Teori SGPT Dan SGOT

April 17, 2017 | Author: Putu Murnitha Sari Rahayu | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Teori SGPT Dan SGOT...

Description

http://labkesehatan.blogspot.com/2009/12/sgpt-serum-glutamic-pyruvic.html

SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transaminase) Posted by Riswanto on Sunday, December 13, 2009 Labels: Tes Kimia Darah

SGPT atau juga dinamakan ALT (alanin aminotransferase) merupakan enzim yang banyak ditemukan pada sel hati serta efektif untuk mendiagnosis destruksi hepatoseluler. Enzim ini dalam jumlah yang kecil dijumpai pada otot jantung, ginjal dan otot rangka. Pada umumnya nilai tes SGPT/ALT lebih tinggi daripada SGOT/AST pada kerusakan parenkim hati akut, sedangkan pada proses kronis didapat sebaliknya.

SGPT/ALT serum umumnya diperiksa secara fotometri atau spektrofotometri, secara semi otomatis atau otomatis. Nilai rujukan untuk SGPT/ALT adalah : Laki-laki : 0 - 50 U/L Perempuan : 0 - 35 U/L

Masalah Klinis

Kondisi yang meningkatkan kadar SGPT/ALT adalah : 

Peningkatan SGOT/SGPT > 20 kali normal : hepatitis viral akut, nekrosis hati (toksisitas obat atau kimia)



Peningkatan 3-10 kali normal : infeksi mononuklear, hepatitis kronis aktif, sumbatan empedu ekstra hepatik, sindrom Reye, dan infark miokard (SGOT>SGPT)



Peningkatan 1-3 kali normal : pankreatitis, perlemakan hati, sirosis Laennec, sirosis biliaris.

Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium : 

Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat menurunkan kadar



Trauma pada proses pengambilan sampel akibat tidak sekali tusuk kena dapat meningkatkan kadar



Hemolisis sampel



Obat-obatan dapat meningkatkan kadar : antibiotik (klindamisin, karbenisilin, eritromisin, gentamisin, linkomisin, mitramisin, spektinomisin, tetrasiklin), narkotika (meperidin/demerol, morfin, kodein), antihipertensi (metildopa, guanetidin), preparat digitalis, indometasin (Indosin), salisilat, rifampin, flurazepam (Dalmane), propanolol (Inderal), kontrasepsi oral (progestin-estrogen), lead, heparin.



Aspirin dapat meningkatkan atau menurunkan kadar.

Bahan bacaan : 1. Frances K. Widmann, alih bahasa : S. Boedina Kresno dkk., Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium, edisi 9, cetakan ke-1, EGC, Jakarta, 1992. 2. Joyce LeFever Kee, Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik, EGC, Jakarta, 2007. 3. Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik Cabang Jakarta, SI Units : Tabel Konversi Sisten Satuan SI – Konvensional dan Nilai Rujukan Dewasa – Anak Parameter Laboratorium Klinik, Jakarta, 2004. 4. Ronald A. Sacher & Richard A. McPherson, alih bahasa : Brahm U. Pendit dan Dewi Wulandari, editor : Huriawati Hartanto, Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Edisi 11, EGC, Jakarta, 2004. 5. The Royal College of Pathologists of Australasia, Manual of Use and Interpretation of Pathology Test, Griffin Press Ltd., Netley, Australia, 1990.

http://www.totalkesehatananda.com/darahhati2.html

Tes-Tes Darah Hati Tingkat-Tingkat Normal Dari AST Dan ALT Batasan normal dari nilai-nilai untuk AST (SGOT) adalah dari 5 sampai 40 unit per liter serum (bagian cair dari darah). Batasan normal dari nilai-nilai untuk ALT (SGPT) adalah dari 7 sampai 56 unit per liter serum.

Arti Dari Kenaikkan AST Dan ALT AST (SGOT) dan ALT (SGPT) adalah indikator-indikator yang sensitif dari kerusakan hati dari tipetipe penyakit yang berbeda. Namun harus ditekankan bahwa tingkat-tingkat enzim-enzim hati yang lebih tinggi dari normal tidak harus secara otomatis disamakan dengan penyakit hati. Mereka mungkin atau mereka bukan berarti persoalan-persoalan hati. Interpretasi (penafsiran) dari tingkat-tingkat AST dan ALT yang naik tergantung pada seluruh gambaran klinis dan jadi adalah terbaik dilakukan oleh dokter yang berpengalaman dalam mengevaluasi penyakit hati. Tingkat-tingkat yang tepat dari enzim-enzim ini tidak berkorelasi baik dengan luasnya kerusakan hati atau prognosis. Jadi, tingkat-tingkat AST (SGOT) dan ALT (SGPT) yang tepat tidak dapat digunakan untuk menentukan derajat kerusakan hati atau meramalkan masa depan. Contohnya, pasien-pasien dengan virus hepatitis A akut mungkin mengembangkan tingkat-tingat AST dan ALT yang sangat tinggi (adakalanya dalam batasan ribuan unit/liter). Namun kebnyakan pasien-pasien dengan virus hepatitis A akut sembuh sepenuhnya tanpa sisa penyakit hati. Untuk suatu contoh yang berlawanan, pasien-pasien dengan infeksi hepatitis C kronis secara khas mempunyai hanya suatu peningkatan yang kecil dari tingkat-tingkat AST dan ALT mereka. Beberapa dari pasienpasien ini mungkin mempunyai penyakit hati kronis yang berkembang secara diam-diam seperti hepatitis kronis dan sirosis.

Penyakit-Penyakit Hati Yang Menyebabkan Tingkat-Tingkat Aminotransferase Abnormal Tingkat-tingkat AST dan ALT yang paling tinggi ditemukan dengan kelainan-kelainan yang menyebabkan kematian yang banyak dari sel-sel hati (nekrosis hati yang ekstensif). Ini terjadi pada kondisi-kondisi seperti virus hapatitis A atau B kronis , kerusakan hati yang jelas yang ditimbulkan oleh racun-racun seperti dari suatu overdosis (kelebihan dosis) dari acetaminophen (nama merk Tylenol), dan runtuhnya sistim peredaran yang lama (shock) ketika hati dirampas/dicabut dari darah segar yang membawa oksigen dan nutrisi-nutrisi. Tingkat-tingkat serum AST dan ALT pada situasi-situasi ini dapat mencakup dimana saja dari sepuluh kali batasanbatasan normal atas sampai ke ribuan unit/liter. Kenaikan enzim-enzim hati dari ringan sampai sedang adalah hal yang biasa. Mereka seringkali secara tak terduga ditemukan pada tes-tes screening darah rutin pada individu-individu yang jika tidak adalah sehat. Tingkat-tingkat AST dan ALT pada kasus-kasus semacam ini biasanya ada diantara dua kali batas-batas normal atas dan beberapa ratus unit/liter. Penyebab yang paling umum dari kenaikan-kenaikan yang ringan sampai sedang dari enzim-enzim hati ini adalah fatty liver (hati berlemak). Di Amerika, penyebab hati berlemak yang paling sering adalah penyalahgunaan alkohol. Penyebab-penyebab lain dari fatty liver termasuk diabetes mellitus dan kegemukan (obesity). Hepatitis C kronis juga sedang menjadi suatu penyebab yang penting dari kenaikan-kenaikan enzim hati yang ringan sampai sedang.

http://farmasi07itb.wordpress.com/2010/10/27/tes-hepatitis-dengan-sgot-sgpt/

TES KERUSAKAN HATI DENGAN SGOT-SGPT Oktober 27, 2010 · by wahyuewmuslim ·

in adventure. ·

SGOT singkatan dari Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase, sebuah enzim yang secara normal berada di sel hati dan organ lain. SGOT dikeluarkan kedalam darah ketika hati rusak. Level SGOT darah kemudian dihubungkan dengan kerusakan sel hati, seperti serangan virus hepatitis. SGOT juga disebut aspartate aminotransferase(AST). Sedangkan SGPT adalah singkatan dari Serum Glutamic Piruvic Transaminase, enzim ini banyak terdapat di hati. Dalam uji SGOT dan SGPT, hati dapat dikatakan rusak bila jumlah enzim tersebut dalam plasma lebih besar dari kadar normalnya. Pada percobaan yang digunakan kontrol negatif adalah mencit yang diberikan paraffin cair saja sebagai pembawa. Kontrol positif adalah mencit yang diberikan CCl4 dan kelompok uji adalah mencit yang diberikan CCl4 dan Obat yaitu Silimarin.

CCl4digunakan sebagai kontrol positif karena dapat merusak sel hati. Mekanismenya dalah CCl 4 akan dimetabolisme oleh enzim sitokrom P450 dalam hati menjadi CCl3* yang radikal. CCl3 radikal ini kemudian berikatan pada sel hepatosit pada organ hati sehingga membran hati berubah permeabilitasnya (meningkat). Berubahnya membran sel hati ini dapat menimbulkan dua macam konsekuensi. Pertama zat –zat dari dalam sel keluar dengan bebas sehingga hati mengalami pengkerutan dan terjadi nekrosis. Sebaliknya zat-zat yang berada diluar sel hati juga dapat masuk dan menyebabkan hati menjadi besar dan terjadi apoptosis. Pada hewan uji, selain diberikan CCl4 juga diberikan Silimarin, silimarin digunakan sebagai hepatoprotektor karena dapat menekan peningkatan enzim-enzim transaminase dan pencegahan pengausan glutation hati. Maka seharusnya sesuai teori diatas, SGOT dan SGPT dari kontrol negatif paling kecil, kontrol positif paling besar dan uji silimarin diantara keduanya. Data SGOT dapat menyimpang karena ada kemungkinan mencit sedang mengalami gangguan juga pada organ selain hati, karena sebenarnya SGOT terdapat di hampir seluruh tubuh, berbeda dengan SGPT yang spesifik pada hati. Berikut Alat yang digunakan dalam uji SGOT-SGPT.

Alat Uji SGOT-SGPT

Pereaksi SGOT

Selain peningkatan enzim transaminase ternyata juga terdapat beberapa parameter lain yang menyatakan kerusakan hati. Berikut parameter-paremeter tersebut.

Bilirubin Plasma

Tidak terkonjugasi, jarang > 100umol/L

Enzim Plasma

SGOT-SGPT meningkat dengan tiba-tiba

Haptoglobin plasma

Menurun

Urobilinogen urin

Meningkat

Darah periferal

Retikulosit meningkat, hemoglobin menurun

http://www.totalkesehatananda.com/darahhati1.html

Tes-Tes Darah Hati Prakata Suatu langkah awal dalam mendeteksi kerusakan hati adalah suatu tes darah sederhana untuk menentukan kehadiran dari enzim-enzim hati tertentu dalam darah. Dibawah keadaan-keadaan normal, enzim-enzim ini berada dalam sel-sel hati. Namun ketika hati luka, enzim-enzim ini ditumpahkan keluar kedalam aliran darah. Diantara yang paling sensitif dan digunakan secara luas dari enzim-enzim hati ini adalah aminotransferase-aminotransferase. Mereka meliputi aspartate aminotransferase (AST atau SGOT) dan alanine aminotransferase (ALT atau SGPT). Enzim-enzim ini biasanya terkandung dalam sel-sel hati. Jika hati terluka, sel-sel hati menumpahkan enzim-enzim kedalam darah, menaikan tingkat-tingkat enzim dalam darah dan menandai kerusakan hati.

Definisi Aminotransferase-Aminotransferase Aminotransferase-aminotransferase mengkatalisasi reaksi-reaksi kimia dalam sel-sel dimana suatu kelompok amino ditransfer dari suatu molekul donor ke suatu molekul penerima. Makanya, namanya "aminotransferases". Istilah-istilah medis adakalaya dapat membingungkan, seperti dengan kasus enzim-enzim ini. Nama lain untuk aminotransferase adalah transaminase. Enzim aspartate aminotransferase (AST) juga dikenal sebagai serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT); dan alanine aminotransferase (ALT) juga dikenal sebagaiserum glutamic pyruvic transaminase (SGPT). Untuk menyederhanakannya, AST = SGOT dan ALT = SGPT.

Secara Normal, Dimana Adanya AminotransferaseAminotransferase ? AST (SGOT) normalnya ditemukan dalam suatu keanekaragaman dari jaringan termasuk hati, jantung, otot, ginjal, dan otak. Ia dilepaskan kedalam serum ketika satu saja dari jaringanjaringan ini rusak. Contohnya, tingkatnya didalam serum naik dengan serangan-serangan jantung dan dengan kelainan-kelainan otot. Ia oleh karenanya bukan suatu indikator yang sangat spesifik dari luka hati. ALT (SGPT), berlawanan dengannya, normalnya ditemukan sebagian besar di hati. Ini bukan dikatakan bahwa ia berlokasi secara eksklusif dalam hati namun bahwa ia ada dimana ia paling terkonsentrasi. Ia dilepas kedalam aliran darah sebagai akibat dari luka hati. Ia oleh karenanya melayani sebagai suatu indikator yang cukup spesifik dari keadaan (status) hati.

http://hepatitis.roche.co.id/content10.php Diagnosa Hepatitis C Diagnosa awal adalah melalui tes darah sederhana untuk mendeteksi keberadaan virus hepatitis C atau jumlah virus yang ada dalam jaringan tubuh. Jika virus terdeteksi dalam tubuh Anda ini berarti Anda memiliki hepatitis C. Kemudian dokter akan memeriksa keadaan kesehatan hati Anda.

Cara yang paling umum atau biasa digunakan untuk memeriksa masalah hati adalah melalui tes fungsi hati, suatu tes darah yang memeriksa zat-zat kimia dalam tubuh yang dihasilkan oleh hati dalam berkerja menjalankan fungsinya: 

ALT (SGPT) – suatu enzim yang bila dalam keadaan normal berada di dalam sel hati dan di dalam darah. Ketika sel hati rusak, enzim ini merembes ke dalam aliran darah sehingga menyebabkan kadar ALT (SGPT) meningkat. Tes ALT (SGPT) yang hanya dilakukan sekali belum tentu bisa menunjukkan seberapa parah perusakan yang telah terjadi dan seringkali orang yang menderita hepatitis C kronis memiliki kadar ALT (SGPT) normal. Enzim hati lainnya yang biasanya diukur melalui tes darah ini adalah AST (aspartate aminotransferase/ SGPT), GGT (gamma-glutamyl transferase), dan alkaline phosphatase.



Bilirubin - suatu pigmen berwarna kuning yang disalurkan ke dalam hati ketika sel darah merah pecah. Jika hati tidak bekerja dengan baik maka kadar bilirubin dalam darah akan naik.



Albumin – adalah suatu protein yang dihasilkan oleh hati. Penurunan jumlah albumin dapat mencerminkan buruknya fungsi hati.



Prothrombin Time – Ketika mengalami kerusakan, hati akan gagal memproduksi zat pembeku darah dalam jumlah yang memadai. Tes ini mengukur kemampuan pembekuan darah. Pada gangguan fungsi hati Prothrombin Time (PT) memanjang.



Penghitungan darah lengkap – penghitungan darah lengkap dapat membantu mendeteksi kondisi umum/ keseluruhan hati.

Bila diperlukan dokter Anda juga mungkin akan melakukan biopsi hati yaitu suatu prosedur yang dilakukan dengan mengambil sepotong kecil jaringan hati dengan menggunakan jarum biopsi, yang kemudian dianalisis di bawah mikroskop oleh ahli patologi anatomi. Biopsi hati biasanya direkomendasikan untuk diagnosis kelainan hati atau untuk menentukan derajat beratnya kelainan hati.

http://purwantoher.blogspot.com/2010/06/sgot-sgpt-sering-bikin-kecele.html

SGOT-SGPT Sering Bikin Kecele 09.18

Herry

Dalam dunia kesehatan SGOT-SGPT bukanlah istilah baru. Meski begitu masih banyak orang kecele dengan angka-angka yang ditampilkannya. Pemilik angka SGOT-SGPT di atas normal dianggap sakit. Sebaliknya, kadar di bawah normal diyakini sehat. Padahal kenyataannya belum tentu begitu. "Wah gawat, SGPT gue tinggi! Padahal gue enggak ngerasa sakit apa-apa tuh,‖ keluh Indra, pelamar kerja yang baru saja melakukan tes kesehatan. Wajahnya gusar, memandangi hasil tes laboratorium. Kegusaran Indra bak mewakili kegusaran banyak orang, yang serta-merta risau ketika tahu kadar SGPT dan SGOT-nya melampaui batas atas normal (BAN). SGOT-SGPT merupakan dua enzim transaminase yang dihasilkan terutama oleh sel-sel hati. Bila sel-sel liver rusak, misalnya pada kasus hepatitis atau sirosis, biasanya kadar kedua enzim ini meningkat. Makanya, lewat hasil tes laboratorium, keduanya dianggap memberi gambaran adanya gangguan pada hati. Penyimpangan Populasi Kembali pada keluhan Indra, apakah SGOT-SGPT yang melampaui BAN memang pertanda awal datangnya malapetaka? Jawabannya, belum tentu! SGOT-SGPT yang berada sedikit di atas normal tak selalu menunjukkan seseorang sedang sakit. Bisa saja peningkatan itu terjadi bukan akibat gangguan pada liver. ―Kalau kita tes darah sesudah main bola atau kerokan, sangat mungkin SGOT-SGPT kita bakal naik,‖ kata dr. Rino A. Gani, Sp.PD-KGEH, hepatolog Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Kadar SGOT-SGPT juga gampang naik turun. Mungkin saja saat diperiksa, kadarnya sedang tinggi. Namun setelah itu, dia kembali normal. Pada orang lain, mungkin saat diperiksa, kadarnya sedang normal, padahal biasanya justru tinggi. Karena itu, satu kali pemeriksaan saja sebenarnya belum bisa dijadikan dalil untuk membuat kesimpulan. Angka BAN pun dibuat berdasarkan statistik. Di dalam statistik selalu ada simpangan baku. Artinya, ada sebagian kecil orang yang memang berbeda dari kebanyakan orang. Menurut American Gastroenterological Association, penyimpangan ini terjadi pada 1- 4% dari populasi. Mereka punya nilai SGOT-SGPT yang sedikit lebih tinggi dari BAN, tapi tidak menunjukkan gejala sakit. Berarti, kadar SGOT-SGPT sedikit di atas normal boleh dianggap enteng? Jelas tidak! Meski bisa saja sebaliknya, seseorang mengidap sakit liver kronis, walaupun kadar SGOT-SGPT-nya normal. ―Sekitar 30% penderita hepatitis C kronis memiliki kadar ALT (SGPT) normal,‖ ungkap Goerge K. K. Lau, guru besar Department of Medicine, Queen Mary Hospital, University of Hong Kong, di kongres Asian Pacific Association for the Study of Liver (APASL) 2005 di Bali, belum lama ini. Sisanya, 40% penderita hanya menunjukkan kenaikan sedikit SGPT di atas BAN. Rino pun sependapat dengan George Lau. ―Pada sekitar 60 - 70% pasien kami, nilai ALT (SGPT)-nya hanya sekitar 1,3 - 1,5 kali batas atas normal,‖ ungkapnya. Meski tidak begitu ―tinggi‖ (tak sampai dua kali BAN), mereka ternyata sudah positif terinfeksi virus hepatitis C.

Tak cuma di hati Gangguan hati sendiri bentuknya berjenis-jenis, dengan jumlah penderita tak sedikit. Jumlah pengidap hepatitis C saja sekitar 3% dari populasi. Belum lagi hepatitis A dan B yang jumlahnya jauh lebih banyak. Apalagi jika ditambah dengan perlemakan hati, sirosis, intoksikasi obat, fibrosis hati, dan penyakit lain yang nama-nya jarang kita dengar. Penyakit-penyakit tadi umumnya ditandai dengan peningkatan angka SGOT-SGPT. Namun, kedua enzim itu tidak 100% dihasilkan oleh liver. Sebagian kecil juga diproduksi oleh sel otot, jantung, pankreas, dan ginjal. Itu sebabnya, jika sel-sel otot mengalami kerusakan, kadar kedua enzim ini pun meningkat. Rusaknya sel-sel otot bisa disebabkan oleh banyak hal, misalnya aktivitas fisik yang berat, luka, trauma, atau bahkan kerokan. Ketika kita mendapat injeksi intra muskular (suntik lewat jaringan otot), sel-sel otot pun bisa mengalami sedikit kerusakan dan meningkatkan kadar enzim transaminase ini. Pendek kata, ada banyak faktor yang bisa menyebabkan kenaikan SGOT-SGPT. Dibandingkan dengan SGOT, SGPT lebih spesifik menunjukkan ketidakberesan sel hati, karena SGPT hanya sedikit saja diproduksi oleh sel nonliver. Biasanya, faktor nonliver tidak menaikkan SGOT-SGPT secara drastis. Umumnya, tidak sampai 100% di atas BAN. Misalnya, jika BAN kadar SGPT adalah 65 unit/liter (u/l), kenaikan akibat bermain sepakbola lazimnya tak sampai dua kali lipat. Jika kadarnya melampaui dua kali lipat, ini pertanda mulai menyalanya lampu merah yang harus diwaspadai. Jangan ―sakit hati‖ jika dokter curiga kita mengidap sakit hati. BAN sendiri bisa berbeda antarlaboratorium. Jika pernah tes darah di dua laboratorium yang berbeda, dan mendapatkan BAN yang berbeda, Anda tak perlu heran. ―Batas atas normal tergantung pada reagen dan alat yang digunakan,‖ jelas Rino. Di rumah sakit tertentu, BAN kadar SGPT bisa 40 u/l, tapi di klinik lain bisa 65 u/l. Ini hanya masalah teknis pemeriksaan. itu sebabnya, kita tak bisa menyatakan tinggi rendahnya SGOT-SGPT dari angka absolut, tetapi dari nilai relatif (dibandingkan dengan BAN). Bunuh diri terencana Sebagaimana organ lain, hati punya mekanisme pertahanan diri. Ketika diserang virus, ia berusaha melawan. Jika kalah, ia punya dua pilihan: berjuang sampai akhir hayat atau bunuh diri. Pada hepatitis A dan B, hati mengambil pilihan pertama, berjuang sampai mati. Begitu sel-sel liver mati, dindingnya jebol. dan akhirnya hati mengalami peradangan. Kondisi ini menyebabkan naiknya kadar SGOT-SGPT di dalam darah. Karena kadarnya meningkat, dokter lebih mudah mendiagnosis. Namun pada hepatitis C, urusannya lebih kompleks. Tak semua sel hati merespons kekalahan dengan tetap berjuang sampai mati. Sebagian yang lain bunuh diri secara terencana. Dalam istilah kedokteran itu disebut apotosis (programmed cell death). Acara bunuh diri ini bukan tanpa tujuan. Dengan bunuh diri, sel-sel liver berusaha ―membunuh‖ virus secara tidak langsung. Salah satu kelemahan virus yaitu tidak punya mekanisme sendiri dalam berkembang biak. Mereka beranak pinak dengan cara memanfaatkan mekanisme hidup sel makhluk hidup lainnya. Dalam kasus hepatitis, sel yang ditumpangi adalah sel-sel liver. Dengan bunuh diri, sel liver berusaha membuat virus tak bisa berkembang biak. Karena bunuh diri, sel-sel hati tidak pecah, tapi menciut. Yang terjadi selanjutnya bukan proses peradangan, melainkan pengerutan. Karena liver tak meradang, kadar SGPT pun tak terpengaruh. Itulah yang menyebabkan penderita hepatitis C bisa memiliki kadar SGPT normal, meskipun sebenarnya ia telah menderita penyakit kronis. Itu pula yang membuat dokter harus berulang-ulang membetulkan letak kacamata, karena sulit menegakkan diagnosis.

Perlu tes lain Menurut Rino, SGOT-SGPT hanya menggambarkan tingkat kerusakan sel hati. Kedua enzim lain itu tak bisa menggambarkan tingkat kemampuan sel hati untuk meregenerasi diri. Dalam kondisi normal, sel-sel tubuh memiliki kemampuan regenerasi. Jika rusak, mereka akan menggantinya dengan sel-sel baru. Kemampuan regenerasi inilah yang akan mengimbangi kerusakan sel. Hal itulah yang tidak tergambar dari hasil tes SGOT-SGPT. Bisa saja seseorang mengalami kenaikan SGOT-SGPT hingga di atas normal, tapi sebetulnya liver tidak dalam kondisi sakit, karena sel yang telah mati segera diganti oleh sel baru. Meski kenaikan SGOT-SGPT bisa disebabkan banyak faktor, Rino menandaskan, peningkatan keduanya harus tetap diwaspadai. Sepanjang masih punya dua mata, kita tak boleh memandangnya dengan sebelah mata. Meski hanya sedikit di atas normal pun, penyebabnya harus ditelusuri, sampai yakin memang tidak ada penyakit yang menyerang. Kadar di atas normal jadi pertanda kita harus mencurigai adanya gangguan pada hati. Pada hepatitis C, jika SGPT sampai dua kali lipat dari BAN, para hepatolog sepakat untuk mengambil tindakan terapi. Untuk kasus SGPT normal atau sedikit di atas BAN, terjadi perbedaan mazhab. Mazhab pertama mengharuskan terapi segera. Mazhab kedua, pasien harus dipantau secara ketat sebelum diterapi. Selama masa pemantauan itu, pasien harus 4 - 5 kali pergi ke laboratorium untuk menjalani tes fungsi hati tiap 1 - 2 bulan sekali. Tes fungsi hati di sini bukan hanya tes SGOT dan SGPT. Ada banyak komponen kimia darah lain yang perlu diperiksa. Untuk memastikan, dokter perlu melakukan biopsi. Secuplik sampel jaringan diambil dari liver untuk diperiksa lewat mikroskop. Jika hasil pemeriksaan menunjukkan nilai normal, pasien boleh sedikit lega hati. Ia hanya perlu kontrol setahun lagi. Namun, jika rangkaian pemeriksaan menunjukkan pasien telah sakit hati, ia harus berbesar hati untuk menjalani terapi. ***** Minum Jamu Pun Ada Aturannya Sudah menjadi kelaziman di masyarakat kita, salah satu upaya menurunkan SGOT-SGPT dilakukan dengan minum jamu. Menurut Rino, persoalan jamu ini cukup dilematis. Di satu sisi, pasien berhak minum jamu atas kehendak sendiri. Namun di sisi lain, jamu bisa mengganggu interpretasi dokter dalam menegakkan diagnosis. Jamu-jamu tertentu memang terbukti bisa menurunkan kadar SGOT-SGPT. Jika kenaikan SGOT-SGPT hanya bersifat sementara, minum jamu tak akan menimbulkan masalah. Problem akan muncul jika kenaikan SGOT-SGPT memang disebabkan oleh penyakit liver yang masih malu-malu untuk membuka identitas. Dalam keadaan itu, jamu bisa menimbulkan efek masking. SGOT-SGPT turun, tapi sebetulnya proses perusakan liver terus terjadi. Bila kadar SGOT turun, dokter mungkin akan menganggap pasien sehat-sehat saja. Padahal, mungkin ia telah menderita penyakit kronis. Akibatnya pasien tidak mendapat terapi yang diperlukan. Hal itu akan merugikan si pasien sendiri. Jalan tengahnya, Rino menyarankan agar pasien memberi tahu dokter ketika minum jamu. Dengan begitu, proses diagnosis tak terganggu. Selain itu, Rino juga menyarankan pasien mengurangi aktivitas fisik yang berat. Jika ada undangan bermain futsal, misalnya, lupakan saja untuk sementara.

http://m.klikdokter.com/ekonsultasi/read/17744/sgot-sgpt

Nilai SGOT dan SGPT SGPT dan SGOT merupakan enzim-enzim pada hati yang akan meningkat jumlahnya di dalam tubuh jika hati mengalami kerusakan baik kerusakan fungsi hati secara akut maupun kronis. Lebih lanjut kami akan mencoba menjelaskannya satu persatu:



SGPT (Serum Glutamic Pyruvate Transaminase): merupakan suatu enzim yang terdapat di dalam sel hati. Ketika sel hati mengalami kerusakan, akan terjadi pengeluaran enzim SGPT dari dalam sel hati ke sirkulasi darah dan akan terukur melalui pemeriksaan laboratorium.



SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) : seperti halnya SGPT, SGOT merupakan enzim hati yang terdapat di dalam sel parenkim hati. SGOT akan meningkat kadanya di dalam darah jika terdapat kerusakan sel hati. Namun SGOT tidak spesifik hanya terdapat di dalam hati. SGOT juga dapat ditemukan di sel darah, sel jantung dan sel otot, karena itu peningkatan SGOT tidak selalu menunjukkan adanya kelainan di sel hati.

Nilai normal SGOT adalah 3-45 u/L, sedangkan nilai normal SGPT adalah 035 u/L (terdapat sedikit variasi dari nilai normal dan sangat tergantung dari laboratorium tempat pemeriksaan). Namun hasil SGOT dan SGPT yang normal belum tentu menandakan bahwa Anda bebas dari penyakit hati. Pada kasus penyakit hati yang kronik (menahun), misal akibat hepatitis B kronik atau hepatitis C kronik, dapat ditemukan kadar enzim SGOT dan SGPT yang normal atau sedikit meningkat. Pada infeksi hati yang kronik (menahun), sel hati secara perlahan-lahan mengalami kerusakan dan hal ini tidak dapat diketahui hanya dari pemeriksaan enzim hati di dalam darah.SGOT dan SGPT merupakan enzim yang dapat ditemukan pada sel-sel hati. Karena itu jika terjadi kerusakan (nekrosis) sel-sel hati, seperti yang terjadi pada infeksi akut virus hepatitis, enzim-enzim tersebut keluar dari sel hati dan masuk ke dalam darah. Semakin banyak sel-sel hati yang rusak, semakin tinggi pula kadar SGOT/SGPT yang terukur di dalam darah. .Apakah keluhan yang anda rasakan saat ini?

http://danidisclaimer.blogspot.com/2012/06/sgot-dan-sgpt.html

SGOT dan SGPT APA ITU SGOT/SGPT ?

Apa sih AST (SGOT) dan ALT (SGOT) itu? Kalau kata dokter, kepanjangan dari masing masing singkatan tersebut adalah : Aspartate aminotransferase (AST) yang nama lainnnya adalah serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT) dan Alanine aminotransferase (ALT) yang bernama lain serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT). BERAPA ANGKA NORMAL SGOT/SGPT Berapa angka normal keduanya? Untuk AST(SGOT) normalnya berkisar antara 5-40 unit per liter serum (bagian cair dari darah) sedangkan ALT(SGPT) adalah 7-56 unit per liter serum. Apabila hasil tes darah anda menunjukan angka di atas itu, sudah jelas ada gangguan pada fungsi hati anda. FUNGSI DASAR HATI / LIVER Hati yang terletak di bawah tulang iga paling kanan, mempunyai fungsi vital untuk tubuh, beberapa diantaranya adalah : • Menetralkan racun dalam darah • Produksi faktor pembekuan penting dan protein penting lainnya • Metabolisme (pengolahan) obat-obatan dan nutrisi • Pengolahan produk limbah dari hemoglobin • Menyimpan vitamin, lemak, kolesterol, dan empedu • Memproduksi glukosa TES DARAH & GANGGUAN FUNGSI HATI Tes darah biasanya dilakukan untuk mengetahui kadar SGOT/SGPT dalam darah sehingga bisa diketahui apabila hati mengalami kerusakan. SGOT/SGPT adalah enzim yang diproduksi didalam hati. Dalam keadaan normal, enzim ini akan diam didalam sel hati, tetapi apabila karena suatu hal hati terluka, maka hati akan mengeluarkan enzim ini

ke dalam darah. Maka dari itu apabila kadar enzim ini di dalam darah berlebihan, sudah bisa dipastikan bahwa hasil tes darah anda akan menunjukn nilai SGOT/SGPT diatas ambang batas normal (40/56). CARA MENURUNKAN ANGKA SGOT/SGPT Dokter biasanya akan memberikan resep obat, yaitu HPPRO. Selain itu juga anda bisa mengkonsumsi madu setiap hari, atau jika tidak ada madu bisa diganti dengan air gula. Selain itu istirahat yang cukup juga akan membantu menurunkan angka SGOT/SGPT anda. SGOT dan SGPT merupakan enzim yang dapat ditemukan pada sel-sel hati. Karena itu jika terjadi kerusakan (nekrosis) sel-sel hati, seperti yang terjadi pada infeksi akut virus hepatitis, enzim-enzim tersebut keluar dari sel hati dan masuk ke dalam darah. Semakin banyak sel-sel hati yang rusak, semakin tinggi pula kadar SGOT/SGPT yang terukur di dalam darah. Secara laboratoris pemeriksaan enzim hati pada hepatitis akut didapati adanya peninggian SGOT dan SGPT sampai 20-50 kali normal dengan SGPT lebih tinggi SGOT daripada SGPT (SGOT/SGPT < 0,7). Sebagian besar orang dengan hepatitis B tidak memerlukan pengobatan yang khusus selain beristirahat dan mereka akan sembuh kembali. Apabila infeksi VHB bertahan lebih dari 6 bulan (infeksi hepatitis kronik), dapat diberikan obat antivirus yang disebut interferon alfa. Pengobatan ini bertujuan untuk mengurangi risiko terjadinya sirosis hati dan kanker hati. Sewaktu terjadi nekrosis sel-sel hati, konsentrasi kolesistokinin dan bombesin dalam darah meningkat tajam. Peningkatan hormon-hormon ini dapat menyebabkan rasa tidak enak pada lambung, mual dan muntah (dispepsia) dan berkurangnya nafsu makan yang menandai fase awal infeksi akut virus hepatitis. Untuk menanganinya, diberikan obatobat yang dapat mengurangi produksi asam lambungdari sel-sel parietal lambung seperti proton-pump inhibitor (contoh: Pariet), dan yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah yang ada seperti domperidon (contoh: Vosedon). Sedangkan ursodeoxycholic acid pada infeksi akut hepatitis digunakan untuk mengurangi kadar enzim yang meningkat dengan cara memfasilitasi aliran empedu melalui hati dan memproteksi sel-sel hati. PENYEBAB KERUSAKAN HATI



Tidur terlalu malam dan bangun terlalu siang adalah penyebab paling utama.  Tidak buang air di pagi hari.  Pola makan yang terlalu berlebihan.  Tidak makan pagi.  Terlalu banyak mengkonsumsi obat-obatan.  Terlalu banyak mengkonsumsi bahan pengawet, zat tambahan, zat pewarna, pemanis buatan.  Minyak goreng yang tidak sehat. Sedapat mungkin kurangi penggunaan minyak goreng saat menggoreng makanan, hal ini juga berlaku meski menggunakan minyak goreng terbaik sekalipun seperti olive oil. Jangan mengkonsumsi makanan yang digoreng bila kita dalam kondisi penat, kecuali dalam kondisi tubuh yang fit. 

Mengkonsumsi masakan mentah (sangat matang) juga menambah beban hati.

Sayur mayur dimakan mentah atau dimasak matang 3/ 5 bagian. Sayur yang digoreng harus dimakan habis saat itu juga, jangan disimpan. Kita harus melakukan pencegahan dengan tanpa mengeluarkan biaya tambahan. Cukup atur gaya hidup dan pola makanan sehari-hari. Perawatan dari pola makan dan kondisi waktu sangat diperlukan agar tubuh kita dapat melakukan penyerapan dan pembuangan zat-zat yang tidak berguna sesuai dengan jadwalnya. Sebab: Malam hari pk 9 - 11 : adalah pembuangan zat-zat tidak berguna/ beracun (detoxin) di bagian sistem antibodi (kelenjar getah bening). Selama durasi waktu ini seharusnya dilalui dengan suasana tenang atau mendengarkan musik. Bila saat itu seorang ibu rumah tangga masih dalam kondisi yang tidak santai seperti misalnya mencuci piring atau mengawasi anak belajar, hal ini dapat berdampak negatif bagi kesehatan.

Malam hari pk 11 - dini hari pk 1 : saat proses de-toxin di bagian hati, harus berlangsung dalam kondisi tidur pulas. Dini hari pk 1 - 3 : proses de-toxin di bagian empedu, juga berlangsung dalam kondisi tidur. Dini hari pk 3 - 5 : de-toxin di bagian paru-paru. Sebab itu akan terjadi batuk yang hebat bagi penderita batuk selama durasi waktu ini. Karena proses pembersihan (de-toxin) telah mencapai saluran pernafasan, maka tak Perlu minum obat batuk agar supaya tidak merintangi proses pembuangan kotoran. Pagi pk 5 - 7 : de-toxin di bagian usus besar, harus buang air di kamar kecil. Pagi pk 7 - 9 : waktu penyerapan gizi makanan bagi usus kecil, harus makan pagi. Bagi orang yang sakit sebaiknya makan lebih pagi yaitu sebelum pk 6:30. Makan pagi sebelum pk 7:30 sangat baik bagi mereka yang ingin menjaga kesehatannya. Bagi mereka yang tidak makan pagi harap merubah kebiasaannya ini, bahkan masih lebih baik terlambat makan pagi hingga pk 9-10 daripada tidak makan sama sekali. Tidur terlalu malam dan bangun terlalu siang akan mengacaukan proses pembuangan zat-zat tidak berguna. Selain itu, dari tengah malam hingga pukul 4 dini hari adalah waktu bagi sumsum tulang belakang untuk memproduksi darah.

http://prodia.co.id/kimia/gpt Deskripsi

: Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (GPT) atau Alanine Aminotransferase (ALT) merupakan suatu enzim yang banyak ditemukan dalam organ hati. Selain itu, dalam jumlah yang kecil juga ditemukan pada organ ginjal, jantung, dan sel otot. Pada kondisi normal, konsentrasi serum ALT dalam darah rendah. Namun, ketika terjadi kerusakan pada organ hati, ALT akan dilepaskan ke dalam aliran darah sebelum gejala kerusakan hati nampak seperti jaundice (mata dan kulit berwarna kuning). ALT lebih spesifik dari AST dalam mendeteksi adanya kerusakan hati. Jumlah sel hati yang mati tidak berkaitan dengan peningkatan konsentrasi serum ALT sehingga pada kerusakan hati yang parah, konsentrasi serum ALT bisa saja normal atau menurun.

Manfaat Pemeriksaan

: Konsentrasi serum GPT meningkat pada kondisi hepatitis B dan C kronik, steatosis dan NASH, hepatik fibrosis, sirosis, autoimun hepatitis, hemochromatosis, Wilson disease, defisiensi alpha-trypsin 1, serta penyalahgunaan alkohol dan obat. Pemeriksaan serum GPT dan GOT digunakan untuk skrining hepatitis A, B, dan C yang harus dikonfirmasi lagi dengan pemeriksaan serologis hepatitis A,B, dan C.

Persyaratan & Jenis Sampel

: 500 (250) uL serum, plasma heparin/EDTA

Stabilitas Sampel

: 3 hari pada 15-25 °C, 7 hari pada 2 €“8 °C, >7 hari pada €“70 °C

Persiapan Pasien

: -

Hari Kerja

: Setiap hari

Metode

: IFCC tanpa aktivasi piridoksal fosfat

Nilai Rujukan

: Laki-laki dewasa : < 50 U/L; perempuan dewasa : < 34 U/L

Tempat

: Semua cabang Prodia

Rujukan Catatan

: -

http://monicaayurossalya.blogspot.com/2012/03/biokimia-enzim.html

BIOKIMIA - ENZIM Apa itu enzim? enzim merupakan sekelompok protein yang mempunyai fungsi sebagai katalisator. Katalisator adalah senyawa yang mempercepat terjadinya reaksi. Ikut dalam reaksi tetapi tidak ikut bereaksi dan tidak merubah Keq (konstanta equivalen). Berikut ini adalah beberapa sifat enzim: 1. Enzim bisa menggumpal dalam suhu tinggi, mudah terpengaruh asam basa, sebagaimana sifat protein pada umumnya. 2. Enzim mudah rusak oleh suhu panas yang tinggi, biasanya pada suhu 50 derajat celcius. Enzim yang rusak tidak bisa berfungsi lagi. 3. Enzim dapat bekerja berulang-ulang. 4. Sebagian enzim bekerja di dalam sel (endoenzim) dan sebagian lagi bekerja di luar sel (ektoenzim). 5. Sebagian besar enzim bekerja dalam reaksi satu arah dan beberapa diantaranya dalam jumlah sedikit, bekerja dalam reaksi bolak-balik. 6. Satu jenis enzim hanya bisa mempengaruhi reaksi tertentu. 7. Untuk mengaktifasi dirinya, enzim memerlukan kofaktor. 8. Enzim bekerja dipengaruhi oleh suhu, pH, dan inhibitor atau penghambat enzim. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kerja enzim, yaitu : 1. Konsentrasi enzim

Pada suatu konsentrasi substrat tertentu, kecepatan reaksi bertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim. 2. Konsentarsi Substrat Hasil eksperimen menunjukkan bahwa dengan konsentrasi enzim yang tetap, maka pertambahan konsentrasi substrat akan menaikkan kecepatan reaksi. Akan tetapi pada batas konsentrasi tertentu, tidak terjadi kenaikan kecepatan reaksi walaupun konsentrasi substrat diperbesar. 3. Suhu Pada suhu rendah reaksi kimia berlangsung lambat, sedangkan pada suhu yang lebih tinggi reaksi berlangsung lebih cepat. Di samping itu, karena enzim adalah suatu protein, maka kenaikan suhu dapat menyebabkan terjadinya proses denaturasi, sehingga bagian aktif enzim akan terganggu dan dengan demikian konsentrasi efektif enzim menjadi berkurang dan kecepatan reaksinya pun menurun. Kenaikan suhu sebelum terjadinya proses denaturasi dapat menaikkan kecepatan reaksi. Namun kenaikan suhu pada saat terjadinya denaturasi akan mengurangi kecepatan reaksi. Oleh karena ada dua pengaruh yang berlawanan, maka akan terjadi suatu titik optimum, yaitu suhu yang paling tepat bagi suatu proses reaksi yang menggunakan enzim tersebut. 4. Pengaruh pH Struktur ion enzim tergantung pada pH lingkungan. Enzim dapat berbentuk ion positif, ion negative atau ion bermuatan ganda (zwitter ion). Dengan demikian perubahan pH lingkungan akan berpengaruh terhadap efektifitas bagian aktif enzim dalam membentuk kompleks enzim substrat. Tinggi rendahnya pH juga dapat menyebabkan denaturasi yang dapat menurunkan aktifitas enzim, sehingga diperlukan suatu pH optimum yang dapat menyebabkan kecepatan reaksi enzim yang paling tinggi. 5. Pengaruh Inhibitor Molekul atau ion yang dapat menghambat reaksi pembentukan kompleks enzim-substrat disebut inhibitor. Peningkatan reaksi kimia dipengaruhi oleh peningkatan suhu (misalnya: kopi ditambah gula dikasih air panas kopi dan gula akan larut tetapi jika dikasih air dingin maka kopi dan gula tidak larut. Mengapa? karena dengan peningkatan suhu yang berubah adalah energi kinetik/ energi gerak). Peningkatan reaksi kimia juga dipengaruhi oleh katalisator yang merubah energi aktivasi tetapi tidak merubah ∆G. Kekhususan enzim ada 2, yaitu absolut (spesifik) dan relatif. Absolut atau spesifik yaitu 1 enzim yang hanya bisa mereaksikan 1 substrat, contohnya enzim glukokinase yang hanya untuk substrat glukosa. Relatif yaitu 1 enzim yang bisa mereaksikan beberapa substrat, contohnya enzim hexokinase yang bisa mereaksikan glukosa dan fruktosa. Kekhususan tergantung sifat ikatan enzim dengan substrat, sifat gugus katalitik, kofaktor organik, ion logam, bentuk komplementer, muatan listrik, sifat hidrofilik/ hidrofobik dari enzim maupun substrat.

Salah satu ciri khas enzim adalah cara bekerjanya secara spesifik. A r t i n ya , enzim hanya dapat bekerja pada substrat tertentu. Bagaimana cara kerja enzim? Ada dua teori yang menjelaskan tentang cara kerja enzim sebagai berikut: 1. Lock and Key Theory (Model Gembok dan Kunci) Dikemukakan oleh Fischer (1898). Enzim diumpamakan sebagai gembok yang mempunyai bagian kecil yang dapat mengikat substrat (ibaratnya lubang pada gembok tempat memasukkan kunci). Bagian enzim yang dapat berikatan dengan substrat disebut sisi aktif. Substrat diumpamakan kunci yang dapat berikatan dengan sisi aktif enzim. 2. Induced Fit Theory (Teori Ketepatan Induksi) Sisi aktif enzim bersifat fleksibel sehingga dapat berubah bentuk menyesuaikan bentuk substrat. Dari kedua teori tersebut, yang paling benar tentang cara kerja enzim adalah teorikedua, Induced Fit Theory, di mana enzim tersebut bersifat fleksibel dan dapat berubah sesuai bentuk substrat atau menyesuaikan dengan bentuk substrat. Nomenklatur yang mula-mula digunakan sangat sederhana, yaitu dengan mencantumkan akhiran -ase pada nama substrat dimana enzim itu bekerja. Misalnya proteinase yaitu enzim yang bekerja pada protein, lipase yang bekerja pada lipid, dsb. Ada pula yang mencantumkan akhiran -ase pada jenis reaksinya, misal oksidase yaitu enzim yang bereaksi secara oksidasi, reduktase yaitu enzim yang bereaksi secara reduksi. Namun kesemuanya masih memberikan kesimpangsiuran atau kurang tepatnya nomenklatur enzim, sehingga IUB (International Union of Biochemistry) menganut satu aturan kode dengan cara membagi enzim ke dalam enam kelas, yaitu: 1. Oksidoreduktase: enzim yang mengkatalisis reaksi oksidasi-reduksi antara dua substrat. Stered + S’teroks Steroks + S’tered 2. Transferase: mentransfer substrat untuk pemindahan gugus (selain H) antara sepasang substrat. S—G + S’ S’—G + S 3. Hidrolase: enzim pemotong secara hidrolisis. Mengkatalisis pemecahan hidrolitik dari C—C, C—N, C—O, P—O 4. Liase: enzim pemotong tetapi tidak dengan cara hidrolisis. Ciri lain yaitu menghasilkan senyawa ikatan rangkap. 5. Isomerase: mengkatalisis perubahan struktural atau geometrik karena senyawanya bentuknya 3 dimensi. 6. Ligase: mengikat 2 substrat dengan menggunakan energi. Suatu enzim untuk mengkatalisis suatu reaksi bisa meminta bantuan oleh senyawasenyawa di luar enzim. Telah dijelaskan bahwa ada aktivator enzim dan inhibitor enzim. Contoh aktivator yang pertama adalah prosthetic group. Prosthetic group ini pada suatu senyawa punya ikatan erat dan stabil dalam enzim. Jadi ketika enzim itu dibuat atau diproduksi di pabriknya prosthetic grup ini sudah melekat, jadi udah termasuk komponen. Dan prosthetic group sudah harus ada. Prosthetic group terdiri dari vitamin B komplek yaitu B6, B1, ion-ion logam (ex: magnesium). Jika prosthetic group tersusun dari ion logam maka enzimnya disebut

-

sebagaimetallo enzim. Lalu apa bedanya dgn kofaktor apa? Kofaktor juga berupa ion-ion logam (metal activated enzime)? Bedanya yaitu ketika enzim itu di produksi atau dibuat, kofaktornya tidak ikut. Kofaktor dipanggil saat mulai mengkatalisis suatu reaksi atau istilahnya hanya dipanggil saat diperlukan saja. Oleh karena itu disebut metal activated enzime. KOFAKTOR Ikatan bersifat sementara, tdk sekuat prostetic group Bisa berikatan dg enzim atau substrat (ATP) Terbanyak berupa ion-ion logam (“metal-activated enzyme”) Contoh aktifator kedua adalah koenzim. Koenzim ini tidak aktif pd reaksi, tetapi aktif pada proses distribusi. Fungsinya untuk mempercepat distribusi atau sebagai transport/ kendaraan, example: distribusi substrat, distribusi produk, dsb. Koenzim ini juga terdiri dari vitamin B terdiri dari vitamin B6, B1, biotin, dsb. Beberapa koenzim mempunyai struktur yang mirip dengan vitamin bahkan menjadi bagian dari molekul vitamin tersebut. Hubungan antara vitamin dengan koenzim tamapak pada contoh berikut : 1. Niasin, merupakan nama vitamin yang berupa molekul nikotinamida atau asam nikotinat. Molekul nikotinamida terdapat sebagai bagian dari molekul NAD+, NADP+. Kekurangan niasin akan mengakibatkan pellagra pada manusia. 2. Molekul riboflavin atau vitamin B2 terdiri atas D ribitol yang terikat pada cincin issoaloksazon yang tersubstitusi. Vitamin ini dikenal sebagai faktor pertumbuhan. Molekul riboflavin merupakan bagian dari molekul FAD. 3. Asam lipoat adalah suatu vitamin yang juga merupakan faktor pertumbuhan dan terdapat dalam hati. Asam ini terdapat dalam dua bentuk teroksidasi dan tereduksi, berfungsi sebagai kofaktor pada enzim piruvat dehidrogenase dan ketoglutarat dehidrogenase, berperan dalam reaksi pemisahan gugus asil. 4. Biotin adalah vitamin yang terdapat dalam hati dan berikatan dengan suatu protein. Biotin berfungsi sebagai koenzim dalam reaksi karboksilasi. 5. Tiamin atau vitamin B1 umumnya terdapat dalam keadaan bebas dalam beras atau gandum. Kekurangan vitamin B1 akan mengakibatkan penyakit beri-beri. Koenzim yang berasal dari vitamin B1 ialah tiaminifosfat (TPP) dan berperan dalam reaksi yang menggunakan enzim alpa keto dekarboksilase, asam alpa keto oksidase, transketolase dan fosfo ketolase. 6. Vitamin B6 terdiri dari tiga senyawa yaitu piridoksal, piridoksin dan piridoksamin. Kekurangan vitamin B6 dapat mengakibatkan dermatitis (penyakit kulit) dan gangguan pada sistem saraf pusat. Koenzim dari vitamin B6 ialah piridoksalfosfat dan piridoksaminofosfat. 7. Asam folat dan derivatnya terdapat banyak dalam alam. Bakteri dalam usus memproduksi asam fosfat dalam jumlah kecil. Koenzim yang berasal dari vitamin ini ialah asam tetrahidrofosfat (FH4). Peranan FH4 ialah sebagai pembawa unit senyawa satu atom karbon yang berguna dalam biosintesis purin, serin dan glisin.

 

8. Vitamin B12 sebagaimana diisolasi dari hati adalah sianokobalamina. Fungsi vitamin B12 adalah bekerja pada beberapa reaksi anatara lain reaksi pemecahan ikatan C-C, ikatan CO, dan ikatan C-N dengan enzim mutase dan dehidrase. 9. Asam pantotenat terdapat dalam alam sebagai komponen dalam molekul koenzim A. vitamin ini diperlukan oleh tubuh sebagai faktor pertumbuhan. Koenzim A berperan penting sebagai pembawa gugus asetil, khususnya dalam biosintesis asam lemak. Di samping koenzim yang mempunyai hubungan struktural dengan vitamin, ada pula koenzim yang tidak berhubungan dnegan vitamin, yaitu adenosine trifosfat atau ATP. Koenzim ini termasuk golongan senyawa berenergi tinggi. ATP berfungsi sebagai koenzim yang memindahkan gugus fosfat. Bila ATP melepaskan 1 gugus fosfat, maka ATP akan berubah menjadi adenosine difosfat (ADP) juga energi yang digunakan untuk reaksi lain. ATP bersama dengan enzim kinase, misalnya heksokinase dan piruvat kinase berperan dalam metabolisme karbohidrat. Berikutnya isozim, isozim ini adalah enzim mengkatalisis reaksi yg sama tetapi punya sifak fisik, kimia, imunologi yg berbeda, misalnya manusia punya enzim laktat dehidrogenase tetapi habis lalu dari insect di isomerkan pd tubuh manusia bisa menyebabkan alergi/ proses imunologis. Enzim yang mempunyai fungsi diagnostik klinik dibagi menjadi dua yaitu enzim plasma fungsional dan enzim plasma non fungsional. a. Enzim plasma fungsional Tempat kerjanya dalam darah. Contohnya LPL (Lipo Protein Lipase), cholinesterase, proenzim, hemostasis. Umumnya disintesis dalam hati; konsentrasi darah, sama atau sudah lebih tinggi dari jaringan. Ex : lipoprotein lipase, pseudokolin esterase pro Enzim pembekuan dan pemecahan darah. b. Enzim plasma non fungsional Tempat kerjanya tidak dalam darah. Contohnya: AST = SGOT, ALT = SGPT, amilase, lipase, γ-Glutamil transpeptidase, laktat dehidrogenase, acid fosfatase, alkali fosfatase. Kadarnya jauh lebih rendah dari jaringan sehingga dapat membantu diagnostik dan prognostik klinik yang berharga. PENINGKATAN REAKSI KIMIA: Peningkatan suhu  energi kinetik meningkat Katalisator: - energi aktivasi turun - tdk merubah δG Kinetika enzim berguna untuk mengukur kadar enzim, tetapi ini sulit untuk diukur karena jumlah E yang sangat kecil. Cara mengukurnya dengan membandingkan E yang belom diketahui dengan E yang sudah diketahui. Konstanta kecepatan reaksi adalah Km. Jika Km kecil lebih mudah bereaksi, ini disebut dengan afinitas. Oleh karena itu jika Km kecil afinitasnya besar. Kecepatan reaksi yang dikatalisis enzim dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu: a. pH

Ketika aktivitas enzim diukur pada berbagai nilai pH, aktivitas enzim optimal dilihat antara pH 5 dan 9. Jadi jangan terlalu asam dan jangan terlalu basa. pH dapat mempengaruhi aktivitas dengan mengubah struktur atau dengan mengubah muatan residu fungsional pada pengikatan substrat atau katalisis. Kalau pH terlalu asam/ katalis akan mengalami perbuahan konformasi dan mengakibatkan active site berubah-ubah. b. Suhu Peningkatan suhu akan meningkatkan kecepatan reaksi yang dikatalisis enzim. Enzim dari manusia yang mempertahankan suhu tubuh pada 37oC, umumnya memperlihatkan stabilitas hingga suhu setinggi 45-55oC. Diatas suhu optimum akan menyababkan denaturasi. Dibawah suhu optimum, reaksi akan meningkat karena kenaikan energi kinetik molekulmolekul yang bereaksi. Suhu optimum berubah-ubah tergantung waktu (t1 & t2). Stabilitas enzim terhadap suhu dipengaruhi oleh pH, kekuatan ionik medium, ada tidaknya ligan. Kecepatan awal suatu reaksi yang dikatalisis enzim selalu sebanding dengan konsentrasi enzim. Karena kadar S, E, suhu, dll hanya dapat diketahui pada awal reaksi. Pengaruh inhibitor dilihat dari sifat ikatan dibagi menjadi dua yaitu, inhibitor reversibel dan irreversibel. Inhibitor reversibel bisa saling lepas, sedangkan inhibitor irreversibel jika mengikat dengan enzim tidak bisa lepas lagi. Berdasarkan sifat kinetik dibagi menjadi dua yaitu, inhibitor kompetitif dan inhibitor non kompetitif. Efek inhibitor kompetitif akan hilang bila substrat ditingkatkan. Efek inhibitor non kompetitif tidak hilang bila substrat ditingkatkan. a. Inhibitor kompetitif Menghambat kerja enzim dengan menempati sisi aktif enzim. Inhibitor ini besaing dengan substrat untuk berikatan dengan sisi aktif enzim. Pengambatan bersifat reversibel (dapat kembali seperti semula) dan dapat dihilangkan dengan menambah konsentrasi substrat. Inhibitor kompetitif misalnya malonat dan oksalosuksinat, yang bersaing dengan substrat untuk berikatan dengan enzim suksinat dehidrogenase, yaitu enzim yang bekerja pada substrat oseli suksinat. b. Inhibitor nonkompetitif Inhibitor ini biasanya berupa senyawa kimia yang tidak mirip dengan substrat dan berikatan pada sisi selain sisi aktif enzim. Ikatan ini menyebabkan perubahan bentuk enzim sehingga sisi aktif enzim tidak sesuai lagi dengan substratnya. Contohnya antibiotik penisilin menghambat kerja enzim penyusun dinding sel bakteri. Inhibitor ini bersifat reversible tetapi tidak dapat dihilangkan dengan menambahkan konsentrasi substrat. Inhibitor Reversibel → Kompetitif ↘ Non Kompetitif

• • •

Inhibitor Irreversibel→Non Kompetitif 1. Inhibitor Kompetitif Efek Inhibitor hilang bila [S] ditingkatkan Selalu Reversibel Hanya dpt berikatan dg E saja atau S saja, tdk dg ES Ki : Konst. Disosiasi Kompleks EI

• • • •

• • • • •

INHIBITOR KOMPETITIF MERUBAH (↑↑) Km TAPI TIDAK MERUBAH HARGA Vmax Efek Inhibitor selain tergantung [I] juga tergantung Ki Bila jumlah [S] diperbesar  ~ JADI, EFEK INHIBITOR DAPAT DIHILANGKAN DENGAN MENINGKATKAN JUMLAH [S] 2. Inhibitor Non Kompetitif Efek Inhibitor tidak hilang bila [S] ditingkatkan INHIBITOR NON KOMPETITIF REVERSIBEL Dapat berikatan dengan E maupun ES Berikatan dengan E pada tempat berbeda dg S Struktur tidak mirip S INHIBITOR NON KOMPETITIF REVERSIBEL TIDAK MERUBAH KM, TAPI MERUBAH/MENURUNKAN Vmax Karena Vmax = K3 [Et], maka Inhibitor Non Kompetitif Reversibel seakan-akan menurunkan [E] yang aktif.

INHIBITOR NON KOMPETITIF IRREVERSIBEL • Merubah konformasi seluruh enzim (Hg, Ag, Ba), atau merubah konfigurasi ―active site” (derivat fosfofluoridat), sehingga enzim menjadi inaktif. • Sulit dibedakan dengan Inhibitor non Kompetitif Reversibel. • Menurunkan harga Vmax, tetapi tidak merubah harga Km. Note: 1. Inhibitor kompetitif : Vmax tetap, Km berubah. 2. Inhibitor non kompetitif reversibel : Vmax berubah/ turun, Km tetap. 3. Inhibitor non kompetitif irreversibel : Vmax turun, Km tetap. Enzim Allosterik: a) Tidak mengikuti kinetika Michaelis-Menten. b) Umumnya oligometrik (lebih dari 2 sub-unit) c) Menunjukkan kooperativitas, dapat mengikat lebih dari 1 molekul S. d) Memiliki tempat pengikatan allosterik (A/I) selain tempat pengikatan S. e) Tidak semua Enzim Oligomerik adalah Allosterik (laktat dehidrogenase). f) Beberapa Enzim punya sub-unit Katalitik dan sub-unit Regulatorik. g) Enzim Allosterik  Multi Ligan (S, I, Aktivator dll.) h) Kooperativitas: pengikatan 1 Substrat mempermudah pengikatan Substrat berikutnya.  Enzim Allosterik punya tempat ikatan dg substrat (active-site) dan tempat ikatan Allosterik.  Pengikatan pada tempat Allosterik  perubahan konformasi tempat ikatan S (tempat ikatan isosterik)  laju reaksi akan naik/turun (aktivasi/inhibisi).  Pengaruh tersebut dpt tertuju pd pengikatan S (thd K), pd proses katalisis (thd Vmax) atau thd keduanya.  Allosterik hanya dpt mengikat senyawa dengan konfigurasi yang cocok (kekhususan sterik).

Laju reaksi enzimatik Pengendalian: a. Pengendalian sintesis/degradasi enzim b. Pengendalian aktivitas katalitik enzim Pengendalian Sintesis Enzim Berjalan secara genetis, pada Prokariota 1. Represi: a. typhimurium: - penambahan His akan menurunkan enzim biosintesis His. - penambahan Leu akan menurunkan enzim biosintesis Leu. - represi umpan balik produk. b. E. coli yg tumbuh pd sumber C selain glukosa (X)  glukosa  menekan enzim katabolisme X  represi katabolit 2. Induksi: - E. coli + laktosa  mula-mula tdk bisa berbiak krn enzim (-). Tapi kmudian E. coli dpt memproduksi enzim pemecah laktosa. - Laktosa = induktor Enzim = enzim induksibel (―inducible enzyme‖) Enzim konstitutif  selalu ada dlm setiap keadaan. Pengendalian Degradasi Enzim • Pada eukariota • Enzim adalah protein  dpt dihidrolisis oleh enzim proteolitik • Triptofan oksigenase meningkat bila triptofan meningkat peningkatan jumlah enzim karena degradasi enzim menurun Aplikasi Enzim: • Enzim memiliki aplikasi industri dan medis yang berharga. • Ragi, anggur, adonan asam roti, pembekuan keju dan pembuatan bir. • Kegunaan enzim dalam medicine diantaranya membunuh mikroorganisme yang menyebabkan penyakit, meningkatkan penyembuhan luka dan mendiagnosa penyakit tertentu. Saya tertarik untuk mengembangkan materi tentang enzim SGOT dan SGPT. Karena dalam klinisnya di rumah sakit nantinya kita akan banyak menemukan kasus-kasus yang berkaitan dengan enzim-enzim tersebut. Contohnya saja kasus dengan pasien yang menderita hepatitis akut nantinya akan diperiksa kadar SGOT/ SGPTnya. SGOT singkatan dari Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase, Sebuah enzim yang biasanya hadir dalam dan jantung sel-sel hati. SGOT dilepaskan ke dalam darah ketika hati atau jantung rusak. Tingkat darah SGOT ini adalah demikian tinggi dengan kerusakan hati (misalnya,dari hepatitis virus ) atau dengan penghinaan terhadap jantung (misalnya, dari serangan jantung). Beberapa obat juga dapat meningkatkan kadar SGOT. SGOT juga disebut aspartateaminotransferase (AST).

Sedangkan SGPT adalah singkatan dari Serum Glutamic Piruvic Transaminase, SGPTatau juga dinamakan ALT (alanin aminotransferase) merupakan enzim yang banyak ditemukanpada sel hati serta efektif untuk mendiagnosis destruksi hepatoseluler. Enzim ini dalam jumlah yang kecil dijumpai pada otot jantung, ginjal dan otot rangka. Pada umumnya nilai tes SGPT/ ALT lebih tinggi daripada SGOT/ AST pada kerusakan parenkim hati akut, sedangkan pada proses kronis didapat sebaliknya. SGPT/ALT serum umumnya diperiksa secara fotometri atau spektrofotometri, secarasemi otomatis atau otomatis. Nilai rujukan untuk SGPT/ALT adalah : Laki-laki : 0 – 50 U/L Perempuan : 0 – 35 U/L Dalam uji SGOT dan SGPT, hati dapat dikatakan rusak bila jumlah enzim tersebutdalam plasma lebih besar dari kadar normalnya.Kondisi yang meningkatkan kadar SGPT/ALT adalah :  Peningkatan SGOT/SGPT > 20 kali normal : hepatitis viral akut, nekrosis hati (toksisitasobat atau kimia) 

Peningkatan 3-10 kali normal : infeksi mononuklear, hepatitis kronis aktif, sumbatan empedu ekstra hepatik, sindrom Reye, dan infark miokard (SGOT>SGPT) 

Peningkatan 1-3 kali normal : pankreatitis, perlemakan hati, sirosis Laennec, sirosisbiliaris Untuk masyarakat Oleh karena kontrol aktivitas enzim yang ketat diperlukan untuk menjaga homeostasis, malfungsi (mutasi, kelebihan produksi, kekurangan produksi ataupun delesi) enzim tunggal yang penting dapat menyebabkan penyakit genetik. Pentingnya enzim ditunjukkan oleh fakta bahwa penyakit- penyakit mematikan dapat disebabkan oleh hanya malfungsi satu enzim dari ribuan enzim yang ada dalam tubuh kita. Salah satu contohnya adalah fenilketonuria. Mutasi asam amino tunggal pada enzim fenilalanin hidrolase yang mengkatalisis langkah pertama degradasi fenilalanin mengakibatkan penumpukkan fenilalanin dan senyawa terkait. Hal ini dapat menyebabkan keterbelakangan mental jika ia tidak diobati. Contoh lainnya adalah mutasi silsilah nutfah ( germline mutation) pada gen yangmengkode enzim reparasi DNA. Ia dapat menyebabkan sindroma penyakit kanker keturunan seperti xeroderma pigmentosum. Kerusakan pada enzim ini dapat menyebabkan kanker karena kemampuan tubuh memperbaiki mutasi pada genom menjadi berkurang. Hal ini menyebabkan akumulasi mutasi dan mengakibatkan berkembangnya berbagai jenis kanker pada penderita. Jadi sebagai seorang dokter nantinya kita harus paham betul mengenai enzim-enzim beserta peranannya agar nantinya kita bisa memberi edukasi ke masyarakat tentang pentingnya enzim itu sendiri. kesimpulan: Aplikasi enzim di klinis.

Hati (liver) merupakan salah satu organ penting dalam tubuh manusia. Didalam hati terjadi proses-proses penting bagi kehidupan kita yaitu proses penyimpanan energi, pembentukan protein dan asam empedu, pengaturan metabolisme kolesterol, dan penetralan racun/ obat yang masuk dalam tubuh kita. Sehingga dapat dibayangkan akibat yang akan timbul apabila terjadi kerusakan pada liver. Kerusakan sel hati preikterik dapat dideteksi dari peningkatan transaminase plasma.

http://nonasandha.blogspot.com/2012/04/pemeriksaan-sgpt.html

pemeriksaan sgpt 18.42 |

SGPT adalah singkatan dari Serum Glutamic Piruvic Transaminase, SGPTatau juga dinamakan ALT (alanin aminotransferase) merupakan enzim yang banyak ditemukanpada sel hati serta efektif untuk mendiagnosis destruksi hepatoseluler. Enzim ini dalam jumlahyang kecil dijumpai pada otot jantung, ginjal dan otot rangka. Pada umumnya nilai tesSGPT/ALT lebih tinggi daripada SGOT/AST pada kerusakan parenkim hati akut, sedangkanpada proses kronis didapat sebaliknya.

SGPTatau juga dinamakan ALT (alanin aminotransferase) merupakan enzim yang banyak ditemukan pada sel hati serta efektif untuk mendiagnosis destruksi hepatoseluler. Enzim ini dalam jumlahyang kecil dijumpai pada otot jantung, ginjal dan otot rangka. Pada umumnya nilai tesSGPT/ALT lebih tinggi daripada SGOT/AST pada kerusakan parenkim hati akut, sedangkan pada proses kronis didapat sebaliknya.SGPT/ALT serum umumnya diperiksa secara fotometri atau spektrofotometri, secarasemi otomatis atau otomatis. Nilai rujukan untuk SGPT/ALT adalah :Laki-laki : 0 - 50 U/LPerempuan : 0 - 35 U/LDalam uji SGOT dan SGPT, hati dapat dikatakan rusak bila jumlah enzim tersebutdalam plasma lebih besar dari kadar normalnya.Kondisi yang meningkatkan kadar SGPT/ALT adalah :

Peningkatan SGOT/SGPT > 20 kali normal : hepatitis viral akut, nekrosis hati (toksisitasobat atau kimia) Peningkatan 3-10 kali normal : infeksi mononuklear, hepatitis kronis aktif, sumbatanempedu ekstra hepatik, sindrom Reye, dan infark miokard (SGOT>SGPT) Peningkatan 1-3 kali normal : pankreatitis, perlemakan hati, sirosis Laennec, sirosis biliari

Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :

Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat menurunkan kadar

Trauma pada proses pengambilan sampel akibat tidak sekali tusuk kena dapatmeningkatkan kadar hemolisis sampel

Obat-obatan dapat meningkatkan kadar : antibiotik (klindamisin, karbenisilin,eritromisin, gentamisin, linkomisin, mitramisin, spektinomisin, tetrasiklin), narkotika(meperidin/demerol, morfin, kodein), antihipertensi (metildopa, guanetidin), preparatdigitalis, indometasin (Indosin), salisilat, rifampin, flurazepam (Dalmane), propanolol(Inderal), kontrasepsi oral (progestin-estrogen), lead, heparin.

Aspirin dapat meningkatkan atau menurunkan kadar

http://www.scribd.com/doc/45984935/Pemeriksaan-SGPT http://nillaaprianinaim.wordpress.com/2011/09/28/pemeriksaan-sgpt-dan-sgot/

http://karimaesesaselatan.blogspot.com/2013/01/pemeriksaan-enzim-sgptalat.html

Pemeriksaan Enzim SGPT/Alat Pemeriksaan Enzim SGPT/Alat I. II.

III.

Metode Kinetik – IFCC Tujuan Mengetahui cara pemeriksaan SGPT dan mengetahui aktivitas SGPT dalam serum yang diperiksa. Prinsip reaksi L – alanin + 2-Oxoglutarat

IV.

V. 1. 2. 3. 4. VI. VII. 1.   

L- Glutamate + Pyurufate

Pyurufate+NADH+H D- Laktate = NAD Dasar teori SGPT atau juga dinamakan ALT (alanin aminotransferase) merupakan enzim yang banyak ditemukan pada sel hati serta efektif unruk mendiagnosis destruksi hepatoseluler. Enzim ini dalam jumlah yang kecil dijumpai pada otot jantung, ginjal dan otot rangka. Pada umumnya nilai tes SGPT/ALT lebih tinggi daripada SGOT/AST pada kerusakan parenkim hati akut, sedangkan pada proses kronis di dapat sebaliknya. SGPT/ALT serum umunya diperiksa secara fotometri atau spektrofotometri, secara semi otomatis dan otomatis. Peralatan Kuvet Cllinipet 100µl , 1000 µl Tip kuning dan tip biru Spektrofotometer Bahan Serum Reagensia Reagen 1 : THS pH 7,15 140 mmol/L L-alanine 700mmol/L LDH (Lactate dehydrogenase) ≥2300 U/L

2. Reagen 2  NADH 1 mmol  2-oxoglutarat 85 mmol Dari ragen 1 dan 2 dibuat monoreagen dengan perbandingan 4 bagian reagen 1 ditambah 1 bagian reagen 2. VIII. Cara kerja - Masukkan ke dalam tabung reaksi

Reagen

Blanko

Pemeriksaan

-

1000µl

Serum IX.

100 µl

Campur dibaca dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 340 nm dengan faktor 1745. Pembacaan dilakukan pada menit 1, 2 , dan 3 Catat hasil pemeriksaan dalam buku. Hasil dan perhitungan Menit absorban sampel 1,005 0,989 0,969 Perhitungan menit =

X.

-

=

=0,026

Aktivitas enzim SGPT = menit ×faktor = 0,026 × 3235 =84 U/L Kesimpulan Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa praktikan dapat mengetahui cara pemeriksaan aktivitas enzim SGPT/ALT dan hasil pemeriksaan serum adalah 84 U/L

http://nillaaprianinaim.wordpress.com/2011/09/28/pemeriksaan-sgpt-dan-sgot/

Pemeriksaan SGPT dan SGOT Posted: 28/09/2011 in kimia klinik

0 Tujuan:

Memperlihatkan dan memahami konsep aktivitas spesifik enzim Glutamat Piruvat Transaminase (GPT) dan GlutamateOksaloasetat Transaminase (GOT)

Teori singkat

SGOT singkatan dari Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase, Sebuah enzim yangbiasanya hadir dalam dan jantung selsel hati. SGOT dilepaskan ke dalam darah ketika hati ataujantung rusak. Tingkat darah SGOT ini adalah demikian tinggi dengan kerusakan hati (misalnya,dari hepatitis virus ) atau dengan penghinaan terhadap jantung (misalnya, dari serangan jantung).Beberapa obat juga dapat meningkatkan kadar SGOT. SGOT juga disebut aspartateaminotransferase (AST).

Sedangkan SGPT adalah singkatan dari Serum Glutamic Piruvic Transaminase, SGPTatau juga dinamakan ALT (alanin aminotransferase) merupakan enzim yang banyak ditemukanpada sel hati serta efektif untuk mendiagnosis destruksi hepatoseluler. Enzim ini dalam jumlahyang kecil dijumpai pada otot jantung, ginjal dan otot rangka. Pada umumnya nilai tesSGPT/ALT lebih tinggi daripada SGOT/AST pada kerusakan parenkim hati akut, sedangkanpada proses kronis didapat sebaliknya.

SGPT/ALT serum umumnya diperiksa secara fotometri atau spektrofotometri, secarasemi otomatis atau otomatis. Nilai rujukan untuk SGPT/ALT adalah :

Laki-laki : 0 – 50 U/L

Perempuan : 0 – 35 U/L

Dalam uji SGOT dan SGPT, hati dapat dikatakan rusak bila jumlah enzim tersebutdalam plasma lebih besar dari kadar normalnya.Kondisi yang meningkatkan kadar SGPT/ALT adalah :



Peningkatan SGOT/SGPT > 20 kali normal : hepatitis viral akut, nekrosis hati (toksisitasobat atau kimia)



Peningkatan 3-10 kali normal : infeksi mononuklear, hepatitis kronis aktif, sumbatanempedu ekstra hepatik, sindrom Reye, dan infark miokard (SGOT>SGPT)



Peningkatan 1-3 kali normal : pankreatitis, perlemakan hati, sirosis Laennec, sirosisbiliaris

Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :



Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat menurunkan kadar



Trauma pada proses pengambilan sampel akibat tidak sekali tusuk kena dapatmeningkatkan kadar



Hemolisis sampel



Obat-obatan dapat meningkatkan kadar : antibiotik (klindamisin, karbenisilin,eritromisin, gentamisin, linkomisin, mitramisin, spektinomisin, tetrasiklin), narkotika(meperidin/demerol, morfin, kodein), antihipertensi (metildopa, guanetidin), preparatdigitalis, indometasin (Indosin), salisilat, rifampin, flurazepam (Dalmane), propanolol(Inderal), kontrasepsi oral (progestin-estrogen), lead, heparin.



Aspirin dapat meningkatkan atau menurunkan kadar

Alat:



Spekrtrofotometer



Tabung reasi + rak



Jarum suntik



Alcohol pads



Mikropipet



Tipp

Bahan:



Plasma darah (hindarkan hemolisis)



Reagen 1 (R1/reagen enzim):-.

o

Tris Buffer pH7,5 100 mmol/L

o

L-Alanin 500 mmol/L-. LDH 1200 U/L

o

Reagen 2 (R2/reagen pemulai): -.



2-oxoketoglutarat 15 mmol/L-. NADH0,18 mmol/L

Cara kerja:

1.

Lakukan pengambilan darah sebanyak 3ml (hindari hemolisis), masukkan kedalamtabung vacutest kemudian disentrifugasi untuk mendapatkan plasmanya

2.

Hangatkan reagen dan cuvet pada temperature yang diinginkan dan temperature haruskonstan (±0,5ÛC)

3. lalu diinkubasi selama 5 menit padatemperatur 37ÛC 4.

Tambahkan reagen 2, masing-masing sebanyak 250

5.

Campurkan reagen dengan sampel, baca absorbansi pada panjang gelombang 365nm,setelah 1 menit dan pada saat yang sama, hitung waktu dengan stopwatch

6.

Baca lagi absorbansi dengan pasti setelah 1 menit, 2 menit dan 3 menit

http://drdjebrut.wordpress.com/2011/12/29/pemeriksaan-sgot-dan-sgpt/

Pemeriksaan SGOT dan SGPT Posted on Desember 29, 2011 by drdjebrut

SGOT (serum glutamic-oxaloacetic transaminase) atau disebut juga AST (aspartate transferase) dapat ditemukan di jantung, hati, otot rangka, otak, ginjal, dan sel darah merah. Peningkatan SGOT dapat meningkat pada penyakit hati, infark miokard, pankreatitis akut, anemia hemolitik, penyakit ginjal akut, penyakit otot, dan cedera. Sedangkan SGPT (serum glutamic-pyruvic

transaminase) atau disebut juga dengan ALT (alanine transferase)terutama ditemukan di hati, dan sedikit di

ginjal, jantung, dan otot rangka. Penyakit pada jaringan hati menyebabkan ensim ini keluar ke dalam darah, sehinga kadarnya meningkat. Jadi SGPT lebih sensitif dan spesifik pada jaringan hati daripada SGOT. Secara umum, peningkatan SGPT disebabkan oleh penyakit hati. Pada penyakit hati selain dari virus, rasio SGPT/SGOT (DeRitis ratio) 1. Kedua ensim tersebut bisa meningkat tanpa adanya penyakit yang mendasari, seperti latihan atau olahraga yang berlebihan, sebelumnya dilakukan suntikan intramuskuler, dan pemberian obat-obatan. Kadar normal SGOT: 4-35 unit/L; SGPT: 4-36 unit/L (bervariasi tergantung laboratorium yang memeriksa)

http://www.labsaya.com/2013/04/pemeriksaan-sgot-metode-uv.html PRAKTIKUM 5

1. 2. 3.

PEMERIKSAAN SGOT (ASAT) Hari / tanggal : Merode : Kinetik UV Prinsip : GOT 2- Oxoglutarate + L-aspartate -----> L-glutamate + Oxaloacetate dcccc MDH Oxaloacetate + NADH + H2

----->

L Malate + NAD+

Oksaloasetetat yang dihasilkan sebanding dengan oksidasi dari NADH menjadi NAD. Reaksi tersebut menggambarkan aktifitas AST dan diukur secara fotometrik 4.

Dasar Teori

:

Glutamic Oxal acetic Transaminase (GOT) ialah suatu enzim yang mempengaruhi suatu reaksi pemindahan suatu gugus α amino keasam keton. Enzim ini terdapat dalam kadar yang tinggi dalam sel-sel hepar, jantung dan otot. Suatu kerusakan pada sel-sel ini akan menyebabkan kenaikan kadar enzim didalam serum. Dikatakan juga kadar enzim didalam serum. Dikatakan juga kadar enzim ini meningkat pada suatu Acute Hepatocelluler Damage.

5.

Cara Kerja

:

1) Persiapan Reagen Kerja : Buffer/R1

Substrat/R2

2000 µl

500 µl

Campur reagen buffer dan substrat dengan perbandingan 4 : 1 2) Pemeriksaan SGOT Pipet kedalam tabung Reagen Kerja Serum

500 µl 50 µl

Sebelum ditambahkan serum, reagen kerja diinkubasi terlebiuh dahulu selama 10 menit pada suhu 37 0C 3)

Serum ditambahkan kedalam reagen kerja pada saat pembacaan pada photometer. 4)

6.

Baca pada fotometer dengan panjang gelombang 546 nm.

Nilai Normal Ø Laki-laki Ø Perempuan

7.

Hasil

: sampai 37 U/L : sampai 31 U/L

:

http://www.medistra.com/index.php?view=article&catid=39%3AInfo+Kesehatan+Rs.+Medistra&id= 106%3AGangguan+Faal+(Fungsi)+Hati+Yang+Sering+Ditanyakan+Oleh+Penderita&tmpl=component &print=1&page=&option=com_content

Gangguan Faal (Fungsi) Hati Yang Sering Ditanyakan Oleh Penderita

Oleh : Prof. dr. Suwandhi Widjaja, Sp.PD, Ph.D Penderita sering memperlihatkan kepada dokter hasil laboratorium yang mencatat adanya gangguan faal hati, kemudian meminta penjelasan dari hasil laboratorium bahkan memohon pengobatan atas gangguan faal hati tersebut. Sebagai seorang dokter klinis kita tidak boleh lupa bahwa pertanyaan penderita itu sebenarnya mengacu pada diagnosis penyakit saya itu apa sebenarnya! Untuk bisa menjawab pertanyaan tadi dengan jitu, kita harus mengetahui bagaimana riwayat penyakitnya, simptomatologi serta riwayat yang relevan dengan kondisi klinisnya. Riwayat mengkonsumsi obat-obatan, termasuk obat tradisionil, eksposisi dengan zat kimia/makanan juga perlu diperhatikan. Permeriksaan fisik untuk mencari tanda penyakit hati kronis seperti palmar erithema, jaundice, spider nevi dansebagainya sangat membantu dalam menganalisis hasil laboratorium tadi. Harus diingat bahwa kelainan faal hati, dapat juga dijumpai pada penyakit-penyakit lain diluar penyakit hati, misalnya penyakit kelenjar thyroid, payah jantung dan payah ginjal. Karena itu, kita memerlukan pemeriksaan penunjang lainnya sehingga dapat memberikan kesimpulan dari hasil laboratorium tadi. Faal Hati yang sesungguhnya. Hati merupakan organ padat yang terbesar yang letaknya di rongga perut bagian kanan atas. Organ ini mempunyai peran yang penting karena merupakan regulator dari semua metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Tempat sintesa dari berbagai komponen protein, pembekuan darah, kolesterol, ureum dan zat-zat lain yang sangat vital. Selain itu, juga merupakan tempat pembentukan dan penyaluran asam empedu serta pusat pendetoksifikasi racun dan penghancuran (degradasi) hormon-hormon steroid seperti estrogen. Pada jaringan hati, terdapat sel-sel Kupfer, yang sangat penting dalam eliminasi organisme asing baik bakteri maupun virus. Karena itu untuk memperlihatkan adanya gangguan faal hati, terdapat satu deretan tes yang biasanya dibuat untuk menilai faal hati tersebut. Perlu diingat bahwa semua tes kesehatan mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang berlainan, maka interpretasi dari hasil tes sangat dipengaruhi oleh halhal tersebut. Tes Faal Hati Karena faal hati dalam tubuh mempunyai multifungsi maka tes faal hatipun beraneka ragam sesuai dengan apa yang hendak kita nilai. Untuk fungsi sintesis seperti protein, zat pembekuan darah dan lemak biasanya diperiksa albumin, masa protrombin dan cholesterol. Fungsi ekskresi/transportasi, diperiksa bilirubin, alkali fosfatase. ∂-GT. Kerusakan sel hati atau jaringan hati, diperiksa SGOT(AST), SGPT(ALT). Adanya pertumbuhan sel hati yang muda (karsinoma sel hati), alfa feto protein. Kontak dengan virus hepatitis B yaitu; HBsAg, AntiHBs, HBeAg, anti HBe, Anti HBc, HBVDNA, dan virus hepatitis C yaitu; anti HCV, HCV RNA, genotype HCV. Secara umum ada 2 macam gangguan faal hati. 1.

Peradangan umum atau peradangan khusus di hati yang menimbulkan kerusakan jaringan atau sel hati.

2.

Adanya sumbatan saluran empedu.

Aneka macam hasil tes faal hati yang terganggu. Tes faal hati yang terjadi pada infeksi bakterial maupun virus yang sistemik yang bukan virus hepatitis. Penderita semacam ini, biasanya ditandai dengan demam tinggi, myalgia, nausea, asthenia dan sebagainya. Disini faal hati terlihat akan terjadinya peningkatan SGOT, SGPT serta ∂-GT antara 3-5X nilai normal. Albumin dapat sedikit menurun bila infeksi sudah terjadi lama dan bilirubin dapat meningkat sedikit terutama bila infeksi cukup berat. (lihat table 1) Tes faal hati pada hepatitis virus akut maupun drug induce hepatitis. Faal hati seperti Bilirubin direct/indirect dapat meningkat biasanya kurang dari 10 mg%, kecuali pada hepatitis kolestatik, bilirubindapat lebih dari 10 mg%. SGOT, SGPT meningkat lebih dari 5 sampai 20 kali nilai normal. ∂-GT dan alkalifosfatase meningkat 2 sampai 4 kali nilai normal, kecuali pada hepatitis kolestatik dapat lebih tinggi. Albumin/globulin biasanya masih normal kecuali bila terjadi hepatitis fulminan maka rasio albumin globulin dapat terbalik dan masa protrombin dapat memanjang ( lihat tabel2) Tes faal hati pada sumbatan saluran empedu. Bilirubin direct/indirect dapat tinggi sekali (>20 mg%), terutama bila sumbatan sudah cukup lama. Peningkatan SGOT dan SGPT biasanya tidak terlalu tinggi, sekitar kurang dari 4 kali nilai normal. ∂-GT dan alkalifosfatase meningkat sekali dapat lebih dari 5 kali nilai normal. Kolesterol juga meningkat (lihat table 3). Tes faal hati pada perlemakan hati (fatty liver). Albumin/globulin dan Bilirubin biasanya masih normal. SGOT dan SGPT meningkat sekitar 2 sampai 3 kali nilai normal demikian juga ∂-GT danalkalifosfatase meningkat sekitar ½ sampai 1 kali dari nilai normal . Kadar triglyserida dan kolesterol juga terlihat meninggi. Kelainan ini sering pada wanita dengan usia muda/pertengahan, gemuk dan biasanya tidak ada keluhan atau mengeluh adanya perasaan tak nyaman pada perut bagian kanan atas. Pada kasus perlemakan hati yang primer maka semua pertanda hepatitis C harus negatif. (lihat tabel 4) Adanya pertanda hepatitis virus dalam darah penderita. Penderita hepatitis A akut atau baru sembuh dari hepatitis A, ditandai dengan IgM anti HAV yang positif. Sedang IgG anti HAV positif sering ditemukan pada anak atau orang dewasa dari negara berkembang dengan sanitasi lingkungan yang jelek. Ini menandakan penderita pernah terinfeksi virus hepatitis A dimasa lalu. Karena itu prevalensi IgG HAV dapat dipakai sebagai indeks sanitasi lingkungan suatu negara. Sembuh dari infeksi Hepatitis B, ditandai dengan menghilangnya HBsAg dan timbulnya anti HBs. Sedang IgM Anti HBc pos, berarti baru (recent) terinfeksi dengan hepatitis B. Hepatitis B yang menahun. 1.

Hepatitis kronis fase replikatip/toleran. Ditandai dengan HBsAg+, HBVDNA+ ( kuantitatif dapat >105 copy/ml). Tapi Faal hatinya normal.

HbeAg+,

2. Hepatitis kronis reaktif aktif (necro-inflamatory stage). Ditandai dengan HBsAg+, HBeAg+, HBVDNA+ (kuantitatif dapat >105 copy/ml). Tapi Faal hati nya Abnormal, terutama SGOT/PT tinggi (>3X nilai normal), albumin/globulin biasanya masih normal, bilirubin dapat menigkat sedikit (< dari 3 mg%)

3. Hepatitis khronis B mutant. Disini HBsAg+, HBeAg negatif, tetapi anti HBe+, dan HBV DNA+. Liver fungsinya terganggu. Biasanya penderita ini, mempunyai penyakit hati yang lebih berat.

4.

Hepatitis inaktif/integratif. HBsAg+, Anti HBe+, HBV DNA negatif atau dibawah < 103 copy/ml dan faal hatinya normal.

5.

Sirosis hati B, rasio albumin/globulin terbalik, Bilirubin meningkat (< dari 5 mg%), SGOT> SGPT, biasanya meningkat sekitar 2 s/d 4 kali normal, tapi pada yang sirosis berat SGOT/SGPT dapat normal. HBsAg+, HBeAg/anti HBe dapat positif. HBV-DNA seringnya sudah negatif.

Hepatitis C 1.

Sembuh dari hepatitis C, ditandai dengan anti HCV+, HCV-RNA – (negatif), faal hati yang normal.

2.

Hepatitis C kronik, ditandai dengan Anti HCV+, HCV-RNA +, faal hati sebagian terbesar terganggu, tapi bisa normal pada sebagian kecil penderita.

3. Sirosis hati C, rasio albumin/globulin terbalik, Bilirubin meningkat( < dari 5mg%), SGOT > SGPT, biasanya meningkat sekitar 2 s/d 4 kali normal, tapi pada yang sirosis berat SGOT/SGPT dapat normal. Anti HCV dan HCV-RNA positif. Genotype hepatitis. Pada hepatitis B ada 8 genotipe dan diberi nama abjad A sampai dengan H. Di Indonesia terutama genotipe B dan C. Hepatitis C ada 6 genotipe dan diberi nama angka 1 sampai 6. Dalam satu genotipe ada dibagi lagi menjadi sub-genotipe dan tambahan huruf kecil dari a sampai c. Di Indonesia yang terbanyak adalah genotipe 1b. (> 65%) Kelainan faal hati yang tidak specific Hal ini biasanya terjadi pada penderita penyakit hati yang telah mempengaruhi fungsi dari organ lain seperti ginjal, paru jantung dsb. Dalam hal seperti ini, gambaran klinis serta pemeriksaan penunjang seperti USG, CT scan dan ERCP (Endoscopy Retrograde Cholangio Pancreatography) atau bahkan biopsi hati biasanya diperlukan untuk menegakan diagnosisnya. Hasil laboratorium faal hati yang normal pada penderita penyakit hati yang menahun. Penderita kronik hepatitis B pada yang fase replikatif, inaktif/integratif sering menunjukan hasil laboratorium yang normal. Juga pada penderita hepatitis C (dengan HCV-RNA+), juga dapat menunjukan tes faal hati yang normal. Pada penderita sirosis hati yang kompensata juga sering mempunyai tes faal hati yang normal. Pada sirosis hati yang sudah lanjut sering kita mendapatkan kadar SGPT/SGOT normal, hal ini terjadi karena jumlah sel hati pada sirosis berat sudah sangat kurang sehingga kerusakan sel

hati relatif sedikit. Tapi kadar bilirubin akan terlihat meninggi dan perbandinganalbumin/globulin akan terbalik. Bila kita cermati lebih teliti maka kadar SGOT akan lebih tinggi SGPT. Pelaporan hasil petanda hepatitis virus secara kuantitatif dan kualitatif. 1.

Hepatitis B. Pemeriksaan kualitatif selalu lebih sensitif dari pada pemeriksaan kuantitatif. Cara pemeriksaan kuantitiatif hepatitis B dikerjakan dengan bermacam cara dan tiap cara mempunyai sensitivitas tertentu dan juga pelaporannya dapat memakai satuan tertentu. Lihat tabel 5. Hasil kuantitiatif hepatitis B diatas 105 copy/ml dianggap batas untuk diobati.

2.

Hepatitis C. Juga pemeriksaan kualitatif lebih sensitif dari kuantitatif. Ada bermacam cara pemeriksaan kuantiatif HCV dan mempunyai rentang sensitivitas yang berbeda. Hasil kuantitatif dari 1 cara pemeriksaan kuantitatif HCV, tidak dapat disamakan hasilnya dengan pemeriksaan HCV dengan cara yang lain. Tabel 6

Penyakit yang jarang tapi menunjukan gangguan faal hati      

Penyakit thyroid/kelenjar gondok. Penyakit hati auto immune (AIH) Wilson disease Alpha-1-antitrypsisn deficiency Celiac disease Muscle disorders

http://www.catatandokter.com/2012/08/arti-sgot-sgpt-tinggi.html

Arti SGOT / SGPT tinggi »Catatan Kesehatan Dok, beberapa hari lalu saya melakukan pemeriksaan lab. Dua diantara hasil tersebut adalah nilai SGOT = 53 dan nilai SGPT=79? Maknanya apa ya Dok hasil pemeriksaan tersebut?

SGOT (Serum Glutamic Pyruvate Transaminase) adalah enzim yang terdapat di dalam sel hati. Fungsinya adalah mengkonversi senyawa aspartat dan alfaketoglutarat menjadi oksaloasetat dan glutamat, dan sebaliknya. SGOT disebut juga dengan AST atau aspartate aminotransferase. SGPT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) juga merupakan enzim yang terdapat di dalam sel hati. Fungsinya untuk membantu pemindahan gugus amino dari alanin ke alfaketoglutarat. Nama lain SGPT adalah ALT atau alanine aminotransferase. Jika sel hati normal, maka SGOT dan SGPT tetap berada di dalam sel. Tidak ada atau hanya sedikit yang keluar dari sel dan masuk ke pembuluh darah. SGOT / SGPT tinggi Lain halnya jika sel hati rusak dan dindingnya pecah, SGOT dan SGPT akan keluar sel dan masuk ke aliran darah. Akibatnya, kadar SGOT dan SGPT yang harusnya tidak ada atau rendah dalam darah, menjadi tinggi. Keadaan-keadaan yang dapat menyebabkan kerusakan sel hati antara lain penyakit hepatitis virus, perlemakan hati, keracunan obat, dan lain sebagainya. Keadaan ini, seringkali menyebabkan kadar SGOT dan SGPT tinggi. Selain di sel hati, SGOT dan SGPT juga ditemukan di otot jantung dan beberapa sel tubuh lainnya. Kerusakan sel jantung akibat serangan jantung juga dapat meningkatkan kadar keduanya. Kadar normal SGOT adalah sekitar 3-45 u/L dan SGPT adalah 0-35 u/L. Perlu dicatat bahwa nilai standar ini mungkin sedikit berbeda antar laboratorium, tergantung dari teknik pemeriksaan yang digunakan. Menjawab pernyataan di atas, maka ada kemungkinan telah terjadi kerusakan sel-sel hati. Penyebabnya harus dicari lagi, apakah oleh virus hepatitis atau lainnya. Jika dokter curiga karena virus hepatitis B, dokter biasanya akan meminta pemeriksaan lain untuk mendeteksi virus tersebut, misalnya HBsAg atau PCR.

http://nonasandha.blogspot.com/2012/04/pemeriksaan-sgotasat.html

pemeriksaan sgot/asat 04.52 |

SGOT singkatan dari Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase,sebuah enzim yang secara normal berada di sel hati dan organ lain. SGOT dikeluarkan kedalam darah ketika hati rusak. Level SGOT darah kemudian dihubungkan dengan kerusakan sel hati, seperti serangan virus hepatitis. SGOT juga disebut aspartate aminotransferase (AST). Sedangkan SGPT adalah singkatan dariSerum Glutamic Piruvic Transaminase, enzim ini banyak terdapat di hati. Dalam uji SGOT dan SGPT, hati dapat dikatakan rusak bila jumlah enzim tersebut dalam plasma lebih besar dari kadar normalnya. Pada percobaan yang digunakan kontrol negatif adalah mencit yang diberikan paraffin cair saja sebagai pembawa. Kontrol positif adalah mencit yang diberikan CCl4 dan kelompok uji adalah mencit yang diberikan CCl4 dan Obat yaitu Silimarin. CCl4 digunakan sebagai kontrol positif karena dapat merusak sel hati. Mekanismenya dalah CCl4 akan dimetabolisme oleh enzim sitokrom P450 dalam hati menjadi CCl3* yang radikal. CCl3 radikal ini kemudian berikatan pada sel hepatosit pada organ hati sehingga membran hati berubah permeabilitasnya (meningkat). Berubahnya membran sel hati ini dapat menimbulkan dua macam konsekuensi. Pertama zat –zat dari dalam sel keluar dengan bebas sehingga hati mengalami pengkerutan dan terjadi nekrosis. Sebaliknya zat-zat yang berada diluar sel hati juga dapat masuk dan menyebabkan hati menjadi besar dan terjadi apoptosis. Pada hewan uji, selain diberikan CCl4 juga diberikan Silimarin,

silimarin

digunakan

sebagai

hepatoprotektor

karena

dapat

menekan

peningkatan enzim-enzim transaminase dan pencegahan pengausan glutation hati. Maka seharusnya sesuai teori diatas, SGOT dan SGPT dari kontrol negatif paling kecil, kontrol positif paling besar dan uji silimarin diantara keduanya. Data SGOT dapat menyimpang karena ada kemungkinan mencit sedang mengalami gangguan juga pada organ selain hati, karena sebenarnya SGOT terdapat di hampir seluruh tubuh, berbeda dengan SGPT yang spesifik pada hati. Berikut Alat yang digunakan dalam uji SGOT-SGPT.

http://farmasi07itb.wordpress.com/2010/10/27/tes-hepatitisdengan-sgot-sgpt/ SGOT atau juga dinamakan AST (Aspartat aminotransferase) merupakan enzim yang dijumpai dalam otot jantung dan hati, sementara dalam konsentrasi sedang dijumpai pada otot rangka, ginjal dan pankreas. Konsentrasi rendah dijumpai dalam darah, kecuali jika terjadi cedera seluler, kemudian dalam jumlah banyak dilepaskan ke dalam sirkulasi. Pada infark jantung, SGOT/AST akan meningkat setelah 10 jam dan mencapai puncaknya 24-48 jam setelah terjadinya infark. SGOT/AST akan normal kembali setelah 4-6 hari jika tidak terjadi infark tambahan. Kadar SGOT/AST biasanya dibandingkan dengan kadar enzim jantung lainnya, seperti CK (creatin kinase), LDH (lactat dehydrogenase).

Pada penyakit hati, kadarnya akan meningkat 10 kali lebih dan akan tetap demikian dalam waktu yang lama.

SGOT/AST serum umumnya diperiksa secara fotometri atau spektrofotometri, semi otomatis menggunakan fotometer atau spektrofotometer, atau secara otomatis menggunakan chemistry analyzer. Nilai rujukan untuk SGOT/AST adalah : Laki-laki : 0 - 50 U/L Perempuan : 0 - 35 U/L

Masalah Klinis Kondisi yang meningkatkan kadar SGOT/AST :   

   

Peningkatan tinggi ( > 5 kali nilai normal) : kerusakan hepatoseluler akut, infark miokard, kolaps sirkulasi, pankreatitis akut, mononukleosis infeksiosa Peningkatan sedang ( 3-5 kali nilai normal ) : obstruksi saluran empedu, aritmia jantung, gagal jantung kongestif, tumor hati (metastasis atau primer), distrophia muscularis Peningkatan ringan ( sampai 3 kali normal ) : perikarditis, sirosis, infark paru, delirium tremeus, cerebrovascular accident (CVA) Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium : Injeksi per intra-muscular (IM) dapat meningkatkan kadar SGOT/AST Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat menurunkan kadar SGOT/AST Hemolisis sampel darah Obat-obatan dapat meningkatkan kadar : antibiotik (ampisilin, karbenisilin, klindamisin, kloksasilin, eritromisin, gentamisin, linkomisin, nafsilin, oksasilin, polisilin, tetrasiklin), vitamin (asam folat, piridoksin, vitamin A), narkotika (kodein, morfin, meperidin), antihipertensi (metildopa/aldomet, guanetidin), metramisin, preparat digitalis, kortison, flurazepam (Dalmane), indometasin (Indosin), isoniazid (INH), rifampin, kontrasepsi oral, teofilin. Salisilat dapat menyebabkan kadar serum positif atau negatif yang keliru.

http://labkesehatan.blogspot.com/search?q=pemeriksaan+sgot&x= 0&y=0

http://analismuslim.blogspot.com/2012/01/pemeriksaan-sgot-dan-sgpt-untuk.html

Pemeriksaan SGOT dan SGPT untuk diagnosa Hepatitis Posted by Analis Muslim at Sunday, January 29, 20121 comments Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook Categories : KIMIA KLINIK . LABORATORIUM

Penyakit Hepatitis A, B dan C

Penyakit hepatitis adalah sebuah penyakit yang menyerang hati. Kebanyakan orang indonesia menggunakan ejaan bahasa penyakit kuning. Ini tidak mengherankan sebab gejala hepatitis adalah timbulnya warna kuning pada kulit, kuku dan bagian putih bola mata. Penyakit hepatitis terjadi akibat pada peradangan organ hati (lever). Penyebab penyakit yang utama adalah virus hepatitis. Ada beranekaragam virus hepatitis yaitu A,B,C. Itulah kenapa mungkin kamu sering mendengar hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C. Pada awal gejala penyakit hepatitis, mungkin si penderita tidak merasakan sesuaTU,paling hanya gejala umum seperti muntah, mual, gemar tidur atau tidak nafsu makan plus tubuh tidak berstamina. Walau begitu gejala hepatitis diatas juga dapat disertai dengan demam. Sedangkan gejala penyakit hepatitis yang mudah dilihat dari fisik adalah urine berwarna gelap, perut bagian atas membesar, penurunan berat badan, feses berwarna putih dan seperti gejala hepatitis yang sudah disebutkan diatas : kuku berwarna kuning, kulit berwarna kuning, dan putih mata menjadi kuning. Pencegahan penyakit hepatitis adalah dengan cara pemberian imunisasi untuk hepatitis A dan Hepatitis B sejak usia dua tahun sudah cukup untuk mencegah terserangnya penyakit hepatitis. Kamu juga harus melakukan pola makan yang sehat, olahraga yang

teratur Jenis pemeriksaan laboratorium untuk diagnosa hepatitis : 1) SGOT Prinsip : aminotransferasi ( AST ) mengkatalis transaminasi dari L aspartate dan a kataglutarate membentuk L – glutamate dan oxaloacetate. Oxaloacetate direduksi menjadi malate oleh enzym malate oleh enzym malate dehydrogenase ( MDH ) dan niconamide adenine dinucleotide ( NADH ) teroksidasi menjadi NAD. Banyaknya NADH yang teroksidasi, berbanding langsung dengan aktivitas AST dan diukur secara fotometrik. Reaksi : AST L – aspartate +akataloglutarate l – glutamate + oxaloacetate pH 7,8 MDH Oxaloacetate + NAD Malate + NAD Cara kerja :   

Dipipet 1000 ul regent, dimasukkan kedalam tabung reaksi Ditambahkan 100 ul sampel, diinkubasi selama 1 menit pada temperatur 37 0 C Dibaca pada fotometer pada panjang gelombang 340 nm dengan faktor 1746

Nilai

Normal

: Kadar

SGOT

dalam

serum

normal

adalah

10



45

U/L

(370C)

2) SGPT Prinsip : Alanine aminotransferase ( ALT ) mengkatalis transiminasi dari L – alanine dana - kataglutarate membentuk l – glutamate dan pyruvate, pyruvate yang terbentuk di reduksi menjadi laktat oleh enzym laktat dehidrogenase ( LDH ) dan nicotinamide adenine dinucleotide ( NADH ) teroksidasi menjadi NAD. Banyaknya NADH yang teroksidasi hasil penurunan serapan ( absobance ) berbanding langsung dengan aktivitas ALT dan diukur secara fotometrik dengan panjang gelombang 340 Reaksi : ALT L alanine +akataglutarate l – glutamate + pyruvate pH 7,4 Pyruvate Cara kerja :   

+

NADH

Lactate

+

Dipipet 1000 ul regent, dimasukkan kedalam tabung reaksi Ditambahkan 100 ul sampel, diinkubasi selama 1 menit pada temperatur 37 0 C Dibaca pada fotometer pada panjang gelombang 340 nm dengan faktor 1746

Pembahasan : Kadar SGPT dalam serum normal adalah 10 – 36 U/L (370C)

NAD

http://drdjebrut.lecture.ub.ac.id/2013/02/pemeriksaan-sgot-dan-sgpt/

Pemeriksaan SGOT dan SGPT 15 February 2013 Goto commentsLeave a comment

SGOT (serum glutamic-oxaloacetic transaminase) atau disebut juga AST (aspartate transferase) dapat ditemukan di jantung, hati, otot rangka, otak, ginjal, dan sel darah merah. Peningkatan SGOT dapat meningkat pada penyakit hati, infark miokard, pankreatitis akut, anemia hemolitik, penyakit ginjal akut, penyakit otot, dan cedera.

Sedangkan SGPT (serum glutamic-pyruvic transaminase) atau disebut juga dengan ALT (alanine transferase) terutama ditemukan di hati, dan sedikit di ginjal, jantung, dan otot rangka. Penyakit pada jaringan hati menyebabkan ensim ini keluar ke dalam darah, sehinga kadarnya meningkat. Jadi SGPT lebih sensitif dan spesifik pada jaringan hati daripada SGOT. Secara umum, peningkatan SGPT disebabkan oleh penyakit hati. Pada penyakit hati selain dari virus, rasio SGPT/SGOT (DeRitis ratio) 1. Kedua ensim tersebut bisa meningkat tanpa adanya penyakit yang mendasari, seperti latihan atau olahraga yang berlebihan, sebelumnya dilakukan suntikan intramuskuler, dan pemberian obat-obatan. Kadar normal SGOT: 4-35 unit/L; SGPT: 4-36 unit/L (bervariasi tergantung laboratorium yang memeriksa) Sumber: Diagnostic and Laboratory Test Reference, 2009

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF