September 2, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
31 MEI 1998
Ahnas Syifa’Uddin 082210789720
[email protected]/
[email protected] Lebak, Dk. Bimbing RT 01 RW 02 – 02 – Pakis Pakis Aji Jepara www.ahnas.education.org
Objectives Manufactured Engineering Modul the Book Engineers Education Courses Mechanical Engine Mercedez Benz & Volvo bye powered PT MAXALMINA University of Wahid Hasyim S-1 Experience The Book Engineering
Bagian-bagian mesin diesel Untuk lebih jelasnya tentang sebuah mesin diesel perhatikan gambar berikut ini
Keterangan gambar bagian - bagian mesin diesel.
1. Rocker arm, adalah salah satu bagian penting dari komponen mesin diesel yang posisinya berada di atas atas cilinder head, head, fungsi dari rocker rocker arm ini adalah adalah mengatur mengatur gerakan valve, valve, kapan waktunya menutup dan kapan waktunya terbuka. Semuanya diatur oleh rocker arm ini. 2. Valve spring , ini juga salah salah satu komponen penting dari sebuah mesin diesel, ia : e
bertugas sebagai sebagai penghubung penghubung antara rocker rocker arm dengan dengan valve. m
u s e R
3. Cilinder head, ini merupaka merupakan n bagian kepala dari sebuah cilinder, makanya itulah ia disebuat sebagai cilinder head. pada cilinder head inilah tempat valve berada, baik itu valve hisap maupun juga valve buang. 4. Valve, mesin diesel tidak akan menyala jika tidak ada valve, fungsi dari valve ini i ni adalah mengatur udara masuk dan keluar serta sebagai penutup lubang l ubang saat terjadi kompresi. 5. Cylinder , didalam di dalam ruang cylinder inilah sebuah udara yang dimampa di mampatkan tkan hingga tercapai sebuah suhu udara sampai 500 derajat celsius. dan di dalam cylinder itu pula sebuah ledakan terjadi. dan ledakan tersebut berasal dari udara yang dimampatkan dan diberi bahan bakar yang berbentuk kabut , kedua bahan tersebut akan terbakar di dalam ruang cylinder tersebut. t ersebut. 6. Engine block , terbuat dari logam campuran yang tahan panas, ia sebagai dinding dari sebuah cylinder. 7. Piston , gerakannya naik turun dari TMA ke TMB atau sebaliknya. gerakan naik turun dari piston tersebut dihubungkan dihubungkan dengan dengan connecting rod yang segera dirubah menjadi menjadi gerakan berputar oleh crankshaft. crankshaft. 8. Crankshaft ini fungsinya sebagai penghubung antara connecting rod yang satu dengan lainnya. selain itu cranksaft juga yang mengubah gerakan naik turun piston diubah menjadi gerakan berputar dan gerakan putar ini dihubungkan ke gearbox. 1. Charkshaft timing gear , camshaft timing gear , camshaft , cam , cam follower serta pushroad , semuannya adalah satu kesatuan dari komponen mesin diesel yang berfungsi untuk
2
mengontrol gerakan rocker arm dalam bertugas mengatur gerakan valve. .
Cylinder Cylinder ialah lubang-lubang di block engine. Cylinder mempunyai beberapa fungsi dan tugas yaitu:
Cylinder
Rumah untuk piston.
Ruang untuk pembaka pembakaran. ran.
Meneruskan panas keluar dari piston.
Cylinder Liner
Cylinder liner membentuk selubung air yang membatasi air pendingin dengan piston. Terdapat dua jenis Cylinder Liner: Wet type cylinder liner (tipe basah) dan dry type (tipe kering).
Liner basah mempunyai o-ring yang menyekat selubung air dan mencegah bocornya pendingin. Dry liner atau biasa juga disebut sleeve dipakai untuk memperbaiki parent bore yang mengalami kerusakan. Liner semacam ini disebut “dry“ karena sangat merapat pada dinding lubang cylinder di block engine tanpa ada air yang berkontak langsung dengannya.
Piston Piston terpasang sempurna di dalam tiap cylinder liner dimana bisa bergerak ke atas dan ke bawah selama proses pembakaran. Bagian atas piston merupakan dasar dari ruang bakar. Berdasarkan Berdasarka n cara pembuata pembuatannya nnya piston dapat dibagi menjadi: 1. Cast aluminium crown dengan forged aluminium skirt, dimana kedua bagian tersebut disambung dengan pengelasan electron beam. 2. Composite, steel crown dan alumnium skirt yang dibaut menjadi satu. 3. Articulated, forged steel crown dengan pin bore dan bushing, dimana cast aluminium skirt terpisah. Dua bagian ini disatukan dengan wrist pin. 4. Tipe yang umum ialah piston tunggal cast aluminium dengan dengan piston ring belt (sabuk baja) sebagai tempat ring piston. Berdasarkan sistem bahan bakar dan bentuk ruang bakar maka dikenal dua macam piston, yaitu: 1. Pre combustion piston mempunyai heat plug pada crown. 2. Direct injection piston tidak mempunyai heat plug.
3
Adapun jenis piston ring yang terpasang pada piston adalah sebagai berikut: Compression Compress ion ring (ring kompresi) Berfungsi untuk menyekat ruang bakar bagian bawah guna mencegah kebocoran kompresi dan gas hasil pembakaran melalui piston. Oil control ring (ring oli)
Biasanya hanya terdapat terdapat satu oil control ring di bawah dua compression compression ring, oil control ring melumasi dinding cylinder liner melumasi li ner pada saat piston bergerak ke atas dan ke bawah. Lapisan oli mengurangii keausan cylinder liner dan piston. mengurang Connecting Rod
Connecting rod menghubungkan piston ke crankshaft. Bagian-bagian dari connecting rod adalah
: e m
u s e R
sebagaqi berikut: Rod eye. Piston pin bushing. Shank. Cap. Rod bolt and nuts.
Crankshaft
1. Rod bearing journal. 2. Counter weight. 4
3. Main bearing journal. 4. Web.
Connecting rod bearing.
Crankshaft merubah gerak turun naik piston menjadi gerakan gerakan berputar yang dipakai untuk melakukan melakuka n kerja. Di dalam crankshaft terdapat saluran lobang tempat jalannya oli yang disebut oil gallery. Lubang saluran oli dibuntu pada satu ujungnya dengan plug atau set screw.
Oil Passage Di dalam Crangshaft Untuk mengurangi gerak maju atau mundur pada crankshaf crankshaftt (gerakan maju-mundur crankshaft tersebut biasa disebut End Play) maka dipasanglah thrust main bearing. Ada dua macam thrust main bearing, yaitu: 1. Insert bearing 2 (dua) buah 2. Flanged thrust bearing 1(satu) buah Flywheel Flywheel (roda gila) dibautkan pada bagian belakang crankshaft crankshaft di dalam rumah flywheel.
Crankshaft memutar flywheel pada langkah tenaga, dan gaya momentum flywheel menjaga crankshaft tetap berputar mulus pada langkah hisap, kompresi dan d an langkah buang.
Fungsi flywheel ada tiga, yaitu: 1. Menyimpan energi untuk momentum di antara langkah tenaga. 2. Membuat putaran crankshaft supaya halus 3. Memindahka Memindahkan n tenaga ke mesin, torque converter atau beban lain Pada bagian luar terdapat komponen ring gear melingkari flywheel. Ring gear dipergunak dipergunakan an sebagai roda gigi yang spline dengan pinion starting motor untuk start engine. Camshaft
Camshaft digerakkan digerakkan oleh roda gigi crankshaft. Bila camshaft berputar maka cam lobe berputar. Komponen valve (klep) yang terhubung ke camshaft akan ikut bergerak naik dan turun. Bila permukaan terbuka. Putaran camshaft camshaft adalah adalah setengah setengah putaran permukaan lobe berada di atas, valve akan terbuka. crankshaft sehingga valve membuka dan menutup pada waktu yang tepat selama proses empat langkah. Bagian camshaft yang mendorong valve adalah camshat lobe. Masing-masing lobe mengoperasikan mengoperasikan (1) Intake dan (2) Exhaust valve untuk setiap cylinder. Beberapa cam memiliki lobe untuk menyemprotkan bahan bakar. Lobe ini akan menekan unit injector. Lobe tersebut t ersebut akan mengatur kapan bahan bakar disemprotkan ke combustion chamber. 5
Setiap lobe terdiri dari tiga bagian utama yaitu:
1. Base Circle 2. Ramps 3. Nose Jarak dari base circle ke puncak nose disebut lift. Cam Lift menentukan seberapa jauh valve dibuka. Selain itu bentuk kelandaian ramp juga menentukan kecepatan membuka dan menutup valve, sedangkan bentuk nose akan menentukan berapa lama valve tersebut membuka penuh. Misal : 1. Kecepatan atau waktu yang dibutuhkan untuk bergerak dari valve tertutup menjadi terbuka penuh. :
1. Lamanya atau duration valve dalam keadaan terbuka. u
1. Kecepatan atau waktu yang dibutuhkan untuk bergerak dari valve terbuka penuh menjadi
m
e
s e R
tertutup. Push rod/batang penekan
Push rod adalah pipa baja dengan dudukan di kedua ujungnya. Camshaft Camshaft menggerakkan menggerakkan push rod ro d sehingga mengangkat rocker arm. Valve Lifters
6
Valve lifter atau cam follower bertumpu pada setiap lobe camshaft.
Bila Camshaft berputar, valve lifter akan menyusuri permukaan lobe.
Valve lifter merubah gerak camshaft ke Push rod.
Push Rod memindahkan gerakannya ke rocker arm, untuk membuka dan menutup valve.
Ada 2 tipe valve lifter, yaitu: 1. Slipper follower 2. Roller follower Roller Follower Roller follower memiliki roda baja keras yang berputar di atas camshaft lobe. Vibration Damper (Peredam Getaran)
Pada bagian depan crankshaft terdapat vibration damper. Alat yang menyerupai flywheel kecil ini berfungsi untuk meredam getaran yang terjadi terjadi akibat putaran crankshaft crankshaft (torsional (torsional vibration). meredam getaran
Vibration Damper Ada dua jenis peredam getar, yakni:
1. Peredam karet (rubber damper), yaitu peredam yang menggunakan karet padat untuk menyerap getaran. 1.2. Peredam cairan kental (viscous damper), yaitu peredam yang di dalamnya menggunakan getaran. cairan kental (oli berat) untuk menyerap getaran. Cylinder Head Group
Cylinder head dan componen-komponennya dirancang agar valve dapat membuka dan menutup dengan timing yang tepat, dan agar bahan bakar disuntikkan pada waktu yang tepat sehingga didapatkan kemampuan kemampuan puncak dari engine. Yang termasuk perangkat valve train antara lain: 1. Cylinder head 2. Valve cover (tutup klep) 3. Bridge 4. Valve spring assemblies 5. Valve guide
7
6. Valve seat insert 7. Valve 8. Rocker arm
Komponen Valve Train
Gear Train Assembly
: e m
u s e R
Gear Train Assemblies Gear Train Assemblies dihubungkan untuk memindahkan tenaga dari crankshaft ke komponenkomponen lain dari engine. Gear Train Assemblies bisa berlokasi di bagian depan dan belakang engine. Pada gambar di atas gear Train Assemblies terdapat di bagian depan engine di antara plate belakang dan gear. dan rumah timing gear. Gear Train Assemblies menyelaraskan kerja komponen-komponen engine lainnya pada setiap 8
langkah kerja engine. engine. Komponen Seperangkat Roda Gigi
Komponen gear train antara lain:
1. Roda gigi crankshaft (crankshaft (crankshaft gear) 2. Roda gigi idler (idler gear) 3. Roda gigi camchaft (camshaft gear) 4. Roda gigi fuel injection pump (fuel injection pump gear) 5. Roda gigi pompa oli (oil pump gear) 6. Roda gigi pompa air (water pump gear) 7. Roda gigi kompresor udara (air compressor gear) gear)
9
Valve System Hino
: e
m
u s e R
1 Inlet Valve 2 Exhaust Valve 3 Valve Stem Cap 4 Valve Spring Lowerseat 5 Valve Spring Inner 6 Valve Spring Outer 7 Valve Spring Outer Seat 8 Valve Stem Key 9 Tappet 10 Push Rod 11 Rocker Arm Support 12 Rocker Arm Support 13 Rocker Arm Support 14 Rocker Arm 15 Rocker Arm 16 Adjusting Screw 17 Adjusting Screw Nut 18 Support Bolt 19 Rocker Arm Shaft
10
Camshaft Hino
1 Idler Gear Shaft 2 Dowel Pin 3 Bolt 4 Idler Gear 5 Bushing 6 Thrust Bearing 7 Bolt 8 Idler Gear Washer 9 Camshaft 10 Thrust Plate 11 Bolt 12 Camshaft Gear 13 Lock Washer 14 Nut 15 Camshaft Bearing 16 Injection Pump Drive Gear 17 Thrust Bearing 18 Injection Pump Drive Shaft 19 Woodruff Key 20 Woodruff Key 21 Oil Seal
11
Timing gear and hino
1 Crankshaft Gear 2 Idle Gear 3 Camshaft Gear 4 Injection Pump Drive Gear
5 Oil Pump Drive Gear 6 Air Compressor Idle Gear 7 Air Compressor Drive Gear 8 Power Steering Pump Drive Gear
Cylinder head Hino : e m
u s e R
1 cylinder head 2 valve guide 3 inlet valve seat 4 exhaust valve seat 12
5 push rod guide pipe 6 nozzle seat (copper sleeve) 7 o-ring
Fuel Injection Pump Hino
1 Injection pump housing 2 Lock plate 3 Delivery valve holder 4 o-ring 5 stopper 6 plate washer 7 delivery valve spring 8 gasket 9 delivery valve 10 plunger 11 screw bearing 12 washer 13 hollow screw 14 control rod cover 15 bearing cover assembly 16 oil seal 17 spring washer
19 o-ring 20 taper roller bearing 21 shim 23 woodruff key 24 camshaft 25 screw 26 control pinion 27 control sleeve 28 plunger spring seat, upper 29 plunger spring 30 plunger spring, lower
18 round nut
37 center bearing
31 shim 32 tappet assembly 33 tappet roller 34 roller bushing 35 plug 36 o-ring
38 washer 39 hollow screw 40 washer 41 hollow screw 42 cover 43 gasket 44 stop wire bracket 45 bolt 46 adjusting ring 47 shim 48 tapper roller
49 control rod 50 adapter 51 washer 52 over flow valve sub 13
Cylinder Block Hino
1. cylinder liner 2. cylinder block 3. bearing cap 4. bearing cap bolt
: e m
u s e R
14
5. straight pin 6. camshaft bearing 7. injection pump drive shaft bushing 8. plug 9. O - ring 10. sealing plate 11. Plug
Mekanisme Katup Mesin 4 Langkah Katup pada mesin 4 langkah berfungsi mengatur pembukaan dan penutupan katup•katup. dan penutupan katup•katup. Mekamisme katup ini dirancang sedemikian rupa, sehingga porus nok(camshaft) berputar satu kali untuk menggerakkan katup hisap dan katup buang setiap dua kali putaran poros engkol.
Bagian-bagian mekanisme katup 1. katup (valve), (valve), berfungsi membuka dan menutup saluran isap dan buang. Diameter katup isap i sap dibuat lebih besar daripada diameter katup buang. 2. Dudukan 2. Dudukan katup, katup, sebagai tempat duduknya kepala katup.
3. Pegas katup, 3. Pegas katup, berfungsi mengembalikan katup pada dudukan semula setelah katup bekerja (membuka). 4. Taper (valve lifter), lifter), berfungsi memindahka gcrakan bubungan (nok) ke tuas katup {rocker arm) melalui batang penekan (push rod) 5. Batang 5. Batang penekan penekan (push rod), rod), berfungsi meneruskan gerakan tapet ke ujung tuas katup. Batang penekan hanya hanya terdapat terdapat mekanisme mekanisme katupyang poros poros noknya di blok silinder silinder dan katup-katupnyaa terdapat pada kepala silinder katup-katupny 6. Tuas katup (rocker arm), arm), berfungsi menekan batang katup, sehingga katup dapat membuka. Celah (kerenggangan) (kerenggangan) antara rocker arm dan push rod disebut celah katup. Beberapa model mekanisme katup Ada beberapa model dalam pemindahan putaran dari poros engkol ke poros nok, antara lain:
1) Model timing gear Model ini digunakan pada mekanisme katup mesin OHC (Over Head Valve}, di mana poros noknya berada di dalam blok silinder. Model ini sudah jarang dipakai, karena timing geanya menimbulkan menimbulk an bunyiyang berisik dibanding di banding model Iain.
15
2) Model timing chain . Model ini diterapkan pada mesin OHC (Over Head Camshaft) dan DOHC (Dual Over Head Camshaf), di mana. poros noknya berada di atas kepala silinder. Poros nok digerakkan oleh poros engkol melalui rantai (timing chain).
: e m
u s e R
16
3) Model timing belt Model ini poros nok digerakkan oleh poros engkol melalui sabuk bergerigi(belt). Penggunaan sabuk bergigi ini tidak menimbulkan bunyi berisik, tidak t idak memerlukan pelumasan, tidak memerlukan penyetelan tegangan, dan lebih ringan. Oleh karena kelebihan itu, model timing belt ini lebih banyak diterapkan pada mesin bensin
Cara setel klep hino 6 cylinder Harus mengetahui FO atau firing order (biasanya tulisan FO terdapat pada cover cylinder head). Untuk FO hino 6 cylinder adalah 1-4-2-6-3-5 Menepatkan tanda panah pada housing fly wheel ke tanda pada fly wheel, Biasanya di fly wheel engine terdapat tanda 1.4 (itu berarti top 1 dan top 4) untuk 10 cylinder. Dan yang untuk 6 cylinder biasanya tanda 1.6 (itu berarti top 1 dan top 6). Nah tanda tersebut untuk menentukan mana yang harus disetel, top 1 atau top 6. Nah, untuk mengetahui top 1 atau top 6 yang harus disetel pada saat tanda 1.6 sudah tepat ke jarum penunjuk pada flywheel housing yaitu,,kita cek klep piston no 1 dan klep piston no 6, apabila klep in dan ex piston no 1 bebas semua/masih bisa digerakkan maka itulah top yang harus disetel duluan, dan apabila klep dicek kok masih belum bebas semua, maka flywheel harus diputar sebesar 360° atau satu putaran penuh sampai tanda 1.6 kembali seperti semula. Untuk mengukur celah klep atau valve clearence biasanya menggunakan alat yang namanya fuller gauge, untuk hino celah klep ukurannya adalah : untuk klep yang in (inlet) : 0,30 mm. Dan klep yang ex (exhaust) : 0,40 mm pada saat kondisi mesin dingin. Ada caranya untuk menentukan klep mana yang harus disetel duluan yaitu Cylinder no. Valve arangement No. of valve With no.1 piston at T.D.C With no.6 piston at T.D.C
1
4
2
6
3
5
In
ex
in
ex
in
ex
in
ex
in
Ex
in
ex
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
☻
☻
☻
☻
☻
☻
☻
☻
☻
☻
☻
☻
Jadi klep yang harus disetel pada top 1 adalah : Cylinder no 1 klep in dan klep ex Cylinder no 2 klep in Cylinder no 3 klep in Cylinder no 4 klep ex Untuk cylinder no 5 dan 6 klep nya tidak disetel, nanti pada saat top 6 dengan cara memuter fly wheel satu putaran penuh dan kembali pada tanda 1.6 Dan untuk top 6 klep yang harus didetel adalah : Cylinder no 2 klep ex Cylinder no 3 klep ex Cylinder no 4 klep in Cylinder no 5 klep in dan klep ex Cylinder no 6 klep in Jangan lupa : celah klep ukurannya adalah : untuk klep yang in (inlet) : 0,30 mm. Dan klep yang ex (exhaust) : 0,40 mm pada saat kondisi mesin dingin.
Other Spesification Of Hino Crankshaft And Crankshaft Bearing
17
Crankshaft Crankshaft bearing materials Timing gear drive Fuel injection pump Injection timing Governor Timer Fuel feed pump Nozzle Nozzle holder Fuel filter Fuel tank type
: e m
u s e R
Type Oil cappacity Oil pressure Oil filter Oil pan Type Radiator cap pressure Water boiling temperature Cooling system water capacity Coolent pump Fan : type Drive Radiator : type Mounting Capacity thermostat
type 18
Hino
Induction hardenend die forged special steel with counter weight Iridium plated over kelmet Timing gear Herical gear Fuel system
BOSCH line type, driven by engine, ½ x engine Rpm 17° before 1st cylinder T.D.C BOSCH type mechanical max. and min. Speed control (R812) Automatic timer, clockwise rotation seen from the drive side max. Advancing angel 5° Piston type, driven by injection pump camshaft, max. Feed ing pressure 3,5 kg/cm³ Multi hole nozzle type Injektion pressure 220 kg/cm³ Replaceable paper element type Square section, seam weided Lubrication system Forced feed lubrication with oil pump 14 liters 1,5 – 1,5 – 5,0 5,0 kg/cm² Full flow paper element oil filter Pressed sheet steel in material Cooling system Forced recirculation type 0,5 cm² than atmospheric pressure 106 – 106 – 110 110 °c (222,8 - 230° F) 29 liters Centrifugal, belt driven by engine crankshaft (0,94 x engine Rpm) Mounted on cylinder block Seven blades type, fully shrouded belt driven by engine crankshaft pulley (0,94 x engine Rpm) Corrugate type, provided upper and lower tank Rubber shock insulator 10 liters Wax type, bottom by pass system, open at 82 °C (maximal lift 10 mm at 95°C) Air cleaner Dry type (paper element)
Data and spesification General
Model Type
Bore and stroke Piston displacement Compression ratio Firing order Compression pressure Maximum revolution Idling revolution weight Cylinder head Type Material
Valve mechanism Valve seat angel inlet Exhaust Valve face angel inlet Exhaust Valve material inlet Exhaust Valve timing (flywheel travel) : Inlet opens Exhaust opens Inlet closes Exhaust closes
EH 700 Diesel 4 cycle, vertical 6 cylinder inline overhead valve, water cooled direct injection type 110 × 113 mm 6.443 litres 17,9 : 1 1-4-2-6-3-5 32 ±3 kg/cm² at 290 ±20 rpm 3200 rpm 500 - 550 rpm 496 kg
Singel piece casting cast iron
30° 45° 30° 45° heat resistance steel Special heat resistance steel 16° before T.D.C 40° after B.D.C 51° before B.D.C 13 ° after T.D.C
19
Valve clearence (when cold) : Inlet 0,30 mm Exhaust 0,40 mm Tappet Special cast iron Push rod Hollow carbon steel Cylinder block, Cylinder liner, and Camshaft Cylinder block Monoblock, six cylinder, cast iron Cylinder liner Camshaft Camshaft bearing number material Connecting rod and piston Connecting rod Small and bearing, material Large and bearing material Piston Piston ring : compression Oil ring
and
Dry type, replaceable, spessial chrome alloy case, hardened die-forged carbon steel in material 7, withe metal with carbon steel back metal
6, carbon steel Bronze Thin, kelmet with lead alloy Heat, resistance aluminum alloy Three, with chromeplated One, chromeplated with coil expander
cara menghitung kapasitas mesin : e m
u s e R
Kapasitas mesin (displacement) dengan satuan (V) adalah menghitung sebuah volume yang didapat dari perbindahan piston dari TMB menuju TMA, dimana untuk menghitung volume tersebut, bisa dihitung dengan sebuah rumus : V = ∏ x (DxD) x L x N 4 keterangan: D : Diameter silinder (Bore) L : Langkah (Stroke) ∏ : Rumus absolute sebuah lingkaran (3.14) (3.14) N : Jumlah silinder contoh : Sebuah motor memiliki langkah 42 mm (4.2 cm) dan diameter cylinder 56mm (5.6 cm) berapakah kapasitas / cc dari mesin tersebut…? tersebut…? Jawab : Rumus dasar : V = ∏ x D2 x Lx N N 4 V = 3.14 x (5.6 (5.6 x 5.6) x 4.2 x 1 4 V = 413.576 4 V = 103. 394 cc
20
besaran torsi dengan tenaga tenaga DK = Daya Kuda ( bahasa indonesia ) Besarnya daya yang dapat dihasilkan oleh putaran roda kendaraan. PS = Pferdestarke ( bahasa Jerman ) Jika dalam bahasa indonesia Kuat Kuda/tenaga kuda HP = Horse Power ( bahasa Inggris ) BHP = brake horse power (bahasa Inggris) Besarnya daya yang dapat dihasilkan langsung dari putaran yang dikeluarkan oleh mesin. PK : Paarden Kracht ( bahasa Belanda ) Jika Ji ka dalam bahasa indonesia artinya daya kuda. 1 HP tidak sama persis dengan 1 PS 1 PS = 0.986320070619514 HP atau 1 HP = 1.01386966542 1.01386966542402 402 PS Perbedaan tersebut hanya masalah konversi dan kebiasaan penggunaan satuan daya saja. Ilmuan Jerman dan Negara eropa lainnya lebih suka pakai satuan PS, sedangkan Amerika dan Inggris umumnya pakai satuan HP. Tapi kalo BHP vs HP atau BHP vs PS jelas beda. bukan masalah konversi satuan lagi, tapi beda di titik pengukuran. pengukuran. Kalau BHP itu mengukurnya mengukurnya langsung di mesin atau dari poros kruk as, sedangkan PS dan HP pengukurnya dari putaran roda. Dengan BHP kita akan mengetahui tenaga murni sebuah mesin tanpa adanya loss power karena kerugian gesekan ban, girboks transmisi dsb. dsb. Selain tenaga mesin, ada ada juga torsi mesin. Satuan-satuan Satuan-satuan torsi yang lazim kita temui yaitu Nm, Kgf.m & lbf.ft. Berikut Perbandingannya: - 1 HP = 0,735 KW - 1 KW = 1,34 HP - 1 PS / PK = 0,98 HP - 1 PS / PK = 0,74 KW - 1 KW = 1,36 PS - 1 HP = 1,01 PS - 1 Nm = 0,74 lbf.ft - 1 Nm = 0,1 Kgf.m - 1 lbf.ft = 0,14 Kgf.m - 1 Kgf.m = 7,23 lbf.ft
21
Air Cleaner a. K eg unaa unaan n
Saringan udara digunakan untuk mencegah kotoran yang terdapat dalam udara yang diisap mesin agar tidak masuk ke dalam silinder. Kotoran yang masuk ke dalam silinder mengakibatkan keausan komponen mesin (dinding silinder, piston, ring piston) sehingga tekanan kompresi menjadi berkurang. Berdasarkan konstruksinya, saringan udara dikelompokkan menjadi dua tipe.Tipe kering, menggunakan bahan sejenis kertas sebagai media penyaring tanpa ada bahan tambahan lain. Saringan tipe ini dirancang dengan sistem aliran berbeda, yaitu aliran lurus dan aliran berputar (turbulen).
Tipe basah, menggunakan bahan sejenis kertas sebagai media penyaring dan menggunakan oli untuk menjebak kotoran sebelum melalui media penyaring. Biasanya digunakan pada mesin besar dengan pengguanaan statis (generator). Berikut ini ditunjukkan gambar saringan udara tipe kering dan basah dan turbulen. Konstruksi Saringan Udara (Kering)
: e m
u s e R
Konstruksi saringan Udara (Basah)
b. Perawatan
22
Saringan yang sudah kotor menyebabkan aliran udara yang masuk ke dalam silinder menjadi terhambatt sehingga banyaknya udara yang dikompresi menjadi berkurang. Hal ini mengak terhamba mengakibatkan ibatkan bahan bakar bakar yang diinjeksikan diinjeksikan tidak terbakar terbakar seluruhnya seluruhnya dan menghasilkan: menghasilkan: a. konsumsi bahan bakar meningkat; b. tenaga mesin mesin berkurang; berkurang; c. asap hitam pada gas buang.
Saringan udara harus diganti sesuai batas yag sudah ditentukan oleh produsen berdasarkan berdasarkan jarak tempuh atau jam pemakaian. Propeller shaft Propeller shaft / biasa disebut kopel, berfungsi untuk menghubungkan menghubungkan serta menerus meneruskan kan putaran dari transmisi ke differential/gardan, biasanya digunakan pada kendaraan dengan sistem penggerak roda belakang, belakang, 4 Wheel Drive Drive (4WD), serta serta All Wheel Wheel Drive (AWD) Propeller shaft terpasang antara transmisi dan gardan, biasanya pada propeller shaft terdapat komponen yangtanpa bernama universial jont, untuk memungkinkan terjadinya perpindahan tenaga dengan lembut dipengaruhi oleh perubahan sudut. Ada dua bentuk universal joint 11 Tipe dua joint , menggunakan dua sambungan biasanya digunakan pada mobil dengan penggerak roda belakang dengan chacis chacis yang pendek pendek
22
Tipe 3 joint, menggunakan menggunakan 3 sambunga sambungan n universal joint , untuk penggunaan sasis yang yang
panjang
Bagian bagian universal joint terbagi 2
11
Hooke’s joint Hooke’s joint
Ada dua macam: aa Solid bearing cup (dapat dibongkar) bb Sheel bearing bearing cup (tdk dapat dapat dibongkar) 22 Flexible joint Slip yoke berfungsi untuk mengimbangi adanya perubahan jarak antara transmisi dan differential
23
.
: e m
u s e R
Fungsi dari differensial/gardan adalah : 1. Untuk memindahkan tenaga putaran putaran mesin dari poros gardan ke poros roda yang digerakkan. digerakkan. 2. Untuk memunginkan perbedaan perbedaan putaran roda roda kiri maupun kanan pada saat kendaraan kendaraan berbelok ke kiri atau ke kanan. Differential terbagi menjadi dua bagian utama : 1. Final gearYang terdiri dari drive pinion dan ring gear, dan berfungsi untuk memperbesar momen dan meru-bah arah putaran sebesar 90º. 2. Differential gear Yang terdiri dari side gear dan pinion gear, dan berfungsi untuk membedakan
kecepatan putar roda kiri dan kanan saat membelok.
24
A. FINAL GEAR Saat ini final gear terdiri dari dua tipe :
1. Hypoid bevel gear Tipe ini digunakan pada kendaraan penggerak penggerak roda belakang, dimana drive pinion terpasang offset dengan garis tengah ring gear.Mempunyai keuntungan yaitu bunyi lebih halus.
Helical gear
Tipe ini digunakan pada kendaraan penggerak penggerak roda depan.Mempunyai keuntungan yaitu bunyi dan getaran lebih kecil dan momen dapat di-pindahkan dengan lembut.
25
B . DIFFERENTIAL GEAR Saat kendaraan membelok, jarak tempuh roda bagian dalam (A) lebih kecil dari jarak tempuh ro-da bagian luar (B), (B), dengan demi-kian demi-kian roda bagian luar harus ber-putar lebih cepat dari roda roda ba-gian dalam.
: e m
u s e R
Bila roda-roda berputar dengan putaran yang sama, maka salah satu ban akan slip, yang akan menyebabkan ban akan cepat cepat aus. Untuk mengatasi hal ini di-perlukan diffe differential rential gear dengan tujuan membedakan putaran roda. Prinsip Dasar Differential Gear Bila kedua rack diberi beban yang sama, maka ketika shackle ditarik ke atas akan menyebab-kan menyebab-kan kedua rack rack akan terangkat pada jarak yang sama karena tahanan sama dan pinion gear tidak berputar.
Tetapi bila beban yang lebih be-sar diletakkan pada rack sebelah kiri dan shackle ditarik ke atas, maka pinion gear akan berputar berputar sepanjang gerigi gerigi rack yang men-dapat men-dapat beban lebih berat berat dise-babkan adanya adanya perbedaan taha-nan. taha-nan. Dan ini mengakibatkan mengakibatkan rack yang yang mendapat beban lebih kecil kecil akan terangkat.
26
Konstruksi Differential
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Drive pinion Ring gear Differential case Side gear Pinion gear Pinion shaft Axle shaft
27
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Side bearing cap Side bearing Backlash adjusting shim Drive pinion shaft Pinion depth adjusting shim Drive pinion inner bearing Colapsible spacer Differential housing Drive pinion outer bearing
10. Oil seal 11. Flange yoke 12. Pinion shaft 13. Side gear 14. Backlash thrust washer 15. Pinion gear 16. Ring gear 17. Lock pin 18. Differential case
: e m
u s e R
Cara Kerja Differential Jalan Lurus Drive pinion memutarkan ring gear, ring gear memutarkan differential case, differential case menggerakkan pinion gear melalui pinion shaft dan pinion gear memutarkan side gear kiri dan kanan dengan rpm yang sama karena tahanan roda kiri dan kanan sama, sehingga menyebabkan putaran roda kiri dan kanan sama.
Belok Kanan Drive pinion memutarkan ring gear, ring gear memutarkan differential case, differential case menggerakkan pinion gear melalui pinion shaft dan pinion gear memutarkan side gear kiri mengitari side gear kanan karena tahanan roda kanan lebih besar, sehingga menyebabkan putaran roda kiri lebih besar dari roda kanan. kanan. 28
RPM A > B Belok Kiri Drive pinion memutarkan ring gear, ring gear memutarkan differential case, differential case menggerakkan pinion gear melalui pinion shaft dan pinion gear memutarkan side gear kanan mengitari side gear kiri karena tahanan roda kiri lebih besar, sehingga menyebabkan putaran roda kanan lebih besar dari roda kiri. kiri.
Salah Satu Roda Masuk Lumpur Saat salah satu roda masuk lumpur maka roda yang masuk lumpur terse-but mempunyai tahanan yang kecil, dan menyebabkan sulitnya menge-luarkan roda dari lumpur. PERHITUNGAN Gear Ratio (GR) = Jumlah gigi ring gear Jumlah gigi drive pinion J Jum umla lah h Putaran Putaran R ing Gea Gear. Rpm ring gear = rpm side gear kanan + rpm si side de gear kiri 2
Rpm ring gear 100 100 100 100
Rpm roda kiri 100 80 150 0
Rpm roda kanan 100 120 50 0
Total putaran roda kiri dan kanan 200 200 50 200
Penyetelan Differensial/Gard Differensial/Gardan an Jarak kerenggangan antara ring gear dan drive pinion tidak boleh terlalu rapat atau terlalu renggang. Jika terlalu rapat akan berakibat berat pada putaran, begitupun kalau terlalu renggang akan menimbulkan suara berisik/mendengung. Maka untuk mendapatkan jarak yang tepat jarak kedua roda gigi tersebut harus dapat distel. Penyetelan dilakukan dengan jalan memutarkan adjusting nut (penyetel) kearah kiri atau ke kanan dengan kunci khusus. Dan diukur dengan menggunakan dial test indicator.
29
Besarnya jarak renggang antara ring gear dengan drive pinion yaitu 0,005” 0,005” – – 0,008”. 0,008”. Jarak Jarak renggang ini disebut “backlash” “backlash” Dengan cara lain dapat juga dilakukan penyetelan jarak renggang anatra ring gear dengan drive pinion yaitu dengan melabur bagian-bagian gigi dengan cat pewarna, setelah itu diputarkan dengan tangan, dan ring gear ditahan sdikit seakan-akan mendapat beban. Setelah mencapai putaran yang dimaksud, maka perhatikanlah bekas bagian yang berimpit dari gigi ring gear dan drive pinion tersebut. Jika bekas catnya terlalu terlalu banyak maka jarak renggang terlalu rapat, sebaliknya jika bekas catnya sedikit atau tidak ada, maka jarak renggang terlalu jauh. Perawatan dan penggantian minyak pelumas differensial/gardan. Karena differensial adalah merupakan bagian dari mobil yang sangat penting sekali, maka perlu perawatan yang yang dilakukan secara berkala terutama untuk penggantian oli.
Bila gardan bermasalah atau rusak, dapat menyebabkan mobil tidak akan jalan. Namun yang disayangkan, justru gardan kerap dianaktirikan. Maksudnya, komponen ini kerap dilupakan soal perawatannya.bila rusak dan tidak diketahui perawatannya.bila diketahui oleh pemilik mobil akibatnya akibatnya pun fatal. Roda tiba-tiba tiba-tiba tak bisa digerakkan. “Bisa “Bisa dibayangkan dibayangkan apa akibatnya, di saat melaju cepat tiba-tiba roda berhenti karena differensial/gardan differensial/gar dan tidak berfungsi sebagaimana mestinya,” mestinya,” : e m
u s e R
Dengar suara dari gardan saat mobil melaju. Cara ini bisa Anda lakukan dengan mematikan peranti audio yang ada di mobil. Kemudian buka kaca mobil dan jalankan kendaraan Anda di tempat yang sepi. Bila Anda mendengar ada suara gemerisik atau mendengung berarti ada permasalahan di gardan.
Suara itu diakibatkan oleh komponen yang ada di gardan mengalami gesekan hebat karena oli berkurang banyak banyak atau bahkan habis. Atau Atau bisa juga dilakukan dengan dengan cara jalankan mobil dalam waktu beberapa jam atau setelah mobil menempuh jarak beberapa jam kemudian mobil berhenti, dan peganglah rumah gardan, apabila rumah rumah gardan terasa panas panas yang cukup tinggi ini menandakan menandakan bahwa oli yang terdapat di dalamnya sudah habis atau berkurang. Bagi anda pemilik mobil berpenggerak roda belakang, atau pun 4WD. Gardan merupakan komponen yang vital, karena fungsinya menggerakkan roda. Mobil dengan gerak roda belakang tentunya menggunakan gardan, lain halnya dengan gerak roda depan yang tidak memerlukan peranti itu. Bila gardan bermasalah atau rusak, dapat menyebabkan mobil tidak akan jalan. Namun sayangnya pearawatan gardan gardan kadang suka terlupakan, terlupakan, Bila tidak sedang bermasalah, bermasalah, kebanyakan kebanyakan orang jarang melakukan pengecekan atau perawatan. Padahal tidak sulit merawat gardan culup dengan rutin mengganti oli gardan setiap 10.000 km.
30
Pada umumnya, penggantian oli gardan biasanya dilakukan bersamaan dengan penggantian oli transmisi, dan menggunakan nilai kekentalan pelumas sesuai s esuai yang dianjurkan produsen kendaraan.
Pada umumnya masalah pada gardan terjadi bila sudah terdengar bunyi dengung. Hal ini terjadi akibat oli gardan yang telah encer, atau bahkan telah berkurang secara signifikan. Tentunya itu terjadi karena pemilik mobil jarang memerhatikan atau merawat gardan. Sekedar informasi harga oli gardan yang ada di pasaran adalah berkisar antara Rp 27-43 ribu. Mereknya pun bermacam-macam, bermacam-m acam, seperti Rored yang yang keluaran Pertamina, Pertamina, Idemitsu, serta Elf. Elf. Untuk mobil yang pemakaiannya lebih lebih sering di dalam kota, maka maka disarankan menggunakan menggunakan oli yang speknya speknya multigrade, dengan SAE75-90 atau 80W90. Ini dikarenakan viskositas oli tersebut lebih encer sehingga tidak terlalu memberatkan kinerja gardan. Sedangkan untuk mobil yang beban kerjanya berat atau mobil-mobil tahun lawas dapat memilih oli single grade dengan SAE 90 atau SAE 140. Buat anda yang punya mobil dengan gardan yang dilengkapi fitur LSD (Limited Slip Differential) disarankan menggunakan oli gardan dengan spesifikasi khusus untuk tipe gardan LS. Contohnya merek Lucas. Kalau anda belum tahu, apakah gardan bawaan mobil sudah bertipe LS atau tidak bias dicek sendiri dengan cara dongkrak roda belakang kemudian putar salah satu roda, kalu roda yang satunya ikut berputar berarti gardan sudah dilengkapi dengan LSD. Sekedar informasi saja, oli gardan untuk tipe LSD ini punya bersifat long life time. ti me. Namun tetap dicek berkala agar tetap tetap berfungsi dengan baik. Umumnya, untuk mobil jenis mobil keluarga (MPV), sedan, dan city car atau mobil kecil disarankan untuk menggunakan oli multigrade yaitu dengan spesifikasi SAE75-90 atau 80W90. Viskositas oli tersebut lebih encer sehingga tidaj terlalu memberatkan kinerja gardan. Adapun mobil untuk medan berat, seperti SUV, SUV, pikap 4×4, truk ringan, disarankan disarankan memilih oli single grade dengan spesifikasi
31
SAE 90 atau SAE 140. Demikianlah pembahasan tentang differensial/gardan ini semoga bermanfaat. Tips Memeriksa Dan Perawatan Oli Gardan Kali saya akan membahas tentang dunia otomotif yaitu perawatan dan memriksa oli gardan.Kendati memiliki peran dan fungsi yang sangat penting, gardan mobil selama ini dianaktirikan.cara kerja gardan berpenggerak roda belakang, atau pun 4WD. Gardan merupakan komponen yang vital, karena fungsinya menggerakkan roda. Hampir sebagian besar pemilik mobil jarang atau bahkan tidak pernah melakukan pengecekan kondisi perangkat yang satu itu.
: e m
u s e R
Bila gardan bermasalah atau rusak, dapat menyebabkan mobil tidak akan jalan. Namun yang disayangkan, disayangkan, justru gardan kerap kerap dianaktirikan. Maksudnya, Maksudnya, komponen ini kerap kerap dilupakan soal perawatannya.bila rusak dan tidak diketahui oleh pemilik mobil akibatnya pun fatal. Roda tiba-tiba tak bisa digerakkan. “Bisa “Bisa dibayangkan dibayangkan apa akibatnya, di saat s aat melaju cepat tiba-tiba roda berhenti karena gardan tidak berfungsi sebagaimana mestinya Tips Memeriksa Oli Gardan Tetesan oli di bawah gardan Kita juga sering melihat di bagian tutup gardan atau bagian lain ada rembesan atau tetesan oli. Sebaiknya jangan meremehkan hal itu. Bila rembesan atau tetesan terjadi saban hari, lama-kelamaan lama-kelamaan oli gardan akan berkurang dalam jumlah yang cukup signifikan. Walhasil, komponen yang ada di gardan kekurangan minyak pelumas. Bila hal itu terjadi, maka gardan tidak akan berfungsi secara maksimal. “Akibatnya, “Akibatnya, sistem sistem penggerak roda tidak bekerja. Dengarkan suara dari gardan saat mobil melaju Cara ini bisa Anda lakukan dengan mematikan peranti audio yang ada di mobil. Kemudian buka kaca mobil dan jalankan kendaraan Anda di tempat yang sepi. Bila Anda mendengar ada suara gemerisik atau mendengung berarti ada permasalahan di gardan. Suara itu diakibatkan oleh komponen yang ada di gardan mengalami gesekan hebat karena oli berkurang banyak banyak atau bahkan habis.
32
Tips Merawat gardan Mobil Mobil
Bagi kamu pemilik mobil berpenggerak roda belakang, atau pun 4WD. Gardan merupakan komponen yang vital, karena fungsinya menggerakkan roda. Mobil dengan gerak roda belakang tentunya menggunakan gardan, lain halnya dengan gerak roda depan yang tidak memerlukan peranti itu. Bila gardan bermasalah atau rusak, dapat menyebabkan mobil tidak akan jalan. Namun yang disayangkan, disayangkan, justru gardan kerap kerap dianaktirikan. Maksudnya, Maksudnya, komponen ini kerap kerap dilupakan soal perawatannya. perawatannya. Bila tidak sedang bermasalah, kebanyakan orang jarang melakukan pengecekan atau perawatan. Padahal tidak sulit merawat gardan. “Cukup dengan “Cukup dengan rutin mengganti oli gardan setiap 10 ribu kilometer,” kilometer,” Pada umumnya, penggantian oli gardan biasanya dilakukan bersamaan dengan penggantian oli transmisi, dan menggunakan nilai kekentalan pelumas sesuai s esuai yang dianjurkan produsen kendaraan. Pada umumnya masalah pada gardan terjadi bila sudah terdengar bunyi dengung. Hal ini terjadi akibat oli gardan yang telah encer, atau bahkan telah berkurang secara signifikan. Tentunya itu terjadi karena pemilik mobil jarang memerhatikan atau merawat gardan. Sekedar informasi harga oli gardan yang ada di pasaran adalah berkisar antara Rp 27-43 ribu. Mereknya pun bermacam-macam, bermacam-m acam, seperti Rored yang yang keluaran Pertamina, Pertamina, Idemitsu, serta Elf. Elf. Untuk mobil yang pemakaiannya lebih lebih sering di dalam kota, maka maka disarankan menggunakan menggunakan oli yang speknya speknya multigrade, dengan SAE75-90 atau 80W90. Ini dikarenakan viskositas oli tersebut lebih encer sehingga tidak terlalu memberatkan kinerja gardan. Sedangkan untuk mobil yang beban kerjanya berat atau mobil-mobil tahun lawas dapat memilih oli single grade dengan SAE 90 atau SAE 140. Buat kamu yang punya mobil dengandengan gardanspesifikasi yang dilengkapi LSD (Limited SlipContohnya Differential) disarankan menggunakan oli gardan khususfitur untuk tipe gardan LS. merek Lucas. Kalau kamu belum tahu, apakah gardan bawaan mobil sudah bertipe LS atau tidak, bisa dicek sendiri kok. “Dongkrak dua dua roda belakang, coba putar salah satu roda, kalau roda satunya ikut berputar berarti gardannya dilengkapi LSD,”Asal LSD,”Asal tahu tahu saja, oli gardan untuk tipe LSD ini punya bersifat long life time. Namun tetap dicek berkala berkala agar tetap tetap berfungsi dengan baik.Umumnya, baik.Umumnya, untuk mobil jenis mobil mobil keluarga (MPV), sedan, dan city car atau mobil kecil disarankan untuk menggunakan oli multigrade yaitu dengan spesifikasi SAE75-90 atau 80W90. Viskositas oli tersebut lebih encer sehingga tidak terlalu memberatkan kinerja gardan. Adapun mobil untuk medan berat, seperti SUV, pikap 4×4, truk ringan, disarankan memilih oli single grade dengan spesifikasi SAE 90 atau SAE 140.
Gardan/differential sebagai orang awam atau yang tidak mengerti tentang tekhnik pasti bingung,,sebenarnya bingung,,sebenarnya fungsi utama dari gardan itu apa? nah, kali ini i ni akan saya terangkan senagian kecil dari fungsi gardan. Gardan merupakan komponen kendaraan yang berperan untuk meneruskan tenaga yang dihasilkan dari mesin ke poros roda. Fungsi Differential adalah sebagai berikut: truck atau khusunya khusunya mobil 1. Untuk merubah arah putaran mesin, posisi mesin pada mobil truck yang menggunakan as propeller shaft/couple, memiliki posisi mesin yang memanjang ke depan . Sehingga arah putaran dari roda gila jelas tidak searah dengan arah putaran roda. Maka gardan inilah yang membuat arah dari putaran mesin menjadi searah dengan arah putaran roda. 2. Untuk memperbesar momen : Momen adalah tenaga putaran dari sebuah benda yang berputar. Putaran poros engkol mempunyai mempunyai tenaga atau momen. Seperti Seperti kita ketahui bahwa saat mesin putarannya idle/stasioner memiliki kecepatan minimal 600 rpm. Maksudnya adalah dalam satu menit poros engkol berputar 600 kali. Sedangkan pada kecepatan tinggi memiliki kecepatan hingga 12.000 rpm, berarti poros engkol berputar 12.000 kali dalam 1 menit. Agar tenaga dari poros engkol ini menjadi besar, maka kecepatan putaran dari poros
33
engkol ini harus diperlambat. Di sisnlah gardan memperlambat kecepatan putaran dari poros engkol tersebut, sehingga tenaga putar atau momen menjadi besar dan mobil dapat bergerak atau berjalan. 3. Untuk membedakan putaran roda antara kanan dan kiri pada saat berbelok : Pada saat belok, putaran roda roda bagian dalam cenderung cenderung lebih lambat daripada putaran roda bagian lu luar. ar. Hal ini dimaksudkan agar mobil dapat berbelok dengan baik dan tidak slip. Jika kedua roda antara yang kiri dan kanan selalu sama, maka mobil tak akan membelok.
Cara Kerja Sederhana
Ketika Mesin melepaskan udara terkompresi melalui katup buang, tapi dengan saluran gas buang pada knalpot knalpot dihambat maka hasil kompresi kompresi didalam ruang bakarpun akan terhambat untuk dibuang sehingga akan menghasilkan Gaya yang pada akhirnya memperlambat rotasi poros engkol, yang yang kemudian mengurangi mengurangi kecepatan kendaraan. kendaraan. :
Dengan sistem kerja seperti itu maka Exhaust rem biasanya dipasang pada sisi outlet outl et dari m
turbocharger yang akan menghambat kemampuan mesin untuk mendorong keluar sisa gas
e
u s e R
buang hasil kompresi. Sebuah Sebuah katup kupu-kupu akan tetap terbuka sampai sampai ketika Rem diaktifkan. Kemudian menutup dan membatasi aliran knalpot dengan menjaganya agar tetap dalam silinder. Hal ini i ni menyebabkan piston untuk sementara memaksa kompresi, yang menyerap
Mengenal Air Suspension Suspensi untuk mobil Modifikasi bukan hanya sekedar perlu budget yang cukup besar, banyak hal yang perlu diketahui dulu tentang air suspensi itu sendiri sebelum mengaplikasikannya.Jadi mengaplikasikannya.Jadi jangan sekedar sekedar bisa beli terus terus pasang, tanpa mengetahui mengetahui dulu apa itu air air suspensi dan dan jenisnya yang sesuai dengan mobil sendiri serta bagaimana cara merawatnya, sebisa mungkin berkonsultasi dulu dulu dengan modifikatornya.Hal modifikatornya.Hal ini untuk untuk mencegah mencegah kepanikan pengguna pengguna mobil mobil apabila air suspensi sedikit mengalami masalah saat sedang dalam perjalanan.
34
Air suspension memiliki sistem kerja yang dimulai dari kompresor yang menyuplai udara ketabung, lalu dari tabung dibagi ke kaki-kaki lewat selenoid yang dihubungkan lewat selang udara. Pada air suspension pasti terdapat tombol beserta indikator untuk mengatur naik turunnya air suspensi sesuai keinginan dan mengontrol persediaan udara dalam tabung pada keempat roda, sebaiknya untuk tombol pengaturnya ditaruh ditaruh didepan dashboard atau atau di sesuaikan keadaan keadaan kedudukan interior, interior, yang terpenting adalah agar tombol pengatur mudah dijangkau pengemudi. Pada intinya air suspension sendiri tidak perlu perawatan, yang yang perlu dirawat adalah adalah tabung penampung air air pada kompresor dengan dengan cara dibuang air-nya seminggu sekali. Selain itu karet balon dari air suspension juga perlu untuk diperiksa kondisinya. Sebaiknya karet balon meski tidak mengalami kerusakan, setelah 3 tahun diganti agar tetap layak untuk dipakai harian, karena bahan karet lama-kelamaan dapat mengeras dan retak, sehingga dapat terjadi kebocoran. Untuk tabung air suspension sendiri tidak perlu perawatan, karena seandainya bocor-pun masih bisa diperbaiki dengan mengganti seal tabungnya.
Jenis Air Suspension Menurut Indra salah satu punggawa dari rumah modifikasi Akasia, Air Suspensi itu terbagi 2, yaitu: 1. Type Strut : Type ini shock absorber dengan per-nya jadi satu Tipe Strut juga ada 2 jenis, yaitu
strut kecil dan besar 2. Type Bag : Type ini antara shock absorber dengan per-nya terpisah
35
Jadi dari kedua tipe air suspensi ini, sebelumnya mobil yang ingin dipasangkan bisa dilihat dulu jenis supensinya awalnya, lalu modifikator bisa memilih air suspension jenis apa yang sesuai. Untuk proses aplikasi standar air suspension tidak sulit dan tidak perlu ada gubahan bagian kaki-kaki, cukup pensiunkan per pabrik pabrik lalu menggantinya dengan dengan air suspension’, terang terang Indra. Indra. Setelah dilakukan pemasangan air suspension, di Akasia pasti selalu melakukan 1 hari pengecekan agar tidak ada kebocoran. Cara pengecekannya dengan menaikkan air suspension agar dalam posisi tegak, dari sini ada kebocoran atau tidak dapat segera diketahui. Keunggulan dan Kelemahan Air Suspension
Air suspension merupakan salah satu perangkat dalam memodifikasi mobil khususnya disektor kakikaki yang punya fungsi sama seperti per biasa, yaitu sebagai penopang bantingan atau peredam kejut, hanya saja bentuknya bukan lagi per. Air suspension ini dibagi menjadi dua jenis yaitu tipe strut atau yang sering disebut dengan air silinder dan juga tipe bag, yang lebih dikenal secara luas dengan nama balon. Penggunaan air suspension pun sudah tidak hanya sekedar sebagai pelengkap dalam ajang kontes Modifikasi saja, tapi tetap tetap bisa juga untuk penggunaan penggunaan sehari-hari. sehari-hari. “kalau untuk sehari-hari, sehari-hari, biar lebih efisien soalnya soalnya bisa diatur tinggi-rendahnya tinggi-rendahnya suspensi, karena tekanan angin dapat dapat diatur dan disesuaikan antara bobot kendaraan dengan ketinggian kendaraan. Kalau dicangkok untuk kontes Modifikasi biasanya Modifikasi biasanya ada point lebih” ujar Sammy, Sammy, salah satu pentolan dari rumah rumah modifikasi modifikasi SAS : e
Bodyworks. m
u s
Hingga kini, pengaplikasian air suspension pun tidak terbatas hanya pada mobil saja tapi sudah untuk e R
bus, truk dan bahkan untuk untuk trailer. Dapat dibilang dibilang penggunaan air suspension suspension sangat fleksibel, fleksibel, karena selain bisa digunakan untuk harian dan kontes, ketinggian mobil (Ground Clearance) juga bisa lebih diatur dan sesuaikan dengan kondisi jalanan agar bagian bawah mobil tidak mudah beradu dengan jalanan dengan sekejap sekejap hanya menekan menekan tombol pengatur dan dan sesuai dengan kemauan. kemauan. Tentunya ini sangat berbeda dengan mobil yang masih menggunakan per biasa pada suspensinya, karena ketinggiannya tidak bisa diatur dengan sekejap. Akan tetapi perangkat air suspensi memerlukan perawatan yang yang ekstra dibandingkan suspensi suspensi dengan per biasa. Perawatan untuk air suspension pun sebenarnya tidaklah rumit, Karena air suspension ada 2 jenis, maka masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan khusus yang berbeda pula, yaitu :
36
Air Suspension Balon (Bag)
Kelebihan untuk air suspension jenis balon bisa dibilang bantingannya (Rebound) lebih terasa empuk (Soft) dibandingkan dengan yang model air silinder, sil inder, sedangkan kelemahannya air suspensi jenis terutama jika ingin diaplikasikan pada celah suspensi mobil yang sempit seperti jenis sedan atau city car, karena bentuknya agak melebar dan terbuat dari karet, di khawatirkan akan bergesekan dengan dinding di liang suspensi sehingga dapat menyebabkan kebocoran. Jadi lebih banyak digunakan pada mobil berbobot besar seperti jenis SUV.
Air Suspension Silinder (Strut)
Tapi untuk model air silinder, karena bentuknya yang ramping, maka jenis ini lebih banyak dan cocok
dipergunakan pada mobil-mobil mempunyai celah sempit semacam sedan, sedangkan kekurangannya tipe ini memiliki bantingan yang lebih keras. Untuk proses aplikasi atau pemasanganny pemasangannyaa pun bisa dibilang tidak rumit, yang pasti pertama-tama harus dilihat terlebih dahulu tipe / jenis mobilnya apa dan juga jenis suspensi awalnya serta kedudukannya (Mounting). Karena Komponen-komponen utamanya air suspension sendiri adalah terdiri dari selang, tabung, kompresor, selenoid dan juga pressure gauge, jadi perlu dipikirkan juga untuk penempatan-penempatannya penempatan-penempatannya terutama kompresor. Yang pasti untuk pemakaiannya cukup disesuaikan dengan kondisi jalanan dan kebutuhan dari pengemudi. Jenis, model dan brand dari air suspension pun ada banyak dan kebanyakan dengan model bolt-on alias tinggal pasang. Tapi ada juga dibeberapa tempat, biasanya rumah Modifikasi yang menggunakan model custom alias ada beberapa perangkat yang menggunakan brand sendiri. Untuk harga model custom dipatok harga ±17.5 juta itu sudah termasuk pemasangannya, pemasangannya, sedangkan untuk model bolt-on harga yang dipatok ±30 juta. Waktu pemasangannya, di bengkel SAS sendiri butuh waktu kira-kira 2 minggu.
37
Air Suspension pada bus Hino RG-1
Fungsi Gearbox Pada Kendaraan
: e m
u s e R
38
Pengertian Gearbox Dalam Gearbox Dalam beberapa unit mesin memiliki sistem pemindah tenaga yaitu gearbox yaitu gearbox yang yang berfungsi untuk menyalurkan tenaga atau daya mesin ke salah satu bagian mesin lainnya, sehingga unit tersebut dapat bergerak menghasilkan sebuah pergerakan baik putaran maupun pergeseran. Gearbox Gearbox merupakan merupakan suatu alat khusus yang diperlukan untuk menyesuaikan menyesuaikan daya daya atau torsi (momen/daya) dari motor yang berputar, dan gearbox dan gearbox juga juga adalah alat pengubah daya dari motor yang berputar menjadi tenaga yang lebih besar. Fungsi Gearbox Gearbox Gearbox Gearbox atau atau transmisi atau reducer adalah salah satu komponen utama motor yang disebut sebagai sistem pemindah tenaga, transmisi berfungsi untuk memindahkan dan mengubah tenaga dari motor yang berputar, yang digunakan untuk memutar spindel mesin maupun melakukan gerakan feeding gerakan feeding . Gearbox - Transmisi Transmisi juga juga berfungsi untuk mengatur kecepatan gerak dan torsi serta berbalik putaran, sehingga dapat bergerak maju dan mundur. Transmisi manual atau lebih dikenal dengan sebutan gearbox sebutan gearbox,, mempunyai beberapa fungsi antara lain : 1. Merubah momen puntir yang akan diteruskan ke spindel mesin. 2. Menyediakan rasio gigi yang sesuai dengan beban mesin. 3. Menghasilkan putaran mesin tanpa selip Prinsip Kerja Gearbox Putaran dari motor diteruskan ke input shaft (poros input) melalui hubungan antara clutch/ kopling, kemudian putaran diteruskan ke main shaft (poros utama), torsi/ momen yang ada
di mainshaft diteruskan ke spindel mesin, karena adanya perbedaan rasio dan bentuk dari gigi-gigi tersebut sehingga rpm atau putaran spindel yang di keluarkan berbeda, tergantung dari rpm yang di inginkan. Berikut penjelasan beberapa part yang terdapat dalam gearbox. Input shaft (poros input) input) Input shaft adalah komponen yang menerima momen output dari unit kopling, poros input juga befungsi untuk untuk meneruskan putaran dari dari clutch kopling ke mainshaft (poros (poros utama), sehingga putaran bisa di teruskan ke gear-gear. Input shaft juga sebagai poros dudukan bearing dan piston ring, ring, selain itu berfungsi juga juga sebagai saluran oli untuk melumasi bagian dari pada inputshaft tersebut.
Gear shift housing (rumah lever pemindah rpm) rpm) Gear shift housing adalah housing dari pada lever pemindah gigi yang berfungsi untuk mengatur ketepatan perpindahan gigi, apabila gigi sudah dipindahkan maka lever akan terkunci sehingga lever tidak bisa berpindah sendiri pada saat spindel sedang berputar. Main shaft (poros utama) utama) Mainshaft yang berfungsi sebagai tempat dudukan gear, sinchromest, bearing dan komponenkomponen lainnya. Main shaft juga berfungsi sebagai poros penerus putaran dari input shaft sehingga putaran dapat di teruskan ke spindel, main shaft juga berfungsi sebagai saluran
tempat jalannya oli. Planetary gear section (unit gigi planetari) planetari) Planetary adalah alat pengubah rpm di suatu range tertentu dimana rpm dapat di ubah sesuai dengan kebutuhan proses pengerjaan dan dapat pula mengubah arah putaran spindel. Oil pump assy (pompa oli) oli) Oil pump berfungsi untuk untuk memompa dan memindahkan memindahkan oli dari transmisi case (rumah transmisi) menuju ke sistem untuk dilakukan pelumasan terhadap terhadap komponen-komponen komponen-komponen yang ada di dalam transmisi secara menyeluruh. Clucth housing housing Clutch housing adalah rumah dari clucth kopling yang berfungsi sebagai pelindung clutch kopling, clutch housing juga berfungsi sebagai tempat dudukan dari pada oil pump dan input shaft. Transmisi gear/ roda gigi transmisi transmisi Transmisi gear atau roda gigi transmisi berfungsi untuk mengubah mengubah input dari motor menjadi output gaya torsi yang meninggalkan transmisi sesuai dengan kebutuhan mesin. Bearing Bearing Bearing berfungsi untuk menjaga kerenggangan kerenggangan dari pada shaft (poros), agar pada saat unit mulai bekerja komponen yang ada di dalam transmisi tidak terjadi kejutan, sehingga transmisi bisa bekerja dengan smooth dengan smooth (halus). (halus).
39
Piston ring (ring penyekat oli). oli). Piston ring berfungsi sebagai penyekat agar tidak terjadi kebocoran pada sistem pelumasan, piston ring juga juga berfungsi sebagai pengencang pengencang input shaft agar input input shaft tidak rengang pada saat unit berjalan. Sun gear (gigi matahari) matahari) Sun gear berfungsi untuk meneruskan putaran ke planetary gear section. Sun gear berhubungan langsung dengan gear yang ada pada unit planetary yang berfungsi sebagai penerus putaran, momen momen dari transmisi. Oil filter (filter oli) oli) Oil filter adalah komponen yang berfungsi untuk menyaring oli dari kotoran. Oli harus di saring, agar komponen transmisi tidak cepat aus yang disebabkan karena terjadinya gesekan antara komponen yang dapat menimbulkan geram-geram. Sehingga Sehingga oli yang masuk ke sistem harus disaring dulu agar unit transmisi tetap baik. Oil pipe (pipa oli) oli) Oil pipe adalah pipa oli tipe batang, yang berfungsi sebagai saluran oli untuk menyalurkan oli dari transmisi case ke planetary gear section untuk dilakukan pelumasan terhadap unit planetary.
Komponen Gearbox : e m
u s e R
1.Input shaft cover gearbox Berfungsi sebagai penerus putaran dari motor penggerak. 2.Oil seal gearbox Berfungsi sebagai penahan oli supaya tidak bocor dari poros. 3.Oil hole cover gearbox Berfungsi sebagai saluran pemasukan oli 4.Worm shaft gearbox Berfungsi sebagai penerus putaran dari worm wheel ke outputshaft 5.Worm wheel gearbox Berfungsi sebagai penerus putaran dari input shaft outputshaft 6.Out cover gearbox Berfungsi sebagai penutup lubang output shaft 7.Frame gearbox Berpungsi sebagai rumah dari gear box 8.Paking gearbox Berfungsi sebagai penahan oli supaya tidak bocor LANGKAH-LANGKAH PEMBONGKARAN GEAR BOX Untuk perawatan dan perbaikan dari gear box harus dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: Keluarkan terlebih dahulu oli yang berada dalam gear box
Lepaskan paking dear box dari frame
Buka baut pengikat dari out cover sehinga shaft terlepas dari kedudukannya
Lepaskan pula worm wheel dari frame
Lepaskan pula worm shaft dari frame
Serta lakukan pemeriksaan pada bagian-bagain komponen gear box
LANGKAH PEMERIKSAAN Adapun perosedur yang dijalankan dalam pemeriksaan dari gear box adalah sebagai berikut:
40
Lakukan pengukuran pada diameter out shaft dan input shaft darikeausan
Lakukan pemeriksaan pada worm shaft apakah ada kehausan
Pemeriksaan terhadap worm wheel apakah ada kerusakan
Periksa oil seal bocor apa tidak
Periksa bantalan dari setiap shaft apakah sudah haus apa tidak
Periksa apakah paking masik baik apa tidak
Periksa keadan dari baut pengikat gear box
Gearbox
Gearbox NMRV 030 Gearbox NMRV 040 Gearbox NMRV 050 Gearbox NMRV 063 Gearbox NMRV 075 Gearbox NMRV 090 Gearbox NMRV 110 Gearbox NMRV 130 Gearbox NMRV 150 Gearbox WPA 50 Gearbox WPA 60 Gearbox WPA 70 Gearbox WPA 80 Gearbox WPA 100 Gearbox WPA 120 Gearbox WPA 135 Gearbox WPA 155 Gearbox WPA 175 Gearbox WPA 200 Gearbox WPA 250 Gearbox WPO 50 Gearbox WPO 60 Gearbox WPO 70 Gearbox WPO 80 Gearbox WPO 100 Gearbox WPO 120 Gearbox WPO 135 Gearbox WPO 155 Gearbox WPO 175 Gearbox WPO 200 Gearbox WPO 250 Langkah Pemeriksaan Gearbox Gearbox Adapun perosedur yang dijalankan dalam pemeriksaan dari gearbox adalah sebagai berikut: 1. Lakukan pengukuran pada diameter out shaft dan input i nput shaft gearbox dari keausan
41
2. Lakukan pemeriksaan pada worm shaft gearbox , apakah ada keausan 3. Pemeriksaan terhadap worm wheel gearbox , apakah ada kerusakan 4. Periksa oil seal gearbox , bocor apa tidak 5. Periksa bantalan dari setiap shaft gearbox , apakah sudah aus apa tidak 6. Periksa apakah paking gearbox , masih baik apa tidak 7. Periksa keadaan dari baut pengikat gearbox Gearbox reducer NMRV Gearbox Gearbox reducer reducer NMRV NMRV 030 040 Gearbox reducer NMRV 050 Gearbox reducer NMRV 063 Gearbox reducer NMRV 075 Gearbox reducer NMRV 090 Gearbox reducer NMRV 110 Gearbox reducer NMRV 130 Gearbox reducer NMRV 150 Gearbox reducer WPA 50 Gearbox reducer WPA 60 Gearbox reducer WPA 70 Gearbox reducer WPA 80 Gearbox reducer WPA 100
: e m
u s e R
Gearbox reducer WPA 120 Gearbox reducer WPA 135 Gearbox reducer WPA 155 Gearbox reducer WPA 175 Gearbox reducer WPA 200 Gearbox reducer WPA 250
Injector Fungsi injektor adalah dengan menyuntikkan bahan bakar tekanan tinggi dari relke dalam ruang pembakaran mesin pada waktu yang tepat, kuantitas, rasio, danatomisasi, sesuai dengan sinyal dari ECU. TWV (dua arah solenoid valve) mengatur tekanan di dalam ruangkontrol untuk mengendalikan awal dan akhir injeksi. Lubang penahan kecepatanpembu kecepatanpembukaan kaan katup nozzle untuk mengatur rasio injeksi. Perintah pistonmentransmisikan tekanan dari ruang kontrol untuk katup jarum nozzle.
42
Konstruksi Injector terdiri dari bagian nozzle (mirip dengan tipe konvensional), lubang (yang
mengatur rasio injeksi), perintah piston, dan katup solenoid dua arah (TWV).
cara kerja/OperasiThe TWV bagian injektor terdiri dari dua katup , katup dalam ( fixed ) dan katup luar ( bergerak ). Kedua katup presisi pas pada sumbu yang sama . dan salah satu kursi terbuka selektif tergantung pada apakah TWV adalahON atau OFF. OFF.
43
a . Tidak ada InjeksiKetika Injeksi Ketika ada arus yang diterapkan pada solenoid , semi katup dan kekuatan tekanan hidrolik mendorong katup luar ke bawah, menyebabkan kursi luar untuk tetap tertutup . Karena rel tekanan tinggi diterapkan ke ruang kontrol melalui lubang , nozzle tetap tertutup tanpa suntik bahan bakar . . b . mulai InjectionKetika InjectionKetika saat ini diterapkan pada TWV , kekuatan solenoid valve menarik
: e m
u s e R
luar ke atas , menyebabkankursi luar untuk membuka . Akibatnya , bahan bakar dari ruang kontrol mengalir keluar melalui lubang , menyebabkan jarum untuk mengangkat dan untuk memulai injeksi bahan bakar . Selain itu , rasio injeksi meningkat secara bertahap sesuai dengan gerakan lubang . Sebagai aplikasi saat ini terus berlaku , injektor mencapai rasio injeksi maksimum . c . akhir InjectionKetika InjectionKetika arus ke TWV terputus , semi katup dan gaya hidrolik (tekanan bahan bakar ) menyebabkankatup menyebabkankatup luar untuk tur turun un dan kursi luar menutup menutup . Pada saat ini , bahan bakar tekanan tinggi tinggi darirel segera dimasukkan ke ke ruang kontrol, menyebabkan menyebabkan nozzle untuk menutup tiba-tiba . Akibatnya , injeksi berakhir cepat .
44
Circuit Diagram
PERINGATAN: Tegangan tinggi diterapkan pada kabel yang terhubung ke COMMON1,COMMON2, dan TWV # 1 - # 6 terminal ECU. Ekstra hati-hati untuk mencegah sengatan listrik.
Priming Pump a. K eg unaa unaan n Pompa priming (priming pump), saringan bahan bakar dan sedimeter biasanya tergabung dalam satu group. 1. Pompa priming, digunakan untuk membuang udara dari dalam sistem bahan bakar. Apabila tangki bahan bahan bakar kosong (bahan bakar habis) atau ketika ketika ada penggantian komponen komponen sistem bahan bakar bakar atau ada sambungan sambungan pada sistem bahan bakar yang tidak rapat, rapat, udara akan masuk ke ke dalam sistem bahan bakar. Kemungkinan udara tersebut bisa masuk ke dalam feed pump atau plunyer pompa injeksi sehingga mengakibatkan mesin tidak bisa hidup. 2. Saringan bahan bakar, berfungsi untuk menyaring kotoran yang ada pada bahan bakar agar tidak masuk ke dalam pompa pompa injeksi. Kotoran yang ada di dalam tangki bahan bakar dicegah agar tidak masuk ke dalam feed pump ataupun pompa injeksi. Kotoran tersebut bisa menyebabkan keausan pada komponen pompa dan mungkin juga menyebabkan penyumbatan pada aliran bahan bakar, misalnya pada pa da noozle atau katup pengiriman. Akibatnya, aliran bahan bakar menjadi tidak lancar dan menyebabkan pembakaran tidak sempurna. Kondisi ini mengakibatkan mesin kurang tenaga.
3. Sedimeter, bertugas memisahkan air dari dalam bahan bakar agar tidak masuk ke dalam pompa injeksi. i njeksi. Air dalam sistem bahan bakar menyebabkan terjadinya korosi pada komponen dan saluran dalam sistem bahan bakar serta mengganggu proses pembakaran mesin. mesin. Untuk mencegah hal hal itu, air dipisahkan dalam dalam sedimeter. Apabila jumlah air melebihi batas maksimal, lampu indikator akan menyala dan air harus dibuang dari dalam sedimeter. Berikut ini ditunjukkan gambar grup komponen di atas (pompa injeksi tipe distributor) dan juga tipe lain dari priming pump pada pompa injeksi injeksi tipe in-line.
45
Priming Pump untuk Pompa Injeksi Tipe Distributor
Priming Pump untuk Pompa Injeksi Tipe In-Line
: e m
u s e R
b. Per P eraw awata atan n
Lakukan pembuangan udara dari dalam sistem bahan bakar dengan cara menggerakkan/menekan menggerakkan/men ekan pompa priming secara manual, gambar (A). Kemudian kendorkan k endorkan mur pipa union pada sisi penahan noozle, gambar (B). Hidupkan Hi dupkan mesin untuk membuang udara keluar sistem dan menekan bahan bakar keluar dari pipa injeksi. Pembuangan Udara dari Sistem Bahan Bakar
Ganti saringan bahan bakar jika telah mencapai batas pemakaian yang ditentukan oleh produsen mesin. Lakukan Lakukan pembuangan pembuangan udara setelah dilakukan dilakukan penggantian saringan. saringan. 46
Lakukan pembuangan air dari dalam sedimeter dengan cara membuka baut pelepasan yang ada pada bagian bawah saringan bahan bakar. Baut Pelepasan Air pada Sedimeter
Delivery Valve Valve a. K eg unaa unaan n dan dan K onstru nstrukksi Katup pengiriman dipasang pada pompa injeksi dan ditempatkan pada kepala distributor (pompa injeksi tipe distributor) atau pada rumah pompa (pompa injeksi tipe in-line) in -line) dengan sebuah pemegang katup dan pegas. Kegunaan katup ini i ni untuk membantu noozle agar bahan bakar menutup (berhenti (berhenti mengalir) pada setiap akhir penginjeksian. Noozle Noozle harus menutup dengan cepat dan rapat untuk mencegah bahan bakar menetes (dribble) agar tidak terjadi pembakaran prematur pada siklus pembakaran pembakaran berikutnya. Gambar berikut ini menunjukkan posisi dan konstruksi katup pengiriman. Posisi Katup Pengiriman
Konstruksi Katup Pengiriman
b. Per P eraw awata atan n Kerusakan katup ini biasanya disebabkan oleh keausan pada dudukan katup atau katup pembebasan (relief valve) valve) yang mengakibatkan mengakibatkan bahan bakar tidak bisa cut-off pada setiap akhir penginjeksian. Hal ini menyebabkan karbon menempel (carbon adhesion) pada ujung noozle sehingga bentuk semprotan yang tidak benar. Bahan bakar yang diinjeksikan tidak terbakar seluruhnya dan mengakibatkan terjadinya asap hitam dan peningkatan temperatur gas buang. Kerusakan pada koponen ini tidak bisa diatasi dengan penyetelan atau perbaikan.
47
Sebaiknya dilakukan penggantian komponen lengkap (assembly). Gambar berikut ini menunjukkan ilustrasi bagaimana bentuk dribble setelah penginjeksian. Dribble pada Noozle
: e m
u s e R
48
49
: e m
u s e R
50
51
2.2 Common Rail Fugsi rail adalah untuk mendistribusikan bahan bakar bertekanan tinggi oleh pompa pasokan untuk dibagi ke masing-masing silinder dengan menggunakaninjektor. Sensor tekanan rail, aliran damper, dan pembatas tekanan dipasang pada rail. Sebuah pipa injeksi bahan bakar melekat pada flow dumper untuk mengalirkanbaha mengalirkanbahan n bakar bertekanan tinggi ke injektor. pressure limiter terpasang pada pipayang diarahkan kembali ke tangki bahan bakar. Flow Damper Flow Damper mengurangi tekanan denyut dalam pipa tekanan tinggi, sehingga memberikan bahan
bakar injektor pada tekanan pada yang stabil. Selain itu, aliran baha bahan n bakar ke yang berlebihan, berlebihan, peredamyang aliran aliran menutup sebagian baha bahan n bakar,sehingga mencegah aliran bahan mencegah bahan bakar yang abnormal. abnormal. Ketika jumlah abnormal bahan bakar mengalir tekanan tinggi diterapkan padapiston. Seperti terlihat pada gambar, ini menyebabkan piston dan bola untuk bergerak ke kanan, sampai bola mencapai kursi dan menutup bagian bahan bakar. Pressure Limiter Fungsi [3] Pressure Limiter untuk menghilangkan abnormal tekanan tinggi dengan membuka katup untuk melepaskan tekanan. Pressure Limiter beroperasi(membuka katup) ketika Tekanan rel mencapai sekitar 140MPa. Kemudian, ketika tekanan menurun sekitar 30MPa, resume Pressure Limiter (menutup katup)fungsinya untuk mempertahankan tekanan. Rail Pressure Sensor Rail Pressure Sensor dipasang pada rel dan mendeteksi tekanan bahan bakar.Ini adalah jenis semikonduktor sensor tekanan yang memanfaatkan sifat-sifatsilikon untuk mengubah nya listrik resistensi ketika tekanan diterapkan.
Sistem Rem (Brake System) Pada setiap kendaraan baik mobil, motor, ataupun kendaraan lainya sistem rem pasti akan dipasang, karena rem adalah salah satu bagian yang sangat penting pada ssebuah ebuah kendaraan. kendaraan. : e m
u s e R
52
A. FUNGSI Sistem Rem berfungsi untuk : 1. Mengurangi kecepatan (memperlambat) dan menghentikan kendaraan. 2. Memungkinkan parkir pada tempat yang menurun 3. Sebagai alat pengaman dan menjamin pengendaraan yang aman
Gambar: Posisi pemasangan komponen sistem rem B. PRINSIP REM Prinsip rem adalah merubah energi panas menjadi energi gerak. Umumnya, rem bekerja disebabkan oleh adanya sistem gabungan penekanan melawan sistem gerak putar. Efek pengereman (braking effect) diperoleh dari adanya gesekan yang ditimbulkan antara dua objek / benda.
Gambar : Prinsip kerja rem
C. TIPE REM Rem yang dipergunakan pada kendaraan bermotor dapat digolongkan menjadi beberapa tipe tergantung pada penggunaannya. 1. Rem kaki (foot brake) digunakan untuk mengontrol kecepatan dan meng-hentikan kendaraan 2. Rem parkir (parking brake) untuk memarkir kendaraan.
3.
Rem tambahan (auxiliary brake) untuk m membantu embantu rem kaki dan digunakan digunakan pada kendaraan besar Rem hidraulis Rem kaki
Rem roda Rem pneumatis Center brake
Rem
Rem parkir
Rem mekanik Rem roda belakang
Rem tambahan
Exhaust brake 53
D. REM KAKI
Rem kaki (foot brake) dikelompokkan menjadi dua tipe : rem hidraulis (hydraulic brake) dan rem pneumatis (pneumatis (pneumatis brake).
Rem hidraulis mempunyai keuntungan lebih respon (lebih cepat) dan konstruksi lebih sederhana, sedangkan rem pneumatis menggunakan kompre-sor yang menghasilkan udara bertekanan untuk menambah daya pengereman. Master silinder (master cylinder) Mekanisme Kerja Booster rem Katup proporsi (proportioning valve) Si Sist stem em rem rem Ti Tipe pe trom tromol ol (dru (drum m brak brake) e) Mekanisme rem Tipe piringan (disc brake)
: e m
u s e R
54
E. MEKANISME KERJA Master Silinder Bila pedal ditekan, master silinder akan menghasilkan tekanan hidraulis Cara kerja pedal rem didasarkan pada prinsip tuas yang merubah tekanan pedal rem yang kecil menjadi
besar F2 = F1 x A B F1 : Tenaga pedal (kg) F2 : Output push rod (kg) A1 : Jarak pedal ke fulcrum A2 : Jarak pushrod ke fulcrum
Berdasarkan hukum Pascal : Tekanan pada zat cair akan dite-ruskan ke segala arah dengan tekanan yang sama besar. a. Tipe dan Konstruksi Master Silinde Ada dua tipe master silinder : Tunggal dan ganda (tandem) Pada umumnya untuk sistem rem digunakan master silinder tipe ganda (tandem), yang mem-punyai keuntungan bila salah satu sistem tidak bekerja , tetapi sistem lain tetap berfungsi deng-an deng-an baik Pada sistem penggerak roda belakang, piston no.1 untuk roda depan dan piston no.2 untuk roda belakang. Pada kendaraan penggerak penggerak roda depan, terdapat terdapat beban tambahan tambahan pada roda depan, depan, untuk mengatasi hal ini digu-nakan diagonal split hydraulic system
Kendaraan penggerak roda belakang Kendaraan penggerak penggerak roda depan depan
b. Cara Kerja Saat pedal rem tidak diinjak Piston cup no. 1 & 2 terletak di antara inlet port dan compensa-ting port, sehingga terdapat salu-ran antara cylinder dan reservoir tank.
55
Saat pedal rem diinjak Piston no. 1 bergerak ke kiri dan piston cup menutup compensa-ting port, sehingga menyebab-kan menyebab-kan tekanan hidraulis dalam si-linder bertambah dan tekanan ini diteruskan ke wheel cylinder kembali ke reservoir.
: e m
u s e R
Saat pedal rem dibebaskan Piston kembali ke posisi semula oleh tekanan hidraulis dan te-gangan return spring, dan mi-nyak kembali ke reservoir.
c. Outlet Check Valve Pada beberapa master silinder terdapat outlet check valve yang berfungsi untuk mempertahan-kan tekanan sisa pada pipa rem (1 kg/cm2) untuk mencegah ter-lambatnya pengereman 56
1. REM TROMOL (DRUM BRAKE) Pada rem tromol, kekuatan tena-ga pengereman (self energizing action / effect) diperoleh dari se-patu rem yang diam menekan bagian dalam tromol yang ber-putar.
A. KOMPONEN Komponen rem tromol terdiri dari : backing plate, silinder roda (wheel cylinder), sepatu rem dan kanvas (brake shoe & lining), tromol rem (brake drum).
a. Backing Plate Backing plate terbuat dari baja press, karena sepatu rem terkait pada backing plate, maka aksi daya pengereman tertumpu tertumpu pa-da backing plate plate
57
b. Silinder Roda Ada dua tipe silinder roda (wheel silinder): double piston dan single piston. Bila timbul tekanan hidraulis pada master silinder maka akan menggerak-kan piston cup, piston akan menekan ke arah sepatu rem, kemudian menekan tromol rem.Apabila rem tidak bekerja, piston akan kembali ke posisi semula karena kekuatan pegas pembalik sepatu rem. Bleeder plug berfungsi sebagai baut pembuangan udara yang terdapat pada sistem rem
c. Sepatu Rem dan Kanvas Rem Sepatu rem terbuat dari plat baja Kanvas rem dipasang dengan cara dikeling atau dilem Kanvas terbuat dari campuran fiber metalic, brass, lead, plastic dan sebagainya Kanvas harus mempunyai koefi-sien gesek yang tinggi dan harus dapat menahan panas dan aus
: e m
u s e R
d. Tromol Rem Tromol rem (brake drum) ter-buat dari besi tuang (gray cast iron) Ketika kanvas menekan bagian dalam dari tromol akan terjadi gesekan yang menimbulkan pa-nas yang mencapai suhu 200 - 300°C
58
B. TIPE REM TROMOL a. Tipe Leading Trailing Pada tipe ini terdapat satu wheel silinder dengan dua piston yang akan mendorong bagian tas dari tromol rem. Leading shoe lebih cepat aus dari pada trailing shoe
b. Tipe Two Leading Tipe ini mempunyai dua wheel silinder yang masing-masing me-miliki satu piston.
Keuntungan : Saat kendaraan maju kedua sepatu rem menjadi leading shoe sehingga daya penge-reman baik Kerugian : Saat kendaraan mundur ke-dua sepatu rem menjadi trailing shoe sehingga daya pengereman kurang baik c. Tipe Dual Two Leading Tipe ini mempunyai 2 silinder ro-da (wheel cylinder), yang ma-sing-masing memiliki 2 buah piston, dan menghasilkan efek pengereman yang baik saat ken-daraan maju maupun mundur
59
d. Tipe Uni-Servo Tipe ini mempunyai 1 wheel cylinder dengan 1 piston.
Keuntungan : Saat kendaraan maju kedua sepatu rem menjadi leading shoe sehingga daya penge-reman baik Kerugian : Saat kendaraan mundur kedua sepatu rem menjadi trailing shoe sehingga daya pengereman kurang baik e. Tipe Duo-Servo Tipe ini merupakan penyempur-naan dari tipe uni-servo yang mempunyai 1 wheel cylinder dengan 2 piston. Gaya pengereman pengereman tetap baik tanpa terpengaruh oleh gerakan gerakan kendaraan. kendaraan. : e m
u s e R
60
C. CELAH SEPATU REM Celah yang tidak tepat dapat menyebabkan : Celah sepatu rem terlalu besar akan menyebabkan kelambatan pada pe-ngereman. Celah sepatu rem terlalu kecil, rem akan terseret dan menyebabkan keausan pada tromol dan kanvas Celah sepatu rem tidak sama akan menyebabkan kendaraan tertarik ke satu arah Oleh karena itu dibutuhkan mekanisme penyetel otomatis celah sepatu rem. Penyetelan Otomatis Celah Sepatu Rem Cara Kerja Saat rem parkir bekerja, maka tuas tertarik ke kiri. Pada saat yang bersamaan, tuas penyetel berputar pin tempat sepatu rem terpasang, memutarkan memutarkan adjust-ing screw. searah jarum jam me-ngelilingi pin
a. Celah Sepatu Rem Lebih Besar dari Standar Saat tuas rem parkir ditarik, maka adjusting lever akan bergerak jauh melebihi jarak gigi berikut dari adjusting screw. Saat tuas rem parkir dibe-baskan, adjusting lever akan turun dan memutar adjusting screw sehingga menyetel celah.
b. Celah Sepatu Rem Standar Saat rem parkir ditarik, adjusting lever hanya bergerak sedikit (tidak melebihi gigi berikut pada adjusting wheel). Celah sepatu rem tetap (tidak berubah).
2. REM CAKRAM (DISC BRAKE) Rem cakram (disc brake) terdiri dari cakram (disc rotor) yang terbuat dari besi tuang yang berputar dengan roda, dan disc pad yang berfungsi untuk men-dorong dan menjepit cakram Daya pengereman dihasilkan dihasilkan ka-rena gesekan gesekan antara disc pad dan disc rotor.
61
Keuntungan : Radiasi panas baik Bila terkena air lebih cepat kering
Konstruksi sederhana Mudah dalam perawatan serta penggantian pad Kerugian : Self energizing effect kecil Membutuhkan tekanan hidraulis yang besar Pad lebih cepat aus : e m
u s e R
A. KOMPONEN-KOMPONEN
Piringan (disc rotor) Komponen utama
Caliper*
Pad rem (disc pad) * Caliper akan dijelaskan pada “Jenis “Jenis-jenis -jenis Caliper” Caliper” a. Piringan (Disc Rotor) Disc rotor terbuat dari besi tuang dalam bentuk solid (biasa) dan berlubang-lubang untuk ventilasi Tipe ventilasi digunakan untuk menjamin pendinginan yang baik untuk mencegah fading (koefisien gesek berkurang).
TIPE SOLID 62
b.
Pad Rem
TIPE VENTILASI
TIPE SOLID DENGAN TROMOL
Pad (disc pad) terbuat dari campuran metallic fiber dan serbuk besi, yang disebut semi-metallic disc pada. Pada pad pad diberi celah untuk menunjukkan menunjukkan tebal batas pad yang yang diijinkan (mempermudah (mempermudah pemeriksaan) Pada beberapa pad terdapat anti-squel shim yang berfungsi untuk mence-gah bunyi saat pengereman, dan pad wear indicator untuk menginformasi-kan keausan pad yang sudah tipis.
B.
JENIS-JENIS CALIPER
a. Tipe Fixed Caliper (Double Piston) Pada tipe ini daya pengereman didapat bila pad ditekan piston secara hidraulis pada kedua sisi disc.
b.
Tipe Floating Caliper Cara Kerja Pada tipe ini hanya terdapat satu piston. Tekanan hidraulis dari master cylinder mendorong piston (A) dan selanjutnya menekan disc. Pada saat yang sama tekanan hidraulis menekan sisi pad (B) menyebabkan caliper bergerak ke kanan dan menjepit cakram dan terjadilah pengereman
C. PENYETELAN OTOMATIS CELAH ROTOR DENGAN PAD Bila pad menjadi aus, maka celah antara rotor dan pad bertambah dan memerlukan langkah yang lebih besar. Oleh karena itu dibutuhkan suatu mekanisme mekanisme penyetelan celah celah otomatis yaitu piston seal type type adjusting mechanism Cara Kerja 1. Celah Normal (Keausan Pad Tidak Ada) Bila rem dioperasikan ,maka piston seal membentuk elastis seperti pada gambar. Bila pedal rem dilepas, piston seal akan kembali ke bentuk semula, dan menarik piston kembali. Besarnya deformasi (amount of deformation) seal adalah celah pad.
2.
Celah Terlalu Besar (Pad Aus)
63
Saat pad aus, bila rem dioperasikan maka gerakan piston akan lebih jauh, tetapi besarnya deformasi seal tetap. Bila pedal rem dilepaskan, maka piston kembali dengan jarak yang sama besar dengan deformasi seal, dan celah sepatu rem telah distel.
Saat piston ditekan keluar
: e m
u s e R
Saat tekanan dibebaskan 3. REM PARKIR Rem parkir (parking brake) terutama digunakan untuk memarkir kendaraan Rem parkir terbagi menjadi dua tipe : tipe roda belakang dan tipe center brake. Kendaraan penumpang penumpang menggunakan tipe roda belakang, dan kendaraan truk atau niaga menggunakan tipe center brake
64
Cara kerja :
Mekanisme kerja (operating mechanism) pada dasarnya sama untuk tipe rem parkir roda belakang dan tipe center brake. Tuas rem parkir ditempatkan ber-dekatan dengan tempat duduk pengemudi. Dengan menarik tuas rem parkir, maka rem bekerja melalui parking brake cable, intermediate lever, pull rod, equalizer, parking brake cable kiri dan kanan. Di bawah ini beberapa tipe tuas yang digunakan tergantung pada design tempat duduk pengemudi dan sistem kerja yang dikehendaki.
Tuas rem parkir dilengkapi dengan rachet untuk mengatur tuas pada suatu posisi pengetesan Pada beberapa tuas rem parkir mur penyetelannya dekat dengan tuas rem un-tuk memudahkan penyetelan. Kabel Kabel rem parkir memindahkan memindahkan gerakan tuas ke tromol rem sub-assembly. sub-assembly. Pada rem parkir roda belakang, belakang, dibagian tengah kabel kabel diberi equalizer untuk menyamakan daya daya kerja pada roda kiri dan kanan Tuas intermediate (intermediate lever) dipasang untuk menambah daya pengoperasian
A. BODI REM PARKIR a. Rem Parkir Tipe Roda Belakang Bodi rem parkir dikelompokan menjadi dua tipe struktural bergantung pa-da pada andilnya tromol rem atau piringan rem (menjadi satu) atau kom-ponen rem yang terpisah
Tipe rem parkir sharing Klasifikasi struktural Tipe rem parkir devoted b. Tipe Rem Parkir Sharing Tipe rem ini digabungkan dengan rem kaki Hubungannya dilakukan secara mekanik dengan sepatu s epatu rem atau pad rem 1. Kendaraan dengan Tromol Rem Pada tipe rem parkir ini, sepatu rem akan mengembang oleh brake shoe lever dan shoe strut.
65
2.
Kendaraan dengan Rem Piringan
Dalam tipe rem parkir ini, meka-nisme rem parkir disatukan da-lam caliper rem Gerakan tuas menyebabkan le-ver shaft berputar menyebabkan spindle menggerakkan piston dan piston mendorong pad men-jepit men-jepit disc.
c. Tipe Rem Parkir Devoted Pada tipe rem parkir ini, tromol rem terpisah dari disc brake be-lakang, Cara kerjanya sama dengan tipe rem parkir seperti pada tromol rem.
: e m
u s e R
d. Rem Parkir Tipe Center Brake Tipe ini banyak digunakan pada kendaraan komersil (niaga) Tipe ini salah satu dari tipe rem tromol tetapi dipasang antara ba-gian belakang transmisi dan ba-gian depan propeller shaft. Pada rem parkir tipe ini daya pe-ngeremannya terjadi saat sepatu rem yang diam menekan bagian dalam tromol yang berputar ber-sama out put shaft transmisi Cara kerjanya sama dengan tipe rem parkir seperti pada tromol rem.
66
4.
BOOSTER REM
Booster berfungsi untuk melipat gandakan (2 sampai 4 kali) daya penekanan pedal, sehingga daya pengereman yang yang lebih besar dapat diperoleh diperoleh Contoh : Bila pedal rem ditekan dengan gaya 40 kg, gaya ini diperbesar oleh tuas pedal menjadi 200 kg untuk menekan booster. Misalkan besarnya vakum pada booster adalah 500 mm.Hg, gaya output yang dihasilkan adalah 410 kg
a. Prinsip keja Bila vakum bekerja pada kedua sisi piston, maka piston akan terdorong ke ka-nan oleh pegas. Bila tekanan atmosfir masuk ke ruang A, maka piston bergerak ke kiri menekan pegas karena adanya perbedaan tekanan, tekanan, menyebabkan batang batang piston menekan piston master master silinder.
b. Konstruksi 1. Bagian dalam booster booster dihubungkan dengan pompa vakum (diesel) atau intake manifold manifold (bensin) melalui check valve 2. Check valve berfungsi berfungsi sebagai katup satu arah arah yang hanya memungkinkan memungkinkan udara mengalir mengalir dari booster ke mesin 3. Ruang booster terbagi terbagi menjadi dua bagian oleh diapragm diapragm ya yaitu itu constant pressure chamber dan variable pressure chamber 4. Pada control valve mechanism terdapat air valve dan va vacum cum valve
5. Valve operating operating rod dihubungkan ke pedal rem
67
c.
Cara Kerja
Ketika Pedal Rem Belum Ditekan Air valve tertarik ke kanan oleh air valve return spring bertemu dengan control valve sehingga tertutup, dan udara luar tidak bi-sa masuk ke variable pressure chamber. Vacum valve terbuka menyebabkan terjadinya keva-kuman keva-kuman pada constant dan vari-able pressure chamber. Piston terdorong ke kanan oleh pegas diapragma.
: e m
u s e R
68
Ketika Pedal Rem Ditekan valve operating rod mendorong air valve dan control valve, me-nyebabkan vacum valve tertutup dan air valve terbuka. Hal ini me-nyebabkan udara luar masuk ke variable pressure chamber. chamber. Per-bedaan Per-bedaan tekanan antara variable variable dan constant pressure chamber chamber menyebabkan piston bergerak ke kiri. kiri.
5. KATUP PENYEIMBANG Kendaraan yang mesinnya terle-tak di depan, bagian depannya lebih berat dibandingkan dengan bagian belakangnya. belakangnya. Bila kenda-raan kenda-raan direm, akan menyebabkan menyebabkan beban ban depan depan bertambah bertambah dan beban ban belakang belakang berku-rang. Bila daya daya cengkeram pengerem-annya pengerem-annya berlaku berlaku sama pada ke em-pat em-pat rodanya, maka roda bela-kang yang memiliki beban lebih kecil cenderung akan mengunci lebih dulu sehingga menyebab-kan ngepot (skid). Dengan alasan tersebut, diperlu-kan proportioning valve yang berfungsi untuk mengurangi mengurangi te-kanan hidraulis untuk wheel cylinder roda belakang, sehing-ga sehing-ga
mencegah terjadinya ngepot. Proportioning valve ditempatkan pada brake pipe belakang.
69
: e m
u s e R
70
1. JENIS-JENIS JENIS-JENI S PROPORTIONING VALVE VALVE 2. PRINSIP KERJA Tekanan Master Cylinder Tidak Ada
Piston terdorong ke kanan oleh pegas, katup C terbuka, Tekanan Master Cylinder Rendah Tekanan hidraulis dari master silinder diteruskan dari ruang A ke ruang B melalui katup C. Tekanan di ruang A dan B menjadi sama.
Tetapi luas permukaan piston di ruang B lebih besar dari pada ruang A, menyebabkan piston bergerak ke kiri. Gerakan ini berlawanan dengan pegas yang mendorong piston dan menyetop gerakan piston bila mencapai titik titik dimana daya pegas seimbang seimbang dengan tekanan hidraulis hidraulis
Tekanan Master Cylinder Tinggi Piston makin bergerak ke kiri sampai katup C menutup.Pada saat ini terjadi split point (titik a pada grafik)Bila tekanan hidraulis di dalam ruang A dinaikkan lagi, piston bergerak ke kanan dan membuka katup C. Karena tekanan di ruang B bertambah, piston bergerak ke kiri karena perbedaan luas penampang dan menutup menutup katup C. Proses ini terjadi terjadi secara berulang berulang untuk mengatur tekanan tekanan yang bekerja di wheel cylinder cylinder belakang
3. CARA KERJA PROPORTIONING VALVE Tekanan Master Silinder Rendah : Piston terdorong ke kanan oleh pegas. Minyak rem mengalir dari master silinder melalui celah an-tara cylinder cup dan piston ke wheel cylinder belakang. Tekanan Master Silinder Tinggi : Tekanan minyak mendorong pis-ton ke kiri melawan tegangan pegas, menyebabkan piston menu-tup cylinder cup. Piston terus bergerak ke kiri menyebabkan volume di sebelah kanan cylin-der cup bertambah dan tekanan wheel cylinder belakang berkurang.
71
4. CARA KERJA BLEND PROPORTIONING VALVE
a. Tekanan Master Cylinder Rendah Cara kerja saat tekanan master cylinder rendah pada blend proportioning valve sama dengan cara kerja saat tekanan master cylinder rendah pada proportioning valve b.Tekanan Master Cylinder Sedang
: e m
u s e R
Cara kerja saat tekanan master cylinder sedang pada blend proportioning valve sama dengan cara kerja saat tekanan master cylinder tinggi pada proportioning valve c. Tekanan Master Cylinder Tinggi Saat tekanan master cylinder tinggi, by pass valve (II) bekerja, dimana tekanan minyak rem mendorong piston (1) melawan tegangan pegas. Seal tidak menutup saluran(4), sehingga tekanan hidraulis di master cylinder sama dengan wheel cylinder Pada blend proportioning valve terda-pat dua split point.
72
6. SISTEM REM ANTI LOCK (ANTI LOCK BRAKE SYSTEM)
Rem anti-lock ini berfungsi untuk mengerem kendaraan dengan cara tidak langsung mengunci (remtidak-rem-tidak-dan tidak-rem-tidakdan seterusnya)
a. KOMPONEN-KOMPONEN DAN FUNGSI
Speed Sensor Depan : mendeteksi kecepatan roda pada masing-masing roda depan. Speed Sensor Belakang : mendeteksi kecepatan roda pada masing-masing roda depan. Switch Lampu Rem : mendeteksi tanda pengereman dan mengirimkan signal ke ABS computer. Anti-Lock Warning Light : lampu menyala sebagai peringatan bahwa pada ABS ada yang tidak berfungsi. ABS Actuator : mengontrol tekanan minyak rem pada masing-masing wheel cylinder dengan signal dari ABS computer. 6. ABS Computer : dengan signal-signal dari masing-masing speed sensor komputer menghitung jumlah akselerasi akselerasi dan deselerasi, dan mengirim mengirim signal ke ABS actuator.
Retarder Perangkat Pembantu Pengereman Oke, langsung saja saya akan membahas sedikit tentang perangkat pengereman yaitu RETARDER . Apa sih Retarder itu? Retarder adalah alat bantu pegereman non friksi/non kontak untuk meningkatkan fungsi dari sistem pengereman utama. Perangkat Perangkat ini biasanya digunakan pada kendaraan berat seperti seperti Bus dan Truck. Sistem pengereman yang berbasis gesekan rentan terhadap ter hadap pemudara rem (aus) ketika digunakan di gunakan secara terus menerus, yang dapat berbahaya. Misalnya jika truk atau bus yang menurun di turunan panjang. Oleh
73
sebab itu, kendaraan berat sering dilengkapi dengan sistem tambahan yang tidak berbasis gesekan untuk membantu pengereman sehingga tingkat keausan rem konvensional berumur panjang & safety lebih terjaga. Fungsi Retarder ini adalah untuk memperlambat kendaraan, atau mempertahankan kecepatan stabil pada turuan sehingga Sebagai gesekan pada rem bisa dikuranggi, terutama pada kecepatan yang lebih tinggi. Berikut illustrasi gambar kerja Retarder
sumber foto : www.bismania.com : www.bismania.com Keterangan : EB : EB: Exhaust Brake R : Retarder E xha xhaust ust B r ake berfungsi untuk menghentikan laju kendaraan dan biasanya langsung menghentikan laju roda mengggunakan pedal brake. Kalau Auxilary brake berfungsi untuk memperlambat laju kendaraan, bukan menghentikan kendaraan. kendaraan. Dari sini sehingga dibuatlah auxilary brake dengan mengandalkan komponen yang lain ada yang menggunakan Exhaust menggunakan Exhaust Brake dan Brake dan atau Retarder atau Retarder . Nah konsep yang paling murah dan mudah adalah Exhaust Brake.. Karena itu banyak yg menggunakan fungsi ini. Brake : e m
u s e R
sumber foto : www.bismania.com : www.bismania.com
74
sumber foto : www.bismania.com : www.bismania.com Totalnya ada 5 klik di tuas Retarder. Semakin naik tingkat kliknya semakin melambatkan laju kendaraan. Bahkan untuk klik ke-5 selain retarder bekerja, Exhaust Brake juga akan bekerja. Sehingga laju bis akan sangat terbebani. Retarder ini selain diterapkan di kendaraan seperti Bus, Truck dan Kereta Api juga dapat diaplikasikan di kendaraan pribadi kok, asalkan kendaraan berjalan diatas 50Km/h. 50K m/h. Lebih rendah dari itu, meggunakan rem biasa System Retarder ada dua: 1. . Electric retarder. System ini menggunakan prinsip "electromagnetic induction" sama seperti prinsip motor listrik (ada rotor ro tor ada stator)tapi kebalikannya bukan untuk memutar tapi menahan laju putaran. System ini ada biasanya di as transmisi, dimana rotor berada di as dan statornya menempel di chasis atau transmision house. Jadi jika stator ini diberikan arus listrik maka akan terbentuk medan magnet (eddy current) dan menahan gerakan rotor, gradan dan roda. System ini sangat 2. Hydraulic retarder. System ini Menggunakan system tahanan viskosistas olie didalm didal m ruangan tertutup yg terbagi dua satu statis dan satunya bergerak dan ada vanes atau katub diatara keduanya. Systemnya mirip dg kipas radiator mobil anda (bukan yg electric lho), coba putar kipas mobil anda maka akan terasa ada yg menahan. System ini dipasang pada as transmisi antara kopling dan gardan. Daya retardernya tergantung jumlah olie yg ada dichamber. Untuk cara pegoperasian sangat macam macam dan mohon maaf saya masih kurang begitu paham tentang sistem kerja retarder,
Exhaust Brakedikenal (Rem juga Angin) Exhaust brake sebagai exhaust retarder atau orang awam menyebutnya skep adalah alat bantu pengereman non friksi (tidak ada gesekan gesekan secara langsung) yang menunjang kinerja sistem pengereman pengereman utama. Tugasnya sama seperti retarder elektrik / hidrolik. Prinsip kerja exhaust brake yaitu menutup saluran gas buang (knalpot) dari mesin sehingga tekanan gas buang akan naik. Dengan naiknya tekanan di ruang bakar ini maka gerakan naik naik turun piston akan tertahan dan secara perlahan putaran mesin dan kecepatan kendaraan juga akan berkurang.
75
Exhaust brake butterfly valve
Besarnya momen puntir negative yang memperlambat mesin adalah berbanding lurus dengan tekanan balik yang diterima oleh piston. Exhaust brake teknologi terkini mempunyai apa yg disebut Exhaust Pressure Modulation (EPM) dimana tekanan dari gas buang dimonitor dan diatur sehingga menaikan performa pengereman pada beberapa tingkatan tingkatan putaran mesin. Pengoperasian Tuas untuk mengaktifkan exhaut brake berbeda-beda berbeda -beda letaknya. Umumnya ada dibawah lingkar kemudi seperti di Hino atau di lantai dengan cara diinjak seperti di MB. Alat ini bekerja efektif di putaran mesin tertentu. Contoh di tachometer OH-1525 dan OH-1725 ada tulisan top brake pada kisaran rpm 2100 - 2700.
Tachometer Mercedes-Ben Mercedes-Benzz OH 1525
: e m
u s e R
Exhaust brake pada Hino gabung dengan tuas wiper, tekan ke arah bawah untuk melambatkan kendaraan kendaraan
Keunggulan dari exhaust brake ini adalah konsepnya yang sederhana (bila dibanding retarder elektrik / hidrolik) tetapi performanya tak kalah dalam membantu memperlambat laju kendaraan terutama kendaraan berat. Asalkan pola pengoperasiannya tepat, tepat, sesuai dengan karakteristik performa kerjanya. Ada beberapa logic sequence yang harus dipenuhi agar exhaust brake dapat bekerja. Misalnya Mis alnya switch on, pedal kopling tidak diinjak, pedal gas gas tidak di injak, transmissi tidak dalam posisi netral baru exhaust brake bisa aktif. Di beberapa tipe ada juga, juga, misal kecepatan kendaraan dibawah dibawah 15km/jam maka exhaust brake otomatis akan mati. Efek samping 1. Anda akan mendengar suara tambahan pada saat exhaust brake diaktifkan. (Ssssss...Jooossshh) 2. Efek berikutnya yaitu berpengaruh dengan cepat kotornya oli mesin. Kita tahu exhaust gas terdiri dari partikel carbon yang mestinya dibuang dibuang tapi disini ditahan oleh katup exhaust brake. Tetapi selama selama jadwal penggantian oli terkontrol dan rutin, tidak ada masalah masalah Yang pasti exhaust brake maupun retarder ini hanya sebagai alat bantu pengereman utama, hanya bisa memperlambat laju kendaraan tetapi tidak bisa menghentikan kendaraan secara total. 76
Susunan gigi ada dua tipe yaitu : percepatan pada handle / tuas transmisi
Tuas transmisi lantai Ini adalah susunan 5 gigi kecepatan yang lazim digunakan pada mobil modern ditambah dengan satu gigi mundur yang ditandai dengan R. Penempatan gigi mundur (R) krucial karena bisa salah s alah memasukkan dapat mengganggu jalannya kendaraan, karena kalau dari gigi 5 salah pindah ke mundur bisa berakibat fatal. fatal.
Susunan ini adalah susunan 5 gigi kecepatan yang lazim digunakan pada bus pada bus ringan ditambah dengan satu gigi mundur yang ditandai dengan R. Gigi 1 biasanya jarang dipakai, dipakai pada saat mendaki di tanjakan terjal.
Tuas transmisi di setir
Layout mobil gigi maju yang tahun merupakan susunan gigiwaktu percepatan mobil-mobil Amerika keluaran tahundengan 1930an3 sampai dengan 1950an yang pada itu dijuluki "three on the three" Merupakan layout yang dikembangkan sesudah itu, yang juga dikembangkan oleh mobil-mobil keluaran Eropa keluaran Eropa dan Jepang. dan Jepang. Sampai Sampai saat ini masih digunakan pada beberapa mobil niaga seperti Mitsubishi seperti Mitsubishi L 300.
Macam-Macam Sistem Transmisi Sistem transmisi pada kendaraan merupakan sistem yang menjadi penyalur energi dari mesin ke diferensial dan as. Saat mesin dinyalakan dan mobil dijalankan, sistem transmisi memutar as sehingga roda dapat berputar berputar dan menggerakkan menggerakkan mobil untuk melaju. melaju. Pada kendaraan system transmisi diperlukan sebab mesin pembakaran yang umumnya digunakan dalam mobil merupakan mesin pembakaran internal yang menghasilkan putaran atau rotasi antara 600 sampai 6000 rpm. Sedangkan, roda dapat berputar pada kecepatan rotasi antara 0 sampai 2500 rpm.Terdapat dua sistem
77
transmisi yang umumnya saat ini, yaitu transmisi manual dan transmisi otomatis. Juga terdapat sistemsistem transmisi yang merupakan gabungan antara kedua sistem tersebut, akan tetapi ini merupakan perkembangan terakhir terakhir yang baru dapat dapat ditemukan pada mobil-mobil mobil-mobil berteknologi tinggi dan merekmerekmerek tertentu saja. saja. Transmisi Manual Manual Merupakan salah satu jenis transmisi yang banyak dipergunakan dengan alasan perawatan yang lebih mudah. Pada tranmisi manual terdiri dari 3 sampai dengan 7 speed / kecepatan. kecepatan. Transmisi Semi Otomatis Otomatis Adalah transmisi yang dapat membuat kita dapat merasakan sistem transmisi manual atau otomatis, bila kita sedang menggunakan menggunakan sistem transmisi manual manual kita tidak perlu menginjak menginjak pedal kopling karena pada sistem transmisi ini pedal kopling sudah teratur secara otomatis. otomatis. Transmisi Otomatis Otomatis Terdiri dari 3 bagian utama, yaitu : : 1.Torque converter 2. Planetary gear unit dan, dan, 3.Hydraulic control unit unit Torque converter berfungsi sebagai kopling otomatis dan dapat memperbesar momen mesin. Sedangkan Torque converter terdiri dari Pump impeller, Turbine runner, dan Stator. Stator terletak diantara impeller dan turbine. Torque converter diisi dengan ATF (Automatic Transmition Fluid). Momen mesin dipindahkan dengan adanya aliran fluida. fluida. Tiptronic Tiptronic (BMW menyebutnya Steptronic, pabrikan lain juga punya nama sendiri tapi sebenarnya semuanya
: e m
u s e R
78
sama). Sebenarnya Sebenarnya sama saja dengan sistem Automatic biasa, tapi kita bisa memindahkan gigi sendiri dengan tuas. Sedikit lebih mahal daripada matic biasa. biasa. Mercedes sudah punya sistem 7 AT. AT. Keunggulan : kenyamanan matic tapi kita bisa memindahkan gigi sendiri. sendiri. Kelemahan : sama seperti matic biasa, kurang responsif. responsif. Clutchless Manual Manual Clutchless Manual merupakan sistem manual tanpa pedal kopling, dengan tuas transmisi bukan seperti tuas matic tapi persis seperti tuas manual (1-2-3-4-5-R). Kopling dapat diatur computer, cara memindahkan gigi : pedal gas sedikit diangkat untuk memberitahu computer computer untuk siap2 mengatur kopling, lalu pindahkan tuas manual. Sistem ini hanya sempat muncul sebentar, contohnya pada Mercedes A-class generasi pertama . Sistem ini tidak t idak populer karena tidak senyaman matic/tiptronic yang bisa berpindah gigi sendiri. sendiri. CVT CVT Hampir sama seperti sistem matic lainnya, menggunakan belt yang variable sehingga rationya bisa diubah2. Sebenarnya Sebenarnya hanya punya satu gigi atau sering disebut tidak bergigi. Audi menyebutnya Multitronic, pabrikan lain juga punya nama sendiri2 tapi semuanya sama. sama. Ada juga yg menggunakannya untuk menipu me nipu customer seperti Honda dengan sistem ’7-speed ’7-speed Steermatic’-nya. Steermatic’ -nya. Berbeda dengan 7 AT milik Mercedes yang benar2 memiliki 7 gigi asli, Steermatic Honda ini hanya mengubah2 ratio belt saja. Bandingkan saja dengan Tiptronic, respons tenaganya kalah jauh. Sebab sistem CVT ini memiliki kurva tenaga yang linear. linear. Keunggulan : Perpindahan gigi ‘tidak terasa’. Sebenarnya bukannya ‘tidak terasa’, tapi karena sebenarnya TIDAK TIDAK ADA GIGI YANG BERPINDAH BERPINDAH karena hanya puny punyaa satu gigi. Lebih irit daripada matic biasa karena tidak menggunakan torque converter. converter. Kelemahan : Sangat tidak cocok untuk performance car. car. Tenaga tidak responsif, kala kalah h responsif oleh matic biasa sekalipun. Pada matic biasa begitu di-kickdown langsung turun gigi, sedangkan pada CVT hanya mengubah ratio belt saja. saja. Contoh kasus : tandingkan saja Vios (4AT) vs City (CVT). (CVT). Sequential Manual Manual Transmisi manual yang koplingnya diatur oleh computer, bisa berpindah gigi hanya dalam sepersekian detik. Tidak ada pedal kopling, dan pasti ada PADDLE di belakang setir untuk memindahkan gigi.
Bedakan dengan ‘tombol pemindah gigi’ pada tiptronic atau CVT, PADDLE ini bukan berupa tombol di setir tapi semacam tuas di belakang setir. setir. Bisa pindah gigi sendiri seperti matic biasa,sebab ada ‘auto’ mode tapi tidak sehalus ma matic tic biasa karena ini tetap adalah transmisi manual. Pada ‘auto mode’ dan posisi gigi masuk, jika tidak direm mobil tidak akan bergerak maju sendiri karena ini sistem manual dan bukan matic, tidak ada torque converter. Digunakan hanya optional pada mobil2 sport hi-performance. hi-performance. Keunggulan : respons yang bahkan lebih cepat daripada manual biasa, bahkan jika dipindahkan oleh pembalap profesiona l sekalipun. sekalipun. Kelemahanprofesional : pada “auto” mode, perpindahan gigi tidak begitu halus dan kadang terasa menyentak, terutama pada kondisi stop-and-go yang tidak cocok untuk mobil2 sport. sport. Contoh : Transmisi mobil2 F1, Transmisi SMG milik BMW, Sequential F-1 milik Ferrari, SMT (Toyota, pada MRS spider) dan E-Gear E-Gear (Lamborghini). Tadinya sistem ini dianggap sebagai ‘the future’, sebelum sebelum munculnya teknologi double-clutch gearbox (look below). Kini sudah mulai ditinggalkan karena banyak keluhan tidak nyaman pada auto mode-nya. Doouble-Clutch Gearbox (tercanggih saat ini) Doouble-Clutch ini) Transmisi manual yang koplingnya diatur computer seperti Sequential Manual di atas, tapi perbedaan utamanya adalah, menggunakan DUA KOPLING, yang tugasnya menangani dua gigi yg berbeda : gigi yang sedang digunakan, dan gigi yang akan dimasuki. dimasuki. Dua kopling memungkinkan sudah masuk gigi berikut bahkan ketika gigi awal belum dilepas sepenuhnya. sepenuhnya. Hasilnya, Perpindahan yang tidak terasa, seperti pada CVT, namun perbedaan besarnya adalah, tenaganya bahkan lebihgigi responsif daripada manual biasa. biasa. Baru VW Group yang sudah memakai sistem ini, mereka menyebutnya DSG. BMW dan Porsche masih sedang menyiapkan versi mereka masing2 (ZSG untuk BMW, PDK untuk Porsche). Porsche). Keunggulan : perpindahan gigi yang bahkan lebih mulus drpd matic, dengan tenaga lebih responsif daripada manual. manual. Kelemahan : tidak ada. Bisa digunakan sama nyamannya dar darii mobil kecil sekelas Golf/A3 sampai supercar dengan horsepower dan torque raksasa seperti Bugatti Veyron (7-speed DSG). (suk.053) (suk.053)
Masih berkutat di sistem rem yang belakangan banyak membuat resah pengguna bus, sebenarnya, sistem yang terpasang sudah begitu canggihnya untuk mencegah rem loss dengan sendirinya alias blong. Memang, yang masih menggunakan sistem air over hydraulic atau kombinasi minyak rem dengan udara masih ada potensi. Tapi, versi teranyar yang full air sudah lebih mumpuni loh. Sudah terbayang dong kalau cara rem fungsinya melambatkan kendaraan, yakni ketika kampas rem ditekan dengan media
79
minyak rem. Nah, pada kendaraan besar macam bus, tekanan yang berlebih pada minyak tentu bisa membuat titik didih minyak rem meningkat tinggi. Efeknya, minyak rem kehilangan kemampuan untuk menekan. "Versi air over hydraulic yakni kampas tetap ditekan dengan minyak rem. Bedanya, udara bertekanan yang digunakan untuk mendorong minyak rem tersebut," urai Roffi Tresmawan, Training Publikasi Dept. PT. Hino Motor Sales Indonesia (HMSI). Dimensi dan bobot bus yang besar, tentu bikin rem turut bekerja ekstra. Pastinya, kekuatan kaki enggak bakal cukup kalau hanya mengandalkan booster layaknya mobil konvensional. Maka dari itu, pada mesin terdapat kompresor yang berguna untuk membangkitkan udara bertekanan, yang kemudian disimpan dalam tangki khusus.
: e m
u s e R
Exhaust brake pada Hino gabung dengan tuas wiper, tekan ke arah bawah untuk melambatkan kendaraan
Beda dengan zat cair yang akan menghasilkan tekanan yang sama ke segala arah, udara mempunyai sifat bisa dikompresi. Maka, tangki tersebut menjaga udara tetap di tekanan tertentu agar dapat bekerja. Kerennya Kerennya rem bus, terdapat terdapat juga exhaust brake, yang yang berfungsi utama utama sebagai alat bantu untuk melambatkan kecepatan. "Exhaust brake bekerja dengan cara menutup lubang exhaust, sehingga mesin tidak akan membangkitkan tenaga baru. Kerjanya akan maksimal ketika dipakai, sambil dibantu dengan rem yang terpasang," sambung Roffi lagi. Kalau Hino memasang perangkat ini pada tuas di sisi kiri setir, sedang bus Mercedes-Benz Mercedes-Benz pada tombol di dekat dekat pedal. Kerjanya, Kerjanya, tentu masih membutuhkan udara udara bertekanan untuk menutup menutup exhaust tersebut. Bayangkan betapa besarnya besarnya tekanan exhaust exhaust yang harus dilawan untuk menutup lubang tersebut. Lebih efektif lagi, ketika mengerem, engine brake juga digunakan. Nah, kalau full air system, system, minyak rem sudah ditinggalkan. ditinggalkan. Gantinya, seluruh seluruh sistem pengereman mengandalkan udara bertekanan untuk mendorong kampas rem. Karena bentuk batang pendorongnya seperti huruf S, maka disebut juga S-cam. Awalnya, udara dari kompresor akan disaring, agar air yang terkandung tidak ikut masuk dalam sistem rem. Seandainya masuk pun, air yang terlanjur masuk masih bisa dibuang melalui drain valve yang terdapat di bagian bawah tangki.
80
Indikator tekanan udara paling penting, tidak boleh rusak apalagi mati (kiri) - Air over hydraulic masih mengandalkan minyak rem untuk menekan kampas (kanan)
Tekanan udara dalam tangki dijaga oleh gorvernor, lalu nantinya akan diteruskan menuju rem depan ataupun belakang, melalui brake chamber. "Pada bus Hino, tekanan dalam tangki dijaga sebesar 8,5 bar," ungkap pria ramah ramah ini. Tentunya, Tentunya, sebesar apa udara akan mendorong kampas, kampas, berdasarkan perintah dari tekanan pada pedal rem. rem. Kebanyakan bus keluaran keluaran terbaru sekarang sekarang ini, bahkan sistem rem sudah menggunakan bantuan sensor elektronik terkomputerisasi atau ECU (Electronic Control Unit). Kebalikannya dengan rem parkir. Pada bagian brake chamber terdapat per atau pegas berukuran besar yang mempunyai tekanan besar, berfungsi untuk menekan kampas rem. Kalau pada pengereman normal, udara bertekanan yang tersimpan digunakan untuk mendorong pegas tersebut agar kampas tidak mengerem. Ketika rem parkir diaktifkan, maka tuas justru akan membuang udara pada brake chamber agar rem selalu terkunci dengan tekanan dari pegas tersebut. Jadi, sebenarnya istilah rem blong pada bus dengan full air system bisa dikatakan sangat kecil terjadi. Kecuali, mekanik atau sistem perawatan masing-masing operator bus tersebut memang sengaja melonggarkan rem parkir. Tujuannya beda-beda, bisa jadi akibat kompresor terlalu lemah untuk menghasilkan tekanan yang diinginkan, atau bisa jadi ada kebocoran pada jalur udara. Kembali lagi, seandainya perawatan yang dikerjakan sudah memenuhi prosedur, pastinya pabrikan sudah membuat sistem yang ada seaman mungkin, tanpa perlu mengorbankan konsumen kan. • Rio Rio
Macam-macam Gangguan/Kerusakan Transmisi Manual
1. Pemindahan antar gigi sulit a. Poros persneling atau penyambung bengkok b. Kabel kopling tidak disetel disetel dengan baik c. Garpu persneling aus d. Poros persneling aus e. Roda gigi atau selongsong synchronizer macet pada poros atau pemutarnya f. Cincin atau pegas penyerempak aus g. Gigi eksternal aus atau mengelupas h. Poros input atau bantalan pilot bengkok i. Level pelumas rendah j. Menggunakan pelumas pelumas yang tudak sesuai 2. Transmisi macet pada salah satu gigi a. Poros persneling atau penyambung bengkok
b. Penekan persneling persneling macet c. Kopling tidak terbatas d. Penyerempak macet
81
e. Level pelumas rendah 3. Transmisi melompat antar gigi a. Pegas penekan lemah b. Bantalan poros input atau atau output aus c. Bantalan pilot aus d. Poros atau roda gigi koclak berlebihan berlebihan e. Selongsong penyerempak aus
f. Pasak poros input longgar atau patah g. Rumah kopling atau transmisi longgar h. Transmisi tidak sejajar 4. Terjadi benturan roda gigi a. Penyerempak aus b. Kopling menggesek c. Bantalan pilot atau poros input bengkok d. Kecepatan idle engine tinggi e. Level pelumas rendah atau kualitas pelumas tidak sesuai 5. Transmisi gaduh/kasar pada roda gigi a. Cakram kopling rusak b. Celah antara roda gigi dengan poros utama berlebihan c. Bantalan aus atau rusak
: e m
u s e R
d. Gigi pada roda gigi patah e. Roda gigi pinion speedometer s peedometer aus f. Penyerempak aus g. Bantalan pilot aus h. Level pelumas rendah i. Transmisi tidak sejajar j. Bantalan poros counter aus aus atau cincin menjepit 6. Transmisi gaduh/kasar pada saat netral a. Bantalan poros input aus b. Roda gigi aus atau patah patah
7. Transmisi gaduh/kasar pada saat mundur a. Roda gigi idle mundur atau bos poros aus/rusak b. Roda gigi mundur pada poros poros utama aus/rusak c. Roda gigi counter aus aus atau rusak d. Mekanisme pemindah rusak
Selective Gear Transmission Terdiri dari beberapa model, yaitu : model Sliding Mesh, Constant Mesh dan Syncromesh. Selective Gear Transmission mempunyai mempunyai konstruksi yang sederhana, kesukaran yang timbul juga relatif ringan, biaya produksinya rendah, dan dewasa ini banyak sekali digunakan pada kendaraan bermotor (mobil). Sebaliknya, pada transmisi model ini terdapat beberapa kerugian, diantaranya perbandingan gigi-giginya tidak kontinu dilakukan dalam beberapa tingkat (dari 3 sampai 5 tingkat) diperlukan setiap kali pemindahan gigi apabila keadaan jalan berubah dan menimbulkan suara. 82
a. Tipe Sliding Mesh Model ini dilengkapi dengan gigi-gigi yang meluncur ( sliding gear ) dari berbagai macam ukuran yang terpasang pada poros outputnya. Dengan meluncurkan gigi-gigi ini agar
berkaitan dengan gigi susun (counter (counter gear ) untuk memperoleh pengaturan yang sempurna, bermacam perbandingan dapat diperoleh. Kombinasi yang umum pada transmisi model ini adalah 3 sampai 5 tingkat ke depan/maju dan 1 tingkat untuk mundur.
Gambar berikutnya memperlihatkan konstruksi transmisi model sliding mesh 3 tingkat untuk maju dan 1 tingkat untuk mundur. Apabila garpu pengatur gigi transmisi ( gear shift fork ) digerakkan ke arah 1 oleh tuas pengatur gigi ( gear shift lever ), ), sliding gear (2) yang terpasang pada output shaft (1) tertarik ke depan agar berkaitan dengan low speed gear (9) (9) pada counter shaft (8), (8), menimbulkan perputaran input shaft yang dipindahkan dengan urutan (6) – (6) – (9) – (9) – (2) (2) untuk memutarkan output shaft. Pengaturan gigi ini adalah salah satu yang menghasilkan kecepatan terendah dari input shaft dan transmisi dapat dikatakan low (gigi 1) apabila pada keadaan seperti ini. i ni. Apabila garpu pengatur gigi ( gear gear shift fork ) digerakkan ke arah 2, (2) dan (9) tidak berkaitan dengan second dengan second sliding gear (3) (3) didorong ke belakang agar berkaitan dengan second dengan second speed gear (10). (10). Perputaran input shaft dipindahkan dengan (6) – (6) – (10) – (10) – (3) (3) untuk memutarkan output shaft. Dalam keadaan seperti ini disebut second disebut second atau atau kedua (gigi 2).
Apabila garpu pengatur gigi digerakkan ke arah 3, (3) dan (10) tidak berkaitan, tetapi (3) dengan clutch clutch (4) (4) berkaitan, dengan demikian input dan output shaft menjadi satu dan berputar bersamaan. Pada posisi ini transmisi disebut posisi “top” (gigi 3). Apabila Apabila garpu pengatur gigi digerakkan ke arah depan R, sliding gear (2) digerakkan ke belakang berkaitan dengan reverse idle gear (12). (12). Perputaran input shaft dipindahkan dalam urutan (6) – (6) – (7) – (7) – (11) – (11) – (12) – (12) – (2) (2) untuk memutarkan output shaft dalam arah putaran mundur. Di antara selective antara selective gear transmission, transmission , tipe sliding mesh inilah yang paling sederhana konstruksinya. Dikarenakan belum adanya ukuran yang tepat untuk memudahkan perkaitan gigi, maka cara kopling ganda ganda (double (double clutching ) harus dilakukan agar pemindahan gigi-gigi dapat berlangsung dengan sempurna. Selain itu gigi-gigi ini cenderung menimbulkan suara berisik. Karena adanya kesukaran tersebut, dewasa ini tidak dipergunakan lagi. Adapun contoh mobil yang menggunakan model transmisi sliding mesh adalah sedan Holden, Daihatsu, Tronton, Suzuki Fronte dan lain-lain. b. Tipe Constant Mesh
83
Pada transmisi model ini, roda gigi yang berkaitan harus dapat bergerak pada putaran yang sama. Jika tidak, gigi-gigi akan berbunyi dan tidak berkaitan dengan mudah. Model constant mesh telah dikembangkan untuk membatasi kekurangan pada tingkat tertentu. Gambar berikut menunjukkan sebuah transmisi yang gigi 3 dan 4 nya (ketiga dan ke empatnya) terdiri dari model constant mesh. Pada model ini, gigi input shaft dan counter gear ada dalam “perkaitan yang tetap” (constant mesh). me sh). Gigi ke ke-3 -3 pada output shaft dikondisikan dapat berputar bebas di shaft. shaft . Pada gigi kopling ((clutch clutch gear ) diberi aluralur dan diposisikan sedemikian rupa (pada poros output) sehingga dapat digerakkan sepanjang alur-alur untuk berkaitan dengan alur pada roda gigi constant mesh yang selalu berputar pada dudukannya. dudukannya. Sebagai contoh, apabila gigi-gigi ingin d dipindahkan ipindahkan pada tingkat 3, gigi kopling didorong ke belakang agar dapat berkaitan dengan bagian dalam gigi ketiga pada poros output. Kemudian, momen mesin akan berpindah dalam urutan : input shaft – shaft – counter counter shaft – shaft – gigi gigi ketiga (pada output shaft) – shaft) – clutch clutch gear – gear – output output shaft.
: e m
u s e R
84
c. Tipe Synchromesh Transmisi model ini, mempunyai banyak keuntungan untuk memungkinkan pemindahan gigi dengan lembut dan cepat tanpa menimbulkan bahaya pada gigi-gigi dan tidak memerlukan pelayanan dengan kopling ganda (double clutching). Mobil yang menggunakan tipe sinkromesh adalah : sedan Datsun 120Y, Suzuki Carry 1.6, Suzuki Carreta 1.0, Toyota Corola, Toyona Corona, Benz 200, Mazda 626, BMW 520i, dll. 1) Prinsip Konstruksi Transmisi Sinkromesh
Melihat pada gambar diatas memindahkan gigi-gigi dari tingkat yang lebih tinggi ke tingkat yangpada rendah pada saat mobil berjalan, pertama kopling gigi gear) diposisikan netral (bebas). Bagian-bagiannya terdiri dari: dibebaskan gigin susun dan (counter dan gigi 3 berada pada kecepatan asli yang tertinggi tetapi kecepatan kecepat an gigi 3 dalam
hubungan dengan clutch hub sleeve ada lebih rendah dan menjadi lebih lambat dengan perlahan-lahan karena adanya berbagai macam tahanan. Sebaliknya, clutch hub sleeve dan out put shaft yang disatukan disat ukan untuk menggerakan roda disesuaikan dengan kecepatan kendaraan dan tidak akan menjadi lambat. Karena itu, terjadi perbedaan putaran yang besar pada clutch hub sleeve dan gigi 3. 3. Dalam hal ini, pada sliding gear type, putaran gigi ke 3 akan bertambah oleh adanya kopling ganda untuk disesuaikan dengan putaran clutch hub sleeve. Pada type sinkromes, sebagai ganti mempertinggi putaran mesin dilakukan dengan hub sleeve. Sebuah kopling dengan bentuk kerucut (conical clutch) clutc h) disebut synchronizer ring digunakan untuk menghasilkan gaya gesek antara anta ra clutch hub sleeve dan gigi 3 yang berputar pada kecepatan yang sama kemudian gigi (alur-alur) (alur-al ur) akan berkaitan. Ini adalah prinsip kerja transmisi sinkromesh. 2) Bagian-bagian utama transmisi sinkromesh a) Clutch hub berkaitan dengan output shaft pada alur-alurnya. b) Clutch hub sleeve berkaitan dengan bagian luar. Dilengkapi dengan alur bagian luar untuk garpu pengatur (shift fork). c) Synchronizer ring, ring, berada disamping bagian gigi yang tirus pada output shaft. Ring ini terbuat dari tembaga paduan. d) Baji sinkromesh (synchromesh shifting key), dipasangakn dipasangakn di tiga tempat dibagian luar diameter clutch hub dan ditekan oleh pegas-pegas pada hub sleeve. 3) Cara kerja transmisi sinkromesh
Dalam keadaan netral, gigi-gigi dalam keadaan perkaitan yang tetap dengan gigi susun tetapi dapat berputar bebas pada output shaft. Output shaft, clutch hub, dan clutch hub sleeve masing-masing beralur. Dengan demikian, semua dapat berputar sama. Ring-ring sinkromesh berada dalam keadaan bebas, tetapi ujung-ujung shifting key ditempatkan pada tigagigi-gigi tempat dari tiap ring-ring. Apabila berhubungan (shifting gear) :
a) Apabila tuas pengatur didorong didorong menurut arah panah, clutch hub, hub, dan shifting key agar berkaitan pada bagian yang menonjol di bagian tengahnya. Dengan demikian, tenaga akan berpindah ke shifting key. Kemudian, shifting key akan mendorong synchronizer ring pada gigi tirus (core gear) yang mana gigi-gigi ini mulai cepat putarannya. Dalam waktu yang bersamaan synchronizer ring akan ditarik oleh gigi. Dengan demikian, clutch hub dan synchronizer ring akan saling berhadapan dengan bagian-bagian yang menonjol keluar dari jajaran (gambar 1)).
85
b) Apabila shift lever didorong sedikit keras, clutch digeserkan lebih lanjut, maka clutch tidak berkaitan dengan shifting key (keras). Synchronizer ring selanjutnya akan diseret dan mengakibatkan clutch hub synchronizer ring saling sal ing mendorong dengan kuat seperti ditunjukkan pada gambar berikut. Selama tenaga dipindahkan, di pindahkan, putaran gigi ke 3 akan bertambah, hingga akhirnya clutch hub hub dan gigi ke 3 berada pada k kecepatan ecepatan yang sama (gambar 2)). c) Apabila tuas pengatur pengatur didorong didorong lebih lanjut, dan apabila clutch hub disinkronisasikan dengan gigi 3, synchronizer ring menjadi bebas dalam arah putarannya. Dengan demikian, clutch hub telah berkaitan dengan gigi ke 3 (gambar 3)
JURNAL SISTEM PERAWATAN AIR BRAKE (REM) PADA KENDARAAN : e m
u s e R
Sistem rem berfungsi untuk mengurangi kecepatan (memperlambat) (memperlambat) dan menghentikan kendaraan serta memberikan kemungkinan dapat memparkir kendaraan di tempat yang menurun. Sistem rem udara, dasar kerja pengereman Rem bekerja dengan dasar pemanfaatan gaya gaya gesek Tanaga gerak gerak putaran roda diubah diubah oleh proses gesekan gesekan menjadi tenaga panas dan tenaga panas itu segera dibuang ke udara luar. Pengereman pada roda dilakukan dengan cara menekan sepatu rem yang tidak berputar terhadap tromol (brake drum) yang berputar bersama roda sehingga menghasilkan gesekan Tenaga gerak kendaraan akan dilawan oleh tenaga gesek ini sehingga kendaraan dapat berhenti. B. Cara kerja air brake sistem 86
Full air brake adalah sistem pengereman yang paling banyak dipakai pada bis, truk dan kendaraan berat lainnya. Untuk bis sendiri, saat ini rata2 sudah mengaplikasikan sistem ini. Perbedaan mendasar dengan sistem hidrolik adalah media yang digunakan untuk menekan
kampas rem. Pada sistem hidrolik menggunakan media minyak, sedang pada full air brake menggunakan tekanan udara. Pada sistem full air brake terdapat beberapa komponen utama antara lain: lain: 1.
Compressor
2.
Pressure regulator
3. 4.
Air reservoir tank Treadle valve (Pedal rem) rem)
5.
Front / rear proportioning valve valve
6.
Front and rear service brake chamber + spring brake chamber
7.
Spring brake release valve (Tuas rem parkir)
Prinsip kerja sederhananya kurang lebih sebagai berikut: Udara bertekanan yang dihasilkan oleh kompresor masuk ke air reservoir tank kemudian menuju treadle valve (pedal rem). Treadle valve inilah inil ah yang mengatur besar kecilnya tekanan udara di chamber yang menekan kampas rem, semakin dalam treadle valve diinjak maka semakin besar tekanan di chamber dan otomatis rem semakin mengunci. Disinilah perbedaan dengan system hidrolik, kalau di system hidrolik kaki kita menginjak pedal rem itu untuk menekan / memompa memompa minyak. Tapi di system full air brake sebenarnya kita “hanya” membuka dan menutup katup, tenaga t enaga untuk mendorong kampas rem berasal dari tekanan udara dari kompressor. Ada perbedaan pada brake chamber roda depan dan belakang. Pada roda depan hanya menggunakan air brake chamber, sedangkan pada roda belakang dikombinasikan antara air brake chamber dengan spring brake chamber. Spring brake chamber berfungsi sebagai alat keamanan jika terjadi kegagalan system pengereman (misal (misa l selang udara bocor, kompressor rusak dll) dan juga berfungsi sebagai rem parkir. Air brake sistem digunakan daya pengereman lebih besar dibanding dengan sistem yang lainya semisal AOB (air over Brake) maka sistem sis tem ini digunakan di kendaran-kendaraan berat khususnya pada kendaraan gandeng gandeng maupun bus agar b beban eban yang berat mampu diimbangi dengan system rem yang kemampuanya lebih berat juga.
87
Perawatan dan Cara kerja Sistem Rem Full Air Brake (FAB).
: e m
u s
FAB e R
Full air brake atau sering di sebut system rem (FAB) adalah rem angin yang memanfaatkan tekanan udara untuk menekan sepatu rem. Di sini pedal rem berperan hanya membuka dan menutup katup rem (Brake valve). dan mengatur aliran udara bertekanan yang keluar dari tangki Udara (Air Tank). Tank). Keuntungan Keuntun gan system Full Air Brake Di banding yang lain : Daya pengendalian yang ringan. Dapat di peroleh daya pengereman yg besar. Dalam perbaikan lebih sederhana. Tidak akan terjadi terjadi kebocoran pelumas di skitar tromol Ramah lingkungan. Dll. Di gunakan : Karna daya pengereman lbih besar di bnding dengan system yang lainya semisal AOB.(Air Over Brake). Maka system ini di gunakan di kendaraan-kendaraan berat khususnya pada kendaraan gandeng.,,agar beban yang berat mampu di imbangi dengan dengan system rem yang kmampuanya lbh brt jga.
88
Komponen-komponen : Sitem ini memiliki beberapa komponen untuk mendukung kerja dari suatu komponen lainya. 1. Air tank 2. Air kompresor 3. Brake Valve 4. Relay valve 5. Brake cember
6. Cam shaft 7. Air dryer 8. Fressur Regulator Fungsi komponen : 1. Air Tank
Berfungsi untuk menampung udara sementara yang di suplay dari kompresor udara yg sebelumnya udara tersebut sudah di saring terlebih dahulu oleh filter udara dan Air Dryer agar udara yg masuk kedalam tangki bener bener bersih tidak terdapat kotoran atau air yang masuk ke system saluran!! Dan demi keamanan pun savety di terapkan dalam system rem FAB ini bahwa tekanan didalam tangkipun slalu harus sesuai sesuai yaitu : 740 -840 kPa (7,5 – (7,5 – 8,5 8,5 kgf/cm2). Apabila tekanan melebihi batas yang di tentukan maka udara di dalam Air Tank akan di buang ke atmosfer agar udara di dalam tank tetep stabil.
Selain itu juga tangki di lengkapi dengan ckeck valve yaitu suatu komponen di Air Tank yang berfungsi untuk menjaga saluran udara balik ke kompresor di saat mesin mati maka check valve menutup saluran air thank yg ke kompresor, Air tank drains 89
Berfungsi sebagai sebagai mengeluarkan air dan kotoran pada air tank yang berbentuk sebuah baut di bagian bawah tank Air compressor governor
Berfungsi sebagai sebagai alat kontrol ketika compresor mengisi udara di dalam tanki, ketika tekanan udara mencapai 125 psi akan menutup valve untuk menghentikan pengisian udara, dan apabila tekan jatuh pada 100 psi maka Air compressor governor mengijinkan untuk mengisi udara kedalam tanki.
2. Air Kompresor
.
Kegunaan Udara di dalam Air Tank : Udara di dalam Air Tank di gunakan untuk menunjang sistem-sistem kelengkapan penujang kendaraan seperti :, Clutch Boster (Boster Kopling), System Rem, klakson, Exaust Brake cylinder dan peralatan tambahan lainnya. Seperti tadi dikatakan tekanan dalam tangki di jaga pada tekanan tertentu : e m
u s e R
yang di lakukan oleh pressur regulator. Ketika tekanan naik melebihi standar, proses pemberian tekanan udara di hentikan oleh udara udara pressur regulator yang menekan Unloader Valve yang di tempatkan pada cylinder head kompresor. Ketika ttekanan ekanan sudah turun di bawah standar unloadder valve pun di naikan oleh pegas dan pemberian tekanan udara di lanjutkan kembali.Kompresor di gerakan oleh mesin utama menggunakan v-belt sebagai penghubung untuk memutarkan kompresor, untuk menghasilkan udara.seperti pada gambar di bawah. Rem depan dan belakang memiliki relay valve tersendiri. 3. Brake Valve
90
Katup rem brake valve terpasang di bawah pedal rem pada siste sistem m FOB atau AOB Katup ini mengendalikan rem dengan cara membuka dan menutup untuk mengatur aliran udara bertekanan. Pengendalian Pengendalian rem untuk untuk roda depan dan belakang belakang dilakukan secara secara terpisah. Saat pedal rem di tekan sebuah plunger dan pegas bergerak menekan primary piston dan menutup lubang ventilasi atas. Serta sebuah scondery piston dan menutup lubang ventilasi bawah. Ketika pedal di tekan lebih dalam feed valve atas dan feed va valve lve bawah tterbuka erbuka sehingga udara bertekanan bertekanan dari tangki udara mengalir masuk ke power cylinder boster rem atau relief valve. Ketika pedal di lepas aliran udara berbalik dan tekanan tekanan udara di lepaskan ke atmosfer melalui katup buang ( exaust valve)
yang berada di bawah katup rem.
4. Relay Valve
Relay valve di kendalikan oleh udara bertekanan dari brake valve, relay valve membuka dan menutup aliran udara bertekanan dari tangki ke tabung rem (brake chember). Untuk mengaktifkan dan membatalkan rem dengan cepat. Kontruksi relay valve seperti pada gambar di bawah. Rem depan dan belakang memiliki relay valve tersendiri. 5. Brake Chamber · brake chamber dan slack adjusters adjusters
brake chamber dan slack adjusters adjusters Brake chamber berfungsi unuk merubah tekanan udaara menjadi gerakan mekanis dan melalui sebuah push rod mengerakan mengerakan tuas slack adjuster. Walaupun Walaupun brake chamber chamber depan dan belakang belakang kontruksinya sama pada brake chamber chamber belakang biasanya di lengkapi dengan spr spring ing brake. Saat udara bertekanan di alirkan ke dalam brake chamber , diafragma dan push rod tertekan dengan kekuatan sesuai gaya tekan pada diafragma, menggerakan sebuah cam rem melalui tuas pada slack adjuster. Ketika pedal rem di lepas, push rod dan diafragma di tekan balik oleh sebuah pegas pembalik, mengembalikan posisi cam dan membantu pembuangan udara. Slack adjuster kontruksinya seperti pada gambar di bawah. bawah. Dengan memutar memutar adjuster screw, worm worm gear dan camshaft camshaft akan berputar dan dan akan mengatur celah kanvas dengan tromol. Pada ujung adjusting screw di pasang sistem pengunci posisi yang terdiri dari dari spring dan ball.
Spring brake chamber
91
Walaupun umumnya di pasang pada roda bagian belakang dan normalnya di gunakan sebagai rem utama, di dalamnya di pasang spring brake yang dapat membantu pengereman pada saat darurat atau parkir. Secara struktural brake chamber chamber terbagi 2 bagian: bagian: Bagian rem utama utama (service brake) dan bagian spring brake chamber seperti pada gambar . Bagian rem utama bekerja sebagai brake chamber biasa. Bagian spring brake, pegas di tekan terus menerus pada posisi tertekan oleh udara yg bertekanan dari lubang tabung spring brake (B) ketika udara pada spring brake chamber di buang, piston terdorong oleh gaya pegas sleeve bergerak menekan push rod utama untuk mengaktifkan rem Utuk menekan penuh spring brake di perlukan tekanan 490 kPa (5,0 kgf/cm2). Tabung spring brake dilengkapi dengan baut pembebas (release bolt) untuk melepaskan rem secara manual pada kondisi udara yg bertekanan kurang atau tidak ada. Sebelum melepas chamber, putar baut pelepas seperti pada gambar untuk menghindari menghindari kecelakaan seandainya seandainya pushrod terdorong terdorong keluar chamber. Spatu rem (brake lining) untuk sytem Full Air Brake. Brake. : e m
u s e R
seperti terlihat pada gambar. Bentuk sepatu rem untuk sistem full-air berbeda dengan pada sisi leading( pengarah) dan trailing (pengikut) di mana permukaan sepatu untuk sisi trailing di beri cekungan. Pada spatu rem leading-trailing, spatu leading menghasilkan gaya pengereman yang lebih besar akibat arah putaran tromol, sehingga sehingga tekanan pada permukaan permukaan sepatu lebih besar besar dan lebih cepat cepat aus. Permukaan spattu traling pada tonjolanya I beri cekungan sedemikian hingga tekanan permukaan pada spatu leading dan dan trailing habis bersamaan. bersamaan. Ini juga untuk menghindari keausan bantalan yg yg tidak merata akibat bentuk can eksentrik. Pada sisi hidrolis tidak ada sisi leading atau trailing karena tekanan minyak rem menekan secara merata pada permukaan spatu rem.
6. Air dryer
92
Speperti di katakan di atas tadi air dryer berfungsi untuk menyaring kelembapan udara sebelum udara masuk ke tangki udara di air dryer ini antara air dan kotoran di saring terlebih dahulu agar udara yang masuk ke Air Tank bener-bener bersih. Poin2 perbaikan pada rem full air : ganjal pedal rem, injak dan lepas, hidupkan rem gas buang, priksa kebcoran udara dari selang selang sambungan degan air sabun. stel speling pedal sebelum menyetel celah spatu rem pushrod brake cember saat m menyetel enyetel celah sepatu rem dongkrak roda dan periksa langkah pushrod gunakan suku cadang yg tepat untuk camshaft karna camshaft kiri dan kanan berbeda, bentuknya. lumasi seal dengan grease silikon pada pada gasket karet saat memasang brake valve , relay valve dan bagian2 lainya,,,,,,, Point-Point perbaikan perbaikan pada rem full air : a. ganjal pedal rem, injak dan lepas, hidupkan rem gas buang, priksa kebcoran kebcoran udara dari dari slang selang sambungan dgn air sabun. b. stel speling pedal sebelum sebelum menyetel celah spatu spatu rem c. dongkrak roda dan periksa langkah langkah pushrod brake cember saat m menyetel enyetel celah sepatu rem d. gunakan suku cadang yg tepat untuk camshaft camshaft karna camshaft kiri dan kanan berbed berbeda, a, bentuknya. e. lumasi seal dengan grease silikon pada pada gasket karet saat memasang brake valve , relay valve dan bagian2 lainya Prosedur pengecekan sebelum perjalanan Pastikan kendaraan berada pada tempat yang aman, set rem parkir, pasang penahan pada roda sebagai prosedur keamanan keamanan pemeriksaan. 1. Pengecekan aliran a. Periksa keamanan dan kondisi kompresor dan sabuk penggerak. b. Periksa kondisi keamanan keamanan dan selang flesibel. flesibel. c. Htekan semua slack adjuster secara manual (menggunakan ry bar). Periksa gerakan, kondisi mekanis dan kelengkapannya. kelengkapannya. d. Periksa sudut push rod dan slack adjuster tidak melibihi 90o 2. Penamabahan tekanan udara a. Peringan cut out kira-kira 60psi b. Tekan terisi pada 50-90 50-90 psi dalam 3 menit c. Governor atau cut out beroprasi minimal 105 psi dan maksimal 125 psi 3. Saat tekanan maksimal a. Bebaskan rem parkir untuk mencegah kesalahan fungsi b. Matikan mesin c. Periksa kebocoran udara, kebocoran kebocoran udara lebih kecil dari 3psi selam 1 menit
4.
1.
Diagnosis masalah dan penyebab Tenaga pengereman kecil
93
a. Rem membutuhkan penyetelan, pelumasan atau penggantian kanvas b. Tekan udara rendah rendah dibawah 60psi c. Tekanan pada brake valve delevy dibawah normal
d. Kesalahan ukuran akuator atau slack adjuster. e. Terjadi masalah pada linkage Rem kurang rensponsif 2. a. Rem membutuhkan penyetelan dan pelumasan b. Tekan udara rendah dibawah 50 psi c. Katup pengeremannya pembukanya tidak cukup d. Terjadi kebocoran berlebih pada sistem e. Pipa penyalur terlalu panjang panjang
f . Terjadi penyumbatan pada pipa pipa 3. Rem bebas dengan lambat a. Rem membutuhkan penyetelan dan pelumasan b. Katup pengereman pengereman tidak kembali keposisi keposisi terbebas penuh. c. Terjadi kerusakan pada katup-katup 4.
: e m
u s e R
94
Rem tidak dapat bebas a. Rem tidak dapat terbebas penuh b. Terjadi masalah pada katup pengereman dan katup rely c. Terjadi kebocoran atau penyumbatan pada pipa 5. Rem menyendat atau tidak teratur a. Berikan paslin pada brake lining b. Terjadi masalah pada katup pengeraman c. Tidak ada beban kendaraan atu tekanan pengereman Rem tidak bekerja 6. a. Tidak ada tekan dalam sistem b. Pipa tersumbat atau rusak c. Katup pengereman rusak 7. Pengereman tidak seimbang a. Rem membutuhkan penyetelan dan pelumasan b. Axele mounting rusak c. Lumasi dengan paselin pada brake nining d. Pegas pengembali sepatu rem rusak e. Diaphragma pada brake chamber rusak f. Slack adjuster rusak 8. Tekan udara tidak dapat naik dengan normal a. Meter tekanan udara rusak b. Terjadi kebocoran udara yang besar c. Penyetelan governor tidak sesuai d. Sabuk penggerak kompresor hslip e. Kompresor rusak Tekan udara ke normal lambat 9. a. Terjadi kebocoran pada katup-katup b. Volume tanki terlalu terlalu besar c. Saringna udara pada kompresor tersumbat d. Putaran mesin terlalu lambat e. Katup hisap dan katup tekan kompresor bocor
f. Sabuk penggerak kompresor selip 10.
Tekanan udara meningkat diatas normal
a. Meter tekan udara rusak b. Penyetelan governor governor tidak sesuai c. Penyumbatan jalur udara antara governor dan kompresor d. Celah on loader terlslu besar sehingga tertahan pada posisi tertutup 11.
Tekanan udara turun dengan cepat ketika mesin mati dan rem bebas
a. Katup pengereman bocor b. Kebocoran pipa atau atau selang c. Katup tekanan bocor d. Governor bocor 12.
Tekanan udara turun dengan cepat ketika mesin mati dan rem aktif
a. Kebocoran pada brake camber, aktuator atau silinder roda b. Katup pengereman pengereman bocor c. Kebocoran pipa atau selang d. Volume tangki udara tidak emenuhi 13.
Terdapat ketukan pada kompresor terus menerus atau berkala
a. Puli penggerak kendor b. Backlash pada drive drive gear atau coupling coupling besar c. Bearing aus d. Terjadi penumpukan karbon pada kepala silinder kompresor Katup pengaman bocor 14.
a. Penyetelan katup pengaman tidak tepat b. Tekan udara dalam dalam didtem diatas normal normal 15.
Terdapat oli atau air terlalu banyak dalam sstem
a. Air pada tangki tidak pernah dibuka keluar b. Oli kompresor berlebihan berlebihan c. Saringan oli kompresor tersumbat d. Tekanan oli mesin terlalu besar e. Terdapat tekanan balik dari ruang engkol mesin
IV. Penutup Kesimpulan
a. Dapat mengetahui prinsip kerja air brake system b. Mengetahui Komponen-komponen Komponen-komponen rem angin c. Cara perawatan rem angin Saran : Fungsi rem sangat penting sehingga agar tidak terjadi kegagalan dalam pengereman maka butuh perawatan yang yang rutin.
Diagram fungsi Air Brake Full air brake adalah sistem pengereman yang paling banyak dipakai pada bis, truk tr uk dan kendaraan berat lainnya. Untuk bis sendiri, saat ini rata2 sudah mengaplikasikan sistem si stem ini. Perbedaan mendasar dengan sistem hidrolik adalah media yang digunakan untuk menekan kampas rem. Pada sistem sis tem hidrolik menggunakan media minyak, sedang pada full air brake menggunakan tekanan udara. Pada sistem full air brake terdapat beberapa komponen utama antara lain: 1. Compressor 2. Pressure regulator 3. Air reservoir tank
95
4. Treadle valve (Pedal rem) 5. Front / rear proportioning valve 6. Front and rear service brake chamber + spring brake chamber 7. Spring brake release valve (Tuas rem parkir)
: e m
u s e R
96
Prinsip kerja sederhananya kurang lebih sebagai berikut: Udara bertekanan yang dihasilkan oleh kompresor masuk ke air reservoir tank kemudian menuju treadle valve (pedal rem). Treadle valve inilah yang mengatur besar kecilnya tekanan udara di chamber yang menekan kampas rem, semakin dalam treadle valve diinjak maka semakin besar tekanan di chamber dan otomatis rem semakin mengunci. Disinilah perbedaan dengan system hidrolik, kalau di system hidrolik kaki kita menginjak pedal rem itu it u untuk menekan / memompa minyak. Tapi di system full air brake sebenarnya kita “hanya” membuka dan menutup katup, tenaga untuk mendorong kampas rem berasal dari tekanan udara dari kompressor.
Exhaust Brake
Exhaust Brake Sesuai namanya adalah Rem Knalpot. Rem yang diperoleh dari menutup lubang knalpot. Exhaust Brake biasanya diaplikasikan pada mesin diesel dengan menutup jalan buang dari mesin, menyebabkan gas buang buang yang akan dikompresi dikompresi dalam exhaust manifold, dan silinder. Karena knalpot yang dikompresi, dan tidak ada bahan bakar yang dibakar, putaran mesin akan terhambat yang pada akhirnya akan memperlambat kendaraan. Jumlah torsi negatif yang dihasilkan biasanya berbanding lurus dengan tekanan balik dari mesin. Mengapa Rem Exhaust Brake banyak diaplikasikan pada mesin diesel, Karena mesin diesel tidak memiliki katup throttle pada intake manifold, tidak ada vacum intake saat mesin tidak menggunakan bahan bakar. Tentu bagi anda yang pernah memakai mesin diesel dan mesin bensin tentunya akan merasakan perbedaaannya perbedaaannya pada waktu anda melepas gas misalnya misalnya waktu anda menuruni jalanan menurun, ya pada mesin bensin engine brake akan terasa sedangkan pada mesin diesel akan lebih nyelonong bukan. Exhaust Brake sering disalah artikan menjadi Rem Angin pada sebagian Besar Orang, Padahal Rem Angin dan Exhaust Brake adalah sesuatu yang berbeda, walau sama sama memanfaatkan angin ( Gas ) sebagai media nya.
Kumpulan Istilah Bagian Mesin Transmission Dump Truck Main relief valve Main Relief valve terdapat dalam Torque Converter valve assembly yang terletak diatas Torque converter housing. Main relief valve bekerja untuk membatasi maksimal pressure dalam system control contr ol transmission. Saat pressure system mencapai settingnya (37.5 ( 37.5 + 1.5 kg/cm2), main relief valve akan membebaskan sebagian flow discharge pump menuju Torque T orque Converter, sehingga tidak terjadi kenaikan pressure dalam d alam system control transmission. Dengan demikian Torque converter hanya akan bekerja setelah main pressure tercapai.
Lock up valve Lock-up valve dan lockup solenoid valve juga terdapat pada Torque Converter valve assembly. Kedua valve bekerja untuk mengatur besarnya pressure yang sesuai untuk lock-up clutch dan juga menepatkan saat bekerjanya clutch lock up . Lock-up valve mempunyai modulating valve hingga saat lock-up clutch engaged, dapat lebih halus (smooth) untuk menurunkan beban hentakan atau kejutan saat s aat perpindahan speed. Sehingga mencegah terjadinya puncak beban yang berkelanjutan (generation of peak torque) torq ue) pada power train.Dengan demikian unit mudah dikendalikan dan kemampuan serta daya tahan power train akan meningkat. Saat Transmission controller mengirimkan arus perintah menuju solenoid valve, maka pilot pressure yang menekan spool piston lock-up akan dibebaskan menuju sirkuit drain, sehingga tension spring akan menggerakkan spool lock-up untuk menghubungkan pressure pump dengan piston lock-up untuk mengengagedkannya.. Kenaikan pressure lock-up clutch diatur secara bertahap (modulating) dengan cara mengengagedkannya mengalirkan pilot pressure menuju load piston untuk memperbesar tension spring secara bertahap dan saat load piston mencapai akhir langkahnya (tertahan pada stopper) maka setting pressure lock-up clutch + 16 kg/cm2 telah tercapai. Torque converter relief valve Torque Converter relief valve juga terdapat dalam Torque converter valve assembly. T/C relief valve bekerja untuk membatasi pressure oli dari sisi drain Main relief relief valve yang akan masuk ke dalam torque converter. Jika pressure oli mencapai + 8 kg/cm2, sebagian oli akan dibebaskan menuju circuit transmission lubrication, sehingga pressurenya tidak dapat naik . 97
Oil cooler Oil cooler type Element (layer) dipasang dalam lower tank radiator, sehingga terendam air radiator. Terdapat port inlet yang menerima oli yang relative panas dari port outlet torque converter, dan oli mengalir didalam element cooler. Selanjutnya permukaan element cooler akan menyalurkan panas oli dan air radiator
akan menyerap panas oli sehingga temperature oli dalam range kerja standart, selanjutnya oli yang sudah relative lebih dingin dialirkan melalui port outlet oil cooler menuju circuit transmission lubrication. Torque converter Torque converter dipasang menjadi satu dengan PTO dan transmission. Didalam system, Torque Converter terletak diantara engine dan transmission. Torque converter yang digunakan bertipe 3 element, 1 stage, 2 phase with lock-up clutch, sehingga terdiri dari pump, turbin, stator dan lock-up clutch. T/C berfungsi untuk meneruskan putaran dan tenaga engine dengan menaikkan torquenya (1:2.4). Pump berfungsi untuk merubah tenaga mekanis menjadi kinetisdengan yang selanjutnya tenaga kinetis yang bekerja turbin akan kembali menghasilkan tenaga mekanis, terjadinya kenaikan torque. Stator withpada one way clutch berfungsi untuk mengalirkan balik aliran oli dari dari turbin menuju pump. Sedangkan saat lock-up clutch engaged, maka tenaga dan putaran engine akan diteruskan secara langsung (main clutch) menuju power train. Transmission assembly Komponen yang menjadi satu torque converter dan PTO, dipasang pada middle of chasis dengan menggunakan rubber mounting. Transmission terdiri dari susunan beberapa clutch pack (planetary gear system & clutch) dan rotary clutch yang berfungsi untuk merubah kecepatan menjadi beberapa tingkat kecepatan F1 – F1 – F7 F7 dan R dengan mengengagedkan 2 buah clutch secara bersamaan. Input shaft transmission dihubungkan dengan turbin Torque converter dan out shaft transmission dihubungkan menuju differential dengan menggunakan propeller shaft. Setiap clutch mempunyai ECMV yang bekerja mengengagedkan secara bertahap untuk mengurangi terjadinya kejutan saat shifting shifti ng gear, sesuai dengan arus perintah dari transmission controller Dengan demikian unit dapat dijalankan maju atau mundur dengan kecepatan yang berbeda beda sesuai posisi gearshift lever dan beban yang terjadi (kondisi operasi). Downshift inhibitor Suatu system untuk mencegah terjadinya shiftdown secara tiba tiba saat terjadi kesalahan operasi, misalnya pada awalnya gearshift gearshift selector posisi D dan actual gearspeed 6th , kemudian secara tidak sengaja gearshift selector diposisi 3, maka gearspeed tidak akan dapat langsung shiftown ke gearspeed 3rd , tetapi akan shiftdown secara bertahap 5th, 4th, 3rd , sehingga tidak terjadi terj adi hentakan yang dapat menyebabkan kerusakan pada komponen transmission. : e m
u s e R
Overrun prevention Suatu system pengaman unit, yang bekerja secara otomatis saat speed engine mencapai 2600 rpm (berdasarkan transmission input shaft speed sensor), untuk mengaktifkan rear brake – brake – retarder retarder brake, sehingga kecepatan unit dikurangi secara otomatis dan mencegah terjadinya overrunning pada engine, torque converter dan transmission, dengan demikian akan meningkatkan daya tahan (durability) dan keandalan (reliability) unit. Shift up and shift down point Saat dimana input shaft transmission mencapai kecepatan putar tertentu, sebagai batasan dilakukannya shifting gear secara otomatis, baik saat shift-down atau shift-up. Shift-up S hift-up point adalah saat dimana dilakukan kenaikan gearspeed secara otomatis misal dari F3 ke F4, sedangkan shift-down point adalah saat dimana dilakukan penurunan gearspeed secara otomatis misal dari F4 ke F3. Shift up dan shift down point akan dirubah secara otomatis oleh transmission controller untuk menyesuaikan dengan kondisi operasi : High power mode atau Braking mode atau Economy mode, dengan tujuan untuk mengefektifkan tenaga engine sebagai penggerak power train, menaikkan efek brake cooling serta memaksimalkan engine sebagai brake. ECMV( Electronic Control Modulating Valve ) ECMV terdiri dari dua valve valve : pressure proportional valve valve dan flow sensor valve. valve. Pressure Control valve Pressure control valve terdiri dari proportional solenoid yang menerima sinyal arus dari controller transmission dan pressure control valve merubahnya menjadi pressure hydraulic.
98
Flow Sensor valve Valve ini bekerja berdasarkan pemicu (trigger pressure) dari pressure control valve dan mempunyai fungsi seperti sebagai berikut : 1)Valve akan terbuka sampai clucth diisi oli, sehingga menurunkan waktu (filling time) yang terpakai saat
oli mengisi clutch. 2)Saat clucth menjadi penuh oli, valve akan menutup dan mengirim sinyal (Full Signal) ke controller untuk memberitahukan bahwa pengisian sudah penuh. 3)Saat pressure mulai terjadi di clutch, output signalnya (full signal) akan dikirim ke controller untuk memberitahukan apakah benar-benar terbangkit pressure atau tidak Direct Drive Suatu sistem pemindahan tenaga dan putaranputaran yang menggunakan mekanisme clutch (disc withhampir torsion100% damper), sehingga tidak terjadi pengurangan atau perubahan torque, dengan kata lain tenaga engine akan disalurkan ke power train. Over Drive Suatu system transmission dimana putaran output shaft pada saat s aat gearspeed tertinggi melebihi putaran input. Shift up and shift down F5F2, F4Shift up : Perpindahan gear speed ketingkat kecepatan yang lebih tinggi, F1 F4F1, F5Shift down : Perpindahan gear speed ketingkat kecepatan yang lebih rendah F2 Slipping of Disc Suatu kondisi dimana Torque Transmitting Capacity clutch (disc) lebih kecil dari besarnya Load atau Torque yang harus diteruskan, sehingga justru terjadi slip pada disc yang mengakibatkan keausan abnormal. TTC disc dipengaruhi oleh : Friction Material – Material – friction friction coefficient, total luas bidang kontak (diameter, jumlah disc), pressure oli. Torque Converter stall Suatu kondisi dimana output T/C (turbin) tidak berputar (diam) karena beban yang berlebihan (overload), sedangkan pump berputar sesuai putaran engine. Transmision over-speeding Suatu kondisi dimana putaran output transmission lebih tinggi daripada putaran input (engine) yang disebabkan factor percepatan unit terutama saat travel di jalan menurun, dengan kata lain, engine diputar oleh final drive. Untuk mencegah hal ini i ni terjadi maka system dilengkapi dengan overrun prevention, dimana rear brake secara otomatis bekerja, untuk mengurangi kecepatan unit. Diposkan oleh admin di 09.23 di 09.23 3 3 komentar: Link ke posting ini Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan Faceboo kBagikan ke Pinterest
Sabtu, 22 September 2012
POWER TAKE OFF PTO Power Take OFF Case PTO dipasang menempel pada flywheel housing engine dengan diikat menggunakan bolt, pada kedua sisi sampingnya digunakan sebagai tempat pemasangan rubber mounting terhadap chasis. Bagian dalam case digunakan tempat pemasangan semua inner component (gear, bearing, shaft, etc). PTO case juga sebagai tempat pemasangan hydraulic hydraulic pump dan bagian bawah case menampung menampung oli yang digunakan untuk system lubricatingnya. Drive (main) Shaft Main drive shaft salah satu sisi splinenya dihubungkan connection plate (flywheel ( flywheel side), sedangkan sisi spline lainnya dihubungkan dengan drive gear. Sehingga saat engine hidup dan flywheel berputar, main drive shaft & gear juga berputar untuk memutarkan semua driven gear penggerak 2X Main pump, 1X Swing Pump dan Triple gear pump. Breather & Filter Untuk membebaskan pressure udara dalam case yang timbul karena panas, dibuang ke udara luar dan mencegah terjadinya kevakuman dalam PTO case. Disamping itu, untuk mencegah kotoran masuk ke dalam case, pada breather dipasang screen. (wire mesh) Oil Level Depth Stick
99
Berupa stick berbentuk pipih yang dipasang pada Tube Filler dan digunakan untuk mengetahui level oli lubricating dalam case. Depth stick juga sebagai sebagai cap (tutup filler tube) Spur Gear Gear yang alur giginya lurus (straight teeth) dan digunakan secara berpasangan untuk untuk mereduksi putaran. Filler Tube Tube yang dibuka saat pengisian oli ke dalam case. Connection plate & hub Suatu plate yang dipasang pada flywheel dengan menggunakan menggunakan bolt , pada bagian hub mempunyai mempunyai inner spline sebagai penghubung dan kedudukan input shaft PTO, sehingga saat engine hidup, putaran engine dapat diteruskan ke PTO. Lubrication Piping Hose dan tube yang digunakan pada system lubricating PTO untuk melumasi semua bagian bearing dan gear. Nozzle for Lubrication Nozzle yang digunakan untuk menyemprotkan oli lubricating yang dihasilkan dihasilkan oleh lubricating pump ke bagian bearing dan gear untuk untuk melumasi dan mendinginkan komponen. Lubricating pump Hydraulic pump type Gear yang dipasang pada case PTO, sehingga saat engine hidup, lubricating pump akan menghisap oli dari bagian bawah case dan dialirkan menuju devider block melalui piping (PC series), yang selanjutnya dibagi kesemua bagian (bearing dan gear) yang membutuhkan pelumasan. Strainer Low pressure filter yang dipasang antara case dengan sisi suction lubricating pump, sehingga berfungsi untuk menyaring oli agar kotoran (gram) tidak masuk ke pump dan system lubricating. : e m
u s e R
Rubber mounting Rubber yang dipasang sebagai dudukan engine dan PTO (SB) pada frame, yang berfungsi untuk meredam getaran yang terjadi pada engine atau frame, sehingga tidak saling mempengaruhi. Drain plug Plug yang dipasang pada bagian case dan berfungsi untuk membuang oli pada saat plug dibuka. Dan biasanya pada ujung plug bermagnet, bermagnet, sehingga gram yang terjadi karena keausan dapat dapat menempel. Preload Beban awal yang sengaja diberikan untuk menentukan clearance antara inner dan outer race pada cone (taper) bearing. Bending Kebengkokan suatu shaft terhadap garis tengahnya, yang yan g disebabkan tidak meratanya beban terhadap tumpuan shaft, atau adanya beban abnormal yang berlebihan. Repair limit Batas ukuran dari suatu komponen yang mengalami perubahan ukuran karena keausan, jika telah mencapai repair limit, maka komponen harus diganti agar komponen masih dapat direpair dan kerusakan tidak semakin parah. Chipping Kerusakan yang terjadi pada permukaan komponen yang disebabkan dis ebabkan benturan sehingga rompal.
100
Pitting (bearing) Kerusakan berupa bopeng kecil yang terjadi pada permukaan race atau roller bearing yang disebabkan rolling fatique atau pemakaian secara terus menerus. Pada tahap selanjutnya pitting akan menyebabkan terjadinya Flacking Pitting Flacking
Scratch Kerusakan pada permukaan komponen berupa baret atau goresan yang biasanya memanjang atau melingkar yang disebabkan gesekan yang berlebihan karena kurang pelumasan atau ada material asing yang terjepit terj epit diantara dua komponen yang bergerak. Crack kerusakan pada komponen berupa keretakan yang disebabkan material fatique, overload, overheat, benturan, dsb. Twist Kerusakan pada suatu shaft yang terpuntir karena kedua ujung shaft tidak sama putarannya karena salah satu ujung shaft jammed atau mendapat beban yang berlebihan. Gear ratio Hasil dari pembagian (perbandingan) jumlah teeth gear driven dengan jumlah teeth gear drive. Speed ratio Hasil dari pembagian (perbandingan) jumlah putaran output dengan jumlah putaran input. Smearing Gejala kerusakan pada permukaan roller bearing dimana sebagian permukaan per mukaan mengalami keausan abnormal (seizure), hal ini disebabkan tidak meratanya pelumasan. Backlash Clearance antara dua buah teeth gear yang saling berhubungan. Static Sealing O-ring yang dipasang diantara cover dengan housing dan dipasang bolt, sehingga mencegah kebocoran dari celah antara cover dengan housing.
Radial Seal ring Seal yang dipasang pada shaft yang berputar, sehingga seal mendapat beban radial dan d an untuk mencegah terjadinya kebocoran oli, pada seal terdapat Lips (single atau double) dan spring untuk merapatkan bidang kontak terhadap permukaan shaft. Endplay of crankshaft Gerak bebas (maju mundur) crankshaft (flywheel) searah sumbu (axial). Runout of flywheel Penyimpangan putaran dari titik tengahnya (pengukuran dengan cara diputar) Forced lubricating Sistem pelumasan bearing dengan mengalirkan flow oli dari lubricating pump. Discoloration Kerusakan pada komponen yang berupa perubahan warna pada permukaan komponen yang dapat disebabkan karena, overheat , kurangnya pelumasan, overload. Torque methode Metode urutan pengencangan bolt case atau cover (keliling) dengan cara saling menyilang, dengan tujuan meratakan kerapatan antara dua permukaan. Magnetic base Alat sebagai tempat kedudukan pemasangan dial gauge, agar tidak mudah bergeser atau bergerak, ka rena terdapat magnet dibagian bawahnya. Torque wrench Alat yang digunakan untuk mengencangkan bolt atau nut sesuai dengan standart torquenya. Satuan : kgm, Nm, lbfeet
101
Vernier caliper Alat yang digunakan untuk mengukur diameter luar, diameter dalam, panjang, ketebalan, kedalaman lubang pada suatu komponen. Satuan : mm (0.05, 0.02), inchi (1/128, 0.001) Dial gauge Alat yang digunakan untuk mengukur endplay, runout, faceout, backlash, protusion, diameter dalam (bore gauge). Satuan : 0.001 mm Colour checker Cairan (liquid) yang disemprotkan pada permukaan komponen untuk mengetahui keretakan yang terjadi. Biasanya satu set terdiri dari 3 warna : transparan (cleaner), putih (penetran), merah . Lifting chain Rantai yang digunakan untuk mengangkat komponen pada penggunaanya ujung rantai dipasang hock. Satuan : kg, ton Heat gun (surface thermometer) Alat yang digunakan untuk mengukur temperature permukaan suatu komponen. Push-pull scale, tool Alat untuk mengukur pre-load, operating force dan dapat digunakan untuk adjustment belt tension. Satuan : kg Snap Ring Plier Alat yang digunakan untuk melepas atau memasang circlip atau snap spring. Dalam penggunaanya disesuaikan dengan typenya : internal atau external snap ring. Diposkan oleh admin di 21.47 di 21.47 1 1 komentar: Link ke posting ini Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan Faceboo kBagikan ke Pinterest : e m
u s e R
AIR SYSTEM TRUCK Air dryer Dengan menggunakan drying agent yang terdapat di dalam air drier, maka kandungan uap air, oli dan kotoran lainnya dapat diendapkan, sehingga angin yang masuk kedalam system dapat menjadi lebih kering dan bersih. Sedangkan hasil endapan tersebut akan dibuang keluar pada saat air governor bekerja, dengan memanfaatkan pilot pressure angin dari governor pada saat cut-out. Dengan kata lain, air drier berfungsi untuk menjaga agar pressure angin dapat system, s ystem, dapat bebas dari uap air, oli atau kotoran lainnya. Air Governor Bekerja untuk mempertahankan pressure angin dalam system, agar selalu dalam range standart yang telah ditentukan. Saat pressure wet tank mencapai setting cut-out pressure, maka Air Governor akan mengalirkan pilot pressure ke Unloader valve pada sisi Intake Intake valve Compressor, sehingga compressor tidak bekerja. Jika pressure angin pada wet tank turun sampai setting Cut-In pressure, maka Air governor akan menutup jalur menuju port Unloader valve dan dan justru menghubungkan port Unloader valve dengan udara bebas, sehingga Intake valve compressor dibebaskan dan dapat bekerja normal, maka Compressor akan kembali bekerja untuk menghasilkan pressure angin. angin. unloader valve Unloader valve terpasang diatas Intake valve Compressor, dan akan bekerja saat mendapat pilot pressure dari Air Governor (Cut-out) untuk memposisikan Intake Valve Compressor agar selalu terbuka (pada tipe compressor dengan double cylinder head), sehingga saat piston compressor bergerak pada langkah compression, tidak bisa menghasilkan pressure angin melalui Exhaust valve. Dengan kata lain compressor diposisikan Unload (tidak terbebani).
102
Relay valve Relay umumnya dipasang berdekatan dengan Air tank, sehingga selalu tersedia standby pressure. Saat service brake atau retarder valve dioperasikan, pilot pressurenya hanya digunakan untuk menggerakkan piston relay valve dan membuka inlet valve, selanjutnya pressure air tank dialirkan ke ke masing-masing chamber brake, dengan demikian respon efek brake tidak mengalami keterlambatan.
Two way valve (double check valve) Didalam system angin, two way valve memiliki dua buah port input sedangkan port outputnya hanya satu, sehingga saat pada kedua sisi input terdapat pressure angin, maka pressure input yang lebih besarlah yang akan mengalir menuju ke sisi output, karena valve akan menutup jalur input pressure yang lebih kecil. Jadi pada prinsipnya two valve valve bekerja berdasarkan perbedaan pressure pada kedua sisi inputnya dan memilih salah satu dari kedua input pressure angin untuk menuju ke sisi outputnya. Chamber brake (Dump truck) Chamber brake terpasang diantara relay valve dan slack adjuster. Terdapat Air chamber dengan luas area penerimaan pressure yang besar dan Oil chamber chamber dengan luas area penerimaan pressure (A) yang relatif relatif lebih kecil. Sehingga saat pressure angin (P) menekan piston air chamber, gaya tekan (Force) yang timbul menjadi besar, yang kemudian digunakan untuk menghasilkan pressure oli yang relatif jauh lebih besar. Dengan demikian, pressure angin yang kecil dapat menghasilkan pressure oli yang besar. F angin = F oil ------> P angin x A angin = P oil x A oil -----> A angin > A oil, sehingga P oil > P angin Treadle (brake) valve Brake valve biasanya juga disebut foot brake valve karena dioperasikan dengan menginjak pedalnya. Pada dasarnya valve ini bertipe proportional valve, sehingga pressure angin outputnya dapat sesuai dengan sudut injakan pedal, dengan demikian efek brake sesuai yang diinginkan operator. Terdapat dua port inlet (tank) dan dua port outlet (relay valve), tetapi karena secara konstruksi dibagi menjadi dua bagian, yaitu Upper valve (portion) ( portion) dan Lower valve (portion), maka untuk setiap bagian hanya terdapat satu port inlet dan satu port outlet. Karena kedua sirkuit saling terpisah, terpisa h, sehingga tidak saling mempengaruhi, saat terjadi kerusakan pada salah satu sirkuit, dengan demikian sirkuit yang tidak mengalami kerusakan masih dapat berfungsi normal. Air compressor Air compressor dipasang pada front cover engine, sehingga saat engine hidup, crankshaft compressor langsung ikut berputar dan connecting rod merubah gerakan menjadi langkah naik-turun piston. Seperti mekanisme piston engine, compressor juga mempunyai dua buah valve yaitu, Inlet dan Exhaust valve, tetapi pergerakan membuka dan menutup valve hanya berdasarkan pressure atau kevakuman yang disebabkan oleh langkah piston. Port Inlet valve dihubungkan dengan Intake manifold, sehingga suplai s uplai angin sudah bersih, sedangkan port Exhaust valve dihubungkan dengan Wet tank. Pada saat piston bergerak turun dari TDC ke BDC, maka Inlet valve terbuka dan Exhaust valve tertutup karena kevakuman, sehingga udara dapat masuk ke compression chamber. Sedangkan saat piston bergerak naik dari BDC ke TDC, Inlet valve tertutup dan Exhaust valve terbuka dari pressure yang dihasilkan, sehingga pressure angin dapat mensuplai ke system (wet tank). Pada bagian atas Inlet valve dipasang Unloader valve yang berfungsi untuk menekan Inlet valve agar selalu terbuka, pada saat Cut-out pressure tercapai (lihat cara kerja Unload valve).
Air tank Sebagai tempat penampung pressure angin yang dihasilkan oleh Air Compressor. Didalam system unit, terdapat beberapa jenis Air tank sesuai dengan fungsi masing masing : Wet tank : Sesuai dengan namanya, tank ini berfungsi penampung awal angin yang dihasilkan compressor dan akan mengendapkan kandungan uap air dalam angin dengan cara kondensasi (pendinginan), (p endinginan), sehingga berubah menjadi air, yang dapat dibuang melalui manual drain dr ain valve atau dengan d engan automatic drain valve. Pada wet tank juga dipasang safety valve yang berfungsi mencegah terjadinya kenaikan pressure abnormal dalam sirkuit. Dry tank : Pressure angin dari Wet tank setelah melalui check valve akan masuk ke dalam dry tank, untuk kemudian kemu dian digunakan sebagai main pressure angin dalam sistem. Pada dry tank juga dipasang manual drain valve untuk membuang endapan air. Pilot air tank : Sebagian pressure angin dari Wet tank masuk ke pilot air tank melalui sebuah check valve. Pressure angin dalam Pilot Air tank digunakan sebagai input pressure untuk solenoid valve dalam system dan juga input pressure untuk retarder valve. Pada Pilot Air tank juga dipasang manual drain valve untuk membuang membuang endapan air.
103
Drain valve Pada dasarnya drain valve berfungsi untuk membuang endapan air atau kotoran dari dalam tank, sehingga angin dalam system lebih bersih dan kering. Terdapat manual drain valve, yang dioperasikan dengan cara ditarik untuk membuang endapan kotoran dalam tank, sedangkan Automatic drain valve (optional) akan bekerja secara otomatis untuk membuang membuang endapan kotoran berdasarkan perbedaan pressure dalam kedua chamber valve. Safety valve Dipasang pada Wet tank dan berfungsi untuk mencegah terjadinya kenaikan pressure tinggi yang abnormal saat terjadi kerusakan pada Air governor ataupun Unloader valve, sehingga Air compressor selalu bekerja untuk mensuplai pressure angin ke dalam system. Jika pressure angin dalam Wet tank mencapai + 9.5 kg/cm2, maka safety valve akan bekerja untuk membebaskan pressure angin ke udara luar . Unloader valve Dipasang dibagian atas Intake valve Air compressor, dan akan menekan Inlet valve agar selalu terbuka saat Air governor bekerja (pressure Cut-out), dan mengalirkan pilot pressure ke Unloader valve sehingga compressor tidak bisa menghasilkan pressure angin ke dalam system (Unload position). Two Way Relay Valve Suatu relay valve yang mempunyai mempunyai port supply yang dihubungkan dengan Air tank, tank, port delivery dihubungkan dengan spring brake chamber, serta port control dari brake valve atau hand control valve setelah melalui two way valve. Valve ini berfungsi untuk mengalirkan preesure angin menuju spring brake chamber sesuai dengan posisi brake valve atau hand control valve. Quick Release Valve Valve yang mempunyai satu port inlet dari service brake atau retarder brake, dengan 2 buah port outlet yang dihubungkan menuju kedua relay valve (kanan & kiri) dan port drain. Valve ini dipasang berdekatan dengan kedua relay valve, yang berfungsi untuk mempersingkat waktu release, karena saat service brake atau retarder dioperasikan, akan terjadi keterlambatan saat release r elease jika pembuangan (pembebasan) pressure dilakukan pada service brake valve atau retarder valve. : e m
u s e R
Mechanical Slack adjuster (light truck) Suatu komponen yang dipasang pada brake br ake cam shaft dengan menggunakan spline, dan dihubungkan di hubungkan dengan rod chamber brake, sehingga berfungsi meneruskan dan merubah pergerakkan maju mundur rod chamber brake menjadi gerakan putar cam shaft. Disamping itu juga terdapat bolt adjuster (pada system manual) yang digunakan untuk adjustment brake shoe clearance (kerengggangan), sedangkan pada automatic type, adjustment tidak perlu dilakukan, karena secara otomatis, clearancenya selalu dipertahankan. Hydraulic Automatic slack adjuster (Dumptruck) Suatu komponen yang biasanya terletak diatas differential (axle) housing dan didalam system brake dipasang antara brake valve atau retarder valve dengan brake piston chamber. Slack adjuster berfungsi untuk mengatur agar keterlambatan waktu (time lag) l ag) selalu konstan, dengan demikian clearance brake piston dan brake clutch selalu dapat dipertahankan dipertahankan sesuai standart saat terjadi keausan pada disc plate. Parking Brake Suatu system brake yang digunakan hanya pada saat unit parkir, sehingga tidak terjadi pergerakan unit yang tidak diharapkan. Quick Coupler Hose (light truck) Quick coupler terdiri dari sepasang s epasang Male dan Female coupler, pemasangan keduanya relative mudah dan simple, digunakan untuk menyambung dan menghubungkan pressure angin misalnya dari prime-over menuju trailer.
104
Air Pressure Gauge Berupa gauge dengan pointer jarum dan digunakan untuk mengukur pressure angin dalam system, pada p ada latar belakang skala angkanya dibagi menjadi beberapa warna berbeda untuk mempermudah pembacaan dan range pressurenya : low, normal/operasi dan over
Service Brake Chamber (light truck) Brake chamber yang menerima pressure angin dari relay valve saat pedal brake diinjak, sehingga saat pressure angin bekerja pada diaphramnya, diaphramnya, rod brake chamber akan bergerak bergerak keluar dan menekan slack adjuster untuk mengaktifkan brake. Shoe Brake (light truck) Shoe brake sebagai tempat kedudukan lining brake, sepasang shoe brake dipasang didalam drum brake. Salah satu ujung shoe brake dipasang pada axle housing menggunakan pin, sedangkan ujung shoe lainnya mempunyai roller yang duduk pada cam brake shaft. Cam Brake (light truck) Cam brake shaft mempunyai cam berbentuk S atau Z sebagai kedudukan 2 buah roller brake shoe pada bidang cekungnya, sedangkan sedangkan sisi luar cam brake shaft dihubungkan spline dengan slack adjuster-chamber brake, sehingga saat brake dioperasikan, dioperasikan, putaran cam brake shaft akan menggerakkan menggerakkan roller brake shoe ke bidang cembung sehingga brake brake shoe mengembang dan menekan drum brake. Drum Brake (light truck) Wheel hub juga sebagai drum brake dan pada bagian dalamnya mempunyai bidang kontak dengan lining brake, sehingga pada saat brake diaktifkan, diaktifkan, lining brake akan menekan drum brake sehingga timbul friction force untuk mengurangi atau menghentikan putaran wheel hub Trailler Brake Valve Hand control valve merupakan proportional valve yang dioperasikan dengan tangan, dan saat lever ditarik, pressure angin output yang sesuai dengan langkah lever akan dikirimkan menuju trailer brake brake relay valve untuk mengaktifkan trailer brake. Synchro Valve (light truck) Suatu valve yang mempunyai supply port yang dihubungkan dengan Air tank, delivery port yang dihubungkan dengan emergency relay valve, serta control port yang berasal dari hand control valve. Valve ini dipasang pada Prime-over yang berfungsi untuk mempertahankan minimal pressure pada circuit emergency sebesar 2.8 kg/cm2, pada saat terjadi kebocoran pada jalur circuit antara synchro s ynchro valve dengan emergency relay valve, sehingga emergency brake tetap dipertahankan (semi) release, untuk mencegah efek brake secara mendadak
Dual Brake System System brake dimana pembagian effect brake pada roda diatur oleh upper portion dan lower portion (treadle valve) untuk mendapatkan effect braking yang merata dan memperhatikan factor safety saat terjadi kebocoran pada salah satu system, misal upper valve melayani front rear axle, sedangkan lower portion akan melayani front axle dan rear rear axle, antara kedua sirkuit terpisah dan tidak saling mempengaruhi. Sehingga saat terjadi kerusakan atau kebocoran pada salah satu system, braking masih dapat dilakukan meskipun effect brakingnya berkurang. Emergency brake system (line) System brake yang akan bekerja secara s ecara otomatis untuk mengaktifkan brake saat terjadi penurunan pressure pada sisi intake wet tank (misal : kerusakan pada Air Air compressor). Emergency brake dapat juga diaktifkan secara manual. Chamber Brake (Light truck) Chamber brake yang mempunyai dua buah chamber, satu untuk service brake dan satunya untuk spring brake emergency. Saat unit jalan normal, pressure akan dialirkan menuju spring brake untuk merelease merelease spring, sehingga saat pressure dihilangkan, emergency spring brake akan bekerja. Saat spring brake posisi release, besar effect brake yang didapat sesuai dengan sudut injakan pedal brake. Service brake system (line) System brake yang akan bekerja mengaktifkan brake saat foot brake pedal diinjak. Double acting type of Shoes (Light truck) Type ini digunakan pada unit class medium dan large, yang menggunakan dua buah piston yang posisinya bertolak belakang, sehingga saat pressure dialirkan dialirkan ke dua sisi bottom, rod akan bergerak extend extend untuk menggerakkan brake shoe menekan drum untuk menghasilkan braking force yang lebih besar.
105
Single acting type of Shoes (Light truck) Type ini digunakan pada unit class small, dan hanya menggunakan satu buah piston, sehingga saat pressure dialirkan ke sisi bottom, rod akan bergerak extend untuk menggerakkan brake shoe s hoe menekan drum untuk menghasilkan braking force yang lebih kecil Duo Servo type (Light truck) Digunakan untuk parking brake pada unit class medium dan large, menggunakan sebuah fixed cylinder dan sebuah piston double acting, kedua brake shoe dihubungkan pada bagian bawahnya menggunakan adjuster, sehingga tetap menimbulkan braking effect meskipun saat posisi mundur Braking effect distance Diukur dari titik pada saat foot brake pedal atau retarder brake valve dioperasikan sampai titik dimana unit berhenti (dalam satuan meter). Kecepatan Kecepatan travel unit sekitar 32 km/h, pada permukaan permukaan jalan yang lurus, datar, rata dan pressure angin mencapai + 8 kg/cm2. Pengukuran braking effect distance dista nce bertujuan untuk mengukur jarak actual effect brake, sehingga kemampuan total brake dapat diketahui. Braking capacity Kemampuan parking diukur pada kondisi unit bermuatan ber muatan (standart) setelah dilakukan adjustment adj ustment clearance, saat unit diparkir pada kemiringan minimal 8,6o (grade min.15%) tidak terjadi pergerakan yang tidak diinginkan. Brake loose Braking effect distance terlalu jauh yang disebabkan antara low pressure, wear out, dsb Parking Brake clearance Celah kerenggangan antara disc dengan parking brake pads atau parking brake drum dengan lining. Wear indicator at Slack adjuster (Light truck) Sebagai tanda untuk mengetahui tingkat keausan lining brake. : e m
u s e R
Bleeding air from the Brake (dump truck) Tindakan yang dilakukan untuk membuang angin yang terjebak terj ebak didalam oil brake system, sehingga brake dapat bekerja normal. Push rod stroke chamber (Light truck) Panjang langkah push rod saat brake diaktifkan yang dipengaruhi oleh, tingkat keausan lining, Air pressure dan adjustment slack adjuster. Mechanical releasing of Spring Brake (Light truck) Suatu cara yang dilakukan untuk merelease spring brake secara manual, dengan cara memasukkan jack (releasing) bolt kedalam piston dan mengencangkan lock nut untuk menarik piston keluar mengalahkan tension spring brake. Oversize lining (Light truck) Lining brake yang ketebalannya melebihi standart dan digunakan pada drum yang sudah undersize, sehingga braking force dapat dipertahankan. Cut-In pressure Batas minimal pressure angin dalam system (wet tank), saat pressure turun sampai setting pressure Cut-In + 7.0 kg/cm2, maka Air governor menutup pilot pressure yang menuju ke port unloader valve dan justru menghubungkan port unloader valve dengan udara luar, sehingga Inlet valve dibebaskan dan dapat bekerja normal, dengan demikian Air Compressor dapat kembali menghasilkan pressure angin ke dalam system (Wet tank).
106
Cut-Out pressure Batas maksimal pressure angin dalam system (wet tank), saat pressure pres sure naik mencapai setting pressure CutOut + 8.3 kg/cm2, maka Air governor membuka valve dan mengalirkan pilot pressure menuju ke port unloader valve dan menutup port exhaust, sehingga se hingga Inlet valve compressor ditekan agar selalu terbuka, dengan demikian Air Compressor tidak dapat bekerja untuk menghasilkan pressure angin ke dalam system
(Wet tank). Starting speed test (dump truck) Pengetestan kemampuan brake yang dilakukan dengan cara mengukur rpm engine pada saat unit mulai bergerak dengan kondisi brake dioperasikan dan dan transmission pada speed F2. Constant time lag (dump truck) Waktu yang diperlukan untuk merapatkan brake clutch (disc-plate) selalu tetap, karena adanya fungsi automatic adjuster untuk mempertahankan free clearance dengan menambahkan quantity oli kedalam piston chamber sehingga stroke piston tetap konstan saat terjadi keausan pada brake br ake clutch, dengan demikian tidak terjadi keterlambatan braking force. Hydro-pneumatic brake system (dump truck) System brake yang menggunakan pressure angin yang relative kecil sebagai control/pilot pressure untuk menghasilkan pressure oli yang besar dan digunakan untuk mengaktifkan brake. Brake line failure (dump truck) Penurunan brake operating pressure yang antara lain dapat disebabkan : - Ada angin yang terjebak dalam brake oil system (karena bleeding tidak sempurna) - Terjadi kebocoran pada chamber brake atau brake piston - Atau terjadi keausan pada brake clutch (brake line failure hanya sesaat terjadinya) Free length of spring Panjang spring saat terlepas dari komponen dan tidak terbebani. Installed length of spring Panjang spring saat terpasang pada komponen, atau panjang spring saat pengukuran dilakukan dengan memberikan beban tertentu. Installed load of spring Beban tertentu yang diberikan kepada spring, untuk mengetahui kemampuan elastisitas spring saat pengukuran Installed length of spring.
Brake actuating pressure (dump truck) Pressure oil brake yang dihasilkan chamber brake yang digunakan untuk menekan brake piston pi ston dan mengengagedkan brake clutch sehingga timbul braking force. Front brake cut-off (dump truck) Suatu system yang dioperasikan secara manual dengan memposisikan Front brake cut-off switch ON, untuk menCancel front brake agar tidak bekerja saat service brake pedal diinjak. Dengan tujuan agar operator berkonsentrasi pada steering wheel, tidak perlu menarik retarder lever untuk mengaktifkan rear brake, brake, tetapi dengan menginjak service brake, pada saat unit beroperasi di permukaan jalan yang licin. Drop In Pressure (dump truck) Besar penurunan brake operating operating pressure, pada saat brake dioperasikan selama waktu waktu tertentu (5 menit), sebagai indikasi kemampuan brake saat digunakan secara terus menerus, misal saat unit beroperasi pada jalan turunan yang panjang. Air drier Visual check Measurement
: Crack, scratch, thread condition : Spring performance
Air governor Visual check Measurement
: Crack, scratch, thread condition : Spring performance
Unloader valve Visual check : Crack, thread condition Measurement : Sprin Spring g performance
107
Relay valve (with emergency valve) Visual check : Crack, scratch, thread condition Measurement : Spring Spring performance Retarder valve (trailer brake valve) Visual check : Crack, scratch, thread condition Measurement : Spring Spring performance Chamber brake (with brake failure line sensor) sensor) Visual check : Crack, scratch, thread condition Manual check : Spring performance Air compressor Visual check : Crack, scratch, thread condition Measurement : Cylindricity & roundness Liner, roundness crankshaft, diameter pin con rod Pin seat conrod, etc Relay valve Visual check Measurement
: Crack, scratch, thread condition : Sprin Spring g performance
Parking/ Emergency control valve (dump truck) Visual check : Crack, scratch, thread condition Treadle / brake valve Visual check : Crack, scratch, thread condition Measurement : Spring Spring performance Ratio valve (for front brake) (dump truck) Visual check : Crack, thread condition Measurement : Spring Spring performance : e m
u s e R
Quick release valve Visual check : Crack, thread condition Diposkan oleh admin di 05.41 di 05.41 Tidak Tidak ada komentar: Link ke posting ini Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan Faceboo kBagikan ke Pinterest
Jumat, 21 September 2012
AUTO LUBRICATING Grease Pump Vogel product Type yang digunakan adalah radial piston (element) pump – pump – rotating rotating cam, dimana camshaft diputar oleh electric motor 24 V DC. Pada housing terdapat satu port Inlet dan 3 port Outlet, setiap port oulet memiliki sebuah element pump. Element pump mempunyai delivery rate yang berbeda, sehingga dapat diganti sesuai kebutuhan lubricating pointnya. Delivery rate ditentukan oleh jumlah groove pada kepala bolt (wrench contact face), dimana semakin se makin sedikit jumlah groove, maka delivery ratenya semakin besar, seperti table dibawah : Intake stroke Pump element diputar oleh cam (1), saat intake stroke, tension spring (3) akan menekan balik delivery piston (2), sehingga port inlet terbuka. Sedangkan Sedangkan check valve (4) tertutup karena kekuatan kekuatan tension springnya. Dengan demikian, grease dapat masuk kedalam k edalam chamber pump element melalui kedua port inlet. 108
Pressure stroke Saat pressure stroke, cam (1) akan menekan dan menggerakkan delivery piston (3) ke kiri searah tanda panah, sehingga menutup kedua kedua port inlet dan grease pada chamber element element pump membuka check valve (4). Dengan demikian delivery piston (2) akan menyuplai sejumlah grease yang sesuai menuju jalur lubrication system.
Lincoln Product Type yang pada Centromatic lubicating system digunakan adalah Reciprocating Cylinder and Pump, Air operated pump atau Hydraulic operated pump. Reciprocation solenoid bekerja ON-OFF untuk mengalirkan pressure oli atau angin kesisi head dan bottom secara bergantian, sehingga reciprocating piston cylinder akan menghasilkan gerakan naik-turun, yang selanjutnya digunakan menggerakkan rod piston grease pump naik-turun untuk menghisap grease dari reservoir dan memompakannya menuju injector. Injector Injector digunakan pada Centromatic lubicating system Lincoln product, p roduct, satu injector digunakan untuk setiap point lubricating, dan banyaknya flow grease pada setiap point lubricating dapat d apat diatur dengan adjustment screw (1), sehingga didapatkan efek pelumasan yang sesuai. Jika terjadi kerusakan pada pump, manual greasing dapat dilakukan melalui grease fitting (7), dan juga dapat mengetahui kenormalan kerja injector, dengan memperhatikan gerakan naik-turun piston (plunger) (2) melalui lubang pada adjustment screw. Lubrication pause phase Pressure build-up and lubrication phase Completion of lubrication phase Pressure relief phase Vent Valve Vent valve digunakan pada Centromatic lubicating system Lincoln product, dalam system dipasang diantara grease pumpJika danpressure injector,grease dan bekerja pilot pressure atauswitch oli, tergantung system digunakan. sudah berdasarkan mencapai + 2500 psi, makaangin pressure menjadi ON, danyang arus yang menuju Solenoid akan dihilangkan, sehingga sirkuit pump tidak mendapat suplai pressure (oli atau angin), akibatnya pilot pressure yang menekan vent valve juga turun. Sehingga vent valve menjadi terbuka dan menghubungkan output grease pump dengan reservoir dan pressurenya turun sampai 0, 0 , dengan demikian proses pengisian grease grease berikutnya (gb.4) dapat terulang. terulang. (lihat sirkuit berikut) berikut)
Pressure Switch Pressure switch dipasang pada Centromatic Centro matic lubicating system Lincoln product, kedua terminalnya ter minalnya akan berhubungan (Closed) saat grease pressure mencapai mencapai 2500 psi dan mengaktifkan relay, untuk memutus memutus arus yang menuju solenoid. Akibatnya grease pump tidak bekerja seperti penjelasan pada penjelasan diatas .no.3 Vent valve. Controller Timer Vogel Product & Lincoln Product menggunakan controller timer pada automatic lubricating system untuk mengatur lama waktu injeksi (pump running- contact) dan selang waktu antar injeksi (monitoring intervali nterval pause), sehingga didapatkan lubricating effect yang efektif dan effesien. Vogel circuit electric diagram u = ignition interruption ts = contact time tp = interval time 30 = battery + / vehicle network 15 = operating voltage + / after ignition “ON” “ON” 31 = operating voltage – voltage – DK/MK = pushbutton / intermediate lubrication or pulse-counter input PS/CS = pressure switch / cycle switch M = pump motor SL = indicator light Z = ignition lock F = 5 A fuse Automatic Lube Suatu system pelumasan yang digunakan untuk menyuplai grease ke semua komponen yang saling berhubungan sesuai dengan jumlah lubricating lubricating yang diperlukan, dengan interval interval waktu yang diatur secara otomatis. Proses greasing dilakukan pada saat unit operasi sehingga menurunkan waktu yang diperlukan untuk maintenance unit.
109
Lube Penetration Kemampuan grease untuk masuk kedalam celah kerenggangan antara dua komponen yang bersinggungan untuk melumasi bidang kontaknya, sehingga tidak terjadi keausan. Agar grease dapat melakukan penetrasi dengan baik, pemakaian jenis grease disesuaikan dengan kebutuhan berdasarkan grade penetration, dan operating pressure tertentu. Operating Pressure Pressure maksimal dalam system lubricating grease pada saat system bekerja dan diatur secara otomatis dengan pemasangan limit pressure switch yang akan ON saat tercapai setting pressureuntuk menghentikan kerja pump. Sedangkan saat terjadi keabnormalan system, sehingga pump selalu bekerja, maka relief (safety) valve akan membebaskan pressure abnormal. TOOL Multitester Alat yang digunakan untuk mengukur tegangan (Voltage), arus ar us (Ampere), hambatan (Ohm) pada electrical system. Pressure Gauge Alat yang digunakan untuk mengukur pressure oli dalam system steering dan hydraulic. Satuan : kg/cm2, Mpa Injector Leakage Visual check : Jika terjadi kebocoran, lakukan reseal dengan seal kit standart. Vent VisualValve checkLeakage : Jika terjadi kebocoran, lakukan reseal dengan seal kit standart. Injector Stroke Visual check : Jika plunger atau piston dapat bergerak naik-turun saat proses lubricating, l ubricating, berarti injector bekerja normal. : e m
u s e R
Lube Maksimum Pressure Pasang T-adapter pada port outlet block devider atau injector, kemudian sambungkan dengan pressure gauge grease. Jika pressure besar, kemungkinan terjadi kebuntuan pada jalur grease, sehingga perlu dilakukan pengecheckan secara secara manual untuk memastikan lokasi atau penyebab kebuntuan. kebuntuan. Grease Pump Operating Pressure Operating pressure untuk grease dapat dilihat pada pressure gauge yang terpasang pada system, sedangkan jika ingin memastikan operating pressurenya normal, normal, dapat dipasang T adapter kemudian disambungkan disambungkan dengan pressure gauge grease. Ukur pressurenya saat system sedang aktif melakukan injection cycle. Operating pressure maksimal ditentukan oleh limit pressure switch sebagai pengatur kerja pump solenoid. Bleeding & By-pass Test -Isi lube reservoir dengan grease, jika diperlukan -Buka semua plug dan connector port output pada injector manifold (devider block) -Aktikankan grease pump sampai grease mengalir keluar melalui salah satu plug atau connector, kemudian kencangkan satu persatu. -Ulangi langah diatas 3 kali sampai semua jalur grease terisi dan kencangkan kembali semua plug dan connector.
110
Injector Injector dapat diadjust kemampuan menyalurkan grease sebanyak 0.13 cc sampai 1.31 cc untuk setiap injection cycle dan ditentukan oleh panjang langkah piston injector yang dapat diatur dengan adjusting adj usting screw pada bagian atas housing. -Putar adjusting screw berlawanan arah jarum jam untuk memperbesar delivery quantity -Putar adjusting screw searah jarum jam untuk mengurangi delivery quantity (grease) Saat tidak terdapat pressure dalam injector, delivery quantity injector maksimum dapat diperoleh dengan memutar adjusting screw berlawanan adusting screw sampai plunger menyentuh adjusting screw. Pada
kondisi delivery quantity maksimum tersebut, thread (ulir) pada adjusting screw sepanjang sekitar 9.7 mm. Jika melebihi kemungkinan akan lepas. Diposkan oleh admin di 19.52 di 19.52 Tidak Tidak ada komentar: Link ke posting ini Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan Faceboo kBagikan ke Pinterest
Rabu, 19 September 2012
AXLE DAN BRAKE Double Reduction Suatu mekanisme hubungan gear (planetary gear system atau spur gear atau gabungan keduanya) yang bertujuan untuk mengurangi jumlah jumlah putaran pada shaft outputnya dengan dua tingkat perbandingan. Planetary Reduction Suatu mekanisme yang terpasang pada final drive dan terdiri dari sun gear, ring gear dan planetary pinion yang duduk pada planetary carrier. Sun gear dihubungkan dengan axle shaft sebagai input i nput putaran, sedangkan sebagai output putaran adalah planetary carrier yang dihubungkan dengan wheel hub, sehingga mekanisme ini akan untuk mereduksi putaran. Splashing System (Splash type lubrication) Pelumasan gear dan bearing dengan memanfaatkan putaran gear atau outer race bearing, sehingga bagian teeth gear atau bearing bearing yang terendam oli akan membawa dan memercikkan memercikkan oli ke komponen dibagian atas yang memerlukan pelumasan. Long Life Lubricated System pelumasan yang biasanya digunakan pada bearing, dimana d imana tidak dilakukan penggantian atau penambahan grease secara periodic, sehingga sehingga grease yang digunakan harus mempunyai mempunyai kwalitas yang baik dan untuk mencegah terjadinya kebocoran grease, pada kedua sisi bearing dipasang seal. Tread (of unit) Jarak antara garis tengah roda kanan dengan roda kiri, saat dilihat dari depan atau belakang.
Ground Clearance Jarak antara bagian terendah chasis unit (pada dump truck, bagian terendah adalah ujung dump body saat posisi kick out (full dumping)) dengan permukaan tanah, tanah, sebagai indikasi batas ketidakrataan permukaan permukaan jalan yang dilalui. Rotating torque Metode yang dilakukan untuk mendapatkan clearance cone bearing yang terpasang pada final drive yang ukurannya besar atau pada bevel gear diffrential sedangkan bevel pinion sudah terpasang. Toe In & Toe Out Perbedaan jarak antara garis tengah roda kanan dengan roda kiri, diukur pada bagian depan dan bagian belakang, saat dilihat dari atas Tooth Contact Bidang singgung antara dua buah teeth gear yang saling berhubungan. Backlash Celah atau kerengangan antara dua buah teeth gear yang saling berhubungan. Preload Beban awal yang sengaja diberikan pada komponen yang menggunakan sepasang tapper (cone) bearing untuk menentukan clearance antara inner dan outer race bearingnya. Toe contact Jika bevel pinion terlalu jauh dari bevel gear, maka contact yang terjadi hanya pada sebagian permukaan bevel gear yaitu cenderung terkena di bagian sisi luar permukaan bevel gear. gear. Heel contact
111
Terjadi apabila pinion terlalu masuk, maka contact yang terjadi hanya pada sebagian permukaan bevel gear, yaitu cenderung terkena pada sisi bagian dalam bevel gear. Spiral bevel gear Type bevel gear ini dipakai untuk jenis putaran tinggi dan beban besa, sehingga gigi-giginya dibuat miring yang memungkinkan terjadinya perpindahan torque yang besar. Hypoid bevel gear Untuk type ini, konstruksinya hampir sama dengan type spiral hanya saja pinionnya dibuat lebih besar. Sehingga memungkinkan terjadinya putaran yang lebih tinggi, karena posisi pinion lebih rendah dari garis tengah bevel gear. Differential lock (interwheel) Suatu mekanisme (shift fork) yang dipasang pada differential untuk menghubungkan salah satu shaft axle dengan differential case, sehingga kontak gear set differential tidak dapat berubah, akibatnya kedua shaft axle akan berputar searah dengan torque yang sama besar, dan tidak terpengaruhi oleh perbedaan beban pada kedua sisi roda. Straight / Plain bevel gear Type bevel gear ini giginya dibuat lurus dan dipakai hanya untuk mesin-mesin industri. i ndustri. Non spin diffrential Suatu tipe differential yang akan berfungsi sebagai differential apabila perbedaan beban pada kedua sisi roda sudah cukup besar, untuk menyesuaikan putaran roda dengan beban pada masing-masing sisi. Bending Kebengkokan suatu shaft terhadap garis tengahnya, yang disebabkan di sebabkan tidak meratanya beban terhadap tumpuan shaft, atau adanya beban abnormal yang berlebihan. : e m
u s e R
Thickness Ketebalan suatu komponen yang mempunyai kontak bidang datar sehingga mengalami keausan karena gesekan, misal disc-plate, spacer. Dish of plate Jenis kerusakan pada plate yang berupa perubahan bentuk permukaan plate, dimana sisi diameter d iameter dalam tidak merata dengan sisi diameter luarnya, sehingga terbentuk cekungan (cembungan) pada bagian diameter dalamnya. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan straight edge yang diletakkan melintang diatas plate, sehingga akan diketahui diketahui perbedaan celah antara bagian diameter diameter dalam dengan diameter luarnya. luarnya. Warp of Disc Jenis kerusakan pada disc yang berupa melengkungnya permukaan disc secara keseluruhan, sehingga permukaannya tampak bergelombang. bergelombang. Pengukuran dilakukan dengan meletakkan meletakkan disc pada surface block (meja perata) dan disisipkan filler gauge diantara disc dengan surface blok pada bagian diameter luar dan dalamnya, sambil memutar disc perlahan, Jika disc melengkung maka celahnya tidak merata. Press fit Suaian sesak pada saat pemasangan satu part kedalam part lainnnya. Shrinking Fit Metode pemasangan Press fit, dengan cara menyusutkan atau memuaikan part. Sliding Fit Suaian yang digunakan untuk pemasangan komponen agar bisa bergerak (berputar atau bergeser) didalam komponen lainnya.(misal pin dengan bushing [berputar], spool control valve dengan housingnya [bergeser].
112
Interference Jarak masuknya shaft ke dalam hole (lubang) pada suaian sesak. contoh antara Cylinder Liner dengan Cylinder Block. Gear ratio
Hasil dari pembagian (perbandingan) jumlah teeth gear driven dengan jumlah teeth gear drive. Coating material Bahan (liquid) yang dioleskan pada permukaan p ermukaan komponen sebagai pelapis untuk mencegah kebocoran, perekat, anti karat, dsb, (Adhessive, gasket sealant, sealant, lubricant, grease) contoh : Loctite, dsb. Chipping Kerusakan yang terjadi pada permukaan komponen yang disebabkan dis ebabkan benturan sehingga rompal. Scratch Kerusakan pada permukaan komponen berupa baret atau goresan yang biasanya memanjang yang disebabkan gesekan yang berlebihan atau ada material asing yang terjepit diantara dua komponen yang bergerak. Discoloration Perubahan warna yang terjadi pada komponen yang disebabkan overheat o verheat dan overload. Torque squence Urutan pengencangan bolt atau nut dengan cara saling menyilang agar mendapatkan kerapatan yang merata. Three/four hollows of carrier final drive Jumlah planetary pinion atau shaftnya pada planetary carrier. Standard size Ukuran akhir dari suatu komponen yang masih baru atau yang sudah direpair Repair limit Batas ukuran dari suatu komponen yang mengalami perubahan ukuran karena keausan, jika telah mencapai repair limit, maka komponen harus diganti agar komponen masih dapat direpair. Tolerance Batas penyimpangan atau perbedaan ukuran yang diijinkan dari ukuran yang direncanakan, dan tolerance dituliskan berupa angka kecil dibelakang angka Nominal
Standard clearance Celah bebas atau kerenggangan antara dua komponen, sesuai dengan besar tolerancenya, sehinga nilai standard clearance bervariasi dalam range minimal dan maksimal. Multiple disc brake Suatu komponen yang dipasang pada housing final drive yang berupa susunan beberapa disc-plate. Disc yang mempunyai inner spline dihubungkan dengan inner hub yang ikut berputar bersama wheel hub, sedangkan plate yang mempunyai outer spline dihubungkan dengan outer hub yang dipasang fix terhadap axle housing, Sehingga saat pressure oli bekerja menekan piston brake akan mengengagedkan disc dan plate, akibatnya timbul gaya gaya gesek (friction force) pada keduanya yang digunakan digunakan untuk mengurangi atau menghentikan putaran wheel hub. Shim Shim dengan ketebalan yang berbeda beda yang dipasang antara a ntara spacer dengan ujung axle housing, dan digunakan untuk mengadjust clearance tapper bearing wheel hub. Untuk menentukan ketebalan shim dilakukan dengan rotating torque. Bearing Suatu part yang terdiri dari inner dan outer race, dan diantara keduanya terdapat sejumlah roller. Didalam final drive, inner bearing dipasang pada shaft, sedangkan outer bearing dipasang pada wheel hub atau planetary gear, pada penggunaanya penggunaanya dipasang secara berpasangan berpasangan dan bertolak belakang, sehingga bearing bearing berfungsi sebagai tumpuan gerak putar putar komponen. Floating Seal Seal yang mempunyai konstruksi terdiri dari dua buah o-ring dan dua buah ring baja yang saling bergesekan pada bidang kontak ring yang rata, sehingga mempunyai daya sekat sekat yang kuat dan mampu mencegah
113
kotoran tanah masuk kedalam brake clutch case dan tentu saja juga mencegah kebocoran oli brake coling (large floating seal). Sedangkan small floating seal berfungsi untuk membatasi final drive case dengan brake clutch case, sehingga oli final final drive tidak bercampur dengan oli brake cooling. cooling. Dust Seal Seal yang dipasang pada retainer housing brake clutch yang berfungsi untuk u ntuk mencegah kotoran atau tanah dapat masuk dan merusak large floating seal. Nut & Bolt Suatu part yang mempunyai ulir dan berfungsi untuk mengikat dan menyatukan dua komponen menjadi satu kesatuan. Planetary Carrier Bagian dari system planetary gear, sebagai dudukan planetary pinion dan diikat dengan bolt terhadap wheel hub final drive, sehingga berfungsi meneruskan putaran ke roda. Sun Gear Bagian dari system planetary gear, yang terletak dibagian tengah gear set dan berfungsi sebagai input putaran yang menerima putaran putaran dari axle shaft. Sun gear berhubungan planetary planetary pinion. Ring Gear Bagian dari system planetary gear, yang terletak pada bagian paling luar gear set, s et, yang mempunyai kontak gear dengan planetary pinion , dan dihubungkan dengan spline terhadap axle housing, sehingga ring gear selalu diam, tidak bias berputar. Planetary pinion Bagian dari system planetary gear, yang duduk pada planetary carrier, sisi dalam planetary pinion mempunyai kontak gear dengan sun gear, dan sisi luarnya mempunyai kontak gear dengan ring gear. : e m
u s e R
Piston Suatu part yang dipasang dalam brake clutch housing, saat pressure oli dialirkan dan menekannya, maka piston akan mengengagedkan brake clutch (disc-plate), sehingga timbul friction force untuk mengurangi mengurangi atau menghentikan putaran wheel hub. Untuk mencegah kebocoran pressure oli, maka pada piston dipasang seal. Disc Suatu part berupa plat dan berbentuk lingkaran yang mempunyai sisi diameter luar dan dalam, pada sisi diameter dalamnya mempunyai spline, sebagai bidang pemasangan atau penghubung dengan inner hub (wheel hub), sehingga saat unit travel, disc akan selalu ikut i kut berputar.Pada permukaan bidang kontaknya dilapisi dengan friction material, sehingga mampu menimbulkan friction force. Plate Suatu part berupa plat dan berbentuk lingkaran yang mempunyai sisi diameter luar dan dalam, pada sisi diameter luarnya mempunyai spline, sebagai bidang pemasangan atau penghubung dengan outer hub (axle housing), sehingga plate tidak bisa berputar, meskipun saat unit travel. Axle Shaft Shaft panjang yang dipasang dalam axle housing, yang berfungsi meneruskan putaran dari side gear differential menuju final drive, sebagai sun gear (input putaran planetary gear system pada final drive)
114
Slack Adjuster Suatu komponen yang biasanya terletak diatas differential (axle) housing dan didalam system brake dipasang antara brake chamber dengan brake piston. Slack adjuster berfungsi untuk mengatur agar keterlambatan waktu (time lag) selalu konstan saat s aat brake bekerja, dengan cara mempertahankan clearance brake clutch agar selalu sesuai dengan dengan standart pada saat terjadi keausan pada disc plate (automatic (automatic adjuster). Brake Chamber Chamber brake terpasang diantara relay valve dan slack adjuster. Terdapat Air chamber dengan luas area penerimaan pressure yang besar dan Oil chamber chamber dengan luas area penerimaan penerimaan pressure yang relatif lebih
kecil. Sehingga saat pressure angin menekan piston air chamber, gaya tekan (Force) yang timbul menjadi besar, yang kemudian digunakan digunakan untuk menghasilkan pressure oli yang relatif jauh lebih besar. Dengan Dengan demikian, pressure angin yang kecil dapat menghasilkan pressure oli yang besar. Fair = Foil ------> Pangin x A angin = Poil x Aoil -----> Aangin > Aoil, sehingga Poil > Pangin Brake Relay Valve Relay dipasang berdekatan dengan Air tank, sehingga selalu tersedia standby pressure. Saat brake atau retarder valve dioperasikan, pilot pressurenya hanya digunakan untuk menggerakkan piston relay valve dan membuka inlet valve, selanjutnya pressure air tank dialirkan ke masing-masing chamber brake, dengan demikian respon efek brake tidak mengalami keterlambatan. Brake Valve (Treadle Valve) Brake valve biasanya juga disebut foot brake valve karena dioperasikan dengan menginjak pedalnya. Pada dasarnya valve ini bertipe proportional valve, sehingga pressure angin outputnya dapat sesuai dengan sudut injakan pedal, dengan demikian efek brake sesuai yang diinginkan operator. Terdapat dua port inlet (tank) dan dua port outlet (relay valve), tetapi karena secara konstruk si dibagi menjadi dua bagian, yaitu Upper valve (portion) ( portion) dan Lower valve (portion), maka untuk setiap bagian hanya terdapat satu port inlet dan satu port outlet. Karena kedua sirkuit saling terpisah, sehingga tidak saling mempengaruhi, saat terjadi kerusakan pada salah satu sirkuit, dengan demikian sirkuit yang tidak mengalami kerusakan masih dapat berfungsi normal. Adjusting nut differential Berbentuk ring yang mempunyai ulir luar dan dipasang dalam carrier differential dan bearing cap. Dikendorkan atau dikencangkan dengan menggunakan special key, untuk menekan cone bearing saat saa t mengadjust preload, backlash dan tooth contact bevel pinion dan bevel gear. Pinion Gear Terdiri dari 4 buah gear yang duduk pada spider shaft didalam differential case, kedua sisi sis i pinion gear kontak dengan teeth side gear, sehingga saat spider berputar pinion gear akan meneruskan putaran ke shaft axel melalui side gear.
Bearing cap Bearing cap dipasang dan diikat dengan bolt pada carrier diffrential, sebagai tempat kedudukan cone bearing dan adjusting nut. Side gear Dua buah side gear dipasang dalam differential case dan kontak dengan pinion gear, sehingga side gear berfungsi untuk meneruskan ouput putaran putaran differential ke dua sisi roda melalui axle shaft. Bevel pinion Bevel pinon mempunyai teeth spiral dan berfungsi sebagai input shaft differential gear set dan kontak dengan bevel gear. Bevel gear Bevel gear diikat dengan bolt pada differential case, sehingga akan mereduksi dan merubah arah putaran dari bevel pinion (dari vertikal menjadi horizontal). Differential carrier Sebgai kedudukan differential gear set Adjusting washer Washer dengan ketebalan berbeda-beda yang dipasang pada bevel pinion p inion untuk mengadjust preload. Shim Shim dengan ketebalan yang berbeda beda yang dipasang dip asang antara bearing cage (sleeve) bevel pinion dengan differential carrier untuk mengadjust tooth contact dan backlash. Side bearing Dua buah cone (tapper) bearing yang dipasang pada differential carrier sebagai tumpuan putaran differential gear set.
115
Pinion Shaft (spider) Shaft yang dipasang dalam differential case sebagai dudukan empat buah pinion gear. Thrust Washer Washer yang dipasang antara side gear dan pinion gear dengan differential case, material washer terbuat dari bahan yang lebih lunak, sehingga s ehingga mencegah terjadinya keausan pada side gear, pinion gear dan differential case. TOOL Push-pull scale Alat untuk mengukur pre-load, operating force dan dapat digunakan untuk adjustment belt tension. Satuan : kg Magnetic base Alat sebagai tempat kedudukan pemasangan dial gauge, agar tidak mudah bergeser atau bergerak, karena terdapat magnet dibagian bawahnya. Push tool Alat yang digunakan untuk memasang atau melepas komponen (misal : bearing, pin , dsb) dengan cara menekan komponen tsb. Puller Alat yang digunakan untuk memasang atau melepas komponen (misal : bearing, pin , dsb) dengan cara menarik komponen tsb. Convex scale Alat yang digunakan untuk mengukur panjang dan jarak. Satuan : cm, m : e m
u s e R
Torque wrench Alat yang digunakan untuk mengencangkan bolt atau nut sesuai dengan standart torquenya. Satuan : kgm, Nm, lbfeet Vernier caliper Alat yang digunakan untuk mengukur diameter luar, diameter dalam, panjang, ketebalan, kedalaman lubang pada suatu komponen. Satuan : mm (0.05), inchi (1/128) Dial gauge Alat yang digunakan untuk mengukur endplay, runout, faceout, backlash, protusion, diameter dalam (bore gauge). Satuan : 0.01 mm (untuk 0,001 pendekatan) Colour checker Cairan (liquid) yang disemprotkan pada permukaan komponen untuk mengetahui keretakan yang terjadi. Biasanya satu set terdiri dari 3 warna : transparan (cleaner), putih (penetran), merah. Lifting belt Sabuk yang digunakan untuk mengikat dan mengangkat komponen yang permukaannya halus, sehingga saat diangkat tidak merusak, menggores komponen. Satuan : kg, ton
116
Lifting chain Rantai yang digunakan untuk mengangkat komponen pada penggunaanya ujung rantai dipasang hock. Satuan : kg, ton Power wrench Alat untuk mengencangkan atau mengendorkan bolt atau nut yang memiliki torque besar, alat ini menggunakan prinsip reduksi putaran beberapa tingkat.
Satuan : kgm Outside micrometer Alat yang digunakan untuk mengukur diameter luar suatu komponen, dengan tingkat ketelitian 0,01 mm (untuk 0,001 pendekatan) Inside micrometer Alat yang digunakan untuk mengukur diameter dalam komponen, dengan tingkat ketelitian 0,01 mm (untuk 0,001 pendekatan) Oil leakage tester Alat yang digunakan untuk mengukur kebocoran oli dalam case final drive melalui floating seal. Filler gauge Alat yang digunakan untuk mengukur celah atau kerenggangan kontak dua komponen yang berhubungan, misal valve clearance, wrap of disc, dsb Thread gauge Alat yang digunakan untuk mengukur jenis ulir (withworth atau metric) yang meliputi, pitch. Final Drive Visual check:Oil leakage Manual check:Oil level, bolt tightening, unusual noise, excessive gram particle Axle VisualShaft check:Chipping, crack, discolour Manual check:Spline condition Measuring:Backlash spline, bending Planetary Pinion Visual check:Chipping, crack, discolour Measuring:backlash (kondisi gear set terpasang), Inside diameter bearing seat
Ring Gear Visual check:Chipping, crack Measuring:backlash (kondisi gear set terpasang) Wheel Hub Visual check:Crack Manual check:thread condition, O-ring groove Measuring:Inside diameter bearing seat Brake Clutch Assembly Manual check:Unusual noise when brake operated Measuring:Total wear brake clutch (use wear gauge) Disc / Plate Visual check:Chipping, crack, discolour Measuring:Thickness, wrap & dish, Backlash (Spline condition) Piston Visual check:Chipping, crack, discolour, scratch Manual check:Seal groove Adjusting Nut Visual check:Chipping, crack, scratch, discolour Manual check:Thread condition Measuring:Thickness of nut & pitch of thread (jika termasuk item measurement dalam maintenance maintenance standart dan Quality Assurance)
117
Pinion Gear Visual check:Chipping, crack, scratch, discolour Measuring:Inner diameter & backlash saat gear set kondisi terpasang . Bearing cap Visual check:Chipping, crack, scratch, discolour Manual check:Thread condition Measuring:Inner diameter saat terpasang & pitch of thread Side Gear Visual check:Chipping, crack, scratch, discolour Measuring:Inner diameter & backlash saat gear set kondisi terpasang Bevel Pinion Visual check:Chipping, crack, scratch, discolour Manual check:Thread condition Measuring:Outer diameter of bearing seat & backlash, tooth contact saat gear set kondisi terpasang & preload. Bevel Gear Visual check:Chipping, crack, scratch, discolour Manual check:Thread condition Measuring:Outer diameter of bearing seat & backlash, tooth contact saat gear set kondisi terpasang & preload. Diffrential Carier Visual check:Chipping, crack, scratch, discolour Manual check:Thread condition Measuring:Inner diameter of bearing seat saat terpasang & pitch of thread : e m
u s e R
Adjusting Washer Visual check:Scratch Measuring:Thickness of washer Shim Measuring:Thickness of shim Through Shaft Visual check:Chipping, crack, scratch, discolour Manual check:Spline condition Measuring:Backlash spline, bending Side bearing Visual check:Chipping, crack, scratch, discolour Measuring:Inside & outside diameter Pinion Shaft Visual check:Chipping, crack, scratch, discolour Measuring:Inside diameter Thrust Washer Visual check:Scratch, discolour Measuring:thickness
118
PNPB (Publication Number of Part Book) Suatu angka yang tertera pada pada cover part book yang menunjukkan aplikasi part book tersebut tersebut sesuai dengan Serial Number dan Tipe Unit. SPO (Standard Part Overhaul)
Daftar part yang dibutuhkan untuk overhaul normal sesuai umur yang direkomendasikan dir ekomendasikan factory, dengan kondisi tidak terjadi kerusakan abnormal pada komponen. APL (Application Part List) (Remove & Install) Daftar part yang dibutuhkan untuk untuk Remove dan Install komponen sesuai umur yang direkomendasikan factory, dengan kondisi tidak terjadi kerusakan abnormal. PSN (Part & Service News) Informasi dari factory berupa brosur atau leaflet yang berisikan modifikasi atau improvement pada komponen, system atau technical instruction (Prosedur Repair, Testing Adjusting) dengan tujuan untuk meningkatkan performance atau memperbaiki kelemahan dan kekurangan. Setiap PSN hanya berlaku untuk u ntuk Serial Number tertentu yang sesuai. Kode kode pada part book (symbol) Kode dari factory berupa angka dan huruf, sedangkan symbol berupa gambar yang ditunjukkan pada part book, dengan tujuan untuk mempermudah mempermudah proses pemilihan part yang akan diorder, sehingga sehingga dapat mencegah kesalahan order atau double order (karena komponen ass"y dan separated diorder secara bersamaan). Dan juga mempermudah mempermudah pencarian komponen yang berkaitan atau saling berhubungan. Reusable part Part yang masih dapat digunakan lagi setelah dilakukan visual check dengan membandingkan dengan reusable book, dan hasil pengukuran masih dalam range yang diijinkan sesuai maintenance standart atau Quality Assurance. Quality ProsedurAssurance dan urutan langkah kerja yang harus dilakukan saat melakukan suatu pekerjaan Overhaul O verhaul atau Remove Install, dimana didalamnya terdapat Critical Point dan Item Measurement yang harus diperhatikan dan dilakukan, sehingga dapat mencegah Redo ataupun premature damage Job Schedule Sheet Suatu rencana urutan pekerjaan yang harus dilakukan berdasarkan berdas arkan estimasi waktu pengerjaan, sehingga progress atau tingkat penyelesaian satu tahap pekerjaan dapat diketahui, dengan demikian demikian kendala selama tahap pengerjaan dapat diminimalkan.
Panduan Kwalitas Kerja Suatu buku panduan kerja yang disusun berdasarkan pengalaman yang pernah dilakukan, sehingga didapatkan cara penanganan suatu pekerjaan dengan lebih efektif dan d an efesien.
I.BASIC MAINTENANCE 1.Fungsi Oli secara umum -Pendingin (cooling), membuang panas dari piston, liner, dll. -Pelumas (lubrication), mengurangi gesekan (anti wear). -Pencegah korosi (anti corrosion), melindungi pengaruh senyawa sulfur dan oksidasi. -Penyekat gas (gas sealing), mencegah kebocoran gas antara liner dan piston. -Pembersih (cleaning), membersihkan carbon dan lumpur. -Pemindah tenaga -Sebagai bantalan (oil film) 2.Jenis Oli -Hydraulic Oil -Engine Oil -Gear Oil -Automatic Transmission Fluid Oil -Brake Oil 3.Klasifikasi Oli -Engine Oil : CA, CB, CC, CD, CE, CF / 0API SAE 10 ~ 50 -Hydraulic Oil : ISO VG ~ 32 s/d ISO VG ~ 1500. -Gear Oil : AGMA, GL-1 s/d GL-8A (SAE 60 ~ 250).
119
4.Standar kekentalan Hydraulic Oil ISO - VG (International Society of Organization - Viscosity Grade) 5.Standar kekentalan Engine Oil SAE (Society of Automatic Engineering) Viskositas dan kualitas oli engine diklasifikasikan dengan standard SAE (The Society of Automotive Engineers). NOTE: 1 cP = 100 cSt, cSt, 1 cSt = 1mm2/s Viscosity Classification Klasifikasi seperti terlihat dalam table diatas. Huruf H uruf “W” artinya “Winter” yang memastikan oil pada temperature rendah, mudah mengalir. Sebagai contoh, dalam Multigrade SAE 15W-40, oil ini mempunyai mempunyai kemampuan pelumasan yang baik sampai 15oC, dan memiliki viskositas sama seperti oli SAE 40 pada temperatu 100oC. Categoration by quality Oli diklasifikasikan kedalam C Series (klas CA sampai CE) untuk engine diesel, dan S series (klas SA sampai SG) untuk engine gasolin. Oli engine klas CD telah melewati test charger (pembebanan) pada engine diesel turbocharger silinder tunggal. Uji engine ini ialah untuk mengevaluasi kemampuan pencegahan terhadap terhadap melekatnya (stuck) (stuck) ring piston. Oli klas CE dan CE belakangan ini mulai banyak terlihat dipasaran dan sudah digunakan. Oli CE class telah diuji pada engine Cummins dan truck Mack disamping klas CD. Oil Performance classification
: e m
u s e R
6.Multi Grade Oil Oli multigrade dibuat dari low-viscosity base oil dan viscosity index dinaikan, dan mudah mengalir pada temperatur rendah dan viskositasnya viskositasnya lebih tinggi pada temperatur temperatur tinggi. Sebagai contoh contoh SAE 10W/30 dan SAE 15W/40. Jika J ika oli multigrade digunakan pada engine, mempunyai kelebihan sebagai berikut: 1.Dibandingkan dengan oli viskositas rendah seperti oli SAE10W, oil film pada multigrade oil lebih kental dan tidak ada penurunan ketahanan engine meskipun pada temperatur tinggi. Sehingga hasilnya oli memberikan suatu rentang temperatur penggunaan yang luas dan dapat digunakan sepanjang tahun. 2.Viskositas stabil meskipun ada perubahan temperatur. Kemampuan Kemampuan start dari oli multigrade lebih baik dari pada oli single grade yang berviskositas berviskositas tinggi seperti oli SAE30 atau atau SAE40, dan juga memberikan penghematan konsumsi fuel. 3.Konsumsi oli lebih rendah dibandingkan dengan oli single grade yang berviskositas tinggi seperti SAE30 atau SAE40. Sehingga kesimpulannnya multigrade oil adalah oli yang mempunyai sifat kekentalan dapat menyesuaikan dengan perubahan temperature. Contoh. SAE 10W - 30. Artinya : Untuk ambient temperatur 20oC, oli tersebut mempunyai kekentalan SAE 10W, tapi pada temp. 100oC, oli tersebut akan mempunyai kekentalan SAE 30. 7.Pengertian Kontaminasi Peristiwa rusaknya oli karena pengaruh dari luar system. 8.Pengertian Deteriorasi Peristiwa rusaknya oli karena pengaruh dari dalam system s ystem
120
9.Penyebab Kontaminasi pada oil -Debu dan kotoran -Penambahan dengan oli yang berbeda -Air -Zat kimia
10.Penyebab Deteriorasi pada oil -Karena proses pembakaran (oxidation) -Beroperasi pada tempat tinggi -Reaksi kimia cepat. -Kenaikan viskositas -Banyak sludge (endapan) yang terjadi, dsb 11.Aplikasi Oli Contoh : Engine Oil Ambient Temp. -10oC s/d 10oC Gunakan SAE 10 W Ambient Temp 0 s/d 30oC Gunakan SAE 30 Apabila memakai Multi Grade Oil, dari kedua contoh ambient temperatur tersebut, maka harus memakai Oli SAE 10W-30. Untuk lebih detail : baca OMM (Operation and Maintenance Manual). 12.Pengertian Oksidasi Proses kimia yang terjadi pada oli yang berhubungan langsung dengan udara luar pada temperature + 50oC. CO2 + H20-Oli (CH) + O2 13.Pengertian Demulsibility Kernampuan oli untuk memisahkan diri terhadap air 14.Arti Viscosity Index (VI) Suatu angka yang menunjukkan ketahanan kestabilan oli terhadap perubahan temperature. Angka Viscositas Index ini bervariasi sebagai berikut: Viscositas Index V I = 1 ~ 29 Rendah V I = 30 ~ 79 Sedang V I = 80 ~ 100 Tinggi V I = 100 ~ up Sangat baik. Disarankan : Untuk Standard Industri angka VI berkisar antara 90 ~ 100
15.Mengapa Oli harus diganti Oli setelah dipakai akan mengalami kerusakan (perubahan kekentalan) akibat adanya: -Oxidasi (tidak dapat dihindari) -TimbuInya Kontaminasi & Deteriorasi -TBN turun. 16.Penanganan Oli Oli harus terlindung / tertutup terhadap sinar matahari dan hujan. Cara Penyimpanan Cara Pengisian : -jangan membiarkan pipa isap pump (oil pump) menyentuh dasar drum pada saat mengisi dan pipa outlet harus betul betul bersih. -Pipa & pompa oli harus selalu bersih (kalau bisa jangan di campur dengan pompa solar). 17.Pengertian Additive Zat campuran yang ditambahkan pada Base Oil untuk mempertinggi ketahanan & kemampuan oli. Engine Oil : Detergents, Dispersants, Dispersants, ZnDTP, Viscosity Index Improver Gear Oil : Extreme Pressure additive (EP agent) Hydraulic Oil : Oxidation inhibitors, Rust inhibitors, dan EP inhibitors 18.Fungsi Additive -Detergent : Calcium sulphonanate, Magnesium Sulphonate, Calcium phenate, Magnesium phenate, Sejenis sabun, additive ini membersihkan dan melarutkan jelaga (soot), pernis (lacquer), dan partikel partikel keausan pada pada temperatur tinggi. Sehingga Sehingga additive mencegah mencegah ring piston melekat. melekat. -Acid neutralization : Calcium sulphonanate, Magnesium Sulphonate, Calcium C alcium phenate, Magnesium phenate,
121
Asam sulfat dan asam organik yang ditimbulkan oleh pembakaran bahan bakar atau oksidasi oli, menyebabkan metal korosi. Sifat alkali dari additive ini dapat me-netralkan asam dan mencegah korosi -Oxidization inhibitor Oksidasi oli menghasilkan lumpur (sludge) dankemudian menyebabkan kenaikan viscocity. Additive ini menguraikan oksida-oksida dan mencegah oksidasi oli.. Selanjutnya, menahan timbulnya resin, varnish, dan lumpur. -Antiwear Sulphur, phosphorus, dan zink, yang terkandung dalam ZnDTP , mencegah kerusakan dan keausan logam metal. -Dispersant Additive ini memiliki kesamaan struktur kimia dengan deterjen dirumah tangga. Ini dapat melarutkan lumpur didalam oli pada temperatur rendah. -Viscocity Index Improver : OCP ( Olefin Copolymer ) OCP menaikan viscosity pada temperatur tinggi. OCP juga mencegah kerusakan metal engine dan mengurangi konsumsi oli. -Silicon oil: Antifoam agent Adanya busa pada oli mengakibatkan cavitation dan kerusakan pada oil film. Sejumlah kecil silicon dapat memecah gelembung dan busa. -Extreme pressure additive (EP agent) Gabungan fosfor dan sulfur biasanya digunakan pada gear oil sebagai extreme pressure additive. ZnDTP yang digunakan pada oli engine juga merupakan additive extreme pressure. Dibawah kondisi beban gesek berat, berat, EP agents mengurai mengurai pada permukaan metal dan membentuk be besi si sulfida dan besi posfat. Kedua produk senyawa senyawa tadi mengurangi mengurangi gesekan dan mencegah mencegah kerusakan.
: e m
u s e R
19.Arti & Tujuan Total Base Number (TBN) Nilai TBN menunjukan sifat sifat alkali (banyaknya (banyaknya unsur kandungan Basa) dari dari additive didalam oli. Angka TBN menyatakan jumlah basa yang diperlukan untuk menetralisir acid yang dimasukan dalam 1 gram oli, dan meng-konversikannya ke mg potassium hydroxide (KOH). Nilai ini dinyatakan dalam satuan mg.KOH/g. Nilai untuk oli baru pada umumnya adalah 6.0-13.0 mg.KOH/g. Bila angka TBN menjadi dibawah 2.0 kinerja penetral asam dari oli hilang dan dengan cepat meningkatkan korosif dan terjadi keausan. Metode pengukuran Total Base Number ada dua metode: Metode hydrochloric acid (ASTM D664) dan metode perchloric acid (ASTM D2896). Karena metode perchloric acid memperhitungkan basa yang lemah, maka nilai TBN yang diperoleh lebih tinggi. Oleh karena itu, perlu ditetapkan metode perhitungan mana yang yang digunakan. Jika nilai TAN TAN melewati batas, oli engine engine jangan digunakan meskipun sisa nilai TBN masih tinggi. Sulfur yang terkandung didalam fuel pada proses pembakaran akan teroksidasi (bereaksi dengan oxygen O2) dan membentuk gas SO2 (sulfur dioxide), dan sebagian akan berubah menjadi SO3 (sulfur trioxide) jika temperatur pembakaran drop secara cepat ketika langkah expansion (power). Selanjutnya gas SO3 akan bereaksi dengan embun H2O yang dihasilkan pembakaran dan membentuk asam sulfat (H2SO4) yang sangak korosif. SO2 (gas) (1)S + O2 2SO3 (gas) (2)2SO2 + O2 H2SO4(cair) (3)SO3 + H2O(embun) Asam sulfat yang dihasilkan bisa terbentuk didalam ruang pembakaran dan/atau diluar ruang bakar. Kalau proses (2) dan (3) berlangsung didalam crankcase, karena selama engine beroperasi selalu terjadi blow-by (kebocoran gas hasil pembakaran lewat piston ring), asam sulfat yang terbentuk t erbentuk akan mencemari oil. Akibatnya nilai TBN turun dan fungsi oli tidak sempurna.
122
20.Pengertian Synthetic Oil Oli yang menggunakan base oil bukan dari Cruide oil, minyak nabati / hewani, tapi dibuat khusus secara kimiawi, sehingga mempunyai ketahanan & kemampuan yang lebih baik. Contoh: TOP ONE, ONE, POWER UP, UP, OMEGA, dll 21.Fungsi Grease secara umum -Grease tidak mudah mengalir dari dalam bearing, sehingga dapat melumasi untuk waktu yang lebih
lama, tanpa menambahkan grease (sebagai pelumas padat) -Grease juga bekerja seperti seal dan dapat mencegah kotoran atau air masuk ke dalam bagian yang dilumasi. -Mempunyai kemampuan melumasi yang baik pada berbagai tempat, misalnya low speed rotating parts, bagian yang menerima menerima beban berat, high high temperature, beban kejut dan bagian yang saling saling bergesekan. -Melumasi bagian yang tidak dioperasikan untuk jangka waktu yang lama tanpa adanya oil film, sehingga mencegah terjadinya karat atau korosi. (sebagai pelindung karat) 22.Standar kekentalan Grease National Lubricating Lubricating Grease Institute 23.Klasifikasi Grease NLGI Penetration Penetration Grade Mixture Penetration 25oC Main use Centralized oil filling, concrete pump Centralized oil filling (small type) Centralized oil filling (large type) Centralized oil filling(large type) chassis grease General bearing, wheel bearing General bearing at slightly high temp. wheel bearing High temperature, heating surface Block grease (Almost never use) 24.Aplikasi Grease Penggunaan grease harus sesuai dengan spesifikasinya masing masing. Grease yang akan dipakai untuk bagian dalam berbeda dengan grease untuk penggunaan pada bagian luar. Jadi tidak boleh menggunakan grease secara sembarangan. Untuk penggunaan lebih lanjut dan benar harus mengacu. pada standar grease grease yang dianjurkan. Lihat Lihat petunujuk dan saran dari dari factory-nya. factory-nya.
25.Penanganan Grease -Simpan ditempat yang terlindung dari panas matahari dan hujan. -Gunakan grease sesuai spesifikasi yang direkomen. -Grease drum harus tertutup rapat. 26.Syarat penggunaan Air Radiator -Mengandung tingkat pencemaran / kotoran yang rendah. -Air tawar tidak mengandung garam. -Air dengan tingkat kekerasan yang rendah. Dengan kata lain, air yang digunakan harus memenuhi standard kualitas: City water (air ledeng) Air suling Air yang telah diolah dengan alat pelunak air (water treatment) atau alat pembersih (purifying). Standard kwalitas City Water •Nilai pH pH : 6.8 - 7.5 •Total hardness (CaO) : Max. 5 Ppm Ppm •Mengandung ion sulfate (SO42-) (SO42-) : Max. 5 Ppm •Mengandung ion chlorida (Cl-) (Cl-) : Max. 5 Ppm Note: 1 Ppm, sama dengan 1 gram material yang terkandung dalam 1 m3 fluid. Kekerasan air (Hardness) misalkan 8, artinya 8 gram CaO (lime) terkandung dalam 1 m3 (1.000.000 ml) air. Ppm singkatan dari part per million) 27. Fungsi Anti Freeze Antifreeze digunakan untuk mencegah kerusakan engine yang disebabkan karena membekunya air
123
pendingin pada daerah daerah yang bertemperatur bertemperatur dingin (winter). Air membeku pada 0oC, tetapi tetapi jika beberapa additive additive dilarutkan dalam air, air, titik beku (freezing point) akan menjadi lebih rendah. rendah. Air lautmengandung garam, sehingga air laut membeku sekitar – sekitar – 2.5oC. 2.5oC. Jika pada air concentrate garam dinaikan titik beku air akan menjadi rendah lagi. Akan tetapi,kita tidak dapat melakukan penambahan garam pada sistim pendingin, karena garam bersifat sangat korosif, yang akan merusak komponen engine. Oleh sebab itu, pada daerah dingin dimana temperatur udara luar dibawah 0oC harus ditambahkan ANTIFREEZE untuk mencegah pembekuan. Perlu diketahui, jika air membeku volumenya akan bertambah 1.1 kali; energy energy yang dihasilkan karena karena pembekuan air didalam saluran pen pendingin dingin ini akan memecahkan cyllinder liner, water jacket, radiator bocor dll. yang berhubungan dengan air pendingin. Temperatur pembekuan berbeda tergantung jumlah (concentrate) antifreeze yang dicampurkan, juga tergantung jenis antifreeze & manufactureny manufacturenya. a. 28.Pengertian Radiator Penetran Suatu zat kimia yang dicampurkan kedalam air radiator untuk mencegah timbulnya karat pada sistim pendingin. Tapi syarat syarat yang harus diingat adalah : untuk pencampuran ini harus harus diketahui dulu berapa pH air yang dipakai dan jenis dari penetran penetran itu sendiri. 29.Mengapa Air Radiator harus diganti Agar tidak terjadi kebuntuan pada cooling system, terutama core radiator yang disebabkan endapan (sludge) hasil reaksi kimia saat penetralan sifat keasaman pada air 30.Jenis Fuel yang digunakan pada Diesel Engine Light Diesel Oil, ASTM D 975 NO. 2. (ASTM = Association Standard Testing Material) Jenis fuel ini adalah bahan bakar dengan rentang titik didih dari 240 sampai 3500C, dan didistilasi setelah kerosene. Dari semua jenis-jenis bahan bakar, fuel ini mempunyai sifat-sifat yang paling cocok untuk ignition, combustion, dan viscosity yang diperlukan oleh engine diesel high-speed yang kecil, sehingga hampir semua engine diesel highspeed, termasuk engine-engine untuk mesin-mesin konstruksi menggunakannya. : e m
u s e R
31.Pengaruh Sulfur pada Fuel thd. Jadwal Pergantian Oli -Apabila kadar Sulphur berkisar antara 0,5-1%, maka jadwal pergantian oli adalah setengah dari jadwal regulernya. regulernya. -Apabila kadar Sulphur > 1 %, maka jadwal pergantian oli menjadi seper empat dari jadwal regulerya. Kandungan sulfur didalam fuel sangat mempengaruhi keausan engine dan emissi gas. Sulfur teroksidasi (bereaksi dengan oxygen) ketika terjadi proses pembakaran membentuk sulfur dioksida (SO2), dan sebagian lebih lanjut teroksidasi menjadi sulfur trioksida (SO3). Reaksi (1) SO2S + O2 Reaksi (2) 2SO32SO2+ O2 Reaksi ini dipengaruhi beberapa factor seperti temperatur pembakaran, temperatur exhaust gas, luas penampang partikel, kelembaban kelembaban relatif, relatif, dan air-fuel ratio. ratio. SO2 berubah ke SO3 SO3 didalam ruang bakar bakar engine ketika temperatur gas turun tiba-tiba pada saat langkah ekspansi. Maka, jika pembakaran didalam ruang bakar tidak merata (uniform), reaksi ini mudah terjadi. SO3 yang dihasilkan kemudian bereaksi dengan uap uap air (H2O) hasil pembakaran pembakaran dan membentuk membentuk asam sulfat sulfat (H2SO4). Reaksi (3) H2SO4SO3 + H2O
124
Dan juga, sejumlah kecil SO3 didalam gas pembakaran mempengaruhi menaikan titik embun (dew point) dari uap air (uap (uap air berkondensasi biarpun biarpun pada temperatur temperatur tinggi). Uap air yang yang berkondensasi tadi akan bereaksi dengan gas SO3 menjadi H2SO4, dan hasilnya terjadi keausan korosi pada piston dan liner. Keausan korosi juga terjadi karena adanya soot yang ditimbulkan karena pembakaran (atom carbon bebas) yang menyerap asam sulfat dan kemudian menempel pada piston groove atau dinding
dalam cylinder liner. 32.Akibat Fuel campur Kerosene -Kerosene mempunyai viscosity rendah, sehinggai tidak dapat melumasi bagian-bagian bergesekan secara sempurna. Ini berarti bahwa film oil hilang dan terjadi keausan yang abnormal atau kerusakan. -Kerosene memiliki kadar Sulfur yang sangat tinggi, sehingga bisa mempercepat proses korosi. -Injeksi fuel pada engine diesel, yang dikontrol adalah volume fuel. Kerosene mempunyai suatu pembangkit panas yang yang besar per satuan beratnya, beratnya, tetapi berat berat persatuan volume (specific gravity/berat gravity/berat jenis) adalah rendah, rendah, sehingga sebagai akibatnya, akibatnya, jumlah energy panas persatuan volume volume menjadi turun. Sehingga dapat menurunkan output power engine. 33.Penanganan Fuel -Penyimpanan -Penyimpana n harus terlindung dah panas matahari dan hujan. -Main tank harus dilengkapi dengan water drain cock. -Kalau di dalam drum, pemasangan pipa isap pompa (saat memompa fuel) haruslah ± 20 cm dari dasar drum (jangan sampai menyentuh dasar drum). 34.Fungsi Filter Filter dipasang dalam system untuk menyaring kotoran, sehingga udara atau oli menjadi bersih dan system dapat berfungsi dengan baik. Dalam aplikasinya filter dapat dipasang pada sisi inlet (pump atau turbocharger), sisi outlet pump, atau setelah system untuk menyaring oli yang kembali (oil return). Ada juga yang digunakan untuk menyaring internal leakage dari motor. 35.Sebutkan Klasifikasi Filter Klasifikasinya Menurut standar ISO -Platted Paper Element -Wire Mesh Filter -Metal Edge Filter
Menurut Standar SAE: -Strainer -Screen -Filter; fine filter & Coarse filter 36.Pengertian Filtering Area Luas bidang penyaringan sebuah filter saat elementnya dibentangkan. 37. Arti Mesh dan Micron Mesh :Jumlah lubang pori pori setiap perluasan 1 inchi persegi, semakin besar angka mesh berarti tingkat kerapatan pori pori semakin besar. Istilah Mesh biasanya digunakan pada Screen atau Strainer. Mikron :Besarnya diameter pori pori element sebuah filter. 1 Mikron = 0.001 mm, dan biasanya digunakan pada Fine Filter. 38.Model Filter Cartridge :Element dengan housing dibuat menjadi satu kesatuan (ass’y), sehingga lebih praktis dalam pemasangan dan memudahkan memudahkan penggantian, penggantian, tetapi hanya dapat digunakan untuk low pressure pressure system, karena housingnya terbuat dari plat tipis. Element : Element dibuat terpisah dengan housing, dan penggantian hanya hanya dilakukan pada elementnya. Type element yang digunakan untuk system fluida (Transmission & hydraulic) lebih mampu digunakan pada pressure yang lebih tinggi, karena housingnya tebal. 39.Jenis-jenis Air cleaner Wet Type :Karena konstruksi air cleanernya cleanernya yang didalam housing, udara masuk akan akan naik terlebih dahulu kemudian turun, sehingga debu kasar atau kotoran yang relative lebih berat dari udara yang masuk, akan jatuh ke oil case. Disamping itu, partikel oil juga ikut terhisap dan membasahi element, sehingga debu dapat lengket dan menempel, dan udara yang menuju intake manifold lebih bersih. Dry Type : Terdapat precleaner yang digunakan untuk membuang kotoran atau debu yang lebih besar,
125
sedangkan didalam housing terdapat dry paper element untuk menyaring kandungan debu yang lebih halus saat udara melalui sekeliling bidang penyaringan dan masuk ke dalam element. 40.Penanganan Filter -Tidak boleh disimpan pada daerah yang lembab -Tidak boleh penyok dan jatuh -Harus terbungkus rapi (jangan terbuka packingan-nya) 41.Mengapa Air Filter harus diganti -Karena Air cleaner akan menjadi buntu, dan setelah dilakukan pembersihan (penyemprotan) maksimal 5 kali, element Air A ir Cleaner kemungkinan telah membesar pori pori – – porinya, sehingga debu dapat masuk ke dalam Intake System Engine dan dapat menyebabkan kerusakan pada liner dan ing piston. 42. Fungsi Water Separator -Water separator dipasang pada sisi output Fuel tank, fuel yang masuk kedalam water separator akan dipaksa berputar dan menimbulkan gaya centrifugal karena konstruksi dan posisi inlet portnya tidak menuju titik pusat, sehingga air yang berat jenisnya lebih berat dari fuel akan terpisah dan terlempar ke dinding water separator kemudian jatuh mengendap dibagian bawah, sedangkan fuel akan mengalir melalui port outlet menuju Priming/Feed pump. 43.Fungsi Dust Indicator -Dust indicator dipasang pada tempat yang mudah terlihat diantara Air cleaner dan Intake manifold, sehingga saat terjadi kebuntuan pada Air cleaner, dan negatif pressure atau kevakumannya melebihi yang level sudah ditentukan (specified level), piston berwarna merah akan dihisap turun, sebagai tanda untuk operator bahwa Air Cleaner telah buntu. Piston merah mempunyai notch (lock), sehingga meskipun engine dimatikan, piston tidak kembali dan operator masih dapat melakukan pengecheckan. Terdapat dua buah type dust indicator dengan setting negative pressure : 635 mmH2O dan 760 mmH2O / 7.6 Kpa. : e m
u s e R
44.Fungsi Corrossion Resistor Corrosion resistor dipasang pada dipasang pada sistim pendingin engine, engine, dengan tujuan supaya supaya “cooling effect” dari dari sistim pendingin menjadi lebih baik, sehingga dapat meningkatkan ketahanan dan memperpanjang umur engine, liner, dan pendinginan oli pelumas. Juga untuk mencegah terjadinya problem pitting yang disebabkan karena terjadinya cavitation. Inhibitor dalam corrosion resistor Suatu zat kimia padat berwarna putih yang dapat larut dalam air untuk membentuk lapisan film pada permukaan silider luar silinder sildan inderblock. liner,Zat sehingga mem buatt membuyarkan scale (kerak) lebih untuk melekat melekat pada permukaan kimia membuat tsb dapat dapa scalesukar dan dan mencampurkan dalam dalam air, dan membuangnya bersama air pendingin saat penggantian air. Jika zat kimia yang dilarutkan terlalu lama dan telah menjadi lebih rendah concentrate-nya concentrate-nya atau encer karena sering penambahan air pada sistim pendingin, secara bertahap akan hilang efeknya.
126
Jenis Inhibitor dalam corrosion resistor 1.BUFFER AGENT, berfungsi meningkatkan sifat alkali/basa pada air, sehingga dapat mencegah korosi pada cast iron, tidak berfungsi untuk aluminium. 2.IRON CORROSION INHIBITOR, membuat lapisan film pada permukaan (liner) cast iron, untuk mencegah corrosion. 3.CAVITATION PITTING INHIBITOR, INHIBITOR, mencegah cavitation pada aluminium. 4.ALUMINIUM CORROSION INHIBITOR, mencegah korosi pada aluminium. 5.COPPER, COPPER ALLOY CORROSION INHIBITOR, mencegah korosi pada copper (tembaga) dan pada brass (kuningan). 6.ANTI-SCALE 6.ANTI-SCAL E ADDITIVE, mencegah terbentuknya scale. 7.ANTI-FOAM AGENT, mencegah terjadi cavitation dengan mengurangi buih dalam air. 45.Fungsi Evacuator Valve
Evacuator terbuat dari karet dan dipasang pada bagian bawah cover Air Cleaner with built-in Cyclone. Pada saat engine mati, valve akan terbuka untuk membuang debu yang terkumpul pada air cleaner cover, sedangkan saat engine hidup, valve akan tertutup dan tertutup untuk membuang debu. 46.Fungsi Ejector Pipe Ejector pipe dipasang diantara Precleaner Komaclone dan muffler, memanfaatkan kevakuman (negatif pressure) yang yang ditimbulkan oleh venturi pada port outlet muffler untuk se secara cara otomatis membuang membuang debu yang terkumpul pada Komaclone keluar luar melalui muffler. 47.Fungsi Pre-Cleaner Sebagai penyaring awal untuk memisahkan kandungan debu kasar dari udara sebelum masuk kedalam Air cleaner. 48.Jenis Pre-Cleaner US precleaner type (Cyclone) -Cyclone atau pusaran angin yang dihasilkan oleh vane pada port intake, akan menimbulkan gaya centrifugal untuk melempar dan memisahkan kandungan debu dari udara, debu terkumpul pada sisi luar dust case, dan udara yang lebih bersih masuk kedalam air cleaner housing. Filtering efficiency Precleaner 40-50 % Overall air cleaner system More than 99.9% Komaclone -Komaclone terdiri beberapa tabung yang mempunyai vane didalamnya, sehingga juga menghasilkan pusaran angin dengan dengan cara yang sama sama dengan US precleaner precleaner dan memisahkan memisahkan kandungan debu dan mengumpulkan didalam Komaclone, sehingga udara yang masuk kedalam air cleaner lebih bersih. Filtering efficiency Precleaner 80-90 % Overall air cleaner system More than 99.9%
49.Fungsi Breather Breather merupakan saluran untuk membebaskan pressure dari dalam crank case ke udara luar, sehingga tidak terjadi kenaikan pressure yang berlebihan akibat blow-by. Agar kotoran tidak dapat masuk kedalam crankshaft, didalam breather dipasang filter (wire mesh). 1.Tachometer Alat yang digunakan untuk mengukur putaran engine. Satu set terdiri, probe, cable, tachometer, tachometer drive. 2.Compression Tester Kit Alat yang digunakan untuk mengukur compression pressure engine. satuan kg/cm2 3.Blow By Checker Alat yang digunakan untuk mengukur blowby pressure engine. Satuan mmH20 - KPa 4.Temperature Tester Kit Alat yang digunakan untuk mengukur temperature. Exhaust (high temp), Fluida, Surface (ambient). Satuan : oC 5.Handy Smoke Checker Alat yang digunakan untuk mengetahui kwalitas exhaust gas, dengan mengukur kandungan bercak oli, fuel yang tidak terbakar dan membandingkannya dengan Table Bosch Index. 127
6.Pressure Gauge Alat yang digunakan untuk mengukur pressure oli dalam system hydraulic atau pressure angin. Satuan : kg/cm2, Mpa
7.Radiator Cap Tester Alat yang digunakan untuk mengukur setting kerja pressure valve pada radiator cap tester, dan dapat juga digunakan untuk mengecheck mengecheck kebocoran kebocoran air pada cooling cooling system engine. Satuan : kg/cm2 8.Anemometer Alat yang digunakan untuk mengukur tingkat kebuntuan fin Radiator 9.Accumulator Tester Alat yang digunakan untuk mengukur pressure nitrogen dalam bladder accumulator 10.Dial Gauge Alat yang digunakan untuk mengukur endplay, runout, faceout, backlash, protusion, diameter dalam (bore gauge). Satuan : 0.001 mm 11.Convex Scale Alat yang digunakan untuk mengukur panjang dan jarak. 12.Air Leak Tester Alat yang digunakan untuk mengecheck kebocoran oli. misal kebocoran oli dari dalam case final drive melalui floating seal dan dapat juga digunakan untuk mengukur stroke piston clutch. 13.Multi Tester Alat yang digunakan untuk mengukur tegangan [V], arus [I], dan hambatan [R] pada system kelistrikan. Pada jenis yang lebih canggih, juga dilengkapi untuk mengukur Frequency (Hz). : e m
u s e R
14.Flow Meter Alat yang digunakan untuk mengukur flow discharge pump, dalam penggunaannya dipasang secara seri dengan port discharge pump. Satuan Lpm – Lpm – kg/cm2 kg/cm2 15.Harness Checker Alat yang digunakan untuk mempermudah pengukuran tegangan [V] dan hambatan [R] pada wiring harness unit. Pada prinsipnya, alat ini hanya menghubungkan kabel secara paralel sesuai jumlah pin connectornya dan menghubungkannya dengan T- adapter . Pada T-adapter terdapat sejumlah lubang test pin dengan nomor urut yang mewakili nomor urut pin pada connector. 16.PH Tester / Kertas Lakmus Alat yang digunakan untuk mengukur tingkat keasaman suatu cairan, biasanya Air radiator. 17.Stop Watch Alat yang digunakan untuk mengukur waktu pergerakan (cycle time) work equipment. Satuan : Second (detik) 18.Jangka Sorong / Vernier caliper Alat yang digunakan untuk mengukur diameter luar, diameter dalam, panjang, ketebalan, kedalaman lubang pada suatu komponen. Satuan : mm (0.05), inchi (1/128) 19.Thermometer / Thermister Alat yang digunakan untuk mengukur temperature lingkungan sekitar.
128
20.Hydro Tester Alat yang digunakan untuk mengetahui berat jenis suatu liquid, biasanya untuk elektrolit battery. 1.Engine Low Idle Putaran engine terendah tanpa beban
2.Engine High Idle Putaran engine tertinggi tanpa beban 3.Compression Pressure Tekanan didalam ruang bakar yang dihasilkan pada saat piston bergerak dari BDC ke TDC dan kedua valve (intake dan exhaust) tertutup. Satuan : kg/cm2 - Psi Compression ratio CR = Vs + Vc Vc Vs : Volume Stroke Vc : Volume Compression Critical point saat saat pengukuran compression compression pressure : -Cranking Rpm : 150 – 150 – 300 300 Rpm -Valve clearance yang standart -Water coolant temperature : + 60oC 4.Blow by Pressure Tekanan didalam crank case akibat kebocoran pressure dari ruang bakar (compression dan combustion pressure), kebocoran kebocoran pada Turbocharger Turbocharger dan air compressor. compressor. Pengukuran Pengukuran blow-by pressure pressure pada dasarnya dilakukan untuk mengukur tingkat keausan (kondisi) liner dan ring piston. Untuk memastikan Blow-by (terjadi keausan pada liner & ring piston) - Pressure blow-by diatas standart / permissible - Warna blow-by cenderung putih kebiru – kebiru – biruan biruan sebagai indikasi adanya oli yang terbakar. - Oil consumption tinggi - Hasil PAP (silicon- debu, metal wear) - Trend analysis blowby-pressure 5. Torque Converter Converter Stall Speed (HD & DZ) Putaran engine pada saat torque converter stall, dimana turbin (output T/C) tidak berputar karena beban yang berlebihan berlebihan (overload).
6. Rated Speed Putaran engine pada HP max. Satuan : Rpm 7. Hydraulic Stall Speed Putaran engine pada saat hydraulic system direliefkan. Satuan : Rpm 8. Boost Pressure Tekanan didalam intake manifold yang dihasilkan oleh turbocharger. Satuan : mmHg / Kpa 9. Modulating Time (HD & DZ) Waktu yang dibutuhkan untuk proses filling time (pengisian clutch) ditambah build-up time (kenaikan pressure secara bertahap) sampai sampai specified modulating pressure pressure tercapai. 10. Abnormal (unusual) Noise Kelainan suara pada suatu komponen yang dapat disebabkan kerusakan inner part, lubricating inner komponen kurang – kurang – pada pada mechanical system. Sedangkan pada hydraulic system dapat disebabkan adanya angin yang terjebak dalam hydraulic motor atau pump. 11. Turbocharger Play End play : Gerak bebas shaft turbocharger searah sumbu (axial). Radial play : Gerak bebas shaft turbocharger tegak lurus terhadap sumbu (arah radial). 129
12. Work Equipment Speed Kecepatan gerak work equipment (attachment) yang ditentukan oleh jumlah flow yang menuju actuator (cylinder atau motor) dan dapat digunakan sebagai indicator untuk mengetahui performance
pump, control valve valve dan actuator (factor (factor internal leakage). Pengukuran dilakukan dalam satuan detik. (second) 13. Hydraulic Drift Penurunan attachment pada saat control valve posisi netral, yang disebabkan oleh keausan berlebihan pada seal piston hydraulic hydraulic cylinder atau spool-housing spool-housing control valve, sehingga sehingga internal leakagenya leakagenya besar. Akibatnya Akibatnya jika terdapat holding pressure pada salah satu sisi cylinder cylinder (head atau bottom), bottom), pada saat attachment menggantung, holding pressure tersebut akan bocor, sehingga attachment akan turun dengan sendirinya. Pengukuran hydraulic drift dilakukan pada saat engine mati. 14. Internal Leakage of gear pump Backlash Internal leakage pada gear pump yang terjadi pada bidang kontak teeth drive dan driven gear. Top Clearance Internal leakage pada gear pump yang disebabkan keausan yang terjadi pada bagian atas hosuing sisi suction yang disebabkan adanya gaya tekan terhadap gear karena pressure pada sisi discharge dan untuk mengurangi internal leakage tersebut, maka dipasang Side plate yang akan memanfaatkan sebagian pressure discharge pump untuk dialirkan menuju sisi suction melalui V- groove sebagai balancing pressure. pressure. Side Clearence Internal leakage pada gear pump yang disebabkan keausan yang terjadi pada sisi samping gear dengan housing dan untuk mengurangi internal leakage tersebut, maka dipasang Side plate yang akan menekan kontak permukaan dengan sisi gear, memanfaatkan memanfaatkan pressure discharge pump. - Internal Leakage of piston pump / motor Clearance antara piston dengan cylinder barrel, bidang cembung kontak antara cylinder barrel dengan pressure valve (plate) tidak rata. : e m
u s e R
15. Relief Pressure P ressure (hydraulic) Pressure maksimal dalam system hydraulic yang dibatasi oleh main relief valve, pada saat control valve digerakkan tetapi actuator (cylinder atau motor) tidak bergerak, karena actuator (cylinder) sudah end stroke atau overload. Relief pressure (power train) Pressure maksimal dalam system power train (T/M dan atau S/T) yang dibatasi oleh main relief valve, dan selalu terjadi standby pressure sebesar relief pressure sehingga responsive (tidak terjadi delay) saat digunakan untuk mengengagedkan clutch. 16. Safety Pressure Pressure maksimal yang terjadi dalam sirkuit hydraulic h ydraulic antara control valve dan actuator yang dibatasi oleh safety valve, pada saat terjadi beban dari luar atau akibat pergerakan actuator lainnya. Untuk mencegah terjadinya kerusakan pada actuator (cylinder atau motor). 17. Cracking Pressure (Main relief valve) Besarnya pressure pada saat awal valve mulai terbuka, yang nilai pressurenya diatas nilai tension springnya. Cracking pressure akan berubah hanya pada saat dilakukan adjustment. Cracking pressure (Bypass valve filter) Perbedaan pressure antara sebelum dan sesudah filter, jika melebihi cracking (tension spring) saat filter mengalami kebuntuana, maka bypass valve baru akan terbuka.
130
18. Setting Pressure Hasil pembacaan (measurement) pressure gauge pada saat control lever digerakkan, sedangkan actuator (hydraulic cylinder atau motor) tidak bergerak. Besarnya setting pressure bervariasi sesuai dengan Flow discharge pump (setting pressure saat low idle akan lebih kecil dibanding saat high idle atau adanya perbedaan sudut pump)
19. Over Drive Transmission (Volvo & light truck) Transmission dimana pada saat speed gear tertinggi, putaran output shaft transmission lebih besar dari putaran engine (input shaft shaft transmission) atau atau speed ratio lebih besar dar darii 1. 20. Direct Drive Transmission (Volvo & light truck) Transmission dimana pada saat speed gear tertinggi, putaran output shaft transmission sama dengan putaran engine (input shaft shaft transmission) atau atau speed ratio sama dengan 1. 21. Preload (Volvo & light truck) Beban awal yang sengaja diberikan untuk menentukan clearance antara inner dan outer race pada cone (taper) bearing. 22. Caster (Volvo & light truck) Sudut kemiringan mundur kingpin terhadap sumbu vertical roda, saat dilihat dari samping. Sehingga tumpuan beban unit terhadap permukaan jalan pada roda depan, terletak dibelakang garis tengah tumpuan kingpin, dengan demikian roda depan cenderung bergerak ke arah steering digerakkan dan akan kembali secara otomatis ke posisi semula setelah steering dinetralkan untuk meningkatkan kestabilan steering. 23. Camber (Volvo & light truck) Sudut kemiringan luar roda depan terhadap sumbu vertical, saat dilihat dari depan unit. Dengan tujuan : - Untuk memberikan beban kepada wheel inner bearing agar beban merata dengan wheel outer bearing - Untuk mendekatkan titik tumpu beban terhadap permukaan tanah pada front wheel, dengan perpanjangan garis garis tengah kin pin pada permukaan permukaan tanah. - Bersama dengan king pin angle of inclination, camber meningkatkan faktor kemudahan pergerakan steering wheel.
24. King Pin Inclination (Volvo & light truck) Kin pin tidak benar-benar tegak lurus terhadap permukaan tanah, tetapi cenderung sedikit miring kedalam, dan sudut yang terbentuk disebut king pin angle of inclination. Bersama dengan camber, sudut inclination meningkatkan faktor kemudahan pergerakan steering wheel. Ketika roda depan berputar selama unit travel dengan garis tengah king pin sebagai garis tengah tegak lurus (center axis), roda depan akan cenderung terangkat ketas. Hal itu terjadi karena merupakan efek samping karena adanya gaya yang cenderung mengembalikan roda ke posisi sebelumnya. Saat unit berbelok sedikit dan masih masih agak meneruskan jalan jalan lurus kedepan, pelepasan pelepasan steering wheel wheel akan menimbulkan gaya balik (restoring force), dan membawa steering wheel kembali ke posisi sebelumnya. Sudut inclination biasanya sekitar 5 - 8°. 25. Toe – Toe – In, In, Toe – Toe – out out (Volvo & light truck) Berlaku untuk roda depan yang menunjukkan Perbedaan jarak antara garis tengah roda kanan dengan roda kiri, diukur pada bagian depan dan bagian belakang. (saat dilihat dari atas). Jika lebih lebar bagian belakang disebut disebut toe-in, sedangkan jika lebih lebih lebar bagian depan depan maka disebut toe-out. toe-out. 26. Clutch Outer Lever Play (Volvo & light truck) truck) Gerak bebas linkage clutch booster, sebagai indikasi clutch full engaged. 27. All Diff. Locks (Six wheel drive) drive) (A40) Saat diperlukan semua roda jadi penggerak maka switch 6x6 dapat diaktifkan untuk menggerakkan dog clutch agar menghubungkan semua side gear pada masing masing differential, sehingga semua (6 sisi) putaran roda sama besar torquenya. 131
28. Brake Cooling System (A40) System pendinginan brake clutch (disc plate) didalam final drive, dengan cara mengalirkan flow oli untuk merendam clutch, sehingga panas yang terjadi karena gesekan clutch akan diserap oleh oli dan
dialirkan untuk didinginkan dalam oil cooler. 29. Brake Cooling valve (A40) Solenoid valve for brake cooling circulation MA5201 akan energized untuk menghubungkan oil return dari fan cooling menuju brake cooling motor sebagai penggerak brake cooling pump 30. Diffrential lock (Inter Wheel) (A40) Diaktifkan untuk menggerakkan dog clutch untuk menghubungkan kedua side gear differential, sehingga putaran dan torque pada kedua sisi roda menjadi sama. 31. VEB (Volvo Engine brake) (A40) Suatu system braking yang menggunakan engine sebagai brake dengan dua system yang berbeda : EPG dan VCB 32. Engine Pressure Governor (Exhaust brake) (A40) Sebuah system brake yang menggunakan Air cylinder sebagai penggerak damper (butterfly valve) yang terpasang pada exhaust pipe, sehingga exhaust gas tertahan untuk menimbulkan braking effect pada engine saat exhaust exhaust stroke dengan meninbulkan meninbulkan brake pressure pressure yang terjadi terjadi antara ruang bakar (piston) dengan damper. (Memanfaatkan engine sebagai brake) 33. VCB Brake (Volvo Compression Brake) (A40) Saat compression stroke dan power stroke, pembukaan exhaust valve diatur sehingga terjadi over (back) pressure dalam ruang bakar untuk menimbulkan braking effect pada crankshaft. Hal ini didapat
: e m
u s e R
karena adanya 2 buah extra cam pada permukaan exhaust cam, ketinggian angkat (lifting height) extra cam sangat kecil jika dibandingkan dengan primary exhaust cam. Dengan demikian, extra cam akan sedikit membuka exhaust valve, pada sekitar BDC setelah intake stroke, akibatnya high exhaust pressure akan masuk masuk dan mengisi ruang bakar bakar (pada kondisi ini EPG EPG juga bekerja). Selama Selama compression stroke, braking effect akan semakin kuat sebanding dengan back pressure yang terjadi. Dan pada akhir compression stroke, exhaust valve sedikit terbuka sekali lagi, untuk membebaskan pressure (decompressed). (decompressed). Dengan demikian demikian tambahan gaya gaya dorong piston kebawah akan akan dihilangkan selama power stroke, dan akan memperbesar braking effect yang terjadi. 34. FOPS / ROPS (Fall Over Protection Structure) (Roll Over Protection Structure) (A40) Cabin dirancang dengan kerangka utama yang mampu menahan beban yang besar saat tertimpa atau kejatuhan material atau saat unit terguling, sehingga tidak terjadi kecelakaan yang fatal pada operatornya. 35. Gear shift inhibitor (A40) Suatu system mencegah terjadinya secara tiba tiba saat 6th terjadi kesalahan operasi, misalnya padauntuk awalnya gearshift selector shiftdown posisi D dan actual gearspeed , kemudian secara tidak sengaja gearshift selector diposisi 1, maka gearspeed tidak akan dapat langsung shiftown ke gearspeed 1st , tetapi akan shiftdown secara bertahap 5th, 4th, 3rd, 2nd , 1st . sehingga tidak terjadi hentakan yang dapat menyebabkan kerusakan pada komponen transmission. 36. Inter axle (A40) Suatu system yang digunakan untuk menyamakan putaran antara front bogie differential dengan front bogie differential dengan dengan mengaktifkan dog dog clutch pada third differential differential (front bogie. bogie. 37. Intercooler (A40) Digunakan untuk mendinginkan Air Intake sebelum masuk ke Intake manifold dengan menggunakan hembusan angin yang dihasilkan oleh Fan cooling motor, sehingga tingkat density, atau kerapatan Air Intake semakin padat dan kwalitas pembakaran semakin baik untuk mendapatkan engine power yang maksimal.
132
38. Keystone model of Piston Ring (A40) Compression ring yang terpasang pada piston bagian paling atas, yang dapat menahan pressure dan temperature tinggi sehingga mengurangi tingkat kebocoran pressure dalam ruang bakar menuju crank
case. 39. LDB (Load & Dump Brake) (A40) Switch yang digunakan untuk mengaktifkan brake load unit saat loading dan dumping, tanpa harus menginjak pedal brake, sehingga mengurangi penggunaan parking brake. 40. Longitudinal Differential lock (A40) Differential lock yang terletak dalam drop-box, yang diaktifkan dengan dog clutch untuk menghubungkan kedua sisi side gearnya, sehingga putaran front axle dan front bogie axle menjadi sama. Jika system mendeteksi terjadi negative torque pada transmission saat VEB dan atau retarder dioperasikan, maka longitudinal differential lock secara otomatis akan aktif. 41. Operator Blind Side / Blind spot (A40) Daerah sekitar unit operasi yang tidak terlihat oleh operator saat mengoperasikan unitnya, sehingga unit dirancang sedemikian rupa untuk memperkecil blind spoot dan memperluas jangkauan pandang. 42. Transmision over speeding (A40) Suatu kondisi yang terjadi karena adanya factor percepatan unit atau keterlambatan braking (terutama saat unit travel pada jalan turunan) sehingga kecepatan transmission (power train) melebihi kecepatan maksimalnya, dan dapat menyebabkan kerusakan pada engine karena transmission akan memutar engine 43. Transmission Slipping (A40) Transmission tidak mampu menyalurkan tenaga engine ke power train, dan justru terjadi keausan abnormal pada clutch (disc-plate), karena Torque Transmitting Capacity clutch lebih kecil k ecil dari tenaga yang harus disalurkan. Hal ini dapat disebabkan antara lain : - Internal leakage pada seal piston berlebihan, sehingga pressure clutch turun - Keausan berlebihan pada clutch - Setting main relief atau modulating valve terlalu rendah - Beban kerja berlebihan dan dipaksakan (Overload)
44. Tire Run-out (HM) Penyimpangan putaran pada diameter luar roda searah radial 45. Toe-in (HM) Perbedaan jarak antara garis tengah roda kanan dengan roda kiri depan, diukur pada bagian depan dan bagian belakang, dimana dimana lebih lebar bagian bagian belakang saat dilihat dilihat dari atas. 46. Front Wheel Bearing Playsumbu (HM)axial pada front wheel hub. Gerak bebas bearing searah 47. Steering Wheel Play (HM) Gerak bebas steering wheel pada saat engine mati, jika berlebihan hal ini dapat disebabkan adanya keausan berlebihan pada spline, spider joint atau keausan pada inner part steering valve. Pengukuran dilakukan pada diameter luar (keliling) steering wheel. 48. Exhaust Brake (HD) Suatu system yang bekerja secara otomatis akan menutup exhaust pipe engine pada sisi outlet turbocharger dengan mechanism leaf flap, untuk mendapatkan braking effect. Sehingga saat exhaust stroke, exhaust gas akan tertahan yang berakibat putaran engine juga akan tertahan dan menimbulkan braking effect untuk untuk mengurangi kecepatan kecepatan travel unit. Exhaust brake brake solenoid valve bekerja bekerja sesuai arus perintah dari transmission controller, dan hanya akan aktif saat lock-up clutch engaged / ON. 49. Front Brake Cut Off (HD) Suatu system yang dioperasikan secara manual dengan memposisikan Front brake cut-off switch ON, untuk menCancel front brake agar tidak bekerja saat service brake pedal diinjak. Dengan tujuan agar
133
operator berkonsentrasi pada steering wheel, tidak perlu menarik retarder lever untuk mengaktifkan
rear brake, tetapi dengan menginjak service brake, pada saat unit beroperasi di permukaan jalan yang licin. 50. Brake Cooling System & BCV (HD & HM) System pendinginan brake clutch (disc plate) didalam final drive, dengan cara mengalirkan flow oli untuk merendam clutch, sehingga panas yang terjadi karena gesekan brake clutch akan diserap oleh oli dan dialirkan untuk didinginkan dalam oil cooler. (HD) Terdapat brake cooling valve & solenoid yang akan bekerja untuk memby-passkan flow discharge brake cooling pump kembali ke tank, pada saat rear brake tidak dioperasikan, sehingga menghilangkan churning resistance untuk mengurangi power loss, saat unit sedang travel. Sedangkan saat unit travel dan rear brake dioperasikan, BCV akan mengalirkan flow discharge pump menuju clutch untuk mendinginkannya. Jika terjadi keabnormalan system, dan pressure naik melebihi 9 kg/cm2, BCV akan bekerja untuk membypasskan sebagian oli kembali ke tank, sehingga kenaikan pressure abnormal abnormal tidak terjadi. (HM) Brake cooling valve dipasang secara parallel dengan jalur yang menuju brake cooling dan bekerja untuk membatasi membatasi maksimal pressure pressure pada rear & center center brake : 8 kg/cm2, sedangkan sedangkan untuk front brake brake : 4 kg/cm2. kg/cm2. 51. Brake effect distance Diukur dari titik pada saat foot brake pedal atau retarder brake valve dioperasikan sampai titik dimana unit berhenti (dalam satuan meter). Kecepatan travel unit sekitar 32 km/h (HD & HM) 20 km/h (WA), pada permukaan jalan jalan yang lurus, datar, rata rata dan pressure angin mencapai + 8 kg/cm2. kg/cm2. Pengukuran braking effect distance distance bertujuan untuk mengukur mengukur jarak actual actual effect brake, sehingga sehingga kemampuan total total brake dapat diketahui. diketahui.
: e m
u s e R
52. Lock-up Clutch Pressure (HD & DZ) Pressure yang digunakan untuk mengengagedkan lock-up clutch, besar pressure diatur oleh lock-up modulating valve sebesar 16 + 0.5 kg/cm2 (HD), 14 kg/cm2 (DZ), 18,5 kg/cm2 (HM) dan kenaikan pressurenya diatur diatur secara bertahap bertahap sehingga mengurangi kejutan yang terjadi. terjadi. 53. Stator Clutch Pressure (DZ) Pressure yang digunakan untuk mengengagedkan stator clutch, besar pressure diatur oleh stator modulating valve sebesar 27 + 1 kg/cm2 dan kenaikan pressurenya diatur secara bertahap sehingga mengurangi kejutan yang terjadi. 54. Brake Performance (DZ) Kemampuan brake clutch yang dapat diketahui dengan melakukan Torque Converter stall, T/C harus stall saatpada speeddisc-plate F3. Brake performance dipengaruhi kekuatan tension believille spring, tingkat keausan dan adjustent brake lingkageoleh & potentiometer. 55. Hydraulic Stall Speed (Big Digger) Putaran engine saat hydraulic system direliefkan 56. Hydraulic Idler Cushion (HIC) (Big Digger) Suatu system peredam kejutan pada component under carriage saat mendapat beban kejut dari arah depan (idler) dengan menggunakan cylinder hydraulic yang dihubungkan dengan Accumulator. Gas Nitrogen dalam accumulator accumulator akan menyerap menyerap beban kejutan atau kenaikan pressure pressure secara tiba tiba dengan kemampuan menyusut dan memuai tanpa terjadi kenaikan temperature.
134
57. Time Lag (Big Digger) Keterlambatan Keterlambat an waktu pergerakan attachment setelah cylinder end stroke atau mendapatkan benturaran sebagai indikasi kemampuan respon terhadap perubahan beban atau pressure yang mendadak, pada saat control valve digerakkan. 58. Charging Pump Pressure (Big Digger)
Pressure oli yang dihasilkan oleh charging pump dan besarnya pressure dibatasi oleh charging relief
valve. Dalam system digunakan sebagai pilot pressure (PPC valve & solenoid) serta untuk pilot pressure control pump. pump. 59. Swing Brake Angle (Big Digger) Sudut yang terbentuk dan diukur dari titik dimana gerakan swing dihentikan (PPC valve dinetralkan) sampai upper structure benar benar berhenti berputar dan digunakan sebagai indikasi kemampuan (setting) swing counter balance valve (atau swing safety valve). Pengukuran dilakukan minimal setelah satu putaran penuh upper structure dengan lever PPC full stroke, engine high speed dan attachment full stroke. 60. Open center Load Sensing System (Big Digger) Suatu system pengaturan flow discharge pump agar sesuai dengan variasi beban yang terjadi dan sudut pergerakan PPC valve (stroke spool control valve), sehingga Torque yang diserap oleh system hydraulic selalu dapat sesuai dengan power engine (rated speed). Juga terdapat fungsi cut-off yang bekerja untuk memperkecil memperkecil sudut pump sesaat sebelum relief pressure pressure tercapai, sehingga sehingga mengurangi terjadinya hydraulic relief loss. Dalam system OLSS terdapat TVC valve, CO & NC valve serta Servo valve & piston. 61. Back Pressure Pressure Compensating Compensating Valve (Big Digger) Valve yang dipasang pada sisi return control valve, untuk menimbulkan back pressure yang digunakan untuk membantu kerja suction atau vaccum valve serta sebagai pembatas minimal pressure Pd. 62. Track Tension (Big Digger) Kekencangan track link harus sesuai standart, sehingga tidak terjadi keausan abnormal. Jika track tension terlalu kencang, justru akan menyebabkan tambahan beban pada travel motor, disamping dapat mempercepat tingkat keausan. 63. Cut Off Pressure (Big Digger) Besar pressure yang digunakan sebagai batas system untuk meminimalkan sudut Main Pump, yang ditentukan sesaat sebelum relief pressure tercapai, sehingga mengurangi terjadinya hydraulic relief loss. Karena pada dasarnya pencapaian cut-off pressure dengan relief pressure relative sangat pendek, sedangkan saat relief pressure tercapai, attachment sudah tidak bisa digerakkan, sehingga percuma dan hanya membuang tenaga engine jika flow discharge pump masih dipertahankan besar.
64. LS - Differential Pressure (PC) PLS = Pump discharge pressure PP – PP – LS LS pressure PLS LS diffential pressure PLS (perbedaan pump pressure PP dan outlet control valve port pressure LS yang dipengaruhi oleh pressure beban actuator) actuator) selalu konstan.Sudut swash plate pump ( flow discharge pump) akan diatur sedemikian rupa sehingga LS differential pressure PLS lebih tinggi dari setting pressure LS valve (saat pressure kerja actuator rendah) swash plate pump akan bergerak ke posisi minimum. PLS lebih rendah dari setting pressure LS valve (saat pressure kerja actuator tinggi) swash plate pump akan bergerak ke posisi maximum, sedangkan jika LS differential pressure Jika LS differential pressure 65. Single/Double Stage main relief (PC) Relief valve yang mempunyai 2 tingkat setting pressure (1st = 320 kg/cm2, 2nd = 350kg/cm2), yang bertujuan untuk meningkatkan meningkatkan tenaga (power) (power) attachment. Prinsip kerja kerja 2 stage relief valve adalah memperkuat tension spring main relief dengan mekanisme piston yang digerakkan oleh pilot pressure. Agar speed attachment tetap dapat dipertahankan maka sudut pump akan dipertahankan dengan menCancel CO valve. 66. Track Gauge (PC) Jarak antara titik tengah track shoe sebelah kanan dan sebelah kiri. 67. Travel Deviation (PC)
135
Terjadi penyimpangan arah travel (belok dengan sendirinya) saat unit dijalankan maju atau mundur
lurus, yang terjadi karena terdapat terdapat perbedaan putaran pada kedu keduaa sisi kanan dan kiri track link. Hal ini dapat disebabkan dari factor mekanikal : jumlah track link berbeda (sudah pernah dipotong pada satu sisi) atau kekencangan track link kedua sisi tidak sama, sedangkan factor hydraulic disebabkan adanya perbedaan jumlah jumlah flow oli yang memutar travel motor karena misadjustment misadjustment salah satu linkage travel, travel, pilot pressure control pump pump lebih besar salah 68. Total Hydraulic Drift (PC) Kecepatan penurunan attachment attachment yang diukur dari ketinggian teeth bucket terhadap permukaan tanah selama 15 menit, postur attachment diposisikan Full Boom Raise, Full Arm Out dan Full Bucket Curl satu sisi, salah satu pump atau travel motor internal leakagenya besar, dsb 69. Permisible water depth (PC) Batas kedalaman air saat unit beroperasi pada medan berair adalah garis tengah carrier roller. Saat menjalankan unit keluar dari dalam air, jika sudut kemiringan unit melebihi 15o, bagian belakang upper structure (sisi engine) akan masuk terendam kedalam air, dan putaran fan akan mengenai air, sehingga fan dapat rusak atau putus.. 70. Travel speed (PC) Travel speed idle : Waktu yang diperlukan untuk melakukan 5x putaran track link. Naikkan salah satu sisi track track link, dengan posisi Boom lower dan putar track link 1x Ukur waktu yang diperlukan untuk 5x putaran berikutnya. (Travel speed Lo & Hi). Travel speed actual : Waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak 20 m. Jalankan unit pada permukaan jalan yang rata, datar dan kering sejauh 10 m. Ukur waktu untuk menempuh jarak 20 m berikutnya. (Travel speed Lo Hi).
: e m
u s e R
71. Swing Swing drift (PC) (PC) Pergeseran posisi upper structure terhadap lower structure saat unit diparkir pada sudut kemiringan 15o dengan posisi upper structure menyilang 90o terhadap lower structure dan attachment diangkat. Pergeseran tidak boleh terjadi dan diukur setelah 5 menit, hal ini sebagai indikasi kemampuan swing brake clutch (tingkat keausan keausan brake clutch dan tension spring). IV. TROUBLE ANALYSIS 1. Engine Hunting Putaran engine yang tidak stabil, naik turun tidak beraturan yang disebabkan ada udara yang masuk dalam fuel system dari sisi suction pump (misal terjadi kebocoran hose, o-ring dsb). Sehingga seolah olah terjadi perubahan Firing Order (urutan pembakaran). 2. Engine Overheat akibat Cooling System Suatu kondisi cooling dimana system temperature air pendingin diatas normal (+ 105oC), yang disebabkan keabnormalan - Thermostat jammed tertutup, - Radiator (core atau fin) buntu, - Fan belt kendor, dsb 3. Blow By Pressure terlalu tinggi - Keausan berlebihan pada ring piston & liner - Kebocoran pada valve steam dan guide (intake-boost pressure, exhaust-exhaust gas) - Kebocoran boost pressure melalui pushrod sleeve. dsb
136
4. Exhaust Temperature terlalu tinggi Pada intinya disebabkan pembakaran tidak sempurna, dimana perbandingan udara dengan bahan bakar tidak seimbang, udaranya udaranya lebih sedikit. sedikit. - Air cleaner buntu - Turbocharger broken - Overfuelling, dsb
5. Boost Pressure terlalu rendah
- Air cleaner buntu - Turbocharger broken, dsb 6. Suara yang tidak normal dari Hydraulic Pump - Kerusakan inner part atau keausan berlebihan - Ada angin yang terjebak, karena bleeding tidak sempurna - Bearing pump jammed, dsb 7. Hydraulic Oil Overheating - Fin oil cooler buntu - Setting main relief terlalu tinggi - Operasi overload secara terus menerus, dsb 8. Work Equipment Speed lambat Pada intinya disebabkan flow oli yang menuju actuator terlalu sedikit - Flow discharge pump rendah (internal leakage, pilot control pump abnormal) - Internal leakage pada control valve terlalu besar - Spool C/V tidak bisa full stroke dsb 9. Hydraulic Drift besar - Internal leakage pada cylinder hydraulic hydraulic terlalu besar - Internal leakage pada control valve terlalu besar 10. Unusual noise dari Hydraulic Pump - Keausan berlebihan pada inner component pump - Ada angin yang terhisap oleh pump - Bearing atau bushing pump jammed. dsb 11. Starting Motor tidak bisa berputar walaupun Starting Switch posisi posisi "START" - Kabel terminal C putus - Starting motor terbakar - Battery drop, engine jammed , dsb
12. Engine Oil Pressure Monitor tidak mau mati - Engine oil pressure drop : relief valve jammed terbuka, keausan inner component berlebihan - Sensor engine oil pressure abnormal 13. Charging System Tidak Berfungsi B erfungsi -- Alternator rusak putus, kendor V-belt alternator - Terminal B alternator putus. dsb 14. Pump Flow Rate tidak tercapai - Internal leakage pump terlalu besar. - Strainer outlet hydraulic tank buntu. 15. Stall Speed terlalu tinggi (HD & HM & DZ) - Setting relief valve terlalu rendah - Setting regulator valve terlalu rendah - Internal leakage pada Torque Converter Converter terlalu besar. besar. dsb 16. Stall Speed terlalu rendah (HD & HM & DZ) - Power engine turun yang disebabkan keabnormalan pada intake system atau fuel system. - Setting relief valve T/C terlalu tinggi - Setting regulator valve terlalu tinggi, atau terjadi kebuntuan pada oil cooler, sehingga pressure dalam torque converter terlalu tinggi. dsb
137
17. ECMV Pressure tidak tercapai (HD & HM & DZ) - Solenoid valve rusak, nilai resistancenya bertambah besar. - Spool pressure valve jammed. - Fill switch jammed OFF atau Internal leakage pada clutch piston terlalu besar. dsb 18. Lock-up Clutch Pressure terlalu rendah (HD & HM & DZ) - Spool lock-up modulating valve jammed. -- Spring valve patah Internallock-up leakagemodulating pada lock-up piston terlalu besar. dsb - Terjadi kebocoran pada piping sisi inlet pump, sehingga angin terhisap masuk. dsb 19. Steering Wheel Play terlalu longgar (HD & HM & Light truck) - Keausan pada spline steering shaft terlalu besar - Universal joint aus berlebihan - Steering valve (orbitroll) atau gear box aus berlebihan. dsb 20. Retarder Brake tidak berfungsi (HD) - Retarder valve misadjustment atau spring retarder valve patah - Rear brake clutch aus berlebihan - Terdapat angin dalam brake oil system karena bleeding tidak sempurna. dsb 21. Braking Efect distance dari Emergency brake terlalu jauh (HD & HM) - Air pressure drop - Terdapat angin dalam brake oil system karena bleeding tidak sempurna. - Misadjustment parking brake. dsb
: e m
u s e R
22. Engine Overrunning (HD & HM) - Auto retarder solenoid tidak berfungsi, sehingga power train memutar engine karena pengaruh beban dan faktor percepatan. - Misadjustment input shaft transmission speed sensor, sehingga auto retarder tidak bekerja. - Keabnormalan pada FIP, sehingga overfueling. dsb 23. Torque Converter Overheating (HD & HM & DZ) - Setting relief valve T/C terlalu tinggi - Setting regulator valve terlalu tinggi, atau terjadi kebuntuan pada oil cooler. - Unit sering operasi overload. dsb 24. Torque Converter Lock-up Clucth tidak bekerja (HD & HM & DZ) -- Lock-up solenoid putus, atau inner plungernya jammed Seal lock-up pistonvalve clutch bocor - Lock-up clutch aus berlebihan. dsb 25. Torque Converter Low Efficiency (HD & HM & DZ) - Internal leakage T/C terlalu besar - Stator jammed, sehingga tidak bisa mengarahkan oli dari turbin menuju pump - Setting relief valve T/C terlalu rendah. dsb 26. Transmission Slip (HD & HM & DZ) Internal leakage pada seal piston berlebihan, sehingga pressure clutch turun - Keausan berlebihan pada clutch - Setting main relief atau modulating valve terlalu rendah. dsb
138
27. Steering terasa berat (HD & HM) - Steering orbitroll valve aus berlebihan - U-joint steering shaft jammed. - Demand valve spool jammed ke posisi flow discharge menuju hoist system. dsb
28. Parking Brake tidak mau release (HD & HM) - Parking brake pilot valve jammed - Parking brake relay valve bocor - Spring chamber parking bocor. dsb 29. Gerakan Hoist lambat (HD & HM) - Flow discharge pump terlalu kecil -> internal leakage demamd valve jammed, sehingga -- Steering Spool hoist C/V tidak bisa end stroke. dsb flow discharge menuju steering circuit 30. Steering susah belok (DZ) - Misadjustment linkage steering atau PCCS lever potentiometer - Steering brake aus berlebihan - Steering clutch pressure terlalu rendah : kebocoran seal piston. dsb 31. Travel Deviation Out of Standard (PC & big digger) Pada dasarnyanya karena terdapat perbedaan putaran pada kedua sisi kanan dan kiri track link. - Factor mekanikal : Jumlah track link berbeda (sudah pernah dipotong pada satu sisi) Kekencangan track link kedua sisi tidak sama, - Factor hydraulic disebabkan adanya perbedaan jumlah flow oli yang memutar travel motor Misadjustment salah satu linkage travel, Pilot pressure control pump lebih besar salah satu sisi, Salah satu pump atau travel motor internal leakagenya besar, dsb 32. Track Tension Sering Kendor (DZ) - Seal adjuster bocor - Recoil spring patah - Nipple adjuster bocor. dsb
33. Work Equipment Low Power (big digger) Pada dasarnya disebabkan relief pressure lebih rendah dari standartnya - Adjustement main (primary) relief valve terlalu rendah - Adjustment safety (secondary) valve terlalu rendah - Main relief atau safety valve jammed terbuka atau springnya patah. dsb 34. Hydraulic Oil Overheating (big digger) - Fin oil cooler buntu -- Unit sering operasi overload (relief Speed fan motor terlalu rendah. dsbpressure tercapai) 35. Swing Speed lambat (big digger) Pada dasarnya disebabkan kurangnya flow oli yang diperlukan untuk circuit swing - Flow discharge swing pump terlalu rendah : internal leakage, sudut pump terlalu kecil - Internal leakage swing motor terlalu rendah - Keabnormalan mechanical mechanical system : swing gear atau swing circle bearing jammed. dsb 36. Engine cannot high idle (big digger) - Fuel control dial, throttle command signal terlalu rendah - Keabnormalan pada engine saver, sehingga selalu memposisikan engine low idle - High idling validation switch tidak bisa ON . dsb 37. Cut Off Pressure, di bawah standart (big digger) - Misadjustment Cut-Off valve - Cut-Off valve jammed terbuka atau springnya patah. dsb
139
38. Steering terasa berat (Volvo & Light truck)
- Internal leakage steering pump terlalu besar. (flow discharge steering pump kecil) - Internal leakage steering gear box terlalu besar - Steering lingkage kurang lubricating sehingga jammed - LingkageBearing steering gear box jammed. dsb 39. Parking Brake tidak mau Release (mechanical) (Volvo & Light truck) - Misadjustment parking brake linkage -- Parking shoe lengket pada brake Lingkagebrake mechanical & push-pull cabledump. parking brake kurang pelumasan, sehingga jammed. dsb 40. Spring Brake tidak mau Release (Volvo & Light truck) - Diaphram spring brake bocor - Spring brake relay valve bocor - Misadjustment slack adjuster (atau slack adjuster jammed). dsb 41. Clutch Slips (Volvo & Light truck) - Disc clutch aus berlebihan - Adjustment release lever tidak sama - Misadjustment clutch booster rod & linkage. dsb 42. Vibration pada saat Clutch Engaged (Light truck) - Damper spring pada disc clutch patah - Bolt mounting clutch cover tidak merata - Bolt mounting clutch housing poor torque (kendor). dsb 43. Transmisi netral sendiri (Volvo & Light truck) - Netral detent abnormal - Hi-Lo range piston internal leakage. dsb : e m
u s e R
44. Propeller Shaft bergetar (Volvo & Light truck) - Misalignment propeller shaft (male & female) - Proppeller shaft bengkok - Needle bearing U- joint aus berlebihan. dsb 45. Engine Knocking (Volvo & Light truck) - Injection timing terlalu cepat - Cetane number fuel terlalu tinggi, sehingga mudah terbakar (delay periode menjadi kecil) 46. Clutch Pedal berat (Volvo & Light truck) - Air pressure drop - Clutch booster abnormal (internal leakage) - Lingkage mechanical clutch kurang pelumasan, sehingga jammed. dsb Note : Item trouble anaylis diatas hanya merupakan sebagian kecil dari analisa kerusakan, sehingga harus dikembangkan sesuai dengan karakteristik dan spesifikasi unit masing masing, sehingga perlu untuk meningkatkan pemahaman system control unit secara menyeluruh
140
- Kondisi saat measurement yang meliputi : (sesuaikan dengan standart table shop manual) - Temperature air radiator : dalam range kerja - Temperature oli hydraulic : 50o – 50o – 70oC 70oC - Temperature oli power train (transmission) : 50o – 50o – 80oC 80oC - Gunakan tool standart yang kondisinya baik. - Lakukan sesuai prosedur dalam shop manual ataupun OMM FIRE SUPRESSION
1.Pressure Indicator
Pressure gauge yang dipasang pada cylinder valve, yang berfungsi untuk mengetahui tekanan didalam tabung (gas nitrogen cylinder). Pressure normal cylinder harus menunjukkan 1350kpa, jika dibawahnya, lakukan pemeriksaan terhadap sistem sesegera mungkin. 2.Auto Detection Assembly ROPS type : Pyrotube digunakan sebagai pendeteksi panas untuk sistem yang bekerja secara otomatis. Yang dapat aktif mendeteksi panas sepanjang tube, jika panas melebihi 175oC pada sembarang titik akan menyebabkan pyrotube menjadi aktif, dan menghasilkan pressure dalam tube sebesar 11 Mpa (tanpa dipengaruhi panjang detector) dan digunakan untuk membuka cylinder valve. Pyrocord hanya mempunyai umur pakai 1 tahun. LOPS type : Fire Detection Plastic Tube (FDPT) digunakan sebagai pendeteksi panas untuk sistem yang bekerja secara otomatis dan dihubungkan dengan cylinder valve untuk mempertahankan pressure agar sama dengan presssure dalam cylinder. FDPT dapat aktif mendeteksi panas sepanjang tube, jika panas yang terjadi mampu melubangi atau membocorkan tube, maka pressure akan turun dan menghilangkan pressure sehingga cylinder cylinder valve terbuka terbuka.. Plastic khusus 1/4” Nylon 12, digunakan sebagai pelapis yang akan meleleh jika panas mencapai 160o-180oC. FDPT hanya mempunyai umur pakai 1 tahun. 3.Nozzle Suatu komponen yang dipasang pada tempat yang berpotensi dapat timbul api, dan dihubungkan dengan cylinder valve sehingga saat cylinder valve terbuka, nozzle akan menyemprotkan foam (yang berasal dari dalam cylinder) dengan sudut semprotan semprotan sekitar 60o. 4.Engine shutdown kit Sistem yang bekerja secara otomatis untuk mematikan engine (electrical engine) pada saat auto detection aktif karena mendapat sensor panas yang berlebihan (diatas 160o-180oC) sehingga pressure switch menjadi aktif (ON atau OFF tergantung system yang digunakan).
1.Recharging Pengisian kembali cylinder dengan foam yang dicampur air dan diberikan pressure gas nitrogen sebesar 1350 kpa. 2.Foam Suatu cairan berupa konsentrat kimia (fluorocarbon surfactants) yang membentuk busa yang berfungsi untuk membuat lapisan yang menutup permukaan sumber api terhadap oksigen. 3.Nitrogen Gas yang diisikan kedalam cylinder untuk menimbulkan tekanan, sehingga foam dapat disemprotkan keluar. 4.Pressure switch Switch yang dipasang pada manifold block, yang akan aktif pada saat auto detection bekerja, untuk memberikan input sinyal ke control panel, sehingga fire alarm berbunyi dan beberapa saat kemudian mematikan engine. 141
5.Safety Tie yang dipasang pada handle manual LOPS actuators, untuk mencegah pengoperasian Kabel plastic yang tidak sengaja (karena tersenggol).
1.Charging Regulator Alat yang digunakan untuk melakukan pengisian gas nitrogen ke dalam cylinder 2.Pressure gauge Alat yang digunakan untuk mengukur besarnya pressure dalam cylinder saat recharging. 3.Cutting hose Alat yang digunakan untuk memotong hose. 4.Adjustable wrench Alat yang digunakan untuk membuka atau mengencangkan connector hose dan bisa menyesuaikan ukuran kepala connector. 1.System pressure Memastikan pressure dalam cylinder mencapai 1350 kpa (range hijau) dengan memperhatikan pressure gauge. 2.Fire alarm panels -Tekan tombol reset dan tahan selama 4 detik. -Periksa dan pastikan alarm berbunyi -Pastikan semua lampu (4 buah) menyala -Lepas tombol reset -Ganti lampu jika putus : e m
u s e R
3.Cylinder valve -Periksa dan pastikan cylinder tidak rusak dan kotor -Bersihkan dengan majun yang bersih -Ganti cylinder valve jika rusak 4.Pipework, hose and fitting -Periksa dan pastikan semua discharge pipework, hose dan fitting semuanya kencang. -Kencangkan connector pipework dan fitting (sisi nozzle)yang kendor -Periksa dan pastikan semua actuator pipework dan fitting kencang -Kencangkan connector pipework dan fitting (sisi cylinder & block manifold) yang kendor.
1.PNPB (Publication Number of Part Book) Suatu angka yang tertera pada cover part book (pojok kanan atas) yang menunjukkan aplikasi part book tersebut sesuai dengan dengan Serial Number Number dan Tipe Unit. 2.SPO (Standard Part Overhaul) Daftar part yang dibutuhkan untuk overhaul normal sesuai umur yang direkomendasikan factory, dengan kondisi tidak terjadi kerusakan abnormal pada komponen. APL (Application Cart List) (Remove & Install) Daftar part yang yang dibutuhkan untuk Remove dan Install komponen sesuai umur yang direkomendasikan factory, factory, dengan kondisi tidak terjadi kerusakan abnormal. 142
3.PSN (Part & factory Serviceberupa News) brosur atau leaflet yang berisikan modifikasi atau improvement pada Informasi dari
komponen, system atau technical instruction (Prosedur Repair, Testing Adjusting) dengan tujuan untuk meningkatkan performance atau memperbaiki kelemahan dan kekurangan. Setiap PSN hanya
berlaku untuk Serial Serial Number tertentu yang yang sesuai. 4.Kode kode pada part book (symbol) Kode dari factory berupa angka dan huruf, sedangkan symbol berupa gambar yang ditunjukkan pada part book, dengan tujuan tujuan untuk mempermudah proses proses pemilihan part yang yang akan diorder, sehingga dapat mencegah kesalahan order atau double order (karena komponen ass"y dan separated diorder secara bersamaan). Dan juga mempermudah pencarian komponen yang berkaitan atau saling berhubungan. 5.Reusable part Part yang masih dapat digunakan lagi setelah dilakukan visual check dengan membandingkan dengan reusable book, dan hasil pengukuran masih dalam range yang diijinkan sesuai maintenance standart atau Quality Assurance. 1.Recharging cylinder -Buka cylinder valve -Isi air sesuai kapasitas yang tercantum pada cylinder label -Isi foam sesuai perbandingan dengan kapasitas air. -Pasang kembali cylinder valve -Pasang charging tool dan isikan gas nitrogen sampai pressurenya mencapai 1350 kpa. -Lepas charging tool Demikianlah sedikit gambaran mengenai sistem pemadam api otomatis atau yang sering di sebut dengan istilah fire supression,semoga bermanfaat.Untuk refreshing anda bisa melihat di di SINI TROUBLE EXCAVATOR
INSPECTION 1.Engine speed (Rpm) Mengetahui speed engine saat low idle dan high idle, untuk memastikan Fuel throttle lever voltage atau fuel control dial (electrical throttle system) kondisinya normal. Sedangkan untuk mengetahui power engine, pengukuran pengukuran dilakukan pada kondisi kondisi operasi dengan beban maksimal. Prosedur Radiator coolant temperature : 70-90o (temperature kerja) Memastikan fuel throttle lever dapat diposisikan pada stopper Low dan High
Hidupkan engine dan ukur speed saat low dan high. 2.Compression pressure (kg/cm2) Mengetahui tingkat keausan pada liner dan ring piston, atau kondisi valve guide / steam. Prosedur Radiator coolant temperature : + 60oC Cracking rpm : 150 – 150 – 250 250 rpm (untuk memastikan tercapai, pasang tachometer) Pastikan Intake system kondisinya bagus (tidak terjadi kebuntuan) Valve clearance : standart Lepas nozzle atau injector, dan pasang adapter (nozzle palsu), sambungkan dengan pressure gauge. Tutup fuel line, posisikan shut-off agar tidak terjadi fuel injection. Putar (crangking) engine dengan tenaga battery saja (engine tidak hidup) dan ukur compression pressure. Lakukan 3-4 kali, ambil nilai rata rata. Agar battery lebih tahan lama, buka semua nozzle atau injector.
143
3.Blow by pressure (mmH2O, mmAq)
Untuk mengetahui tingkat keausan pada liner dan ring piston (bebocoran pressure dari ruang bakar) Prosedur Radiator coolant temperature : 70-90o (temperature kerja) Memastikan pedal throttle lingkage & lever throttle FIP dapat diposisikan pada stopper High. Check fuel dan air system kondisinya normal. Pasang Blow-by adapter dan sambungkan dengan pressure gauge Hidupkan engine, posisikan high idle (jika memungkinkan berikan load maksimal , ukur saat unit operasi kemudian ukur pressure blow by. 4.Oil pressure Memastikan pressure oli yang digunakan untuk system lubricating engine sesuai standart, sehingga tidak terjadi keausan abnormal. Prosedur Radiator coolant temperature : 70-90o (temperature kerja) Oil level dalam range Low-High Tidak terjadi oil leakage Pasang nipple dan sambungkan dengan pressure gauge. Hidupkan engine, ukur pressure saat engine low idle dan high idle. 5.Intake resistant (mmH20)
Untuk mengetahui tingkat kebuntuan air cleaner dan juga sebagai indikasi kemampuan hisap piston. Prosedur Radiator coolant temperature : 70-90o (temperature kerja) Tidak terjadi kebocoran pada intake system Pasang nipple measurement dan sambungkan dengan pressure gauge Hidupkan engine, ukur intake resistance saat beban maksimal. : e m
u s e R
6.Exhaust temperature (oC) Untuk mengetahui tingkat kwalitas pembakaran, yang ditentukan oleh perbandingan udara yang masuk dengan fuel yang diinjeksikan. Prosedur Radiator coolant temperature : 70-90o (temperature kerja) Check fuel dan air system kondisinya normal Pasang temperature sensor dan sambungkan dengan thermometer Hidupkan engine, ukur exhaust temperature saat beban maksimal. 7.Exhaust gas color (Bosch Index) Untuk mengetahui tingkat kwalitas pembakaran, dan tingkat kebocoran oli kedalam ruang bakar (melalui valve steam dan ring piston). Prosedur Radiator coolant temperature : 70-90o (temperature kerja) Check fuel dan air system kondisinya normal. Hidupkan engine, masukkan suction port Smoke checker kedalam muffler (exhaust pipe) dan hisap (tarik handlenya) saat engine diakselerasikan. Bandingkan hasil hisapan gas buang yang terdapat pada filter paper dengan table standart
144
8.Valve clearance
Untuk mengetahui dan memastikan kerengangan valve (intake exhaust) karena clearance valve menentukan menentuka n valve timing dan total valve strokedan (total jumlahsesuai udarastandard, yang masuk dan
exhaust gas yang keluar) ,sehingga sangat berpengaruh terhadap tenaga engine. Prosedur
Radiator coolant temperature : + 60oC (atau tergantung standart factory : Cold / Hot) Posisikan cylinder yang akan diadjust pada TDC compression Masukkan feeler gauge (sesuai standart clearance) diantara rocker arm dan crosshead, putar adjustment screw sampai feeler gauge terasa sliding saat digerakkan. Adjustment valve clearance dapat dilakukan per Cylinder atau dengan metode dua kali putar.
9.Oil Untuktemperature mengetahui dan memastikan temperature oli dalam range kerja, karena temperature sangat berpengaruh terhadap terhadap viskositas oli yang yang dapat mempercepat keausan keausan komponen. Prosedur Radiator coolant temperature : 70-90o (temperature kerja) Oil level dalam range Low-High Pasang nipple measurement dan sambungkan dengan pressure gauge Hidupkan engine, ukur pressure saat low dan high idle. 10. Fuel Injection timing (FIP) Untuk mengetahui dan memastikan Start of Injection, karena sangat menentukan tenaga engine dan untuk mencegah terjadinya knocking atau detonation. Prosedur (Delivery method) Putar dan posisikan Cylinder no.1 pada TDC Compression kemudian tepatkan mark IJ (start injection)
pada front damper atau flywheel dengan pointer. Lepas delivery valve No. 1 dan kendorkan bolt coupling FIP Pompakan feed pump sambil menggerakkan drive shaft FIP, perhatikan saat fuel berhenti mengalir dari lubang delivery valve No.1, maka berarti timing injection sudah tepat. Prosedur Mark alignment methode Putar dan posisikan Cylinder no.1 pada TDC Compression kemudian tepatkan mark IJ (start injection) pada front damper atau flywheel dengan pointer. Posisikan mark (tanda) drive shaft dengan housing FIP saling segaris atau sejajar. Untuk Cummins Engine ; harus menggunakan Timing Fixture
11. Radiator pressure valve Untuk mengetahui pressure maksimal didalam cooling system, sehingga s ehingga tidak terjadi over pressure yang dapat menyebabkan kebocoran (hose, clamp, core radiator dsb) dan mencegah air didalam radiator dapat mendidih, jika pressurenya terlalu rendah, sehingga tidak terjadi cavitasi pada komponen (liner). Prosedur Gunakan radiator cap tester. 12. Fan belt tension Untuk memastikan fan dapat berputar dengan kecepatan sesuai putaran engine (tidak terjadi slip), sehingga hisapan atau hembusan angin untuk mendinginkan air pendingin dalam radiator dapat maksimal. Tension belt yang standart juga akan mencegah terjadi kerusakan belt lebih cepat. (biasanya menggunakan autotension pulley) Prosedur 145
Tekanpenyimpangan belt dengan menggunakan push-pull scale dengan tekanan sesuai standart. Ukur (deflection) belt
13. Oil consumption ratio
Untuk mengetahui jumlah penambahan oli yang disebabkan adanya oli yang masuk ke dalam ruang bakar melalui ring ring piston atau valve steam, steam, sehingga ikut terbakar. Pengukuran Pengukuran perbandingan perbandingan berdasarkan jumlah jumlah penambahan oli dengan dengan jumlah bahan bakar (fuel) (fuel) yang digunakan. digunakan. Note : Untuk pengukuran hydraulic performance : pressure, drift dan cycle time (awork equipment speed) harus dengan kondisi : kerja 70o - 90oC Waterdilakukan coolant temperature : range Hydraulic oil temperature : 50o – 50o – 60oC 60oC Pengukuran dilakukan sebanyak 3 x, tentukan hasilnya berdasarkan rata ratanya. 14. Primary pressure Untuk mengetahui maksimal pressure dalam system sebagai indikasi kekuatan gali (digging force) dalam batas kemampuan (specified pressure) main pump. 320-330 320 -330 bar. Prosedur : Pasang pressure gauge pada HPF block (R984), RH120 dapat menggunakan BCS Ukur pressure, saat engine high idle dan attactment direliefkan (Stick In) 15. Servo Pump Pressure Untuk mengetahui maksimal pressure dalam pilot control circuit (control pump & control system). 32
bar (R984) & 40 bar (RH120) Prosedur Pasang pressure gauge pada Pilot Filter Block (R984), RH120 dapat menggunakan BCS Ukur pressure saat engine high idle dan low idle : e m
u s e R
16. Pilot PPC pressure Untuk mengetahui pilot pressure out put PPC valve sebagai penggerak spool C/V, repositioning piston (close loop swing). 32 bar (R984) & 40 bar (RH120) Prosedur : Pasang pressure gauge pada spool cover C/V. Ukur pressure saat engine high idle dan low idle 17. Pressure cut-off ( CO Pressure ) Untuk mengetahui maksimal pressure saat cut-off valve bekerja untuk meminimalkan sudut main pump. (310 bar) Prosedur : Pasang pressure gauge pada pada HPF Block dan servo valve (R984). R120 - BCS Turunkan setting primary valve, kemudian naikkan kembali setting primary valve secara perlahan sampai terbaca setting pressure cut-off (300 – (300 – 310bar), 310bar), pressure gauge pada servo valve turun secara tiba-tiba Ukur pressure saat engine high idle dan low idle 18. Secondary pressure Untuk mengetahui maksimal pressure dalam system antara C/V dan actutor sebagai indikasi kemampuan actuator merelease beban dari luar dan akibat pergerakan actuator lainnya. Prosedur :
146
Pasang pressure gauge HPF block (R984), RH120 dapat menggunakan BCS reliefkan Naikkan setting primary prim arypada valve melebihi setting setting pressure secondary valve, kemudian reliefkan actuator
secara perlahan dan ukur pressure secondary valve. Pengukuran dilakukan untuk setiap secondary valve.
19. Swing hydraulic pressure Pressure during swing Untuk mengetahui working pressure saat swing, dan dapat digunakan untuk mengetahui keabnormalan keabnormalan mechanical (swing circle bearing, swing gear box). Prosedur :
Parkir pada tempat yangSwing rata pump (R984), RH120 dapat menggunakan BCS Pasangunit pressure gauge pada Posisikan attachment full extend sesuai postur measurement, kemudian ukur pressure saat upper structure diputar (swing) 360o. Swing relief pressure Untuk mengetahui maksimal pressure dalam swing system (close loop) sebagai indikasi kekuatan memutar upper structure. Prosedur : Pasang pressure gauge pada HPF block (R984), RH120 dapat menggunakan BCS Ukur pressure saat swing ditahan (relief) 20. Swing brake angle Untuk mengetahui kemampuan counter balance valve merelease pressure saat gerakan swing dihentikan secara tiba-tiba (PPC dinetralkan).
Prosedur : Tentukan point saat swing dihentikan, beri tanda pada outer/ inner race bearing circle. Gerakkan swing satu putaran, kemudian hentikan swing pada titik yang telah ditentukan, dan ukur sudut atau jarak antara kedua tanda pada outer/ inner circle bearing. 21. Time taken to start swing (90o & 180o) Untuk mengetahui respon swing system pada awal pergerakan swing dilakukan. Prosedur : Gunakan stop watch, engine high idle Ukur waktu yang diperlukan untuk melakukan swing 90o dan 180o.
22. Hydraulic drift of swing Untuk mengetahui kemampuan swing brake clutch, sebagai swing parking brake. Prosedur : Parkir unit pada kemiringan + 15o, posisikan upper structure melintang 90o terhadap lower structure dan angkat attachment, kemudian matikan engine dan swing brake di ON kan. Beri tanda pada outer/ inner race bearing circle. Ukur pergeseran kedua tanda pada circle bearing setelah 5 menit berikutnya. 23. Internal Leakage of swing motor Untuk mengetahui tingkat internal leakage pada swing motor Prosedur : Siapkan tempat penampung oli. Buka hose internal leakage motor, kemudian pasang blind plug pada hose dan pasang extension hose pada port internal leakage leakage motor. Reliefkan swing circuit selama 1 menit, tampung dan ukur oli yang keluar dari port internal leakage. 147
24. Swing Speed Untuk mengetahui kecepatan putar upper structure, yang dapat digunakan sebagai indikasi besarnya
flow rate swing pump. Prosedur :
Gunakan stop watch, parkir unit pada tempat yang rata dan posisikan attachment full extend sesuai postur measurement measurement Tentukan start point measurement, lakukan swing satu putaran awal kemudian ukur waktu yang diperlukan untuk 5 putaran berikutnya. 25. Swing control lever Stroke
Untuk mengetahui total stroke PPC valve. Prosedur Lakukan pengukuran pada saat engine mati. Gunakan mistar Ukur pada bagian ujung stickjoy saat posisi netral sampai titik saat stick joy digerakkam full stroke. 26. Swing control lever operating force Untuk mengetahui besarnya tenaga yang dibutuhkan untuk menggerakkan stickjoy, dan dapat digunakan sebagai indikasi kenormalan mekanisme inner component PPC valve. Prosedur Lakukan pengukuran pada saat engine mati dan gunakan push-pull scale. Kaitkan push-pull scale pada ujung stickjoy, kemudian tarik stickjoy dan ukur tenaga yang diperlukan. 27. Travel hydraulic pressure Pressure during travel no load
: e m
u s e R
Untuk mengetahui working pressure saat travel tanpa beban dan dapat digunakan untuk mengetahui keabnormalan mechanical (final drive & undercarriage) Prosedur : Pasang pressure gauge pada HPF block (R984), RH120 dapat menggunakan BCS Naikkan salah satu sisi track track dengan boom lower, lower, kemudian gerakkan gerakkan travel lever full stroke untuk memutar track link yang terangkat. Pressure during travel under load Untuk mengetahui working pressure saat travel, dan dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan (interbal leakage) pump, control valve, rotary joint atau travel motor Prosedur : Pasang pressure gauge pada HPF block (R984), RH120 dapat menggunakan BCS Jalankan unit pada tempat yang rata, lurus Posisikan attachment sesuai postur travel, kemudian ukur pressure saat unit travel. Travel relief pressure Untuk mengetahui maksimal pressure dalam dalam travel system sebagai indikasi kekuatan travel motor saat mendapat beban berat (tanjakan atau medan berlumpur) Prosedur : Pasang pressure gauge pada HPF block (R984), RH120 dapat menggunakan BCS Ukur pressure saat travel circuit direliefkan. 28. Travel deviation Untuk mengetahui penyimpangan arah travel unit (belok dengan sendirinya tanpa dikehendaki) yang disebabkan adanya perbedaan putaran pada kedua sisi track link. Prosedur Lakukan pada tempat yang datar, rata dan lurus Jalankan unit + 10 meter dengan kedua travel lever full stroke, kemudian ukur penyimpangan travel pada 20m berikutnya. berikutnya. Pengukuran dilakukan dilakukan pada bekas travel travel yang membentuk kurva kurva pada bagian
148
tengahnya atau 10 m dari jarak awal.
29. Travel deviation when operating work equipment while traveling
Untuk mengetahui penyimpangan arah travel unit (belok dengan sendirinya tanpa dikehendaki) yang disebabkan adanya perbedaan putaran pada kedua sisi track link. 30. Travel Speed Untuk mengetahui kecepatan putar track link, yang dapat digunakan sebagai indikasi besarnya flow discharge main pump.
Prosedur Gunakan :stopwatch Naikkan salah satu sisi track track dengan boom lower, lower, beri tanda pada salah salah satu track dan tentukan start point measurement. measurement. Kemudian gerakkan travel lever full stroke untuk memutar track link yang terangkat. Pengukuran dilakukan setelah satu putaran awal, untuk lima putaran berikutnya. 31. Hydraulic drift of travel Untuk mengetahui kemampuan travel brake clutch, sebagai parking brake. Prosedur : Beri tanda pada teeth sprocket dan track link Parkir unit pada kemiringan 15o dan angkat attachment, kemudian matikan engine. Ukur pergeseran kedua tanda pada teeth sprocket dan track link setelah 5 menit berikutnya. 32. Internal Leakage of travel motor Untuk mengetahui tingkat internal leakage pada swing motor Prosedur : Siapkan tempat penampung oli. Buka hose internal leakage travel motor, kemudian pasang blind plug pada hose dan pasang extension hose pada port internal leakage motor. Reliefkan Travel circuit selama 1 menit, tampung dan ukur oli yang keluar dari port internal leakage.
33. Travel control lever Stroke Untuk mengetahui total stroke PPC valve. Prosedur Lakukan pengukuran pada saat engine mati dan gunakan push-pull scale. Kaitkan push-pull scale pada ujung stickjoy, kemudian tarik stickjoy dan ukur tenaga yang diperlukan. 34. Travel control lever play Untuk mengetahui gerak bebas lever travel, dan dapat digunakan sebagai indikasi efektifitas pergerakan travel travel lever. Yang dipengaruhi dipengaruhi oleh keausan ball joint dan ketepatan adjustment adjustment retainer. 35. Travel Control Lever Operating Force Untuk mengetahui besarnya tenaga yang dibutuhkan untuk menggerakkan lever travel, dan dapat digunakan sebagai indikasi kenormalan mekanisme inner component PPC valve. Prosedur Lakukan pengukuran pada saat engine mati dan gunakan push-pull scale. Kaitkan push-pull scale pada ujung stickjoy, kemudian tarik stickjoy dan ukur tenaga yang diperlukan. 36. Boom hydraulic pressure Untuk mengetahui pressure maksimal dalam circuit boom, dan dapat digunakan sebagai indikasi 149
digging dan loading force. Prosedur :
Pasang pressure gauge pada HPF block (R984), RH120 dapat menggunakan BCS Ukur pressure saat Boom Up/Raise end stroke
37. Arm hydraulic pressure Untuk mengetahui pressure maksimal dalam circuit Arm / Stick dan dapat digunakan sebagai indikasi digging dan loading force. Prosedur : Pasang pressure gauge pada HPF block (R984), RH120 dapat menggunakan BCS
Ukur pressure saat Stick Out end stroke. 38. Bucket hydraulic pressure Untuk mengetahui pressure maksimal dalam circuit Bucket dan dapat digunakan sebagai indikasi digging dan loading force. Prosedur : Pasang pressure gauge pada HPF block (R984), RH120 dapat menggunakan BCS Ukur pressure saat Bucket Curl end stroke. 39. Bull clamp hydraulic pressure (SHOVEL) Untuk mengetahui pressure maksimal dalam circuit Rear bucket / Bull Clamp. Prosedur : Pasang pressure gauge pada HPF block (R984), RH120 dapat menggunakan BCS Ukur pressure saat Bull Clamp close end stroke. 40. Hydraulic drift Untuk mengetahui kecepatan penurunan attachment sebagai indikasi tingkat internal leakage pada Control Valve (spool-housing) dan Hydraulic cylinder (seal piston). : e m
u s e R
41. Total work equipment (hydraulic drift at the tip of bucket teeth) Untuk mengetahui kecepatan penurunan attachment sebagai indikasi tingkat internal leakage pada Control Valve (spool-housing) dan Hydraulic cylinder (seal piston). Prosedur Parkir unit pada tempat yang rata. Posisikan postur attachment : Boom – Boom – Up Up Full, Stick – Stick – Out Out Full, Bucket Curl Full. Ukur ketinggian awal teeth bucket terhadap permukaan tanah. Ukur perubahan ketinggian setiap 5 menit selama 15 menit (3x pengukuran) 42. Boom cylinder (amount retraction of cylinder) Sama dengan No. 41. Ukur kecepatan gerak rod cylinder masuk kedalam housing cylinder Boom setiap 5 menit selama 15 menit (3x pengukuran) 43. Arm cylinder (amount of extention of cylinder) Sama dengan No. 41. Ukur kecepatan gerak rod cylinder keluar dari dalam housing cylinder Stick / Arm setiap 5 menit selama 15 menit (3x pengukuran) 44. Bucket cylinder (amount of retraction of cylinder) Sama dengan No. 41. Ukur kecepatan gerak rod cylinder masuk kedalam housing cylinder Bucket setiap 5 menit selama 15
150
menit (3x pengukuran)
45. Work equipment speed
Untuk mengetahui kecepatan gerak attachment, dan dapat digunakan sebagai indikasi jumlah flow oli yang menuju cylinder attachment. Boom Prosedur Posisikan postur attachment : Stick – Stick – Out Out Full, Bucket-Curl Full dan Boom-Lower sampai bucket meyentuh tanah. Ukur waktu yang diperlukan saat digerakkan Boom-Up sampai full stroke. Arm Prosedur Posisikan postur attachment : Boom-Raise Full, Stick-In Full dan Bucket-Curl Full Ukur waktu yang diperlukan saat digerakkan dari Stick-Out Full sampai Stick-In Full. Ukur waktu yang diperlukan saat digerakkan dari Stick-In Full sampai Stick-Out Full. Bucket Prosedur Posisikan postur attachment : Boom-Raise Full, Stick-Out Full dan Bucket-Curl Full Ukur waktu yang diperlukan saat digerakkan dari Bucket-Curl Full sampai Bucket-Dump Full. Ukur waktu yang diperlukan saat digerakkan dari Bucket-Dump Full sampai Bucket-Curl Full. Bull Clamp ( SHOVEL ) Prosedur Posisikan postur attachment : Boom-Raise Full, Stick-Out Full dan Bucket-Curl Full Ukur waktu yang diperlukan saat digerakkan dari Bull Clamp-Open sampai Bull Clamp-Close Ukur waktu yang diperlukan saat digerakkan dari Bull Clamp-Close sampai Bull Clamp-Open 50. Internal leakage Untuk mengetahui tingkat internal leakage pada hydraulic cylinder & Center swivel (Rotary) joint Cylinder Prosedur Posisikan extend rod cylinder dan matikan engine. Buka hose sisi head dan pasang blind plug pada hose sisi C/V nya. Reliefkan circuit selama 30 detik dan tampung oli yang keluar dari sisi head cylinder selama 1 menit berikutnya (tetap (tetap relief). Center swivel joint Lihat shop manual untuk posisi masing masing port.
51. Alternator output voltage Untuk mengetahui besar voltage alternator saat engine hidup, sehingga dapat memastikan terjadinya proses recharging battery selama unit operasi. operasi. Prosedur. Hidupkan engine dan posisikan high idle Gunakan AVO meter secara paralel, ukur terminal B alternator : 27-5 – 27-5 – 29.5 29.5 V. 53. Battery relay Untuk memastikan battery relay dapat menghubungkan salah satu terminal battery dengan electrical system unit, sehingga battery dapat menjadi power source. 54. Starting Switch Untuk memastikan starting switch berfungsi untuk memposisikan system unit sesuai putaran starting 151
switch. ukur connectivitas antar terminal sesui posisi / putaran starting switch.
55. Starting motor
Untuk memastikan starting motor dapat bekerja dengan baik saat digunakan untuk memutar (cranking) engine. 56. Solenoid valve Untuk memastikan solenoid valve dapat bekerja saat Arus perintah mengalir, untuk mengalirkan atau menutup aliran pressure oli. (tergantung type : NC atau NO)
Ukur nilai resistance solenoid saat dingin dan dalam range temperature operasi. Pastikan plunger atau push pin tidak jammed. dsb 57. Sensor Untuk mengetahui nilai resistance atau kontak kedua terminal (sensor switch). Ukur perubahan nilai resistance berdasarkan perubahan pressure atau temperature. Ukur connectivitas kedua terminal berdasarkan pressure atau gerakan mechanism. dsb 59. Connector Untuk mengetahui connectivitas antara male dan female, sehingga dapat memastikan arus listrik dapat mengalir dan system unit dapat berfungsi normal. Lakukan pengecheckan visual check < kondisi connector, wiring, seal dsb Gunakan multimeter untuk untuk mengukur connectivitas masing masing wiring saat female and female dipasang.
: e m
u s e R
60. Link Pitch Untuk mengetahui tingkat keausan bushing dan pin, sehingga dapat ditentukan umur sisa dalam batasan bushing dan pin masih masih dapat di TPB. Prosedur Bersihkan bushing dan link yang akan diukur. Ukur link pitch untuk dua pin dan lima pin menggunakan mistar dengan posisi track link dikencangkan terlebih dahulu (pasang ganjal antara track link dan sprocket) 61. Link Height Untuk mengetahui tingkat keausan / ketinggian link sehingga dapat ditentukan umur sisa dalam batasan link masih dapat dapat direbuild. Prosedur Bersihkan link yang akan diukur. Ukur link height menggunakan multi-scale 62. Shoe Grouser Untuk mengetahui tingkat keausan / ketinggian shoe grouser sehingga dapat ditentukan umur sisa dalam batasan shoe masih dapat direbuild. Prosedur Bersihkan link yang akan diukur. Ukur grouser height menggunakan multi-scale 63. Track Roller Untuk mengetahui tingkat keausan / diameter track roller sehingga dapat ditentukan umur sisa dalam batasan track roller roller masih dapat direbuild. Prosedur
152
Bersihkan track roller yang akan diukur. Ukur diameter track roller menggunakan caliper dan mistar
64. Carrier Roller
Untuk mengetahui tingkat keausan / diameter carrier roller sehingga dapat ditentukan umur sisa dalam batasan carrier roller masih dapat direbuild. direbuild. Prosedur Bersihkan carrier roller yang akan diukur. Ukur diameter carrier roller menggunakan caliper dan mistar
65. Track Tension Untuk memastikan kekencangan track link, sehingga dapat dapat mengurangi keausan. Prosedur Jalankan unit maju pada tempat yang rata dan datar. Ukur kekencangan track roller dan adjust sesuai standart tension 66. Front Idler Untuk mengetahui tingkat keausan front idler, sehingga dapat ditentukan umur sisa dalam batasan front idler masih dapat di rebuild. Prosedur Bersihkan front idler Gunakan multi-scale untuk mengukur ketinggian groove front idler. 67. Sprocket
Untuk mengetahui tingkat keausan / ketinggian teeth sprocket, sehingga dapat ditentukan umur sisa dalam batasan pemakaian tidak menyebabkan kerusakan abnormal pada bushing. Prosedur Bersihkan teeth sprocket yang akan diukur Gunakan wear gauge untuk mengukur tingkat keausan / ketinggian teeth sprocket
68. Bushing Untuk mengetahui tingkat keausan bushing dan pin, sehingga dapat ditentukan umur sisa dalam batasan bushing dan pin masih masih dapat di TPB. Prosedur Bersihkan bushing dan link yang akan diukur dari tanah. Gunakan caliper caliper untuk mengukur diameter diameter bushing. MACHINE TROUBLE ANALYSIS 1. Engine doesn’t start start - Terdapat udara yang terjebak didalam fuel system - Keabnormalan Keabnormalan pada supply pump, shut-off valve - Cranking rpm tidak tercapai - Fuel tercampur air, dsb 2. Engine Low Power - Terjadi kebuntuan pada Air cleaner atau fuel filter - Injection timing tidak tepat - Keabnormalan Keabnormalan pada supply pump, shut-off valve - Lingkage thottle atau Current throttle drive kurang maksimal - Kwalitas fuel jelek : bercampur air, minyak tanah tanah (ke (kerosin) rosin) atau atau kotoran kotoran lainnya. lainnya. dsb 153
3. Engine doesn't Stop - Shut-off solenoid valve putus
-
O-ring injector sisi fuel return return bocor, sehingga masuk ke port metering.
4. Engine Black Smoke Pada dasarnya disebabkan perbandingan udara masuk lebih sedikit dari fuel yang diinjeksikan, sehingga ada sebagian fuel yang tidak terbakar. - Air cleaner buntu - Turbocharger abnormal - Over fuelling karena keabnormalan pada control fuel system
-
Unit beroperasi beroperasi pada daerah ketinggian, sehingga kerapatan udara luar relatif relatif lebih kecil. kecil.
5. Engine White Smoke - Ujung Injector pecah, sehingga tidak terjadi injection spray. - Injection Timing tidak tepat. 6. Engine Can't High Idle - Fuel control dial (potentiometer) abnormal - Keabnormalan Keabnormalan pada ECM - Misadjustment engine speed sensor. dsb 7. Engine Knocking - Timing injection terlalu cepat atau lambat - Terjadi keausan berlebihan pada main bearing
-
: e m
u s e R
Adjustment valve clearance tidak tepat. dsb
8. Oil Consumption is excessive - Keausan pada liner atau ring piston terlalu besar (oil up) - Keausan pada valve guide terlalu besar (oil down) - Kerusakan turbocharger, keausan pada bushing atau atau seal, seal, sehingga sehingga oli bocor ke sisi blower atau impeller. dsb. 9. Oil is mixed in coolant - Terjadi keretakan pada cylinder head at atau au engine engine bl block ock pada pada sisi jalur air. air. - O-ring liner bocor - O-ring gasket cylinder head bocor. - Oil cooler bocor, dsb 10. Oil level rises Oil level engine dapat naik disebabkan adanya fuel atau air radiator yang bocor dan masuk ke dalam crank case, hal ini dapat disebabkan oleh : - Keausan Plunger FIP FIP terlalu terlalu besar, besar, sehingga sehingga fuel fuel bocor bocor ke dalam case FIP - Nozzle atau atau injector pecah, sehingga fuel fuel langsung bocor ke ruang bakar da dan n turun melalui ring piston masuk ke crank case. case. - O-ring return port nozzle atau plunger bocor, dsb - Jika level level bertambah bertambah tinggi karena bercampur dengan air maka, penyebabnya sama dengan oil engine bercampur air diatas. No 9. 11. Coolant Temperature rises to high - Core & Fin radiator buntu - Air radiator kurang
154
-
Thermostat jammed Vaccum valve (cap radiator) tidak berfungsi. dsb
-
Impeller water pump slip, atau internal leakage terlalu besar, dsb.
12. Hydraulic Low Power - Setting Primary valve terlalu rendah - Internal leakage pada main pump terlalu besar. dsb 13. Speed Boom is slow - Internal leakage pada boom cylinder berlebihan
-
Internal leakage pada main pump terlalu besar
14. Excessive Hydraulic Drift - Internal leakage pada cylinder berlebihan - Internal leakage pada control valve berlebihan - Setting secondary valve terlalu rendah. dsb 15. Travel Deviation out of standard Pada dasarnya disebabkan adanya perbedaan putaran pada kedua sisi track link. Mechanical : - Jumlah link kedua sisi tidak sama, (salah satu sudah dipotong) - Track tension kedua sisi tidak sama, dsb Hydraulic - Travel motor salah satu sisi abnormal (internal leakage terlalu besar)
-
Internal leakage pada rotary joint. dsb
16. Travel Speed is Slow - Internal leakage pada travel motor berlebihan - Internal leakage pada main pump berlebihan - Flow discharge pump terlalu kecil - Misadjutment travel PPC PPC valve valve linka linkage, ge, sehing sehingga ga output pressure PPC valve valve terlalu terlalu kecil. kecil.
17. The Machine Can't Swing - Swing pump abnormal (internal leakage terlalu besar) - Swing motor abnormal (internal leakage terlalu besar) - Swing brake jammed. dsb 18. Excessive over run when stopping swing - Setting swing secondary valve terlalu rendah 19. Bullclamp can't Open/Close ( SHOVEL ) - PPC valve bull clamp abnormal - Spool C/V bull clamp jammed. - Internal leakage pada bull-clamp cylinder terlalu besar. dsb 20. Track Tension Loose - Seal track adjuster bocor - Link pitch terlalu besar. - HIC piston bocor. dsb 21. Abnormal worn out at under carriage
-
Terlalu sering travel jarak jauh Medan operasi abrasive
155
-
Track tension terlalu kencang. dsb
22. Abnormal play at attachment & frame - Pemasangan shim tidak tepat, sehingga clearance besar. - Grease lubricating kurang, sehingga terjadi keausan abnormal. dsb 23. Crack at attachment & frame - Misoperation
-
Material fatique Miss maintenance. dsb
Semoga bermanfaat.......... COMMON RAIL PANDUAN PENGECEKAN FUEL SYSTEM ENGINE CRI (SAA6D140E-3) 1.CHECK KEBOCORAN PADA FUEL LINE *Running engine pada high idle atau rated speed ( attachment di relief ) lalu lihat kondisi dari fuel line,adakah kebocoran pada sambungan antara hose atau pun piping dari fuel line.check juga kondisi fuel filter apakah terjadi kebocoran. *Bila terjadi kebocoran,segera pebaiki kebocoran 2.CHECK FUEL FILTER ( part number : 600-311-3550 ) *Bila unit di lengkapi fuel stainer,pastikan kondisi dari stainer bersih.
: e m
u s e R
Untuk mengetahui kondisi fuel filter buntu atau tidak,maka lalkukan pengecekan pressure fuel sebagai berikut : -Lepaskan plug pengukuran fuel low pressure ( terletak pada backet fuel filter ) dan pasang nipple kemudian pasang pressure gauge yang 10 kg/cm2 ( 1 Mpa ) -Running engine pada high idle kemudian lihat hasil dari pengukuran. ( STANDARD FUEL LOW PRESSURE : 1,5- 3 kg/cm2 atau 0,15 – 0,15 – 0,3 0,3 Mpa.) *Bila hasil pengukuran tidak sesuai standard,maka lakukan penggantian fuel filter. 3.CHECK PRESSURE LIMITER ( part number : ND 095420-0140 ) *lepaskan bolt ( baut 14) yang mngikat piping dari pressure limiter,piping yang dilepas tadi kita blok agar fuel tidak keluar saat di running,kemudian ukur quantity fuel yang keluar dari pressure limiter menggunakan gelas ukur.Runing engine pada rated speed ( relief ) selama 1 menit. ( STANDARD FUEL YANG KELUAR DARI LIMITER : Max 10 cc tiap menit.) *Bila hasil pengukuran melebihi dari standard,maka lakukan penggantian pressure limiter 4.CHECK COMMON RAIL PRESSURE SENSOR ( part number : ND 499000-4441 ) *Perhatikan kondisi wiring harness common rail pressure sensor,lihat apakah female conector mengalami kelonggaran atau pun kotor.Rapatkan female conector lalu bersihkan conector dari kotoran. *Ukur voltage wiring harness common rail pressure sensor -pada common rail pressure sensor terdapat 3 wiring yaitu wiring warna putih ( wiring power source ) , wiring warna hijau ( wiring signal ) dan wiring warna hitam ( wiring ground ).Ukur tegangan ( voltage ) masing-masing wiring dengan ground body/chassis. STANDARD HASIL PENGUKURAN VOLTAGE : Wiring putih dengan chassis : 5 volt Wiring hijau dengan chassis : 5 volt Wiring hitam dengan chassis : 0 ( kosong )
156
-Lakukan juga pengukuran continuity wiring harness common rail pressure sensor dengan ground body.Bila wiring harness ada ada yang berhubungan / continuity dengan body,maka body,maka wiring tersebut terjadi terjadi
short circuit. *Bila hasil pengukuran tidak sesuai dengan standard,maka ada kerusakan pada wiring,entah itu short
atau pun wiring putus.Lakukan perbaikan pada wiring common rail pressure sensor. *Bila wiring sudah sesuai standard tetapi masih muncul error,maka lakukan penggantian common rail pressure sensor. 5.CHECK PCV VALVE ( part number : ND 094150-0240 ) *Perhatikan kondisi wiring harness PCV VALVE,lihat apakah female conector mengalami kelonggaran atau pun kotor.Rapatkan female conector lalu bersihkan conector dari kotoran. -Lakukan pengukuran continuity wiring harness PCV VALVE dengan ground body.Bila wiring harness ada yang berhubungan / continuity dengan body,maka wiring tersebut terjadi short circuit. -lakukan pengukuran resistance pada PCV solenoid nya,ukur 2 pin male conector yang berada pada PCV solenoid. STANDARD RESISTANCE RESISTANCE PCV solenoid : 2,3 – 2,3 – 5,3 5,3 ohm *Bila hasil pengukuran melebihi standard,maka lakukan penggantian PCV solenoid. Catatan : hati-hati saat melakukan penggantian PCV VALVE , perhatikan antara plunger dan seat spring.Pastikan saat pemasangan PCV VALVE,plunger harus duduk dan terkait pada sheat spring,bila plunger tidak duduk atau atau terkait pada sheat spring,maka spring,maka akan terjadi kerusakan pada sheat spring dan PCV VALVE akan tidak bekerja,dan hal ini akan membuat engine tidak akan bisa ruuning.( output fuel tidak akan keluar ).Dan bila sheat pring rusak maka kita harus mengganti fuel pump assy.Untuk ass y.Untuk itu dalam pemasangan PCV VALVE harus benar-benar dalam kondisi yang sesuai. 6.CHECK KONDISI GASKET DELIVERY PCV ( part number : ND 094137-0010 ) *lepaskan 2 piping delivery antara fuel pump dengan common rail,kemudian lepas delivery valve dan lepas gasket delivery valve dari dudukannya.lihat secara visual pada gasket delivery PCV,apakah ada tanda-tanda kerusakan,adakah kerusakan,adakah tanda-tanda keausan yang berlebihan pada gasket delivery PCV. *bila ada tanda-tanda kerusakan pada gasket delivery PCV,maka lakukan penggantian gasket delivery PCV. Catatan : pada saat pemasangan gasket delivery PCV,perhatikan kebersiha kebersihan n dari ko komponen,jangan mponen,jangan sampai ada kotoran yang menempel pada gasket delivery PCV atau pun kotoran yang menempel pada dudukan gasket delivery PCV. -perhatikan juga urutan komponennya,jangan ada komponen yang terbalik antara delivery valve , spring , sheat spring dan delivery holder. -dan pastikan kekencangan dari mounting delivery holder,bila kekencangan delivery holder tidak sesuai,maka akan terjadi kebocoran dan juga bisa menggakibatkan engine tidak bisa running. *untuk mengetahui kondisi gasket delivery valve berfungsi dengan baik saat terpasang di fuel pump maka lakukan sebagai berikut : -lepas delivery piping PCV,sediakan tampungan untuk menampung fuel yang akan keluar dari output delivery PCV.kemudian crank engine,perhatikan adakah fuel yang keluar dari output delivery PCV.bila kedua nya keluar fuel dan quantity nya sama berarti kondisi dari gasket dapat dinyatakan bagus,tetapi bila tidak keluar keluar salah satu atau keduanya keduanya ,kemungkinan gasket gasket delivery PCV mengalami mengalami kerusakan.
7.CHECK FUEL INJECTOR ( part number 6218-11-3101 ) *Melakukan REDUCE CYLINDER / pengecekan kondisi solenoid dari masing-masing fuel injector dengan cara sebagai berikut : -running engine pada putaran low idle -lihat monitor panel dan masuk ke menu cylinder cut out. Cara menuju menu ke cylinder cut out adalah sebagai berikut : 157
+tekan tombol ^ 1 2 3 secara berurutan pada monitor panel. +kemudian cari menu cylinder cut out lalu tekan v.
+maka pada layer akan muncul angka 1 2 3 4 5 6. angka-angka ini adalah menunjukan angka injector masing-masing cylinder sesuai degan urutan nya.
+untuk menonaktifkan / melihat kerja dari solenoid injector,maka tekan angka-angka tersebut satu per satu.lalu lihat dan dengarkan penurunan RPM engine,bila saat ditekan angka nya dan ada penurunan RPM engine,hal ini menandakan bahwa solenoid injector bekerja dengan baik. +untuk mengembalikan pada kondisi semula maka tekan lagi angka yang tadi kita tekan. *Bila saat melakukan reduce cylinder ditemui keabnormalan,maka lakukan penggantian injector.
MENGUKUR SPILL RETURN INJECTOR INJECTOR -Siapkan gelas ukur dan lepas hose / piping yang dari drain / return injector.tampung fuel yang akan keluar dari return injector menggunakan gelas ukur. -Running engine dan ukur pada rated speed engine selama 1 menit dan sesuaikan hasil pengukuran spill return injector sesuai dengan standard RPM dari factory.Bila hasil pengukuran melebihi dari standard factory maka lakukan penggantian injector.pengukuran spill return ini bertujuan mengetahui keausan dari injector.Bila injector mengalami keausan yang berlebih pada plunger nya maka akan banyak fuel yang yang return menuju fuel tank,dan tank,dan hal ini juga menyebabkan menyebabkan pressure dari injector akan mengalami penurunan dan menyebabkan pembakaran yang tidak sempurna yang nanti ujung-ujung nya engine mengalami low power. 8.CHECK FUEL SUPPLY PUMP ( part number 6218-71-1130 ) *Bila sudah melakukan pengecekan dari : -kebocoran fuel system. -fuel filter ( low pressure circuit ) -pressure limiter. -common rail pressure sensor. -PCV valve. -gasket delivery valve. -fuel injector. : e m
u s e R
Dan ternyata engine masih mengalami low power atau pun masih muncul error fuel system,maka lakukan penggantian fuel supply pump. Catatan : *Hati-hati dalam melakukan pelepasan fuel supply pump,lepas wiring dari PCV 1, PCV 2 ,wiring G sensor , lepas piping delivery yang menuju ke common rail , lepas hose return dari over flow valve fuel pump dan hose dan piping dari fuel filter. -hati-hati -hatihati saat melepas “nut” dan key lock shaft mounting fuel pump yang ada di depan,jangan sampai terjatuh ke bawah ke oil pan. *Saat melakukan pemasangan,hati-hati pemasangan,hati-hati dalam pemasangan piping by pass valve,jangan sampai terbalik.Jika terbaik maka engine tidak akan bisa running. +Perhatikan juga kekencangan dari mounting piping-piping fuel,jangan sampai terjadi over torque,karena bila terjadi over torque maka akan menyebabkan keretakan piping dan menyebabkan kebocoran pada fuel piping. 9.CHECK ENGINE SPEED SENSOR ( part number 7861-93-2330 dan 6217-81-9210 ) Bila ternyata hasil pengecekan dari fuel system tidak ditemukan keabnormalan,maka lakukan pengukuran pada engine engine speed sensor. *ukur resistance 2 wiring pada engine speed sensor ( standard resistance 85-210 ohm) *pastikan wiring pada engine speed sensor tidak short dengan ground chassis. *bila hasil pengukuran di luar dari standard maka lakukan pengantian engine speed sensor. 158
*bila wiring speed sensor terjadi short circuit dengan chassis,maka lakukan perbaikan pada wiring speed sensor.
10.CHECK ENGINE CONTROLLER ( part number 7872-20-4403 )
*Bila langkah 1 -9 sudah dilakukan dan tidak terjadi keabnormalan,maka cobalah mengganti engine controller. Demikianlah panduan pengecekan fuel system engine CRI ( SAA6D140E-3 )pada excavator komatsu PC 800SE-7.Semoga bermanfaat bagi kita semua.
159