Topik 1 (Keperawatan Keluarga Dan Komunitas) PDF
September 19, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Topik 1 (Keperawatan Keluarga Dan Komunitas) PDF...
Description
Konsep dan Asuhan Keperawatan
Keluarga Quality Control Nathania Amanda
Arini Salsabila
Penanggung Jawab Santi Patmawati Desain Bellinda Fitri Amara
Kontributor Amyra Luthfia
Suci Ika Dewi
Sukma Mauliddinah Dinda Tasya Ike Dimi Makarim
Maria Regina
Indah Husnul Nadia Luthfania Syifa Kusuma
Daftar Isi A. Pengertian Keluarga Secara Umum dan Teoritis……. B. Teori dan model keperawatan keluarga………………… C. Pendekatan keperawatan keluarga……………………….. 1. Keluarga sebagai konteks…………………………………… 2. Keluarga sebagai klien……………………………………….. 3. Keluarga sebagai sub sistem……………………………… 4. Keluarga sebagai sistem……………………………………. 5. Keluarga sebagai komponen sosial…………………….. D. Tahap perkembangan keluarga……………………………… 1. Keluarga dengan pasangan baru nikah……………… 2. Keluarga dengan bayi baru lahir………………………… 3. Keluarga dengan Anak pra-sekolah……………………. 4. Keluarga dengan anak sekolah…………………………… 5. Keluarga dengan remaja……………………………………. 6. Keluarga dengan dewasa awal…………………………… 7. Keluarga denga usia pertengahan……………………… 8. Keluarga dengan lansia………………………………………. E. Tugas Perkembangan Keluarga……………………………… 1. Keluarga dengan pasangan baru nikah………………. 2. Keluarga dengan bayi baru lahir………………………… 3. Keluarga dengan Anak pra-sekolah……………………. 4. Keluarga dengan anak sekolah…………………………… 5. Keluarga dengan remaja……………………………………. 6. Keluarga dengan dewasa awal…………………………… 7. Keluarga denga usia pertengahan……………………… 8. Keluarga dengan lansia………………………………………. F. Fungsi, struktur, dan proses keluarga…………………….. 1. Fungsi Keluarga………………………………………………….. 2. Struktur Keluarga………………………………………………. 3. Proses Keluarga…………………………………………………. 2
TENTIR
FIK
UI
2017
A.
Pengertian Keluarga Secara Umum dan Teoritis
TENTIR
FIK
UI
2017
3
Pengertian Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri,
atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009).
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang di bentuk berdasarkan ikatan
perkawinan yang sah, mampu memnuhi kebutuhan hidup spiritual dan meteriil yang layak, bertakwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras, serasi dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya (BKKBN, 1999, dalam Ali, 2010).
Keluarga merupakan dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan
dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dad keluarga (Friedman, Bowden, Jones, 2010).
Catatan : Di wilayah Asia, khususnya Indonesia, mayoritas masyarakat memandang
bahwa
status
kekeluargaan
berdasarkan
ikatan
perkawinan/keturunan. Sedangkan kalau di wilayah Barat, tidak harus diikat dalam status perkawinan/keturunan.
TENTIR
FIK
UI
2017
4
B. Teori dan Model
Keperawatan Keluarga
TENTIR TENTIR
FIK FIK
UI UI
2017 2017
5
Teori dan Model Keperawatan Keluarga Berikut merupakan tabel teori dan model keperawatan keluarga menuruut Kaakinen (2015).
Rangkuman
Teori dan Model Keluarga Nightingale
Keluarga digambarkan memiliki pengaruh positif
Nightingale (1859)
dan negatif terhadap hasil anggota keluarga. Keluarga dipandang sebagai institusi yang mendukung seluruh anggota keluarga sepanjang hidup.
Rogers’s Science of
Keluarga
dipandang
sebagai
bidang
energi
Unitary Human Beings
sistem terbuka yang senantiasa berubah sesuai
(Teori Manusia sebagai
interaksinya dengan lingkungan.
Satu kesatuan) Casey (1996) Rogers (1970, 1986,1990)
Roy’s Adaptation Model
Keluarga dipandang sebagai sistem adaptif yang
(Teori Adaptasi) Roy (1976)
memiliki input, kontrol internal, proses umpan balik dan hasil. Kekuatan dari model ini adalah
Roy & Roberts (1981)
memahami bagaimana keluarga beradaptasi untuk masalah kesehatan.
Johnson’s Behavioral
Systems Nursing
Model (Teori
Keluarga dipandang sebagai sistem perilaku yang
for terdiri dari seperangkat subsitem interaktif Sistem
terorganisir
yang
saling
bergantung
dan
Perilaku)
terintegrasi yang menyesuaikan dan beradaptasi
Johnson (1980)
dengan kekuatan internal dan eksternal untuk
TENTIR
FIK
UI
2017
6
menjaga stabilitas. Keluarga dipandang sebagai kendaraan untuk
King’s Goal Attainment
Theory (Teori Pencapaian mentransmisikan nilai dan norma perilaku pe rilaku Tujuan)
rentang hidup, yang mencakup peran anggota
King (1981, 1983, 1987)
keluarga yang sakit. Keluarga bertanggung jawab atas menangani fungsi perawatan kesehatan keluarga. Keluarga dipandang sebagai interpersonal dan sistem sosial. Komponen kuncinya adalah interaksi antara perawat dan keluarga sebagai klien.
Neuman’s Systems Model
Keluarga
dipandang
sebagai
suatu
sistem.
Neuman (1983, 1995)
Tujuan utama keluarga adalah untuk menjaga stabilitas dengan menjaga integritas strukturnya dengan membuka dan menutup batas-batasnya. Ini adalah model yang menggambarkan keluarga yang terus bergerak dan statis dari satu perspektif.
Orem’s Self -Care -Care Deficit
Keluarga dipandang sebagai unit pengkondisian
Theory (Teori perawatan
dasar di mana individu belajar budaya, peran,
diri)
dan tanggung jawab. Secara khusus, anggota
Gray (1996)
keluarga belajar bagaimana bertindak ketika
Orem
(1983a,
1983b,
1985)
seseorang keluarga
sakit.
Perilaku
berkembang
perawatan
melalui
diri
hubungan
interpersonal, komunikasi, dan budaya yang unik untuk setiap keluarga. Parse’s Human Becoming
Konsep keluarga dan siapa yang membentuk
Theory
keluarga dipandang sebagai sesuatu yang terus
Parse (1992, 1998)
berkembang.
Peran
perawat
adalah
menggunakan komunikasi terapeutik untuk mengundang
TENTIR
FIK
UI
anggota
keluarga
2017
untuk
7
mengungkap makna pengalaman mereka, untuk mempelajari apa arti dari pengalaman untuk satu sama lain, dan untuk mendiskusikan arti dari
pengalaman
untuk
keluarga
secara
keseluruhan. Friedemann’s Framework
Keluarga digambarkan sebagai sistem sosial
of Systemic Organization
yang memiliki tujuan mentransmisikan budaya
Friedemann (1995)
kepada anggotanya. Unsur-unsur utama dari teori
ini
adalah
stabilitas
keluarga,
pertumbuhan keluarga, kontrol keluarga, dan kerohanian keluarga.
TENTIR
FIK
UI
2017
8
C.
Pendekatan Keperawatan Keluarga
TENTIR TENTIR
FIK FIK
UI UI
2017 2017
9
Pendekatan Keperawatan Keluarga
((Friedman, Bowden, Jones, 2010)
Ada berbagai pendekatan yang dapat dilakukan untuk praktik keluarga, diantaranya: 1) keluarga sebagai konteks; 2) keluarga sebagai klien; 3) keluarga sebagai subsistem; subsistem;
4) keluarga keluarga sebagai sebagai sistem, sistem, dan dan 5) keluarga sebagai
komponen sosial (Friedman, Bowden, Jones, 2010).
1. Keluarga sebagai Konteks Fokus dalam pendekatan ini adalah pada kesehatan dan perkembangan anggota keluarga yang berada pada lingkungan khusus. Dilakukan pengkajian terhadap
pemenuhan kebutuhan dasar individu tersebut oleh keluarga (Potter, Perry, Stockert, & Hall, 2013). Contoh : Anda ditugaskan untuk merawat seorang pasien, Davis, yang baru saja didiagnosis mengidap arteri Koroner. Ia berada pada masa pemulihan setelah menjadlani insersi stent untuk meningkatkan aliran darah coroner. Davis suah
TENTIR
FIK
UI
2017
1
berkeluarga dan memiliki tiga orang anak yang berusia 11-16 tahun yang tiggal bersama di rumahnya. Fokus utama pelayanan perawat adalah modifikasi
faktor risiko yang dimiliki Davis yang berhubungan dengan penyakit arteri koroner. Walaupun perawat ingin melayani seluruh keluarga, interaksi perawat tersebut hanya mencakup Davis. Perawat akan bekerja sama dengan pasangai untuk memodifikasi risiko jantung Davis.
2. Keluarga sebagai Klien Fokus pendekatan ini ialah dinamika dan hubungan internal keluarga, struktur dan fungsi keluarga, serta saling ketergantungan subsistem keluarga dengan kesehatan, dan keluarga dengan lingkungan luarnya (Potter, Perry, Stockert, & Hall, 2013). Contoh : Seorang perawat bertugas membantu David Daniels berusia 35 tahun dan sudah menjelang ajal. David dan istrinya, Lisa, memiliki 3 orang anak yang y ang masih sekolah. David ingin meninggal di rumahnya. Lisa sedang menjalani cuti kerja untuk membantu David menjalani masa sulit ini. Lisa dan David adalah anak tunggal. Sedangkan orang tua David telah meninggal, namun ibu Lisa tinggal bersama keluarga tersebut untuk membantu. Dalam hal ini, walaupun David merupakan penerima utama pelayanan, seluruh keluarga membutuhkan pelayanan keluarga dan dukungan untuk berhadapan dengan stresor perawatan menjelang ajal. (Menguatkan pihak keluarga). Perawat
menilai dan memenuhi kenyamanan keluarga dan
kebutuhan nutrisi David. Setelah itu menentukan kebutuhan keluarga untuk istirahat dan tahap koping mereka.
3. Keluarga sebagai Sub Sistem Pada pendekatakan ini, subsistem keluarga merupakan fokus dan penerima pengkajian dan intervensi. Model ini berfokus kepada keperawatan keluarga interpersonal (hubungan peran antar satu dengan yang lain). Diad dan triad, serta subsistem keluarga yang lain menjadi unit analisis dan perawatan. Contoh fokus perawatan : bonding attachment, interaksi pernikahan, hubungan orang tua dan anak (Friedman, Bowden, Jones, 2010).
TENTIR
FIK
UI
2017
11
4. Keluarga sebagai Sistem Keluarga dipandang sebagai sistem interaksi di mana keseluruhan lebih dari jumlah bagian-bagiannya (Potter, Perry, Stockert, & Hall, 2013). Dengan kata lain, interaksi antara anggota keluarga menjadi target untuk intervensi keperawatan, yang mengalir dari penilaian keluarga secara keseluruhan. Contoh : David sakit keras (menjelang ajal) -> Lisa dan keluarga merasa memiliki beban yang berat -> Lisa selalu ingin berada di samping david, bahkan ketika ada anggota gereja yang datang menjenguk dan sangat ingin membantu -> Lisa mengalami stress, kebutuhan dasar tidak terpenuhi (makan, istirahat, aktivitas). Saat melihat keluarga sebagai sistem, perawat menggunakan elemen dari keluarga sebagai sebagai konteks konteks dan klien, klien, tetapi juga menilai menilai sumber daya yang tersedia di keluarga. Perawat memutuskan untuk membantu keluarga ini dengan mengatur jadwal antara Lisa, ibu Lisa, dan anggota gereja untuk menjaga David, sehingga memberikan Lisa waktu untuk meinggalkan David. Perawat juga mengatur tugas, seperti berbelanja dan mempersiapkan makanan bagi keluarga tersebut, dan membantu aktivitas sekolah dan ekstrakurikuler anak-anak David. Ketika ada seseorang dalam keluarga yang memiliki beban kerja yang tinggi, perawat dapat mendistribusikan tugas tersebut ke anggota keluarga lain secara seimbang dengan memperhatikan kemampuan tiap anggota dan sumberdaya yang dimiliki keluarga.
5. Keluarga sebagai Komponen Sosial Keluarga sebagai sebagai sebuah sebuah komponen komponen masyarakat masyarakat
di artikan artikan sebagai sebagai
interaksi dengan suatu lembaga lain untuk komunikasi, menerima, bertukar atau memberi pelayanan, karena keluarga juga di pandang sebagai salah satu institusi dalam masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan, pendidikan, agama, serta ekonomi (Kaakinen, Coehlo, Steele, Tabacc, & Hanson, 2015). Pertanyaan yang mungkin diajukan perawat dalam pendekatan ini meliputi: “Sudahkah Anda mempertimbangkan bergabung dengan kelompok
pendukung untuk keluarga dengan ibu yang menderita kanker payudara? Keluarga lain menemukan ini sebagai sumber yang bagus dan cara untuk mengurangi stress. ”
TENTIR
FIK
UI
2017
12
(Kaakinen, Coehlo, Steele, Tabacc, & Hanson, 2015).
TENTIR
FIK
UI
2017
13
D.
Tahap Perkembangan Keluarga
TENTIR FIK UI 2017 TENTIR FIK UI 2017
14
Tahap Perkembangan Keluarga
1.
Tahap Perkembangan Keluarga dengan Pasangan Baru Menikah
Pada tahap ini terjadi banyak perubahan khususnya terkait status
dan hubungan yang menjadi lebih intim sebagai awal keluarga baru.
Masalah yang kerap muncul dalam keluarga baru menikah adalah
terkait konflik pengambilan keputusan antara sepasang suami dan istri, perubahan peran, fungsi baru dalam keluarga, komunikasi dan kesopanan, perancanaan keturunan, dan mencari informasi untuk merencanakan kehamilan.
2.
Tahap Perkembangan Keluarga dengan Bayi Baru Lahir
Tahap ini dimulai ketika awal kehamilan anak pertama sampai
anak pertama mencapai usia 18 bulan (Kaakinen, et.al, 2015).
Fokus tahap perkembangan ini adalah hubungan keluarga dan
riwayat kesehatan keluarga.
Masalah yang kerap muncul adalah persiapan menjadi orang tua,
mempertahankan hubungan pernikahan, dan melibatkan keluarga besar dalam mengasuh bayi baru lahir (Friedman, 2003).
3.
Tahap Perkembangan Keluarga dengan Anak Pra-sekolah Tahap ini dimulai ketika keluarga memiliki anak dengan usia 2,5 –
5 tahun. Anak mulai berekspolarasi dengan kemandirian dan tidak sepenuhnya ingin bergantung dengan orang tua (Friedman, 2003).
Fokus keluarga pada tahap ini yaitu memfasilitasi/membantu anak
untuk
beradaptasi
dengan
lingkungan
dan
menstimulasi
tercapainya perkembangan anak.
TENTIR
FIK
UI
2017
15
4.
Tahap Perkembangan Keluarga dengan Anak Sekolah
Tahap ini dimulai ketika keluarga memiliki anak pertama
memasuki sekolah dalam waktu penuh, biasanya anak berusia 5 tahun sampai usia 13 tahun mencapai masa pubertas.
Menurut Erickson (1950) dalam Friedman, Bronden, & Jones
(2003), orangtua memiliki tuntutan ganda yaitu mencari kepuasan dalam mengasuh generasi berikutnya (tugas perkembangan generasivitas) dan memerhatikan pertumbuhan diri mereka sendiri.
5.
Tahap Perkembangan Keluarga dengan Remaja
Tahap ini dimulai ketika keluarga memiliki anak remaja yang
mencapai umur 12-18 tahun.
Pada tahap ini, keluarga harus mulai memberikan tanggung jawab
serta pendidikan yang lebih baik untuk mempersiapkan anak mencapai kedewasaan, baik secara biologis maupun psikologis (Gavazzi, 2011).
6.
Tahap Perkembangan Keluarga dengan Dewasa Awal
Tahap perkembangan keluarga dengan dewasa awal dimulai pada
saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah.
7. Tahap Perkembangan Keluarga dengan Usia Pertengahan
Tahap keluarga dengan usia pertengahan di mulai ketika orangtua
memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal dan ketika anak terakhirnya meninggalkan rumah.
Pada beberapa pasangan tahap ini, dianggap sulit karena sudah
memasuki masa usia lanjut, perpisahan dengan anak dan perasaan gagal sebagai orang tua (Standhope & Lancaster, 2016).
8.
Tahap Perkembangan Keluarga dengan Lansia Tahap keluarga dengan lansia dimulai ketika keluarga dengan usia
60 tahun atau lebih. Fokus keluarga dengan lansia ini adalah menyiapkan diri untuk beradaptasi dengan kondisi usia lanjut, peran sebagai kakek-nenek, kematian pasangan dan hidup sendiri (McGoldrick, 2005 dalam Kaakinen, et.al, 2015).
TENTIR
FIK
UI
2017
16
E.
Tugas Perkembangan Keluarga
TENTIR FIK UI 2017 TENTIR FIK UI 2017
17
Tugas Perkembangan Keluarga
1. Tugas Perkembangan Keluarga Baru Menikah Pada tahap ini terdapat tugas perkembangan keluarga, diantaranya yaitu:
Membentuk pernikahan yang memuaskan bagi kedua belah pihak.
Membina hubungan dengan keluarga lain, teman beberapa, dan
kelompok sosial.
Mendiskusikan rencana keluarga (keputusan tentang memiliki anak/
menjadi orang tua).
Menyiapkan kebutuhan pribadi dan pasangan.
Membentuk hubungan yang sukses dengan saling melengkapi dan
menghargai perbedaan.
2. Tugas Perkembangan Keluarga dengan Anak Baru Lahir
Mengatur
keluarga
muda
sebagai
unit
yang
stabil
(mengintegrasikan bayi baru ke dalam keluarga).
Menyelesaikan tugas-tugas dan kebutuhan perkembangan yang
saling bertentangan dari berbagai anggota keluarga
Mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan.
Memperluas
hubungan
dengan
keluarga
besar
dengan
menambahkan peran sebagai orang tua dan kakek-nenek.
Mengamankan tempat tinggal, makanan, dan pakaian, untuk
mengembangkan individu yang sehat.
Memastikan sosialisasi setiap individu baik di sekolah, pekerjaan,
spiritual, dan kehidupan masyarakat.
Berkontribusi pada generasi berikutnya dengan melahirkan,
mengadopsi anak atau mengasuh anak, dan mempromosikan kesehatan anggota keluarga dan merawatnya ketika sakit
TENTIR
FIK
UI
2017
18
3. Tugas Perkembanngan Keluarga dengan Anak Usia Pra-Sekolah
Memahami pertumbuhan dan perkembangan normal anak
Menyesuaikan diri dengan gaya dan tempramen anak yang
berbeda-beda
Membantu anak untuk bersosialisasi
Beradaptasi dengan anak yang baru lahir
Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak meliputi
pembagian tanggung jawab anggota keluarga
Merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi tumbuh
kembang anak.
Membantu anak menyelesaikan masalah
Mengatur jam anak melakukan aktivitas agar tercipta suasana
disiplin.
4. Tugas Perkembangan Keluarga dengan Anak Usia Sekolah
Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan
lingkungan.
Mempertahankan keintiman pasangan.
Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin
meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
Mengajarkan anak untuk dapat menjaga kebersihan mereka
sendiri.
5. Tugas Keluarga dengan Anak Usia Remaja
Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika
remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri.
Memfokuskan kembali hubungan perkawinan
Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak.
Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika
remaja matang dan semakin mandiri dilakukan dengan mengubah hubungan orang tua-anak dari dependen ke arah mandiri.
TENTIR
FIK
UI
2017
19
Mempertahankan etika dan standar moral keluarga juga
merupakan tugas perkembangan keluarga lainnya (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
Beradaptasi dengan perubahan dalam komunikasi keluarga,
struktur kekuasaan dan pengambilan keputusan ketika remaja meningkatkan otonomi.
Membantu remaja berkembang sebagai individu dan sebagai
anggota keluarga.
Mengizinkan remaja membangun identitas mereka sendiri tetapi
masih menjadi bagian dari keluarga.
Berpikir tentang masa depan, pendidikan, dan pekerjaan.
Meningkatkan peran remaja dalam keluarga, memasak, dan
perbaikan.
6. Tugas Perkembangan Keluarga dengan Anak Usia Dewasa Awal
Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
Mempertahankan keintiman pasangan juga menjadi tugas
perkembangan keluarga.
Membantu anak untuk mandiri atau berperan aktif di lingkungan
masyarakat.
Meningkatkatkan perkembangan psikososial anak, manambah
relasi, mencari pengalaman baru, dan belajar rasa tanggung jawab.
Membantu orang tua atau suami/istri yang sedang sakit dan
memasuki masa tua.
7. Tugas Perkembangan Keluarga Pada Usia Pertengahan
Mempertahankan kesehatan.
Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman
sebaya dan anak-anak.
Meningkatkan keakraban pasangan, kalau pasangan orang tua
masih lengkap.
TENTIR
FIK
UI
2017
2
8. Tugas Perkembangan Keluarga Usia Lanjut
Menyiapkan dan beradaptasi dengan hal-hal pada tahap usia
terakhir dan
Membangun hubungan yang menyenangkan dengan keluarga inti
khususnya dengan pasangan.
Mempertahankan
fungsi
individual
dan
pasangan
ketika
beradaptasi dengan proses penuaan.
Mendukung peran generasi menengah.
Dukung dan otonomi generasi tua.
Saling bercerita, memberi semangat, dan bersosialisasi dengan
lingkungan.
Mempersiapkan diri untuk kematian, kehilangan pasangan, saudara
kandung, dan teman sebaya lainnya
Beradaptasi dengan perubahan yang akan terjadi, seperti kekuatan
fisik, penurunan penghasilan, dan kehilangan pasangan.
Menentukan Tahapan Keluarga Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan oleh usia anak tertua di keluarga
TENTIR
FIK
UI
2017
21
F.
Struktur Fungsi, dan Proses Keluarga
TENTIR FIK UI 2017 TENTIR FIK UI 2017
22
Fungsi Keluarga A. Fungsi Reproduksi
- Meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia. - Memerhatikan kontrol kelahiran untuk mengantisipasi kelebihan populasi, ancaman lingkungan, pandangan pribadi, dan kesejahteraan finansial.
B. Fungsi Sosialisas Sosialisasii
- Membina hubungan interaksi pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
- Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga kepada anak. C. Fungsi Afektif -
Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang dijadikan sebuah kekuatan.
-
Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung antar anggota keluarga, saling menghargai, dan mengakui keberadaan dan hak setiap anggota.
-
Penyesuaian aspek kehidupan anggota keluarga.
D. Fungsi Ekonomi -
Memenuhi kebutuhan dasar anggotanya, yang terutama terdiri dari makanan, perumahan, kesehatan, dan kenyamanan pada umumnya.
-
Kondisi ekonomi secara signifikan mempengaruhi keluarga (Kaakinen et al., 2015).
-
Beberapa masalah yang dapat mempengaruhi kapasitas atau kemampuan keluarga
untuk
merawat
kebutuhan ekonomi
anggotanya,
yaitu
manajemen uang, keputusan perumahan, pengeluaran konsumen, pilihan asuransi, perencanaan pensiun, dan tabungan (Kaakinen et al., 2015).
TENTIR
FIK
UI
2017
23
Struktur Keluarga Struktur keluarga merupakan serangkaian hubungan yang terdiri dari individu dalam keluarga, hubungan antar individu, interaksi antar anggota anggota keluarga, dan interkasi dengan sistem sosial lainnya. Struktur keluarga dibagi menjadi empat, yaitu struktur peran, komunikasi, kekuatan, dan nilai norma (Kaakinen, Gedaly-Duff, Coehlo, dan Hanson, 2010).
A. Struktur Peran Struktur peran adalah serangkaian perilaku pada suatu keluarga sesuai dengan posisi sosial yang sebelumnya telah ditetapkan. Pada umumnya di masyarakat, ayah merupakan sosok kepala keluarga yang bertugas untuk mencari nafkah bagi keluarga, pemberi rasa aman bagi anggota keluarga, dan juga anggota masyarakat di lingkungan sekitarnya. Selanjutnya ibu adalah mengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anaknya, serta bisa sebagai pencari nafkah tambahan. Sedangkan anak berperan sebagai pelaksana peranan psikososial yang sesuai dengan tingkat perkembangan meliputi fisik, spiritual, psiko dan sosial (Kaakinen, GedalyDuff, Coehlo, dan Hanson, 2010). Menurut Kaakinen, Gedaly-Duff, Coehlo, dan Hanson (2010), terdapat beberapa variasi struktur keluarga pada rumah tangga, di antaranya: (1) Nuclear dyad , yaitu pasangan baru menikah dan belum memiliki anak, komposisinya hanyalah suami dan istri; (2) Nuclear atau keluarga inti, komposisinya terdapat suami, istri, dan anak (kandung atau adopsi); (3) Binuclear atau memiliki dua keluarga inti yang terjadi pasca perceraian, komposisi orang tua dan anak-anak sebagai anggota keduanya;
TENTIR
FIK
UI
2017
24
(4) Extended atau keluarga besar, terdiri atas keluarga inti ditambah dengan saudara sedarah; (5) Blended atau keluarga campuran, terdiri atas suami, istri, dan anakanak dari hubungan sebelumnya; (6) Single parents atau keluarga dengan satu orang tua, teridiri atas ayah/ibu dengan anaknya; (7) Commune, terdiri atas kelompok pria, wanita, dan anak-anak; (8) Cohabitation, pria dan wanita yang belum menikah berbagi rumah tangga; (9) Homosexual, pasangan sesama jenis; (10) Single person (adult), satu orang dalam satu rumah tangga.
B. Struktur Komunikasi Struktur komunikasi pada keluarga adalah bagaimana pola komunikasi yang terjadi antar anggota keluarga meliputi bahasa yang digunakan serta waktu yang digunakan untuk saling berinteraksi . Pola komunikasi keluarga dapat berjalan dengan baik apabila pada proses komunikasi tersebut terjalin kejujuran, keterbukaan, melibatkan emosi, dapat menyelesaikan masalah yang ada, dan terdapat hierarki kekuatan. Komunikasi dapat dikatakan berhasil apabila pengirim pesan yakin terhadap pesan yang disampaikannya, isi pesan berkualitas dan dapat dimengerti, dan dapat menimbulkan umpan balik (Kaakinen, GedalyDuff, Coehlo, dan Hanson, 2010)
C. Struktur Kekuatan Kekuatan menurut Friedman (dikutip dalam Pustikasari & Fatimah, 2015), merupakan kemampuan baik potensial maupun aktual dari
individu untuk mengendalikan atau memengaruhi perubahan perilaku orang lain ke arah yang positif. Kekuatan keluarga memfokuskan pada proses pembuatan keputusan. Pembuatan keputusan sebagai proses yang diarahkan pada tercapainya tujuan dan komitmen dari anggota keluarga
TENTIR
FIK
UI
2017
25
untuk melaksanakan serangkaian tindakan atau mempertahankan status quo atau membuat sesuatu tercapai (Friedman, dikutip dalam Pustikasari & Fatimah, 2015). Keputusan keluarga merupakan bentuk manifestasi dari kekuasaan. Struktur kekuatan keluarga terdiri dari berbagai tipe diantaranya
legitimate power/authority (hak untuk mengontrol) seperti orangtua terhadap anak, referent power (seseorang yang ditiru), resource or
expert power (pendapat, ahli, dan lain-lain), reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan diterima), coercive power (pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya), informational power (pengaruh yang dilalui melalui persuasi), affective power (pengaruh (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi dengan cinta kasih) misalnya hubungan seksual. Hasil dari kekuatan tersebut yang akan mendasari suatu proses dalam pengambilan keputusan dalam keluarga seperti konsesus, tawar menawar atau akomodasi, kompromi atau de facto, dan paksaan (Friedman, dikutip dalam Ulfah, 2013).
D. Struktur Nilai dan Norma Nilai merupakan keyakinan pribadi tentang nilai gagasan, sikap, kebiasaan, atau objek yang diberikan yang menetapkan standar yang memengaruhi perilaku (Potter, Perry, Stockert, & Hall, 2013). Menurut Friedman (dikutip dalam Ulfah, 2013), nilai sebagai suatu sistem, sikap, dan kepercayaan yang dapat mempersatukan anggota keluarga dalam suatu budaya baik secara sadar ataupun tidak. Nilai keluarga merupakan pedoman perilaku serta perkembangan norma dan peraturan. Norma ialah pola perilaku yang baik bagi masyarakat yang didasari dari sistem nilai dalam keluarga. Budaya sebagai kumpulan dari pola perilaku yang dapat
dipelajari,
dibagi,
dan
diturunkan
dengan
tujuan
untuk
menyelesaikan masalah. Nilai dan norma yang dimiliki keluarga akan memengaruhi cara keluarga beradaptasi. be radaptasi.
TENTIR
FIK
UI
2017
26
Proses Keluarga Proses keluarga merupakan interaksi antara anggota keluarga yang terjadi secara berkelanjutan untuk menyelesaikan tugas instrumental dan ekspresif mereka (Denham, 2005 dalam Kaakinen, 2015). Proses keluarga dibagi menjadi lima, yaitu komunikasi keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, ritual dan rutinitas dalam keluarga, koping keluarga, dan peran keluarga.
A. Komunikasi Keluarga Komunikasi
keluarga
terjadi
secara
terus-menerus
karena
mendefinisikan kejadian nyata keluarga saat ini dan membangun hubungan antar keluarga. Komunikasi keluarga mempengaruhi kesehatan fisik dan mental suatu keluarga.
B. Pengambilan Keputusan dalam Keluarga Keluarga Terdapat 5 fitur pengambilan keputusan, yaitu orang yang mengangkat isu/topik, apa yang dikatakan tentang isu/topik, tindakan yang mendukung terkait isu/topik yang dibahas, pentingnya terkait isu/topik, dan respon individu.
Selain
itu,
terdapat
langkah-langkah
dalam
pengambilan
keputusan, antara lain: 1. Keluarga dan penyedia layanan kesehatan harus mengerti dan menyetujui masalah kesehatan yang dihadapi anggota keluarga. 2. Penyedia layanan kesehatan member informasi dan mendiskusikan pilihan perawatan dengan cara yang mengundang pertanyaan dari keluarga. 3. Keluarga dan penyedia layanan kesehatan mendiskusikan pro dan kontra terkait pilihan keluarga, termasuk manfaat biaya, kenyamanan, dan biaya keuangan. 4. Keluarga dan penyedia layanan kesehatan mendiskusikan nilai-nilai dan keutamaan, termasuk ide, masalah, dan hasil yang diharapkan.
TENTIR
FIK
UI
2017
27
5. Keluarga dan penyedia layanan kesehatan mendiskusikan kemampuan dan kepercayaan diri untuk menindaklanjuti dengan langkah-langkah atau rejimen untuk setiap pilihan. 6. Penyedia layanan kesehatan dan keluarga harus memeriksa dan mengklarifikasi untuk memahami diskusi dan informasi yang dibagikan. 7. Penyedia layanan kesehatan dan keluarga harus mencapai keputusan atau menunda keputusan sampai waktu yang ditentukan dan disepakati. 8. Penyedia layanan kesehatan harus menindaklanjuti untuk mengetahui hasil keputusan.
C. Ritual dan Rutinitas dalam Keluarga Rutinitas merupakan perilaku yang dilakukan sehari-hari dalam keluarga. Keluarga memiliki ritual dan rutinitas yang unik, memberikan makna bagi kehidupan keluarga. Sistem keluarga akan terganggu apabila ritual dan rutinitas terganggu oleh penyakit, maka dari itu ritual dan rutinitas dapat mempengaruhi kesehatan setiap anggota keluarga. Ritual dan rutinitas berkaitan dengan kebutuhan kesehatan yang menjadi dasar untuk memberikan intervensi keluarga yang berbeda untuk menyusun rencana khusus untuk memberikan promosi kesehatan.
D. Koping Keluarga Koping merupakan upaya kognitif dan perilaku yang terus berubah untuk mengelola tuntutan tuntutan eksternal dan dan atau internal tertentu tertentu yang dinilai sebagai pajak atau melebihi sumber daya individu (Lazarus & Folkman, 1984 dalam Kaakinen, 2015). Suatu keluarga dapat bertahan dan pulih dari stres atau krisis yang sulit dengan adanya dukungan, yang disebut sebagai ketahanan keluarga. Ketahanan keluarga menurut Black dan Lobo (2008), dalam Kaakinen (2015), adalah keberhasilan mengatasi anggota keluarga yang berada di bawah kesulitanyang memungkinkan mereka untuk berkembang dengan kehangatan, dukungan, dan kohesi. Terdapat beberapa
proses
kunci
dalam
ketahanan
keluarga,
yaitu
sistem
kepercayaan, pola organisasi, dan komunikasi keluarga. Sistem kepercayaan
TENTIR
FIK
UI
2017
28
keluarga melibatkan pemaknaan terhadap kesulitan, mempertahankan pandangan positif, dan mampu mengatasi kesulitan melalui sistem spiritual atau iman. Pola organisasi keluarga berbicara mengenai fleksibilitas, keterhubungan, dan sumber daya sosial dan ekonomi. Serta keluarga yang berkomunikasi dengan jelas, memungkinkan ekspresi emosional terbuka, dan memiliki pendekatan pemecahan masalah kolaboratif memfasilitasi ketahanan keluarga E. Peran Keluarga Menurut Ny (1976) dikutip dalam (Kaakinen, 2015), terdapat 8 peran keluarga yang terkait dengan posisi pasangan, di antaranya: -
Seksualitas
-
Rekreasi
-
Terapi
-
Sosialisasi
-
Kekerabatan
-
Penyedia atau pencari nafkah Peran penyedia atau pemberi nafkah umumnya dipegang oleh ayah sebagai kepala keluarga. Namun dalam beberapa dekade terakhir peran penyedia telah mengalami perubahan signifikan dimana seorang ibu juga bekerja karena membutuhkan lebih dari satu penghasilan untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarga.
-
Pengurus rumah tangga Peran pembantu rumah tangga dan perawatan anak umumnya dipegang oleh seorang ibu. Karena wanita masih menjadi yang utama dalam memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan semua anggota keluarga, termasuk anak-anak dan pria. Namun, beberapa yang lain merangkap peran menjadi seorang penyedia atau pemberi nafkah dalam keluarga. Meski begitu, wanita yang bekerja terus bertanggung jawab atas sebagian besar tanggung jawab rumah tangga dan perawatan anak.
-
Perawatan anak
TENTIR
FIK
UI
2017
29
Peran sakit dalam keluarga adalah memungkinkan individu atau anggota keluarga belajar perilaku kesehatan dan penyakit dalam keluarga asal mereka. Perilaku kesehatan terkait dengan pencegahan utama penyakit, dan termasuk kegiatan promosi kesehatan untuk mengurangi kerentanan terhadap penyakit dan tindakan untuk mengurangi efek penyakit kronis. Terdapat tiga jenis perilaku kesehatan dalam keluarga (Kasl dan Cobb, 1966), yaitu: 1) Perilaku kesehatan adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang yang meyakini dirinya sehat untuk tujuan mencegah penyakit atau mendeteksinya pada tahap tanpa gejala. 2) Perilaku penyakit adalah setiap kegiatan, yang dilakukan oleh seseorang
yang
merasa
sakit,
untuk
menentukan
kondisi
kesehatannya dan untuk menemukan obat yang cocok. 3) Perilaku sakit peran adalah aktivitas apa pun yang dilakukan untuk tujuan sembuh, oleh mereka yang menganggap dirinya sakit. Ketika salah-satu anggota keluarga sakit, ia menunjukkan berbagai perilaku penyakit atau memberlakukan "peran sakit". Terdapat empat karakteristik seseorang yang sakit (Parsons, 1951) yaitu:
Saat sakit, orang tersebut untuk sementara tidak menjalankan
peran sosial dan keluarga yang normal. Semakin parah penyakitnya, semakin bebas dari kewajiban peran.
Secara umum, orang yang sakit tidak bertanggung jawab atas
sakitnya.
Orang yang sakit diharapkan untuk mengambil tindakan untuk
sembuh, dan karena itu memiliki kewajiban untuk "sembuh."
Orang yang sakit diharapkan untuk mencari perawatan medis
profesional yang kompeten dan untuk mematuhi nasihat medis tentang bagaimana "sembuh."
TENTIR
FIK
UI
2017
3
F. Fungsi Perawatan Kesehatan -
Anggota keluarga sering menjadi penyedia layanan kesehatan utama untuk keluarga mereka.
-
Anggota keluarga cenderung menjadi pengasuh dan sumber utama dukungan untuk individu selama sehat ataupun sakit.
-
Keluarga melindungi kesehatan fisiknya anggota dengan menyediakan layanan gizi dan perawatan kesehatan yang memadai. Gaya hidup keluarga juga dapat
mempengaruhi perkembangan sikap dan gaya hidup praktik
kesehatan anak-anak atau anggota keluarga (Berman & Snyder, 2012).
A. Peran perawat keluarga 1. Manajer kasus (case (case manager ) yang melibatkan koordinasi dan kolaborasi antara keluarga dan sistem perawatan kesehatan. Seorang manajer kasus telah diberdayakan secara formal untuk bertanggung jawab atas suatu kasus. Misalnya, seorang perawat keluarga yang bekerja dengan lansia di komunitas dapat ditugaskan menjadi manajer kasus untuk pasien dengan penyakit Alzheimer.
2. Perawat keluarga berfungsi sebagai pengganti (surrogate (surrogate)) dengan menggantikan orang lain. Misalnya, perawat dapat berperan sementara sebagai orang tua yang penuh kasih kepada seorang remaja yang melahirkan seorang anak sendirian di ruang ru ang persalinan dan melahirkan.
3. Perawat keluarga berkonsultasi dengan keluarga dan profesional perawatan
kesehatan
lainnya
sebagai
spesialis
lingkungan
untuk
memodifikasi lingkungan (environmemtal (environmemtal modifier ). Misalnya, jika seorang pria dengan paraplegia akan dipulangkan dari rumah sakit ke rumah, perawat membantu keluarga dalam memodifikasi lingkungan rumah sehingga pasien dapat bergerak dengan kursi roda dan melakukan perawatan diri.
4. Perawat keluarga dapat berfungsi sebagai penghubung (liaison (liaison)) antara layanan perawatan kesehatan dengan keluarga. Misalnya, jika seorang anggota keluarga mengalami kecelakaan traumatis, perawat akan menjadi orang kunci dalam membantu keluarga mengakses sumber daya dari
TENTIR
FIK
UI
2017
31
perawatan rawat inap, rawat jalan, perawatan kesehatan di rumah, dan layanan sosial hingga rehabilitasi.
5. Perawat sebagai advocator yang mengadvokasi keluarga, memberdayakan anggota keluarga untuk berbicara dengan suara mereka sendiri, dan berbicara untuk keluarga. Contohnya adalah seorang perawat di sekolah yang mengadvokasi layanan pendidikan khusus untuk anak dengan gangguan hiperaktif-defisit perhatian.
6. Perawat keluarga harus terus melayani sebagai panutan (role (role model ) bagi orang lain. Misalnya, seorang perawat yang menunjukkan jenis kesehatan yang tepat dalam perawatan diri pribadi berfungsi sebagai teladan bagi orang tua dan anak-anak.
7. Perawat sebagai peneliti (researcher (researcher ) harus mengidentifikasi masalah praktik dan menemukan solusi terbaik untuk menangani masalah ini melalui proses penyelidikan ilmiah. Misalnya, perawat mungkin berkolaborasi dengan perawat lain untuk menemukan intervensi yang lebih baik untuk membantu keluarga mengatasi lansia yang tinggal di rumah.
8. Edukator (Health (Health Educator ) Dalam peran ini, perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga untuk menghadapi hal baru atau menangani masalah. Misalnya, perawat dapat mendidik orang tua baru tentang perawatan bayi.
9. Ahli epidemiologis (“case- finder” finder” or epidemiologist ) Perawat mengambil peran ini untuk berjaga-jaga dari penyakit. Ketika salah satu anggota keluarga didiagnosis menderita suatu penyakit, perawat dapat membantu melacak bagaimana penyakit itu menyebar, dan membantu melakukan perawatan.
10. Penerjemah (Translator (Translator ) Dalam semua pengaturan terutama ketika anggota keluarga memiliki penyakit, perawat dapat mengambil peran untuk mengklarifikasi dan menafsirkan data tentang penyakit itu sendiri, diagnosis, perawatan, dan prognosis.
TENTIR
FIK
UI
2017
32
11. Konselor (Counselor (Counselor ) Perawat dapat memberikan peran terapi untuk membantu keluarga menyelesaikan masalah. Perawat juga dapat memberikan konseling kepada anggota keluarga untuk mengubah perilaku. Sebagian besar, perawat berperan dalam area kesehatan mental untuk membantu keluarga mengatasi masalah.
12. Konsultan (Consultant (Consultant ) Dalam keluarga, ada begitu banyak pengambilan keputusan. Terkait dengan kasus tersebut, perawat dapat menjadi konsultan untuk tujuan tertentu dan itu diterapkan dalam jangka pendek.
13. Kooordinator/Kolabor Kooordinator/Kolaborator ator (Coordinator/collaborator ) Sebagai perawat keluarga, peran sebagai koordinator atau kolaborator dapat diterapkan dengan mengoordinasikan asuhan keperawatan keluarga yang tepat, juga berkolaborasi dengan keluarga untuk merancang rencana perawatan.
14. Ahli teknis Dalam peran ini, perawat dapat memiliki kemampuan dalam pengetahuan dan keterampilan. Dapat dikatakan bahwa perawat adalah ahli untuk melakukan perawatan yang berhubungan dengan kedua kemampuan.
B. Asuhan keperawatan keluarga 1. Pengkajian Keperawatan Keluarga Pengkajian data keluarga adalah pengumpulan data keluarga yang dilakukan secara sistemik menggunakan alat pengkajian keluarga, diklasifikasikan, dan dianalisis untuk mendapatkan masalah potensial yang berhubungan dengan kesehatan keluarga. Pengumpulan data keluarga dapat berasal dari berbagai sumber, yaitu wawancara klien yang berhubungan dengan kejadian masa lalu dan saat ini, temuan objektif seperti observasi rumah dan fasilitas, penilaian subjektif seperti laporan pengalaman keluarga, informasi tertulis dan lisan dari rujukan , berbagai
pihak yang sedang bekerja dengan keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya (Friedman, 2010).
TENTIR
FIK
UI
2017
33
Perawat dalam melakukan pengkajian pada keperawatan keluarga sebaiknya ikut terlibat di dalam keluarga untuk mengetahui dan memahami tindakan keperawatan yang dibutuhkan oleh keluarga tersebut. Kegiatan dalam pengkajian ini melalui pengumpulan informasiinformasi sebagai data perawat yang hendak memberikan asuhan keperawatan. Akan tetapi, perawat yang telah mendapatkan data haruslah mengonfirmasi mengenai informasi yang telah dipahami keluarga tersebut. Adapun tahapan dalam mengumpulkan data atau pengkajian dapat dilakukan dengan hal berikut, yaitu pengkajian latar belakang budaya, analisis cerita yang diberikan oleh keluarga, perencanaan perawatan keluarga, intervensi terhadap keluarga, dan evaluasi. Pada pengkajian ini, peran perawat dalam keterlibatan anggota keluarga, yaitu sikap menghargai perbedaan baik dari budaya yang dimiliki oleh keluarga, kebutuhan perawatan kesehatan yang beragam, dan sistem penyelesaian berbagai jenis keadaan. Setelah itu, perawat dapat mengumpulkan data melalui keluarga bercerita meskipun perawat dapat memperoleh informasi keluarga sebelum pengumpulan data. Dalam pengumpulan data, perawat berhak menggunakan jasa penerjemah yang berbeda dalam penggunaan bahasa dengan perawat. Dalam pengkajian ini, perawat selalu berfokus pada keluarga dan dalam perawatan keluarga akut perawat perlu intensitas yang lebih tinggi untuk mengumpulkan informasi pada keluarga. Kemampuan perawat dalam menganalisis latar belakang keluarga ditujukan dengan terorganisirnya masing-masing informasi menjadi gambaran
besar
yang
didapat
perawat
dari
keluarga
tersebut.
Pengumpulan informasi ini dapat dilakukan memakai alat yang akan dijelaskan pada sub bab instrumen pengkajian keluarga. Selanjutnya, perawat dan keluarga bekerja sama menentukan masalah utama menggunakan instrumen tersebut sehingga ketika informasi sudah terkumpul maka perawat dapat menetapkan intervensi yang tepat untuk keluarga tersebut. Pengkajian latar belakang budaya dan ekonomi keluarga perlu untuk dilakukan.
34
TENTIR
FIK
UI
2017
Pengkajian
latar
belakang
budaya
dengan
sikap
perawat
menghargai akan perbedaan tersebut sebelum melakukan pengkajian. Pengkajian ini akan bersinggungan langsung dengan agama yang dianut. Hal itu akan membentuk persepsi sehat sakit serta penanganan terhadap penyakit tersebut. Pengidentifikasian tersebut dapat dilakukan dengan melihat latar belakang etnik keluarga, tingkat akulturasi keluarga yaitu sejauh mana keluarga mempertahankan warisan budaya secara turun menurun, pilihan dan praktik agama kekuarga meskipun adanya perbedaan antara keyakinan seharusnya dan praktik agama yang dilakukan dan keterlibatan keluarga dalam kegiatan di masjid, gereja, atau lainnya (Friedman, Bowden & Jones, 2003). Pengkajian ekonomi meliputi status kelas sosial dan status ekonomi. Status sosial berkaitan dengan tingkatan penghasilan keluarga dan sumber penghasilan, pekerjaan, dan riwayat pendidikan. Sementara itu, status ekonomi diukur melalui besar penghasilan anggota keluarga dewasa di mana pertanyaan ini dapat diajukan jika ada alasan penting untuk melakukannya.
a. Model Pengkajian Keperawatan Keluarga 1. Family Assessment and Intervention Model
Model ini dikembangkan oleh Berkey-Mischke and Hanson tahun 1991. Model ini berfokus dalam kekuatan atau cara keluarga dalam mengatasi stressor pada keluarga tersebut. Perawat perlu mengumpulkan informasi seputar sumber kekuatan dan stressor melalui diskusi bersama keluarga. Dari hal tersebut, perawat dapat mengetahui kualitas fungsi dari keluarga tersebut. Adanya masalah atau stressor dari fungsi itu perawat bisa mencegah dan memberi intervensi yang tepat. Akan tetapi, perawat dapat melakukan promosi kesehatan jika dari keluarga tersebut tidak menemui stressor di dalamnya.
35
TENTIR
FIK
UI
2017
2. Friedman Family Assessment Model
Model pengkajian Friedman Family Assessment Model dalam Kaakinen (2010) menyebutkan bahwa model ini melihat sisi interaksi keluarga dengan lingkungan sekitarnya. Data pengkajian dengan model ini juga dapat mengkaji kesehatan maupun agama keluarga. Pada lingkup yang lebih besar, perawat dapat melihat fungsi, struktur, dan hubungannya dengan sistem sosial di lingkungan. Dalam melakukan pengkajian ini, perawat perlu mengetahui tahapan perkembangan keluarga dan hubungan latar belakang keluarga dengan lingkungannya. Perawat dapat melakukan pengkajian ini melalui wawancara dengan durasi waktu tertentu. Pada pengkajian Friedman terdapat 6 bagian, yaitu data pengenalan keluarga, riwayat dan tahap perkembangan keluarga, data lingkungan, struktur lingkungan, fungsi keluarga, stress dan koping (Friedman, 2010).
Data pengenalan keluarga keluarga
Nama dan usia setiap anggota keluarga
o
Alamat tempat tinggal dan nomor telepon
o
Komposisi keluarga (dapat dibuat genogram)
o
= Perempuan = Laki-laki = meninggal = klien
Tipe keluarga (keluarga inti atau keluarga besar)
o
Latar belakang budaya. Di dalamnya dikaji
o
beberapa hal, yaitu:
36
TENTIR
FIK
UI
2017
Suku keluarga dan kebiasaan serta keyakinan keluarga terkait kondisi kesehatan maupun permasalahan kesehatan yang sedang dialami Bahasa yang digunakan keluarga sehari-hari Tempat tinggal keluarga Hubungan dengan keluarga dan lingkungan Dekorasi rumah Penggunaan jasa kesehatan
Religius
o
Agama yang dianut keluarga Kebiasaan kegiatan keagaamaan yang sering diikuti keluarga Nilai-nilai
dan
kebiasaan
yang
dianut
berdasarkan agama yang dianut o Status kelas sosial Kelas sosial keluarga. Kelas sosial keluarga di bagi menjadi 4, yaitu keluarga kelas atas, keluarga kelas menengah (menengah atas & menengah bawah), keluarga kelas pekerja, dan keluarga kelas bawah Pekerjaan keluarga Pendidikan setiap anggota keluarga
Status ekonomi. Penghasilan keluarga disesuaikan
o
dengan UMR tempat tinggal keluarga
Aktivitas rekreasi keluarga
o
Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga saat ini
o
Tugas perkembangan yang belum terpenuhi
o
Riwayat keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu,
o
dan anak o
Riwayat kesehatan keluarga besar
37
TENTIR
FIK
UI
2017
Sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga
Riwayat keluarga sebelumnya
o
Data lingkungan
Karakteristik rumah
o
Karakteristik lingkungan sekitar dan komunitas
o
yang lebih besar
Mobilitas geografis keluarga
o
Transaksi dan asosiasi keluarga dengan komunitas
o
Struktur lingkungan
Pola
o
komunikasi
keluarga.
Kaji
komunikasi
fungsional yang digunakan suami dan istri
Struktur kekuasaan. Dikaji kekuasaan yang
o
dimiliki ayah, ibu, dan anak o Struktur peran. Di dalamnya terdapat struktur peran formal dan informal. Struktur peran formal adalah peran setiap anggota yang sesuai dengan posisi setiap anggota keluarga (Contoh: Mary berperan sebagai ibu dan istri), sedangkan struktur peran informal adalah peran atau sifat yang dimiliki setiap anggota kelompok (contoh: Maru sebagai seseorang yang tunduk dan patuh dan melakukan peran perantara antara anak-anak dan ayah mereka).
Nilai keluarga
o
Fungsi keluarga
Fungsi afektif. Fungsi ini berhubungan dengan
o
rasa kasih sayang, saling membutuhkan satu sama lain
Fungsi sosialisasi
o
o
Fungsi perawatan keluarga
38
TENTIR
FIK
UI
2017
Berhubungan dengan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu:
Mengenal masalah keluarga
Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga
Memberikan
perawatan
terhadap
keluarga yang sakit
Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga
Menggunakan
fasilitas
pelayanan
kesehatan
Stress, koping, dan adaptasi keluarga
Kaji stressor jangka pendek dan jangka panjang
o
keluarga o Kaji strategi koping fungsional dan disfungsional yang digunakan keluarga saat ini dan dahulu
Kaji
o
harapan
keluarga
terhadap
kesehatan
keluarga
Note : Data yang dikaji sesuaikan dengan kasus dan semua data akan saling terkait satu sama lain
3. Calgary Family Assessment Model (CFAM) and Calgary Family Intervention Model (CFIM) (CFIM)
Model ini dibuat oleh Wright dan Leahey tahun 2013 dimana model pengkajian ini telah dilengkapi oleh intervensi yang mendukungnya. Model ini seperti asuhan keperawatan yang menggunakan intervensi di dalamnya (Persson & Benzein, 2014). Model ini berfokus mengkaji mengenai perubahan struktur, fungsi, dan perkembangan dari keluarga tersebut. Pengkajian tersebut menjadi dasar dalam menjalankan intervensi seperti promosi, peningkatan, dan mempertahankan dari fungsi keluarga tersebut.
39
TENTIR
FIK
UI
2017
b. Instrumen Pengkajian Keluarga 1. Genogram dan Family Ecomap
Salah satu instrumen untuk mendukung pengumpulan informasi yaitu genogram dan ecomap. Genogram dipakai untuk mengetahui latar belakang keluarga dalam tiga tahun melalui sebuah diagram (Kaakinen, 2010). Sementara itu, family ecomap merupakan komponen berbentuk lingkaran yang mengelilingi genogram. Family ecomap ini menjadi gambaran mengenai komponen atau faktorfaktor yang memengaruhi keluarga tersebut. Penggunaan P enggunaan instrumen ini untuk mengetahui kualitas hubungan dan interaksi keluarga dengan lingkungan.
4
TENTIR
FIK
UI
2017
2. Literasi tentang Kesehatan Pengukuran instrumen ini melalui kualitas keluarga dalam literasi atau pengetahuan tentang kesehatan. Perawat yang telah mengetahui tingkat literasi keluarga akan lebih mudah dalam membuat kesepakatan dalam melaksanakan intervensi. Instrumen ini dibentuk secara efektif dan menggunakan kata yang dapat dipahami oleh keluarga. Contoh penggunaan instrumen ini yang dilakukan oleh Rademakers dan Heijmans (2018) dalam pengukuran pengetahuan penyakit kronis di rumah sakit dan diketahui populasi yang memiliki literasi kesehatan yang rendah akan kurang efektif dalam penerimaan layanan kesehatan. 3. Family Reasoning Web
Bagan atau skema ini memiliki komponen-komponen yang telah ditarik dari berbagai teori seperti teori struktur dan fungsi keluarga, teori perkembangan keluarga, teori stres keluarga, dan model promosi kesehatan keluarga. Bagan ini memiliki kategori yang meliputi rutinitas keluarga dalam kehidupan sehari-hari (tidur, makan, penitipan anak, olahraga), komunikasi keluarga, dukungan dan sumber daya keluarga, peran keluarga, kepercayaan keluarga, tahap perkembangan keluarga, pengetahuan kesehatan keluarga, lingkungan keluarga, manajemen stres keluarga, budaya keluarga, spiritualitas keluarga (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
41
TENTIR
FIK
UI
2017
Web Reasoning Family ini dapat menetapkan diagnosis keperawatan keluarga dengan menempatkan data ke dalam kategori.
Setelah
itu,
perawat
bersama
dengan
keluarga
menganalisis dalam menentukan hubungan antar kategori dimana kategori yang memiliki pengaruh yang banyak dan menunjukan hubungan terkuat ke semua area lain dari fungsi keluarga maka hal tersebut merupakan masalah keluarga yang utama. Selain itu, perawat perlu memperhatikan kepercayaan klien dengan menilai kepercayaan keluarga di sejumlah bidang yaitu struktur keluarga, peran, komunikasi, dan otoritas pembuat keputusan; keyakinan tentang kesehatan dan penyakit (bagaimana hal itu didefinisikan, mengapa hal itu terjadi, bagaimana hal itu dikelola), keyakinan tentang
penyedia
layanan
kesehatan
(niat,
motivasi,
dan
pengetahuan mereka serta arti kehadiran dan tindakan mereka terhadap keluarga dan pengalaman kesehatan atau penyakit mereka). Setelah itu, perawat bekerja sama dengan keluarga untuk memahami preferensi mereka dalam pengambilan keputusan dan merancang rencana perawatan keluarga yang sesuai (Kaakinen, 2010).
42
TENTIR
FIK
UI
2017
2. Diagnosis Keperawatan Keluarga Keperawatan keluarga menggunakan diagnosis untuk menentukan respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap kondisi atau masalah kesehatan. Respon tersebut dapat berbeda-beda dan bahkan lebih dari satu dan untuk itu perlu ditetapkan prioritas masalah keperawatan yang akan dijelaskan pada subbab selanjutnya. Respon individu tersebut dapat memunculkan masalah keperawatan dengan diagnosis menurut Doengoes (2010), yaitu: Risiko gangguan Ketegangan peran pemberi
Risiko
perlekatan
peran pemberi asuhan
asuhan
ketegangan
Kesiapan Penurunan
Ketidakmampuan
koping keluarga
keluarga
koping Meningkatkan Koping Keluarga
Kesiapan Risiko Meningkatkan
Ketidakmampuan Menjadi
Menjadi Orang
Orang Tua
Ketidakmampuan Menjadi Orang Tua Tua Kesiapan Disfungsi Proses
Gangguan Proses Keluarga
Meningkatkan
Keluarga ProsesKeluarga Sindrom
Stres
Ketidakefektifan Ketidakefektifan Performa
Akibat
Manajemen Regimen Peran
Perpindahan
Terapeutik Keluarga
a. Penilaian Prioritas Masalah (Skoring) Penentuan prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga perlu memperhatikan penyelesaian masalah yang tidak bisa diatasi secara sekaligus,
pertimbangan
masalah-masalah
yang
dapat
mengancam
kehidupan keluarga, pertimbangan respon dan perhatian keluarga terhadap
43
TENTIR
FIK
asuhan
yang
UI
2017
keperawatan
diberikan,
keterlibatan
keluarga
dalam
penyelesaian masalah, sumber daya yang dimiliki keluarga sebagai penunjang pemecahan masalah kesehatan atau keperawatan keluarga, dan pengetahuan & kebudayaan keluarga. Salah satu alat untuk menentukan prioritas masalah dan keperawatan keluarga sebagai berikut: No.
Kriteria
1.
Sifat Masalah :
Nilai
Bobot
1
Skala :
2.
– Tidak/kurang sehat
3
– Ancaman Kesehatan
2
– Krisis
1
2
Kemungkinan masalah dapat diubah : Skala :
2
– Dengan mudah
1
– Hanya sebagian
0
– Tidak dapat
3.
1
Potensi masalah untuk dicegah : Skala :
4.
– Tinggi
3
– Cukup
2
– Rendah
1
1
Menonjolnya masalah : Skala : – Masalah berat, harus ditangani
2
– Masalah tidak perlu segera
1
ditangani
0
– Masalah tidak dirasakan
Rasional
TENTIR
FIK
UI
2017
44
Skoring :
1. Tentukan skor untuk setiap kriteria 2. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot 3. Jumlahkan skor untuk semua kriteria 4. Skor tertinggi adalah 5, dan sama untuk seluruh bobot 5. Jumlah
skor
tertinggi
yang
terlebih
dahulu
dilakukan
intervensi
keperawatan keluarga. Penghitungan tersebut dapat ditentukan melalui kriteria yang dijelaskan di bawah ini : 1. Jenis sifat masalah: a. Ancaman kesehatan b. Keadaan sakit atau kurang sehat c. Situasi krisis Sifat masalah dengan bobot yang lebih berat diberikan pada tidak atau kurang sehat atau mengancam kehidupan keluarga. Hal tersebut dikarenakan keluarga menyadari dan dirasakan sehingga memerlukan tindakan segera oleh keluarga. 2. Kemungkinan masalah dapat diubah baik dari segi pengurangan masalah atau pencegahan masalah bila dilakukan intervensi keperawatan dan kesehatan. Untuk mengetahui hal tersebut, perawat perlu memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut : a. Kualitas pengetahuan, teknologi dan tindakan untuk menangani masalah. b. Sumber daya keluarga baik bentuk fisik (sarana), keuangan, dan tenaga. c. Sumber daya perawat baik bentuk pengetahuan, keterampilan, dan waktu. d. Sumber daya masyarakat baik bentuk fasilitas, posyandu, dan sokongan masyarakat. 3. Potensi masalah merupakan sifat dan beban masalah yang akan timbul. Potensi masalah tersebut dapat dikurangi atau dicegah melalui tindakan keperawatan dan kesehatan dengan memerhatikan faktor-faktor sebagai berikut :
TENTIR
FIK
UI
2017
a. Masalah yang rumit biasanya berhubungan dengan penyakit atau masalah b. Durasi masalah atau jangka waktu terjadinya masalah. Aspek ini berkaitan dengan beban masalah yang menimpa keluarga dan potensi masalah untuk dicegah. c. Tindakan yang sedang berlangsung diselesaikan melalui tindakantindakan yang tepat dalam memperbaiki atau mencegah masalah dalam peningkatkan status kesehatan keluarga. d. Kelompok dengan risiko tinggi dimana kelompok ini dapat menambah potensi untuk mencegah masalah. Masalah yang menonjol dimana kemampuan keluarga melihat dan menilai beban masalah dan urgensi masalah untuk diatasi dengan intervensi keperawatan dan kesehatan dimana perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut.
3. Perencanaan Keperawatan Keluarga Perencanaan keperawatan keluarga dibuat bersama dengan anggota keluarga. Pada tahap ini diharapkan perawat dan keluarga mampu bersama-sama mengidentifikasi sumber yang dimiliki oleh keluarga yang akan dimanfaatkan untuk menyelesaikan masalah (Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Perencanaan keperawatan keluarga yang pertama adalah merumuskan tujuan bersama yang
berpusat pada klien. Perencanaan keperawatan keluarga yang kedua adalah menghasilkan pendekatan alternatif dan mengidentifikasi
sumber daya. Perencanaan keperawatan keluarga ketiga adalah menetapkan prioritas. Penetapan prioritas intervensi mengarah pada implementasinya.
4. Evaluasi Keperawatan Keluarga Pada proses evaluasi, terdapat 2 macam evaluasi yang dilakukan perawart, yaitu:
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan perawat pada
setiap kali pertemuan
45
TENTIR
FIK
UI
2017
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan perawat di
akhir semua pertemuan Proses evaluasi pemberian asuhan keperawatan keluarga, perawat membuat penilaian klinis dan terlibat dalam pemikiran kritis untuk menentukan apakah dan sejauh mana perawat telah mencapai hasil dari intervensi yang diberikan kepada keluarga dan melakukan refleksi diri. Ada beberapa faktor yang mendasari kurangnya keberhasilan dalam memenuhi hasil yang diinginkan ketika perawat memberikan intervensi kepada keluarga menurut
Kaakinen, et. al. al.
(2015), yaitu:
Faktor keluarga : sikap apatis keluarga karena adanya
perbedaan nilai kepercayaan antara perawat dan keluarga.
Faktor perawat : perbedaan nilai yang menyebabkan
ketidakpekaan perawat terhadap masalah keluarga.
Faktor lingkungan : kesediaan akses pelayanan perawatan
khusus.
46
TENTIR
FIK
UI
2017
Daftar Pustaka Ali, Z. (2010). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC Berman, A., Snyder, S. (2012). Kozier & Erb's Fundamental of Nursing: Concepts, Process, & Practice (9 th ed). USA:Pearson Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Murr, A. C. (2010). Nursing care plans: Guidelines for individualizing client care across the life span
(8th ed.). Philadelphia: F.A. Davis Company Friedman, M.M., Bowden, V.R., Jones, E.G. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga: Riset teori & praktik edisi 5. Alih Bahasa :
Achir Yani S., Agus Sutarna, Nike Budhi Subekti, Devi Yulianti, & Novayanti Herdina. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran Ked okteran EGC. Friedman, M. M., Bowden, V. R., & Jones, E. (2003). Family Nursing: Research,
Theory, and Practice (5th Edition). Upper Saddle River,
N.J.: Prentice. Gavazzi, S. (2011). Families with Adolescents: Bridging the Gaps Between Theory, Research, and Practice. USA: Springer Science & Business
Media. Kaakinen, J. R., Coehlo, D. P., Steele, R., Tabacco, A., & Hanson, S. M. H. (2015). Family Health Care Nursing: Theory, Practice, and Research (5th Edition). Philadelphia: F.A Davis Company. McGoldrick, M., Preto, N. G., & Carter, B. (2016). The expanding family lifecyle: Individual, family, and social perspectives. 5th edition. USA: Pearson. Stanhope, M., & Lancaster, J. (2012). Public health nursing: populationcentered health care inthe community (8th (8th ed.). Missouri: Mosby.
Potter, P. A., Perry, A. G., Stockert, P. A., & Hall, A. M. (2013). Fundamentals of Nursing 8th ed. Missouri: Elsevier Mosby.
Wright, L. M., & Leahey, M. (2009). Nurses and Families A Guide to Family Assessment and Intervention. Philadelphia: Davis Company.
47
View more...
Comments