trauma bladder
April 27, 2019 | Author: Bobby Mario Turnip | Category: N/A
Short Description
askep trauma bladder...
Description
TRAUMA BLADDER TRAUMA VESIKA URINARIA 1.
ETIOLOGI
Trauma tumpul pada panggul yang mengenai buli-buli.
Trauma tembus.
Akibat manipulasi yang salah sewaktu melakukan operasi Trans uretral Resection ( TUR )
Fraktur tulang punggung yang menyebabkan kontusio dan ruptur buli-buli. Ruptur buli-buli dibedakan 2 macam, yaitu :
Intra peritoneal : peritoneum yang menutupi bagian atas / belakang dinding buli -buli robek sehingga urin langsung masuk ke dalam rongga peritoneum.
Ekstra peritoneal : peritoneum utuh, dan urin yang keluar dari ruptura tetap berada diluar.
Akibat luka tusuk misalnya ujung pisau, peluru. Didapati perforasi buli-buli, urin keluar melalui dinding buli-buli terus kekulit. Akibat manipulasi salah sewaktu melakukan trans ureterol resection, misalnya sewaktu reseksi tumor buli, operasi prostat, dll. 2.
PATOFISIOLOGI
Bila buli-buli yang penuh dengan urine mengalami trauma, maka akan terjadi peningkatan tekanan intravesikel dapat menyebabkan contosio buli-buli / buli-buli pecah. Keadaan ini dapat menyebabkan ruptura intraperitoneal. 3.
4.
TANDA DAN GEJALA
Nyeri supra pubik baik verbal maupun saat palpasi.
Hematuria.
Ketidakmampuan untuk buang air kecil.
Regiditas otot.
Ekstravasase urine.
Suhu tubuh meningkat.
Syok.
Tanda-tanda peritonitis.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM / DIAGNOSTIK
Hematokrit menurun.
Cystografi : menunjukkan ekstravasase urine, vesika urinaria dapat pinddah atau tertekan.
5.
6.
KOMPLIKASI
Urosepsis.
Klien lemah akibat anemia.
PENATALAKSANAAN
Atasi syok dan perdarahan.
Istirahat baring sampai hematuri hilang.
Bila ditemukan fraktur tulang punggung disertai ruftur vesica urinaria intra peritoneal dilakukan operasi sectio alta yang dilanjutkan dengan laparatomi.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN TRAUMA BLADDER
1.
Pengkajian
1.
Data Subjektif
Klien mengeluh nyeri pada bladder yang terkena.
Klien mengatakan kencingnya bercampur darah.
Klien mengatakan ada luka memar pada abdomen bawah setelah dia terjatuh.
2.
Data Objektif
Nyeri tekan pada daerah trauma.
Hematuri.
HT menurun.
HB menurun.
Pada pemeriksaan BNO :
Memperlihatkan suatu daerah yang berwarna abu-abu di daerah trauma.
Memperlihatkan ekstravasasi urine.
Urogram ekskresi :
Memperlihatkan gangguan fungsi / ekstravasasi urine pada sisi yang terkena.
CT Scan :
Memperlihatkan adanya hematom retroperineal dan konfigurasi ginjal.
2.
Diagnosa Keperawatan
1.
Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) s/d Kerusakan jaringan ( trauma ) pada daerah bladder, ditandai dengan :
Klien mengeluh nyeri pada daerah abdomen bawah yang terkena.
Adanya nyeri tekan pada daerah bladder yang terkena.
Ekspresi wajah meringis / tegang
Intervensi 1.
Kaji skala nyeri, catat lokasi, lama, intensitas dan karakteristiknya.
( Rasional : Perubahan dalam lokasi atau intensitas tidak umum tetapi dapat menunjukkan adanya komplikasi ).
2.
Atur posisi sesuai indikasi, misalnya semi fowler.
( Rasional : Mmemudahkan drainase cairan / luka karena gravitasi dan membantu meminimalkan nyeri karena gerakan ). 3.
Berikan tindakan kenyamanan, misalnya nafas dalam, tekhnik relaksasi / visualisasi.
( Rasional : Meningkatkan kemampuan koping dengan memfokuskan perhatian pasien ). 4.
Kolaborasi untuk pemberian analgesik.
( Rasional : Menurunkan laju metabolisme yang membantu menghilangkan nyeri dan penyembuhan ). 2.
Gangguan eliminasi urine s/d trauma bladder ditandai dengan hematuria.
Intervensi 1.
Kaji pola berkemih seperti frekwensi dan jumlahnya.
( Rasional : Mengidentifikasi fungsi kandung kemih, fungsi ginjal dan keseimbangan cairan ). 2.
Observasi adanya darah dalam urine.
( Rasional : Tanda-tanda infeksi saluran perkemihan / ginjal dapat menyebabkan sepsis ). 3.
Istirahat baring sekurang-kurangnya seminggu sampai hematuri hilang.
( Rasional : Menurunkan metabolisme tubuh agar energi yang tersedia difokuskan untuk proses penyembuhan pada ginjal ). 4.
Lakukan tindakan pembedahan bila perdarahan terus berlangsung.
( Rasional : Tindakan yang cepat / tepat dapat meminimalkan kecacatan ). 3.
Gangguan pemenuhan aktifitas s/d kelemahan fisik sekunder terhadap trauma, ditandai dengan :
Klien tampak lemah.
Aktifitas dibantu oleh orang lain / keluarga.
Intervensi 1.
Kaji kemampuan fungsional dengan skala 0 – 4.
( Rasional : Untuk menentukan tingkat aktifitas dan bantuan yang diberikan ). 2.
Ubah posisi pasien setiap 2 jam sekali.
( Rasional : Meningkatkan sirkulasi darah seluruh tubuh dan mencegah penekanan pada daerah tubuh yang menonjol ).
3.
Lakukan rentang gerak aktif dan pasif.
( Rasional : Menurunkan resiko terjadinya trauma dan mempertahankan fungsi sendi dan mencegah penurunan tonus ). 4.
Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan ADL.
( Rasional : Bantuan yang memberikan sangat bermanfaat untuk menghemat energi yang dapat digunakan untuk membantu proses penyembuhan luka ). 4.
Potensial syok hipovolemia s/d pemutusan pembuluh darah
Intervensi 1.
Observasi tensi, nadi, suhu, pernafasan dan tingkat kesadaran pasien.
( Rasional : Terjadinya perubahan tanda vital merupakan manifestasi awal sebagai kompensasi hypovolemia dan penurunan curah jantung). 2.
Berikan cairan IV sesuai kebutuhan.
( Rasional : Perbaikan volume sirkulasi biasanya dapat memperbaiki curah jantung ). 3.
Berikan O2 sesuai kebutuhan.
( Rasional : Kadar O2 yang maksimal dapat membantu menurunkan kerja jantung ). 4.
Kolaborasi pemberian obat-obatan anti perdarahan.
( Rasional : Untuk menghentikan atau mengurangi perdarahan yang sedang berlangsung ). 5.
Bila perdarahan tetap berlangsung dan KU memburuk pikirkan tindakan bedah.
( Rasional : Tindakan yang segera dapat menghindarkan keadaan yang lebih memburuk ). 5.
Potensial infeksi s/d adanya luka trauma.
Intervensi 1.
berikan perawatan aseptik dan antiseptik, pertahankan tekhnik cuci tangan yang baik.
( Rasional : Cara pertama untuk menghindari infeksi nasokomial ). 2.
Observasi daerah kulit yang mengalami kerusakan seperti adanya inflamasi.
( Deteksi dini perkembangan infeksi memungkinkan untuk melakukan tindakan segera dan pencegahan terhadap komplikasi selanjutnya ). 3.
Pantau suhu tubuh secara teratur, catat adanya demam dan menggigil.
( Rasional : Dapat mengindikasikan perkembangan sepsis yang selanjutnya memerlukan evaluasi atau tindakan dengan segera ). 4.
Berikan antibiotik sesuai indikasi.
( Rasional : Terapi profilaktik dapat digunakan pada pasien yang mengalami trauma / perlukaan ).
6.
Potensial gangguan perfusi jaringan b/d perdarahan
Intervensi 1.
Pertahankan tirah baring, bantu dengan aktifitas perawatan.
( Rasional : Menurunkan beban kerja miokard dan konsumsi oksigen ) 2.
Pantau frekwensi dan irama jantung, perhatikan disritmia.
( Rasional : Bila terjadi tachikardi, mengacu pada stimulasi sekunder sistem syaraf simpatis untuk menekan respons dan menggantikan kerusakan pada hypovolemia relatif dan hipertensi ). 3.
Perhatikan kualitas / kekuatan dari denyut perifer.
( Rasional : Pada awal nadi cepat / kuat karena peningkatan curah jantung, nadi dapat menjadi lemah dan lambat karena hipotensi terus menerus ). 4.
Berikan O2 sesuai kebutuhan.
( Rasional : Memaksimalkan oksigen yang tersedia untuk masukan seluler ).
View more...
Comments