Teori Spiral of Silence
May 30, 2018 | Author: Dahlan Lubis | Category: N/A
Short Description
Download Teori Spiral of Silence...
Description
SPIRAL OF SILENCE Makalah Diajukan Untuk Seminar Kelas Pada Mata Kuliah Teori Komunikasi Massa Program Doktor Komunikasi Islam Pada Pps IAIN Sumatera Utara
Oleh Parulian Siregar
Dosen Pembimbing Prof. Dr. H. Syukur Kholil, MA.
PROGRAM DOKTOR KOMUNIKASI ISLAM PASCASARJANA IAIN SUMUT 2010
SPIRAL OF SILENCE Makalah Diajukan sebagai tugas Kuliah Pada Mata Kuliah Kritikal Teori Komunikasi Program Doktor Komunikasi Islam Pada Pps IAIN Sumatera Utara
Oleh Parulian Siregar
Dosen Pembimbing Prof. Dr. H. Swardi Lubis, MS.
PROGRAM DOKTOR KOMUNIKASI ISLAM PASCASARJANA IAIN SUMUT 2011
2
SPIRAL OF SILENCE Oleh: Parulian Siregar
A. Pendahuluan Karakteristik kumulasi,
komunikasi
ubikuitasi
dan
massa
harmoni.
ada
Ketiga
tiga
yaitu,
karakteritik
tersebut bergabung untuk menghasilkan
dampak pada
opini publik yang sangat kuat. 1 Kumulasi
yaitu mengacu
pada pembesaran tema-tema atau pesan-pesan tertentu secara perlahan-lahan dari waktu kewaktu. Ubikuitas yaitu mengacu pada kehadiran media massa yang tersebar luas. Harmoni
yaitu mengacu pada gambaran tunggal dari
sebuah kejadian atau isu yang dapat berkembang serta sering kali digunakan bersama oleh surat kabar, majalah, jaringan televise dan media lainnya yang berbeda-beda. Dampak harmoni adalah untuk mengatasiekspos selektif, karena orang tidak dapat memilih pesan lain, dan untuk menyajikan kesan bahwa sebagian besar orang melihat isu dengan cara yang disajikan media 2. Media massa memainkan peran penting dalam spiral kesunyian karena media massa merupakan sumber yang diandalkan orang untuk menemukan distribusi opini publik. Media massa dapat berpengaruh dalam spiral kesunyian dalam tiga cara yaitu: (1) media massa membentuk kesan tentang opini yang dominant; (2) media massa membentuk 1
Elisabeth Neole Neumann, The Spiral of Silence: Public Opinion – Our Social Skin, (Chicago: University of Chicago Press, 1984), h. 103. 2 Werner J. Severin & James W. Tankerd, Teori Komunikasi, Sejarah, Metode Dan Terapan di Dalam Media Massa, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 326.
3
kesan tentang opini mana yang sedang meningkat; dan (3) media massa membentuk kesan tentang opini mana yang dapat disampaikan dimuka umum tanpa menjadi tersisih. 3 Opini publik pada dasarnya dibentuk melalui proses yang disebut Spiral kesunyian; dimana pada sebuah isu controversial,
orang-orang
membentuk
kesan-kesan
tentang distribusi opini. Mereka mencoba menentukan apakah mereka
merupakan
mayoritas,
dan
kemudian
mereka mencoba menentukan apakan opini mereka sejalan dengan mereka. Apabila mereka merasa bahwa mereka adalah minoritas, maka mereka cenderung untuk diam berkenaan dengan isu tersebut. Dari opini di atas mendorong penulis ingin coba uraikan tentang pengertian spiral of silence, timbulnya teori spiral of silence, tokoh pencetusnya, aplikasi ataupun tahapan-tahapan teori spiral of silence dan kritik (kekuatan dan kelemahan) dari teori spiral of silence tersebut dibagian berikut.
B. Pengertian Spiral of Silence Spiral of Silence adalah salah satu bagian dari teori komunikasi massa, yang secara bahasa arti dari “ Spiral adalah
lingkaran
atau
perputaran”
dan
“Silence
bermaknakan diam atau sunyi”. sedang menurut ilmu komunikasi bahwa Spiral of Silence adalah salah satu dari teori komunikasi massa yang ketika seorang atau individu memiliki opini tentang berbagai isu, akan tetapi, ketakutan akan terisolasi menentukan apakah individu itu akan 3
Ibid.
4
mengekspresikan opini-opininya secara terbuka atau tidak. Untuk
meminimalkan
kemungkinan
terisolasi,
individu-
individu itu kemudian akan mencari dukungan bagi opini mereka dari lingkungannya, terutama dari media massa. Dengan demikian
posisi yang tadinya
minoritas
bisa
berkembang menjadi lebih mendekati mayoritas karena mereka
sudah
mendapat
dukungan.
Namun
selama
dukungan tidak diperoleh atau dianggap tidak memadai mereka akan tetap merasa sebagi minoritas dan akan terus memilih
untuk
menyembunyikan
mencari opininya
jalan
aman
dengan
(menerima
opini
kelompok
mayoritas). 4 Untuk
lebih
mendekatkan
pemahaman
tentang
maksud teori spiral of silence ini, penulis akan memuat sebuah cerita singkat sebagai contoh di bagian berikut ini: “Makan bersama sekali dalam setiap bulan adalah kegiatan yang dihidupkan di tempat kerja Feny sebagai ajang untuk refreshing sekedar keluar dari rutinitas kantor yang menjemukan. Acara makan bersama itu semakin menjadi acara yang ditunggu setelah berbagai program acara wisata kuliner, membuat para karyawan saling berlomba merekeomendasikan tempat-tempat makan favorit dengan nuansa yang berbeda. Suatu hari Winda teman sekantor Feny merekomendasikan sebuah warung makan dengan khas daerah Tabagsel, menu utamanya adalah ikan sungai yang disaji ala daerah, lengkap dengan lalapnnya. Semua teman sekantor menyambut gembira, tinggal Feny yang terpaksa diam melihat respon gembira teman-temannya. Ikan sungai bukanlah makan favorit Feny, apalagi ditambah dengan lalapnnya saja Feny sudah tidak selera, tapi Feny 4
Edi Santoso dan Mite Setianasah, Teori Komunikasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h. 103.
5
tidak berani mengakui dan mengungkapkan pendapatnya pada teman-temannya. Ia lebih baik memilih diam dan berharap dalam hati mudahmudahan diwarung itu tidak hanya ikan sungai saja yang menjadi sajiannya” 5 Dari cerita singkat diatas dapat dipahamai bahwa Teori
Spiral
of
Silence
atau
Teori
Spiral
kesunyian/keheningan secara ringkas berupaya menjawab pertanyaan mengapa orang-orang dari kelompok minoritas sering memilih untuk menyembunyikan pendapatnya ketika berada
dalam
(kelompok
kelompok
minoritas)
mayoritas,
yang
berada
bahkan dalam
sesorang kelompaok
mayoritas pun merasa perlu untuk mengubah pendapatnya ketika merasa berbeda dengan yang lainnya 6. Dan Teori Spiral of Silence juga dapat diuraikan sebagai : kelompok minoritas yang memiliki opini tentang berbagai isu. Akan tetapi,
ketakutan
kelompok
akan
minoritas
itu
terisolasi akan
menentukan
apakah
mengekspresikan
opini-
opininya secara umum. Untuk meminimalkan kemungkinan terisolasi, kelompok kecil itu mencari dukungan bagi opini mereka dari lingkungannya, terutama dari media massa. 7 Spiral
of
silence
merupakan
fenomena
yang
melibatkan jalur komunikasi media dan pribadi. Media mengumumkan
opini
yang
menonjol.
Individu
mengungkapkan opini mereka atau tidak bergantung pada sudut
pandang
yang
dominant;
media
selanjutnya
mengikuti opini yang diungkapkan dan spiral tersebut 5
Ibid., h. 102. Ibid., h. 102. 7 Richard West & Lynner H. Tunner, Pengantar Teori Komunikasi Dan Aplikasi, (Jakarta: Salemba Humanika, 2008), h. 42. 6
6
berlanjut. Teori spiral of silence dapat dianggap sebagai bagian dari tradisi sosiopsikologis karena penekanannya pada apa yang dilakukan oleh manusia dalam menanggapi situasi yang mereka hadapi, dan yang menarik dari teori spiral of silence ini adalah interaksi yang kompleks antara pernyataan
individu,
penggambaran
media
dan
opini
masyarakat. 8 Namun, teori spiral of silence tidak berlaku bagi seluruh individu masyarakat, sebab teori tidak berpengaruh bagi orang-orang yang dikenal sebagai avant garde dan
hard core. Yang dimaksud dengan avant garde di sini ialah orang-orang yang merasa bahwa posisi mereka akan semakin kuat, sedangkan orang-orang yang termasuk ke dalam kelompok hard core ialah mereka yang selalu menentang, apa pun konsekuensinya.
C.
9
Timbulnya Teori Spiral of Silence Teori spiral of silence ini muncul karena individu pada
umumnya berusaha untuk menghindari isolasi, dalam arti sendirian mempertahankan sikap atau keyakinan tertentu. Oleh karenanya orang akan mengamati lingkungannya untuk
mempelajari
pandangan-pandangan
mana
yang
bertahan dan mendapatkan dukungan dan mana yang tidak dominan atau populer, maka ia cenderung kurang berani mengekspresikan
disebabkan
adanya
ketakutan
akan
terisolasi tersebut. 8
Stephen W. Littlejohn & Karen A. Foss, Teori Komunikasi; Theories of Human Communication, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), h. 432. 9 Stephen D. Perry & Mary Anne, Communication Theories: For Everybody Life, (London: Ablogman, 2003), h. 245.
7
Secara disebabkan
singkat oleh
spiral
rasa
of
takut
silenece akan
ini
muncul
pengasinga
atau
dikucilkan, dan spiral of silence ini bukan hanya tentang keinginan untuk berada pada pihak yang menang, tetapi merupakan sebuah usaha untuk menghindari pengasingan dari kelompok sosial. Ancaman kritik dari orang lain merupakan kekuatan yang besar dalam membungkam individu. 10 Teori Spiral of silence berada pada sebuah isu kontroversial,
orang-orang
membentuk
kesan
tentang
distribusi opini. Mereka mencoba menentukan apakah mereka
merupakan
mayoritas, dan
kemudian mereka
mencoba menentukan apakah opini Publik sejalan dengan mereka. Apabila mereka merasa adalah minoritas, maka mereka cenderung untuk diam berkenaan dengan isu tersebut. Semakin mereka diam, semakin orang lain merasa bahwa sudut pandang tertentu tidak terwakili. 11 Jumlah
orang
yang
tidak
secara
terbuka
mengekspresikan pendapat yang berbeda dan perubahan dari
pendapat
yang
berbeda
kepada
pendapat
yang
dominan. Sebalikya, pendapat yang dominan akan menjadi semakin luas dan kuat. Semakin banyak orang merasakan kecendrungan ini dan menyesuaikan pendapatnya, maka satu kelompok pendapat akan menjadi dominan, sementara lainnya akan menyusut. Jadi kecendrungan seseorang untuk menyatakan dinamakan 10 11
pendapat mengawali
dan suatu
orang
lainnya
proses
menjadi
spiral
yang
Teori Komunikasi; Theories of Human ………………….h. 430. Teori Komunikasi, Sejarah…………….h. 326.
8
meningkatkan kemapanan satu pendapat sebagai pendapat umum atau pendapat yang dominan 12. Teori Spiral of silence mengacu hanya pada satu prinsip 13, walaupun itu merupakan salah satu yang paling penting dari komunikasi massa. Dalam istilah umum teori Spiral of silence ini lebih memperhatikan pengaruh antara empat
elemen
yaitu:
komunikasi
massa;
komunikasi
interpersonal dan relasi sosial; ungkapan opini individu; dan persepsi individu yang ada di sekitar ’opini iklim’ mereka dalam lingkungan sosial. 14 Penelitian
memperlihatkan
kelompok
memainkan
peranan penting dalam membentuk pendapat dan perilaku individu,
dimana
individu
akan
berusaha
untuk
menyesuaikan diri dengan pendapat atau perilaku yang dipersepsikan sebagai pendapat atau perilaku bersama. Individu tampak tidak ingin terlihat “asing” atau tampak aneh dari orang kebanyakan. Karena itu, orang umumnya akan menekan pendapat pribadinya dan menyesuaikan diri dengan
pendapat
yang
dinilai
sebagai
pendapat
masyarakat banyak.
D. Tokoh Teori Spiral of Silence Teori ini petama kali dicetuskan oleh Elisabeth NoelleNeumann Ia adalah ilmuwan politik Jerman. Neumann (1974) memperkenalkan spiral keheningan sebagai upaya 12
Ibid., h. 327 Prinsif Teori spieral kesunyian ini berdasarkan pada asumsi pemikiran sosial-psikologis yang menyatakan bahwa pendapat pribadi sangat tergantung pada apa yang dipirkan oleh orang lain, atau atas apa yang orang rasakan sebagai pendapat dari orang lain 14 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar , (Bandung: Budi Karya, 2001), h. 87. 13
9
untuk
menjelaskan di bagian bagaimana opini publik
dibentuk. 15 inti dari teori ini berfokus pada apa yang terjadi ketika orang-orang menyatakan opininya mengenai topik yang telah didefinisikan oleh media bagi khalayak. Orang yang yakin bahwa mereka memiliki sudut pandang minoritas terhadap isu-isu publik akan menarik diri dan diam di belakang yang mana komunikasi mereka dibatasi. Orang enggan
untuk
mengekspresikan
pandangan
minoritas
mereka, terutama karena takut dikucilkan. Sedangkan mereka yang memiliki sudut pandang mayoritas akan lebih terdorong untuk bersuara. Media mayoritas
sendiri dan
akan
berfokus
pada
meremehkan pandangan
pandangan
minoritas. Ini
membuat minoritas menjadi lebih tidak telibat dalam mengkomunikasikan
opini
mereka
yang
menyebabkan
munculnya spiral komunikasi yang bergerak ke bawah. Individu dalam kaum minoritas pun akhirnya akan menilai pengaruh mereka secara berlebihan dan makin tidak berani dalam berkomunikasi. Teori ini secara unik menyilangkan opini publik dan media.Opini publik di sini merujuk pada sentimen kolektif dari sebuah populasi terhadap subjek tertentu. Media seringkali menentukan subjek apa yang menarik bagi khalayak dan membuatnya menjadi kontroversial.
15
Pawit M. Yusuf, Ilmu Informasi, Komunikasi dan Kepustakaan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 185.
10
E. Pendapat
Tokoh
Terhadap
Teori
Spiral
Of
Silence Teori
dicetuskan
oleh
Elisabeth
Noelle-Neumann
sebagai salah satu ilmuwan politik Jerman, dimana teorinya ini
muncul
berlatarbelakangkan
sebagai
upaya
untuk
menjelaskan bagaimana opini publik dibentuk. Inti Teori ini berfokus
pada
menyatakan
apa
yang
opininya
terjadi
mengenai
ketika topik
orang-orang yang
telah
didefinisikan oleh media bagi khalayak. Orang yang yakin bahwa mereka memiliki sudut pandang minoritas terhadap isu-isu publik akan menarik diri dan diam di belakang yang mana komunikasi mereka dibatasi. Orang enggan untuk mengekspresikan pandangan minoritas mereka, terutama karena takut dikucilkan. Sedangkan mereka yang memiliki sudut pandang mayoritas akan lebih terdorong untuk bersuara. Media sendiri akan berfokus pada pandangan mayoritas
dan
meremehkan pandangan
minoritas. Ini
membuat minoritas menjadi lebih tidak telibat dalam mengkomunikasikan
opini
mereka
yang
menyebabkan
munculnya spiral komunikasi yang bergerak ke bawah. Individu dalam kaum minoritas pun akhirnya akan menilai pengaruh mereka secara berlebihan dan makin tidak berani dalam berkomunikasi. Teori ini secara unik menyilangkan opini publik dan media. Opini publik di sini merujuk pada sentimen kolektif dari sebuah populasi terhadap subjek tertentu. Media seringkali menentukan subjek apa yang menarik
bagi
khalayak
dan
membuatnya
menjadi
kontroversial.
11
Pendapat para tokoh tentang teori ini menyatakan bahwa Teori ini bersifat heuristik karena telah menarik ilmuwan lain untuk melakukan penelitian. Berbagai topik menyatakan
bahwa
teori
merupakan
hal
yang
ini
dan layak
konsep-konsepnya untuk
dikaji.
Konsistensi logis Kritik telah difokuskan pada prinsip-prinsip teori dan konsep. Charles Salmon dan F. Gerald Kline (1985) merasa bahwa Spiral of Silence gagal untuk mengakui keterlibatan
ego
seseorang
dalam
masalah.
Kadang-
kadang, orang mungkin bersedia untuk berbicara karena ego mereka yang terlibat dalam topik tersebut. Tak selamanya orang-orang berbicara hanya karena mereka memandang dukungan untuk opini mereka. Selain itu ilmuwan teori ini terlalu percaya bahwa rasa takut akan isolasi membatasi orang untuk mengemukakan opini. Carroll Glynn dan Jack McLeod (1985) mengklaim bahwa Noelle-Neumann tidak empiris dalam menguji asumsi bahwa takut isolasi mendorong orang untuk tidak berbicara. Selain
itu,
Noelle-Neumann
tidak
mengakui
pengaruh
bahwa komunitas masyarakat dan kelompok referensi terhadap pendapat orang. Mereka percaya bahwa NoelleNeumann terlalu banyak berfokus pada media. Menurut penulis teori spiral kesunyian ini tidak begitu penting berperan dalam media massa, sebab teori yang dicetuskannya ini, menurut para tokoh komunikasi masih banyak memiliki kekurangan tentang keterangan ataupun penjelasan secara terperinci tentang terori tersebut dari
12
Neumann sendiri yang mengakibatkan terori ntersebut tidak banyak berpengaruh bagi media massa.
F. Aplikasi Teori Spiral of Silence Teori ini erat kaitannya dengan kehidupan nyata. Misalnya dinegara kita ini sendiri; Di Indonesia, terjadi dua kelompok besar yang setuju dengan penerapan demokrasi dengan
yang
tidak
setuju.
Bagi
kelompok
yang
pro
demokrasi dikatakan bahwa demokrasi adalah hasil akhir dan paling baik yang akan mengantarkan bangsa Indonesia kepada kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang. Asumsi lainnya, bahwa masyarakat itu adalah pilar utama negara, maka demokrasi harus dijalankan dalam berbagai aspek
kehidupan. Sedangkan bagi kelompok
penentang demokrasi mengatakan bahwa kita sudah punya cara sendiri dalam mengatur negara dan masyarakat Indonesia, kita punya Pancasila, dan kita adalah bangsa yang mementingkan persatuan. Demokrasi hanya akan mengancam keharmonisan hidup selama ini. Berbagai pendapat yang bertolak belakang tersebut berkembang
dan
“bertarung”
baik
dalam
wacana
keseharian atau disebarkan melalui media massa. Baik yang pro dan kontra sama-sama kuat di dalam membentuk opini publik.
Namun,
perubahan
politik
sejalan dunia,
dengan ide
perkembangan
pelaksanaan
dan
demokrasi
akhirnya bisa dikatakan menang. Mereka yang dahulunya, menolak demokrasi mulai melunak. Sementara kelompok yang dahulunya penentang demokrasi lebih memilih diam.
13
Sebab,
mayoritas
opini
yang
berkembang
adalah
mendukung pelaksanaan demokrasi di Indonesia. 16 Begitu juga bila kita analisa tentang kejadian jatuhnya rezim Orde Baru pada tahun 1998, ia merupakan contoh kasus
tentang
Indonesia.
kebenaran
Selama
pemerintahan Pancasila
Orde
Soeharto
teori Baru,
yang
betul-betul
Spiral kita
Of
Silence
kletahui
bertumpukan
demokratis,
di
bahwa:
demokrasi mekanisme
kepemimpinan nasional lima tahunan adalah contoh dari demokrasi yang dimaksud, bahwa pers Indonesia bebas, dan
rakyat
pembangunan
bebas
menyatakan
ekonomi
pendapatnya,
berhasil
serta
meningkatkan
kesejahteraan rakyat dan lain sebagainya. 17 Pendapat minoritas di luar itu praktis habis "dibunuh" dan mereka yang kokoh dengan pendapat minoritas pun akhirnya takut menyuarakannya; atau tidak lagi ada media yang berani menyuarakannya. Namun akhirnya sejarah berbalik, opini mayoritas berhasil dihancurkan, dan opini minoritas bangkit mengemuka dengan berani ke hadapan publik sehingga menjadi opini mayoritas. Keterbalikan opini minoritas
sehingga
menjadi
opini
mayoritas
di
atas
dikarenakan oleh kelompok minoritas terus “bergerilya” pada kelompok mayoritas yang bisa diajak untuk berdialog. Sehingga
diskusi-diskusi
yang
berkembang
di
tengah
masyarakat Indonesia saat itu adalah tentang “cacatnya” rezim pemerintahan Orde Baru, yang akhirnya bermuara
16
Onong Uchana Effendi, Ilmu Komunikas, Teori (Yogyakarta: University Press, 1994), h. 89. 17 Ibid.
dan
Praktek,
14
pada gerakan reformasi yang dipelopori oleh mahasiswa seIndonesia.
G. Kritik terhadap Teori Spiral of Silence Ada beberapa ketidaksepakatan tentang kelayakan teori dan metodologi karya Noelle-Newmann ini. Pengritik melihat bahwa : 1.
Formulasi teorinya tidak lengkap,
2.
Konsep-konsep
utamanya
tidak
dijelaskan
dengan memadai. Di samping itu, spiral of silence, sebagai teori
3.
opini publik, dikelompokkan bersama perspektifnya yang lain tentang masyarakat dan media massa. Di pihak lain, spiral of silence ini memperlakukan
4.
opini publik sebagai suatu proses dan bukan sebagai sesuatu yang statis. Perspektif itu juga memperhatikan dinamika produksi media dengan pembentukan opini publik.18 Begitu
5.
juga
bahwa
Noelle-Neumann
sendiri
sebagai perumus teori Spiral Of Silence mengatakan bahwa teori ini hanya berlaku secara situasional dan kontekstual, yakni hanya sekitar permasalahan pendapat dan pandangan pada kelompok. Dan, teori ini tidak memiliki
pengaruh
bagi
orang-orang
yang
dikenal
sebagai avant garde dan hard core.
H. Penutup
18
Edi Santoso, Teori Komunikasi…….
15
Teori spiral of silence yang dicetuskan oleh NoelleNeumann ini menggambarkan bahwa dalam masalahmasalah penting atau kontroversial, opini publik cenderung pecah
menjadi
dua
bagian,
yaitu
dalam
proses
pembentukan opini publik akan muncul opini mayoritas dan opini minoritas. Mereka yang berada dalam kelompok minoritas cenderung mengecil. Akibatnya, mereka menahan diri
untuk
tidak
bersuara
pendapat.
Sebaliknya,
kelompok
mayoritas
dan
tidak
mereka
yang
biasanya
mengungkapkan berada
bersuara
dalam
memberikan
pendapat, dan tampil ke depan. Makin keras suara mereka didengungkan kepada publik, tingkat kebenaran opininya seakan semakin tinggi. Makin
tinggi
kebenaran
yang
dikesankan
oleh suara
mayoritas, kelompok minoritas pun makin khawatir, bahkan makin takut, sehingga mereka semakin tidak bersuara. Lambat-laun suara opini minoritas menghilang ataupun terdiam. Media massa, menurut Noelle-Neumann, memainkan peranan sangat penting dalam spiral of silence. Hal ini karena media massa merupakan sumber yang diandalkan orang untuk menemukan distribusi opini publik. Media massa dapat berpengaruh dalam spiral of silence dalam tiga hal: (a) Media massa membentuk kesan tentang opini dominan; (b) Media massa membentuk kesan tentang opini mana yang sedang meningkat; dan (c) Media massa membentuk
kesan
tentang
opini
mana
yang
dapat
disampaikan di muka umum tanpa menjadi tersisih. Dalam
16
konteks opini publik, teori Spiral of silence ini penting untuk menjelaskan bagaimana terbentuknya pendapat umum. Apa yang akan dilakukan oleh seseorang ketika mengetahui pendapatnya
tidak
sesuai
dengan
pendapat
orang
kebanyakan. Apakah seseorang cenderung untuk diam atau akan mengubah pendapatnya agar sesuai dengan pendapat masyarakat banyak.
17
DAFTAR PUSTAKA Effendi, Onong Uchana. 1994. Ilmu Komunikas, Teori dan Praktek, Yogyakarta: University Press. Littlejohn, Stephen W. & Karen A. Foss. 2009. Teori Komunikasi; Theories of Human Communication, Jakarta: Salemba Humanika. Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar , Bandung: Budi Karya. Neumann,Elisabeth Neole. , 1984 The Spiral of Silence: Public Opinion – Our Social Skin, Chicago: University of Chicago Press. Perry, Stephen D. & Mary Anne. 2003. Communication Theories: For Everybody Life, London: Ablogman. Santoso, Edi dan Mite Setianasah. 2010. Teori Komunikasi, Yogyakarta: Graha Ilmu. Severin, Werner J. & James W. Tankerd. 2009. Teori Komunikasi, Sejarah, Metode Dan Terapan di Dalam Media Massa, Jakarta: Kencana. West, Richard & Lynner H. Tunner. 2008. Pengantar Teori Komunikasi Dan Aplikasi, Jakarta: Salemba Humanika. Yusuf, Pawit M. 2009. Ilmu Informasi, Komunikasi dan Kepustakaan, Jakarta: Bumi Aksara.
18
Kritik penulis terhadap teori spiral of silence berdasarkan 4 fungsi teori yaitu : penjelasan, ramalan terhadap teori spiral of silence, pandangan dan strategi teori spiral of silence. Spiral of Silence secara bahasa adalah berasal dari kata “Spiral adalah lingkaran atau perputaran” dan “Silence bermaknakan diam atau sunyi”. Teori ini berfokus pada apa yang terjadi ketika orang orang menyatakan opininya mengenai topik yang telah didefinisikan oleh media bagi khalayak. Orang yang yakin bahwa mereka memiliki sudut pandang minoritas terhadap isu-isu publik akan menarik diri dan diam di belakang yang mana komunikasi mereka dibatasi. Orang enggan untuk mengekspresikan pandangan minoritas
mereka,
terutama
karena
takut
dikucilkan.
Sedangkan mereka yang memiliki sudut pandang mayoritas akan lebih terdorong untuk bersuara. Media sendiri akan berfokus pada pandangan mayoritas dan meremehkan pandangan minoritas. Ini membuat minoritas menjadi lebih tidak telibat dalam mengkomunikasikan opini mereka yang menyebabkan munculnya spiral komunikasi yang bergerak ke bawah. Individu dalam kaum minoritas pun akhirnya akan menilai pengaruh mereka secara berlebihan dan makin tidak berani dalam berkomunikasi Teori ini berdasarkan kehidupan sehari-hari dapat diramalkan bahwa spiral of silence ini layak untuk dipakai selama-lamanya baik pada masa lalu masa sekarang maupun masa yang akan datang, sebab teori ini dipandang sebagai teori yang erat kaitannya dengan kehidupan nyata. Misalnya saja pada Pemilu Presiden 2009 lalu. SBY begitu
19
gencar diberitakan dan diiklankan di media massa melalui politik pencitraannya. Akibatnya ini mempengaruhi pilihan politik mayoritas masyarakat untuk memilih SBY saat Pemilu. Orang-orang dalam kaum mayoritas ini akan lebih terdorong untuk bersuara mengenai calon pilihannya yakni SBY, sedangkan orang-orang minoritas dari pendukung capres lain akan lebih diam dan menarik diri karena takut akan dikucilkan dengan pilihan politik berbeda, begitu juga bila dicontohkan dengan yang lain. Strategi dari teori spiral of silence ini menghindar dari pendapat atau pandangan kelompok minoritas dan lebih memilih kelompok mayoritas, sebab timbulnya teori spiral of silence ini karena adanya pendapat minoritas dan pendapat mayoritas ketika mengungkapkan opini ataupun ide-ide/isu-isu publik.
20
View more...
Comments