dengan menggunakan penyaring bakteri adalah suatu cara yang baik untuk menghindari pemanasan, namun perlu perhatian khusus dalam pemilihan, perakitan dan penggunaan alat-alat. Sedapat mungkin digunakan penyaring steril satu kali pakai (FI IV, 13).

VI.

PROSEDUR PEMBUATAN

1. Prosedur pembuatan bahan pengental dan pensuspensi a. HPMC HPMC didispersikan dan dihidrasi dalam air sebanyak 20-30% dari jumlah air yang dibutuhkan. Lalu HPMC yang telah dihidrasi ini ditambahkan ke dalam air sambil terus diaduk dan dipanaskan pada suhu 80-90°C. Untuk mencapai volume yang diinginkan, dapat ditambahkan air dingin. b. Metilselulosa Dalam air dingin, metilselulosa akan mengembang dan berdispersi perlahan membentuk dispersi koloid yang opalesens dan kental. 2. Prosedur pembuatan LARUTAN

5

TEORI SEDIAAN – OTH APT OKTOBER 2011-2012 Berusaha dan Berdoa, pasti bisa!!!

a. Sterilisasikan semua peralatan yang akan digunakan. b. Timbang semua bahan pada kaca arloji sesuai dengan formula dan lakukan sterilisasi disesuaikan dengan monografi zat. c. Untuk pembuatan dengan metode aseptik, lakukan di bawah Laminar Air Flow : 

Larutkan masing-masing bahan, baik zat aktif maupun eksipien, di dalam pelarutnya, sesuai dengan kelarutan zat tersebut.



Masukkan semua bahan yang telah larut ke dalam gelas piala yang dilengkapi batang pengaduk, dan bilas kaca arloji dengan aquabides minimal dua kali.



Aduk homogen, lalu tuang larutan tersebut ke dalam gelas ukur dan tambahkan aquades hingga 90% volume akhir yang diinginkan.



Lakukan IPC, baru add volume akhir sesuai yang diinginkan.



Saring dengan membran filter 0,45 μm untuk bebas partikulat, dilanjutkan dengan membran filter 0,22 μm untuk menyaring bakteri.



Larutan yang telah dibebaspartikulatkan dan bebas bakteri dimasukkan ke dalam buret, lalu diisikan ke dalam botol tetes.

d. Untuk pembuatan dengan sterilisasi akhir, lakukan di ruang pencampuran: 

Larutkan masing-masing bahan, baik zat aktif maupun eksipien, di dalam pelarutnya, sesuai dengan kelarutan zat tersebut.



Masukkan semua bahan yang telah larut ke dalam gelas piala yang dilengkapi batang pengaduk, dan bilas kaca arloji dengan aquabides minimal dua kali.



Aduk homogen, lalu tuang larutan tersebut ke dalam gelas ukur dan tambahkan aquades hingga 90% volume akhir yang diinginkan.



Lakukan IPC, baru add volume akhir sesuai yang diinginkan.



Saring dengan membran filter 0,45 μm untuk bebas partikulat.



Masukkan ke dalam flakon dan ditutup dengan tutup flakon (karet), lalu diikat dengan simpul champagne, kemudian disterilkan (otoklaf).



Larutan yang telah disterilkan lalu dimasukkan ke dalam buret dan diisikan ke dalam botol tetes

e. Kemas botol dalam dos dan beri etiket luar. f. Lakukan evaluasi mutu terhadap sediaan. SUSPENSI Suspensi dengan pembawa air 1.

Suspending agent dikembangkan dalam air panas, lalu dicampur dengan wetting agent, bahan pengawet dan bahan pembantu lainnya. Sterilkan bersama dalam otoklaf.

2.  Zat berkhasiat yang telah ditimbang digerus berturut-turut dalam mortar steril dan dicampur dengan  pembawa yang telah disterilkan tadi (dalam keadaan dingin) sedikit demi s edikit sambil digerus. 3.

Suspensi ini dituang ke dalam gelas ukur yang dilengkapi batang pengaduk dan volume akhir dicapai dengan menambahkan air steril.

4.

Sambil diaduk suspensi yang sudah homogen dituang ke dalam wadah tetes mata yang telah dikalibrasi.

(NB: Contek mentah dari Metode Pembuatan Sediaan Maret 2010. Terus terang gak tahu harusnya gimana…) Penandaan pada etiket harus juga tertera ’Tidak boleh digunakan lebih dari 1 bulan setelah tutup dibuka’.

VII. PERHITUNGAN Akan dibuat sediaan tetes hidung dengan kekuatan sediaan … % dengan volume … mL/botol

Perhitungan

6

TEORI SEDIAAN – OTH APT OKTOBER 2011-2012 Berusaha dan Berdoa, pasti bisa!!!

Sediaan yang ditugaskan untuk dibuat sebanyak W botol @ ………mL ditambah keperluan evaluasi sebanyak:…..botol 1. Larutan Uji kejernihan dan warna

3 botol

Uji bahan partikulat

2 botol

Volume terpindahkan (tidak destruktif)

30 botol

Penentuan aliran dan viskositas

10 botol

Penampilan dan homogenitas

1 botol

Penetapan pH dan bobot jenis

4 botol

Identifikasi

3 botol

Penetapan kadar

3 botol

Penetapan potensi antibiotika (jika zat aktifnya antibiotika)

... botol

Uji efektivitas pengawet

5 botol

Uji sterilitas (untuk sediaan steril)

20 botol

Total

Z botol

+

 ATAU 2. Suspensi Homogenitas Distribusi ukuran partikel

1 botol

Penentuan bobot jenis Penetapan pH Volume sedimentasi

1 botol

Kemampuan redispersi

1 botol

Penetapan viskositas dan rheologi (visk Brookfield)

... botol

Volume terpindahkan (tidak destruktif)

30 botol

Identifikasi

3 botol

Penetapan kadar

3 botol

Penetapan potensi antibiotika (jika zat aktifnya antibiotika)

... botol

Uji efektivitas pengawet

5 botol

Uji sterilitas (untuk sediaan steril)

20 botol

Total

Z botol

Karena uji volume terpindahkan bersifat non destruktif sehingga dapat digunakan untuk uji evaluasi yang lain. Jadi jumlah larutan/suspensi yang diperlukan untuk evaluasi adalah Z – 30 botol = Y botol

Jadi, total sediaan yang akan dibuat adalah W botol (yang ditugaskan) + Y botol untuk evaluasi = M botol Volume tiap botol dilebihkan ....% atau mL untuk menjamin ketepatan volume sediaan setelah dituang dari botol. Persentase penambahan volume mengacu pada FI IV , hal 1044 . Volume tiap botol dilebihkan sesuai dengan kelebihan volume yang dianjurkan dalam FI IV, p. 1044 Volume yang tertera dalam

Kelebihan volume yang dianjurkan (mL)

penandaan (mL)

Untuk cairan encer

Untuk cairan kental

0,5

0,10

0,12

7

TEORI SEDIAAN – OTH APT OKTOBER 2011-2012 Berusaha dan Berdoa, pasti bisa!!!

1,0

0,10

0,15

2,0

0,15

0,25

5,0

0,30

0,50

10,0

0,50

0,70

20,0

0,60

0,90

30,0

0,80

1,20

≥ 50,0

2%

3%

Volume sediaan tiap botol = a mL + (... % atau mL x a mL) = d mL Total volume sediaan yang akan dibuat : M botol x d mL = b mL

VIII. PENIMBANGAN Formula yang akan dibuat : Tiap 5 mL mengandung : R/ Zat aktif

m mg n %

Zat tambahan 1 Dll

(untuk mudahnya, diurutkan berdasarkan formula sediaan)

No.

Bahan yang ditimbang

1.

Zat aktif (dilebihkan 5% atau sesuai

Untuk volume 5 mL

Untuk volume b mL

(m + jumlah yang dilebihkan) mg

 persyaratan monografi) 2.

Zat tambahan 1

3.

Dll

n % x 5 mL

IX.

EVALUASI SEDIAAN

a.

IPC (IN PROCESS CONTROL)

n % x b mL

Larutan 1.

Penetapan pH (FI IV , 1039-1040)

2.

Kejernihan Larutan (FI IV , 998) => Kata Bu Cici : untuk sediaan steril, bukan uji kejernihan tapi uji partikulat. Untuk uji partikulat (adanya untuk injeksi) dapat dilihat di USP atau FI iV , 981.

3.

Viskositas Larutan (Petunjuk Praktikum Farmasi Fisika 2006, 9-10)

Tujuan

Menjamin harga viskositas ruahan sesuai dengan spesifikasi dari produk yang telah ditentukan.

Alat

Viskometer Hoppler

Prinsip

Mengukur kecepatan bola jatuh melalui cairan dalam tabung pada suhu tetap

Penafsiran

Viskositas cairan dapatdihitung dengan rumus :

hasil

η = B (ρ1 – ρ2 ) t ket :

η = viskositas cairan B = konstanta bola ρ1= bobot jenis bola ρ2= bobot jenis cairan t = waktu yang dibutuhkan bola untuk menempuh jarak tertentu

Suspensi: 1.

Penetapan pH (FI IV , 1039-1040)

2.

Homogenitas (Goeswin Agus, Teknologi farmasi liquida dan semisolida, 127)

Tujuan

Menjamin ke-homogenitas-an sediaan emulsi

8

TEORI SEDIAAN – OTH APT OKTOBER 2011-2012 Berusaha dan Berdoa, pasti bisa!!!

Prinsip

Homogenitas dapat ditentukan berdasarkan jumlah partikel maupun distribusi ukuran  partikelnya dengan pengambilan sampel pada berbagai tempat menggunakan mikroskop untuk hasil yang lebih akurat atau jika sulit dilakukan atau membutuhkan waktu yg lama, homogenitas dapat ditentukan secara visual.

Penafsiran

Suspensi yang homogen akan memperlihatkan jumlah atau distribusi ukuran partikel yang

Hasil

relatif hampir sama pada berbagai tempat pengambilan sampel.

( NB: Tidak ada bukunya jadi tidak bisa dicek kebenarannya, jadi contek mentah dari TS Maret 2010)

3.

Viskositas Larutan (Petunjuk Praktikum Farmasi Fisika 2006, 13-14)

Tujuan

Menjamin harga viskositas dan sifat aliran ruahan sesuai dengan spesifikasi dari produk yang telah ditentukan.

Alat

Viskometer Brookfield

Prinsip

Pengukuran dilakukan pada beberapa kecepatan geser.

Penafsiran

Viskositas dihitung dengan mengalikan angka pembacaan dengan suatu faktor yang dapat

hasil

dikutip dari tabel yang terdapat pada brosur alat. Untuk mengetahui sifat aliran, dibuat kurva antara ppm dengan usaha yang dibutuhkan untuk memutar spindle.

b. EVALUASI FISIK 1.

Evaluasi Organoleptik

Tujuan

Menjamin organoleptik sediaan sesuai dengan spesifikasi dari produk yang telah ditentukan.

Prinsip

Mengamati penampilan sediaan dari segi bau dan warna secara makroskopis.

Penafsiran Hasil

Sediaan memenuhi syarat bila warna dan bau sesuai dengan spesifikasi sediaan.

2.

Kejernihan Larutan (FI IV , 998) (khusus larutan) => Kata Bu Cici : untuk sediaan steril, bukan uji kejernihan tapi uji partikulat. Untuk uji partikulat (adanya untuk injeksi) dapat dilihat di USP atau FI IV , 981.

3.

Penentuan Bobot Jenis (FI IV , hal 1030)

4.

Penetapan pH (FI IV , 1039-1040)

5.

Uji Volume Terpindahkan (FI IV , hal 1089)

6.

Viskositas Larutan (Petunjuk Praktikum Farmasi Fisika 2006, 9-10) (khusus larutan)

Tujuan

Menjamin harga viskositas ruahan sesuai dengan spesifikasi dari produk yang telah ditentukan.

Alat

Viskometer Hoppler

Prinsip

Mengukur kecepatan bola jatuh melalui cairan dalam tabung pada suhu tetap

Penafsiran

Viskositas cairan dapatdihitung dengan rumus :

hasil

η = B (ρ1 – ρ2 ) t ket :

η = viskositas cairan B = konstanta bola ρ1= bobot jenis bola ρ2= bobot jenis cairan t = waktu yang dibutuhkan bola untuk menempuh jarak tertentu

Viskositas Larutan (Petunjuk Praktikum Farmasi Fisika 2006, 13-14) (khusus suspensi ) Tujuan

Menjamin harga viskositas dan sifat aliran ruahan sesuai dengan spesifikasi dari produk yang telah ditentukan.

9

TEORI SEDIAAN – OTH APT OKTOBER 2011-2012 Berusaha dan Berdoa, pasti bisa!!!

Alat

Viskometer Brookfield

Prinsip

Pengukuran dilakukan pada beberapa kecepatan geser.

Penafsiran

Viskositas dihitung dengan mengalikan angka pembacaan dengan suatu faktor yang dapat

hasil

dikutip dari tabel yang terdapat pada brosur alat. Untuk mengetahui sifat aliran, dibuat kurva antara ppm dengan usaha yang dibutuhkan untuk memutar spindle.

7.

Uji Kebocoran (Goeswin Agoes, Larutan Parenteral, 191)

Tujuan

Memeriksa keutuhan kemasan untuk menjaga sterilitas dan volume serta kestabilan sediaan.

Prinsip

Untuk cairan bening tidak berwarna (a) wadah takaran tunggal yang masih panas setelah selesai disterilkan, dimasukkan ke dalam larutan metilen biru 0,1%. Jika ada wadah yang bocor maka larutan metilen biru akan masuk ke dalam karena perubahan tekanan di luar dan di dalam wadah tersebut sehingga larutan dalam wadah akan berwarna biru. Untuk cairan yang berwarna (b) lakukan dengan posisi terbalik, wadah takaran tunggal ditempatkan diatas kertas saring atau kapas. Jika terjadi kebocoran, maka kertas saring atau kapas akan basah. (c) wadah-wadah yang tidak dapat disterilkan, kebocorannya harus diperiksa dengan memasukkan wadah-wadah tersebut dalam eksikator, yang kemudian divakumkan. Jika ada kebocoran larutan akan diserap keluar. Harus dijaga agar jangan sampai larutan yang telah keluar, diisap kembali jika vakum dihilangkan.

Hasil

Sediaan memenuhi syarat jika larutan dalam wadah tidak menjadi biru (prosedur a) dan kertas saring atau kapas tidak basah (prosedur b)

(NB: contek mentah dari TS Maret 2010)

Tambahan untuk Suspensi 8.

Distribusi Ukuran Partikel (Farmasi Fisika, 430-431)

Tujuan

Menentukan distribusi ukuran partikel sediaan suspensi.

Prinsip

Menghitung frekuensi ukuran partikel dengan menggunakan mikroskop dan membuat plot antara frekuensi ukuran terhadap rentang ukuran partikel.

Penafsiran Hasil 9.

Distribusi ukuran yang baik adalah yang menghasilkan kurva distribusi normal.

Homogenitas (Goeswin Agus, Tekno farmasi liquida dan semisolida, 127)

Tujuan

Menjamin ke-homogenitas-an sediaan OTM/OTT/OTH

Prinsip

Homogenitas dapat ditentukan berdasarkan jumlah partikel maupun distribusi ukuran  partikelnya dengan pengambilan sampel pada berbagai tempat menggunakan mikroskop untuk hasil yang lebih akurat atau jika sulit dilakukan atau membutuhkan waktu yang lama, homogenitas dapat ditentukan secara visual

Penafsiran

Suspensi yang homogen akan memperlihatkan jumlah atau distribusi ukuran partikel yang

Hasil

relatif hampir sama pada berbagai tempat pengambilan sampel.

( NB: Tidak ada bukunya jadi tidak bisa dicek kebenarannya, jadi contek mentah dari TS Maret 2010)

10. Volume Sedimentasi (Disperse System Vol. II, 299) Tujuan

Melihat kestabilan suspensi yang dihasilkan.

Prinsip

Perbandingan antara volume akhir (Vu) sedimen dengan volume asal (V o) sebelum terjadi pengendapan.

10

TEORI SEDIAAN – OTH APT OKTOBER 2011-2012 Berusaha dan Berdoa, pasti bisa!!!

Penafsiran

Volume sedimentasi dapat dihitung dengan rumus:

Hasil

F = Vu/Vo x 100 Semakin besar fraksi, semakin baik suspendibilitasnya. Ketika rasio di-plot terhadap waktu, semakin horizontal slope-nya, semakin flokul suspensinya. Secara umum, volume sedimentasi berbanding langsung terhadap ukuran flok, dan laju pengendapan berbanding terbalik terhadap jumlah deflokulasi.

(NB: Itu hal e-book, kl yg TS maret hal nya 303 dan rumusnya kalo di e-book yang saya baca dalam bentuk katakata bukan rumus)

11. Kemampuan Redispersi (Disperse System Vol. II, 304) Tujuan

Mengamati kemampuan redispersi sediaan, untuk memperkirakan penerimaan pasien terhadap suatu suspensi, di mana endapan yang terbentuk harus dengan mudah didispersikan kembali dengan pengocokan sedang agar menghasilkan sistem yang homogen.

Prinsip

100 mL Suspensi yang telah tersedimentasi dimasukkan ke dalam tabung silinder, lalu dirotasikan 360° pada 20 rpm.

Penafsiran

Kemampuan redispersi baik bila dasar silinder bebas dari sedimentasi, atau suspensi telah

Hasil

terdispersi sempurna.

Prinsip

Penentuan kemampuan redispersi dilakukan dengan mengendapkan suspensi menggunakan  pengocok mekanik dalam kondisi yang terkendali kemudian diredispersikan k embali.

Penafsiran

Kemampuan redispersi baik bila suspensi telah terdispersi sempurna dengan pengocokan

Hasil

tangan maksimum 30 detik

(NB: Yang di-Italic  contek mentah dari TS Maret 2010. Tidak diketahui penafsiran itu dari mana datangnya… padahal katanya sumbernya sesuai yang di atas.)

c.

EVALUASI BIOLOGI

1.

Uji Sterilitas (FI IV , hal 855-863)

2.

Uji Efektivitas Pengawet (FI IV , 854-855) (khusus untuk formula yang menggunakan pengawet )

3.

Penetapan Potensi Antibiotik Secara Mikrobiologi (FI IV , 891-899) (untuk zat aktif antibiotik )

11

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF