Teori Produksi Syariah Dan Konvensional

November 29, 2017 | Author: Nia Eka Jayanty | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Teori Produksi Syariah Dan Konvensional...

Description

Teori Produksi Al-Qur’an menggunakan konsep produksi barang dalam artian luas. Al Qur’an menekankan manfaat dari barang yang diproduksi. Memproduksi suatu barang harus mempunyai hubungan dengan kebutuhan manusia. Berarti barang itu harus diproduksi untuk memenuhi kebutuhan manusia, bukan untuk memproduksi barang mewah secara berlebihan yang tidak sesuai dengan kebutuhan manusia, karenanya tenaga kerja yang dikeluarkan untuk memproduksi barang tersebut dianggap tidak produktif. Dalam teori produksi memberikan penjelasan tentang perilaku produsen tentang

perilaku

produsen

dalam

memaksimalkan

keuntungannya

maupun

mengoptimalkan efisiensi produksinya. Dimana Islam mengakui pemilikian pribadi dalam batas-batas tertentu

termasuk pemilikan alat produksi, akan tetapi hak

tersebut tidak mutlak.

Pengertian Produksi menurut Para Ahli 1.

Dr. Muhammad Rawwas Qalahji memberikan padanan kata “produksi” dalam bahasa arab dengan kata al-intaj yang secara harfiyah dimaknai dengan ijadu sil’atin (mewujudkan atau mengadakan sesuatu) atau khidmatu mu’ayyanatin bi istikhdami muzayyajin min anashir al-intaj dhamina itharu zamani muhaddadin (pelayanan jasa yang jelas dengan menuntut adanya bantuan penggabungan unsur-unsur produksi yang terbingkai dalam waktu yang terbatas).

2.

Dr. Abdurahman Yusro Ahmad dalam bukunya Muqaddimah fi Ilm al-iqtishad al-Islamy. Abdurahman lebih jauh menjelaskan bahwa dalam melakukan proses produksi yang dijadikan ukuran utamanya adalah nilai manfaat (utility) yang diambil dari hasiil produksi tersebut. Dalam pandangannya harus mengacu pada nilai utiity dan masih dalam bingkai nilai “halal” serta tidak membahayakan bagi diri seseorang attaupun sekelompok masyarakat. Abdurahman merefleksikan pemikirannya dengan mengacu pada al-Quran Surat Al Baqarah: 219 yang menjelaskan tentang pertanyaan dari manfaat memakai (memproduksi) khamr.

3.

Monzer Kahf mendefinisikan kegiatan produksi dalam perspektif islam sebagai usaha manusia untuk memperbaiki tidak hanya kondisi fisik 7

materialnya, tetapi juga moralitas, sebagai sarana untuk mencapai tujuan hidup sebagaimana digariskan dalam agama islam, yaitu kebahagiaan dunia dan akhirat.

Dasar Hukum Perilaku Produksi 1.

Al-Quran

• Allah telah menciptakan hasil bumi sebagai modal dasar berproduksi - “Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dia menhahasilkan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu: Karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu” bagi Allah, padahal kamu mengetahui.”

(QS Al-

Baqarah ; 22)

• Allah menciptakan manusia untuk menggarap alam (bumi) – “Dia telah meciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampun ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepadaNya,

sesungguhnya

Tuhanku

amat

dekat

(rahmat-Nya)

lagi

memperkenankan (doa hamba-Nya).” (QS Huud ; 61)

• Allah memberi ilmu manusia, sebagai faktor produksi terpenting. Baik berupa teknik produksi maupun sistem manajemen. “Dan diamengajarkan kepada Adam nama-nama (beda-benda) seluruhnya.” (QS Al-Baqarah ; 31) 2.

Hadits

• “Tidak ada satu makananpun yang dimakan seseorang itu lebih baik dari pada makanan hasil usaha sendiri.” (HR Bukhari)

• “Barang siapa di malam hari merasa kelelahan dari upaya keterampilan kedua tangannya di siang hari maka dia dimpuni dosanya (oleh Allah).” (HR Thabrani)

Tujuan Produksi 8

Dalam konsep ekonomi konvensional (kapitalis) produksi dimaksudkan untuk memperoleh laba sebesar besarnya, sedangkan tujuan produksi dalam islam yaitu memberikan Mashlahah yang maksimum bagi konsumen. Walaupun dalam ekonomi islam tujuan utamannya adalah memaksimalkan mashlahah, memperoleh laba tidaklah dilarang selama berada dalam bingkai tujuan dan hukum islam. Dalam konsep mashlahah dirumuskan dengan keuntungan ditambah dengan berkah. Keuntungan bagi seorang produsen biasannya adalah laba (profit), yang diperoleh setelah dikurangi oleh faktor-faktor produksi. Sedangkan berkah berwujud segala hal yang memberikan kebaikan dan manfaat bagi rodusen sendiri dan manusia secara keseluruhan. Keberkahan ini dapat dicapai jika produsen menerapkan prinsip dan nilai islam dalam kegiatan produksinnya. Dalam upaya mencari berkah dalam jangka pendek akan menurunkan keuntungan (karena adannya biaya berkah), tetapi dalam jangka panjang kemungkinan justru akan meningkatkan keuntungan, kerena meningkatnya permintaan. Berkah merupakan komponen penting dalam mashlahah. Oleh karena itu, bagaimanapun dan seperti apapun pengklasifikasiannya, berkah harus dimasukkan dalam input produksi, sebab berkah mempunyai andil (share) nyata dalam membentuk output. Berkah yang dimasukkan dalam input produksi meliputi bahan baku yang dipergunakan untuk proses produksi harus memiliki kebaikan dan manfaat baik dimasa sekarang maupun dimasa mendatang. Penggunaan bahan baku yang ilegal (tanpa izin) baik itu dari hasil illegal logging, maupun penggunaan bahan baku yang tanpa batas dalam penggunaannya dalam jangka waktu pendek mungkin akan memiliki nilai manfaat yang baik(pendistribusian baik), tetapi dalam jangka waktu panjang akan menimbulkan masalah. Sebagai contoh penggunaan bahan baku dari ilegal logging dalam jangka panjang akan menimbulkan berbagai bencana, dan akan memberikan nilai mudharat kepada para penerus/generasi selanjutnya.

9

Keuntungan Produsen Dalam memproduksi barang, produsen muslim dapat memperoleh keuntungan maksimum. Masalah pokok yang harus dipecahkan adalah bagaimana komposisi dari faktor-faktor produksi yang digunakan, dan untuk masing-masing faktor produksi tersebut berapakah jumlah yang akan digunakan.

Namun sebelumnya harus memperhatikan dua aspek yaitu, 1. Komposisi faktor produksi yang bagaimana bagi seorang muslim untuk menciptakan tingkat produksi yang tinggi. 2. Komposisi faktor produksi yang bagaimana bagi seorang muslim untuk meminimumkan biaya produksi yang dikeluarkan untuk mencapai suatu tingkat produksi tertentu. Dalam memproduksi kita harus memperhatikan biaya produksi, untuk mengetahui jumlah pendapatan yang seharusnya kita terima, sehingga dapat menentukan laba. Berikut akan dijelaskan unsur-unsur produksi : Q

 Quantity atau Jumlah barang yang diproduksi

TC

 Total Cost atau Biaya total, yaitu keseluruhan jumlah biaya produksi yang

dikeluarkan. TFC

Total Fixed Cost atau Biaya tetap total

TVC

 Total Variable Cost atau Biaya variabel total

Dimana, TC =TFC + TVC AFC

 Average Fixed Cost atau Biaya tetap rata-rata

Dimana,

10

AVC

 Average Variable Cost atau Biaya variable rata-rata

Dimana,

AC

 Average Cost atau Biaya total rata-rata

Dimana,

MC

 Marginal Cost atau Biaya marjinal, yaitu kenaikan biaya produksi yang

dikeluarkan untuk menambah produksi sebanyak satu unit.

Dimana,

TR P

 Total Revenue atau Total pendapatan  Price atau Harga barang

Dimana, TR = Q

P

Terdapat dua cara untuk menghitung keuntungan produsen (producer surplus) atau quasi rent, yaitu : 1. Dengan memproduksi barang pada tingkat dimana perbedaan diantara hasil penjualan total dengan biaya total adalah yang paling maksimum. Keuntungan Produsen (π) = TR –TC

=(P

Q ) – ( TFC + TVC )

= [ P – ( TFC – TVC ) ]

Q]

Q

11

2. Dengan memproduksi barang pada tingkat dimana hasil penjualan marjinal = biaya marjinal. Bahwa variabel biaya untuk memproduksi 1 unit output sama dengan MC pada jumlah output 1 unit. Biaya variabel untuk memproduksi 2 unit output sama dengan MC pada jumlah output 1 unit ditambah biaya marjinal pada jumlah 2 unit dan seterusnya. Sehingga, AC ( Q ) = MC ( 1 ) + MC ( 2 ) + . . . + MC ( Q ) Apabila berlaku keadaan dimana MC adalah dengan hasil penjulan marjinal, tingkat produksi yang dicapai adalah tingkat produksi yang akan menghasilkan tingkat keuntungan maksimum.

12

13

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF