Traumatologi Umum

April 16, 2017 | Author: Rendy Anwar | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Traumatologi Umum...

Description

TRAUMATOLOGI UMUM BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Trauma merupakan hal yang biasa dijumpai dalam kasus forensik. Trauma berarti kekerasan atas jaringan tubuh yang masih hidup (living tissue). Hasil dari trauma adalah luka, perdarahan, skar atau hambatan dalam fungsi organ bahkan kematian. Dokter harus mampu memberikan keterangan dari hasil melakukan berbagai pemeriksaan forensik untuk kepentingan penegakan hukum dan peradilan. Dalam membuat visum et repertum sangat penting memahami jenis-jenis luka dan cara mendeskripsikan luka. Mengetahui dengan baik bagaimana deskripsi suatu luka dapat membantu menentukan jenis penyebab trauma apakah disebabkan oleh faktor mekanik, faktor fisik, atau zat korosif. Deskripsi luka juga dapat membantu menentukan waktu terjadinya trauma atau kekerasan apakah trauma terjadi sebelum kematian ataukah sesudah kematian. Waktu terjadinya kekerasan merupakan hal yang penting bagi keperluan analisa untuk mengungkap suatu peristiwa trauma. Deskripsi luka juga dapat membantu menentukan bagaimana cara melakukan sesuatu yang mengakibatkan luka apakah luka tersebut diiris, ditusuk, ditembak senjata, ataupun dibacok. Membuat deskripsi luka perlu memperhatikan beberapa hal. Deskripsi luka harus dibuat secra objektif sehingga tidak boleh dilakukan penulisan yang bersifat interpretatif. Oleh karena itu, diperlukan suatu acuan dalam membuat deskripsi luka agar tidak ada perbedaan persepsi antara satu dokter dengan dokter lain dalam membuat deskripsi luka.

1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI 1. Defenisi Trauma Trauma merupakan suatu keadaan penetrasi benda (hidup maupun mati) yang mengenai ke target organ baik langsung maupun tidak langsung. 2. Definisi Luka Secara definisi suatu luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya cedera atau pembedahan. 3. Definisi Luka Menurut KUHP Pembagian derajat perlukaan secara tersirat diatur dalam KUHP pasal 90, 351 dan 352. Hal ini disebabkan karena tidak ada peraturan tentang perlukaan ringan dan sedang, melainkan hanya mengatur ketentuan tentang penganiayaan dan penganiayaan ringan yang diasosiasikan sebagai luka sedang dan luka ringan. Hal ini dapat dilihat dalam pasal 352 (1) KUHP yang memuat ketentuan penganiayaan ringan yaitu penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian. Pidana yang dikenakan dapat berupa pidana penjara paling lama 3 bulan atau denda Rp. 4.500,00. Menurut pasal 351 (1) KUHP penganiayaan diancam dengan penjara paling lama 2 tahun 8 bulan atau denda sebanyak Rp. 4.500,00. Sedangkan ketentuan luka berat ada dicantumkan dalam pasal 90 KUHP yaitu : jatuh sakit, atau yang menimbulkan bahaya maut, tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan pencaharian, kehilangan salah satu panca indera, mendapat cacat berat, menderita sakit lumpuh, terganggunya daya piker selama empat minggu lebih, gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.

2

Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa definisi luka menurut KUHP adalah: 1. Luka Ringan Adalah luka yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan dalam menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencahariannya.

2. Luka Sedang Adalah luka yang mengakibatkan penyakit atau halangan dalam menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencahariannya untuk sementara waktu. 3. Luka Berat Adalah luka yang sebagaimana diuraikan di dalam pasal 90 KUHP, yang terdiri atas: a. Luka atau penyakit yang tidak dapat diharapkan akan sembuh dengan sempurna. Pengertian tidak akan sembuh dengan sempurna lebih ditunjukkan pada fungsinya. Contohnya trauma pada satu mata yang menyebabkan kornea robek. Sesudah dijahit sembuh, tetapi mata tersebut tidak dapat melihat. b. Luka yang dapat mendatangkan bahaya maut. Dapat mendatangkan bahaya maut pengertiannya memiliki potensi untuk menimbulkan kematian, tetapi sesudah diobati dapat sembuh. c. Luka yang menimbulkan rintangan tetap dalam mnjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencahariannya. Luka yang dari sudut medik tidak membahayakan jiwa, dari sudut hukum dapat dikatagorikan sebagai luka berat. Contohnya trauma pada tangan kiri pemain biola atau pada wajah seorang peragawati dapat dikatagorikan luka berat jika akibatnya mereka tidak dapat lagi menjalankan pekerjaan tersebut selamanya. d. Kehilangan salah satu panca indera. Jika trauma menimbulkan kebutaan satu mata atau kehilangan pendengaran satu telinga, tidak dapat digolongkan kehilangan indera. Meskipun demikian tetap digolongkan sebagai luka berat berdasarkan butur (a) di atas. e. Cacat besar atau kudung. f. Lumpuh.

3

g. Gangguan daya pikir lebih dari 4 minggu lamanya. Gangguan daya pikir tidak harus berupa kehilangan kesadaran tetapi dapat juga berupa amnesia, disorientasi, anxietas, depresi, atau gangguan jiwa lainnya. h. Keguguran atau kematian janin seorang perempuan. Yang dimaksud dengan keguguran ialah keluarnya janin sebelum masa waktunya, yaitu tidak didahului oleh proses yang sebagaimana umumnya terjadi pada seorang wanita ketika melahirkan. Sedang kematian janin mengandung pengertian bahwa janin tidak lagi menunjukkan tanda-tanda hidup. Tidak dipersoalkan bayi keluar atau tidak dari perut ibunya.

Ada tiga hal yang menjadi ciri khas/ hasil dari trauma yaitu : 1. Adanya luka 2. Perdarahan dan atau skar 3. Hambatan dalam fungsi organ . Luka dapat dibagi berdasarkan : 1. Jenis penetrasi yang terbagi atas luka tusuk, luka insisi, luka bacok, luka memar, luka robek, luka tembak dan luka gigitan. 2. Tingkat kebersihan dari kontaminasi bakteri terbagi atas luka bersih, luka bersih yang terkontaminasi, luka terkontaminasi dan luka kotor. 3. Waktu terjadinya terbagi atas luka akut (sebelum 8 jam) dan luka kronis Deskripsi luka : 1. Lokalisasi (Letak luka terhadap garis ordinat atau aksis pada tubuh. Garis yang melalui tulang dada dan tulang belakang dipakai sebagai ordinat.) 2. Ukuran, ditentukan :  Ditentukan panjang luka  Jumlah luka  Sifat luka  Ada atau tidaknya benda asing pada luka  Luka terjadi saat masih hidup atau korban sudah mati  Menyebabkan kematian atau tidak  Cara terjadinya luka : bunuh diri, kecelakaan dan pembunuhan

4

Klasifikasi Trauma berdasarkan penyebab luka  Luka akibat kekerasan mekanis:  Luka akibat kekerasan oleh benda tumpul  Luka akibat kekerasan oleh benda tajam  Luka akibat kekerasan oleh tembakan senjata api  Luka akibat kekerasan fisis:  Luka akibat kekerasan oleh suhu tinggi atau rendah  Luka akibat kekerasan auditorik  Luka akibat kekerasan oleh arus listrik dan petir  Luka akibat kekerasan radiasi  Luka akibat kekerasan kimiawi:  Luka akibat kekerasan oleh asam kuat  Luka akibat kekerasan oleh basa kuat  Intoksikasi

Luka akibat kekerasan Mekanik (Trauma Mekanik) 1. TRAUMA TUMPUL :

Benda yang permukaannya tidak mampu utk mengiris Dua variasi utama dalam trauma tumpul adalah: - Benda tumpul yang bergerak pada korban yang diam - Korban yang bergerak pada benda tumpul yang diam Sifat luka akibat persentuhan dengan permukaan tumpul : 1. Memar (kontusio, hematom) 2. Luka Lecet - Luka Lecet Tekan - Luka Lecet Geser 3. Luka Robek 4. Patah tulang

Gambar Trauma Tumpul :

5

a. Luka memar  diskontinuitas pembuluh darah & jaringan dibawah kulit tanpa rusaknya jaringan kulit Teraba menonjol  pengumpulan darah di jaringan sekitar pembuluh darah rusak Bentuk luka  Menyerupai benda yang mengenai b. Luka Lecet  tjd pd epidermis – gesekan dgn benda yang permukaannya kasar Luka Lecet Tekan  arah kekerasan tegak lurus pd permukaan tubuh, epidermis yang tertekan akan mencekung kedalam Luka Lecet Geser  arah kekerasan miring/membentuk sudut  epidermis terdorong & terkumpul pd tmpt akhir gerak benda tersebut Luka Lecet Regang  diskontinuitas epidermis akibat peregangan yang letaknya sesuai dengan garis kulit c. Luka robek  terjadi pada epidermis/jaringan dibawahnya akibat kekerasan yang mengenainya melebihi elastisitas kulit/jaringan Syarat : kekuatan peregangan > elastisitas kulit d. Patah tulang o Bentuk : bergantung pada sifat benda penyebab o Perubahan berdasarkan waktu o Dampak patofisiologi : perdarahan, disfungsi, kerusakan jaringan sekitar, emboli lemak dan sumsum tulang

2. TRAUMA TAJAM :

Benda tajam: benda yg permukaannya mampu mengiris shg kontinuitas jaringan hilang - Luka iris  dalam luka < panjang irisan luka arah trauma sejajar permukaan kulit - Luka tusuk  dalam luka > panjang luka arah trauma tegak lurus permukaan kulit - Luka bacok  dalam ± = panjang luka arah trauma ± 45° dari permukaan kulit dan tergantung beratnya benda yang di pakai. Ciri-ciri luka karena benda tajam :  Tepinya rata  Sudut luka tajam  Tidak ada jembatan jaringan  Sekitar luka bersih tidak ada memar  Bila lokasinya pada kepala maka rambutnya terpotong

6

Luka iris

Luka tusuk Luka akibat kekerasan benda tajam dapat berupa : 1. Luka iris atau sayat (panjang > dalam) 2. Luka Tusuk (dalam > panjang > lebar) ada beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk luka tusuk seperti reaksi korban atau saat pisau keluar sehingga lukanya menjadi tidak khas adapun pola yang sering ditemukan yaitu : a. Tusukan masuk, yang kemudian dikeluarkan sebagian, dan kemudian ditusukkan kembali melalui saluran yang berbeda b. Tusukan masuk kemudian dikeluarkan dengan mengarahkan ke salah satu sudut, sehingga luka yang terbentuk lebih lebar dan memberikan luka pada permukaan kulit seperti ekor. c. Tusukan masuk kemudian saat masih di dalam ditusukkan ke arah lain, sehingga saluran luka menjadi lebih luas d. Tusukan masuk yang kemudian dikeluarkan dengan mengggunakan titik terdalam sebagai landasan, sehingga saluran luka sempit pada titik terdalam dan terlebar pada bagian superfisial e. Tusukan diputar saat masuk, keluar, maupun keduanya. Sudut luka berbentuk ireguler dan besar. 3. Luka Bacok (panjang = dalam) luka ini tergantung dua faktor yaitu : a. Jenis senjata biasanya senjata yang digunakan sedikit tajam/ tajam dan relatif berat seperti 7

kapak atau parang. b. Tenaga yang digunakan biasanya lebih besar dari luka tusuk atau luka iris.

Tabel. Perbedaan luka pada trauma tajam dan trauma tumpul Pembeda Tajam Tumpul bentuk luka

Teratur

tidak

Tepi

Rata

tidak rata

jembatan jar

tidak ada

ada/tidak

folikel rambut terpotong

ya/tidak

tidak

dasar luka

garis/titik

tidak teratur

sekitar luka

Bersih

Bisa lecet/memar

Tabel. Perbedaan hematom (luka memar) dan lebam mayat HEMATOM LEBAM MAYAT Kejadian intravital Kejadian post mortem Terdapat pembengkakan Pembengkakan (-) Darah tidak mengalir Darah akan mengalir keluar dari pembuluh darah yang tersayat Penampang sayatan nampak merah Jika dialiri air penampang sayatan kehitaman nampak bersih Tabel. Ciri-ciri luka akibat kekerasan atau kecelakaan Pembeda Pembunuhan Sembarang Lokasi luka Banyak  luka Terkena Pakaian (+) Luka tangkisan (-) Luka percobaan Cedera Sekunder Mungkin ada

benda tajam pada kasus pembunuhan, bunuh diri Bunuh Diri Terpilih Banyak Tidak (-) (+) (-)

Kecelakaan Terpapar >1 Terkena (-) (-) Mungkin ada

8

3.

LUKA TEMBAK

MEKANISME LUKA TEMBAK Pada luka tembak terjadi efek perlambatan yang disebabkan pada trauma mekanik seperti pukulan, tusukan, atau tendangan, hal ini terjadi akibat adanya transfer energi dari luar menuju jaringan. Kerusakan yang terjadi pada jaringan tergantung pada absorpsi energi kinetiknya, yang juga akan menghamburkan panas, suara serta gangguan mekanik yang lainya. 3,4 Energi kinetik ini akan mengakibatkan daya dorong peluru ke suatu jaringan sehingga terjadi laserasi, kerusakan sekunder terjadi bila terdapat ruptur pembuluh darah atau struktur lainnya dan terjadi luka yang sedikit lebih besar dari diameter peluru. Jika kecepatan melebihi kecepatan udara, lintasan dari peluru yang menembus jaringan akan terjadi gelombang tekanan yang mengkompresi jika terjadi pada jaringan seperti otak, hati ataupun otot akan mengakibatkan kerusakan dengan adanya zona-zona disekitar luka.4 Dengan adanya lesatan peluru dengan kecepatan tinggi akan membentuk rongga disebabkan gerakan sentrifugal pada peluru sampai keluar dari jaringan dan diameter rongga ini lebih besar dari diameter peluru, dan rongga ini akan mengecil sesaat setelah peluru berhenti, dengan ukuran luka tetap sama. Organ dengan konsistensi yang padat tingkat kerusakan lebih tinggi daripada organ berongga. Efek luka juga berhubungan dengan gaya gravitasi. Pada pemeriksaan harus dipikirkan adanya kerusakan sekunder seperti infark atau infeksi.

KLASIFIKASI LUKA TEMBAK

1.

Luka Tembak Masuk:  luka tembak tempel  luka tembak jarak dekat  luka tembak jarak jauh 2. Luka Tembak Keluar (luka tembus)

9

Tabel. Perbedaan luka tembak masuk dan keluar Luka tembak masuk Luka tembak keluar Ukurannya kecil (berupa satu Ukurannya lebih besar dan lebih tidak titik/stelata/bintang), karena peluru teratur dibandingkan luka tembak menembus kulit seperti bor dengan masuk, karena kecepatan peluru kecepatan tinggi berkurang hingga menyebabkan robekan jaringan. Pinggiran luka melekuk kearah dalam Pinggiran luka melekuk keluar karena karena peluru menmebus kulit dari peluru menuju keluar. luar Pinggiran luka mengalami abrasi Pinggiran luka tidak mengalami abrasi. Bisa tampak kelim lemak. Tidak terdapat kelim lemak Pakaian masuk kedalam luka, dibawa Tidak ada oleh peluru yang masuk. Pada luka bisa tampak hitam, Tidak ada terbakar, kelim tato atau jelaga. Pada tulang tengkorak, pinggiran luka Tampak seperti gambaran mirip bagus bentuknya. kerucut Bisa tampak berwarna merah terang Tidak ada akibat adanya zat karbon monoksida. Disekitar luka tampak kelim ekimosis. Tidak ada Luka tembak masuk Luka tembak keluar Perdarahan hanya sedikit. Perdarahan lebih banyak Pemeriksaan radiologi atau analisis Tidak ada aktivitas netron mengungkapkan adanya lingkaran timah / zat besi di sekitar luka. Faktor-faktor yang mempengaruhi cedera akibat senjata api :  Jenis peluru  Kecepatan peluru  Jarak antara senjata api dengan tubuh korban saat penembakan  Densitas jaringan tubuh dimana peluru masuk Jarak antara senjata api dengan tubuh korban saat penembakan 1. Jika senjata ditembakkan pada jarak yang sangat dekat atau menempel dengan kulit :  Jaringan subkutan 5 sampai 7,5 cm disekitar luka tembak masuk mengalami laserasi  Kulit disekitar luka terbakar atau hitam karena asap. Kelim tato terjadi karena bubuk mesiu senjata yang tidak terbakar.  Rambut di sekitar luka hangus.  Pakaian yang menutupi luka terbakar karena percikan api dari senjata.  Walaupun jarang bisa ditemukan bercak berwarna abu-abu atau putih di sekitar luka. Hal ini terjadi jika bubuk mesiu tidak berasap dan tidak terdapat bagian kehitaman pada kulit. 2. Tembakan jarak dekat  Jaraknya adalah 30-45 cm dari kulit.  Ukuran luka lebih kecil dibandingkan peluru 10

 Warna hitam dan kelim tato lebih luar disekitar luka  Tidak ada luka bakar atau kulit yang hangus. 3. Tembakan jarak jauh  Jaraknya adalah di atas 45 cm.  Ukuran luka jauh lebih kecil dibandingkan peluru.  Kehitaman atau kelim tato tidak ada  Bisa tampak kelim lecet. Jika peluru menyebabkan gesekan pada lubang tempat masuk dan menyebabkan lecet, maka di sebut kelim lecet.

Deskripsi Luka Tembak 1. Lokasi  jarak dari puncak kepala atau telapak kaki serta ke kanan dan kiri garis pertengahan tubuh  lokasi secara umum terhadap bagian tubuh 2. Deskripsi luka luar  ukuran dan bentuk  lingkaran abrasi, tebal dan pusatnya  luka bakar  lipatan kulit, utuh atau tidak  tekanan ujung senjata 3. Residu tembakan yang terlihat  grains powder  deposit bubuk hitam, termasuk korona  tattoo  metal stippling 4. Perubahan  oleh tenaga medis  oleh bagian pemakaman 5. Track  penetrasi organ  arah  kerusakan sekunder  kerusakan organ individu 11

6.

7.

8. 9.

Penyembuhan luka tembakan  titik penyembuhan  tipe misil  tanda identifikasi  susunan Luka keluar  lokasi  karakteristik Penyembuhan fragmen luka tembak Pengambilan jaringan untuk menguji residu.

Kepentingan medikolegal deskripsi yang adekuat dari luka senjata api bergantung pada besarnya potensi seorang korban meninggal. jika korban masih hidup, deskripsi singkat dan tidak terlalu detail. dokter mempunyai tanggung jawab yang utama untuk memberikan penatalaksanaan gawat darurat. membersihkan luka, membuka dan mengeksplorasi, debridement dan menutupnya, kemudian membalut adalah bagian penting dari merawat pasien bagi dokter. penggambaran luka secara detail akan dilakukan nanti, setelah semua kondisi gawat darurat dapat disingkirkan. oleh karena singkatnya waktu yang dimiliki untuk mempelajari medikolegal, seringkali dokter merasa tidak mempunyai kewajiban untuk mendeskripskan luka secara detail. deskripsi luka yang minimal untuk pasien hidup terdiri dari : lokasi luka, ukuran dan bentuk defek, lingkaran abrasi, lipatan kulit yang utuh dan robek, bubuk hitam sisa tembakan (jika ada), tato (jika ada), dan bagian yang ditembus/dilewati.1,3,4 penatalaksanaan luka, termasuk debridement, penjahitan, pengguntingan rambut, pembalutan, drainase, dan operasi perluasan luka. Pada korban mati, tidak ada tuntutan dalam mengatasi gawat darurat. meskipun demikian, tubuhnya dapat saja sudah mengalami perubahan akibat penanganan gawat darurat dari pihak lain. sebagai tambahan, tubuh bisa berubah akibat perlakuan orang-orang yang mempersiapkan tubuhnya untuk dikirimkan kepada pihak yang bertanggung jawab untuk menerimanya. di lain pihak, tubuh mungkin sudah dibersihkan, bahkan sudah disiapkan untuk penguburan, luka sudah ditutup dengan lilin atau material lain. penting untuk mengetahui siapa dan apa yang telah dikerjakannya terhadap tubuh korban, untuk mengetahui gambaran luka. a. Jarak tembakan efek gas, bubuk mesiu, dan anak peluru terhadap target dapat digunakan dalam keilmuan forensik untuk memperkirakan jarak target dari tembakan dilepaskan. perkiraan tersebut memiliki kepentingan sebagai berikut : untuk membuktikan atau menyangkal tuntutan; untuk menyatakan atau menyingkirkan kemungkinan bunuh diri; membantu menilai ciri alami luka akibat kecelakaan. meski kisaran jarak tembak tidak dapat dinilai dengan ketajaman absolut, luka tembak dapat diklasifikasikan sebagai luka tembak jarak dekat, sedang, dan jauh. 1,3,4 b. Arah tembakan luka tembak yang tepat akan membentuk lubang yang sirkuler serta perubahan warna pada kulit, jika sudut penembakan olique akan mengakibatkan luka tembak berbentuk ellips, panjang luka dihubungkan dengan pengurangan sudut tembak. senapan akan memproduksi lebih sedikit kotoran, kecuali jika jarak dekat. petunjuk ini berguna untuk pembanding dengan shotgun. luka tembak yang disebabkan shotgun dengan sudut olique akan membentuk luka 12

seperti anak tangga. jaringan juga berperan serta dalam perubahan gambaran luka karena adanya kontraksi otot.

Luka Akinat Trauma Fisik Kontak dengan panas yang berlebihan ataupun dingin dapat menghasilkan kematian. Hipotermia merupakan suhu\dingin yang berlebihan;hipertermia adalah panas yang berlebihan. Kedua kondisi tersebut dapat menyebabkan kematian melalui kerusakan pada mekanisme normal yang menjaga suhu tubuh sekitar 37 derajat celcius. Dalam kedua jenis kematian, beberapa tanda-tanda nyata dapat ditemukan pada autopsi untuk memberikan diagnosis pasti yang menyebabkan kematian. Ketidaadaan permintaan diagnosis pada penyebab lain kematian pasangan dengan riwayat terpapar pada lingkungan baik hipertemia maupun pada hipotermia diharapkan. Kematian akibat hipotermia umumnya terjadi pada individu yang mabuk alkohol dan terkena suhu dingin. Suhu udara hanya 5 derajat celcius (41 derajat Fahrenheit) telah dilaporkan menyebabkan kematian akibat hipotermia. Keracunan alkohol mengurangi respon terhadap dingin dengan meningkatkan hilangnya panas tubuh karena dilatasi pembuluh darah di permukaan tubuh. Kematian akibat hipertermia umumnya terjadi pada orang tua di kota-kota utara dan pada bayi tertinggal di parkir mobil akibat gelombang panas. Kemampuan untuk mempertahankan homeostasis menurun pada usia lanjut. Pemanasan dilakukan pada hipotermia dan kematian sering tidak terlihat di populasi orang usia lanjut, meskipun kelompok ini adalah rentan. Namun, di negara-negara utara, unit dweling tua sering kekurangan AC, dan gelombang panas sering dikaitkan dengan sejumlah besar kematian orang tua. Anak kecil yang yang berada di mobil yang tertutup sangat rentan terhadap hipertermia. Suhu di dalam sebuah mobil di bawah sinar matahari dapat melebihi 60 derajat celcius (140 derajat Fahrenheit) dan dapat berakibat fatal pada 10 menit. Luka bakar termal disebabkan oleh hipertermia lokal. Secara umum, suhu di atas 65 derajat celcius (150 derajat Fahrenheit) akan menghasilkan luka bakar termal pada kontak langsung dengan obyek selama beberapa menit. Kematian akibat panas terjadi dalam berbagai situasi, dari paparan cairan panas untuk luka bakar maupun dari hidrokarbon. Kematian akibat luka bakar biasanya tidak langsung terjadi dan timbul dari komplikasi setelah perawatan medis. Mekanisme kematian umumnya kegagalan organ multipel. Berikut jenis-jenis dari trauma kimia: 1. Dry Heat (Burn Heat / Luka Bakar) Dry heat (burn heat / luka bakar) adalah luka bakar yang diakibatkan oleh persentuhan tubuh dengan api atau benda panas (bukan cairan). Ada 2 reaksi dari tubuh korban : 1. Reaksi lokal 2. Reaksi umum Ada 4 reaksi lokal dari tubuh korban :  Eritem dengan ciri-ciri : epidermis intak, kemerahan, sembuh tanpa meninggalkan sikatriks. 13

 

Vesikel, bulla & bleps dengan albumin atau NaCl tinggi. Necrosis coagulativa dengan ciri-ciri : warna coklat gelap hitam dan sembuh dengan meninggalkan sikatriks (litteken).  Karbonisasi (sudah menjadi arang). Derajat luka bakar : Luka akibat suhu tinggi (luka bakar)  Luka bakar derajat 1 (superficial burn) Derajat ini hanya meliputi bagian luar dari kulit. Kemerahan pada kulit ( Erythema ), terjadi pembengkakan hanya pada lapisan atas kulit ari ( Stratum Corneum ), terasa sakit, merah dan bengkak. Pada derajat ini tidak ditemukan adanya lepuh (bula). Luka bakar derajat satu merupakan yang paling sering terjadi. Luka ini akan sembuh dengan sendirinya tanpa menimbulkan bekas dalam waktu dua hingga lima hari

Luka bakar derajat I  Luka bakar derajat 2 (partial thickness burn) Kerusakan yang terjadi lebih dalam daripada derajat satu. Melepuh ( Bullosa ) pembengkakan sampai pada lapisan kulit ari, terdapat gelembung berisicairan kuning bersih. Didapatkan rasa nyeri yang hebat. Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terlihat lebih tinggi daripada permukaan kulit normal. Luka bakar derajat ini dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu derajat dua dangkal (superfisial) dan derajat dua dalam (deep)

14

Luka bakar derajat II  Luka bakar derajat 3 (full thickness burn) Kerusakan yang terjadi lebih dalam lagi daripada derajat dua. Luka bakar sampai pada lapisan kulit jangat, luka tampak hitam keputuh – putihan ( Escarotica ) Tidak dijumpai adanaya lepuh. Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Tidak didapatkan rasa nyeri, karena ujung-ujung saraf sudah mengalami kerusakan bahkan kematian.

Luka bakar derajat III

15

 Luka bakar derajat 4 (hitam bagai arang, nekrotik) Luka bakar sudah sampai pada jaringan ikat atau lebih dari kulit ari dan kulit jangat sudah terbakar

Ada 3 reaksi umum dari tubuh korban : 1. Heat exhaustion Ada 8 gejala heat exhaustion : 1. Badan panas 2. Pusing 3. Pucat 4. Berkeringat 5. Otot lemah 6. Suhu tubuh turun 7. Nadi irreguler 8. Kolaps sirkuler Ada 3 hal yg dapat ditemukan pd autopsi sebagai tanda adanya reaksi heat exhaustion : 1. Arteriosklerosis arteri coronaria. 2. Darah berwarna gelap di jantung. 3. Organ dalam mengalami kongesti.

2. Heat stroke / sun stroke / pingsan panas Heat stroke / sun stroke / pingsan panas diakibatkan oleh terjadinya paralisis centrum di medulla. Keadaan ini dapat terjadi pada udara yang panas (1000 Fahrenheit) dan lembab serta telah berlangsung beberapa hari. Ada 6 gejala heat stroke / sun stroke / pingsan panas : 1. Badan panas 2. Pusing 3. Sakit kepala 16

4. Nadi cepat & penuh 5. Kolaps sirkuler 6. Shock sampai beresiko mati dengan tubuh kemerahan Ada 6 hal pada autopsi tanda adanya reaksi heat stroke : 1. Darah berwarna merah gelap. 2. Organ mengalami kongesti. 3. Perdarahan otak, epicardium, endocardium atau bundle of his. 4. Degenerasi sel-sel ganglion. 5. Kongesti (edem berat). 6. Perdarahan kecil pada ventrikel III & IV. 3. Heat cramp Heat cramp dapat terjadi pada individu yang bekerja dalam ruangan yang bersuhu tinggi. Kita dapat melakukan terapi terhadap reaksi heat cramp dengan menggunakan campuran air & garam atau larutan PZ IV bila korban mengalami konvulsi. Ada 5 gejala umum dry heat (burn heat / luka bakar), yaitu :  Nyeri yang sangat hebat  shock dan kematian.  Pugillistic attitude / coitus attitude berupa ekstremitas fleksi, kulit menjadi arang & mengelupas. Ekstremitas fleksi akibat koagulasi protein. Ekstremitas fleksi tidak sampai menimbulkan rigor mortis.  Otot merah gelap, kering, berkontraksi dan jari-jari mencengkeram.  Bukan tanda intravital.  Fraktur tengkorak  pseudoepidural hematom (bedakan dengan epidural hematom). Pseudoepidural Hematom: Warna bekuan darah coklat. Konsistensi rapuh. Bentuk otak mengkerut seluruhnya. Garis patah tidak menentu. Epidural Hematom: Warna bekuan darah hitam. Konsistensi kenyal. Bentuk otak cekung sesuai dengan bekuan darah. Garis patah melewati sulcus arteria meningea. Penyebab kematian pada kasus dry heat ada 3 kategori, yaitu :   

Cepat : shock primer (neurogenis) & asfiksia Sedang : shock dehidrasi Lambat : shock dehidrasi, acute renal failure, infeksi & sepsis, ulcus curling, autointoksikasi, dan pneumonia hipostatik.

Luas dry heat (burn heat / luka bakar) dapat kita tentukan dengan menggunakan RULE OF NINE, yaitu :  9% : permukaan kepala & leher; dada; punggung; perut; pinggang; ekstremitas atas kanan; ekstremitas atas kiri.  18% : permukaan ekstremitas bawah kanan; ekstremitas bawah kiri.  1% : permukaan alat kelamin. Tingkat II yaitu luas dry heat 30%  membahayakan jiwa. 17

Kematian karena gas karbon monoksida (CO) :  Biasanya terjadi pada kebakaran gedung besar.  Biasanya dry heat (burn heat / luka bakar) hanya sedikit.  Ada jelaga pada lubang hidung.  Saluran napas terdapat jelaga atau lendir; mukosa edema & kemerahan.  Lebam mayat yang berwarna merah cherry akibat terbentuknya senyawa HbCO (hemoglobin tereduksi).  Diagnosis pasti dapat kita tentukan dengan melakukan pemeriksaan saturasi, yaitu lebih 10%. Gas karbon monoksida (CO) 210 kali lebih kuat dari gas oksidan (O2) dalam mengikat hemoglobin. Pemeriksaan Kematian Pada Korban Luka Bakar  Pemeriksaan TKP Tujuan : a. Menentukan korban masih hidup/sudah meninggal b. Menentukan perkiraan saat kematian c. Menentukan sebab/akibat dari luka bakar d. Membantu mengumpulkan barang bukti e. Menentukan cara kematian  Menentukan apakah korban masih hidup/sudah meninggal  alat yang digunakan stetoskop dan senter 

Menentukan perkiraan saat kematian, data yang diperlukan : 1. penurunan suhu tubuh 2. lebam mayat 3. kaku mayat 4. tanda-tanda pembusukan 5. umur larva pada jenazah yang sudah membusuk Pada luka bakar yang dalam dan total, terdapat kesukaran memperoleh data pada : Sikap puguilistik pada luka bakar total Lebam mayat sulit ditentukan pada korban yang hangus terbakar  Perlu diketahui jam ditemukan korban meninggal dan jam terakhir korban terlihat hidup



Menentukan sebab/akibat dari luka bakar : 1. Luka bakar oleh cairan (scalds) - Derajat I : berupa kemerahan (hiperemia) - Derajat II : berupa gelembung berair (vesikula)  disebabkan : siraman air panas, cipratan minyak panas 2. Luka bakar panas (dry heat)  Dapat disebabkan : tersentuh botol panas, terjilat nyala api, pakaian korban yang terbakar, kejadian kebakaran besar

 Membantu mengumpulkan barang bukti : o Barang bukti di sekitar lokasi korban diperlukan untuk mengungkapkan lokasi, sumber, penyebab luka bakar. Dapat juga dinilai dari posisi korban pada waktu ditemukan dan bagian yang terkena luka bakar. 18

o Barang bukti dapat berupa : puntung rokok, kompor yang meledak, tangki bensin yang mudah terbakar, termos, sumber uap panas.  Cara kematian pada luka bakar

2. Trauma Dingin (Cold Trauma) Insiden trauma dingin (cold trauma / frost bite / immertion foot) jarang terjadi dan biasanya terdapat di negara yang bermusim dingin. Lokasinya bisa pada tangan, kaki, hidung, telinga, dan pipi. Ada 2 cara kematian kasus trauma dingin (cold trauma / frost bite / immertion foot), yaitu : 1. Kecelakaan 2. Pembunuhan (infanticide) Ada 2 reaksi dari tubuh korban trauma dingin : 1. Reaksi lokal 2. Reaksi umum Ada 2 reaksi lokal :  Kulit korban pucat akibat vasokonstriksi  kemerahan akibat vasodilatasi karena paralisis vasomotor center.  Kulit korban lalu berubah menjadi merah kehitaman, membengkak (skin blister), gatal dan nyeri. Kemudian timbul gangren superfisial yang irreversibel. Ada 8 reaksi umum :  Kulit korban pucat dan menggigil. Kita dapat menemukan cutis anserina.  Kepucatan yang bercampur warna sianosis. Hal ini karena darah "dipaksa" masuk kembali ke dalam pembuluh darah perifer akibat organ dalam mengalami kongesti.  Lethargy, koma, dan akhirnya mati bila tubuh korban lama terpapar dingin.  Pada pemeriksaan autopsi, jantung korban berisi darah berwarna merah cerah.  Organ dalam mengalami kongesti hebat.  Tengkorak korban dapat retak pada bagian sutura.  Lebam mayat berwarna merah cerah yang bercampur bercak berwarna merah gelap.  Cairan tubuh korban berubah menjadi es jika tubuh korban lama baru kita temukan. Pada hypothermy terjadi:  Penurunan denyut nadi  Respiratory rate & tidal volume menurun  Paralisis usus  Erosi dan hemoragik pada lambung  Pankreatitis  Diuresis  Hemokonsentrasi

3. Trauma listrik (Electrical Injury) Ada 2 jenis tenaga yaitu : 19

 Tenaga listrik alam seperti petir dan kilat.  Tenaga listrik buatan meliputi arus listrik searah (DC) seperti telepon (30-50 volt) dan tram listrik (600-1000 volt) dan arus listrik bolak-balik (AC) seperti listrik rumah, pabrik, dll

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efek Listrik pada Tubuh 1. Jenis / macam aliran listrik Arus searah (DC) dan arus bolak-balik (AC). Banyak kematian akibat sengatan arus listrik AC dengan tegangan 220 volt. Suatu arus AC dengan intensitas 70-80 mA  kematian, sedangkan arus DC dengan intensitas 250 mA masih dapat ditolerir tanpa menimbulkan kerusakan. 2. Tegangan / voltage Hanya penting untuk sifat-sifat fisik saja, sedangkan pada implikasi biologis kurang berarti.Voltage yang paling rendah yang sudah dapat menimbulkan kematian manusia  50 volt. Makin tinggi voltage akan menghasilkan efek yang lebih berat pada manusia baik efek lokal maupun general.+60% kematian akibat listrik arus listrik dengan tegangan 115 volt. Kematian akibat aliran listrik tegangan rendah terutama oleh karena terjadinya vibrilasi ventrikel, sementara itu pada tegangan tinggi disebabkan oleh karena trauma elektrotermis. 3. Tahanan / resistance Tahanan tubuh bervariasi pada masing-masing jaringan, ditentukan perbedaan kandungan air pada jaringan tersebut. Tahanan yang terbesar terdapat pada kulit tubuh, akan menurun besarnya pada tulang, lemak, urat saraf, otot, darah dan cairan tubuh. Tahanan kulit rata-rata 500-10.000 ohm. Di dalam lapisan kulit itu sendiri bervariasi derajat resistensinya, hal ini bergantung pada ketebalan kulit dan jumlah relatif dari folikel rambut, kelenjar keringat dan lemak. Kulit yang berkeringat lebih jelek daripada kulit yang kering. Menurut hitungan Cardieu, bahwa berkeringat dapat menurunkan tahanan sebesar 3000-2500 ohm. Pada kulit yang lembab karena air atau saline, maka tahanannya turun lebih rendah lagi antara 1200-1500 ohm. Tahanan tubuh terhadap aliran listrik juga akan menurun pada keadaan demam atau adanya pengaruh obat-obatan yang mengakibatkan produksi keringat meningkat. Pertimbangkan tentang ”transitional resistance”, yaitu suatu tahanan yang menyertai akibat adanya bahan-bahan yang berada di antara konduktor dengan tubuh atau antara tubuh dengan bumi, misalnya baju, sarung tangan karet, sepatu karet, dan lain-lain. 4. Kuat arus / intensitas /amperage Adalah kekuatan arus (intensitas arus) yang dapat mendeposit berat tertentu perak dari larutan perak nitrat perdetik. Satuannya : ampere. Arus yang di atas 60 mA dan berlangsung lebih dari 1 detik dapat menimbulkan fibrilasi ventrikel.

20

Tabel. mengenai efek aliran listrik terhadap tubuh (Lobl. O, 1959) Ma Efek 1,0 Sensasi, ambang arus 1,5 Rasa yang jelas, persepsi arus 2,0 Tangan mati rasa 3,5 Tangan terasa ringan dan kaku 4,0 Parestesia lengan bawah 5,0 Tangan tremor dan lengan bawah spasme 7,0 Spasme ringan yang luas sampai lengan atas 10,0 Dapat sengaja melepaskan diri dari arus listrik 15,0 Kontraksi otot-otot fleksor mencegah terlepas dari aliran listrik 20,0 Kontraksi otot yang sangat sakit Dikatakan bahwa kuat arus sebesar 30 mA adalah batas ketahanan seseorang, pada 40 mA dapat menimbulkan hilangnya kesadaran dan kematian akan terjadi pada kuat arus 100 mA atau lebih. KOEPPEN menggolongkan akibat kecelakaan listrik dalam 4 kelompok yaitu : a. Kelompok I : kuat arus < 25 mA AC (DC antara 25-80 mA) dengan transitional R yang tinggi efek yang berbahaya (-). b. Kelompok II : kuat arus 25-80 mA AC (DC 80-300 mA) dg transitional R < dari kel.I  hilangnya kesadaran, aritmia dan spasme pernafasan. c. Kelompok III : Kuat arus 80-100 mA AC (DC 300 mA - 3A), transitional R < dari kel. II. Jk t = 0,1-0,3s , efek biologisnya sama dg kel. II. Jk > 0,3s  vibrilasi ventrikel irreversibel. d. Kelompok IV : kuat arus > 3A  cardiac arrest 5. Adanya hubungan dengan bumi / earthing Sehubungan dengan faktor tahanan, maka orang yang berdiri pada tanah yang basah tanpa alas kaki, akan lebih berbahaya daripada orang yang berdiri dengan mengggunakan alas sepatu yang kering, karena pada keadaan pertama tahanannya rendah. 6. Lamanya waktu kontak dengan konduktor Makin lama korban kontak dengan konduktor  makin banyak jumlah arus yang melalui tubuh  kerusakan tubuh akan bertambah besar & luas. Dengan tegangan yang rendah  spasme otot-otot  korban malah menggenggam konduktor  arus listrik akan mengalir lebih lama  korban jatuh dalam keadaan syok yang mematikan Sedangkan pada tegangan tinggi  segera terlempar atau melepaskan konduktor atau sumber listrik yang tersentuh, karena akibat arus listrik dengan tegangan tinggi tersebut dapat menyebabkan timbulnya kontraksi otot, termasuk otot yang tersentuh aliran listrik tersebut. 7. Aliran arus listrik (path of current) Adalah tempat-tempat pada tubuh yang dilalui oleh arus listrik sejak masuk sampai meninggalkan tubuh. Letak titik masuk arus listrik (point of entry) & letak titik keluar bervariasi  efek dari arus listrik tersebut bervariasi dari ringan sampai berat. Arus listrik masuk dari sebelah kiri bagiah tubuh lebih berbahaya daripada jika masuk dari sebelah kanan. Bahaya terbesar bisa timbul jika jantung atau otak berada dalam posisi aliran listrik tersebut.Bumi dianggap sebagai kutub negatif. Orang yang tanpa alas kaki lebih berbahaya kalau terkena aliran listrik, sepatu dapat berfungsi sebagai isolator, t.u sepatu karet 21

8. Faktor-faktor lain a. adanya penyakit-penyakit tertentu yang sudah ada pada korban sebelumnya, seperti penyakit jantung, kondisi mental yang menurun,dsb, yang dapat memperberat efek listrik pada tubuh manusia sampai timbulnya kematian. b. Antisipasi terhadap syok. c. Kelengahan atau kekuranghati-hatian. d. Luas kontak dengan arus listrik. e. Kesadaran adanya arus listrik. f. Kebiasaan dan pekerjaan. g. Konstitusi tubuh yaitu tubuh kurus dan gemuk.

Petir (Lightning) Lightning / eliksem adalah kecelakaan akibat sambaran petir. Petir termasuk arus searah (DC) dengan tegangan 20 juta volt dan kuat arus 20 ribu ampere. Ada 3 keadaan yang berpotensi besar terkena petir : 1. Berada di tanah lapang. 2. Berada dibawah pohon yang tinggi. 3. Kehujanan dan memakai perhiasan yang terbuat dari logam. Ada 3 kelainan akibat sambaran petir : 1. Efek listrik. 2. Efek panas. 3. Efek ledakan.

Ada 3 efek listrik akibat sambaran petir :  Current mark / electrik mark / electrik burn. Efek ini termasuk salah satu tanda utama luka listrik (electrical burn).  Aborescent markings. Tanda ini berupa gambaran seperti pohon gundul tanpa daun akibat terjadinya vasodilatasi vena pada kulit korban sebagai reaksi dari persentuhan antara kulit dengan petir (lightning / eliksem). Tanda ini akan hilang sendiri setelah beberapa jam.  Magnetisasi. Logam yang terkena sambaran petir (lightning / eliksem) akan berubah menjadi magnet. Efek ini termasuk salah satu tanda luka listrik (electrical burn). Ada 2 efek panas akibat sambaran petir :  Luka bakar sampai hangus. Rambut, pakaian, sepatu bahkan seluruh tubuh korban dapat terbakar atau hangus.  Metalisasi. Logam yang dikenakan korban akan meleleh seperti perhiasan dan komponen arloji. Arloji korban akan berhenti dimana tanda ini dapat kita gunakan untuk menentukan saat kematian korban. Efek ini juga termasuk salah satu tanda luka listrik (electrical burn).

22

Efek ledakan akibat sambaran petir (lightning / eliksem) terjadi akibat perpindahan volume udara yang cepat & ekstrim. Setelah kilat menyambar, udara setempat menjadi vakum lalu terisi oleh udara lagi shg menimbulkan suara menggelegar/guntur / ledakan. Cara kematian korban akibat sambaran petir : kecelakaan.

Luka Akibat Trauma Kimia Bahan kimia dapat menyebabkan cidera pada jaringan tubuh. Manifestasi cedera tergantung dari bahan kimia serta jaringan tubuh yang terkena. Bahan-bahan kimia digolongkan menjadi : a. Zat asam Yang termasuk kepada zat kimia korosif golongan asam diantaranya : - asam mineral, yaitu : H2SO4, HCl, NO3 - asam organik, yaitu : asam oksalat, asam formiat, asam asetat - garam mineral, yaitu : AgNO3, /Zinc chlorida - Halogen, yaitu : F, Cl, Ba, J

b. Zat basa Yang termasuk kealam sat kimia korosif dari golongan basa antara lain adalah KOH, NaOH, dan NH4OH.

Luka Akibat Asam Sulfat

Cara kerja zat kimia korosif terhadap jaringan adalah dengan mengekstrasi air dari jaringan, mengkoagulasi protein menjadi albuminat dan mengubah hemoglobin menjadi acid 23

hemati. Pada kulit, bahan kimia yang bersifat korosif dapat menyebabkan luka bakar dengan ciri khusus, sesuai dengan bahan kimia yang mengenainya. Asam karbol akan menyebabkan luka bakar, dimana kulit yang terkena akan berwarna kelabu-keputihan. Asam oksalat akan menyebabkan kulit berwarna kelabu-kehitaman. Asam sulfat dan asam klorida akan menyebabkan kulit berwarna kelabu yang kemudian berubah menjadi kehitaman. Asam nitrat menyebabkan kulit berwarna coklat dan asam florida akan menyebabkan kulit menjadi merah kecoklatan disertai dengan perdarahan. Golongan Basa atau kaustik alkali dapat menimbulkan luka dengan mengadakan ikatan dengan protoplasma sehingga membentuk alkalin albumin dan sabun dan mengubah hemoglobin menjadi alkalin hematin. Secara umum, luka akibat zat basa bersifat basah, edematus, berwarna merah kecoklatan dan kelabu keputihan serta licin dan lunak pada perabaan  

Asam kuat  mengkoagulasikan protein  luka korosif yang kering, kertas spt kertas perkamen. Basa kuat  memembentuk reaksi penyabunan  luka basah, licin  kerusakan sampai terus kedalam

Bahan kimia yg bersifat korosif dpt dibagi dalam 4 golongan :  Asam organik yg bersifat korosif,  asam oksalat, asam asetat, asam sitrat dan asam karbol.  Asamanorganik yg bersifat korosif asam fluoride, asam klorida, asam nitrat dan asam sulfat.  Kaustik alkali kalium hidroksida, kalsium hidroksida, natrium hidroksida dan amoniak.  Garam logam berat merkuri klorida, zinc klorida dan stibium klorida. Ciri luka akibat kimiawi :  Asam karbol luka bakar dimana kulit yang terkena akan berwarna kelabu keputihan.  Asam oksalat kulit berwarna kelabu kehitaman.  Asam sulfat dan asam klorida  kulit mula-mula akan berwarna kelabu kmdn jadi hitam.  Asam nitrat  kulit berwarna merah kecoklatan yang disertai dengan perdarahan.  Zinc klorida  kulit berwarna keputih-putihan, sedangkan  Merkuri klorida kulit yg terkena berwarna biru keputihan + perdarahan.  Ciri trauma akibat asam  kering, cokelat kemerahan dan pd perabaan teraba padat dan keras  Ciri trauma akibat basa  bengkak, edem, warna cokelat kemerahan dan pada rabaan teraba lunak dan licin.

24

PERBEDAAN LUKA ANTEMORTEM DAN POSTMORTEM Tanda-tanda intravital dapat membedakan apakah luka terjadi sebelum mati atau sesudah mati. Tanda intravital merupakan jaringan setempat yang masih hidup ketika trauma dan organ dalam masih berfungsi. 1. Jaringan setempat masih hidup ketika terjadi luka Tanda-tanda jaringan masih hidup ketika luka terjadi adalah terdapat retraksi jaringan, reaksi vaskular, reaksi mikroorganisme dan reaksi biokimiawi. a. Reaksi jaringan Luka menyebabkan terpotongnya serabut elastis bawah kulit dan akan menyebabkan pengerutan sehingga kulit diatasnya tertarik. Identifikasi reaksi jaringan pada luka antemortem adalah didapatkannya luka dengan pembuluh darah tidak terlihat ujungujungnya karena tertarik. b. Reaksi vaskular Reaksi vaskular berbeda sesuai dengan jenis trauma. Trauma suhu panas akan menyebabkan vasodilatasi sehingga menimbulkan eritema. Trauma suhu panas juga menyebabkan vesikel atau bula dengan dasar luka eritema. Pada luka akibat benda keras atau tumpul akan mengakibatkan kontusio atau memar c. Reaksi mikroorganisme Reaksi mikroorganisme pada luka menyebabkan warna kemerahan, bengkak, terdapat pus dan jika sudah lama akan menyebabkan jaringan granulasi d. Reaksi biokimiawi Terdapat aktivasi biokimiawi akibat luka, yaitu : - Kenaikan kadar serotonin, dimana kadar maksimal adalah 10 menit sesudah trauma - Kenaikan kadar histamin, dengan kadar maksimal 20-30 menit sesudah trauma - Kenaikan kadar enzim (ATP, aminopeptidase, acid phospatase dan alkali phospatase) yang terjadi beberapa jam sesudah trauma sebagai akibat dari mekanisme pertahanan jaringan - Pemeriksaan kadar sitokin, interleukin IL-1ά, IL-1, IL-6, IL-10, dan TNF dapat menjadi suatu penanda intravital. 2. Organ dalam masih berfungsi ketika terjadi luka

25

Jika organ dalam mash berfungsi dengan baik maka luka akan mengakibatkan perdarahan yang banyak karena jantung masih bekerja terus menerus memompa darah keluar melewati luka. Hal ini akan membedakan trauma yang terjadi ssuda mati dan sebelum mati. Perdarahan internal akan menyebabkan darah terkumpul pada rongga tubuh. Perdarahan eksternal yang masif dapat diketahui dari tanda-tanda anemis (wajah dan organ dalam pucat) serta tanda-tanda jantung dan nadi tidak terisi darah. Jika luka memotong vena yang tidak kolaps akibat terfiksir dengan baik, maka dapat terjadi emboli udara. Vena yang sering menimbulkan emboli udara jika terpotong adalah vena besar seperti vena subklavia atau vena jugularis eksterna. Udara akan masuk ketika tekanan jantung negatif. Gelembung dapat terkumpul di jantung kanan dan terus menuju ke daerah paru. Emboli lemak dapat terjadi pada trauma tumpul yang mengenai jaringan berlemak atau trauma yang menyebabkan patah tulang panjang. Hal ini akan berakibat jarigan lemak akan mengalami pencairan dan kemudian masuk ke dalam pembuluh darah vena yang pecah menuju atrium kanan, ventrikel kanan, dan dapat terus menuju daerah paru. Jika trauma dada mengakibatkan tulang iga patah dan menusuk paru-paru maka pada setiap ekspirasi udara paru-paru dapat masuk ke jaringan ikat dibawah kulit. Pada palpasi ditemukan krepitasi di daerah sekita trauma. Trauma yang mengenai tulang skeletal antemortem juga dapat diidentifikasi. Trauma skeletal antemortem akan menyebabkan kerusakan pada vaskular yang menyebabkan hematoma di daerah luka. Dalam beberapa hari setelah perlukaan, jaringan fibrosa mulai terbentuk dan akan menginisiasi pembentukan kalus. Fraktur yang mengenai tulang postmortem, dimana tulang telah mengering akan meninggalkan noda atau jejak yang berbeda dengan fraktur antemortem. Tulang yang segar mengandung pembuluh darah, lemak dan serat kolagen dan sifatnya lentur dibandingkan tulang yang kering. Fraktur pada tulang yang segar cenderung berbatas irregular, sedangkan fraktur pada tulang yang kering cenderung rapuh, remuk menjadi fragmen yang lebih kecil dan fragmennya regular.

26

BAB III PENUTUP 1. Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan karena adnya cedera atau pembedahan. Menurut KUHP, luka terbagi menjadi luka ringan, luka sedang dan luka berat 2. Kulit tebalnya bervariasi mulai 0,5 mm hingga 6 mm. Kulit mempunyai lapisan diantaranya epidermis, dermis dan subkutis. Epidermis sendiri terdiri dari lima lapisan dan tebalnya 5% dari seluruh tebal kulit. Dermis terdiri dari jaringan ikat dan banyak mengandung

banyak

pembuluh

darah.

Subkutis

merupakan

jaringan

yang

menghubungkan kulit dengan jaringan dibawahnya dan berfungsi untuk menunjang suplai darah ke kulit 3. Penyembuhan luka terjadi secara mikroskopis. Proses inflamasi terjadi sesaat sesudah trauma dan berlanjut sesuai dengan berat ringannya trauma. Epitelisasi terjadi pada hari ketiga sesudah luka dan pembentukan serabut kolagen 4 hingga lima hari. Proses-proses ini tergantung dari jenis, berat dan luka 4. Dalam penulisan visum atau surat keterangan, luka didiskripsikan dengan meliputi jumlah luka, lokasi luka (regio dan garis koordinat), bentuk luka (sebelum dan sesudah ditautkan), ukuran luka dan sifat-sifat luka 5. Jenis-jenis luka terdiri dari luka akibat benda fisik (benda suhu tinggi, suhu rendah, listrik), benda mekanik (benda tajam, benda tumpul), bahan kimia dan fraktur (dikontinuitas tulang) 6. Luka yang terjadi antemortem dan postmortem berbeda. Luka antemortem merupakan tanda intravital. Luka yang terjadi antemortem meninggalkan jejak berupa reaksi jaringan,vaskular mikroorganisme, dan biokimiawi. Tanda-tanda organ dalam masih berfungsi saat luka terjadi juga merupakan tanda intrav

27

DAFTAR PUSTAKA

1. Patofisiologi

Luka.

Available

in:

URL:http://www.keperawatan-

online.co.cc/2009/01/perawatan-luka-modern.html 2. Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka. Available in: URL:Http://www.geocities.com/koskap3sakti/case/Forensik.../Forensik-RSCM1.doc 3. Dahlan S. Traumatologi, Dalam: Ilmu Kedokteran Forensik Pedoman Bagi Dokter dan Penegak Hukum. Semarang: Balai Penerbit Universitas Diponegoro. 2004: 67-92. 4. Dahlan S. Petunjuk Praktikum : Pembuatan Visum Et Repertum. Semarang: Balai Penerbit Universitas Diponegoro. 2008: 3-14. 5. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, dkk. Ilmu Kedokteran Forensik, ed 1 cetakan kedua. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997 : 37-54 6. Traumatologi.

Available

in:

URL:

Http://www.freewebs.com/traumatologie2/traumatologi.htm 7. Luka Akibat Bahan Kimia. Available in: URL: Http://www.repository.ui.ac.id 8. Idries A. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bina Rupa Aksara. 1997: 125-6. 9. Raekallio, J. Timing of Wounds : an Introductory Review. Ann Acad Med Singapore. 1984;1:77-84. 10. Sauer N. The Timing of Injuries and Manner of Death : Distinguish Among Antemortem, Perimortem and Postmortem Trauma. Dalam : Reichs, Forensic Osteology. Springfield. 1998 : 321-5. 11. Gresham GA. A Colour Atlas of Forensic Pathology. Holland: Wolfe Publishing. 1975: 116-211

28

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF