Theory of Reasoned Action
February 1, 2017 | Author: Raisha Selviastuti | Category: N/A
Short Description
Download Theory of Reasoned Action...
Description
THEORY OF REASONED ACTION MATA KULIAH PERILAKU KESEHATAN
Disusun oleh : Dhiny Sartika Larasandi Natasya Dwi Febriani Sarah Khalda Azzahra Rogo Sukmo Mutia Firdiah Rizqa Dewi Mustikawati Putri Budiastuti Amalia Safira Koesputri Nirmala Herlani Rahmadayanti Dayu Febriantika Shalihat Afifah Dhaningtyas Edlin Shufi Adam Dian Nur Afriliani Prisma Armaya Edwina Leonita Pyopyash Muhammad Imam Ma‟arif
25010112130141 25010112140142 25010112130143 25010112130144 25010112140145 25010112130146 25010112130147 25010112110148 25010112130149 25010112140150 25010112140151 25010112140152 25010112130153 25010112130154 25010112130155 25010112130156 25010112140157
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2014
BAB I Pendahuluan A)
Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan manuasia yang sangat vital. Adanya kesehatan akan menjadikan manusia menjadi manusia yang produktif. Manusia harus bisa mempertahankan derajat kesehatannnya untuk menjaga konsistensi aktivitas sehari- harinya. Derajat kesehatan manusia dapat mengalami penurunan. Banyak faktor yang mepengaruhinya antara lain perilaku manusia itu sendiri. Perilaku yang tidak sesuai dengan kaidah kesehatan dapat menyebabkan penurunan kesehatan, misalnya makan tidak cuci tangan dapat menyebabkan diare. Perilaku adalah bentuk rangsangan seseorang terhadap stimulus. (Notoajnodjo, 2010) Perilaku kesehatan adalah bentuk rangsangan seseorang terhadap stimulus yang berupa penyakit, sakit, makanan, maupun minuman. Praktik upaya mempertahankan kesehatan selalu bersinggunagn dengan ilmu perilaku misalnya upaya dalam pemberantasan penyakit menular, perbaikan gizi, maupun upaya-upaya yang lain. Perilaku
selalu
bersinggungan
dengan
upaya
promosi
kesehatan
sehingga
mempertimbangkan faktor perilaku akan meningkatkan keberhasilan dalam program promosi mempertahanan kesehatan. Promosi kesehatan adalah salah satu bentuk rangsangan atau stimulus terhadap subjek untuk membentuk perilaku yang sehat. Adanya promosi kesehatan yang terus menerus akan memberikan rasngsangan yang terus-menurus pula, yang pada akhirnya hal tersebut menjadi kebiasaan. Dalam melakukan promosi kesehatan perlu adanya analisis komponen-komponen dari subjek yang untuk memudahan dalam proses intervensi. Hal tersebut untuk menunjang keberhasilan promosi kesehatan itu sendiri. Banyak teori yang dapat digunakan untuk melakukan proses promosi salah satu diantaranya Theory of Reasoned Action oleh Fishbein dan Ajzen pada tahun 1980. Teori ini lebih menekankan pada niat seseorang dalam melakukan sebuah perubahan khususnya perubahan perilaku kesehatan. Selain itu, untuk mendukung proses perubahan perilaku, menusia harus didukung oleh beberapa faktor yaitu faktor
dari dalam manusia atau faktor internal maupun faktor dari luar manusia atau faktor eksternal. Faktor-faktor tersebut perlu dipelajari mahasiswa kesehatan masyarakat sebagai praktisi kesehatan untuk menunjang keberhasilan proses transformasi perilaku masyarakat. Pengetahuan yang berkaitan dengan perilaku manusia akan memudahkan praktisi kerencanakan program, mendesain, mengintervensi, maupun mengevaluasi.
B)
Rumusan Masalah 1) Bagaimana Theory of Reasoned Action seperti yang digariskan oleh Fisbein dan Ajzen? 2) Bagaimana konsep teorinya? 3) Bagaimana penerapannya dalam program promosi kesehatan?
C)
Tujuan dan Manfaat Makalah 1) Mahasiswa dapat mengetahui konsep Theory of Reasoned Action 2) Mahasiswa dapat menerapkaannya dalam proses promosi kesehatan untuk menunjang program promosi kesehatan 3) Mahasiswa dapat mempraktikkannya dalam proses intervensi di dalam masyrakat.
BAB II Pembahasan A)
Pengertian Theory of Reasoned Action (TRA) Theory of Reasoned Action (TRA) atau Behavioural Intention Theory dari Fishbein dan Ajzen masih relatif baru dan kurang banyak digunakan dan dikenal. Model ini juga menggunakan pendekatan kognitif dan didasari ide bahwa “…humans are reasonable animals who, in deciding what action to take, systematically process and utilize the information available to them…” (Ajzen dan Fishbein, 1980; Fishbein dan Middlestadt. 1989). TRA merupakan teori perilaku manusia secara umum. Aslinya teori ini dipergunakan di dalam berbagai macam perilaku manusia, khususnya yang berkaitan dengan permasalahan sosial-psikologis, kemudian makin bertambah digunakan untuk menentukan faktor-faktor yang berkaitan dengan perilaku kesehatan. (Smert, Bart. 1994) Theory of Reasoned Action (TRA) pertama kali diperkenalkan oleh Martin Fishbein dan Icek Ajzen pada tahun 1980. Teori ini menghubungkan antara keyakinan (belief), sikap (attitude), kehendak (intention) dan perilaku (behavior). Namun, seseorang dapat membuat pertimbangan berdasarkan alasan-alasan yang sama sekali berbeda (tidak selalu berdasarkan kehendak). Konsep penting dalam teori ini adalah fokus perhatian (salience), yaitu mempertimbangkan sesuatu yang dianggap penting. (Smert, Bart. 1994)
B)
Komponen Theory of Reasoned Action (TRA)
Tabel Theory of Reasoned Action
Teori ini menghubungkan keyakinan (belief), sikap (attitude), kehendak atau intensi (intention), dan perilaku (behaviour). Keyakinan terdiri dari komponen behavioral belief dan normative belief. Sikap terdiri dari attitude towards behaviour dan subjective norms. 1) Behavioral Belief Behaviour belief mengacu pada keyakinan seseorang terhadap perilaku tertentu. Seseorang akan mempertimbangkan untung atau rugi dari perilaku tersebut (outcome of the behavior) dan pentingnya konsekuensi-konsekuensi yang akan terjadi bagi individu (evaluation regarding of the outcome). Keyakinan memengaruhi sikap terhadap perilaku. 2) Normative Belief Normative belief mencerminkan dampak keyakinan normatif, yaitu normanorma subjektif dan norma sosial yang mengacu pada keyakinan seseorang terhadap bagaimana dan apa yang dipikirkan orang–orang yang dianggap penting oleh individu (referent persons) dan motivasi seseorang untuk mengikuti perilaku tersebut. 3) Attitude Towards The Behaviour Sikap adalah fungsi dari kepercayaan tentang konsekuensi perilaku atau keyakinan normatif, persepsi terhadap konsekuensi suatu perilaku, dan penilaian terhadap perilaku tersebut. Sikap juga berarti perasaan umum yang menyatakan keberkenaan atau ketidakberkenaan seseorang terhadap suatu objek yang mendorong tanggapannya. Faktor sikap merupakan poin penentu perubahan perilaku yang ditunjukkan oleh perubahan sikap seseorang dalam menghadapi sesuatu. Perubahan sikap tersebut dapat berbentuk penerimaan ataupun penolakan. 4) Impotance Norms Importance norms atau norma–norma penting atau norma–norma yang berlaku di masyarakat adalah pengaruh faktor sosial budaya yang berlaku di masyarakat. Unsur-unsur sosial budaya yang dimaksud seperti gengsi juga dapat membawa seseorang untuk mengikuti atau meninggalkan sebuah perilaku.
5) Subjective Norms Subjective norms adalah norma subjektif atau norma yang dianut seseorang (keluarga). Dorongan anggota keluarga, termasuk teman dekat juga mempengaruhi agar seseorang dapat menerima perilaku tertentu, yang kemudian diikuti dengan saran, nasihat, dan motivasi dari keluarga atau teman. Kemampuan anggota keluarga atau teman dekat mempengaruhi seorang individu untuk berperilaku seperti yang mereka harapkan diperoleh dari pengalaman, pengetahuan, dan penilaian individu tersebut terhadap perilaku tertentu dan keyakinannya melihat keberhasilan orang lain berperilaku seperti yang disarankan. 6) Behavioural Intention Kehendak atau niat ditentukan oleh sikap, norma penting dalam masyarakat, dan norma subjektif. Komponen pertama mengacu pada sikap terhadap perilaku. Sikap ini merupakan hasil pertimbangan untung dan rugi dari perilaku tersebut (outcome of behavior) dan pentingnya konsekuensi-konsekuensi yang akan terjadi bagi individu (evaluation regarding of the outcome). Komponen kedua mencerminkan dampak dari norma-norma subjektif dan norma sosial yang mengacu pada keyakinan seseorang terhadap bagaimana dan apa yang dipikirkan orangorang yang dianggap penting (referent-persons) dan motivasi seseorang untuk mengikuti pikiran tersebut. Intensi merupakan ukuran terbaik dari perilaku. Jika ingin mengetahui apa yang akan dilakukan seseorang, cara terbaik untuk meramalkannya adalah mengetahui intensi orang tersebut. Intensi ditentukan oleh sikap dan norma subjektif. 7) Behaviour Behaviour atau perilaku adalah sebuah tindakan yang telah dipilih seseorang untuk ditampilkan berdasarkan atas niat yang sudah terbentuk. Perilaku merupakan transisi niat atau kehendak ke tindakan. Contoh: Orang tua mempunyai harapan tentang keikutsertaan dalam program imunisasi bagi anak-anaknya. Mereka mungkin percaya bahwa imunisasi dapat melindungi serangan-serangan penyakit (keuntungan), tetapi juga menyebabkan rasa sakit, tidak enak badan, dan juga mahal (kerugian). Orang tua akan mempertimbangkan
yang paling penting antara perlindungan kesehatan dengan tangisan anak dan pengeluarkan uang. Jika orang lain yang dianggap penting (kelompok referensi seperti kakek, nenek, kepala desa, dokter) setuju atau sebatas menasehati harus ikut program imunisasi tersebut, ada kecenderungan positif untuk berperilaku seperti itu.
C)
Konsep Theory of Reasoned Action (TRA) Theory of Reasoned Action (TRA) atau Teori Tindakan Beralasan atau Teori Aksi Beralasan menyatakan bahwa sikap mempengaruhi perilaku melalui suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan, dan dampaknya terbatas hanya pada tiga hal: 1) Perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum, tetapi oleh sikap yang spesifik terhadap sesuatu 2) Perilaku tidak hanya dipengaruhi oleh sikap, tetapi juga oleh norma subyektif (subjective norms) yaitu keyakinan kita mengenai apa yang orang lain inginkan agar kita lakukan 3) Sikap terhadap suatu perilaku bersama-sama norma subyektif membentuk suatu intensi atau niat untuk berperilaku tertentu. Intensi merupakan fungsi dari dua determinan dasar, yaitu sikap individu terhadap perilaku (aspek personal) dan persepsi individu terhadap tekanan sosial untuk melakukan atau untuk tidak melakukan perilaku (norma subjektif). Secara singkat, praktik atau perilaku menurut Theory of Reasoned Action (TRA) dipengaruhi oleh niat, sedangkan niat dipengaruhi oleh sikap dan norma subjektif. Sikap sendiri dipengaruhi oleh keyakinan akan hasil dari tindakan yang telah lalu. Norma subjektif dipengaruhi oleh keyakinan akan pendapat orang lain serta motivasi untuk mentaati pendapat tersebut. Secara lebih sederhana, teori ini mengatakan bahwa seseorang akan melakukan suatu perbuatan apabila dia memandang perbuatan itu positif dan bila dia percaya bahwa orang lain ingin agar dia melakukannya.
D)
Keuntungan Theory of Reasoned Action (TRA) 1) Memberi pegangan untuk menganalisis komponen perilaku dalam item yang operasional Bagaimanapun sejumlah pencegahan harus dipertimbangkan agar TRA dipergunakan dengan tepat. Fokus sasaran adalah prediksi dan pengertian perilaku yang dapat diamati secara langsung dan di bawah kendali seseorang. Artinya perilaku sasaran harus diseleksi dan diidentifikasi secara jelas. Tuntuan ini memerlukan pertimbangan mengenai tindakan (action), sasaran (target), konteks (context), dan waktu (time). Hal yang sama juga terjadi bagi seleksi dan identifikasi komponen lain dalam TRA yaitu intensi, sikap, norma subjektif, dan keyakinan. Contohnya: a)
Perbedaan dalam tindakan (action): determinan dari mulainya penggunaan kokain intravena tidak sama dengan determinan dari berhentinya kokain intravena.
b)
Perbedaan dalam sasaran (target): penggunaan heroin tidak sama dengan penggunaan amphetamin.
c)
Perbedaan dalam konteks (context): saling bergantian jarum suntuk dengan teman lama tidak sama dengan bergantian jarum suntik dengan kenalan baru.
d)
Perbedaan dalam waktu (time): pengukuran perubahan perilaku selama satu minggu dari sekarang dan pengukuran perubahan perilaku selama satu tahun dari sekarang. (Fishbein dan Middlestadt, 1989)
2) Fokus pada perhatian (salience) Perhatian mengacu pada gagasan bahwa sebelum mengembangkan intervensi yang efektif, pertama-tama harus menentukan hasil dana kelompok referensi yang penting bagi perilaku populasi yang dipertimbangkan. Hal ini berbeda dari perilaku yang satu ke perilaku lain, dan dari populasi satu ke populasi lain (Fishbein dan Middlestadt, 1989). TRA mengacu pada nilai dan norma-norma dalam kelompok sosial yang diselidiki sebagai indikator penting untuk memprediksi perilaku yang akan diukur. Pengetahuan awal tentang aspek sosial dan antropologis juga merupakan aspek penting.
Contoh: Penelitian akhir di daerah Pakistan diketahui banyak ibu memandang diare sebagai hal yang alami dari tumbuhnya gigi dan pertumbuhan badan, bukan sebagai sebuah penyakit. Banyak ibu juga memandang diare sebagai sakit „panas‟, yang menuntut pengobatan „dingin‟. Pengobatan „dingin‟ tersebut maksudnya seperti mengubah jenis makanan ibu. Obat diare, yang dikenal dari dunia barat seperti antibiotika, diklasifikasikan sebagai hal yang „panas‟. (Helman, 1990) Dengan menggunakan model Fishbein, dapat dikatakan bahwa penggunaan Oral Rheydration Salts (ORS) bukan pengobatan yang efektif untuk diare, tetapi pembuat rasa sakit dan sesuatu yang membuat situasi semakin jelek. Selain itu, orang-orang yang dianggap penting bukan dokter, tetapi dukun lokal. Model Fishbein mengutamakan cara budaya memengaruhi sikap, intensi, perilaku, dan keyakinan seperti menghentikan diare adalah bahaya karena hal ini akan menyebabkan panas dan menimbulkan sikap negatif terhadap penggunaan ORS. Contoh lain: Fokus perhatian (salience) tentang perilaku seksual dan pencegahan AIDS tidak akan sama antara kelompok homoseksual, yang percaya penggunaan kondom mengurangi kemungkinan kena AIDS, dengan kelompok yang lain, yang mungkin percaya penggunaan kondom akan menyebarluaskan perilaku seksual. 3) Keyakinan kesehatan (seperti Health Belief Model) sebagai variabel eksternal Konsep ketidak-kebalan (mudahnya terjangkit penyakit), keseriusan, dan keuntungan atau kerugian dipandang sebagai variabel eksternal yang memengaruhi perilaku secara tidak langsung. Variable eksternal ini termasuk variabel demografis, jenis kelamin, usia, dsb. Contohnya: Menurut TRA, persepsi kekebalan akan memengaruhi perilaku hanya jika hal ini memengaruhi pertimbangan sikap atau norma subjektif dan pengaruh ini merupakan sebuah penentu penting dari intensi. (Fishbein dan Middlestadt, 1989). Menurut Fishbein dan Middlestadt (1989) dalam Smet (1994), variabel eksternal bukannya tidak penting, tetapi efeknya pada kehendak dianggap diperantarai sikap, norma subjektif, dan berat relatif dari komponen-komponen ini.
Menurut TRA, orang-orang mempertimbangkan untung atau rugi dan berperilaku sesuai dengan hasil analisis mereka. Ini mencakup anggapan bahwa orangorang berpikir tentang risiko secara mendetail, mulai dari pengetahuan tentang suatu penyakit, kaitannya dengan suatu perilaku kesehatan, dan menaksir kemunginan akan menjadi penyakit parah. Sebernarnya, orang-orang mungkin mengubah gaya hidup mereka untuk alasan samar-samar. Contohnya mengurangi penggunaan kopi untuk alasan bahwa “…dokterku mengatakan kopi jelek untukku…”. Catatan dari Sarafino (1990) ini mengacu pada aspek kognitif yang mempertimbangkan manusia sebagai binatang yang memiliki akal. TRA menawarkan beberapa keuntungan dibandingkan HBM. Pengaruh yang jelas tampak dari norma subjektif memberikan perspektif penting. TRA juga mempertimbangkan keuntungan-keuntungan dari perilaku berisiko kesehatan. Menurut TRA, seseorang dapat membuat pertimbangan berdasarkan alasan-alasan yang sama sekali berbeda, tidak selalu berdasarkan intensi.
E)
Kerugian Theory of Reasoned Action (TRA) 1) Intensi tidak selalu menuju pada perilaku itu sendiri Intensi mungkin merupakan ukuran terbaik, tetapi sering ada hambatanhambatan yang mencampuri intensi dengan perilaku. (Van Oost, 1991) 2) Tidak mempertimbangkan pengalaman sebelumnya dengan perilaku Sarafino (1990) menyatakan bahwa model Fishbein tidak mempertimbangkan pengalaman sebelumnya dengan perilaku. Sejarah seseorang di masa lampau tentang perilaku yang terkait dengan kesehatan seperti olah raga, penggunaan obat bius, dsb merupakan ukuran kuat untuk perilaku di masa mendatang. Ritter (1998) menyatakan bahwa hasil penelitian menunjukkan efek dari setiap komponen model berkurang jika perilaku atau kebiasaan sebelumnya termasuk dalam model. Contohnya: Pengalaman langsung atau tidak langsung dengan kanker memengaruhi secara kuat sikap terhadap kanker dan mempunyai nilai ukuran tinggi untuk perilaku pencegahan.
3) Meremehkan akibat-akibat yang jelas dari variabel eksternal terhadap pemenuhan intensi perilaku Model
Fishbein,
menurut
Shephard
(1986),
kadang-kadang
tampak
meremehkan akibat-akibat yang jelas dari variabel eksternal terhadap pemenuhan intensi perilaku. 4) Motivasi irasional dalam membuat keputusan kurang diperhatikan 5) Tidak mempertimbangkan teori atau model lain secara kompleks Pengarang mengkritik peneliti-peneliti yang menggunakan TRA dan mode kognitif lain (seperti Subjective Expected Utility Theory dan Protection Motivation Theory karena mereka menyeleksi secara khas sebuah teori untuk menguji pilihan mereka dari variabel-variabel seolah-olah teori-teori lain tidak ada (Weinstein, 1993). Penelitian baru-baru ini dari Psychilt Database memunculkan 205 artikel antara tahun 1974 dan 1991 yang menyebutkan satu dari empat teori tersebut dalam judul, ringkasan, atau indeks istilah. Meskipun begitu, hanya ada 10 artikel yang mencatat lebih dari satu teori dan hanya empat dari artikel tersebut yang merupakan perbandingan empiris. (Weinstein, 1993) Beberapa pengarang tidak mempertimbangkan model-model tersebut secara komplit sehingga model-model tersebut hanya dipergunakan untuk menganalisis determinan dari perilaku khusus. Bagaimanapun, dalam usaha mengubah perilaku itu sendiri, model-model lain lebih sesuai. Menurut Janis dan Mann (1977), perubahan perilaku memerlukan pengambilan keputusan secara pasti. Setiap pengambilan keputusan selalu berkaitan dengan konflik intrapsikis. Konflik pengambilan keputusan ini dipertimbangkan sebagai stressor. Pengambilan keputusan yang tepat dapat dibuat tergantung pada cara seseorang mengatasi stres (Defares dan Desoomer, 1988). Janis mengembangkan sebuah sequential phase model yang menunjukkan bagaimana proses pembuatan keputusan seharusnya terjadi agar mengikuti petunjuk perilaku sehat. (Defares dan Desoomer, 1988) Damoiseaux, dkk (1987) menggunakan HBM dan TRA untuk memahami dan menerangkan perilaku manusia dalam usaha mengubah perilaku, model lain lebih sesuai, atau paling sedikit dapat digunakan sebagai pelengkap model sebelumnya.
Contohnya sesudah tahap perubahan perilaku sampai tahap pemeliharaan perilaku. Untuk tahap itu, Damoiseaux menggunakan model-model lain seperti model dari McGuire dan Rogers. 6) Belum menerangkan kaitan antara perilaku kesehatan dengan hasil kesehatan Konsep di bawah ini merupakan variabel-variabel atau teori-teori sosial kognitif yang perantara, menawarkan lebih banyak kesempatan untuk menerangkan kaitan antara perilaku kesehatan dengan hasil kesehatan (health outcome). Komponen di bawah ini merupakan modifikasi dari TRA yaitu komponen dari Theory of Planned Behaviour (TPB) antara lain: a) Representasi mental dari kesakitan (rodin dan Salovey, 1989; leventhal; cole dkk., 1988: dll.) b) Kontrol yang dirasakan (Brown, 1986; Lau, 1988; Van Broeck, 1989; Tompson, 1990; dll.) c) Dukungan sosial yang dirasakan (Defares dan Desoomer, 1988; Gottlieb 1983; Rodin dan Salovey, 1989; Ritter, 1988; dll.) d) Self-efficacy (Bandurua, 1977,1989; Seydel dkk.,1990; Taal dkk.,1990; Maddux, 1991; Van Oost, 1991; dll.) e) Ketidakberdayaan yang dipelajari (Pervin, 1984; Fisher & Reason 1988; Snyder dan Forsyth, 1991; dll.) sebagai variabel-variabel atau teori-teori sosial kognitif yang perantara, menawarkan lebi banyak
kesempatan untuk menerangkan kaitan antara
perilaku kesehatan dengan hasil kesehatan (health outcome).
Sumber: Tabel Theory of Planned Behaviour
Sumber: Gabungan Theory of Reasoned Action dengan Theory of Planned Behaviour
F)
Penerapan Theory of Reasoned Action (TRA) TRA merupakan model untuk meramalkan perilaku preventif dan telah digunakan dalam berbagai jenis perilaku sehat yang berlainan seperti: 1) Perilaku makan dan pengaturan makan (gochman, 1988) 2) Pencegahan AIDS dan penggunaan kondom (Fishbein dan Middlestadt, 1989; Wilsom dkk., 1992) 3) Perilaku merokok (Dhuyvettere, 1990)
4) Penggunaan alkohol, alat kontrasepsi, fitnes, dan praktek olah raga (Shephard, 1986; Dzewaltowski dkk., 1990; Laporte dkk., 1991; De Bourdeaudhuij dan Mommerency, 1992) 5) Tindakan keselamatan dalam pertambangan batu bara di bawah tanah (Cole dkk., 1988) 6) Absenteeism karyawan dan perilaku konsumen (Shephard, 1986)
G)
Penerapan Theory of Reasoned Action (TRA) dalam masyarakat Contoh aplikasi dari TRA dalam analisis beberapa faktor yang berhubungan dengan niat mahasiswa pengguna Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif Lain (NAPZA) suntik untuk berkunjung ke klinik Voluntary Counseling and Testing (VCT). Seorang pengguna NAPZA suntik percaya bahwa berkunjung ke klinik VCT memberikan manfaat bagi orang yang berisiko HIV/AIDS seperti mendapat informasi tentang penggunaan NAPZA suntik yang aman (keuntungan), tetapi juga akan dijauhi teman-teman sesama pengguna NAPZA suntik (kerugian). Pengguna NAPZA suntik akan mempertimbangkan yang paling penting diantara keduanya. Kemudian, dia juga akan mempertimbangkan konsekuensi-konsekuensi setelah melakukan VCT. Seperti setelah melakukan VCT dan dinyatakan HIV positif, dia tidak diperbolehkan untuk bekerja meskipun mampu untuk bekerja. Nilai dan norma di lingkungan masyarakat tidak mendeskriminasi pengguna NAPZA suntik setelah berkunjung keklinik VCT. Orang yang dianggap penting (teman sesama pengguna NAPZA suntik yang telah berkunjung ke klinik VCT) setuju (atau sebatas menasihati) untuk berkunjung ke klinik VCT dan pengguna NAPZA suntik termotivasi untuk patuh mengikuti petunjuk tersebut, maka terdapat kecenderungan positif berniat untuk berkunjung ke klinik VCT.
BAB III Penutup A)
Kesimpulan 1) Theory of Reasoned Action (TRA) menghubungkan antara keyakinan (belief), sikap (attitude), kehendak (intention), dan perilaku (behavior). 2) Komponen dari TRA ini antara lain behaviour belief, normative belief, attitude, importance norms, subjektif norms, behaviour intention, dan behaviour. 3) Praktik atau perilaku, menurut TRA, dipengaruhi oleh niat. Niat dipengaruhi oleh sikap dan norma subyektif. Sikap sendiri dipengaruhi oleh keyakinan akan hasil dari tindakan yang telah lalu. Norma subjektif dipengaruhi oleh keyakinan akan pendapat orang lain serta motivasi untuk mentaati pendapat tersebut. 4) Keuntungan TRA salah satunya adalah memberikan pegangan untuk menganalisis komponen perilaku dalam item yang operasional. 5) Kelemahan TRA salah satunya adalah kehendak dan perilaku hanya berkorelasi sedang, kehendak tidak selalu menuju pada perilaku itu sendiri, terdapat hambatanhambatan yang mencampuri atau mempengaruhi kehendak dan perilaku. 6) TRA tidak mempertimbangkan pengalaman sebelumnya dengan perilaku dan mengabaikan akibat-akibat jelas dari variabel eksternal (variabel demografi, gender, usia, dan keyakinan kesehatan) terhadap pemenuhan kehendak perilaku.
B)
Saran 1) Lebih berhati-hati dalam menentukan sikap dan perilaku. 2) Memperhatikan serta mempertimbangkan pendapat orang lain dalam menentukan perilaku sangat diperlukan sedangkan keputusan untuk melakukan sebuah perilaku tertentu kembali pada diri sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Smert, Bart. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: Grasindo
View more...
Comments