Tes Esbach Utk Sn

December 18, 2017 | Author: Caerulus Fuad Abdul Baqi | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Tes Esbach Utk Sn...

Description

Urinalisis adalah uji skrining digunakan untuk deteksi gangguan tertentu, tetapi tidak cukup untuk menetapkan diagnosis. Gangguan yang menginduksi perubahan urinalisis adalah: a. gangguan keseimbangan air dan asam-basa b. Penyakit ginjal: nephropathies glomerular (glomerulonefritis) dan tubulus-interstisial nephropathies (pielonefritis), batu ginjal c. mengubah fungsi ginjal: ARF (gagal ginjal akut), CRF (gagal ginjal kronis) d. gangguan post-rennal : infeksi saluran kencing (uretritis, sistitis) e. gangguan endokrin: diabetes mellitus, diabetes insipidus (kekurangan ADH) f. Penyakit hati: sindrom ikterus (Anonim a, tt). Pada uji urinalisis, salah satu parameter yang dapat diukur untuk mengetahui adanya kelainan ginjal adalah Protein (proteinurea). Urin dikatakan : a. NORMAL apabila mengandung sejumlah KECIL Albumin ( 300 mg / hari = dan hasil tes positif dari 1 (+) hingga 4 (+) (15 - 500 mg / dl). (Anonim a, tt).

Pengukuran proteinuria penting dilakukan dalam mendiagnosis gangguan ginjal dan mengetahui respon pengobatan. Proteinuria Massive biasanya terjadi pada gangguan glomerular, dimana tingkat tertinggi pada sindrom nefrotik (SN). Proteinuria Massive dapat ditentukan dengan uji Esbach, yang merupakan standar terbaik untuk pengukuran proteinuria (Sukmawati dan Suarta, 2007). Uji Esbach merupakan pemeriksaan untuk menilai kadar protein dalam urin (proteinuria). Pada uji ini, pemeriksaan kuantitatif albumin dalam urine dengan cara mencampurkan larutan asam pikrat 1% dalam air dan larutan asam sitrat 2% dalam air dengan urine. Asam sitrat ini hanya digunakan untuk tujuan menjaga keasaman cairan. Hasil positif dilihat dengan adanya kekeruhan dan tingkat kekeruhan sesuai dengan junlah protein (Kurniati, 2010).

Tes Esbach yang disebut juga metode dipstick, merupakan pemeriksaan kuantitatif dengan nilai 0-4 (+). Pemeriksaan ini sensitif terhadap 60mg/l albumin, tetapi kurang sensitif terhadap protein Bence Jones dan protein lain yang berat molekulnya rendah misal β2-mikroglobulin. Pemeriksaan ini terkenal karena kemudahannya. Sampel urin yang digunakan untuk tes Esbach ini adalah dari pengumpulan urin 24 jam yang ditampung (Anonim, 2010). Jadi untuk mendapatkan sampel urin ini, pasien diharuskan menampung semua urinnya selama 24 jam mulai dari jam 6 pagi sampai jam 6 pagi pada hari berikutnya. Urin yang keluar pertama kali pada pagi hari tidak ditampung, karena merupakan hasil dari malam harinya. Jadi urin mulai ditampung setelah berkemih pertama kali pada pagi hari sampai pasien berkemih pertama kali pada pagi hari di hari berikutnya (Anonim, 2010.). Pengumpulan urin 24 jam ini membuat pasien tidak nyaman dan tidak praktis karena pasien harus membawa kemana-mana tempat untuk menampung urinnya, serta sering kali pasien lupa untuk menampung urinnya ketika sedang berkemih. Untuk menghindari proteinuria ortostatik dan intermiten maka pengumpulan urin 24 jam biasanya diganti dengan Pengumpulan urin semalam, yang memiliki akurasi yang sama (Sukmawati dan Suarta, 2007). Setelah pengumpulan, selanjutnya urin asam disaring dituangkan ke dalam tabung gelas sampai U tanda, dan kemudian reagen khusus ditambahkan sampai tingkat berdiri cair pada R. Campur cairan secara menyeluruh (tanpa mengguncang) dengan membalik tabung (tutup dengan gabus, dan memungkinkan untuk berdiri tegak selama dua puluh empat jam) belasan kali. Kemudian dilakukan pembacaan skala, dimana ketinggian koagulum berdiri akan menunjukkan jumlah bagian per seribu, atau gram albumin dalam satu liter. Hasil ini dibagi dengan sepuluh menghasilkan persentase yang ditunjukkan pada Table 1 (Anonim b, tt). Tabel 1. Hasil dari tes Esbach atau metode dipstik memiliki nilai 0-4 (+): Hasil

Jumlah protein

Samar

10-30 mg %

1(+)

30 mg %

2(+)

100 mg %

3(+)

500 mg %

4(+)

> 2000 mg %

Endapan protein urin dengan metode Esbach mungkinkan evaluasi keparahan proteinuria yaitu : a. RINGAN 3,5 g / hari (sindrom nefrotik) (Anonim a, tt). Pada uji Esbach, hasil positif palsu (false positif) dapat terjadi bila sampel urin sifatnya terlalu basa atau terlalu encer. Selain itu bila pemeriksaan menunjukkan hasil positif palsu maka harus diperiksa dengan asam salisilsulfonat atau dengan tes pendidihan karena hasil positif palsu mungkin ditimbulkan oleh urin alkali yang berbufer kuat (Anonim, 2010). Beberapa kelemahan uji Esbach seperti pada pengukuran kualitatif sulit dilakukan pada anak-anak terutama pada yang tidak bisa mengendalikan buang air kecil karena hal ini akan menimbulkan kesulitan dalam pengumpulan urin 24 jam atau urin semalam, sering terjadi kesalahan selama menghitung waktu dan saat mengakomodasi urin, dan hasil yang didapat tidak akurat (Sukmawati dan Suarta, 2007).

ALAT DAN BAHAN 1. Tabung Esbach 2. Sampel urin 24 jam (2 L) 3. Reagen Esbach g. Asam pikrat 10 h. Asam sitrat 20 i. Air suling 1 L 4. Alat-alat gelas lainnya

CARA KERJA -

Sampel urin 24 jam dikumpulkan dan diukur volumenya ( 2 liter/jam)

-

Sampel urin diaduk agar homogen kemudian diambil secukupnya kemudian ditetesi dengan beberapa tetes asam cuka 6% hingga ph urin menjadi < 6 lalu disaring

-

Selanjutnya tabung Esbach diisi dengan urin sampai tanda U dan reagen Esbach hingga tanda R

-

Tabung Esbach ditutup dengan gabus penutupnya, dibolak-balik beberapa kali agar urin dan reagen tercampur baik, lalu dibiarkan pada suhu kamar selama 24 jam.

-

Setelah 24 jam dibaca endapan yang ditimbulkan dalam satuan g/L

HASIL Pengukuran Ph : asam lemah Setelah penambahan reagen : Warna kuning Setelah didiamkan 24 jam : 0,7 g/L = 700 mg/L Persentase protein : 700 mg/L : 10 = 70 mg % Perhitungan Protein Loss Protein loss

= a g/L x V L/24 jam = 0,7 x 2 = 1,4 g/24 jam

PEMBAHASAN Pada praktikum ini, dilakukan pengukuran kadar protein dalam urin menggunakan metode uji Esbach. Uji Esbach merupakan pemeriksaan untuk menilai kadar protein dalam urin (proteinuria) dimana hasil positif ditunjukkan dengan adanya kekeruhan dan tingkat kekeruhan sesuai dengan kuantitatif protein (Kurniati, 2010). Sampel urin 24 jam yang telah terkumpul diaduk agar homogen. Selanjutnya sampel diambil secukupnya untuk diteteskan dengan asam cuka 6% dan disaring. Penambahan asam cuka ini bertujuan untuk membuat urin menjadi asam (pH
View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF