Transtheoretical Model

March 5, 2019 | Author: Prastiwi Novia Puspitasari | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

teori perilaku TTM...

Description

TUGAS MATA KULIAH PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN ORSA SUMMARY

TRANSTHEORETI TRANSTHEORETI CAL MODEL MODEL (TTM) SERTA PENERAPANNYA DALAM KESEHATAN IBU DAN ANAK Dosen: Dr. Rachmat Hargono, dr., MS., MPH

Oleh : PRASTIWI NOVIA PUSPITASARI NIM. 101614153003

UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT MINAT STUDI KESEHATAN IBU DAN ANAK SURABAYA 2017

A. Pendahuluan

Model Transtheoretical (TTM) menggunakan tahapan perubahan untuk mengintegrasikan  proses dan prinsip perubahan di teori intervensi utama, oleh karena itu nama Transtheoretical. TTM muncul melalui analisa komparatif dari integrasi sistematis menggunakan lebih dari 300 teori psikoterapi dan teori perubahan perilaku. (Prochaska, 1984). The Transtheoritical Model (TTM) dikembangkan pada tahun 1980an oleh sekelompok  peneliti yaitu Prochaska and DiClemente di University of Rhode Island ketika mereka Sedang  belajar bagaimana perokok bisa melepaskan kebiasaan atau kecanduan sebagai perubahan  perilaku yang menjelaskan proses mulai dari diperolehnya suatu perilaku baru hingga pada  pemeliharaan perilaku tersebut. Tahapan perubahan berguna dalam menjelaskan kapan terjadin ya  perubahan dalam kognitif, emosi, dan perilaku. (Conner & Norman, 2003) Dari studi awal tentang merokok, model dengan cepat diperluas untuk mencakup  penyelidikan dan penerapan pada berbagai perilaku kesehatan dan kesehatan mental. Selanjutnya, TTM mulai diaplikasikan secara luas bahkan diluar konteks klinis. TTM adalah model-tahapan yang dominan digunakan dalam kesehatan psikologi dan promosi kesehatan (Conner & Norman, 2003).

B. Pengertian Transtheoretical Model (TTM)

The Transtheoritical Model adalah model pembentukan perilaku yang berfokus pada kemampuan individu dalam membuat keputusan daripada pengaruh sosial dan biologis (Velicer, Prochaska, Fava, Norman, & Redding, 1998; Scholl, 2002 dalam Lenio, n.d). Transtheoretical Model   adalah perubahan perilaku atas kesiapan individu untuk memiliki tindakan yang lebih sehat, memberikan strategi, atau proses perubahan untuk memandu individu untuk berperilaku sehat melalui tahapan perubahan dan pemeliharaan kesehatan. Model ini menjelaskan bagaimana individu memodifikasi perilaku yang menjadi masalah dan memperoleh  perilaku positif. Transtheorical model   adalah model yang fokus pada pembuatan keputusan oleh individu. Asumsi dasar model ini adalah pada dasarnya individu tidak dapat merubah perilaku dalam waktu yang singkat, terutama pada perilaku yang menjadi kebiasaan sehari-hari. Model transteoritikal merupakan model biopsikososial yang integratif, mengenai  perubahan perilaku yang disengaja.Tidak seperti model ataupun teori perilaku lainnya yang eksklusif hanya terfokus pada dimensi tertentu, seperti pengaruh sosial atau biologi. Model ini

 juga berupaya menyatukan dan mengintegrasikan konstruksi kunci dari beberapa teori menjadi suatu model perubahan perilaku yang komperhensif agar dapat digunakan dalam beragam  perilaku, populasi dan keadaan (pengobatan, upaya pence gahan, atau upaya pembuat kebijakan). The Transtheoretical Model menurut Prochaska dan DiClemente (1983) adalah suatu model yang integratif tentang perubahan perilaku. Kunci pembangun dari teori lain yang terintegrasi. Model ini menguraikan bagaimana orang-orang memodifikasi perilaku masalah atau memperoleh suatu perilaku yang positif dari perubahan perilaku tersebut. Model ini adalah suatu  perubahan yang disengaja untuk mengambil suatu keputusan dari individu tersebut. Model melibatkan emosi, pengamatan dan perilaku, melibatkan pula suatu kepercayaan diri.

Proses Perubahan Perilaku

Menurut Prochaska dan Velicher (1997), proses perubahan ( processes of change) adalah aktivitas tampak dan tidak tampak yang digunakan untuk melalui suatu tahapan. Proses  perubahan memberikan panduan penting dalam program intervensi. Proses merupakan variabel independen yang seseorang butuhkan untuk melakukan perubahan dari tahap ke tahap (Prochaska dan Velicher, 1997). Terdapat 10 proses yang telah mendapatkan dukungan paling empiris dalam penelitian sampai saat ini (Prochaska dan Velicher, 1997), diantaranya adalah : 1. Consciousness raising, proses peningkatan kesadaran dapat dilakukan dengan melakukan feedback (umpan balik), edukasi, konfrontasi, interpretasi, bibliotherapy, dan kampanye media tentang penyebab, konsekuensi, dan penyembuhan untuk masalah perilaku yang ingin diubah. 2. Dramatic relief, proses ini dilakukan untuk meningkatkan pengalaman emosional yang diikuti dengan pengurangan pengaruh jika tindakan yang tepat dapat diambil. Psikodrama, role playing, testimoni personal, dan kampanye media adalah contoh teknik yang dapat menggerakkan seseorang secara emosional. 3. Self-reevaluation, menggabungkan penilaian kognitif dan afektif dari citra diri seseorang dengan dan tanpa kebiasaan tidak sehat tertentu. Klarifikasi nilai, role model yang sehat, dan imagery adalah teknik yang dapat mengubah seseorang secara evaluatif. 4. Environmental reevaluation, menggabungkan penilaian afektif dan kognitif tentang ada atau tidaknya dan bagaimana kebiasaan pribadi mempengaruhi lingkungan sosial seperti

 pengaruh merokok pada orang lain. Hal tersebut bisa juga termasuk kesadaran bahwa ia telah menjadi model peran positif atau negatif bagi orang lain. Pelatihan empati, dokumenter, dan intervensi keluarga dapat mengawali environmental reevaluation. 5. Self-liberation, suatu kepercayaan bahwa seseorang dapat berubah dan berkomitmen untuk melakukan apa yang diyakini. Resolusi tahun baru, kesaksian publik, dan pilihan tindakan yang lebih dari satu dapat meningkatkan self-liberation atau yang biasa disebut sebagai kekuatan kemauan. 6. Social liberation, menyangkut kebutuhan akan kesempatan sosial atau alternatif khususnya bagi orang-orang yang terganggu oleh perilaku tidak sehat seseorang. Advokasi, prosedur pemberdayaan, dan kebijakan yang tepat dapat meningkatkan hal ini. Misalnya zona bebas asap dan peraturan dilarang merokok. 7. Counterconditioning, proses ini menunjukkan diperlukannya pembelajaran perilaku sehat yang dapat menggantikan perilaku yang bermasalah. Misalnya relaksasi sebagai counter stress, makanan bebas lemak sebagai pengganti makanan yang berkalori banyak. 8. Stimulus control, menghilangkan kebiasaan yang tidak sehat dan menambah anjuran alternatif yang lebih sehat. Penghindaran, rekayasa ulang lingkungan, dan kelompok  bantuan

dapat

mendukung

perubahan

dan

mengurangi

risiko

untuk

kambuh.

Menggunakan tangga atau mencanangkan jalan kaki menuju kantor sebagai upaya menurunkan berat badan adalah contoh dari stimulus control. 9. Contingency management, membuktikan konsekuensi untuk pengambilan langkah dalam instruksi

tertentu.

Meskipun

penguatan

dapat

dilakukan

dengan

memberikan

 punishment,akan tetapi reward lebih mudah membuat seseorang melakukan perubahan diri dibanding dengan reinforcement. 10. Helping relationship, merupakan kombinasi kepedulian, kepercayaan, keterbukaan dan  penerimaan serta dukungan untuk perubahan perilaku sehat. Rapport building, aliansi terapi, konseling, dan buddy system dapat menjadi sumber dari dukungan sosial.

C. Tahapan-Tahapan dalam Transtheoretical Model (TTM)

Tahapan perubahan (stage of change) adalah hal yang penting dalam konstruksi TTM. TTM mengusulkan perubahan sebagai proses yang terbentang seiring berjalannya waktu, dengan kemajuan melalui serangkaian enam tahap, meskipun seringkali tidak secara linear. Enam

tahapan tersebut meliputi , precontemplation, contemplation, preparation, action, maintenance dan termination (Prochaska dan Velicher, 1997). Menurut Glanz (2008) tahapan-tahapan transtheoretical model (TTM) dapat dipaparkan sebagai berikut:

1. Pre-contemplation Pada tahap ini seseorang tidak mempunyai niat untuk bertindak/berubah dimasa depan yang dapat diduga pada umunya 6 bulan ke depan. Orang-orang yang mungkin termasuk di langkah ini adalah mereka yang tidak diberitahu tentang konsekuensi dari perilaku mereka. Mereka bersifat menentang atau tanpa motivasi atau mempersiapkan promosi kesehatan. Pada tahap ini mereka cenderung menghindari membaca, memikirkan, dan membicarakan tentang resiko-resiko atas kebiasaannya (Prochaska dan Velicher, 1997). Pada tahap pre-contamplation menuju ke contamplation melalui proses: a.

Peningkatan kesadaran: menemukan fakta, ide dan tips baru yang mendukung perubahan  perilaku

 b.  Dramatic relief: adanya reaksi secara emosional; mengalami pengalaman negatif (ketakutan, kekhawatiran, dll) dari perilaku yang tidak sehat c.  Environmental reevaluation: menyadari dampak negatif perilaku tidak sehat dan dampak  positif perilaku sehat pada lingkungan fisik dan lingkungan sosial 2.

Contamplation/Perenungan Pada tahap ini seseorang sudah memiliki niatan untuk berubah pada bulan berikutnya.

Tahapan ini menyeimbangkan anatara biaya dan keuntungan untuk menghasilkan 2 sifat  bertentangan yang dapat menyimpan dalam periode lama. Proses menimbang antara baik dan  buruk bisa membuat seseorang berada pada tahap ini dalam periode yang cukup panjang Belum membuat keputusan yang tepat untuk suatu reaksi. Pada tahap contamplation ke  preparation melalui proses Self-reevaluation (penilaian kembali diri sendiri) 3.

Preparation/Persiapan.

Tahap dimana orang-orang berniat untuk mulai bertindak di masa mendatang dalam waktu dekat. Seseorang bermaksud untuk mengambil tindakan dalam kurun waktu 30 hari ke depan dan telah mengambil beberapa langkah perilaku ke arah ini. Secara khas mereka mengambil keputusan penting dari masa yang lalu. Pada tahap preparation ke action akan melalui proses  self liberation (komitmen untuk berubah)

4.  Action/Tindakan

Pada tahap tindakan ini terjadi perubahan perilaku untuk waktu kurang dari 6 bulan. Tahapan ini adalah Langkah dimana seseorang sudah memodifikasi spesifik antara pikiran dengan perilaku. Pada tahap action ke maintenance melalui proses : a.  Reinforcement management : adanya penghargaan untuk perubahan perilaku positif, dan  punishment  untuk perubahan perilaku yang negatif  b.  Helping relationship  adanya dorongan/dukungan dari orang lain (sosial) untuk mengubah  perilaku. c.

Counter conditioning : alternatif lain dari suatu perilaku

d.

Stimulus control :  adanya kontrol pengacu untuk merubah perilaku; menghapus isyarat untuk terlibat dalam perilaku yang tidak sehat dan menambahkan isyarat untuk terlibat dalam perilaku sehat

5.  Maintenance

Perubahan perilaku yang terjadi dalam kurun waktu >6 bulan. Tahap ketika seseorang  berusaha menjaga agar perilaku lama yang ia tinggalkan tidak kembali lagi. Pada tahapan ini seseorang sedang aktif untuk mencegah perilaku yang tidak baik lagi tetapi mereka. Ketika hasil dari maintenance positif /dapat mengubah perilaku yang lebih baik maka akan terjadi termination/perhentian. Ketika pada saat action atau saat maintenance terjadi relaps maka  perilaku yang lama (perilaku tidak sehat) dapat terjadi lagi apalagi jika seseorang tidak mendapat dukungan dari lingkungannya

6. Termination Pada tahap terakhir, ini akan tidak ada godaan untuk kambuh kembali ke perilaku yang tidak baik serta tingkat kepercayaan sudah sebesar 100% sehingga apapun yang terjadi padanya, entah itu depresi, bosan, cemas, sendirian, marah, atau stres, mereka tidak akan pernah kembali  pada kebiasaan lamanya yang tidak sehat (Prochaska dan Velicher, 1997).

D. Penerapan Transtheoretical Model (TTM)

Kasus: Salah satu contoh penerapan TTM pada kesehatan ibu dan anak adalah ibu dengan anemia, Seorang ibu hamil yang tidak suka makan sayuran dan daging merah sehingga ibu mengeluh lemah, lesu, sering pusing dan tidak rajin minum multivitamin atau tablet Fe yang diberikan oleh

 Nakes saat ANC. Setelah periksa, hasilnya hb ibu sebesar 10gr%, Penyelesaian dengan teknik TTM dapat dipaparkan sebagai berikut: 1.

Pre-Contemplation Pada awalnya ibu tidak memiliki niat untuk merubah pola makannya karena ibu merasa

tidak ada masalah dengan pola makannya. Ibu cenderung menghindari membaca, memikirkan, dan membicarakan tentang resiko-resiko atas kebiasaann ya tersebut. 2.

Contemplation Ibu mulai merasa bahwa keadaanya saat ini ada hubungannya dengan pola makan yang

dijalani. Ibu sudah mulai mengetahui atau menyadari bahwa perilaku yang ia miliki adalah sebuah masalah dan mulai memikirkan baik buruknya jika ia tetap melakukan perilaku tersebut. Tetapi ibu belum membuat komitmen untuk mengambil tindakan dalam waktu dekat 3.

Preparation Pada tahap ini, ibu sudah mulai memiliki keinginan untuk melakukan perubahan perilaku,

dan ibu mulai mencari tahu tentang pola makan yang baik dan sehat, ibu juga konsutasi kepada tenaga kesehatan.

4.  Action

Ibu sudah memulai melakukan perubahan pada perilakunya. Ibu sudah memulai untuk mengatur pola makan, mulai makan sayuran dan daging serta mengkonsumsi tablet Fe sesuai anjuran tenaga kesehatan.

5.  Maintenance

Ibu mempertahankan perilaku untuk tetap mengatur pola makan yang baik dan berusaha agar perilaku lama yang ia tinggalkan tidak kembali lagi. Ibu sudah yakin dan bisa mengontrol dirinya untuk makan sayuran dan daging serta mengkonsumsi tablet Fe agar tidak terjadi anemia kembali. 6.

Termination Ibu benar-benar meninggalkan kebiasaan buruknya dan tetap menjaga pola hidup yang

 jauh lebih sehat dan yakin tidak akan kembali ke kebiasaan lama nya.

DAFTAR PUSTAKA

Conner, M and Norman, P. (2003). Predictiong Health Behaviour, Research and Practice with Social Cognition Model. Buckingham: Open Univeristy Press Glanz K, Rimer BK, Viswanath K. 2008. Health behavior and Health Education (Theory, Research and Practice). San Fransisco: Jossey-Bass Lenio, J. A. (n.d.). Analysis of the Transtheoretical Model of Behavior Change. Journal of Student Research, 73 – 86. Velicer, Prochaska, Fava, dkk. (1998). Smoking Cessation and Stress Management : Applications of the Transtheoretical Model of behavior change. Homeostasis, 38, 216-23.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF