Tetanus Dan Rabies
February 8, 2019 | Author: Everdina Esther P | Category: N/A
Short Description
12...
Description
Skenario 6 : Tetanus PEMBAHASAN 2.1 Anamne Anamnesis sis Anamne Anamnesis sis merupak merupakan an tanya tanya jawab jawab antara antara dokter dokter dan pasien pasien atau atau bisa bisa juga juga terhadap keluarga atau relasi terdekat atau yang membawa pasien tersebut ke rumah rumah sakit sakit atau atau tempat tempat prakte praktek. k. Anamn Anamnesi esiss diperl diperluka ukan n untuk untuk menget mengetahu ahuii penyebab penyakit tetanus seperti tempat masuknya kuman. Anamnesis terd terdap apatn atnya ya riway riwayat at luka luka-lu -luka ka pato patoge gene nesi sis, s, diser disertai tai keada keadaan an klin klinis is beru berupa pa kekakuan otot terutama di daerah rahang, sangat membantu diagnosis. Pembuktian kuman seringkali tidak perlu, karena amat sukar mengisolasi kuman dari luka pasien. Dari anamnesis juga bisa ditanyakan apakah pasien pernah mendapatkan imunisasi sebelumnya. Dari anamnesis, diketahui pasien tertusuk paku di telapak kaki kanan 12 hari yang lalu namun tidak diobati. Tekanan darah 13!" dengan #rekuensi na#as 2"$!menit.
2.2 Pemerik Pemeriksaan saan 2.2.1. 2.2.1. Pemerik Pemeriksaan saan %isik %isik Pemeriksaan #isik dapat kita lihat dengan adanya luka dan gejala-gejala yang yang khas khas pada pada penyaki penyakitt tetanus tetanus seperti seperti trismu trismus, s, kejang kejang opistot opistoton onus, us, spasme otot, senyum sengit akibat kejang yang tidak henti-hentinya di daer daerah ah muka muka,, teru terutam tamaa raha rahang ng.. &uga &uga tampa tampak k luka luka yang yang dalam dalam dan dan bernanah serta suhu tubuh 3",3o' 2.2.2. 2.2.2. Pemeriksaan Pemeriksaan Penunjang Penunjang ▪
Pemeriksaan penunjang (pemeriksaan laboratorium) tidak begitu perlu dila dilaku kuka kan. n. *al *al ini ini dise diseba babk bkan an kare karena na peny penyak akit it teta tetanu nuss dapa dapatt ditegakkan dengan gejala klinis dan anamnesis.
2.3 Diagno Diagnosis sis 2.3.1. 2.3.1. Diagno Diagnosis sis +erja +erja Tetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh neurotoksin yang dihasilkan oleh 'lostridium tetani ditandai dengan spasme otot yang periodik dan berat.
Tetanus disebut juga dengan een day Disease . Dan pada tahun 1"/, dike dikete temu muka kan n toks toksin in seper seperti ti stri stri0h 0hni nine ne,, kemu kemudi dian an dike dikena nall deng dengan an tetanos tetanospasm pasmin, in, yang yang diisola diisolasi si dari dari tanah tanah anaero anaerob b yang yang mengan mengandun dung g bakteri. lmunisasi dengan mengaktiasi deriat tersebut menghasilkan pen0egahan dari tetanus. 1,2
Diagnosis Diagnosis tetanus dapat diketahui diketahui dari pemeriksaan #isik pasien sewaktu sewaktu istirahat, berupa gejala klinik kejang tetanik, trismus, dysphagia, hisus sar sardoni0us
(
otot
wajah kaku aku ). iasany sanyaa
tampak luka
yang ang
mendahuluinya. Pembuktian kuman seringkali tidak perlu karena amat sukar mengisolasi kuman dari luka penderita. 2.3.2. 2.3.2. Di##erensial Di##erensial Diagnosis Diagnosis 4ntuk 4ntuk membed membedaka akan n diagnos diagnosis is bandin banding g dari dari tetanus tetanus,, tidak tidak akan akan sukar sukar sekali dijumpai dari pemeriksaan #isik, laboratorium test (dimana 0airan serebrospinal normal dan pemeriksaan darah rutin normal atau sedikit meninggi, sedangkan 56T, 'P+ 'P+ dan 748 aldolase sedikit meninggi karena kekakuan otot-otot tubuh), serta riwayat imunisasi, kekakuan otototot tubuh), risus sardini0us dan kesadaran yang tetap normal.
pasme yang disebabkan oleh strikinin jarang menyebabkan spasme otot rahang rahang.. Tetanu etanuss didiag didiagnos nosis is dengan dengan pemerik pemeriksaan saan darah darah (kalsiu (kalsium m dan #os#at). #os#at). +ejang pada meningitis meningitis dapat dibedakan dibedakan dengan kelainan kelainan 0airan 0erebrospinalis. 1,2
Trismus dapat pula terjadi pada abses retro#aring, abses gigi yang berat, pembesaran kelenjar lim#e leher. +aku kuduk juga dijumpai pada meni mening ngiti itis, s, tetap tetapii pada pada hal hal yang yang terak terakhi hirr ini ini biasa biasany nyaa tampa tampak k jelas jelas demam, kesadaran yang menurun menurun dan kelainan 0airan serebrospinalis. serebrospinalis. elain itu, pada tetanus kesadaran tidak menurun. 1,2,3
abies dapat menimbulkan spasme laring dan #aring, tetapi tidak disertai trismus. trismus. Tetani etani dibedakan dibedakan dengan dengan tetanus tetanus dengan dengan pemeriksaan pemeriksaan kadar 'a dan P
Tetanus disebut juga dengan een day Disease . Dan pada tahun 1"/, dike dikete temu muka kan n toks toksin in seper seperti ti stri stri0h 0hni nine ne,, kemu kemudi dian an dike dikena nall deng dengan an tetanos tetanospasm pasmin, in, yang yang diisola diisolasi si dari dari tanah tanah anaero anaerob b yang yang mengan mengandun dung g bakteri. lmunisasi dengan mengaktiasi deriat tersebut menghasilkan pen0egahan dari tetanus. 1,2
Diagnosis Diagnosis tetanus dapat diketahui diketahui dari pemeriksaan #isik pasien sewaktu sewaktu istirahat, berupa gejala klinik kejang tetanik, trismus, dysphagia, hisus sar sardoni0us
(
otot
wajah kaku aku ). iasany sanyaa
tampak luka
yang ang
mendahuluinya. Pembuktian kuman seringkali tidak perlu karena amat sukar mengisolasi kuman dari luka penderita. 2.3.2. 2.3.2. Di##erensial Di##erensial Diagnosis Diagnosis 4ntuk 4ntuk membed membedaka akan n diagnos diagnosis is bandin banding g dari dari tetanus tetanus,, tidak tidak akan akan sukar sukar sekali dijumpai dari pemeriksaan #isik, laboratorium test (dimana 0airan serebrospinal normal dan pemeriksaan darah rutin normal atau sedikit meninggi, sedangkan 56T, 'P+ 'P+ dan 748 aldolase sedikit meninggi karena kekakuan otot-otot tubuh), serta riwayat imunisasi, kekakuan otototot tubuh), risus sardini0us dan kesadaran yang tetap normal.
pasme yang disebabkan oleh strikinin jarang menyebabkan spasme otot rahang rahang.. Tetanu etanuss didiag didiagnos nosis is dengan dengan pemerik pemeriksaan saan darah darah (kalsiu (kalsium m dan #os#at). #os#at). +ejang pada meningitis meningitis dapat dibedakan dibedakan dengan kelainan kelainan 0airan 0erebrospinalis. 1,2
Trismus dapat pula terjadi pada abses retro#aring, abses gigi yang berat, pembesaran kelenjar lim#e leher. +aku kuduk juga dijumpai pada meni mening ngiti itis, s, tetap tetapii pada pada hal hal yang yang terak terakhi hirr ini ini biasa biasany nyaa tampa tampak k jelas jelas demam, kesadaran yang menurun menurun dan kelainan 0airan serebrospinalis. serebrospinalis. elain itu, pada tetanus kesadaran tidak menurun. 1,2,3
abies dapat menimbulkan spasme laring dan #aring, tetapi tidak disertai trismus. trismus. Tetani etani dibedakan dibedakan dengan dengan tetanus tetanus dengan dengan pemeriksaan pemeriksaan kadar 'a dan P
dalam darah. elain itu, pada rabies, terdapat anamnesis gigitan anjing atau ku0ing dengan salia yang mengandung irus, disertai gejala spasme laring dan #aring yang terus menerus dengan pleiositosis tetapi tanpa trismus. 1,2,3
Tabel Tabel 3 yang memperlihatkan di##erential diagnosis Tetanus Tetanus 9
2.9 7tiolo 7tiologi gi Tetanus disebabkan oleh bakteri gram positi#: 'loastridium tetani. akteri ini
hidupnya anaerob dan berbentuk batang berspora, dijumpai pada tinja binatang terutama terutama kuda, juga bisa pada manusia dan juga pada tanah yang terkontaminas terkontaminasii dengan dengan tinja tinja binatan binatang g tersebu tersebut. t. pora pora ini bisa bisa tahan tahan beberap beberapaa bulan bulan bahkan bahkan beberapa tahun, jika ia mengin#eksi luka seseorang atau bersamaan dengan benda daging daging atau bakteri bakteri lain, lain, ia akan akan memasu memasuki ki tubuh tubuh penderi penderita ta tersebu tersebut. t. pora pora 'lostridium tetani biasanya masuk kedalam tubuh melalui luka pada kulit oleh karena terpotong , tertusuk ataupun luka luka bakar , ke0elakaan, serta pada in#eksi tali pusat (Tetanus ;eonatorum ). ) . akteri ini lalu mengeluarkan toksin yang bernama tetanospasmin.
5br Clostridium tetani
<
Toksin ini mula-mula akan menyebabkan kejang otot dan sara# peri#er setempat. Toksin ini labil pada pemanasan, pada suhu =< ' akan han0ur dalam lima menit. Di samping itu dikenal pula tetanolysin yang bersi#at hemolisis, yang peranannya kurang berarti dalam proses penyakit.
2.< %aktor isiko %aktor risiko penyakit ini biasa karena luka tusuk, luka bakar, atau pas0apartus. iasa di daerah pertanian dan perkebunan juga beresiko terkena tetanus karena penyakit tetanus biasanya timbul di daerah yang terkontaminasi dengan tanah dan dengan kebersihan serta perawatan luka yang buruk. 8elahirkan juga menjadi salah satu #aktor risiko penyakit tetanus terutama pada tali pusat. agi yang tidak mempunyai kekebalan juga beresiko terkena tetanus. Tetanus juga masih banyak dijumpai dikarenakan rendahnya kesadaran masyarakat akan kebersihan dan perawatan luka yang kurang higienis.
2.= 7pidemiologi Tetanus terjadi se0ara sporadis dan hampir selalu menimpa indiidu non imun, indiidu dengan imunitas parsial, dan indiidu dengan imunitas penuh yang kemudian gagal mempertahankan imunitas se0ara adekuat dengan aksin ulangan. >alaupun tetanus dapat di0egah dengan imunisasi, tetanus masih merupakan penyakit yang membebani di seluruh dunia terutama di ;egara beriklim tropis dan ;egara ? ;egara sedang berkembang, sering terjadi di brasil, %ilipina, @ietnam, ndonesia, dan ;egara lain di benua Asia. 1,2,=
Tetanus disebabkan oleh 'lostridium tetani suatu basil anaerob 5ram positi# pembentuk spora, yang terdapat dalam usus berbagai hewan herbiora dan terdistribusi luas dalam tanah. ila tidak memiliki imunisasi akti#, seorang pasien dengan usia berapapun dapat mengalami tetanus melalui luka yang terkontaminasi oleh tanah. 6rang dewasa yang berusia B = tahun merupakan kelompok berisiko tertinggi, terutama wanita yang mungkin lahir sebelum dikenalkan imunisasi pada anak-anak . 1,2,= Pada negara belum berkembang, tetanus sering dijumpai pada neonatus, bakteri masuk melalui tali pusat sewaktu persalinan yang tidak baik, tetanus ini dikenal dengan nama tetanus neonatorum. Tetanus neonatal merupakan masalah khusus di beberapa negara berkembang akibat kontaminasi sekitar umbilikus oleh tanah atau kotoran hewan untuk tujuan terapi.
1,2,=
Tetanus dapat pula berkaitan dengan luka bakar, in#eksi telinga tengah, pembedahan, absorsi dan adanya porte dCentre. Port o# entry tidak selalu dapat diketahui dengan pasti, namun dapat diduga melalui luka tusuk, gigitan binatang, luka bakar. isa juga melalui luka operasi yang tidak dirawat dan dibersihkan dengan baik, 0aries gigi, serta pemotongan tali pusat yang tidak steril.
2.E Pato#isiologi Penyakit tetanus terjadi karena adanya luka pada tubuh seperti luka tertusuk paku, pe0ahan ka0a, luka tembak, luka bakar, luka yang kotor dan pada bayi dapat melalui tali pusat. entuk spora dari bakteri akan berubah menjadi egetati# bila lingkungannya memungkinkan untuk perubahan bentuk tersebut dan kemudian mengeluarkan eksotoksin. +uman tetanusnya sendiri akan tetap tinggal di daerah luka, sehingga tidak ada penyebaran kuman.
6rganisme multipel membentuk 2 toksin yaitu tetanospasmin yang merupakan toksin kuat dan atau neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot, dan mempengaruhi sistem sara# pusat. Tetanolisin mampu se0ara lokal merusak jaringan yang masih hidup yang mengelilingi sumber in#eksi dan mengoptimalkan kondisi yang memungkinkan multiplikasi bakteri. 7ksotoksin yang dihasilkan akan men0apai pada sistem sara# pusat dengan melewati akson
neuron atau sistem askuler. +uman ini menjadi terikat pada satu sara# atau jaringan sara# dan tidak dapat lagi dinetralkan oleh antitoksin spesi#ik. ;amun toksin yang bebas dalam peredaran darah sangat mudah dinetralkan oleh antitoksin. *ipotesa 0ara absorbsi dan bekerjanya toksin adalah pertama toksin diabsorbsi pada ujung sara# motorik dan melalui aksis silindrik dibawah ke kornu anterior susunan sara# pusat. +edua, toksin diabsorbsi oleh susunan lim#atik, masuk ke dalam sirkulasi darah arteri kemudian masuk ke dalam susunan sara# pusat. Toksin bereaksi pada myoneural jun0tion yang menghasilkan otot-otot menjadi kejang dan mudah sekali terangsang. 8asa inkubasi 2 hari sampai 2 bulan dan rata-rata 1 hari. 1,2,=,E Toksin mempunyai e#ek dominan pada neuron inhibitori, di mana setelah toksin menyeberangi sinapsis untuk men0apai presinaptik, ia akan memblokir pelepasan neurotransmitter yaitu glisin dan asam aminobutirik (5AA).
Tetanospasmin
berpengaruh pula pada sistem sara# otonom, sehingga mun0ul gangguan pada perna#asan, metabolisme, hemodinamika, hormonal,saluran 0erna, saluran kemih, dan neuromuskular. ;euron motorik juga dipengaruhi dengan pelepasan asetikolin ke dalam 0elah neuromuskuler dikurangi. Pusat medulla dan hipotalamus mungkin juga dipengaruhi. 1,2,=,E
Penyakit tetanus merupakan salah satu in#eksi yang berbahaya karena
mempengaruhi sistem urat sara# dan otot. Aliran e#eren yang tak terkendali dari sara# motorik pada korda dan batang otak akan menyebabkan kekakuan dan spasme muskuler. pasme otot sangat nyeri dan dapat berakibat #raktur tendon. 6tot rahang, wajah, dan kepala sering terlibat pertama kali karena jalur aksonalnya lebih pendek. Tubuh dan anggota tubuh mengikuti, sedangkan otototot peri#er tangan dan kaki relati# jarang terlibat. 1,2,=,E Terikatnya toksin pada neuron bersi#at ireersible. Pemulihan membutuhkan tumbuhnya ujung sara# yang baru yang menjelaskan mengapa tetanus berdurasi lama.
4ntuk menentukan derajat penyakit ini, digunakan s0ore menurut Phillips yang berdasarkan 9 tolok ukur yaitu •
masa inkubasi
•
lokal in#eksi ( Port dFentree)
•
imunisasi
•
#aktor yang memberatkan Derajat keparahan penyakit dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel empat tolak ukur dan besarnya nilai (Philips)
E
Tolah ukur
8asa inkubasi
Gokasi in#eksi
munisasi
%aktor yang memberatkan
;ilai
+urang 9" jam
5
2-< hari
9
=-1 hari
3
11-19 hari
2
lebih 19 hari
1
nternal!umbilikal
5
Geher, kepala, dinding tubuh
9
7kstremitas proksimal
3
7kstremitas distal
2
Tidak diketahui
1
Tidak ada
1
8ingkin ada!ibu mendapat
"
Gebih dari 1 tahun yang lalu
9
+urang dari 1 tahun
2
Proteksi lengkap
Penyakit atau trauma yang membahayakan jiwa +eadaan yang tidak langsung membahayakan jiwa
1
+eadaan yang tidak membahayakan jiwa Trauma atau penyakit ringan A..A.HH derajat HH istim penilaian untuk menentukan risiko penyulit erdasarkan jumlah angka yang diperoleh, derajat keparahan penyakit dapat dibagi menjadi tetanus ringan (angka kurang dari /), penyakit sedang (angka /1=), dan tetanus berat (angka lebih dari 1=). Tetanus ringan dapat sembuh dengan pengobatan baku sedangkan tetanus berat memerlukan perawatan khusus yang intensi#.
" 9 2 1
Ada beberapa bentuk tetanus yang dikenal se0ara klinis, yakni
1,2,=,E
1. Go0alited tetanus ( Tetanus Gokal ) Tetanus ini merupakan bentuk yang jarang dimana mani#estasinya hanya pada otot-otot di sekitar luka. +elemahan otot bisa terjadi akibat peran toksin pada tempat hubungan neuromuskuler. 5ejalanya bersi#at ringan dan dapat bertahan sampai berbulan-bulan. Progresi menjadi tetanus generalisata bisa terjadi. ;amun se0ara umum, prognosisnya baik.
2. 'ephali0 Tetanus ( Tetanus e#alik ) Tetanus ini merupakan bentuk yang jarang dari bentuk tetanus lokal, yang terjadi setelah trauma kepala atau in#eksi telinga. 8asa inkubasinya 1-2 hari. iasanya terjadi dis#ungsi satu atau lebih sara# kranial yang tersering sara# ke tujuh (nerus #as0ialis). 8ortalitasnya tinggi. 3. 5eneraliIed tetanus (T0tanus 5eneralisata atau umum) Tetanus ini merupakan bentuk yang paling umum ditandai dengan meningkatnya tonus otot dan spasme. 8asa inkubasinya berariasi tergantung lokasi luka dan lebih singkat pada tetanus berat.
Terdapat trias klinis berupa rigiditas (kekakuan), spasme (ketegangan) otot, dan apabila berat dis#ungsi otonomik. +aku kuduk, nyeri tenggorokan, dan kesulitan untuk membuka mulut, sering merupakan gejala awal tetanus. pasme otot maseter menyebabkan trismus atau rahang terkun0i. pasme se0ara progresi# akan meluas ke otot-otot wajah yang menyebabkan ekspresi wajah yang khas Jrisus sardoni0usK dan meluas ke otot-otot menelan yang menyebabkan dis#agia (kesulitan menelan). igiditas tubuh menyebabkan opistotonus dan gangguan respirasi dengan menurunnya kelenturan dinding dada. Pasien dapat demam, walaupun banyak yang tidak. ementara kesadaran tidak berpengaruh. +ontraksi otot dapat bersi#at spontan atau dipi0u oleh stimulus berupa sentuhan, stimulus isual, auditori, atau emosional. pasme #aringeal sering diikuti dengan spasme laringeal dan berkaitan dengan terjadinya aspirasi dan obstruksi jalan na#as akut yang mengan0am nyawa.
9. elain itu ada lagi pembagian berupa neonatal tetanus Tetanus ini biasanya #atal apabila tidak terapi. entuk ini menyebabkan lebih dari alaupun tindakan perawatan intensi# umumnya dilakukan, hasilnya tidak menggembirakan. Perawatan intensi# hanyalah metode untuk memperpanjang dan bila mungkin menyelamatkan hidup pasien dengan men0egah komplikasi respirasi dan kardioaskuler yang sering terjadi. 6leh karena itu diperlukan tindakan penanganan yang e#ekti# dan e#isien baik penanganan pro#ilaksis pra pajanan maupun penanganan pas0a pajanan sehingga akibat buruk akibat irus ini dapat diminimalkan.
PERBAHASAN "#$% Pemeriksaan "#$#$ Anamnesis
Pemeriksaan berupa sesi tanya jawab atau anamnesis terhadap pasien harus dilakukan sebagai langkah pertama bagi mengetahui keluhan utama yang merupakan penyebab kedatangan pasien kepada dokter. agi kasus ini, pasien yang datang adalah seorang laki-laki berusia 22tahun. Pasien mengalami gigitan anjing liar di kaki sebelah kanan sehingga meninggalkan luka terbuka. +emudian, luka tersebut bernanah selepas pasien mandi di kubangan air. Antara keluhan yang biasa pasien ajukan adalah pasien berasa panas yang kemungkinan demam. 5ejala lain adalah nyeri kepala, berasa lemah, nyeri tenggorokan dan takut untuk meminum air (hidro#orbik) karena spasme otot menelan. elain itu, kejadian tersebut harus diketahui sama ada di kawasan yang tertular penyakit rabies atau tidak. Di samping penting untuk mengetahui adakah pasien melakukan tindakan prookati# terlebih dahulu atau tidak sebaik sahaja mendapatkan gigitan anjing tersebut. Pasien juga harus ditanyakan jika beliau pernah mendapatkan suntikan anti rabies (@A) serta adakah anjing yang menggigit pasien mempunyai gejala rabies yang sama seperti dialami oleh manusia.1 "#$#"
Pemeriksaan &isik
Pada pemeriksaan #isik, pemeriksaan tanda-tanda ital selalu dijalankan pertama kali untuk mendapatkan suhu badan pasien, tekanan darah dan #rekuensi perna#asan serta bilangan denyut nadi. etelah itu, lokasi luka gigitan anjing tersebut diidenti#ikasi supaya dapat
diketahui status penyakit jika pasien tertular irus rabies. *al ini penting karena pada daerah yang kaya elemen sisyem sara# masa inkubasi adalah lebih pendek dan gejala dapat mun0ul dengan 0epat. Antaranya seperti di daerah tangan, jari atau yang dekat dengan system sara# pusat terutama leher, muka dan kepala. Pemeriksaan #isik lainnya adalah dengan melakukan palpasi untuk mengetahui adakah berlaku pembesaran lien dan hepar. +emudian adalah auskultasi dan perkusi. Auskultasi penting untuk mengetahui keadaan dan #rekuensi jantung serta iramanya. Adakah mempunyai bunyi tambahan, bradi0ardi atau ta0hy0ardia dan peristaltik usus.
"#$#'
Pemeriksaan Penun(an) "
Diagnosis abies pada hewan dan manusia dapat dilakukan dengan 9 metode yaitu histopathology, kultiasi irus, serologis dan deteksi antigen dari irus. 8eskipun 3 metode pertama memberikan berbagai kelebihan tetapi bukan diagnosa yang bersi#at 0epat (rapid test ). 1. *istopatologi, badan negeri (negri bodies) merupakan temuan yang bersi#at pathognomonis pada abies, meskipun adanya badan negeri hanya E1L dari kasus. 2. +ultiasi irus, pemeriksaan diagnosa untuk abies yang paling bersi#at de#initi# adalah +ultiasi irus. +ultiasi irus adalah proses penanaman irus didalam suatu kultur jaringan (tissue 0ulture) dengan maksud untuk memperbanyak irus sehingga akan lebih mudah untuk diisolasi dan di identi#ikasi. +ultur jaringan yang biasa digunakan untuk identi#ikasi penyakit abies adalah >-3", *+-21 atau '7. mmuno %luorore0ent (%) adalah test (melalui Flourorescence Antibody Test (%AT)) yang biasa dilakukan melihat keberadaan antigen atau irus rabies dalam kultur jaringan. Proses kultiasi yang paling umum dilakukan dengan 0ara melakukan inokulasi dari salia hewan terjangkit abies atau dari jaringan kelenjar salia dan atau jaringan intra0erebral yang disuntikan kedalam men0it. 8en0it kemudian dilakukan obserasi dan akan mengalami paralisis dan kematian dalam waktu 2" hari. etlah mati otak men0it kemudian diperiksa untuk keberadaan irus abies dengan mmuno #luororesen0e test.
3. Pemeriksaan erologis adalah pemriksaan untuk melihat suatu in#eksi yang terjadi di masa lampau. Pemeriksaan serologi, prinsipnya adalah memeriksa keberadaan antibodi pada sirkulasi darah sebagai akibat dari in#eksi. &enis pemeriksaan yang paling sering dilakukan untu pemeriksaan serologis dalam abies adalah pemeriksaan dengan metode Mouse Infection Neutralization Test (8;T) atau dengan Rapid fluororescent Focus Inhibition Test (7%T). Dari berbagai laporan pemeriksaan abies dengan serologis adalah periksaan yang paling berguna dalam diagnosa. 9. Deteksi irus abies 'epat, dalam beberapa tahun terakhir, deteksi irus dengan menggunakan tekhnik % makin sering dilakukan. åan yang potensial terin#eksi (dalam hal ini kelenjar salia, otak (hipokampus) dan kornea mata) di inkubasi dalam #luores0en0e antibodi yang dilabel. +emudian spesimen diperiksa dengan penggunaan mikroskop
elektron
#luorores0en0e
dengan
melihat
adanya
inklusi
di
intra0ytoplasmi0. Pemeriksaan dengan metode ini 0enderung lebih 0epat jika dibandingkan dengan metode lainnya meskipun lebih banyak membutuhkan peralatan yang lebih modern seperti mikroskop elektron #luores0en0e.
View more...
Comments