Tgs Askep Gadar Bph

March 3, 2019 | Author: Hamam Rosyidi | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Tgs Askep Gadar Bph...

Description

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIE N SISTEM PERDARAHAN PERKEMIHAN : BENIGNA PROSTAT HIPERPLASI ( BPH ) DI SUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN GADAR II Dosen Pembimbing :  Ns. Maslichah, S. Kep.

Oleh :

NIM :

Suyono

1014056

Yuanita Nur Lailiyah

1014061

Yustia Purnama Brata

1014062

Yusuf Efendi

1014063

Eka Hardiyanti

01114089

PRODI : S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INSAN CENDEKIA HUSADA BOJONEGORO 2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Sistem Perdarahan Perkemihan : Benigna Prostat Hiperplasi ( BPH ) . Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gadar II oleh dosen pembimbing mata kuliah keperawatan Gadar II, dan merupakan salah satu tugas individu individu yang harus dipenuhi oleh mahasiswa. Dalam pembuatan makalah ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, oleh sebab itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing pembimbing mata kuliah yakni yakni ibu Ns. Maslichah, S. Kep. dan Rekanrekan mahasiswa yang telah membantu dan memberikan dorongan dalam pembuatan makalah ini. Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Penulis mengharapkan mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi bagi kita semua. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Bojonegoro, 21 oktober 2013

DAFTAR ISI

COVER....................................................................................................... KATA PENGANTAR ................................................................................. DAFTAR ISI................................................................................................ BAB I :

PENDAHULUAN.................................................................

LATAR BELAKANG ................................................................................. RUMUSAN MASALAH............................................................................. TUJUAN................. ..................................................................................... BAB II :

TINJAUAN TEORI...............................................................

A.

Anatomi Fisiologi ...............................................................................

B.

Definisi

.........................................................................................

C.

Etiologi

.........................................................................................

D.

Manifestasi klinis...............................................................................

E.

Patofisiologi........................................................................................

F.

Pathway

G.

Komplikasi .........................................................................................

H.

Pemeriksaan Diagnostik .....................................................................

I.

Penatalaksanaan ..................................................................................

.........................................................................................

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ..................................................... Pengkajian.................................................................................................... Diagnosa Keperawatan ................................................................................ Rencana Kepetawatan .................................................................................. BAB III :

PENUTUP..............................................................................

KESIMPULAN............................................................................................ SARAN ........................................................................................................ DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

B. Tujuan Penulisan 1. Mampu untuk menjelaskan anatomi fisiologi BPH 2.

Mampu untuk menjelaskan definisi BPH

3.

Mampu untuk menjelaskan klasifikasi BPH

4.

Mampu untuk menjelaskan etiologi BPH

5.

Mampu untuk menjelaskan manifestasi klinis BPH

6.

Mampu untuk menjelaskan patofisiologi BPH

7.

Mampu untuk menjelaskan pathway BPH

8.

Mampu untuk menjelaskan komplikasi BPH

9.

Mampu untuk menjelaskan pencegahan BPH

10. Mampu untuk menjelaskan penatalaksanaan BPH 11. Mampu untuk menjelaskan pemeriksaan diagnostik BPH 12. Mampu untuk menjelaskan asuhan keperawatan teori BPH

BAB II TINJAUAN TEORI A.

Anatomi Fisiologi Kelenjar prostat

terletak tepat dibawah buli – buli dan

uretra. Bagian bawah kelenjar prostat menempal pada

mengitari

diafragma urogenital

atau sering disebut otot dasar panggul. Kelenjar ini pada laki - laki dewasa kurang lebih sebesar buah kemiri, dengan panjang sekitar 3 cm, lebar

4 cm dan tebal kurang lebih 2,5 cm.

Beratnya sekitar 20 gram. Prostat terdiri dari jaringan kelenjar, jaringan stroma

( penyangga )

dan kapsul. Cairan yang dihasilkan kelenjar prostat bersama cairan dari vesikula seminalis dan kelenjar cowper merupakan komponen terbesar dari seluruh cairan semen. Bahan – bahan yang terdapat dalam cairan semen sangat  penting dalam menunjang fertilitas, memberikan lingkungan yang nyaman dan nutrisi bagi spermatozoa serta proteksi terhadap invasi mikroba. Kelainan pada prostat yang dapat mengganggu proses reproduksi adalah keradangan ( prostatitis ). Kelainan

yang lain

seperti

abnormal ( tumor ) baik jinak maupun ganas tidak  penting pada proses reproduksi

tetapi

lebih

pertumbuhan memegang

berperan

yang peranan

pada terjadinya

gangguan aliran urin. Kelainan yang disebut belakangan ini

manifestasinya

 biasanya pada laki - laki usia lanjut ( FK UNAIR / RSUD dr. Soetomo : 19 ). B.

Definisi Benigna Prostat Hiperplasi ( BPH ) adalah

pembesaran jinak

kelenjar

 prostat, disebabkan oleh karena hiperplasi beberapa atau semua komponen  prostat meliputi jaringan kelenjar / jaringan fibromuskuler yang  penyumbatan

uretra

menyebabkan

pars prostatika ( Lab / UPF Ilmu Bedah RSUD dr.

Sutomo, 1994 : 193 ). Pendapat lain mengatakan bahwa BPH adalah pembesaran

progresif

dari kelenjar prostat ( secara umum pada pria lebih tua dari 50 tahun ) menyebabkan

berbagai

derajat obstruksi uretral

urinarius ( Marilynn, E.D, 2000 : 671 ).

dan pembatasan

aliran

Dari kedua pengertian tersebut maka penulis menyimpulkan bahwa BPH adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat, bersifat jinak disebabkan oleh hiperplasi beberapa atau semua komponen prostat yang mengakibatkan  penyumbatan prostatika dan umumnya terjadi pada pria dewasa lebih dari 50 tahun. Sedangkan

tokoh

obstruksi dari lobus

mengatakan bahwa TURP adalah

prostat

medial sekitar uretra diangkat dengan sistoskop atau

resektoskop dimasukkan Maka pengertian

lain

melalui uretra

( Marilynn, E.D, 2000 : 679 ).

TURP menurut kesimpulan penulis adalah pengangkatan

sebagian atau seluruh kelenjar prostat yang telah menyebabkan obstruksi uretra dengan sistoskop atau resektoskop yang dimasukkan melalui uretra. C.

Etiologi Penyebab

yang

pasti

dari

terjadinya

BPH

sampai

sekarang

belum

diketahui. Namun yang pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon androgen. Faktor

lain

yang

erat

kaitannya

dengan

BPH adalah

proses

 penuaan. Karena etiologi yang belum jelas

maka melahirkan beberapa hipotesa

yang diduga timbulnya hiperplasi prostat antara lain : 1).

Dihydrotestosteron. Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel dan stroma dari kelenjar prostat mengalami hiperplasi .

2).

Perubahan keseimbangan hormon estrogen - testoteron. Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan  penurunan testosteron yang mengakibatkan hiperplasi stroma.

3).

Interaksi stroma - epitel. Peningkatan epidermal gorwth factor atau fibroblast growth

factor dan

 penurunan transforming growth factor beta menyebabkan hiperplasi stroma dan epitel.

4).

Berkurangnya sel yang mati. Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan epitel dari kelenjar prostat.

5).

Teori sel stem. Sel stem yang meningkat mengakibatkan

proliferasi sel transit ( Roger

Kirby, 1994 : 38 ). TANDA DAN GEJALA

Walaupun hyperplasi prostat selalu terjadi pada orangtua, tetapi tidak selalu disertai gejala-gejala klinik. Gejala klinik terjadi terjadi oleh karena 2 hal, yaitu : 1. Penyempitan uretra yang menyebabkan kesulitan berkemih. 2. Retensi air kemih dalam kandung kemih yang menyebabkan dilatasi kandung kemih, hipertrofi kandung kemih dan cystitis. Gejala klinik dapat berupa : 

Frekuensi berkemih bertambah



Berkemih pada malam hari.



Kesulitan dalam hal memulai dan menghentikan berkemih.



Air kemih masih tetap menetes setelah selesai berkemih.



Rasa nyeri pada waktu berkemih.

Kadang-kadang tanpa sebab yang diketahui, penderita sama sekali tidak dapat  berkemih sehingga harus dikeluarkan dengan kateter. Selain gejala-gejala di atas oleh karena air kemih selalu terasa dalam kandung kemih, maka mudah sekali terjadi cystitis dan selanjutnya kerusakan ginjal yaitu hydroneprosis, pyelonefritis. D.

Manifestasi Klinis

E.

Patofisiologi Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra prostatika dan akan menghambat aliran urin. Keadaan ini

dapat meningkatkan tekanan

intravesikal. Sebagai kompensasi terhadap tahanan uretra prostatika, maka otot detrusor dari buli - buli berkontraksi lebih kuat untuk dapat memompa urin keluar. Kontraksi yang terus - menerus menyebabkan perubahan anatomi dari  buli - buli berupa : hipertropi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula dan difertikel buli - buli. Perubahan struktur pada buli - buli dirasakan klien sebagai keluhan pada saluran kemih bagian bawah atau Lower Urinary Tract Symptom / LUTS (Basuki, 2000 : 76). Puncak dari kegagalan kompensasi adalah

ketidakmampuan otot detrusor

memompa urine dan terjadi retensi urine. Retensi urin yang kronis dapat mengakibatkan kemunduran fungsi ginjal ( Sunaryo, H, 1999 : 11 ).

F.

Pathway

G.

Komplikasi

H.

Pemeriksaan Diagnostik 1. a. Inspeksi buli-buli: ada/ tidaknya penonjolan perut di daerah supra pubik ( buli buli penuh / kosong )  b. Palpasi buli-buli: Tekanan didaerah supra pubik menimbulkan rangsangan ingin kencing bila buli-buli berisi atau penuh.Terasa massa yang kontraktil dan “Ballottement”. c. Perkusi: Buli-buli yang penuh berisi urin memberi suara redup. 2 . Colok dubur. Pemeriksaan colok dubur dapat memberi kesan keadaan tonus sfingter anus, mukosa rektum, kelainan lain seperti benjolan di dalam rektum dan prostat. Pada perabaan melalui colok dubur harus di perhatikan konsistensi prostat (pada  pembesaran prostat jinak konsistensinya kenyal), adakah asimetris adakah nodul  pada prostat , apa batas atas dapat diraba . Dengan colok dubur besarnya prostat dibedakan : - Grade 1 : Perkiraan beratnya sampai dengan 20 gram. - Grade 2 : Perkiraan beratnya antara 20-40 gram. - Grade 3 : Perkiraan beratnya lebih dari 40 gram. 3. Laboratorium. -

Darah lengkap sebagai data dasar keadaan umum penderita .

-

Gula darah dimaksudkan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit diabetus militus yang dapat menimbulkan kelainan persarafan pada buli-buli (buli-buli nerogen).

-

Faal ginjal (BUN, kreatinin serum) diperiksa untuk mengetahui kemungkinan adanya penyulit yang mengenai saluran kemih bagian atas .

-

Analisis urine diperiksa untuk melihat adanya sel leukosit, bakteri, dan infeksi atau inflamasi pada saluran kemih .

-

Pemeriksaan kultur urine berguna dalam mencari jenis kuman yang menyebadkan infeksi dan sekligus menentukan sensitifitas kuman terhadap  beberapa anti mikroba yang diujikan.

4. Flowmetri : Flowmetri adalah alat kusus untuk mengukur pancaran urin dengan satuan ml/detik. Penderita dengan sindroma protalisme perlu di periksa dengan flowmetri sebelum dan sesudah terapi. Penilaian : Fmak 15 ml/detik-------nonobstruktif 5. Radiologi. -

Foto polos abdomen, dapat dilihat adanya batu pada traktus urinarius,  pembesaran ginjal atau buli-buli, adanya batu atau kalkulosa prostat dan kadang kadang dapat menunjukkan bayangan buli-buli yang penuh terisi uri ne, yang merupakan tanda dari suatu retensi urine.

-

Pielografi intra vena, dapat dilihat supresi komplit dari fungsi renal, hidronefrosis, dan hidroureter, fish hook appearance ( gambaran ureter  berkelok kelok di vesikula ) inclentasi pada dasar buli-buli, divertikel, residu urine atau filling defect divesikula.

-

Ultrasonografi (USG), dapat dilakukan secara transabdominal atau trasrektal (trasrektal ultrasonografi = TRUS) Selain untuk mengetahui pembesaran  prostat < pemeriksaan USG dapatpula menentukan volume buli-buli, meng ukur sisa urine dan keadaan patologi lain seperti divertikel, tumor dan batu .Dengan TRUS dapat diukur besar prostat untuk menentukan jenis terapi yang tepat. Perkiraan besar prostat dapat pula dilakukan dengan USG suprapubik.

-

Cystoscopy (sistoskopi) pemeriksaan dengan alat yang disebut dengan cystoscop. Pemeriksaan ini untuk memberi gambaran kemungkinan tumor dalam kandung kemih atau sumber perdarahan dari atas bila darah datang dari muara ureter, atau batu radiolusen didalam vesika. Selain itu dapat juga

memberi keterangan mengenahi besarprostat dengan mengukur panjang uretra  pars prostatika dan melihat penonjalan prostat kedalam uretra. 6. Kateterisasi: Mengukur “rest urine “ Yaitu mengukur jumlah sisa urine setelah miksi sepontan dengan cara kateterisasi . Sisa urine lebih dari 100 cc biasanya dianggap sebagai batas indikasi untuk melakukan intervensi pada hiper tropi  prostat . I.

Penatalaksanaan Modalitas terapi BPH adalah : 1).

Observasi Yaitu pengawasan berkala pada klien setiap 3 – 6 bulan kemudian setiap tahun tergantung keadaan klien

2). Medikamentosa Terapi ini diindikasikan pada BPH dengan keluhan ringan, sedang, dan  berat tanpa disertai penyulit. Obat yang digunakan

berasal

dari:

 phitoterapi (misalnya: Hipoxis rosperi, Serenoa repens, dll), gelombang alfa  blocker dan golongan supresor androgen. 3). Pembedahan Indikasi pembedahan pada BPH adalah : a). Klien yang mengalami retensi urin akut atau pernah retensi urin akut.  b). Klien dengan residual urin

  100 ml.



c). Klien dengan penyulit. d). Terapi medikamentosa tidak berhasil. e). Flowmetri menunjukkan pola obstruktif. Pembedahan dapat dilakukan dengan : a). TURP (Trans Uretral Reseksi Prostat  90 - 95 % )  b). Retropubic Atau Extravesical Prostatectomy c). Perianal Prostatectomy d). Suprapubic Atau Tranvesical Prostatectomy 4). Alternatif lain (misalnya: Kriyoterapi, Hipertermia, Termoterapi, Terapi Ultrason

ASUHAN KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan.  pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan pola pertahanan klien, mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien, serta merumuskan diagnosis keperawatan. Pengkajian dibagi menjadi 2 tahap, yaitu pengkajian pre operasi TUR-P dan penkajian  post operasi TUR-P. a) Pengkajian pre operasi TUR-P Pengkajian ini dilakukan sejak klien ini MRS sampai saat operasinya, yang meliputi : 1. Identitas klien Meliputi nama, jenis kelamin, umur, agama / kepercayaan, status perkawinan,  pendidikan, pekerjaan, suku/ Bangsa, alamat, no. rigester dan diagnosa medis. 2 . Riwayat penyakit sekarang Pada klien BPH

keluhan keluhan yang ada adalah frekuensi , nokturia,

urgensi, disuria, pancaran melemah, rasa tidak lampias/ puas sehabis miksi, hesistensi, intermitency, dan waktu miksi memenjang dan akirnya menjadi retensio urine. 3 . Riwayat penyakit dahulu . Adanya penyakit yang berhubungan dengan saluran perkemihan, misalnya ISK (Infeksi Saluran Kencing ) yang berulang. Penyakit kronis yang pernah di derita. Operasi yang pernah di jalani kecelakaan yang pernah dialami adanya riwayat penyakit DM dan hipertensi . 4

Riwayat penyakit keluarga . adanya riwayat keturunan dari salah satu anggota keluarga yang menderita  penyakit BPH Anggota keluargayang menderita DM, asma, atau hipertensi.

5. Riwayat psikososial a. Intra personal Kebanyakan klien yang akan menjalani operasi akan muncul kecemasan. Kecemasan

ini

muncul

karena

ketidaktahuan

tentang

prosedur

 pembedahan. Tingkat kecemasan dapat dilihat dari perilaku klien, tanggapan klien tentang sakitnya.  b.

Inter personal Meliputi peran klien dalam keluarga dan peran klien dalam masyarakat.

6. Pola fungsi kesehatan a.

Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat Klien ditanya tentang kebiasaan merokok, penggunaan tembakau,  penggunaan obat-obatan, penggunaan alkhohol dan upaya yang biasa dilakukan

dalam

mempertahankan

kesehatan

diri

(pemeriksaan

kesehatan berkala, gizi makanan yang adekuat )  b.

Pola nutrisi dan metabolisme Klien ditanya frekuensi makan, jenis makanan, makanan pantangan,  jumlah minum tiap hari, jenis minuman, kesulitan menelan atau keadaan yang mengganggu nutrisi seperti

nause, stomatitis, anoreksia dan

vomiting. Pada pola ini umumnya tidak mengalami gangguan

atau

masalah. c.

Pola eliminasi Klien ditanya tentang pola berkemih, termasuk frekuensinya, ragu ragu, menetes - netes, jumlah klien harus bangun pada malam hari untuk  berkemih, kekuatan system perkemihan. Klien juga ditanya apakah mengedan untuk mulai atau mempertahankan aliran kemih. Klien ditanya tentang defikasi, apakah ada kesulitan seperti konstipasi akibat dari prostrusi prostat kedalam rectum.

d.

Pola tidur dan istirahat . Klien ditanya lamanya tidur, adanya waktu tidur yang berkurang karena frekuensi miksi yang sering pada malam hari ( nokturia ). Kebiasaan tidur memekai bantal atau situasi lingkungan waktu tidur juga perlu ditanyakan. Upaya mengatasi kesulitan tidur.

e.

Pola aktifitas . Klien ditanya aktifitasnya sehari  –   hari, aktifitas penggunaan waktu senggang, kebiasaan berolah raga. Apakah ada perubahan sebelum sakit dan selama sakit. Pada umumnya aktifitas sebelum operasi tidak mengalami gangguan, dimana klien masih mampu memenuhi kebutuhan sehari –  hari sendiri.

f.

Pola hubungan dan peran Klien ditanya bagaimana hubungannya dengan anggota keluarga, pasien lain, perawat atau dokter. Bagai mana peran klien dalam keluarga. Apakah klien dapat berperan sebagai mana seharusnya.

g.

Pola persepsi dan konsep diri Meliputi informasi tentang perasaan atau emosi yang dialami atau dirasakan klien sebelum pembedahan . Biasanya muncul kecemasan dalam menunggu acara operasinya. Tanggapan klien tentang sakitnya dan dampaknya pada dirinya. Koping klien dalam menghadapi sakitnya, apakah ada perasaan malu dan merasa tidak berdaya.

h.

Pola sensori dan kognitif Pola sensori meliputi daya penciuman, rasa, raba, lihat dan pendengaran dari klien. Pola kognitif berisi tentang proses berpikir, isi pikiran, daya ingat dan waham. Pada klien biasanya tidak terdapat gangguan atau masalah pada pola ini.

i.

Pola reproduksi seksual Klien ditanya jumlah anak, hubungannya dengan pasangannya,  pengetahuannya tantangsek sualitas. Perlu dikaji pula keadaan seksual yang terjadi sekarang, masalah seksual yang dialami sekarang ( masalah kepuasan, ejakulasi dan ereksi ) dan pola perilaku seksual.

 j.

Pola penanggulangan stress Menanyakan apa klien merasakan stress, apa penyebab stress, mekanisme penanggulangan terhadap stress yang dialami. Pemecahan masalah biasanya dilakukan klien bersama siapa. Apakah mekanisme  penanggulangan stressor positif atau negatif.

k.

Pola tata nilai dan kepercayaan Klien menganut agama apa, bagaimana dengan aktifitas keagamaannya. Kebiasaan klien dalam menjalankan ibadah.

7. Pemeriksaan fisik a.

Status kesehatan umum Keadaan penyakit, kesadaran, suara bicara, status/ habitus, pernafasan, tekanan darah, suhu tubuh, nadi.

 b.

Kulit Apakah tampak pucat, bagaimana permukaannya, adakah kelainan  pigmentasi, bagaimana keadaan rambut dan kuku klien ,

c.

Kepala Bentuk bagaimana, simetris atau tidak, adakah penonjolan, nyeri kepala atau trauma pada kepala.

d.

Muka Bentuk simetris atau tidak adakah odema, otot rahang bagaimana keadaannya, begitu pula bagaimana otot mukanya.

e.

Mata Bagainama keadaan alis mata, kelopak mata odema atau tidak. Pada konjungtiva terdapat atau tidak hiperemi dan perdarahan. Slera tampak ikterus atau tidak.

f.

Telinga Ada atau tidak keluar secret, serumen atau benda asing. Bagaimana  bentuknya, apa ada gangguan pendengaran.

g.

Hidung Bentuknya bagaimana, adakah pengeluaran secret, apa ada obstruksi atau  polip, apakah hidung berbau dan adakah pernafasan cuping hidung.

h.

Mulut dan faring Adakah caries gigi, bagaimana keadaan gusi apakah ada perdarahan atau ulkus. Lidah tremor ,parese atau tidak. Adakah pembesaran tonsil.

i.

Leher Bentuknya bagaimana, adakah kaku kuduk, pembesaran kelenjar limphe.

 j.

Thoraks Betuknya bagaimana, adakah gynecomasti.

k.

Paru Bentuk

bagaimana,

apakah

ada

pencembungan

atau

penarikan.

Pergerakan bagaimana, suara nafasnya. Apakah ada suara nafas tambahan seperti ronchi , wheezing atau egofoni. l.

Jantung Bagaimana pulsasi jantung (tampak atau tidak).Bagaimana dengan iktus atau getarannya.

m.

Abdomen Bagaimana bentuk

abdomen. Pada klien dengan keluhan retensi

umumnya ada penonjolan kandung kemih pada supra pubik. Apakah ada nyeri tekan, turgornya bagaimana. Pada klien biasanya terdapat hernia atau hemoroid. Hepar, lien, ginjal teraba atau tidak. Peristaklit usus menurun atau meningkat. n.

Genitalia dan anus Pada klien biasanya terdapat hernia. Pembesaran prostat dapat teraba  pada saat rectal touché. Pada klien yang terjadi retensi urine, apakah trpasang kateter, Bagaimana bentuk scrotum dan testisnya. Pada anus  biasanya ada haemorhoid.

o.

Ekstrimitas dan tulang belakang Apakah ada pembengkakan pada sendi. Jari  –   jari tremor apa tidak. Apakah ada infus pada tangan. Pada sekitar pemasangan infus ada tanda  –   tanda infeksi seperti merah atau bengkak atau nyeri tekan. Bentuk tulang belakang bagaimana.

8. Pemeriksaan diagnostik Untuk pemeriksaan diagnostik sudah dijabarkan penulis pada konsep dasar.

 b) Pengkajian post operasi TUR-P Pengkajian ini dilakukan setelah klien menjalani operasi, yang meliputi: 1. Keluhan utama Keluhan pada klien berbeda  –   beda antara klien yang satu dengan yang lain. Kemungkinan keluhan yang bisa timbul pada klien post operasi TUR-P adalah keluhan rasa tidak nyaman, nyeri karena spasme kandung kemih atau karena adanya bekas insisi pada waktu pembedahan. Hal ini ditunjukkan dari ekspresi klien dan ungkapan dari klien sendiri. 2. Keadaan umum Kesadaran, GCS, ekspresi wajah klien, suara bicara. 3. Sistem respirasi Bagaimana pernafasan klien, apa ada sumbatan pada jalan nafas atau tidak. Apakah perlu dipasang O2. Frekuensi nafas , irama nafas, suara nafas. Ada wheezing dan ronchi atau tidak. Gerakan otot Bantu nafas seperti gerakan cuping hidung, gerakan dada dan perut. Tanda  –  tanda cyanosis ada atau tidak. 4. Sistem sirkulasi Yang dikaji: nadi ( takikardi/bradikardi, irama ), tekanan darah, suhu tubuh, monitor jantung ( EKG ). 5. Sistem gastrointestinal Hal yang dikaji: Frekuensi defekasi, inkontinensia alvi, konstipasi / obstipasi,  bagaimana dengan bising usus, sudah flatus apa belum, apakah ada mual dan muntah. 6. Sistem neurology Hal yang dikaji: keadaan atau kesan umum, GCS, adanya nyeri kepala. 7. Sistem muskuloskleletal Bagaimana aktifitas klien sehari –   hari setelah operasi. Bagaimana memenuhi kebutuhannya. Apakah terpasang infus dan dibagian mana dipasang serta keadaan disekitar daerah yang terpasang infus. Keadaan ekstrimitas. 8. Sistem eliminasi Apa ada ketidaknyamanan pada supra pubik, kandung kemih penuh . Masih ada gangguan miksi seperti retensi. Kaji apakah ada tanda –  tanda perdarahan,

infeksi. Memakai kateter jenis apa. Irigasi kandung kemih. Warna urine dan  jumlah produksi urine tiap hari. Bagaimana keadaan sekitar daerah  pemasangan kateter. 9. Terapi yang diberikan setelah operasi Infus yang terpasang, obat  –   obatan seperti antibiotika, analgetika, cairan irigasi kandung kemih. c. Analisa data Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa untuk menentukan masalah klien. Analisa merupakan proses intelektual yang meliputi kegiatan mentabulasi, menyeleksi, mengklasifikasi data, mengelompokkan, mengkaitkan, menentukan kesenjangan informasi, membandingkan dengan standart, menginterpretasikan serta akhirnya membuat kesimpulan. Penulis membagi analisa menjadi 2, yaitu analisa sebelum operasi dan analisa setelah operasi. 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah sebagai berikut : Pre Operasi : 1). Obstruksi akut / kronis berhubungan dengan pembesaran prostat dan ketidakmampuan kandung kemih unmtuk berkontraksi secara adekuat. 2).  Nyeri ( akut ) berhubungan dengan iritasi mukosa buli –  buli, distensi kandung kemih, kolik ginjal, infeksi urinaria. 3). Resiko tinggi kekurangan cairan berhubungan dengan pasca obstruksi diuresis.. 4). Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan atau menghadapi prosedur  bedah. 5). Kurang pengetahuan tentang kondisi ,prognosis dan kebutuhan pengobatan  berhubungan dengan kurangnya informasi.

Post Operasi : 1)  Nyeri berhubungan dengan spasmus kandung kemih dan insisi sekunder pada TUR-P 2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif: alat selama pembedahan, kateter, irigasi kandung kemih sering. 3) Resiko tinggi cidera: perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan

4) Kurang pengetahuan: tentang TUR-P berhubungan dengan kurang informasi

3. RENCANA KEPERAWATAN

Pre Operasi :  NO. 1.

Diagnosa kep.

Tujuan & KH

Obstruksi akut /

Tujuan

kronis

Rasional

TTD

Dorong pasien

1. Meminimalkan retensi

dilakukan

untuk berkemih

urina distensi berlebihan

 berhubungan

 perawatan selama

tiap 2-4 jam dan  pada kandung kemih.

dengan

1x24 di harapkan

 bila

 pembesaran

tidak

dirasakan.

 prostat

: Setelah

Rencana Kep. 1.

terjadi

dan obstruksi, dengan

2.

Observasi aliran 2.Untuk

ketidakmapuan

Kriteria hasil :

urina

kandung

Berkemih

ukuran

kemih

dalam yang

tiba-tiba

mengevaluasi

perhatian obstruksi dan

dan

pilihan

intervensi.

untuk

 jumlah

 berkontraksi

cukup, tidak teraba

 pancaran urina.

secara adekuat.

distensi

Pantau dan catat 3.Mengurangi

kekuatan

kandung 3.

kemih.

waktu  jumlah

serta kandung

Berikan

dan

 penyembuhan.

cairan 4.Peningkatkan

sampai 3000 ml sehari

kemih

setiap mempercepat

kali berkemih. 4.

spasme

cairan

aliran

meningkatkan

dalam  perfusi

ginjal

serta

toleransi jantung. membersihkan ,kandung

ginjal

kemih

dari

 pertumbuhan bakteri. 5.

Berikan sesuai

obat 5.

Retensi

indikasi meningkatkan

(antispamodik).

urine tekanan

dalam saluran perkemihan yang dapat mempengaruhi fungsi ginjal.

2.

Nyeri

( akut )

 berhubungan

Tujuan : dilakukan

Setelah

1.

Pantau

 perhatikan

nyeri,

1.

Nyeri

lokasi, intermitten

tajam, dengan

dengan

iritasi  perawatan selama intensitas ( skala 0 - dorongan

mukosa

buli  –  1x24 di harapkan

 buli,

distensi  Nyeri

hilang

10 ).

masase

/

kateter

berkemih urin

/

sekitar

menunjukkan

kandung

kemih,

terkontrol, dengan

spasme

kolik

ginjal,

Kriteria hasil :

cenderung

Klien melaporkan

 pada pendekatan TURP (

nyeri

 biasanya menurun dalam

infeksi urinaria.

hilang

/

terkontrol,

buli-buli,

yang

lebih

berat

48 jam ).

menunjukkan

2. Berikan tindakan

2.Menurunkan

ketrampilan

kenyamanan (

otot,

relaksasi

dan sentuhan terapeutik,

aktivitas

 pengubahan posisi,

terapeutik

sesuai  pijatan punggung )

indikasi

untuk

situasi

memfokusksn

kembali dapat

perhatian

dan

meningkatkan

kemampuan koping.

dan aktivitas

individu. terapeutik.

Tampak tidur

tegangan

/

rileks, 3.Pertahankan tirah istirahat  baring bila

dengan tepat.

3.Diperlukan selama fase awal selama fase akut.

diindikasikan . 4.Pertahankan

4. Mempertahankan fungsi

 patensi kateter dan kateter sistem drainase.

sistem,

dan

drainase menurunkan

resiko distensi / spasme  buli - buli. 5. Kolaborasi dalam 5. Menghilangkan spasme.  pemberian antispasmodik. 3.

Resiko

tinggi

Tujuan : Setelah 1. Awasi keluaran

1.

kekurangan cairan

dilakukan

dapat

yang

 perawatan selama diindikasikan.

volume

 berhubungan

1x24 di harapkan

Perhatikan keluaran

ketidakl cukupan

dengan

Keseimbangan

100-200 ml/.

natrium diabsorbsi tubulus

pasca

obstruksi diuresis.

tiap jam bila

cairan tubuh tetap terpelihara, dengan

Diuresisi yang cepat mengurangkan total

karena jumlah

ginjal. 2.Pantau

masukan

2. Indikator keseimangan

Kriteria

hasil

: dan haluaran cairan.

Mempertahankan hidrasi

vital,

nadi dan

teraba,  penurunan

 pengisian

perifer darah,

mukosa

3. Deteksi dini terhadap

nadi

pernapasan,

 perifer

 baik,

kebutuhan

perhatikan hipovolemik sistemik.

tanda -tanda vital  peningkatan stabil,

dan

 penggantian.

adekuat 3.Awasi tanda-tanda

dibuktikan dengan:

cairan

tekanan diaforesis,

membran  pucat. lembab 4.Tingkatkan

dan keluaran urin  baring tepat.

tirah

4.Menurunkan

dengan

 jantung

kepala lebih tinggi 5.Kolaborasi

memudahkan

hemeostatis sirkulasi.

dalam 5. Berguna dalam evaluasi

memantau

kehilangan

 pemeriksaan

kebutuhan

laboratorium

kerja

darah

/

penggantian.

sesuai Serta

dapat

indikasi, contoh:

mengindikasikan

Hb / Ht, jumlah sel

terjadinya

komplikasi

darah merah.

misalnya

penurunan

Pemeriksaan

faktor pembekuan darah.

koagulasi, jumlah trombosi. 4.

Ansietas

Tujuan : Setelah

 berhubungan

dilakukan

1.Dampingi

klien

dan

dengan perubahan  perawatan selama

hubungan

status

 percaya.

kesehatan 1x24 di harapkan

saling

keinginan

untuk

membantu.

Pasien

 prosedur bedah

rileks, dengan

informasi tentang dalam memahami tujuan

Kriteria hasil :

 prosedur tindakan dari suatu tindakan.

Menyatakan

yang

 pengetahuan yang

dilakukan.

situasi,

tentang

2. Memberikan

dan

perhatian

atau menghadapi

akurat

tampak

bina

1.Menunjukkan

3. Dorong atau

2.

Membantu pasien

akan

pasien

3.Memberikan kesempatan

orang  pada pasien dan konsep

menunjukkan

terdekat

rentang yang yang

menyatakan

tepat

masalah

tentang

 perasaan

dan

 penurunan

rasa

untuk

solusi pemecahan masalah

atau

 perasaan.

takut. 5.

Kurang

Tujuan : Setelah 1.

 pengetahuan

dilakukan

tentang

Dorong

menyatakan

kondisi  perawatan selama takut

,prognosis

dan

pasien

persaan

1. Membantu pasien dalam

rasa mengalami perasaan. dan

1x24 di harapkan  perhatian.

kebutuhan

Menyatakan

2. Kaji ulang proses

 pengobatan

 pemahaman

 penyakit,pengalaman  pengetahuan dimana pasien

 berhubungan

tentang

proses  pasien

dengan kurangnya  penyakit informasi

dan

 prognosisnya, dengan Kriteria hasil : Melakukan  perubahan pola hidup atau prilasku ysng perlu,  berpartisipasi dalam program  pengobatan.

2.

dapat

Memberikan

membuat

informasi terapi.

dasar

pilihan

RENCANA KEPERAWATAN Post Operasi :  No. 1.

Diagnosa kep. Nyeri dengan

berhubungan spasmus

Tujuan & KH

Rencana kep.

Tujuan: Setalah

1.

Jelaskan

Rasional

pada

dilakukan

klien

kandung kemih dan

tindakan

gejala

insisi sekunder pada

keperawatn

spasmus

TUR-P

diharapkan

kandung kemih.

 Nyeri berkurang

1.

tentang dini

dini

lanjut.

3. Jelaskan klien

mengatakan

intensitas

dan

nyeri

frekuensi

akan

/

3. Memberitahu klien  bahwa

bahwa

ketidaknyamanan hanya temporer.

 berkurang dalam

hilang.

24 - 48 jam.

Ekspresi

4. Anjurkan klien

duduk

Klien tidur

pada

4. Mengurangi tekanan  pada luka insisi.

klien untuk tidak

tenang.

dalam

akan

waktu yang lama

/

sesudah tindakan

istirahat

TUR-P.

dengan tepat. -

pada

Klien

 berkurang

-

Mengetahui  perkembangan lebih

tanda vital.

Kriteria hasil :

wajah

spasmus

kandung kemih.

dengan

-

dapat

mendeteksi gajala

2. Observasi tanda –  2.

atau hilang,

-

Kien

TTD

Tanda

5.

5. Kolaborasi

 – 

dengan

tanda

vital

untuk

dalam

batas

obat

dokter memberi

 –  

(analgesik

normal.

obatan

Menghilangkan nyeri dan mencegah spasmus

kandung

kemih.

atau

anti spasmodik ) 2.

Resiko tinggi infeksi

Tujuan: Setealah

 berhubungan dengan

dilakukan

cairan

irigasi

tindakan

cukup ( 2500  – 

resiko terjadi ISK

keperawatan

3000 ) sehingga

dikurangi dan

kandung

kemih sering.

1.

Anjurkan

intake yang

1. Meningkatkan output urine sehingga

 

diharapkan

dapat

mempertahankan

Klien tidak

menurunkan

fungsi ginjal.

menunjukkan

 potensial infeksi.

tanda –  tanda

2.

Observasi

infeksi , dengan

warna,

Kriteria hasil:

 bau.

-

-

Klien

tidak

2. Mengidentifikasi

jumlah,

adanya infeksi.

3. Observasi tanda  –  3. Mencegah sebelum

mengalami

tanda

infeksi.

laporkan tanda  – 

Dapat

tanda

mencapai

demam.

waktu

-

urine:

vital,

shock

terjadi shock.

dan 4.Untuk mencegah

4. Kolaborasi dengan

 penyembuha

dokter

n

memberi

Tanda

 – 

tanda

vital

dalam

batas

normal

dan

tidak

ada

infeksi dan

untuk

membantu proses

obat

 penyembuhan.

antibiotik.

tanda –   tanda shock. 3.

Resiko tinggi cidera:

Tujuan : Setelah

 perdarahan

dilakukan

tentang

sebab

kecemasan klien dan

 berhubungan dengan

tindakan

terjadi perdarahan

mengetahui tanda  – 

tindakan

keperawatan

setelah

tanda perdarahan.

 pembedahan .

diharapkan

 pembedahan

Tidak terjadi

tanda

 perdarahan,

 perdarahan .

dengan

2..

Kriteria hasil: - Klien

1. Jelaskan pada klien

tidak

 –  

Sediakan makanan

1.

Menurunkan

dan tanda 2. Dengan peningkatan diet

tekanan pada fosa

tinggi

 prostatik yang akan

serat dan memberi

mengendapkan

menunjukkan

obat

 perdarahan .

tanda  –   tanda

memudahkan

untuk

 perdarahan . - Tanda –  tanda vital

defekasi . 3. Observasi: Tanda – 

dalam

 batas normal . - Urine

lancar

lewat kateter .

3.

Deteksi

awal

tanda vital tiap 4

terhadap komplikasi,

 jam,masukan dan

dengan

haluaran dan

yang

warna urine

mencegah kerusakan

intervensi

 jaringan

tepat

yang

 permanen . 4.

Kurang

Tujuan: Setelah

 pengetahuan:

Beri

penjelasan

dilakukan

untuk

mencegah

tentang TUR-P

tindakan

aktifitas

 berhubungan

keperawatan

selama

dengan kurang

diharapkan Klien

minggu .

informasi

dapat

1.

3-4

penjelasan

menguraikan

untuk

mencegah

 pantangan

mengedan waktu

kegiatan serta

BAB selama 4-6

kebutuhan

minggu;

 berobat lanjutan,

memakai pelumas

dengan

tinja

untuk

Kriteria hasil:

laksatif

sesuai

- Klien

akan

melakukan

 perdarahan .

berat

Beri

2.

1. Dapat menimbulkan

2. Untuk membantu  proses penyembuhan .

dan

kebutuhan. 3.

Pemasukan cairan

3.Mengurangi potensial

 perubahan

sekurang – 

infeksi dan gumpalan

 perilaku.

kurangnya 2500-

darah .

- Klien

3000 ml/hari.

 berpartisipasi

4.

Anjurkan

untuk

dalam

 berobat

 program

 pada dokter.

 pengobatan. - Klien

akan

5.

lanjutan

mengatakan

apabila

 pemahaman

kemih

ada komplikasi

5. Mengedan bisa

Kosongkan kandung

4.Untuk menjamin tidak

kemih kandung sudah

menimbulkan  perdarahan, pelunak tinja bisa mengurangi

 pada

 penuh .

 pantangan kegiatan

kebutuhan mengedan  pada waktu BAB

dan

kebutuhan  berobat lanjutan .

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF