Definisi dan Tujuan: Merupakan suatu pemeriksaan atau tes klinik sederhana yang
bertujuan untuk mengetahui adanya kelemahan/ kelumpuhan kelumpuhan otot yang yang berulang setelah aktivitas dan membaik setelah istirahat, guna mendukung diagnosis penyakit Myasthenia Gravis. Persiapan:
1. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan. Prosedur:
1. Mencuci tangan. 2. Mengatur posisi pasien rileks (fowler/duduk). 3. Minta pasien untuk menghitung dari angka 1-100 dengan suara yang keras. Tes positif jika lama-kelamaan suara terdengar makin makin lemah dan menjadi kurang kurang terang. Pasien menjadi anartris dan afonia. 4. Minta pasien memandang objek di atas bidang antara kedua bola mata > 30 detik atau pasien ditugaskan untuk mengedipkan matanya secara terus-menerus. Tes positif jika pasien menunjukkan ptosis. 5. Minta pasien meletakkan tangan di atas meja. Abduksikan setiap jari-jari pasien. Lalu minta pasien untuk merapatkan jari-jarinya (adduksi). Tes positif jika pasien tidak dapat merapatkan jari kelingkingnya (Wartenberg’s sign). 6. Setelah suara pasien menjadi parau atau tampak ada ptosis, maka anjurkan beristirahat. Kemudian tampak bahwa suaranya akan kembali baik dan ptosis juga tidak tampak lagi. 7. Mencuci tangan dan dokumentasi. Sikap:
1. Sabar dan teliti 2. Peka terhadap reaksi pasien
Uji Tensilon dan Uji Prostigmin
Definisi dan Tujuan: Merupakan suatu tes dengan menyuntikkan antikolinesterase ke
dalam pembuluh darah vena untuk memperpanjang kerja acetilkolin pada nerumuscular juction dalam beberapa menit. Persiapan Alat:
1.
Spuit
2.
Zat antikolinesterase (edrophonium chloride atau prostigmin methylsulfat)
3.
Bengkok
4.
Kapas alkohol
5.
Plester
Persiapan Pasien:
1.
Pasien diberi tahu tindakan yang akan dilakukan
2.
Pasien dipersilahkan duduk tegak di kursi atau di tempat tidur senyaman mungkin dan membebaskan baju yang menutupi lengannya.
Prosedur:
1.
Perawat mencuci tangan.
2.
Lakukan antiseptik/desinfeksi pada area yang akan diinjeksi.
3.
Ambil edrophonium chloride sebanyak 2 mg ke dalam spuit. Suntikkan edrophonium chloride secara intravena sesuai prosedur. Observasi selama 15 detik
setelah penyuntikan. Bila dalam 30 detik tidak terdapat reaksi, maka disuntikkan lagi sebanyak 8-9 mg tensilon secara intravena. 4.
Cara lain: Suntikkan 3 cc atau 1,5 mg prostigmin methylsulfat secara intramuskular sesuai prosedur (bila perlu, diberikan pula atropin 0,8 mg).
5.
Segera setelah antikolinesterase disuntikkan kita harus memperhatikan otot-otot yang lemah seperti misalnya kelopak mata yang memperlihatkan adanya ptosis, strabismus, dan gejala-gejala lain. Bila kelemahan itu benar disebabkan oleh Miastenia gravis, maka gejala tersebut kemudian akan lenyap.
Thank you for interesting in our services. We are a non-profit group that run this website to share documents. We need your help to maintenance this website.