Terapi Musik
June 22, 2019 | Author: Alex Caw Wibowo | Category: N/A
Short Description
Terapi Musik...
Description
TERAPI MUSIK A. DEFINISI
Musik adalah salah satu cabang seni berbentuk suara yang didalamnya terkandung unsur ritme, melodi serta timbre (Reed dan Sidnell, 1978 : 9-10). Ritme dalam musik merupakan hitungan metrik sederhana maupun ganda yang menjadi pola dasar gerakan melodi, sedangkan melodi adalah rangkaian nada yang membentuk motif dan kalimat musik. Harmoni sebagai bagian unsur musik merupakan keselarasan bunyi, dan timbre merupakan warna atau karakter bunyi. Melengkapi pengertian tersebut Sunarko (1988) menyatakan bahwa musik merupakan pernyataan isi hati manusia yang diungkapkan dalam bentuk bunyi yang teratur dengan melodi, ritme dan harmoni (keselarasan) yang indah. Musik adalah kesatuan dari kumpulan suara suara melodi, ritme ritme dan harmoni harmoni yang dapat membangkitkan membangkitkan emosi. Terapi adalah serangkaian serangkaian upaya yang dirancang untuk membantu atau menolong orang lain. Terapi musik adalah sebuah terapi kesehatan yang menggunakan musik untuk meningkatkan dan memperbaiki kondisi fisik, kognitif dan sosial bagi individu dalam berbagai usia (Djohan, 2006). Terapi musik adalah penggunaan musik untuk relaksasi, mempercepat penyembuhan, meningkatkan fungsi mental dan menciptakan rasa sejahtera. Musik dapat mempengaruhi fungsi- fungsi fisiologis, seperti respirasi, denyut jantung dan tekanan darah (Djohan 2006). Musik diterapkan menjadi sebuah terapi dan musik dapat meningkatkan, memulihkan, memelihara kesehatan fisik, mental, emosional, sosial dan spiritual. Hal ini disebabkan musik memiliki beberapa kelebihan, yaitu karena musik bersifat nyaman, menenangkan, membuat rileks, berstruktur, dan universal. Terapi musik adalah terapi yang universal dan bisa diterima oleh semua orang karena kita tidak membutuhkan kerja otak yang berat untuk menginterpretasi alunan musik. Terapi musik sangat mudah diterima organ pendengaran kita dan kemudian melalui saraf pendengaran disalurkan ke bagian otak yang memproses emosi (sistem limbik) (Eka 2009).
B. TUJUAN
Ketika musik diterapkan menjadi sebuah terapi, musik dapat meningkatkan, memulihkan, dan memelihara kesehatan fisik, mental, emosional, sosial dan spiritual. Hal ini disebabkan musik memiliki beberapa kelebihan, yaitu karena musik bersifat nyaman, menenangkan, membuat rileks, berstruktur, dan universal. Mendengarkan musik adalah salah satu dari beberapa tindakan nonfarmakologis yang bertujuan untuk menghilangkan rasa sakit dan kecemasan pada orang dewasa dan anak-anak (Klassen, Liang, Tjosvold, Klassen, & Hartling,2008; U. Nilsson, 2008). Efek terapi musik pada nyeri adalah distraksi terhadap pikiran tentang nyeri, menurunkan kecemasan, menstimulusi ritme nafas lebih teratur, menurunkan ketegangan tubuh, memberikan gambaran positif pada visual imageri, relaksasi, dan meningkatkan mood yang positif. Terapi musik dapat mendorong perilaku kesehatan yang positif, mendorong kemajuan pasien selama masa pengobatan dan pemulihan (Schou 2008 dalam Mahanani 2013). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh dan pengalaman mendengarkan musik menggunakan earphone sebagai satu-satunya efek yang berkaitan dengan rasa sakit dan kecemasan pada anak-anak dengan leukemia yang sedang menjalani LP.
C. METODE
Dalam penelitian ini, digunakan analisis kuantitatif digabungkan dengan metode kualitatif. Dalam Jurnal dijelaskan metode pelaksanaan terapi musik adalah sebagai berikut: pada bulan November 2007 samapi Juli 2008, anak – anak berusia 7 – 12 tahun penderita Leukimia yang akan menjalani LP di Ward Onkologi di NHP, diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Dengan kriteria peserta : memiliki pengalaman (pernah dilakukan LP) mendapat tindakan LP minimal 1 kali, tidak memiliki gangguan pendengaran atau penglihatan yang signifikan atau gangguan kognitif, bersedia untuk ikut dalam penelitian yang diketahui dari perjanjian lisan dan tertulis. Untuk penilaian nyeri menggunakan Skala penilian Numerik (Numeric Rating Scale/NRS) yang dilaporkan selama 3 fase yang berbeda : sebelum, selama, dan setelah LP. Anak tersebut menilai intesitas nyeri pada skala, dengan poin 0 tidak ada rasa sakit
dan poin 10 rasa sakit yang parah. Dan menggunakan Format penilaian 6-item dari Spielberger State Trait Anxiety Inventory (STAI) sebagai skala validasi (Marteau & Bekker, 1992) dan dugunakan untuk mengukur kecemasan. Penilaian menggunakan skala STAI dievaluasi dalam 2 fase : sebelum dan sesudah tindakan LP. Kisaran Skala STAI dari 6 sampai 24 , dengan poin 6 berarti tidak ada kecemasan dan 24 poin menandakan tingkat kecemasan tertinggi.
D. MEKANISME/PATOFISIOLOGI
Musik merupakan salah satu tehnik penanggulangan nyeri non farmakologi, dimana proses musik dapat mengurangi nyeri adalah pertama musik yang didengarkan akan masuk melalui telinga , kemudian iya akan menggetarkan gendang telingan dan mengguncang cairan yang ada ditelinga bagian dalam, dimana ia akan menggetarkan selsel rambut dalam koklea yang untuk selanjutnya melaui syaraf koklearis ia menuju ke otak dan di otak inilah musik akan mempengaruhi hipofisis untuk melepaskan endokrin. Rangsangan musik meningkatkan pelepasan endofrin dan ini menurunkan kebutuhan akan obat obatan. Pelepasan tersebut memberikan pula suatu pengalihan perhatian dari rasa sakit dan dapat mengurangi kecemasan. Terapi musik memang dapat menurunkan tingkat kecemasan yang dapat terlihat dari menurunya ketegangan, pernafasan, tekanan darah, nadi (respon fisiologis). Musik merupakan salah satu tehnik penanggulangan nyeri non farmakologi, dimana proses musik dapat mengurangi nyeri adalah pertama musik yang didengarkan akan masuk melalui telinga , kemudian iya akan menggetarkan gendang telingan dan mengguncang cairan yang ada ditelinga bagian dalam, dimana ia akan menggetarkan selsel rambut dalam koklea yang untuk selanjutnya melaui syaraf koklearis ia menuju ke otak dan di otak inilah musik akan mempengaruhi hipofisis untuk melepaskan endorfin. Endorfin merupakan ejektor dari rasa rileks dan ketenangan yang timbul, midbrain mengeluarakan Gama Amino Butyric Acid (GABA) yang berfungsi menghambat hantaran implus listrik dari satu neuron ke nueron lainnya oleh neurontransmiter didalam sinaps. Midbrain mengeluarkan enkepalin dan beta endorfin dan zat tersebut dapat menimbulkan efek analgesik yang akhirnya mengeliminasi neurotransmiter rasa nyeri pada pusat persepsi dan interpretasi sensorik somatic di otak sehingga efek yang bisa muncul adalah nyeri berkurang (Guyton & Hall 2008).
Musik
yang
diterima
oleh
organ
pendengaran
akan
secara
langsung
mempengaruhi sistem limbik (Hardywinoto, 2002). Bagian utama dari sistem limbik adalah hipotalamus. Fungsi dari hipotalamus yaitu mengatur sebagian besar fungsi vegetatif dan fungsi endokrin. Talamus juga menjalankan sinyal ke neokorteks (area otak yang berfungsi untuk berfikir atau mengolah data serta informasi yang masuk ke otak). Di neokorteks sinyal disusun menjadi benda yang difahami dan dipilah-pilah menurut maknanya. Sehingga otak mengenali masing-masing objek dan arti kehadiranya. Kemudian amigdala menjalankan sinyal ke hipokampus. Hipokampus sangat penting untuk menjalankan sinyal ke hipokampus. Hipokampus sangat penting untuk membantu otak dalam menyimpan ingatan yang baru. Diantara motivasi-motivasi ini terdapat dorongan
otak
untuk
mengingat
pengalaman-pengalaman,
pikiran-pikiran
yang
menyenangkan dan tidak menyenangkan. Perangsangan dari fungsi vegetatif dan fungsi endokrin dari hipotalamus seringkali memberikan efek yang menyeluruh pada perilaku dan emosional (Guyton dan Hall, 2006). Dalam sistem limbik terdapat pusat ganjaran dan pusat hukuman. Apabila perangsangan dilakukan pada area yang lebih rostral dari area rasa terhukum akan menyebabkan timbulnya rasa takut dan cemas. Tetapi sebaliknya, apabila perangsangan dilakukan pada area pusat ganjaran yang terutama terletak di sepanjang rangkaian berkas bagian medial otak depan, khususnya pada nuclei lateral dan nuclei ventromedial hipotalamus, maka akan timbul ketenangan (Guyton dan Hall, 2006)
PATHWAY MUSIK
Masuk ke telinga
Syaraf pendengaran
Sistem Limbik
Hipotalamus
Release GABA
Endorfin
Rileks/ tenang
Enkepalin
Menurunkan nyeri
REFERENSI
Ispriantari, Aloysia. "Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Remaja (13-18 Tahun) yang Dirawat Inap." Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti 3.3 (2016): 611. HUSADA, STIKES KUSUMA. "PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN POST SECTIO CAESAREA DI BANGSAL KENANGA." Raharjo, Eko. "Musik sebagai Media Terapi." Harmonia: Journal of Arts Research and Education 8.3 (2007).
Faradisi, F. (2012). Efektivitas terapi murotal dan terapi musik klasik terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien pra-operasi di Pekalongan. Jurnal ilmiah kesehatan, 5(2). Diakses melalui http://www.academia.edu/download/38137191/7-11-1-SM.pdf pada tgl 16 november 2017. Sari, D., & Putra, Y. (2016). PENGARUH TERAPI MUSIK MOZART TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA PASIEN FRAKTUR DI RUANG BEDAH RSUD DR. ACHMAD MOCHTAR Jurnal Kesehatan, 5(1). BUKITTINGGI TAHUN 2014. Diakses melalui http://www.ejurnal.stikesprimanusantara.ac.id/index.php/JKPN/article/view/221 pada tanggal 16 November 2017. Yuliana, S., & Hidayati, E. (2015). Pengaruh Terapi Musik untuk Penurunan Tingkat Stres pada Remaja di Yayasan Panti Asuhan Kyai Ageng Majapahit Semarang .Diakses melalui https://publikasiilmiah.ums.ac.id/handle/11617/5154 pada tanggal17 November2017.
View more...
Comments