Termoregulasi pada manusia

July 7, 2019 | Author: yaser | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tubuh kita dilengkapi berbagai sistem pengaturan canggih, termasuk pengaturan...

Description

TUGAS INDIVIDU DISCOVERY LEARNING TERMOREGULASI PADA MANUSIA Mata Ajar Kebutuhan Biologi Dan Fisiologi I Dosen Pengampu : Ns. Niken Safitri D. K. , S.Kep. Msi.Med

KELAS B 15 Yaser Woretma

( 22020115183008 )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tubuh kita dilengkapi berbagai sistem pengaturan canggih, termasuk pengaturan suhu tubuh. Manusia memiliki pusat pengaturan suhu tubuh (termostat), terletak di bagian otak yang disebut dengan hipotalamus. Pusat pengaturan suhu tubuh itu mematok suhu badan kita di satu titik yang disebut set point.

Termoregulasi manusia berpusat pada hypothalamus anterior terdapat tiga komponen pengatur atau penyusun sistem pengaturan panas, yaitu termoreseptor, hypothalamus, dan saraf eferen serta termoregulasi dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya

Hipotalamus bertugas mempertahankan suhu tubuh agar senantiasa konstan, berkisar pada suhu 37°C. Itu sebabnya, di mana pun manusia berada, di kutub atau di padang pasir, suhu tubuh harus selalu diupayakan stabil, sehingga manusia disebut sebagai makhluk yang mampu beradaptasi. Termostat hipotalamus bekerja berdasarkan asupan dari ujung saraf dan suhu darah yang beredar di tubuh. Di udara dingin hipotalamus akan membuat program agar tubuh tidak kedinginan, dengan menaikkan set point alias menaikkan suhu tubuh. Caranya dengan mengerutkan pembuluh darah, badan menggigil dan tampak pucat.

Sedangkan di udara panas, hipotalamus tentu saja harus menurunkan suhu tubuh untuk mencegah heatstroke. Caranya dengan mengeluarkan panas melalui penguapan. Pembuluh darah melebar, pernapasan pun menjadi lebih cepat. Karena itu, pada saat kepanasan, selain berkeringat, kulit kita juga tampak kemerahan (flushing).

Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan. Melalui evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. dan modifikasi sistim sirkulasi di bagian kulit. Kontriksi pembuluh darah di bagian kulit dan countercurrent heat exchange adalah salah satu cara untuk mengurangi kehilangan panas tubuh. Manusia menggunakan baju merupakan salah satu perilaku unik dalam termoregulasi

Suhu tubuh didefinisikan sebagai salah satu tanda vital yang menggambarkan status kesehatan seseorang. Dibandingkan dengan primata lainnya, manusia mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk mentolerer suhu tinggi oleh karena banyaknya kelenjar keringat, dan kulitnya hanya ditumbuhi oleh rambut halus. Di dalam tubuh energi panas dihasilkan oleh jaringan aktif terutama dalam otot, kemudian juga dalam alat keringat, lemak, tulang, jaringan ikat, serta saraf.

B. Rumusan Masalah

1.

Apa yang dimaksud Termoregulasi?

2.

Perbedaan antara Suhu dan Panas?

3.

Bagaimana Mekanisme Keseimbangan panas dalam tubuh? (Peningkatan Perolehan panas dan kehilangan Panas/heat loss )

4.

Faktor apa saja Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh?

5.

Bagaimana cara Pengukuran suhu tubuh?

6.

Bagaimana Pengaturan Panas dalam tubuh dan gangguan pada suhu tubuh manusia?

1. Tujuan

1. Mengetahui definisi dari termoregulasi. 2. Dapat membedakan antara panas dan suhu pada tubuh manusia. 3. Menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa tentang mekanisme keseimbangan panas dalam tubuh. 4. Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh 5. Dapat mengetahui tentang pengukuran suhu tubuh 6. Mengetahui tentang mengakisme Pengaturan Panas dalam tubuh serta gangguan suhu tubuh.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Definisi Termoregulasi Manusia adalah makhluk homeotermik, makhluk berdarah panas dimana suhu tubuhnya relatif konstan terhadap perubahan suhu disekitarnya. Suhu tubuh manusia (suhu inti / core temperature) dipertahankan dalam batas normal dalam suatu limit yang kecil, tidak lebih dari 0,4º C yaitu sekitar 36,7-37,1º C, bahkan dalam suatu keadaan lingkungan yang buruk oleh suatu sistem yang disebut termoregulasi. Pengertian termoregulasi adalah suatu mekanisme yang terjadi pada makhluk hidup untuk mempertahankan suhu internal agar berada dikisaran yang dapat ditorelir.(Campbell,2004). Termoregulasi adalah proses fisiologis yang merupakan kegiatan integrasi dan koordinasi yang digunakan secara aktif untuk mempertahankan suhu inti tubuh melawan perubahan suhu dingin atau hangat (Myers, 1984). Pusat pengaturan tubuh manusia ada di Hipotalamus, oleh karena itu jika hipotalamus terganggu maka mekanisme pengaturan suhu tubuh juga akan terganggu dan mempengaruhi thermostat tubuh manusia. Manusia membutuhkan keadaan normotermia untuk mempertahankan fungsi-fungsi tubuh berjalan normal. Saat tubuh tidak dapat dipertahankan normal, fungsi metabolisme tubuh terganggu dan dapat berakibat fatal. Suhu tubuh dipertahankan konstan dengan cara memproduksi panas atau meningkatkan pengeluaran panas. Suhu tubuh dipertahankan oleh sistem termoregulasi berkisar 24-45ºC. Jika suhu tubuh berubah menjadi kurang dari 24ºC atau lebih dari 45ºC maka termoregulasi akan hilang dan berakibat fatal. Perubahan suhu tubuh di pengaruhi oleh berbagai faktor sehingga menyebabkan Setiap saat suhu tubuh manusia berubah secara fluktuatif. Hal - hal tersebut adalah :  Exercise:

semakin beratnya exercise maka suhunya akan meningkat 15 x, sedangkan

pada atlet dapat meningkat menjadi 20 x dari basal ratenya.  Hormon:

Thyroid (Thyroxine dan Triiodothyronine) adalah pengatur pengatur utama

basal metabolisme rate. Hormon lain adalah testoteron, insulin, dan hormon pertumbuhan dapat meningkatkan metabolisme rate 5-15%.  Sistem

syaraf: selama exercise atau situasi penuh stress, bagian simpatis dari system

syaraf otonom terstimulasi. Neuron-neuron postganglionik melepaskan norepinephrine (NE) dan juga merangsang pelepasan hormon epinephrine dan norephinephrine (NE) oleh medulla adrenal sehingga meningkatkan metabolisme rate dari sel tubuh.

 Suhu

tubuh: meningkatnya suhu tubuh dapat meningkatkan metabolisme rate, setiap

peningkatan 1 % suhu tubuh inti akan meningkatkan kecepatan reaksi biokimia 10 %.  Asupan

makanan: makanan dapat meningkatkan 10 – 20 % metabolisme rate terutama

intake tinggi protein.  Berbagai

macam factor seperti: gender, iklim dan status malnutrisi.

B. Perbedaan antara Suhu dan Panas

1. Panas Tubuh Panas merupakan suatu bentuk energi yang dapat dimanfaatkan yang dikandung oleh suatu benda, baik energi potensial maupun energi kinetik. Energi potensial adalah energi yang tersimpan sementara energi kinetik adalah energi bergerak. Hal ini diukur dalam Joule (J). Pada tubuh manusia panas yang dihasilkan melalui metabolisme makanan, digunakan untuk mempertahankan suhu tubuh agar tetap dalam rentan yang normal, 36,1 – 37,1o C.

Panas tubuh hilang dari permukaan tubuh melalui 4 mekanisme, yaitu radiasi, konduksi, konveksi dan evaporasi. Kehilangan panas melalui radiasi adalah kehilangan dalam bentuk gelombang panas. Tubuh manusia menyebarkan gelombang panas ke segala penjuru. Gelombang panas juga dipancarkan dari benda-benda di sekitar ke tubuh . Tetapi bila suhu tubuh lebih besar dari suhu lingkungan, panas tubuh ini akan dipancarkan keluar dari tubuh lebih besar daripada yang dipancarkan ke tubuh. Kehilangan panas karena radiasi ini dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Makin rendah suhu lingkungan makin besar panas tubuh yang hilang dan bila suhu tubuh makin mendekati suhu lingkungan, kehilangan panas yang terjadi makin kecil. Selain dipengaruhi oleh hal tersebut, radiasi juga dipengaruhi oleh kelembaban udara, makin tinggi kelembaban, kehilangan panas makin berkurang. Radiasi merupakan penyebab kehilangan panas terbesar pada penderita yang menjalani operasi. Pengeluaran keringat sendiri menyebabkan hilangnya panas dari tubuh. Mekanisme itu hanya efektif untuk menurunkan suhu tubuh bila keringat yang terbentuk diuapkan oleh tubuh, tidak jatuh atau meleleh dari tubuh. Setiap ml keringat yang diuapkan membutuhkan 580 kal yang akan diserap dari tubuh.

Selama suhu kulit lebih tinggi daripada suhu lingkungan, panas dapat hilang melalui radiasi dan konduksi. Tetapi ketika suhu lingkungan lebih tinggi daripada suhu tubuh, tubuh memperoleh panas melalui radiasi dan konduksi dari suhu lingkungan. Dalam keadaan seperti ini satu-satunya cara tubuh melepaskan panas adalah dengan evaporasi.

Suhu adalah ukuran energi kinetik dari molekul suatu benda. Ini adalah angka yang berhubungan dengan energi tetapi bukan energi itu sendiri. Hal ini diukur dalam jumlah unit seperti Kelvin, Fahrenheit dan Celsius. Suhu adalah bersifat intensif, sementara panas adalah bersifat lebih luas. Hal ini dapat dijelaskan dengan sebuah contoh. Jika suhu air mendidih adalah 100 derajat celcius, itu akan tetap sama apakah kita merebus satu liter atau 50 liter air. Tetapi jumlah panas yang dihasilkan berbeda saat kita merebus 1 liter air dibandingkan dengan panas yang dihasilkan ketika kita merebus 50 liter air yang direbus sampai 100 derajat Celcius.

Untuk mengukur panas adalah sebagai berikut Q = CMT Dimana Q adalah panas, C adalah kapasitas panas, M adalah massa dan T adalah suhu. 

Panas dan Suhu adalah sifat fisik dari suatu benda.



Panas adalah bentuk energi dari suatu benda, Sementara suhu merupakan ukuran seberapa panas benda tersebut.



Suhu berbanding lurus dengan panas suatu benda, sehingga bila panas dialarkan ke suatu benda, maka suhu benda akan meningkat.

2. Suhu Tubuh Suhu tubuh merupakan keseimbangan antara panas yang diproduksi oleh tubuh dengan panas yang dikeluarkan. Suhu tubuh manusia secara kasar dibagi menjadi 2 yaitu : suhu inti (core temperature) dan suhu perifer/suhu kulit. Suhu inti adalah suhu pada jaringan / organ vital yang baik perfusinya. Suhu ini relatif sama. Dengan kata lain, distribusi panas pada bagian-bagian tubuh ini cepat, sehingga suhu pada

beberapa tempat yang berbeda hampir sama. Bagian tersebut secara fisik terletak di kepala dan dada. Bagian tubuh dimana suhunya tidak homogen dan bervariasi sepanjang waktu merupakan bagian dari suhu perifer. Suhu kulit/ perifer berbeda dengan suhu inti, naik dan turun sesuai dengan suhu lingkungan. Bagian tubuh ini terdiri dari kaki dan tangan. Suhu perifer ini biasanya 2-4ºC di bawah suhu inti. Suhu tubuh diatur dengan mengimbangi produksi panas terhadap kehilangan panas yang terjadi. Bila laju pembentukan panas dalam tubuh lebih besar daripada laju hilangnya panas, timbul panas dalam tubuh dan suhu tubuh meningkat. Sebaliknya, bila kehilangan panas lebih besar, panas tubuh dan suhu tubuh menurun. Pengukuran suhu tubuh diambil berdasarkan suhu inti dan suhu perifer. Suhu ini disebit suhu tubuh rata-rata. Rumus yang digunakan adalah : T body = 0,66 T core + 0,34 T skin Suhu kulit di seluruh tubuh berbeda. Menurut Ramanathan menganjurkan untuk menentukan suhu kulit dibutuhkan 4 tempat berbeda. Sedangkan suhu inti dapat diambil dari suhu pada membrana timpani, esofagus distal atau arteri pulmonalis. Selain itu, juga dapat diambil dari suhu di nasofaring, rektal atau vesika urinaria. Suhu tubuh bervariasi tergantung dari bagian tubuh yang diukur, waktu pengukuran, aktivitas dan umur. Suhu kulit di pergelangan kaki ¬sekitar 20ºC, di pinggang sekitar 30ºC pada temperatur lingkungan 22,2ºC. Suhu aksila sekitar 1ºF (0,6ºC) lebih rendah daripada suhu oral dan suhu rektal sekitar 1ºF lebih tinggi daripada suhu oral. Suhu tubuh tergantung dari variasi diurnal, suhu tubuh rendah pada pagi hari (terendah sekitar jam 4.00 pagi hari) dan mencapai maksimal pada sore hari antara jam 03.00-07.00 malam.

C.

Mekanisme Keseimbangan padan dalam tubuh (Peningkatan Perolehan panas dan kehilangan Panas/heat loss )

Suhu tubuh dapat meningkat melalui mekanisme seperti : 

Vasokontraksi dalam kulit. Proses ini merupakan kontriksi dari pembuluh darah yang sangat halus yang menembus kulit. Aliran darah menuju kulit berkurang dan keluarnya panas dari darah yang melalui kulit, berkurang. Kondisi tersebut menjaga suhu darah tetap tinggi dan membantu menaikan suhu tubuh.



Stimulasi simpatis metabolisme Sel tubuh dapat meningkatkan laju pruduksi panasnya untuk menjawab sinyal yang diberikan sistem saraf atau sebagai respon terhadap tingginya kadar adrenalin dan noradrenalin dalam darah. Kondisi tersebut menyebabkan peningkatan produksi panas sekitar 10% sampai 15% pada orang dewasa dan pada bayi menjadi 100%.



Menggigil dan Piloereksi (Merinding) Menggigil timbul akibat peningkatan tonus otot pada otot rangka tubuh. Kontraksi otot rangka berlangsung dengan cepat tetapi energi yang ada diubah menjadi panas bukan untuk kerja mekanis, secara umum menggigil dapat meningkatkan produksi panas sampai 4 atau lima kali nilai normalnya.



Peningkatan produksi hormon tiroid Aktifitas hormon dapat menyebabkan peningkatan produksi tiroxin yang kemudian akan meningkatkan laju metabolisme selular tubuh secara keseluruhan. Proses ini biasanya memerlukan waktu sampai beberapa minggu seperti halnya proses adaptasi pada iklim.

Serupa dengan hal itu suhu tubuh dapat berkurang (heat loss) melalui mekanisme : 

Vasodilatasi Proses ini dapat meningkatkan diameter pembuluh darah pada kulit. Proses ini dikendalikan olej hipotalamus dan mempengaruhi hampir semua bagian tubuh. Akibatnya, laju pengahantaran panas ke kulit akan meningkat sampai delapan kalinya. Kondisi tersebut akan membekali tubuh dengan suatu proses pendinginan yang sangat efektif;



Berkeringat Proses ini dimulai dengan kerja sistem saraf simpatis atau oleh kerja hormon baik adrenalin maupun nor adrenalin, atau oleh kelenjar keringat dalam kulit diseluruh tubuh. Kelenjar ini akan mengeksresi cairan berupa air yang mengandung ion natrium dan klor dan juga ion kalium, urea dan asam laktat. Mekanisme pendinginan tubuh adalah dengan keringat; yaitu mengeluarkan dan menguapkan air dari dalam tubuh dengan menggunakan panas tubuh itu sendiri. Air memiliki sifat termal yang tinggi. Sehingga panas yang dihasilkan saat pembakaran energi bisa diserap dengan mudah. Air juga memiliki konduktivitas panas yang bagus. Panas yang akan segera dikirim ke permukaan kulit dengan cara melebarkan pori-pori kulit. Saat itulah air akan keluar dari tubuh dan kita akan berkeringat.

D. Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh 1. Kecepatan metabolisme basal Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Sebagaimana disebutkan pada uraian sebelumnya, sangat terkait dengan laju metabolisme.

2. Rangsangan saraf simpatis Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme menjadi 100% lebih cepat. Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapat mencegah lemak coklat yang tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme. Hamper seluruh metabolisme lemak coklat adalah produksi panas. Umumnya, rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stress individu yang menyebabkan peningkatan produksi epineprin dan norepineprin yang meningkatkan metabolisme.

3. Hormone pertumbuhan Hormone pertumbuhan ( growth hormone ) dapat menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga meningkat. 4. Hormone tiroid Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hamper semua reaksi kimia dalam tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju metabolisme menjadi 50-100% diatas normal. 5. Hormone kelamin Hormone kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal kira-kira 10-15% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada perempuan, fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran hormone progesterone pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3 – 0,6°C di atas suhu basal.

6. Demam ( peradangan ) Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C.

7. Status gizi Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20 – 30%. Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan untuk mengadakan metabolisme. Dengan demikian, orang yang mengalami mal nutrisi mudah mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu dengan lapisan lemak tebal cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena lemak merupakan isolator yang cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga kecepatan jaringan yang lain.

8. Aktivitas Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan gesekan antar komponen otot / organ yang menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas) dapat meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3 – 40,0 °C.

9. Gangguan organ Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat pirogen yang dikeluarkan pada saai terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan suhu tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu.

10. Lingkungan Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit. Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan melalui pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien. Dengan demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif untuk keseimbangan suhu tubuh.

E. Pengukuran Suhu Tubuh 1. Suhu Tubuh Normal Kisaran biasa suhu tubuh manusia normal berkisar antara 36,5-37,5 derajat Celcius. Namun pada keadaan tertentu, seperti ketika sakit, panas tubuh dapat melonjak tinggi. Dalam kesehatan, pemantauan dan pengukuran suhu tubuh ketika sakit sangat penting, sebab suhu tubuh yang tinggi dapat berakibat fatal. Tidak ada satupun nilai suhu yang dipandang normal karena terdapat kisaran nilai yang diamati pada dan diantara manusia yang sehat, selain itu suhu juga suhu juga berfariasi diantara berbagai lokasi tubuh sebagai respon terhadap berbagai faktor yang ada di lokasi tersebut, namun rata-rata suhu pada bagian dalam tubuh (inti), biasanya hampir selalu sama dalam kisaran plus minus 6oC, kecuali jika seseorang terserang demam. Keadaan ketika suhu tubuh meningkat disebut dengan demam. Pada keadaan ini, pengukuran suhu tubuh sangat penting untuk menentukan tindakan yang tepat. Dan pengukuran suhu tubuh juga harus tepat dan akurat. Selisih 1 derajat Celcius saja dapat menentukan. 2. Jenis dan Instrumen Pengukuran Suhu Pengukuran suhu tubuh, paling mudah dengan menggunakan termometer digital. Jenis termometer ini dapat dilakukan di ketiak, mulut dan anus (dubur). Namun pengukuran di tempat yang berbeda, juga memberikan hasil yang berbeda. Pengukuran di ketiak biasanya kurang tepat dan akuarat. Yang paling tepat adalah di dubur. Namun bila dianggap merepotkan, pengukuran bisa dilakukan lewat mulut. Jika pengukuran di dubur menunjukkan suhu 38 derajat Celcius, pengukuran di mulut biasanya menunjukkan 37,8 derajat dan di ketiak 37,2 derajat Celcius. Jika telah diketahui suhu tubuh, hal ini dipakai dasar untuk mengambil tindakan selanjutnya. Suhu kritis orang dewasa adalah 39,4 derajat Celcius dan suhu kritis bayi dan anak-anak adalah 38,3 derajat Celcius.

Jika suhu tubuh dewasa lebih dari 39,4 derajat, maka sebaiknya segera dibawa untuk mendapatkan perawatan medis. Sedangkan pada bayi dan anak-anak, suhu di atas 38 derajat Celcius, segeralah diperiksakan kondisinya. Sebab suhu yang tinggi, baik pada bayi, anakanak maupun dewasa dapat merupakan pertanda penyakit yang serius seperti tipus, demam berdarah dan lain sebagainya. Berikut ini jenis – jenis instrumen atau thermometer yang gunakan untuk mengukur suhu tubuh 

Termometer merkuri atau klinis Dapat digunakan untuk mengukur suhu dibawah 35 derajat celcius atau pada pasien dengan kondisi hipotermi



Termometer Termisor atau Digital Dapat digunakan secara timpani, oral atau axila



Termisor atau probe suhu Dapat digunakan selama beberapa waktu sehingga pemantauan tubuh secara konstan dapat dilakukan tanpa menggangu pasien, selain itu juga dapat masukkan ke dalam rektum, nasofaring esofagus atau bahkan di ujung kateter urin dan dimasukkan ke dalam kandung kemih.



Termometer strip mengandung cairan Kristal yang dapat bereaksi terhadap panas. Cukup tempelkan saja termometer tersebut pada bagian dahi, maka termometer strip tersebut akan mendeteksi suhu tubuh melalui perubahan warna pada cairan.



Termometer telinga digital. Disebut termometer ‘tympanic’ menggunakan sinar infra merah untuk mengukur suhu tubuh didalam lubang telinga. Jika digunakan secara tepat, termometer telinga ini dapat mengukur suhu tubuh secara cepat & akurat, bahkan kadang hanya dalam waktu beberapa detik saja.

3. Metode Pengukuran Suhu Tubuh Mengukur suhu tubuh dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu yang paling umum adalah dengan melakukan pengukuran di ketiak, mulut dan dubur. Termometer yang digunakan,sebaiknya termometer digital (elektronik) untuk memberikan hasil yang tepat dan akurat.  Mengukur Suhu Tubuh Di Bawah Ketiak Pengukuran suhu tubuh yang paling umum dan mudah adalah di ketiak. Langkah pengukuran sebagai berikut:  

  

Ujung termometer dibersihkan. Letakkan ujung termometer di ketiak, dan jepit dengan erat. Tahan termometer hingga berbunyi. Termometer dikeluarkan dan baca hasilnya. Bersihkan termometer.

 Mengukur Suhu Tubuh Lewat Mulut Mengukur suhu tubuh yang paling mudah dan memberikan hasil yang cukup akurat adalah melalui mulut. Untuk mengukur suhu tubuh ini dilakukan dengan langkah sebagai berikut:   

 

Ujung termometer dibersihkan. Masukkan ujung termometer ke bawah lidah. Tahan termometer dalam mulut minimal 1 menit, atau sampai termometer berbunyi. Keluarkan termometer dan baca hasilnya. Bersihkan termometer kembali.

 Mengukur Suhu Tubuh Lewat Dubur Tempat lain untuk mengukur suhu tubuh adalah di dubur. Namun pengukuran di tempat ini cukup merepotkan, terutama pada bayi atau anak-anak. Langkah pengukuran pada bayi/anak-anak dilakukan sebagai berikut:    



Oleskan pelumas (Aquagel) pada ujung termometer. Tengkurapkan atau telentangkan bayi di pangkuan. Masukkan 1,5-2,5 cm ujung termometer ke dalam dubur dengan hati-hati. Tahan posisi tersebut hingga termometer berbunyi. Posisi bayi harus ditahan idak bergerak, sebab jika bergerak, dapat menyebabkan termometer masuk lebih dalam dan menyebabkan luka. Keluarkan termometer dan baca hasilnya.

 Mengukur Suhu Tubuh pada Dahi Cukup tempelkan saja termometer tersebut pada bagian dahi, maka termometer strip tersebut akan mendeteksi suhu tubuh melalui perubahan warna pada cairan. Termometer strip ini dapat digunakan untuk bayi, anak-anak serta orang dewasa. Akan tetapi hasil pengukuran termometer strip ini tidak terlalu akurat. Jadi jika anda menginginkan hasil pengukuran yang lebih akurat, lebih baik gunakan termometer digital  Mengukur Suhu Tubuh Pada Telinga

Pengukuran ini dapat dilakukan dengan cara memasukkan termometer ke dalam telinga (dengan menggunakan termometer telinga digital) telinga ini dapat mengukur suhu tubuh secara cepat & akurat, bahkan kadang hanya dalam waktu beberapa detik saja. Hasil pengukuran akan tampak pada layar kecil di bagian atas termometer. Biasanya sesuai untuk bayi diatas usia 3 bulan, anakanak serta orang dewasa. Termometer telinga digital tidak di anjurkan untuk digunakan pada bayi usia dibawah 3 bulan karena pada usia tersebut lubang telinga bayi masih terlalu kecil.

F. Mekanisme Pengaturan Suhu Tubuh Termoregulasi seperti fungsi sistem tubuh lainnya mempunyai sistem umpan balik (feed back) negatif dan positif untuk mengatur fungsi fisiologis tubuh. Suhu tubuh dipertahankan melalui suatu fungsi fisiologis yang melibatkan reseptor-reseptor suhu perifer dan sentral. Bagian otak yang berpengaruh terhadap pengaturan suhu tubuh adalah hipotalamus anterior dan hipotalamus posterior.  Hipotalamus

anterior (AH/POA) berperanan meningkatkan hilangnya panas,

vasodilatasi dan menimbulkan keringat.  Hipotalamus

posterior (PH/ POA) berfungsi meningkatkan penyimpanan panas,

menurunkan aliran darah, piloerektil, menggigil, meningkatnya produksi panas, meningkatkan sekresi hormon tiroid dan mensekresi epinephrine dan norepinephrine serta meningkatkan basal metabolisme rate. Fungsi pengaturan suhu tubuh atau termoregulasi tersebut dibedakan menjadi 3 fase, yaitu: termal aferen, regulasi sentral dan respon eferen.

1. Termal Aferen Informasi mengenai suhu berasal dari sel-sel di seluruh tubuh yang sensitif terhadap perubahan suhu. Reseptor-reseptor suhu ini terletak di kulit dan membrana mukosa. Terdiri dari reseptor panas dan reseptor dingin. Reseptor dingin menyalurkan impuls melalui serabut saraf Aδ dan reseptor dingin melalui serabut saraf C tak bermielin. Serabut saraf C tak bermielin juga untuk mendeteksi dan menghantarkan impuls nyeri. Hal ini yang menyebabkan impuls panas yang intens kadang-kadang sulit dibedakan dengan impuls nyeri tajam. Reseptor di kulit ini memiliki 10 kali lebih banyak reseptor dingin daripada reseptor panas. Oleh karena itu, deteksi suhu bagian perifer terutama menyangkut deteksi suhu dingin daripada suhu panas. Reseptor suhu tubuh bagian dalam juga ditemukan pada bagian tertentu dari tubuh, terutama di medula spinalis, organ dalam abdomen dan torak, hipotalamus dan bagian lain dari otak, serta sekitar vena-vena besar. Reseptor dalam ini berbeda fungsinya dengan reseptor kulit karena reseptor tersebut lebih banyak terpapar dengan suhu inti daripada suhu permukaan tubuh. Reseptor suhu juga terdapat di hipotalamus anterior area pre-optik. Area ini mengandung sejumlah besar neuron yang sensitif terhadap panas yang jumlahnya kira-kira sepertiga neuron yang sensitif terhadap dingin.

2. Regulasi Sentral Pusat regulasi suhu di serebral terletak di hipotalamus. Impuls suhu yang berjalan melalui traktus spinotalamikus, yang berasal dari kulit, medula spinalis, jaringan sebelah dalam torak dan abdomen serta bagian otak lainnya akan dibawa dan diintegrasikan di hipotalamus, yang kemudian akan mengkoordinasi jalur eferen menuju efektor.

Area pada hipotalamus yang dirangsang oleh impuls sensoris ini adalah suatu area yang terletak secara bilateral dalam hipotalamus posterior kira-kira setinggi korpus mamilaris. Di area ini impuls dari area pre optik dan dari perifer tubuh digabung untuk mengatur reaksi pembentukan panas atau reaksi penyimpanan panas tubuh. Pada manusia, suhu inti diatur dalam suatu limit yang kecil yang disebut set-point. Setpoint ini yang mengatur adalah hipotalamus posterior. Nilai ambang suhu inti tidak melebihi 0,4ºC, pada umumnya berkisar 36,7-37,1ºC. Nilai ambang ini disebut interthreshold range. Hipotalamus mengatur suhu tubuh dengan mengintegrasikan input suhu yang berasal dari perifer dan inti serta membandingkan dengan set-point di hipotalamus posterior.

Interthreshold range ini bisa berubah pada penderita hipotiroid, hipertiroid, infeksi, exercise/olah raga, makanan, anestesi dan pemberian obat-obatan, misalnya alkohol, sedatif dan nikotin. Regulasi sentral ini intact pada bayi, tetapi seringkali terganggu pada orang tua atau penderita sakit kritis.

3. Respon Eferen Respon termoregulasi dari perubahan suhu terdiri dari perubahan tingkah laku. Pada manusia dengan kesadaran penuh, perubahan tingkah laku lebih bermanfaat dalam mempertahankan suhu tubuh. Saat hipotalamus mendeteksi penurunan suhu tubuh, impuls akan berjalan dari hipotalamus menuju korteks serebri untuk memberikan individu tersebut sensasi dingin. Akibatnya terjadi perubahan tingkah laku, misalnya peningkatan aktivitas motorik, seperti berjalan menuju tempat yang lebih hangat atau memakai baju hangat.

Respon yang lainnya adalah respon vasomotor. Respon vasomotor terbagi menjadi 2 yaitu, respon terhadap dingin, berupa vasokonstriksi dan piloereksi serta respon terhadap panas berupa vasodilatasi dan pengeluaran keringat (sweating)

1. Respon terhadap Dingin Jika terjadi penurunan suhu tubuh inti, maka akan terjadi mekanisme homeostasis yang membantu memproduksi panas melalui mekanisme feed back negatif untuk dapat meningkatkan suhu tubuh ke arah normal. Manusia pada umumnya mulai merasa tidak nyaman ketika suhu kulit sekitar 7ºC atau lebih di bawah suhu inti. Hal ini akan menimbulkan respon tubuh untuk mempertahankan panas tubuh dengan melakukan mekanisme feed back negatif untuk dapat meningkatkan suhu tubuh ke arah normal.

Proses respon terhadap dingin 

Jika terjadi penurunan suhu tubuh inti, Thermoreseptor di kulit dan hipotalamus mengirimkan impuls syaraf ke area preoptic ( kumpulan neuron-neuron di bagian anterior hypothalamus yang merupakan Pusat pengaturan suhu tubuh yang berfungsi sebagai termostat tubuh ) dan pusat peningkatan panas di hipotalamus, serta sel neurosekretory hipotalamus yang menghasilkan hormon TRH (Thyrotropin releasing hormon) sebagai tanggapan.hipotalamus menyalurkan impuls syaraf dan mensekresi TRH, yang sebaliknya merangsang Thyrotroph di kelenjar pituitary anterior untuk melepaskan TSH (Thyroid stimulating hormon). Impuls syaraf dihipotalamus dan TSH kemudian mengaktifkan beberapa organ efektor.



Berbagai organ efektor akan berupaya untuk meningkatkan suhu tubuh untuk mencapai nilai normal, diantaranya adalah :



Impuls syaraf dari pusat peningkatan panas merangsang syaraf simpatis yang menyebabkan pembuluh darah kulit akan mengalami vasokonstriksi. Vasokonstriksi menurunkan aliran darah hangat, sehingga perpindahan panas dari organ internal ke kulit. Melambatnya kecepatan hilangnya panas menyebabkan temperatur tubuh internal meningkatkan reaksi metabolic melanjutkan untuk produksi panas.



Impuls syaraf di nervus simpatis menyebabkan

Piloereksi . Piloereksi adalah

berdirinya rambut karena rangsangan simpatis menyebabkan otot erektor pili yang melekat di folikel rambut berkontraksi. Hal ini tidak terlalu penting pada manusia, tetapi pada hewan berdirinya rambut memungkinkan mereka untuk membentuk lapisan tebal insulator udara. 

Impuls

syaraf

di

nervus

simpatis

menyebabkan

medulla

adrenal

merangsang pelepasan epinephrine dan norepinephrine ke dalam darah. Hormon sebaliknya, menghasilkan peningkatan metabolisme selular, dimana meningkatkan produksi panas.



Pusat peningkatan panas merangsang bagian otak yang meningkatkan tonus otot dan memproduksi panas. Rangsangan hipotalamus terhadap shivering atau menggigil terletak pada bagian dorsomedial hipotalamus posterior. Pada awalnya terjadi peningkatan tonus otot rangka di seluruh tubuh. Saat tonus meningkat diatas tingkat kritis tertentu, proses menggigil dimulai.

Selama proses menggigil, pembentukan

panas tubuh dapat meningkat sebesar 4-5 kali dari normal. 

Kelenjar tiroid memberikan reaksi terhadap TSH dengan melepaskan lebih hormon tiroid kedalam darah. Peningkatan kadar hormon tiroid secara perlahan-lahan meningkatkan metabolisme rate, dan peningkatan suhu tubuh.

2. Respon terhadap Panas

Sistem pengaturan suhu menggunakan 3 mekanisme penting untuk menurunkan panas tubuh, yaitu pengeluaran keringat (sweating), vasodilatasi dan penurunan pembentukan panas oleh tubuh.

Jika suhu tubuh meningkat diatas normal maka putaran mekanisme feed back negatif berlawanan dengan yang telah disebutkan diatas pada mekanisme respon pada dingin. Tingginya suhu darah merangsang termoreseptor yang mengirimkan impuls syaraf ke area preoptic, dimana sebaliknya merangsang pusat penurun panas dan menghambat pusat peningkatan panas.

Impuls syaraf dari pusat penurun panas menyebabkan dilatasi pembuluh darah di kulit. Kulit menjadi hangat, dan kelebihan panas hilang ke lingkungan melalui radiasi dan konduksi bersamaan dengan peningkatan volume aliran darah dari inti yang lebih hangat ke kulit yang lebih dingin. Pada waktu yang bersamaan, metabolisme rate berkurang, dan tidak terjadi menggigil. Tingginya suhu darah merangsang kelenjar keringat kulit melalui aktivasi syaraf simpatis hipotalamik. Saat air menguap melalui permukaan kulit, kulit menjadi lebih dingin. Respon ini melawan efek penghasil panas dan membantu mengembalikan suhu tubuh kembali normal.

G. Masalah Klinis Akibat Perubahan Suhu Tubuh Manusia Perubahan suhu tubuh di luar rentang normal mempengaruhi set point hipotalamus. Perubahan ini dapat berhubungan dengan produksi panas yang berlebihan, pengeluaran panas yang berlebihan, produksi panas minimal. Pengeluaran panas minimal atau setiap gabungan dari perubahan tersebut. Sifat perubahan tersebut mempengaruhi masalah klinis yang dialami klien.

 Hipertermia Hipertermia merupakan suatu kondisi dengan suhu tubuh yang naik sampai melebihi kisaran normalnya, Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas adalah hipertermia. Setiap penyakit atau trauma pada hipotalamus dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Hipertermia malignan adalah kondisi bawaan tidak dapat mengontrol produksi panas, yang terjadi ketika orang yang rentan menggunakan obat-obatan anastetik tertentu.  Hipotermia Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas, mengakibatakan hipotermia. Hipotermia diklasifikasikan melalui pengukuran suhu inti: 

Ringan: 33°-36°



Sedang: 30°-33°



Berat: 27°-30°



Sangat berat:
View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF