Teori Terjemahan

September 20, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Teori Terjemahan...

Description

 

1

 

Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan secara tertuli Penerjemahan tertuliss pesan dari teks suatu bahasa ke dalam teks bahasa lain (Hoed, 2006: 51). Hal ini senada dengan pendapat Moentaha (2006: 13-25) yang menyatakan bahwa penerjemahan adalah proses penggantian teks dalam bahasa sumber (BSu) dengan teks dalam bahasa sasaran (BSa) tanpa mengubah tingkat isi teks. Pengertian tingkat isi ini tidak hanya yang menyangkut arti dasar ( material meaning )),, ide atau konsepsi yang terkandung dalam tingkat isi, melainkan semua informasi yang ada dala da lam m teks teks BS BSa, a, ya yait itu u se semu mua a no norm rmaa-no norm rma a ba baha hasa sa,, se sepe pert rtii ma makn kna a leks leksik ikal al,, ma makn kna a gramatikal, nuansa stilistis/nuansa ekspresif. Dengan kata lain, penerjemahan merupakan pengkajian leksikon, struktur gramatika, situasi komunikasi, dan kontak budaya antara dua bahasa yang dilakukan lewat analisis untuk menentukan makna. Defi De fini nisi si-d -def efin inis isii me meng ngen enai ai pe pene nerj rjem emah ahan an di atas atas me meru ruju juk k pa pada da pe pent ntin ingn gnya ya pengungkapan makna atau pesan yang dimaksud dalam wacana asli. Pada penerjemahan, pesan penulis harus tetap dijaga dan dikomunikasikan kepada pembaca terjemahan, isi TSa harus sama dengan TSu sehingga pesan yang dimaksud dalam BSu dapat dipahami dalam pembaca pembac a BSa wal walaupu aupun n ben bentuk tuknya nya mung mungkin kin ber berbed beda. a. Jad Jadi, i, sep sepada adan n dal dalam am hal ini buk bukan an berarti sama, melainkan mengandung pesan yang sama. Dari uraian di atas pula, dapat dikemukakan bahwa penerjemahan bukanlah sesuatu yang sederhana, bukan sebatas mengalihbahasakan dari bahasa yang satu ke bahasa yang lain dan bukan pula pekerjaan yang bisa dilakukan siapa saja tanpa dipelajari. Seperti yang dinyatakan Luther dalam Simatupang (2000: 3) bahwa “ Trans Translati lation on is not everybody’ everybody’ss art ””.. Menerjemahkan, bagi Luther adalah sebuah seni yang tidak bisa begitu saja dimiliki setiap oran orang. g. Ha Hall in inii me menu nunj njuk ukka kan n ba bahw hwa a me mene nerj rjem emah ahka kan n bu buka kanl nlah ah ha hall ya yang ng mu muda dah. h. Ia membutuhkan keterampilan yang kompleks. Sebagai sebuah seni, seperti juga seni musik, se seni ni rupa rupa,, se seni ni ta tari ri,, me mene nerj rjem emahk ahkan an be bersi rsifa fatt intu intuit itif if oleh oleh kar karen enany anya a tida tidak k mu mung ngki kin n berkembang tanpa pengetahuan, latihan dan pengalaman. Sekaitan Sekait an dengan pendapa pendapatt di atas, Hidayat (2002:35) mengemukak mengemukakan an bahwa kemahiran mene me nerj rjem emah ahka kan n ti tida dak k mu mung ngki kin n be berk rkem emba bang ng me menj njad adii kema kemahi hira ran n pr prof ofes esio iona nall tanp tanpa a penget pen getahua ahuan n ten tentan tang g tek teknik nik pen penerj erjema emahan, han, lat latiha ihan n yang int intens ensif if dan pen pengal galaman aman yang banyak. Sejalan dengan apa yang dikemukakan Hidayat, Robinson (2005: 163-164) menyatakan bahwa penerjemahan penerjemahan merupa merupakan kan rangkai rangkaian an proses belajar yang bergerak terus-mener terus-menerus us melalui tiga tahapan, yaitu naluri, pengalaman dan kebiasaan. Tiga tahapan ini sebenarnya merupa mer upakan kan pem pemiki ikiran ran seo seoran rang g ahli fil filsafa safatt Ame Amerik rika a dan pen penemu emu ilm ilmu u sem semiot iotik, ik, Char Charles les Sanders Peirce yang disederhanakan oleh Robinson sebagai landasan dalam menerjemahkan. Peirce menyatakan bahwa hubungan antara pengalaman dan kebiasaan merupakan kerangka tiga ti ga se seran rangk gkai ai yang yang be berm rmul ula a dar darii nal nalur urii me mele lewa wati ti pe peng ngala alaman man da dan n akhi akhirn rnya ya me menja njadi di kebi kebiasa asaan. an. Da Dala lam m prose prosess ini, ini, na nalu luri ri (instinct ) at atau au kesia kesiapa pan n um umum um yang yang tida tidak k tera terarah rah menempati urutan pertama; kedua adalah pengalaman (experience ) yang didasarkan pada keja kejadi dian an da dan n akti aktifi fita tass kehi kehidu dupa pan n yan yang g me memp mpen enga garu ruhi hi indi indivi vidu du da dari ri luar luar;; da dan n keti ketiga ga,, kebiasaan (habit ) yang lebih penting dari perbedaan antara kesiapan umum dan pengalaman dari da ri lu luar ar kar karen ena a me meng ngga gabu bung ngkan kan prose prosess kedu keduany anya a yait yaitu u me menja njadi di kete ketepa pata tan n tind tindaka akan n khususnya untuk bertindak dengan cara tertentu dalam kondisi tertentu yang terbentuk oleh

 

2

pengalaman pengal aman,, misa misalnya lnya mene menerje rjemahk mahkan an tek teks-te s-teks ks ter terten tentu tu den dengan gan car cara-ca a-cara ra ter terten tentu. tu. Ketepa Ket epatan tan tin tindak dakan an inilah inilah yang ole oleh h Pia Piaget get dise disebut but seb sebagai agai kec kecerd erdasan asan.. Men Menurut urut Pia Piaget get,, kecerdasan adalah apa yang kita pergunakan ketika kita tidak tahu harus berbuat apa. Jika seseorang berhasil menemukan jawaban yang tepat untuk suatu persoalan hidup dengan banyak pilihan jawaban, maka ia adalah orang pandai. Namun ada lagi yang diperlukan untuk  menjadi cerdas yaitu aspek kreatif sebagai sarana untuk menemukan sesuatu yang baru (Robinson, 2005: 81). Dengan demikian kecerdasan berhubungan dengan proses improvisasi ketika seseorang sedang berpikir dan bertindak. Kecerdasan seperti ini diperlukan dalam penerjemahan karena pada pad a saat men menerj erjemah emahkan kan dip diperl erlukan ukan pen penyel yelesai esaian an masa masalah lah sec secara ara kre kreati atiff dal dalam am kon kondis disii budaya, sosial, dan tekstual yang selalu baru. Dengan kata lain, kecerdasan yang sudah terarahlah yang memungkinkan penerjemah menerjemahkan dengan cepat dan terpercaya tentunya melalui pembelajaran teori dan praktik. Pada Pad a dasa dasarny rnya a kem kemamp ampuan uan yang dip diperl erlukan ukan dal dalam am men menerj erjema emahkan hkan ada adalah lah kema kemampu mpuan an memecahkan masalah. Masalah praktis yang dihadapi, yakni ketika seorang penerjemah tidak  paham makna kata, kalimat, atau paragraf sehingga tidak memahami pesannya, dan ketika penerjemah mengalami kesulitan menerjemahkannya meskipun sudah memahami TSu-nya. Keadaan tersebut di atas, sesuai dengan apa yang diuraikan Lederer (1994 : 1), bahwa “l’act de traduire consiste à comprendre un texte, puis en une deuxème étape, à  reéxprimer ce texte dans une autre langue . (Kegiatan menerjemahkan terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah memahami TSu dan tahap kedua adalah mengungkapkan kembali teks terseb ter sebut ut ked kedalam alam bah bahasa asa lai lain). n). Sel Selanju anjutny tnya a Led Ledere ererr men menamba ambahkan hkan bahw bahwa a ked kedua ua taha tahap p tersebut memiliki kompleksitas tersendiri. Tahap pertama memerlukan pengetahuan linguistik  dan ekstra-linguistik yang cukup memadai sementara tahap kedua memerlukan pengetahuan Bsa,, teru Bsa teruta tama ma kemam kemampu puan an me menu nuli lis. s. Ini be bera rart rtii ba bahw hwa a unt untuk uk da dapa patt me mene nerj rjem emah ahkan kan,, seseora sese orang ng haru haruss meng mengeta etahui hui sel seluk uk bel beluk uk pen penerj erjema emahan, han, dia dianta ntaran ranya ya pro prosed sedur, ur, ide ideolo ologi, gi, metode, dan teknik penerjemahan (Amalia, 2007: 20). Akan tetapi, hanya sisi ideologi yang akan dikemukakan pada kesempatan ini.

Sebelu Seb elum m men menerj erjemah emahkan, kan, seo seoran rang g pen penerj erjema emah h har harus us men menget getahui ahui unt untuk uk siap siapa a (audience  design ) dan untuk tujuan apa (needs analysis ) dia menerjemahkan. Proses ini merupakan salah satu proses yang tidak dapat diabaikan dalam menerjemahkan karena meruapakna proses awal dalam menetukan metode penerjemahan yang akan dan harus digunakan. Setelah Setel ah menge mengetahui tahui audience design  dan needs analysis  seorang penerjemah harus meng me nget etah ahui ui la lang ngka kahh-la lang ngka kah h pe pene nerj rjem emah ahan an ya yang ng bias biasa a dise disebu butt seba sebaga gaii pr pros osed edur ur penerjemahan (Hoed, 2006 : 67). Penerjemahan merupakan reproduksi pesan yang tekandung dalam TSu. Hoed (2006: 83) mengutip pernyataan Basnett dan Lefevere bahwa apapun tujuannya, setiap reproduksi selalu dibayangi oleh ideologi tertentu. Ideologi dalam penerjemahan adalah prinsip atau keyakinan tentang betul-salah dan baik-buruk dalam penerjemahan, yakni terjemahan seperti apa yang terbaik bagi masyarakat pembaca BSa atau terjemahan seperti apa yang cocok dan disukai masyarakat tersebut. Ideologi yang digunakan penerjemah merupakan tarik-menarik antara dua kutub yang berlawanan, antara yang berorientasi pada BSu dan yang berorientasi pada BSa ( Venuti dala da lam m Ho Hoed ed,, 200 2006: 6: 84 84), ), yan yang g ol oleh eh Ve Venu nuti ti dike dikemuk mukaka akan n de deng ngan an istil istilah ah foreingnizing  translation dan domesticating translation . Berikut adalah uraian mengenai kedua hal tersebut dengan berlandaskan pada paparan Hoed (2006: 83-90).

 

3

Foreignizing translation  adalah ideologi penerjemahan yang berorientasi pada BSu, yakni bahwa penerjemahan yang betul, berterima, dan baik adalah yang sesuai dengan selera dan harapan pembaca, penerbit, yang menginginkan kehadiran kebudayaan BSu atau yang menganggap kehadiran kebudayaan asing bermanfaat bagi masyarakat. Penerjemah sepenuhnya sepenu hnya berada di bawah kendali penulis TSu. Di sini yang menonj menonjol ol adalah suatu aspek  kebudayaan kebud ayaan asing yang diungkapk diungkapkan an dalam bahasa pemba pembaca. ca. Sekait dengan Diagram-V dari Newmark New mark,, met metode ode yang dipil dipilih ih bia biasany sanya a jug juga a met metode ode yang ber berori orient entasi asi pad pada a Bsu, yai yaitu tu cenderung menggunakan jenis penerjemahan setia dan penerjemahan semantik. Sekait dengan ideologi ini, sebagai ilustr ilustrasi asi eorang penerje penerjemah mah tidak menerje menerjemahkan mahkan kata-kata Mr, Mrs, Mom, Dad  dan sejumlah kata asing lainnya dalam penerjemahan dari bahasa Inggris dengan alasan sapaan seperti itu tidak lagi asing bagi pembaca Indonesia, hal ini merupakan ciri bahwa penerjemah tersebut penganut ideologi Foreignizing Translation .  Alasan lain yang dapat dikemukakan adalah agar anak-anak memperoleh pengetahuan kebudayaan lain.

Domesticating translation  adalah ideologi penerjemahan yang berorientasi pada BSa. Ideologi ini meyakini bahwa penerjemahan yang betul, berterima , dan baik adalah yang sesuai dengan selera dan harapan pembaca yang menginginkan teks terjemahan yang sesuai dengan den gan keb kebuday udayaan aan masy masyara arakat kat BSa. Int Intiny inya, a, suat suatu u ter terjem jemahan ahan dih diharap arapkan kan tid tidak ak ter terasa asa seperti terjemahan. Terjemahan harus menjadi bagian dari tradisi tulisan dalam BSa. Oleh karena itu, penerjemah menentukan apa yang diperlukan agar terjemahannya tidak dirasakan sebagai karya asing bagi pembacanya. Sekait dengan Diagram-V dari Newmark, biasanya meto me tode de yang yang di dipi pilih lih pu pun n adala adalah h me meto tode de yan yang g be bero rorie rient ntasi asi pa pada da BS BSa a sep seper erti ti adap adapta tasi si,, penerjemahan idiomatik, dan penerjemahan komunikatif. Bagi penganut ideologi domesticating, kata-kata asing seperti Mr, Mrs, Uncle, Aunt dan sebagainya harus diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia agar keseluruhan terjemahan hadir sebagai bagian dari bahasa Indonesia sehingga berterima di kalangan pembaca BSa. Ia akan ber berusah usaha a mem memper perken kenalk alkan an keb kebuda udayaan yaan Ind Indone onesia sia pad pada a dun dunia ia lua luarr kar karena ena bag baginy inya a penerjemahan yang betul adalah yang berterima dalam BSa dan tidak menghadirkan sesuatu yang asing. Kecenderungan ini sudah dikemukakan pula oleh pakar teori penerjemahan, Nida dan Taber dalam Hoed (2006: 84) yang secara tegas mengemukakan bahwa penerjemahan yang baik berorientasi pada keberterimaan dalam bahasa pembacanya. Kedua pakar ini dipandang sebagai pendukung ideologi yang berorientasi pada kebudayaan BSa atau domestication. Kedua ideologi ini merupakan salah satu masalah pilihan dalam penerjemahan, merupakan pene pe nent ntua uan n ca cara ra pa pand ndan ang g da dan n ha hall ini ini me meru rupa paka kan n taha tahap p yang yang cu cuku kup p pe pent ntin ing g da dala lam m penerjemahan pener jemahan.. Memili Memilih h ideol ideologi ogi forei foreignizing  gnizing  atau domesticating translation  lain lain tid tidakla aklah h salah, sal ah, kare karena na kedu keduan anya ya me mewa waki kili li asp aspir irasi asi ya yang ng ada ada da dan n telah telah dise disepa pakat katii di kal kalang angan an masyarakat dan tentu saja disesuaikan dengan need dan audience analysis.

 

4

 Amalia, Farida. 2007. Peningkatan Kemampuan Menerjemahkan Bahasa Perancis ke dalam  Tesi sis. s. Bahasa Bah asa Ind Indone onesia sia Mel Melalu aluii Mod Model el Pen Penerj erjema emahan han Ped Pedago agogis gis Pro Profes fesion ional  al . Te Bandung: FPBS UPI.  Amalia, Farida. 2007.

Bandung: FPBS UPI.

Hoed, Beny. 2006. Penerjemahan dan Kebudayaan . Jakarta: Pustaka Jaya. Moentaha, Solihen. 2006. Bahasa dan Terjemahan . Jakarta: Kesaint Blanc.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF