TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL

December 29, 2016 | Author: elyzai | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL...

Description

TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL

Teori fungsionalisme struktural mengutarakan bahwa masyarakat adalah suatu sistem sosial yang terdiri dari bagian dan struktur-struktur yang saling berkaitan dan saling membutuhkan keseimbangan, fungsionalisme struktural lebih mengacu pada keseimbangan. Teori ini menilai bahwa semua sistem yang ada di dalam masyarakat pada hakikatnya mempunyai fungsi tersendiri. Suatu struiktur akan berfungsi dan berpengaruh terhadap struktur yang alin. Maka dalam hal ini, semua peristiwa pada tingkat tertentu seperti peperangan, bentrok, bahkan sampai kemiskinan pun mempunyai fungsi tersendiri, dan pada dasarnya dibutuhkan dalam masyarakat . Pelopor teori ini adalah Robert K. Merton, beliau berpendapat bahwa obyek analisa sosiologi adalah fakta sosial, seperti proses sosial, organisasi kelompok, pengendali sosial, dan sebagainya. Suatu pranata atau sistem tertentu bisa dikatakan fungsional bagi suatu unit sosial tertentu, dan sebaliknya, suatu institusi juga bisa bersifat disfungsional bagi unit sosial yang lain Penganut teori fungsional ini memandang bahwa segala pranata sosial yang ada dalam masyarakat itu bersifat fungsional dalam artian positif dan negatif. Sebagai contoh: lembaga pendidikan, ini berfungsi dan sangat penting dalam masyarakat, terutama untuk memajukan kualitas pendidikan di negeri ini. Lembaga pendidikan memberikan pengajaran dan ilmu-lmu pengetahuan untuk para generasi muda penerus bangsa. Dalam hal ini, lembaga pendidikan bersifat fungsional, dan manjurus pada artian yang positif. Kemudian perampok, dan pelaku kriminalitas, pada dasarnya pelaku kriminalitas selain merugikan masyarakat, juga mempunyai fungsi tersendiri. Bayangkan saja jika tidak ada pelaku kriminalitas, apa yang akan dikerjakan dan ditangani oleh para polisi? Otomatis mereka juga tidak mempunyai job untuk menghasilkan tambahan uang. Meskipun bagi orang yang menjadi korban juga merupakan suatu kerugian tersendiri. Bagitulah dalam kehidupan masyarakat, memang saling berkesinambungan, mempunyai suatu akibat dan fungsi-fungsi tersendiri.

Teori fungsionalisme structural merupakan salah satu dari empat varian teori yang tergabung dalam paradigma fakta social. Teori ini menekankan pada keteraturan (order) dan mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan dalam masyarakat. Dalam teori fungsionalisme structural dikenal sebagai integration approach, order approach, dan equilibrium approach, menekankan keteraturan sebagai sumber integrasi dan keseimbangan. Menurut teori ini masyarakat merupakan suatu system social yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan. Perubahan yang terjadi pada suatu bagian akan membawa perubahan pula terhadap bagian yang lain. Asumsi dasarnya adalah bahwa setiap struktur dalam sisitem social, fungsional terhadap yang lain, secara ekstrim dapat digambarkan bahwa semua peristiwa dan semua struktur adalah fungsional bagi masyarakat. Sementara para ahli konflik sangat berbeda dengan pandangan dalam teori fungsional structural, mereka menekankan konflik sebagai sumber perubahan, lahirnya teori konflik merupakan suatu reaksi terhadap teori fungsionalisme structural, dimana konsep sentralnya adalah adanya wewenang dan posisi yang keduanya merupakan fakta social. Menurut pandangan teori ini adalah bahwa

adanya distribusi wewenang dan kekuasaan yang tidak merata dapat menjadi faktor pemicu terbentuknya konflik secara sistematis. Thomas Bernard menempatkan kedua teori ini kedalam dalam konteks pembahasan yang lebih luas antara teori consensus (salah satu diantaranya adalah fungsionalisme structural) dan teori konflik (salah satu diantaranya adalah teori konflik). Teori consensus memandang norma dan nilai sebagai landasan masyarakat, memusatkan perhatiannya pada kepada keteraturan social berdasarkan atas kesepakatan diam-diam dan memandang perubahan social terjadi secara lambat dan teratur. Sebaliknya, teori konflik menekankan pada dominasi kelompok social tertentu oleh kelompok lain, melihat keteraturan social didasarkan atas perubahan manipulasi dan control oleh kelompok dominan dan memandang perubahan social terjadi secara cepat dan menurut cara yang tak teratur ketika kelompok-kelompok subordinat menggulingkan kelompok yang semula dominan. Benard bahkan melacak akar perdebatan tersebut ke masa yunani kuno (juga perbedaan antara Plato [ consensus] dan Aristoteles [Konflik]. Adapun dalam paradigma fungsional beberapa teori menurut beberapa ahli seperti teori stratifikasi fungsional yang diungkapkan oleh Kingsley Davis dan Wilbert Moore (1945) yang menjelaskan bahwa mereka menganggap stratifikasi social sebagai fenomena universal dan penting. Mereka menyatakan bahwa tidak ada masyarakat yang tidak terstratifikasi atau sama sekali tanpa kelas. Menurut pandangan mereka stratifikasi adalah keharusan fungsional. semua masyarakat memerlukan system seperti keperluan ini menyebabkan adanya system stratifikasi. Selain itu fungsionalisme structural Tallcot Parsons dapat dilihat dari pembahasannya tentang empat fungsi penting untuk semua system ―tindakan‖ yang terkenal dengan skema AGIL. AGIL. Suatu fungsi (function) adalah ―Kumpulan kegiatan yang ditujukan ke arah pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan system (Rocher,1975:40) dalam teori ini Parson yakin bahwa ada empat fungsi penting yang dibutuhkan dalam sebuah system yakni Adaptation (A), Goal Attainment (G), Integration (I), Latensi (L). Agar system dapat bertahan maka system tersebut harus memiliki empat fungsi tersebut. Dalam teori fungsionalisme structural memiliki titik prioritas pada keteraturan social dan sedikit memperhatikan masalah perubahan social seperti asumsi yang di kemukakan oleh Parson : 1.

System memiliki property keteraturan dan bagian-bagian yang saling tergantung.

2.

System cenderung bergerak kea rah mempertahankan keteraturan-diri atau keseimbangan.

3.

System mungkin statis atau bergerak dalam proses perubahan yang teratur.

4.

Sifat dasar bagian suatu system berpengaruh terhadap bentuk bagian-bagian yang lain.

5.

System memelihara batas-batas dengan lingkungannya.

6. Alokasi dan integrasi merupakan dua proses fundamental yang diperlukan untuk memelihara keseimbangan system. 7. System cenderung menuju kearah pemeliharaan keseimbangan-diri yang meliputi pemeliharaan batas dan pemeliharaan hubungan antara bagian-bagian dengan keseluruhan system, mengendalikan lingkungan yang berbeda-beda dan mengendalikan kecenderungan untuk merubah system dari dalam. Parson adalah seorang fungsionalis structural yang sangat penting adalah muridnya, Robert Merton yang menulis beberapa peryataan terpenting tentang fungsionalis structural dalam sosiologi(Stompka,2000;Tiryakian,1991. Walaupun Parson dan Merton adalah tokoh dalam fungsional structural akan tetapi keduanya terdapat perbedaan penting.

Merton menjelaskan bahwa analsis structural-fungsional memusatkan perhatian pada kelompok, organisasi, masyarakat, dan kultur. Ia menyatakan bahwa setiap objek yang dapat dijadikan sasaran analisis structural fungsional tentu mencerminkan hal standar (artinya terpola dan berulang) (Merton,1949/1968;104). Merton juga memperkenalkan konsep fungsi nyata (manifest) dan fungsi tersembunyi (laten ). Kedua istilah ini memberikan tambahan penting bagi analisis fungsional. Menurut pengertian sederhana, fungsi nyata adalah fungsi yang di harapkan, sedangkan fungsi yang tersembunyi adalah fungsi yang tak diharapkan . merton kemudian menjelaskan bahwa akibat yang diharapkan tidak sama dengan fungsi yang tersembunyi. Fungsi tersembunyi adalah suatu jenis dari akibat yang tak diharapkan, satu jenis fungsional untuk system tertentu, tetapi ada dua tipe lain dari akibat yang tidak diharapkan : yang disfungsional untuk system tertentu dan ini terdiri dari disfungsi tersembunyi dan tidak relevan dengan system yang dipengaruhinya baik secara fungsional atau disfungsional atau konsekuensi nonfungsionalnya. Dalam fungsionalis structural dikenal juga teori tentang Stuktur social dan anomie yang disumbangkan oleh Merton yakni analisis mengenai hubungan antar kultur, struktur, dan anomie. Merton mendefenisikan kultur sebagai seperangkat nilai normative yang terorganisir, yang menentukan perilaku bersama anggota masyarakat atau anggota kelompok. Struktur social adalah seperangkat hubungan social yang terorganisir yang dengan berbagai cara melibatkan anggota masyarakat atau kelompok didalamnya. Anomie terjadi bila ada keputusan hubungan antara norma cultural dan tujuan dengan kapasitas yang terstruktur secara social dari anggota kelompok untuk bertindak sesuai dengan nilai cultural. Artinya bahwa karena posisi mereka didalam struktur social masyarakat beberapa orang tidak mampu bertindak sesuai dengan nilai normative. Kultur menghendaki tipe prilaku tertentu yang justru dicegah oleh struktur social. Pembahasan tersebut diatas adalah gambaran tentang teori fungsional structural, seperti yang telah kita ketahui bersama adalah teori fungsional structural melahirkan sebuah reaksi sehingga lahirlah teori konflik yang berkembang sebagai reaksi terhadap fungsionalisme structural dan akibat berbagai kritik dari teori fungsional structural. Teori konflik ini berasal dari berbagai sumber lain seperti teori Marxian dan pemikiran konflik social dari Simmel. Masalah mendasar dalam teori konflik adalah teori tersebut tak pernah berhasil memisahkan dirinya dari akar structural fungsionalnya. Teori ini lebih merupakan sejenis fungsionalisme structural yang angkuh ketimbang teori yang benar-benar berpandangan kritis terhadap masyarakat. Terdapat begitu banyak perbedaan dari kedua paradigma teori ini seperti dalam karya Dahrendorf (1958,2959). Menurut fungsionalis masyarakat adalah statis atau masyarakat berada dalam keadaan berubah secara seimbang, namun menurut Dahrendorf dan teoritisi konflik lainnya ; setiap masyarakat setiap saat tunduk pada proses perubahan. Fungsionalis menekankan keteraturan masyarakat sedangkan teoritisi konflik melihat pertikaian dan konflik dalam system social. Fungsionalis menyatakan bahwa setiap elemen masyarakat berperan dalam menjaga stabilitas. Teoritisi konflik melihat berbagai elemen kemasyarakatan menyumbang terhadap diintegrasi dan perubahan. Fungsionalis cenderung melihat masyarakat secara informal diikat oleh norma, nilai, dan moral namun teoritisi konflik melihat apapun keteraturan yang terdapat dalam masyarakat berasal dari pemaksaan terhadap anggotanya oleh mereka yang berada diatas. Fungsionalis memusatkan perhatian pada kohesi yang diciptakan oleh nilai bersama masyarakat dan teoritisi konflik menekankan pada peran kekuasaan dalam mempertahankan ketertiban dalam masyarakat. Dahrendorf mengatakan bahwa masyarakat mempunyai dua wajah yaitu konflik dan consensus, hal inilah yang mendorong adanya pemisahan antara konflik dan consensus. Dalam kerangka pikir dalam bukunya The Functions of Social Conflict, Coser mengatakan bahwa ―suatu konflik dikatakan fungsional selama tidak menyentuh atau tidak berkaitan dengan inti suatu system. Dan suatu konflik yang terjadi kemudian meronrong eksistensi inti suatu system, maka konflik itu sifatnya disfungsional. Coser mengemukakan beberapa fungsi konflik. Pertama, konflik dapat menciptakan integrasi dalam in group. Pada dasarnya konflik memiliki kekuatan integratif maksudnya dapat mengintegrasikan

anggota yang sebelumnya terjadi konflik dengan out group, kohesi social atau integrasi social sangat lemah. Namun pada saat terjadi konflik dengan pihak luar, maka secara spontan anggota kelompok memperkuat integrasi social untuk menghadapi lawan dari luar (out group). Fenomena seperti ini terjadi karena pada dasarnya setiap manusia memiliki sense of belonging terhadap kelompoknya, dan sense of belonging ini biasanya diikat oleh suatu keyakinan dan nilai yang sama diantara anggota, sehingga ketika nilai dan keyakinan itu disentuh maka secara spontan mereka akan melawan secara kolektif. Hal tersebut dapat dilihat ketika Malysia mengklaim pulau Ambalat di Kalimantan Timur sebagai bagian dari daerah teritorialnya, maka secara spontan ribuan masyarakat Indonesia yang berasal dari latar belakang suku, entnis, profesi mendaftarkan diri untuk menjadi pasukan relawan merah putih. Hal ini mendapatkan respon secara nasional, padahal kita mengetahui persis bahwa pada masa itu bangsa kita berada pada krisis integrasi yang sangat memprihatinkan. Kedua teori tersebut menuai beberapa kritik seperti dalam teori konflik dikritisi karena teori ini mengabaikan ketertiban dan stabilitas, dan fungsional structural mengabaikan konflik dan perubahan. Teori konflik berideologi radikal dan fungsional dikritik dengan ideology konservatifnya.

Fungsionalisme Struktural Sebagai Sistem Dalam Domain Sosial Dorongan yang besar bagi perkembangan fungsionalisme datang dari penerbitan karya Talcott Parsons [1902-1978], The strucrur of social action[1957] [stuktur tindakan sosial], Ahli sosiologi yang besar ini telah belajar diJerman, dan didalam kaarya besarnya yang pertama ia mencoba mengintegrasikangagasan-gagasan Durkheim, Weber, Pareto, dan juga gagasan-gagasan ahliekonomi Inggris T.H. Marshall, menjadi satu teori tindakan sosial. Teori inidengan jelas memberi tekanan kepada fungsionalisme yang dalam tahun-tahunkemudian akan menjadi lebih kuat.[1] Menurut Parsons, ide mnegenai kehidupan sosial sebagai suatu sistem – suatu jaringan dari bagian yang berbeda-beda—menjelaskan bagian struktural darilabel fungsionalis struktural yang selalu dikaitkan dengan karyanya. Lebih lanjut,analogi mengenai sebuah sistem menjelaskan bagian ―fungsionalis‖nya. Jkalaukita menyebut tubuh manusia sebagai suatu sistem, hal itu bisa dilihat sebagaisesuatu yang memiliki kebutuhan-kebutuhan tertentu, misalnya kebutuhanmakanan dan sejumlah bagian-bagian yang saling berhubungan (sistem pencernaan, perut, intesines, dan lain-lain) yang fungsinya adalah menemukankebutuhan-kebutuhan itu. sistem sosial dari tindakan dilihat oleh Parson sebagaisesuatu yang mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi kalau mau hidup dansejumlah bagian-bagian yanbg berfungsi untuk menemukan kebutuhan-kebutuhanitu. semua sistem yang hidup dilihat sebagai sesuatu yang cenderung mengarahkepada keseimbangan, suatu hubungan yang stabil dan seimbang antara bagian-

bagian yang terpisah dan mempertahankan dirinya secara terpisah dari sistem-sistem lain.Ada sebuah tradisi dalam pemikiran sosiologi yang lazim disebutfungsionalisme ‗fungsionalisme struktur, analisis fungsionalis. Kebaikan yang bersifat relatif dari tradisi fungsionalisme bukan hanya diperdebatkan tetapi jugasering mendapat kritik mendasar yang merusakkan. Walaupun demikian, tradisitersebut masih dipegang teguh oleh para pengikutnya.[2] Gagasan-gagasan inti dari fungsionalisme ialah perspektif holistis, yaitusumbangan-sumbangan yang diberikan oleh bagianbagian demi tercapainyatujuan-tujuan dari keseluruhan, kontinuitas dan keserasan dan tata

berlandaskanconsensus mengenai nilai-nilai fundamental.Fungsionalisme struktural bermaksud menjadi suatu teori umum mengenaimasyarakat yang tidak begitu membenarkan kapitalisme (walaupun sering terjadi justeru membenarkan). Sebagai sesuatu yang memberikan penjelasan dan pemahaman mengenai kesulitan-kesulitan kapitalisme, tanpa mengutuknya.Seperti akan kita lihat, hal ini dicapai dengan melihat kesulitan-kesulitan itusebagai bagian dari model Parsons yang bersifat evolutif, menuntun kepadastabilitas dan integrasi yang lebih besar.Teori fungsional ini menganut faham positivisme, sehingga dalammelakukan kajian haruslah mengikuti aturan ilmu pengetahuan alam. Dengandemikian, fenomena tidak didekati secara kategoris, dengan tujuan membang

KAEDAH PENGURUSAN KONFLIK ANTARA PENGURUS DAN PEKERJA Konflik terbuka merupakan pihak yang berbalah akan meluahkan isi hati denganmenyerang secara habis-habisan. Ini penting kerana setelah kedua-dua pihakb e r p u a s h a t i d a n t a h u k e h e n d a k m a s i n g m a s i n g k e m u n g k i n a n k o n f l i k a k a n berkuarangan. Ini biasanya dilakukan seperti mesyuarat tertutup dan dialogterbuka.Pendamaian bersenjata ialah berkaitan dengan undang-undang. Perbalahanterus berlaku dimana kedua belah pihak akan menggunakan peraturan danundang-undang bagi menjatuhkan pihak lawan bagi membu ktikan merekabenar. Jadi disini undang-undang atau peraturan adalah senjata utama mereka.Kaedah Tawar Menawar Kuasa boleh dilakukan dengan pihak pengurusanmenggunakan kusa yang ada pada ereka untuk berunding. Perindungan ini b i a s a n y a d i a n t a r a K e s a t u a n Sekerja melalui beberapa tawaran alternatif dengan tujuan mengimbangi k u a s a d i a n t a r a m e r e k a . D e n g a n c a r a i n i , p h a berbalah akan mencapai persetujuan kembali kepada kerja-kerja rutin dan cubamemenuhi sebahagian daripada tuntutan atau kehendak pihak lawan

Dengan kaedah bekerjasama kedua belah pihak sering bantu membantu keranamereka sebenarnya sedang menghadapai masalah yang memerlukan kerjasamaantara satu sama lain.D e n g a n k a e d a h P a k a t a n p u l a , k e d u a - d u a p i h a k a k a n c u b a m e l i n d u n g i kepentingan masingmasing dan berpakat menggunakan tindakan tidak beretikaseperti contohnya memberi rasuah. KESIMPULAN Konflik boleh berlaku dimana sahaja dan ianya memberi kesan yang b e r b e z a b e z a t e r h a d a p i n d i v i d u t e r t e n t u . K o n f l i k b i a s a n y a w u j u d d a l a m organisasi dan boleh membawa kesan ya ng negatif jika tidak dikawal dengan bijak. Pihak pengurusan harus memainkan peranan penting dalam mewujudkank o o r d i n a s i a n t a r a j a b a t a n a t a u u n i t d a l a m o r g a n i s a s i s u a p a y a d a p a t mengurangkan konflik disamping m e n g g u n a k a n c a r a y a n g b e t u l d a l a m menguruskan konflik yang berlaku. Sesungguhnya saranan teori konflik olehMarx dan W eber boleh diaplikasikan oleh pengurus dalam menangani konflik dalam organisasi mereka.

RUJUKANIsmail Yusuff (2001). Pengenalan sains sosial

. Sintok: Penerbit UniversitiUtara MalaysiaOmardin Ashari (1998) . Pengurusan pejabat . Kuala Lumpur: Utusan publications& Distributers Sdn Bhd

Tesis The Protestant Ethic telah banyak dikritik, ditapis dan dipertikai, tetapi iamasih lagi sumber yang hidup mengenai debat teori dalam sosiologi agama. PERBEZAAN ANTARA TEORI FUNGSIONALISME DAN TEORI K O N F L I K BERKENAAN AGAMAPerbezaan dari segi definisi agama: Dalam teori fungsionalisme, Definisi agama oleh Durkheim, berdasarkan Elementary Forms , adalah seperti berikut , ―sesebuah agama merupakan sesebuah kesatuan sistemkepercayaan dan amalan yang berelatif dan berkaitan dengan sesuatu yang suci danagung‖. Agama bagi Durkheim, bukanlah rekaan khayalan imaginasi. Agama merupakans e s u a t u y a n g s e b e n a r d a n h a k ; i a n y a m e r u p a k a n s u a t u e k s p r e s i o l e h s e s e b u a h masyarakat itu sendiri. Ini bermakna beliau berpendapat bahawa agama merupakansatu elemen yang sangat penting bagi sesebuah masyarakat. Pembentukan perpaduanmasyarakat lebih mudah terbentuk dengan adanya elemen agama yang bertindak sebagai panduan.I a n y a b e r b e z a p u l a d e n g a n p e n d a p a t M a r x d a l a m t e o r i k o n f l i k . M a r x berpendapat bahawa ― Religion...is the opiate of the masses ‖. Beliau mengatakan agamai t u s e b a g a i ‗ c a n d u ‘ y a n g m e r o s a k k a n m a s y a r a k a t . S e l a i n i t u , M a r x m e m p e r c a y a i bahawa agama memberi ubat penenang yang salah untuk mengurangkan penderitaanoleh ―pemerintah yang kejam‖, dan menyalahkan kepercayaan kepada tuhan yangd i a n g g a p m e n j a d i p e n g h a l a n g k e p a d a p e r k e m b a n g a n fahaman Marxist. Jadi 13

maksudnya di sini, beliau beranggapan bahwa agama akan m e l e m b a b k a n perkembangan kemajuan manusia malah menyusahkan. Perbezaan sudut pandangan mengenai agama: Apa yang dapat dilihat ialah teori fungsionalisme oleh Durkheim berpandanganpositif terhadap agama. Namun sebaliknya bagi teori konflik oleh Marx. Durkheim memandang peranan

agama dalam membawa perkembangan sesebuah masyarakatmanakala Marx memandang kepada kesan tindakan dalam agama (peraturan dalamagama). Teori konflik Weber pula menekankan aspek persoalan ketidak adilan tuhan.Smith menyatakan bahawa agama adalah penting dalam kehidupan sosial danmempunyai fungsi utama dalam memperkuat semangat kekitaan dan kesatuan dalams e s e b u a h k u m p u l a n m a s y a r a k a t . P a n d a n g a n n y a m e m p u n y a i i m p a k y a n g besar terhadap Em ile Durkheim dan Sigm und Frued. Maksudn ya di sini ialah n i l a i y a n g terdapat dalam ajaran agama akan memperkuat semangat perpaduan masyarakat yangmana apabila sesebuah masyarakat itu mempunyai perpaduan yang kukuh, maka mereka dapat memajukan kelompok mereka ke satu tahap yang lebih tinggi. Perbezaan anggapan dari aspek fungsi agama:Marx berpendapat agama hanyalah sumber kegembiraan, maka ianya bersifat khayalandan sementara. Jadi beliau menganggap agama bukanlah sesuatu yang penting dalam 14

kehidupan. Berbeza dengan teori fungsionalisme oleh Durkheim, agama membantus e s e b u a h m a s y a r a k a t m e m b e z a k a n a n t a r a k e s u c i a n ( k e b e n a r a n ) d a n k e k a r u t a n (penipuan). Maksud pernyataan ini ialah agama menunjukkan jalan kepada manusiaapakah jalan yang betul ataupun yang salah dalam membuat keputusan. Dalam konteksmasyarakat, agama umpama elemen penyatuan sosial masyarakat. KESIMPULAN:Agama merupakan salah satu elemen dalam masyarakat. Pembinaan komuniti dankerajaan awal manusia juga berteraskan ketuhanan sepertimana kerajaan Islam di Makkah. Masyarakat di atur dan ditadbir berdasarkan nilai-nilai agama. Jika sesebuahkerajaan tidak mempunyai nilai-nilai keagamaan dan nilai-nilai murni kemanusiaan, m a k a n e g a r a n y a a k a n m e n j a d i n e g a r a y a n g t i d a k b e r m o r a l d i m a n a r a k y a t n y a melakukan apa sahaja bagi memenuhi kehendak diri.Sepertimana pendapat Ibnu Khaldun, agama tidak seharusnya dipisahkan darikehidupan sosial. Malah agama itu sendiri adalah salah satu elemen penting dalamk e h i d u p a n s o s i a l . S e g a l a p e r m a s a l a h a n a t a u k o n f l i k b o l e h d i s e l e s a i k a n m e l a l u i pendekatan agama sebagaimana yang dicadangkan oleh para sosiologis Islam. Iaitu,menekankan pencarian jalan untuk mencapai kesejahteraan melalui interaksi dalammasyarakat dengan melakukan kebaikan atas prinsip -prinsip keadilan. Tidak sepertiyang dicadangkan oleh teori konflik Marx. Iaitu pergeseran akan tamat apabila munculsosialisme dan komunisme yang menekan pengenepian hak sesuatu pihak atau perkarabagi menyelesaikan masalah. Sedang masalah dan konflik tetap akan timbul. 15

Prinsip keadilan dalam agama sudah cukup untuk mengelakkan konflik. Itupun jika ianya dilaksanakan dengan bersungguh-sungguh dan jujur. Ini kerana konflik timbuladalah disebabkan niat sosial manusia untuk mencapai hasratnya yang mungkin tidaksama dengan kehendak pihak yang lain. Maka apabila wujud keadlan di kedua -duabelah pihak, maka konflik dapat dielakkan dan diatasi. 1

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF