Teori Etika Utilitarianisme.docx
March 10, 2017 | Author: Naomi Simanjuntak | Category: N/A
Short Description
Download Teori Etika Utilitarianisme.docx...
Description
Teori Etika Utilitarianisme 1. Teori Etika utilitarian adalah suatu idea atau faham dalam falsafah moral yang menekankan prinsip manfaat atau kegunaan dalam menilai suatu tindakan sebagai prinsip moral yang paling dasar. Teori utilitarian mengatakan bahwa suatu kegiatan bisnis adalah baik dilakukan jika bisa memberikan manfaat kepada sebagian besar konsumen atau masyarakat. Menurut Salam (197:76), utilitarianisme secara etimologi berasal dari bahasa latin dari kata utilitas, yang berarti useful, berguna, berfaedah dan menguntungkan. Jadi paham ini menilai baik atau tidaknya, susila atau tidak susilanya sesuatu, ditinjau dari segi kegunaan atau faedag yang didatangkan-nya. Menurut
Mangunhardjo
(2000:228),
secara
terminology
utilitarianisme merupakan suatu paham etis yang berpendapat bahwa yang baik adalah yang berguna, berfaedah, dan menguntungkan. Sebaliknya yang jahat atau buruk adalah yang tidak bermanfaat, tidak berfaedah, dan merugikan. Karena itu, baik buruknya perilaku dan perbuatan
ditetapkan
dari
segi
berguna,
berfaedah,
dan
menguntungkan atau tidak. Menurut Jhon Stuart Mill, sebagaimana dikutip Jalaluddin Rakhmat utilitarianisme adalah aliran yang menerima kegunaan atau prinsip kebahagiaan terbesar sebagai landasan moral, berpendapat bahwa tindakan benar sebanding dengan apakah tindakan itu meningkatkan kebahagian, dan salah selama tindakan itu menghasilkan lawan kebahagiaan.
Sedangkan
kebahagiaan
adalah
kesenangan
dan
hilangnya derita; yang dimaksud dengan ketidak bahagiaan adalah derita dan hilangya kesenangan. Menurut
Rakhmat
(2004:54)
utilitarianisme
merupakan
pandangan hidup bukan teori tentang wacana moral. Moralitas dengan demikian adalah seni bagi kebahagiaan individu dan sosial. Dan
kebahagiaan atau kesejahteraan pemuasan secara harmonis atas hasrat – hasrat individu (Aiken 2002:177-178). 2. Kasus/Artikel Teori utilitarian mengatakan bahwa suatu kegiatan bisnis adalah baik dilakukan jika bisa memberikan manfaat kepada sebagian besar konsumen atau masyarakat. Jadi menurut teori utilitarian bahwa suatu kegiatan harus bisa memberikan suatu manfaat bagi masyarakat disekitarnya. Di lingkungan dekat rumah saya di jalan Mampang Prapatan XI (Buncit 8) Gg H. Marzuki RT 10/01 no 72 Jakarta selatan 17290, banyak sekali usaha – usaha seperti warung – warung, fotokopy,
dan
salon.
Namun
yang
akan
saya
angkat
dalam
permasalahan kali ini adalah salah satu warung yang menyediakan sembako
dan
jajanan
–
jajanan
yang
keberadaan-nya
sangat
memberikan manfaat di lingkungan tempat tinggal saya. 3. Analisis Teori utilitarian mengatakan bahwa suatu kegiatan bisnis adalah baik dilakukan jika bisa memberikan manfaat kepada sebagian besar konsumen atau masyarakat. Jadi menurut teori utilitarian bahwa suatu kegiatan harus bisa memberikan suatu manfaat bagi masyarakat disekitarnya. Salah satu usaha didekat rumah saya yang sangat memberikan manfaat bagi masyarakat di lingkungan saya adalah warung yang bernama “Toko Madura” yang berada didekat rumah saya serta warung ini menyediakan bahan – bahan sembako termasuk jajanan – jajanan anak – anak, minuman, obat – obatan pasar dan lain – lain. Jika menurut teori utilitarian suatu usaha harus memberikan manfaat. Keberadaan warung ini jelas sangat memberikan nilai manfaat dan sangat mengedepankan kepuasaan pelanggan. Hal ini terbukti
ditengah
–
tengah
keberadaaan
banyaknya
warung
dilingkungan rumah saya, warung ini bisa memberikan harga yang jauh lebih murah yaitu perbedaanya cukup lumayan yaitu antara Rp. 500 –
Rp. 1000 rupiah. Selain itu dibandingkan warung yang lain-nya yang berada di lingkungan rumah saya. Warung ini sangat lengkap produk – produk atau barang – barang yang dijualnya. Selain itu warung ini juga buka selama 24 jam setiap harinya. Kemudian berdasarkan survei kecil yang saya lakukan warung ini sangat ramai dikunjungi pembeli setidaknya dalam sehari kurang lebih ada 50-70 pembeli, hal ini belum termasuk jika para pembeli meminta barang mereka diantar ke tempat. Beberapa
pernyataan
diatas
jelas
membuktikan
bahwa
keberadaan warung ini sangat terasa manfaatnya selain menyediakan produk – produk yang lengkap, juga bisa menjual dengan harga yang lebih murah dibandingkan pesaingnya yang berada disekitar rumah saya. Jadi dapat disimpulka bahwa teori utilitarian mengatakan bahwa suatu kegiatan bisnis adalah baik dilakukan jika bisa memberikan manfaat kepada sebagian besar konsumen atau masyarakat. Kemudian salah satu contohnya adalah keberadaan warung yang berada di lingkungan rumah saya, karena dengan keberadaan warung tersebut sangat memberikan manfaat karena selain menjual harga yang lebih murah juga menjual produk – produk yang lengkap serta buka selama 24 jam setiap harinya.
Teori Utilitarianisme Utilitarianisme
merupakan
bagian
dari
etika
filsafat
mulai
berkembang pada abad ke 19 sebagai kritik atas dominasi hukum alam. Sebagai teori etis secara sistematis teori utilitarianisme di kembangkan Jeremy Betham dan muridnya, John Stuart Mill. Menurut mereka Utilitarianisme disebut sebagai teori kebahagiaan terbesar (the greatest happines theory). Karena utilitiarianisme dalam konsepsi Bentham berprinsip the greatest happiness of the greatest number. Kebahagiaan
tersebut
menjadi
landasan
moral
utama
kaum
utilitarianisme, tetapi kemudian konsep tersebut di rekonstruksi Mill menjadi bukan kebahagiaan pelaku saja, melainkan demi kebahagiaan
semua. Dengan prinsip seperti itu, seolah-olah utilitarianisme menjadi teori etika konsekuensialisme dan welfarisme. Menurut (Shomali, 2005: 11), Utilitarianisme terkadang disebut dengan Teori Kebahagiaan Terbesar yang mengajarkan tiap manusia untuk
meraih
kebahagiaan
(kenikmatan)
terbesar
untuk
orang
terbanyak. Karena, kenikmatan adalah satu-satunya kebaikan intrinsik, dan penderitaan adalah satu-satunya kejahatan intrinsik. Oleh karena itu, sesuatu yang paling utama bagi manusia menurut Betham adalah bahwa kita harus bertindak sedemikian rupa sehingga menghasilkan akibat-akibat
baik
sebanyak
mungkin
dan
sedapat
dapatnya
mengelakan akibat-akibat buruk. Karena kebahagianlah yang baik dan penderitaanlah yang buruk. Kebahagiaan tercapai jika ia memiliki kesenangan dan bebas dari kesusahan. Suatu perbuatan dapat dinilai baik atau buruk sejauh dapat meningkatkan
atau
mengurangi
kebahagiaan
sebanyak
mungkin
orang. Prinsip kegunaan harus diterapkan secara kuantitatif, karena kualitas kesenangan selalu sama sedangkan aspek kuantitasnya dapat berbeda-beda. Dalam pandangan utilitarisme klasik, prinsip utilitas adalah the greatest happiness of the greatest number (kebahagiaan yang sebesarbesarnya bagi sebanyak mungkin orang). Hal ini dapat dipahami bahwa di mana kebahagiaan disamakannya dengan kenikmatan dan dengan kebebasan perasaan sakit. Berkat konsep fundamentalnya tersebut Jeremy Betham diakui sebagai pemimpin kaum Radikal Filosofis yang sangat berpengaruh. Akan tetapi teori yang di usung Betham tersebut mempunyai banyak kelemahan terutama tentang moralitas,
sehingga
para
pengkritik
mencelanya
sebagai
pig
philosophy; filsafat yang cocok untuk Babi. Salah paham tersebut kemudian berusaha diluruskan kembali oleh pengikutnya, Jhon Stuart Mill. Para utilitarian menyusun argumennya dalam tiga langkah berikut berkaitan dengan pembenaran euthanasia (mercy killing):
Perbuatan yang benar secara moral ialah yang paling banyak memberikan
jumlah
kenikmatan
dan
kebahagiaan
pada
manusia. Setidaknya dalam beberapa kesempatan, perbuatan yang paling banyak memberikan jumlah kenikmatan dan kebahagiaan pada
manusia bisa dicapai melalui euthanasia. Oleh karena itu, setidaknya dalam beberapa kesempatan, euthanasia dapat dibenarkan secara moral. Sekalipun mungkin argumen di atas tampak bertentangan dengan
agama, Bentham mengesankan bahwa agama akan mendukung, bukan menolak, sudut-pandang utilitarian bilamana para pemeluknya benar-benar memegang pandangan mereka tentang Tuhan yang penuh kasih sayang. Pada sisi lain, para utilitarian menolak eksperimen2 saintifik tertentu yang melibatkan binatang, lantaran kebahagiaan atau kenikmatan harus dipelihara terkait dengan semua makhluk yang bisa merasakannya—terlepas apakah ia mukhluk berakal atau tidak. Lagi2, buat mereka, melakukan hal yang menambah penderitaan adalah tindakan imoral. Istilah – istilah yang kami dapat dari para ahli 1. Menurut (Salam, 1997: 76). Utilitarianisme secara etimologi berasal dari bahasa Latin dari kata
Utilitas,
yang
bearti
useful,
berguna,
berfaedah
dan
menguntungkan. Jadi paham ini menilai baik atau tidaknya, susila atau tidak susilanya sesuatu, ditinjau dari segi kegunaan atau faedah yang didatangkannya 2. Menurut (Mangunhardjo, 2000: 228). Secara terminology utilitarianisme merupakan suatu paham etis yang berpendapat bahwa yang baik adalah yang berguna, berfaedah, dan menguntungkan. Sebaliknya, yang jahat atau buruk adalah yang tidak bermanfaat, tak berfaedah, merugikan. Karena itu, baik buruknya perilaku dan perbuatan ditetapkan dari segi berguna, berfaedah, dan menguntungkan atau tidak 3. Menurut Jhon Stuart Mill
Sebagaimana dikutip Jalaluddin Rakhmat Utilitarianisme adalah aliran yang menerima kegunaan atau prinsip kebahagiaan terbesar sebagai
landasan
moral,
berpendapat
bahwa
tindakan
benar
sebanding dengan apakah tindakan itu meningkatkan kebahagiaan, dan salah selama tindakan itu menghasilkan lawan kebahagiaan. Sedangkan kebahagiaan adalah kesenangan dan hilangnya derita; yang dimaksud dengan ketakbahagiaan adalah derita dan hilangnya kesenangan. 4. Menurut (Rakhmat, 2004: 54) Utilitarianisme merupakan pandangan hidup bukan teori tentang wacana
moral.
Moralitas
dengan
demikian
adalah
seni
bagi
kebahagiaan individu dan sosial. Dan kebahagiaan atau kesejahteraan pemuasan secara harmonis atas hasrat-hasrat individu (Aiken, 2002: 177-178). Ciri-ciri Ultilitarianisme 1. Kritis. Utilitarianime berpandangan bahwa kita tidak bisa begitu saja menerima norma moral yang ada. Utilitarianisme mempertanyakan norma itu. Sebagai contoh, seks sebelum nikah. Bagi penganut utilitarianisme, seks sebelum nikah itu belum tentu buruk. Harus dianalisis dulu apakah kegunaan seks pra nikah itu. Apakah akibat baik yang ditimbulkan seks pra nikah itu lebih besar daripada akibat buruknya. Kalau akibat baiknya lebih besar maka seks pra nikah itu bukan saja tidak dapat dilarang tetapi wajib dilakukan. Kalau akibat buruk seks pra nikah itu lebih besar maka seks pra nikah itu wajib dilarang. 2. Rasional. Utilitarianisme tidak menerima saja norma moral yang ada. Ia mempertanyakan dan ini mengandaikan peran rasio. Utilitarianisme ini bersifat rasional karena ia mempertanyakan suatu tindkan apakah berguna atau tidak. Dalam kasus seks pra nikah tadi, utilitarianisme mempertanyakan sebab-sebab seks pra nikah dilarang.
3. Teleologis. Utilitarianisme itu bersifat teleologis karena suatu tindakan itu dipandang baik dari tujuannya. Artinya suatu tindakan itu mempunyai tujuan dalam dirinya sehingga dapat dipandang baik. 4. Universalis. Semboyan yang terkenal dari utilitarianisme adalah sesuatu itu dianggap baik kalau dia memberi kegunaaan yang besar bagi banyak orang. Hal ini sering dipakai dalam bidang politik dan negara. Contoh, di kota A akan dibangun jalan tol karena itu beberapa rumah akan kena gusur. Dengan alasan demi kepentingan yang lebih besar dan kepentingan orang banyak, pemerintah akan meminta mereka yang rumahnya kena gusur agar pindah. Tindakan menggusur ini dianggap benar karena penggusuran itu dilakukan demi kepentingan yang lebih besar dibandingka kepentingan mereka yang rumahnya digusur. Dua Macam Teori Utilitarianisme 1. Utilitarianisme Tindakan. Suatu
tindakan
itu
dianggap
baik
kalau
tindakan
itu
membawa akibat yang menguntungkan. 2. Utilitarianisme Peraturan. Teori ini merupakan perbaikan dari utilitarianisme tindakan. Sesuatu itu dipandang baik kalau ia berguna dan tidak melanggar peraturan yang ada. Tanggapan Kritis 1. Kesulitan Menentukan Nilai Suatu Akibat. Mengikuti etika normatif utilitarianisme kita tentu tidak mudah menetukan mana akibat lebih baik (lebih berguna) dari beberapa
tindakan.
Dalam
kehidupan
kita
kita
seringkali
berhadapan dengan berbagai pilihan. Contoh, pergi ke sekolah, mengunjungi anggota keluarga yang sakit, makan mie pangsit. Kita sulit menetukan mana lebih baik pergi ke sekolah atau mengunjungi keluarga yang sakit. Makan mie pangsit tentu
membuat kita merasa kenyang apalagi bagi orang yang suka mie pangsit, tindakan makan mie pangsit tentu sangat berguna karena memberi kepuasan. Pergi ke sekolah akan membuat kita bisa pintar. Sekarang bagaimana mentukan akibat yang lebih baik dari tindakan tersebut? Inilah kelemahan pertama etika normatif utilitarianisme ini. 2. Bertentangan dengan Prinsip Keadilan Kelemahan kedua dari teori utilitarianisme ini adalah teori ini bertentangan dengan prinsip keadilan. Sebagai contoh, karena pembangunan jalan tol, pemerintah dengan mudah mengusir keluarga Sukribo. Alasan yang diberikan adalah membangun jalan tol lebih berguna daripada membiarkan rumah Pak Sukribo tidak dibongkar. Alasan ini tampaknya masuk akal. Akan tetapi alasan ini
bertentangan
dengan
keadilan.
Adalah
tidak
boleh
mengorbankan manusia demi kepentingan manusia lain. Dengan prinsip utilitarianisme pemerintah gampang saja mengadakan penggusuran dengan alasan demi kepentingan umum. Di sini kemanusiaan orang yang digusur dikorbankan. Hal inilah yang bertentangan
dengan
prinsip
keadilan
yakni
mengorbankan
manusia. Kasus/Artikel 1. Etika utilitarianisme adalah teori etika yang menilai suatu tindakan itu etis apabila bermanfaat bagi sebanyak mungkin orang. Pada saat ini, banyak sekali terdapat toko penjual pulsa /counter pulsa di sekitar lingkungan tempat tinggal saya yang tentunya banyak memberikan manfaat pada masyarakat sekitar. Namun dikala persaingan dalam bisnis ritel semakin ketat, ada sebuah toko penjual pulsa yang memberikan harga yang sangat murah dibandingkan dengan toko penjual pulsa/counter pulsa lainnya. 2. Contoh kasus utilitarianisme di daerah rumah saya yaitu adalah sebuah warung makan yang menyediakan bermacam-macam makanan dengan harga yang murah
Analisis 1. Pertama Di sekitar tempat tinggal saya ada sebuah cuonter pulsa yang memberikan harga yang paling murah bila dibandingkan dengan counter pulsa lainnya. Perbedaan harga ini sangat signifikan karena perbedaan harga pulsa dan perlengkapan handphone seperti aksesoris di counter pulsa ini jika dibandingkan pada counter pulsa lainnya bisa mencapai Rp 500-1000. Selain itu dibandingkan dengan counter pulsa yang lainnya yang berada dilingkungan rumah saya, counter pulsa ini lebih lengkap dengan produk-produk peralatan aksesoris handphone mulai dari casing, case sampai charger berbagai macam handphone. Jadi dapat disimpulkan bahwa teori etika utilitarian menjelaskan bahwa
suatu
memberikan
kegiatan manfaat
bisnis kepada
adalah
baik
sebagian
dilakukan
besar
jika
konsumen
bisa atau
masyarakat. Salah satu contohnya adalah keberadaan counter pulsa yang berada dilingkungan rumah saya, karena dengan keberadaan counter ini sangat memberikan manfaat selain menjual pulsa yang lebih murah juga menjual berbagai macam perlengkapan handphone yang lebih lengkap. Utilitarianisme berasal dari bahasa Latin yaitu “utilitas”
yang
memiliki arti kegunaan. Utilitarianisme adalah sebuah teori yang diusulkan oleh David Hume (1711-1776) untuk menjawab moralitas yang saat itu mulai diterpa badai keraguan yang besar, tetapi pada saat yang sama masih tetap sangat terpaku pada aturan ketat moralitas yang tidak mencerminkan perubahan – perubahan radikal di zamannya. Kemudian teori ini dikembangkan oleh Jeremy Bentham (1748 – 1832) dan muridnya John Stuart Mill (1806-1873). Secara umum,
Etika
Utilitarianisme
mengenai
bagaimana
menilai
baik
buruknya suatu kebijaksanaan sosial politik, ekonomi dan legal atau hukum secara moral. Menurut
kaum
utilitarianisme,
tujuan
perbuatan
sekurang-
kurangnya menghindari atau mengurangi kerugian yang diakibatkan
oleh perbuatan yang dilakukan, baik bagi diri sendiri ataupun orang lain. Adapun maksimalnya adalah dengan memperbesar kegunaan, manfaat, dan keuntungan yang dihasilkan oleh perbuatan yang akan dilakukan.
Perbuatan
harus
diusahakan
agar
mendatangkan
kebahagiaan daripada penderitaan, manfaat daripada kesia-siaan, keuntungan daripada kerugian, bagi sebagian besar orang. Dengan demikian, perbuatan manusia baik secara etis dan membawa dampak sebaik-baiknya bagi diri sendiri dan orang lain. 2. Kedua Didalam teori utilitarianisme dapat diartikan sebagai mana teori ini dapat membuat hal yang terbaik untuk banyak orang, mampu memberikan manfaat bagi setiap orang, selain itu juga bukan hanya memberikan manfaat tetapi juga dapat diberikan manfaat dari kemungkinan yang dipertimbangkan. misalnya saja seperti warung makan yang tempatnya berdekatan dengan lingkungan saya, warung makan ini sangat ramai dan tidak pernah kosong. Warung makan ini dapat memberikan
manfaat
kepada
masyarakat yang tinggal disini, banyaknya para pekerja seperti tukang bangunan, dan para karyawan
konfeksi mereka dapat dibilang
mendapatkan manfaat secara langsung karena adanya warung makan ini mereka dapat makan-makanan yang enak tetapi dengan bayaran yang dapat dibilang murah selain itu para wargapun yang tidak masak dirumah ataupun untuk bekal anaknya kesekolah dapat membeli makanan diwarung ini karena dari pagi haripun warung makan ini sudah dibuka oleh pemiliknya. selain itu adapun manfaat yang didapat warung makan ini adalah pada saat tempat makan ini ramai mereka mendapatkan pemasukan yang banyak. Jadi dari bacaan diatas dapat disimpulkan bahwa utilitarianisme itu adalah sebuah usaha atau pekerjaan apapun yang
dapat memberikan manfaat dan diberikan
manfaat. Kriteria dan Prinsip Etika Utilitarianisme 1. Manfaat = Kebijaksanaan atau tindakan itu memiliki manfaat atau kegunaan tertentu.
2. Manfaat
Terbesar
mendatangkan
=
Kebijaksanaan
manfaat
besar
bila
atau
tindakan
dibandingkan
itu
dengan
kebijaksanaan atau alternatif lainnya. 3. Manfaat Terbesar bagi sebanyak mungkin Orang = Kebijakan atau tindakan dinilai baik secara moral jika memiliki manfaat terbesar bagi banyak orang. Bertindaklah sedemikian rupa sehingga tindakanmu itu mendatangkan kebaikan. Nilai Positif Etika Utilitarianisme Etika utilitarianisme memiliki daya tarik tersendiri yang melebihi daya
tarik
etika
deontologis.
Yang
paling
mencolok,
etika
utilitarianisme tidak memaksakan ssesuatu yang asing kepada kita. Etika ini justru mensistematisasikan dan memformulasikan secara jelas apa yang menurut pada penganutnya dilakukan oleh kita dalam kehidupan sehari-hari. Bahwa sesungguhnya dalam kehidupan kita, dimana kita selalu dihadapkan pada berbagai alternatif dan dilema moral, kita hampir selalu menggunakan pertimbangan diatas. Etika ini menggambarkan apa yang sesungguhnya dilakukan oleh orang yang rasional dalam mengambil keputusan, khususnya keputusan moral, termasuk
dalam
bidang
bisnis.
Ia
merumuskan
prosedur
dan
pertimbangan yang banyak digunakan dalam mengambil sebuah keputusan, khususnya yang menyangkut kepentingan orang banyak. Secara lebih khusus, daya tarik ini terutama didasarkan pada tiga nilai positif dari etika ini. Ketiganya berkaitan dengan kriteria dan prinsip
yang
telah
disebutkan.
Nilai
positif
pertama
adalah
rasionalitasnya, maksudnya prinsip moral yang mungkin tidak kita pahami dan yang tidak bisa kita persoalkan keabsahannya. Justru sebaliknya, utilitarianisme memberi kriteria yang objektif mengapa suatu tindakan dianggap baik. Kedua, pelaku
utilitarianisme
moral.
Setiap
sangat
orang
menghargai
dibiarkan
bebas
kebebasan untuk
setiap
mengambil
keputusan dan bertindak dengan hanya memberinya ketiga kriteria objektif dan rasional tadi. Tidak ada paksaan bahwa orang harus bertindak sesuai dengan cara tertentu yang mungkin tidak diketahuo
alasannya mengapa demikian. Jadi, tindakan baik itu kita putuskan dan pilih
sendiri
berdasarkan
kriteria
yang
rasional
bukan
sekedar
mengikuti tradisi, norma, atau perintah tertentu. Ketiga, unsur positif yang lain adalah universalitasnya, yaitu berbada dengan etika teleologi lainnya yang terutama menekankan manfaat bagi diri sendiri atau kelompok sendiri, etika utilitarianisme justru mengutamakan manfaat atau akibat baik dari suatu tindakan bagi banyak orang. Suatu tindakan dinilai baik secara moral bukan karena tindakan itu mendatangkan manfaat terbesar bagi orang yang melakukan, melainkan karena tindakan itu mendatagkan manfaat terbesar bagi semua orang yang terkait, termasuk orang yang melakukan tindakan itu. Karena itu, utilitarianisme tidak bersifat egoistis. Semakin banyak orang yang terkena akibat baik suatu kebijaksanaan atau tindakan, semakin baik tindakan tersebut. Jadi, etika ini tidak mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan kepentingan pribadi atau berdasarkan akibat baiknya demi diri sendiri dan kelompok sendiri. 1. Rasionalitas, prinsip moral yang diajukan oleh etika utilitarianisme ini tidak didasarkan pada aturan – aturan kaku yang mungkin tidak kita pahami dan yang tidak bisa kita cari tahu keabsahannya. Justru sebaliknya, utilitarianisme rasional mengapa suatu tindakan dianggap baik. 2. Menghargai kebebasan setiap pelaku moral. Tidak ada paksaan bahwa orang harus bertindak sesuai dengan cara tertentu yang mungkin tidak diketahui alasannya mengapa demikian. Jadi, tindakan baik itu diputuskan dan dipilih sendiri berdasarkan kriteria yang rasional dan bukan sekedar mengikuti tradisi, norma atau perintah tertentu. 3. Universalitas, mengutamakan manfaat atau akibat dari suatu tindakan bagi banyak orang. Suatu tindakan akan dinilai baik secara moral bukan karena tindakan itu mendatangkan manfaat terbesar bagi orang yang melakukan tindakan itu, melainkan karena tindakan itu mendatangkan manfaat terbesar bagi semua orang yang terkait.
Utilitarianisme sebagai Proses dan sebagai Standar Penilaian 1. Etika utilitarianisme digunakan sebagai proses untuk mengambil keputusan, kebijaksanaan atau untuk bertindak. Ia menjadi sebuah metode untuk bisa mengambil keputusan yang tepat tentang tindakan atau kebijaksanaan yang akan dilakukan. Dalam wujud
pertama
ini,
etika
utilitarianisme
dipakai
untuk
perencanaan, untuk mengatur sasaran dan target yang hendak dicapai. 2. Etika utilitarianisme sebagai standar penilaian bagi tindakan atau kebijaksanaan yang telah dilakukan. Kriteria ini untuk menilai apakah suatu tindakan atau kebijaksanaan yang telah dilakukan memang baik atau tidak. Analisa Keuntungan Dan Kerugian Dalam bidang ekonomi, etika utilitarianisme punya relevansi yang kuat dan dapat ditemukan dalam beberapa teori ekonomi yang populer. Sebut saja misalnya prinsip optimalis dari Pareto, yang menilai baik buruknya suatu sistem ekonomi. Suatu sistem ekonomi akan dinilai lebih baik kalau dalam sistem itu paling kurang satu orang menjadi lebih baik keadaannya dan tidak ada orang yang menjadi lebih buruk keadaannya dibandingkan dengan sistem lainnya. Berdasarkan prinsip ini, pasar misalnya dianggap paling baik karena memungkinkan konsumen memperoleh keuntungan secara maksimal. Dengan kata lain, suatu sistem dinilai lebih baik karena mendatangkan manfaat lebih besar dibandingkan dengan sistem alternatif lainnya. Dalam ekonomi, etika utilitarianisme juga relevan dalam konsep efisiensi
ekonimi.
Prinsip
efisiensi
menekankan
agar
dengan
menggunakan sumber daya sekecil mungkin dapat dihasilkan produk sebesar-besarnya. Dengan menggunakan sumber daya secara hemat harus bisa dicapai hasil yang maksimal. Karena itu, semua perangkat ekonomi harus dikerahkan sedemikian rupa untuk bisa mencapat hasil terbesar dengan menggunakan sumber daya sekecil mungkin. Ini prinsip dasar etika utilitarianisme.
Dalam bidang bisnis, etika utilitarianisme juga mempunyai relevansi yang sangat kuat. Secara khusus etika ini diterapkan, secara sadar atau tidak, dalam apa yang dikenal dalam perusahaan sebagai the cost and benefit analysis. Yang intinya berarti etika ini pun digunakan dalam perencanaan dan evaluasi kegiatan bisnis atau perusahaan, dalam segala aspek. Langkah konkrit yang perlu dilakukan dalam membuat sebuah kebijaksanaan bisnis adalah mengumpulkan dan mempertimbangkan alternatif kebijaksanaan dan kegiatan bisnis sebanyak-banyaknya. Semua
alternatif
kebijaksanaan
dan
kegiatan
itu
terutama
dipertimbangkan dan dinilai dalam kaitan dengan manfaat bagi kelompok-kelompok yang berkepentingan atau paling kurang, alternatif yang
tidak
merugikan
semua
kelompok
yang
terkait
dengan
kepentingan tersebut. Dalam Etika Utilitarianisme, manfaat dan kerugian selalu dikaitkan dengan semua orang yang terkait, sehingga analisis keuntungan dan kerugian tidak lagi semata-mata tertuju langsung pada keuntungan bagi perusahaan. 1.Keuntungan dan Kerugian (Cost and Benefits), yang dianalisis tidak dipusatkan
pada
keuntungan
dan
kerugian
perusahaan.
Perhatikan bagaimana dan sejauh mana suatu kebijaksanaan dan kegiatan
bisnis
menguntungkan
suatu dan
perusahaan merugikan
membawa
bagi
akibat
kreditor,
yang
konsumen,
pemasok, penyalur, karyawan, masyarakat luas, dan sebagainya. 2.Tidak ditempatkan dalam kerangka uang. Perlu juga mendapat perhatian serius, bahwa keuntungan dan kerugian disini tidak hanya menyangkut aspek financial, melainkan juga aspek-aspek moral: hak dan kepentingan konsumen, hak karyawan, kepuasan konsumen, dan sebagainya. Jadi, manfaat harus ditafsirkan secara luas
dalam
kerangka
kesejateraan,
kebahagiaan,
keamanan
sebanyak mungkin pihak terkait yang berkepentingan. 3.Untuk jangka panjang. Benefits yang menjadi sasaran utama semua perusahaan adalah longterm net bisnis.
Kelemahan Etika Utilitarianisme Dibawah
ini
menyinggung
beberapa
kelemahan
etika
utilitarianisme, tanpa bermaksud melangkah lebih jauh ke dalam pendekatan fisiologis mengenai kelemahan-kelemahan tersebut, yaitu: a. Manfaat merupakan sebuah konsep yang begitu luas sehingga dalam kenyataan malah menimbulkan kesulitan yang tidak sedikit. Karena, manfaat bagi manusia berbeda antara satu orang dengan orang
yang
lain.
Sebuah
tindakan
bisnis
bisa
sangat
menguntungkan dan bermanfaat bagi sekelompok orang, tetapi bisa sangat merugikan bagi kelompok lain. Masuknya industri ke daerah pedesaan bisa sangat menguntungkan bagi sebagian penduduk desa, tetapi bahi yang lain justru merugikan karena hilangnya udara bersih dan ketenangan di desa. Mengimpor buahbuahan luar negeri bisa sangat menguntungkan dan bermanfaat bagi konsumen di daerah perkotaan tetapi tindakan yang sama bisa sangat merugikan petani lokal. Maka, suhubungan itu terjadi kesulitan, siapa yang memutuskan kepentingan siapa lebih penting daripada kepentingan orang lain. Siapa yang memutuskan manfaat yang diperoleh kelompok tertentu lebih penting dari pada manfaat yang diperoleh kelompok lain? b. Persoalan klasik yang lebih filosofis adalah bahwa etika utilitarianisme tidak pernah menganggap serius nilai suatu tindakan pada dirinya sendiri, dan hanya memperhatikan nilai suatu tindakan sejauh berkaitan dengan akibatnya. Padahal, sangat mungkin terjadi suatu
tindakan
pada
dasarnya
tidak
baik,
mendatangkan keuntungan atau manfaat. c. Dalam kaitan dengan itu, etika utilitarianisme
tetapi tidak
ternyata pernah
menganggap serius kemauan atau motivasi baik seseorang. Akibatnya, kendati seseorang mempunya motivasi yang baik dalam melakukan tindakan tertentu, tetapi ternyata membawa kerugian yang besar bagi banyak orang, tindakan itu tetap dinilai
tidak baik dan tidak etis. Padahal, dalam banyak kasus, sering kita tidak bisa meramalkan dan menduga secara persis konsekuensi atau akibat dari suatu tindakan. Sangat mungkin terjadi bahwa akibar
yang
merugikan
dari
suatu
tindakan
tidak
dilihat
sebelumnya dan baru diketahui lama sesudahnya. d. Variabel yang dinilai tidak semuanya bisa dikuantifikasi. Karena itu, sulit mengukur dan membandingkan keuntungan dan kerugian hanya berdasarkan variabel yang ada. Secara khusus sulit untuk menilai dan membandingkan variabel moral yang tidak bisa dikuantifikasi. Polusi udara, hilangnya air bersih, kenyamanan dan keselamatan
kerja,
kenyamanan
produk,
dan
seterusnya,
termasuk nyawa manusia, tidak bisa dikuantifikasi dan sulit bisa dipakai dalam menilai baik buruknya suatu tindakan berdasarkan manfaat-manfaat ini. e. Seandainya ketiga kriteria dari utilitarianisme sangat bertentangan, ada kesulitan cukup besar untuk menentukan prioritas diantara ketiganya. f. Kelemahan paling pokok dari etika utilitarianisme adalah bahwa utilitarianisme membenarkan hak kelompok minoritas tertentu dikorbankan demi kepentingan mayoritas. Jadi, kendati suatu tindakan merugikan bahkan melanggar hak dan kepentingan kelompok kecil tertentu, tapi menguntungkan sebagian besar orang yang terkait, tindakan itu tetap dinilai baik dan etis. Artinya, etika utilitarianisme membenarkan penindasan dan ketidakadilan demi manfaat yang diperoleh sebagian besar orang. Dengan hanya
mendasarkan
utilitarianisme
diri
pada
membenarkan
manfaat suatu
keseluruhan, tindakan,
etika tanpa
menghiraukan kenyataan bahwa tindakan yang sama ternyata merugikan segelintir orang tertentu. Jadi, suatu keijaksanaan bisnis akan dinilai baik dan etis kalau menguntungkan. g. Manfaat merupakan konsep yg begitu luas shg dalam kenyataan praktis akan menimbulkan kesulitan yang tidak sedikit h. Etika utilitarisme tidak pernah menganggap serius nilai suatu tindakan pada dirinya sendiri dan hanya memperhatikan nilai suatu tindakan sejauh berkaitan dengan akibatnya.
i. Etika utilitarisme tidak pernah menganggap serius kemauan baik seseorang j. Variabel yang dinilai tidak semuanya dapat dikualifikasi. k. Seandainya ketiga kriteria dari etika utilitarisme saling bertentangan, maka akan ada kesulitan dalam menentukan proiritas di antara ketiganya l. Etika utilitarisme membenarkan hak kelompok minoritas tertentu dikorbankan demi kepentingan mayoritas. Contoh
Perusahaan
yang
Menerapkan
Teori
Etika
Utilitarianisme PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. atau yang biasa dikenal dengan PGN merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang transportasi dan distribusi gas bumi, yang menghubungkan pasokan gas bumi Indonesia dengan konsumen di seluruh penjuru nusantara. Awalnya,
perusahaan
gas
pertama
di
Indonesia
adalah
perusahaan gas swasta Belanda bernama I.J.N. Eindhoven & Co yang berdiri pada tahun 1859. Perusahaan ini memperkenalkan penggunaan gas
kota
di
Indonesia
yang
terbuat
dari
batubara.
Setelah
kemerdekaan Indonesia, perusahaan ini kemudian menjadi perusahaan milik pemerintah Indonesia, dan pada 13 Mei 1965 perusahaan ini berubah nama menjadi Perusahaan Gas Negara. Kemudian, pada 15 Desember 2003 namanya resmi menjadi PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Penyaluran gas alam untuk pertama kali dilakukan di Cirebon pada tahun 1974, kemudian disusul berturut-turut di wilayah Jakarta tahun 1979, Bogor tahun 1980, Medan tahun 1985, Surabaya tahun 1994, dan Palembang tahun 1996. Tindakan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. dalam menerapkan Teori Utilitarianisme antara lain: 1. PGN memiliki banyak sekali konsumen di Indonesia yaitu sektor rumah tangga, komersial dan industri. Sehingga dapat dikatakan perusahaan ini bermanfaat bagi banyak orang. 2. Perusahaan ini yang semula mengalirkan gas buatan dari batu bara dan minyak dengan teknik Catalytic Reforming yang tidak
ekonomis mulai menggantinya dengan mengalirkan gas alam pada tahun 1974 di kota Cirebon. 3. Sesuai dengan Slogannya “Energy for Life”, PGN memperkuat pondasi yang ada dan bertransformasi dari perusahaan transmisi dan
distribusi
gas
bumi
menjadi
penyedia
solusi
energi
terintegrasi, yang mendorong pemanfaatan gas bumi untuk kebutuhan
hidup
masyarakat
dan
industri
yang
semakin
meningkat 4. PGN ikut serta dalam mengembangkan budaya peduli lingkungan dengan
mengadakan
pelestarian lingkungan, lingkungan,
dan
program-program
konservasi
program program
lingkungan,
penghijauan, hemat
lingkungan dan lain-lain. 5. PGN berkomitmen untuk
seperti program
program
kertas,
program
kedepannya
akan
program rehabilitasi konservasi kampanye
mengurangi
penggunaan emisi karbon / gas rumah kaca dalam kegiatan perusahaan. 6. Seiring meningkatnya terjangkau,
PGN
kebutuhan
terus
energi
yang
menggunakan
bersih
keahlian
dan dan
pengalamannya untuk mengamankan sumber energi baru untuk memenuhi kebutuhan jangka panjang konsumen. Penerapan Etika Utilitarianisme pada Perusahaan Etika utilitarianisme Adalah suatu kebijaksanaan atau tindakan itu baik dan tepat secara moral jika dan hanya jika kebijaksanaan atau tindakan tersebut mendatangkan manfaat atau keuntungan untuk orang banyak. Etika ini memiliki 3 kriteria antara lain manfaat, manfaat terbesar, dan bagi sebanyak mungkin orang. Penerapan PT Freeport Indonesia (PTFI) merupakan perusahaan afiliasi dari Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc.. PTFI menambang, memproses dan melakukan eksplorasi terhadap bijih yang mengandung tembaga, emas dan perak. Beroperasi di daerah dataran tinggi di Kabupaten Mimika Provinsi Papua, Indonesia. Kami memasarkan konsentrat yang
mengandung tembaga, emas dan perak ke seluruh penjuru dunia. PT Freeport
Indonesia
(MNC),yaitu
merupakan
perusahaan
jenis
internasional
perusahaan atau
multinasional
transnasional
yang
berkantor pusat di satu negara tetapi kantor cabang di berbagai negara maju dan berkembang. Contoh kasus pelanggaran etika yang dilakukan oleh PT. Freeport Indonesia : • Mogoknya hampir seluruh pekerja PT Freeport Indonesia (FI) tersebut disebabkan perbedaan indeks standar gaji yang diterapkan oleh manajemen pada operasional Freeport di seluruh dunia. Pekerja Freeport di Indonesia diketahui mendapatkan gaji lebih rendah daripada pekerja Freeport di negara lain untuk level jabatan yang sama. Gaji sekarang per jam USD 1,5–USD 3. Padahal, bandingan gaji di negara lain mencapai USD 15–USD 35 per jam. Sejauh ini, perundingannya masih menemui jalan buntu. Manajemen Freeport bersikeras
menolak
tuntutan
pekerja,
entah
apa
dasar
pertimbangannya. • Biaya CSR kepada sedikit rakyat Papua yang digembor-gemborkan itu pun tidak seberapa karena tidak mencapai 1 persen keuntungan bersih PT FI. Malah rakyat Papua membayar lebih mahal karena harus menanggung akibat berupa kerusakan alam serta punahnya habitat dan vegetasi Papua yang tidak ternilai itu. Biaya reklamasi tersebut tidak akan bisa ditanggung generasi Papua sampai tujuh turunan.
Selain
bertentangan
dengan
PP
76/2008
tentang
Kewajiban Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan, telah terjadi bukti paradoksal sikap Freeport (Davis, G.F., et.al., 2006). Kestabilan siklus operasional Freeport, diakui atau tidak, adalah barometer penting kestabilan politik koloni Papua. Induksi ekonomi yang terjadi dari berputarnya mesin anak korporasi raksasa FreeportMcMoran tersebut di kawasan Papua memiliki magnitude luar biasa terhadap pergerakan ekonomi kawasan, nasional, bahkan global. Sebagai perusahaan berlabel MNC (multinational company) yang otomatis berkelas dunia, apalagi umumnya korporasi berasal dari AS,
pekerja adalah bagian dari aset perusahaan. Menjaga hubungan baik dengan pekerja adalah suatu keharusan. Sebab, di situlah terjadi hubungan
mutualisme
satu
dengan
yang
lain.
Perusahaan
membutuhkan dedikasi dan loyalitas agar produksi semakin baik, sementara pekerja membutuhkan komitmen manajemen dalam hal pemberian gaji yang layak. Pemerintah dalam hal ini pantas malu. Sebab, hadirnya MNC di Indonesia terbukti tidak memberikan teladan untuk menghindari perselisihan soal normatif yang sangat mendasar. Kebijakan dengan memberikan diskresi luar biasa kepada PT FI, privilege berlebihan, ternyata sia-sia. Berkali-kali perjanjian kontrak karya dengan PT FI diperpanjang kendati bertentangan dengan UU Nomor 11/1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan dan sudah diubah dengan UU Nomor 4/2009 tentang Minerba. Alasan yang dikemukakan hanya klasik, untuk menambah kocek negara. Padahal, tidak terbukti secara signifikan sumbangan PT FI benar-benar untuk negara. Kalimat yang lebih tepat, sebetulnya, sumbangan Freeport untuk negara Amerika, bukan Indonesia. Justru negara ini tampak dibodohi luar biasa karena PT FI berizin penambangan tembaga, namun mendapat bahan mineral lain, seperti emas, perak, dan konon uranium. Bahan-bahan itu dibawa langsung ke luar negeri dan tidak mengalami pengolahan untuk meningkatkan value di Indonesia. Ironisnya, PT FI bahkan tidak listing di bursa pasar modal
Indonesia,
apalagi
Freeport-McMoran
sebagai
induknya.
Keuntungan berlipat justru didapatkan oleh PT FI dengan hanya sedikit memberikan pajak PNBP kepada Indonesia atau sekadar PPh badan dan pekerja lokal serta beberapa tenaga kerja asing (TKA). Optimis penulis, karena PT FI memiliki pesawat dan lapangan terbang sendiri, jumlah pasti TKA itu tidak akan bisa diketahui oleh pihak imigrasi. Kasus PT. Freeport Indonesia ditinjau dari berbagai teori etika bisnis : • Teori etika utilitarianisme Berasal dari bahasa latin utilis yang berarti “bermanfaat”.
Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan
masyarakat
utilitarianisme,
sebagai
PT.Freeport
keseluruhan.
Indonesia
dalam
Berdasarkan hal
ini
teori sangat
bertentangan karena keuntungan yang di dapat tidak digunakan untuk mensejahterakan
masyarakat
sekitar,
melainkan
untuk
Negara
Amerika. Teori Hak Dalam pemikiran moral dewasa ini barangkali teori hak ini adalah pendekatan yang paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau perilaku.Teori Hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi, karena berkaitan dengan kewajiban. Hak dan kewajiban bagaikan dua sisi uang logam yang sama. Hak didasarkan atas martabat manusia dan martabat semua manusia itu sama. Karena itu hak sangat cocok dengan suasana pemikiran demokratis. Dalam kasus ini, PT Freeport Indonesia sangat tidak etis dimana kewajiban terhadap para karyawan tidak terpenuhi karena gaji yang diterima tidak layak dibandingkan dengan pekerja Freeport di Negara lain. Padahal PT Freeport Indonesia merupakan tambang emas dengan kualitas emas terbaik di dunia. Kesimpulan Dari pembahasan dalam bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa PT Freeport Indonesia telah melanggar etika bisnis dimana, upah yang dibayar kepada para pekerja dianggap tidak layak dan juga telah melanggar UU Nomor 11/1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan yang sudah diubah dengan UU Nomor 4/2009 tentang Minerba. Karena PT FI berizin penambangan tembaga, namun mendapat bahan mineral lain, seperti emas, perak, dan konon uranium. Selain bertentangan dengan PP 76/2008 tentang Kewajiban Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan, telah terjadi bukti paradoksal sikap Freeport (Davis, G.F., et.al., 2006).
View more...
Comments