Teori Bisnis Internasional
November 15, 2021 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Teori Bisnis Internasional...
Description
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
TEORI BISNIS INTERNASIONAL Arti penting teori ekonomi Para manajer perusahaan harus memiliki pengetahuan yang baik mengenai teori ekonomi agar dapat memahami strategi pembangunan suatu Negara. Perusahaan yang akan melebarkan sayapnya di dalam perdagangan internasional memilki kewajiban untuk mempelajari teori-teori ekonomi apa saja yang diterapkan oleh Negara-negara tersebut, kususnya Negara yang menjadi pangsa pasar atau tujuan dari lingkup bisnis perdagangan perusahaan. Teori perdagangan internasional Teori merkantilisme Merkantilisme merupakan suatu falsafah ekonomi berdasarkan keyakinan bahwa 1) kemakmuran sebuah negara bergantung pada harta yang terakumulasi, biasanya emas 2) bahwa untuk meningkatkan kemakmuran, kebijakan pemerintah hendaknya dapat meningkatkan ekspor dan mengurangi impor. Teori keunggulan absolute Teori ini mengungkapkan bahwa suatu bangsa mampu memproduksi suatu barang melebihi Negara lain dengan input yang sama,. Adam smith menyatakan bahwa kekuatan pasar yang seharusnya menentukan arah, volume, dan komposisi perdagangan internasional. Teori keunggulan absolute biasanya dianut oleh negara-negara yang dianugerahi kekayaan alam yang melimpah. Teori keunggulan komparatif Teori ini mengungkapkan bahwa sebuah bangsa yang memiliki kelemahan absolute dalam memproduksi 2 barang jika dilihat dari sudut pandang Negara lain, ternyata memiliki suatu keunggulan relative atau komparatif dalam memproduksi barang dalam memproduksi barang dimana kelemahan absolutnya kurang. Teori endowment oleh heckscher-Ohlin Teori ini menyatakan bahwa perbedaan-perbedaan internasional dan interregional dalam biaya produksi muncul karena perbedaan dalam pasokan factor-faktor produksi. Jadi, suatu Negara akan mengekspor barang-barang yang memerlukan sejumlah factor produksi yang berlimpah, sedangkan akan mengimpor barang-baranga yang memerlukan factor-faktor produksi yang langka. Paradoks Leontief sebuah studi yang dilakukan oleh ahli ekonomi Wassily Leontief yang mempersoalkan manfaat teori Hackscher-Ohlin sebagai peramal perdagangan. Studi ini menemukan fakta lain dalam realita yang terjadi di Amerika Serikat. Salah satu negara paling padat penduduknya tetapi mengekspor barang-barang padat tenaga kerja. Perbedaan selera Hal yang tidak boleh diabaikan oleh para pelaku bisnis adalah masalah perbedaan selera. Perbedaan selera memungkinkan perdagangan mengalir berlawanan arah dengan apa yang diramalkan teori keunggulan komparatif. Memperkenalkan uang Untuk menentukan apakah terdapat keuntungan untuk membuat secara lokal atau mengimpor, para pedagang perlu mengetahui harga mata uang negaranya sendiri. Kurs Kurs adalah harga sebuah mata uang yang dinilai dengan mata uang lainnya. Kurs berpengaruh terhadap perdagangan internasional. Melemah dan menguatnya mata uang terhadap mata uang negara lain menjdai penentu penting apakah suatu negara harus mengimpor atau mengekspor. Daur hidup produk internasional Merupakan sebuah teori yang menjelaskan mengapa suatu produk yang mula-mula sebagai ekspor sebuah negara akhirnya menjadi impornya. Keempat tahap yang dilalui dalam IPLC di Amerika : Ekspor AS : AS merupakan negara berpenduduk dengan penghasilan tinggi tebesar di dunia. Persaingan mendorong para pelaku bisnis mencari cara untuk memuaskan konsumennya. Adanya keberadaan laboratorium penelitian dan pengembangan yang besar menyebabkan AS menjadi negara yang memimpin dalam memperkenalkan produk baru. Untuk sementara AS menjadi satu-satunya pabrikan dan pelanggan dari negara lain yang mengetahui produk tersebut harus membeli dari As, sehingga pasar ekspor AS berkembang Produksi luar negeri dimulai : para konsumen dari negar maju memiliki kebutuhan dan kemampuan untuk membeli produk yang sama. Volume ekspor tumbuh dan menjadi pendukung produk lokal. Adanya pengiriman anak perusahaan ke inovator produk maupun adanya lisensi untuk memproduksi menyebabkan ekspor AS berkurang. Persaingan pasar luar negeri dalam ekspor : seiring dengan adanya pengalaman dalam pemasaran dan produksi, pabrikan luar negriakan mampu menekan biaya atas keunggulan biaya tenaga kerja dan bahan baku. Sedangkan pasar lokal yang jenuh tentu akan melengkapi faktor pendorong parikan
melakukan ekspor untuk mencari pasar yang baru. Pada tahap ini pasar ekspor AS akan mengalami kemrosotan. 4. Persaingan impor di AS : pasar AS akan dilayani dengan impor saat produsen luar negeri mampu bersaing dalam kualitas dan harga.
1. 2. 3. 4. 1. 2. 3.
1. 2. 3. 4. 5. 6.
1. a.
b.
2. a.
Skala Ekonomi dan kurva pengalaman Skala Ekonomi dan kurva pengalaman mempengaruhi perdagangan internasional karena memungkinkan industri-industri suatu negara menjadi produsen biaya rendha tanpa memiliki faktor-faktor produksi yang berlimpah Teori penggerak pertama Sebagian ahli teori manajemen menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan yang pertama menerobos pasar akan menjadi pendominasi pasar internasional. Keunggulan kompetitif Teori porter meyatakan bahwa empat jenis variabel akan mempunyai dampak atas kemampuan perusahaan-perusahaan lokal di suatu negara untuk menggunakan sumber-sumber negara guna memperoleh keunggulan komparatif. 4 faktor tersebut meliputi : Kondisi permintaan Kondisi faktor level dan komposisi faktor produksi Indutri terkait dan pendukungnya Strategi, struktur, dan persaigan perusahaan Restriksi perdagangan Alasan bagi restriksi perdagangan : Pertahanan nasional : industri tertentu memerlukan proteksi dari impor karena vital bagi pertahanan nasional. Dalam masa perang, impor barang tertentu akan dihentikan, inilah yang menjadi alasan argumen pertahanan nasional. Melindungi industri yang baru tumbuh : dalam jangka panjang, industri tersebut akan memiliki keunggulan komparatif namun tetap memerlukan proteksi terhadap impor. Sampai angkatan kerja terlatih, teknik produksi dikuasai, dan telah mencapai skala ekonomi. Melindungi tenaga kerja domestik : upah per jam tenaga asing lebih murah dari yang dibayarkan di dalam negeri menyebabkan terjadinya banyak penangguran. Jenis-jenis restriksi : Hambatan tarif Hambatan tarif adalah pajak atas barang impor dengan tujuan menaikkan harganya untuk mengurangi persaingan bagi produsen lokal atau merangsang produksi lokal : Bea ad valorem : pajak impor yang dikenakan sebagai suatu persentase dari nilai faktur barang-barang yang diimpor. Bea spesifik : jumlah tetap yang dikenakan atas unit fisik barang yang diimpor. Bea kombinasi : kombinasi pajak-pajak spesifik dan ad valorem. Harga resmi harga ini termasuk dalam tarif bea cukai dari beberapa negara dan merupakan dasar untuk perhitungan pajak ad valorem jika harga faktur sebenarnya lebih rendah. Harga resmi menjamin bahwa pajak impor minimum tertentu akan dibayar tanpa memperhatikan harga faktur yang sebenarnya. Pajak variabel : pajak impor yang ditetapkan dengan perbedaan antara harga pasar dunia dengan hargaharga yang didukung oleh pemerintah lokal. Bea yang lebih rendah untuk masukan lokal yang lebih banyak Hambatan-hambatan Nontarif Hambatan-hambatan nontarif adalah semua bentuk diskriminasi terhadap impor selain pajak-pajak impor/bea masuk yang telah dibahas sebelumnya. Ada beberapa macam hambatan nontarif: Kuantitatif Kuota, sebuah bentuk hambatan kuantitatif, adalah pembatasan jumlah jenis barang tertentu yang akan diizinkan diimpor oleh sebuah negeri tanpa hambatan selama jangka waktu tertentu. Apabila kuota itu absolut, sekali jumlah tertentu telah diimpor, maka impor berikutnya selama sisa waktu itu (biasanya satu tahun) dilarang. Persetujuan Tertib Pemasaran, adalah VER yang terdiri atas persetujuan-persetujuan formal antara para pemerintah negara pengekspor dan pengimpor untuk membatasi persaingan internasional dan melindungi beberapa pasar nasional untuk produsen lokal. Biasanya persetujuan itu menyatakan besarnya kuota ekspor atau impor yang akan diperoleh tiap negara untuk barang tertentu. Non-kuantitatif Partisipasi pemerintah langsung dalam perdagangan. Bentuk yang paling lazim partisipasi pemerintah langsung adalah subsidi. Kebijakan pengadaan barang pemerintah juga merupakan hambatan perdagangan karena biasanya menguntungkan produsen domestik dan sangat menghambat pembelian barang-barang impor oleh instansi pemerintah.
b. c.
1. 2. 3.
1.
2.
3.
4. a. b. c. d. e. f. g. h. i. j.
Prosedur kepabeanan dan administratif lainnya. Ini meliputi beraneka ragam kebijakan dan prosedur pemerintahan baik yang mengadakan diskriminasi terhadap impor maupun yang menguntungkan ekspor. Standar. Baik standar-standar pemerintah maupun swasta untuk melindungi kesehatan dan keselamatan warga negaranya tentu saja dikehendaki, tetapi selama bertahun-tahun perusahaanperusahaan ekspor telah diganggu oleh banyaknya standar yang rumit dan diskriminatif. Biaya Hambatan Perdagangan Biaya yang dibayar oleh konsumen karena adanya hambatan-hambatan perdagangan bisa menjadi sangat tinggi. Misalnya, karena sistem kuota AS untuk gula, para konsumen Amerika harus membayar dua kali lipat dari harga dunia. PEMBANGUNAN EKONOMI Kategori Berdasarkan Tingkat Pembangunan Ekonomi Negara maju (developed) adalah nama yang diberikan kepada negara-negara industri di Eropa Timur, Jepang, Australia, Selandia Baru, Kanada, Israel, dan Amerika Serikat. Berkembang (developing) merupakan klasifikasi untuk negara-negara dengan pendapatan lebih rendah di dunia yang secara teknis kurang berkembang. Negara-negara industri baru (newly industrializing countries) merupakan kategori yang meliputi empat macan Asia (Taiwan, Hong Kong, Singapura, dan Korea Selatan), Brasil, Meksiko, dan tiga negara industri yang baru muncul (Malaysia, Thailand, dan Chili). PNB/Kapita sebagai Indikator Perekonomian Bawah Tanah (Underground Economy) Banyak yang telah ditulis mengenai bagian pendapatan nasional yang tidak terukur statistik resmi baik karena dilaporkan kurang atau tidak dilaporkan. Termasuk dalam perekonomian bawah tanah (gelap, paralel, informal, di bawah permukaan, bayangan) ini adalah produksi yang sah tetapi tidak diumumkan, produksi dan jasa-jasa ilegal, dan pendapatan dalam bentuk natura (barter) yang tersembunyi. Konversi Mata Uang Permasalahan lain dalam memperkirakan PDB adalah untuk membandingkannya, PDB dalam mata uang lokal harus dikonversi ke suatu mata uang yang umum diterima, biasanya dolar, dengan menggunakan kurs. Apabila nilai relatif kedua mata uang itu secara akurat mencerminkan tenaga beli konsumen, maka konversi itu dapat diterima. Meskipun demikian, Bank Dunia menganggap konversi itu tidak dapat diterima. Meskipun demikian, Bank Dunia menganggap “penggunaan kurs rsmi untuk mengkonversi angka-angka mata uang nasional ke dalam dolar AS tidak mencerminkan daya beli mata uang domestik. Untuk mengatasi kekurangan tersebut, Program Pembandingan Internasional PBB telah mengembangkan metode untuk membandingkan PDB berdasarkan paritas daya beli, bukannya berdasarkan permintaan internasional akan mata uang (kurs). Paritas daya beli adalah jumlah unit mata uang yang diperlukan untuk membeli jumlah barang-barang dan jasa-jasa yang sama di pasar domestic sebanyak yang dapat dibeli dengan $1 di Amerika Serikat. Faktor Konversi Atlas Ketidakpuasan atas metode paritas daya beli dan konversi mata uang berdasarkan nilai tukar umum menyebabkan Bank dunia mengadopsi metode Atlas untuk mengestimasi GNI per kapita. Faktor konversi atlas adalah metode aritmatika yang menghitung rata-rata nilai tukar saat ini dengan nilai tukar dua tahun sebelumnya yang sudah disesuaikan dengan rasio antara inflasi domestik dan inflasi negara G5 (Perancis, Jerman, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat). Pendapatan yang dihitung dengan metode ini umumnya lebih stabil dan peringkat negara menurut pendapatan lebih dipengaruhi kinerja ekonomi daripada fluktuasi nilai tukar. Karakteristik Negara Berkembang Kendati terdapat perbedaan besar di antara banyak negara berkembang sebagian besar sama-sama memiliki karakteristik umum sebagai berikut: PNB/kapita kurang dari $9.265. Distribusi pendapatan tidak merata, dengan kelas menengah yang sangat kecil. Dualisme teknologi-campuran perusahaan-perusahaan yang menggunakan teknologi mutakhir dan perusahaan-perusahaan yang memakai cara-cara yang sangat primitif. Dualisme regional-produktivitas dan pendapatan yang tinggi di beberapa wilayah dan pembangunan ekonomi yang sedikit di wilayah-wilayah yang lain. Sebagian besar (80-85%) penduduk memperoleh penghasilan dalma sektor pertanian yang relatif tidak produktif. Pengangguran tidak kentara atau setengah pengangguran, dua orang melakukan suatu pekerjaan yang dapat dilakukan oleh satu orang. Pertumbuhan penduduk yang tinggi (2,5 sampai 4 persen setahun). Tingkat buta huruf yang tinggi dan sarana pendidikan yang tidak mencukupi. Kekurangan gizi yang neluas dan banyak permasalahan di bidang kesehatan. Instabilitas politik.
k.
Sangat bergantung pada beberapa produk ekspor, umumnya produk-produk pertanian atau pertambangan. l. Topografis yang tidak ramah, seperti gurun pasir, pegunungan, dan hutan tropis. m. Tingkat tabungan yang rendah dan fasilitas perbankan yang tidak memadai. 5. Pendekatan kebutuhan manusia pada pembangunan ekonomi Pendekatan kebutuhan manusia mendefinisikan pembangunan ekonomi sebagai pengurangan kemiskinan, pengangguran, dan ketidak merataan distribusi pendapatan. Batasan kemiskinan juga telah diperluas. Bukannya didefinisikan dalam artian pendapatan seperti lazimnya di negara-negara maju, pengurangan kemiskinan sekarang berarti berkurangnya buta huruf, menurunnya kekurangan gizi, berkurangnya penyakit dan kematian dini, serta peralihan dari produksi pertanian ke industri. 6. Tidak ada teori umum yang diterima Masuknya variabel nonekonomi telah membuat mustahil untuk merumuskan teori pembangunan umum yang diterima secara luas. Ketimbang mengupayakan teori umum, para ahli ekonomi pembangunan kini sedan memusatkan perhatian pada bidang-bidang permasalahan spesifik, seperti pertumbuhan penduduk, distribusi pendapatan, pengangguran, alih teknologi, peranan pemerintah dalam proses itu, serta investasi dalam sumber daya manusia dihadapkan dengan modal fisik. TEORI INVESTASI INTERNASIONAL Teori-teori Investasi Langsung Luar Negeri Kontemporer 1. Teori Keunggulan Monopolistik Teori ini berasal dari disertasi Stephen Hymer tahun 1960-an yang menunjukkan bahwa investasi langsung luar negeri lebih banyak terjadi dalam industri-industri oligopolistik daripada dalam industri-industri yang beroperasi dalam persaingan hampir sempurna. Ini berarti perusahaan-perusahaan dalam industri ini harus memiliki keunggulan yang tidak dapat diperoleh perusahaan-perusahaan lokal. 2. Ketidaksempurnaan Pasar Produk dan Faktor Produksi Caves, seorang ahli ekonomi Harvard memperluas karya Hymer untuk menunjukkan bahwa pengetahuan unggul memungkinkan perusahaan yang melakukan investasi untuk memproduksi berbagai produk yang lebih disukai konsumen daripada barang-barang yang sama buatan local, dan dengan demikian akan memberikan kepada perusahaan itu beberapa kendali untuk harga jual dan keunggulan atas perusahaanperusahaan pribumi. 3. Daur Hidup Produk Internasional Konsep IPLC menjelaskan investasi langsung luar negeri sebagai tahap alamiah dalam kehidupan suatu produk. Untuk menghindari kehilangan pasar yang dilayaninya melalui ekspor, sebuah perusahaan dipaksa untuk menanamkan modal dalam sarana produksi di luar negeri ketika perusahaan-perusahaan lain mulai menawarkan produk-produk yang sama. 4. Teori-teori Lain a. Teori ikut sang pemimpin (follow-the-leader-theory) Sebuah teori lain dikembangkan oleh Knickerbocker yang mengemukakan bahwa apabila sebuah perusahaan khususnya yang memimpin dalam oligopolistik memasuki sebuah pasar, maka perusahaanperusahaan lain dalam industri itu mengikutinya. Teori ini dianggap defensif karena para pesaing melakukan investasi untuk menghindari kehilangan pasar yang dilayani dengan ekspor ketika investor pertama memulai produksi lokal. Mereka juga mungkin takut pemrakarsa itu akan mencapai beberapa keunggulan dengan melakukan diversifikasi risiko yang tidak ingin mereka derita kecuali mereka juga memasuki pasar itu. Selain itu, dengan menduga pemrakarsa itu mengetahui sesuatu yang tidak mereka ketahui, mereka mungkin merasa lebih baik menyelamatkan diri daripada menyesal nantinya. b. Teori internalisasi Teori internalisasi merupakan pengembangan teori ketidak-sempurnaan pasar. Sebuah perusahaan memiliki pengetahuan unggul, tetapi ia dapat memperoleh harga yang lebih tinggi untuk pengetahuan itu dengan cara menggunakannya daripada menjualnya di pasar terbuka. Dengan melakukan investasi di anak perusahaan luar negeri ketimbang memberikan lisensi, perusahaan itu mampu mengirim pengetahuannya melewati batas negara, sementara tetap mempertahankannya di dalam perusahaan dengan harapan dapat mewujudkan hasil yang lebih baik atas investasi yang dilakukan untuk memproduksinya. c. Teori Aliber Aliber percaya ketidaksempurnaan dalam pasar valuta asing munkin menyebabkan investasi asing. Perusahaan-perusahaan di negara-negara dengan mata uang yang nia\lainya terlalu tinggi (overvalued) tertarik untuk menanamkan modal di negara-negara yang mata uangnya nilainya terlalu rendah (undervalued). d. Teori Porto folio Teori ini menyatakan bahwa operasi-operasi internasional memungkinkan diversifikasi risiko dan karenanya cenderung memaksimalkan laba investasi yang diharapkan.
5.
Teori Eklektik Produksi Internasional dari Dunning Teori ini menggabungkan unsur-unsur dari beberapa teori yang telah kita bahas. Dunning menyatakan apabila sebuah perusahaan bermaksud melakukan investasi dalam sarana produksi luar negeri, ia harus memiliki tiga jenis keunggulan: a. Kepemilikan yang khas (ownership specific), yaitu sejauh mana sebuah perusahaan memiliki atau dapat memperoleh aset-aset yang kelihatan (tangible) dan tidak kelihatan (intangible) yang tidak dapat diperoleh perusahaan-perusahaan lain. b. Internalisasi (internalization) adalah dalam kepentingan terbaik perusahaan untuk menggunkana keunggulan kepemilikan khas (menginternalisasi) ketimbang melisensikannya kepada pemilik asing (mengeksternalisasi). c. Kekhasan lokasi (location-spesific), perusahaan akan memperoleh keuntungan dengan menempatkan sebagian fasilitas produksinya di luar negeri. DAFTAR PUSTAKA Donald A. Ball, International Business, 9th edition (sudah diterjemahkan oleh PT. Salemba Empat)
ANALISIS PERMASALAHAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negara-negara lain di sekitarnya. Biasanya bentuk kerjasama atau interaksi itu berbentuk perdagangan antar negara atau yang lebih dikenal dengan istilah perdagangan internasional. Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk disuatu negara (antarperorangan, anatar individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan negara lain) dengan penduduk di negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Perdagangan internasional merupakan hubungan kegiatan ekonomi antar negara yang diwujudkan dengan adanya proses pertukaran barang dan jasa atas dasar suka rela dan saling menguntungkan. Perdagangan Internasional juga dikenal dengan sebutan perdagangan dunia. Perdagangan Internasional terbagi menjadi dua bagian yaitu impor dan ekspor, yang biasanya disebut sebagai perdagangan ekspor impor. Perdagangan internasional terjadi karena kebutuhan dan kemampuan setiap negara dalam menghasilkan barang dan jasa berbeda-beda. Perdagangan internasional juga muncul karena sebuah negara ingin melakukan ekspansi terhadap produk atau jasa yang dihasilkan di dalam negeri. Dengan adanya perdagangan internasional turut mendorong industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi, dan kehadiran perusahaan multinasional. Ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai sebab akibat terjadinya perdagangan internasional. Teori ini dikemukakan oleh Adam Smith dan David Richardo. Adam Smith dengan Teori Keunggulan Mutlak (Absolute Advantage) di mana sebuah keunggulan mutlak atau absolut adalah jika suatu negara mutlak dapat menghasilkan sesuatu yang lebih baik. Teori ini dilatarbelakangi oleh perbedaan sumber daya alam, perbedaan kualitas tenaga kerja, perbedaan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), perbedaan jumlah penduduk, perbedaan iklim, perbedaan pendapatan dan perbedaan modal yang dimiliki oleh berbagai negara di dunia. Model Adam Smithini memfokuskan padakeuntungan mutlakyang menyatakan bahwa suatu negara akan memperoleh keuntungan mutlak dikarenakan negara tersebut mampu memproduksi barang dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan negara lain. Menurut teori ini jika harga barang dengan jenis sama tidak memiliki perbedaan di berbagai negara maka tidak ada alasan untuk melakukan perdagangan internasional.Adam Smith menganjurkan perdagangan bebas sebagai kebijakan yang mampu mendorong kemakmuran suatu negara. Ada juga teori yang di kemukakan oleh David Richardo, yaitu Teori Keunggulan Komparatif (Comparative Advantage). Teori ini mengatakan bahwa setiap negara,akan memperoleh hasil dari perdagangannya dengan mengekspor barang-barang atau jasa yang merupakan keunggulan komparatif terbesarnya dan mengimpor barang-barang atau jasa yang bukan merupakan keunggulan komparatifnya. BEBERAPA SEBAB MELAKUKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL 1. Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di dalam negeri Perbedaan iklim dan cuaca menyebabkan negara negara di dunia memiliki sumber daya yang berbeda beda. Dengan perdagangan
intersasional, Masyarakat dalam suatu negara dapat mengkonsumsi barang yang tidak dapat diproduksi di dalam negeri. Misalnya saja: Indonesia belum dapat memproduksi mobil balap. Melalui perdagangan internasional,masyarakat bisa memperoleh mobil balap dari negara yang memproduksinya, dengan cara mengimpornya dari negara pem-produksi. 2. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi Sebab utama kegiatan perdagangan luar negri adalah untuk memperoleh keuntungan yang diwujudkan oleh spesialisasi. Walaupun suatu negara dapat memproduksi suatu barang yang sama jenisnya dengan yang diproduksi oleh negara lain, tapi ada kalanya lebih baik apabila negara tersebut mengimpor barang tersebut dari luar negri.Sebagai contoh : Amerika Serikat dan Jepang mempunyai kemampuan untuk memproduksi kain. Akan tetapi, Jepang dapat memproduksi dengan lebih efesien dari Amerika Serikat. Dalam keadaan seperti ini, untuk mempertinggi keefisienan penggunaan faktor-faktor produksi, Amerika Serikat perlu mengurangi produksi kainnya dan mengimpor barang tersebut dari Jepang. Dengan mengadakan spesialisasi dan perdagangan, setiap negara dapat memperoleh keuntungan sebagai beriku. Faktor-faktor produksi yang dimiliki setiap negara dapat digunakan dengan lebih efesien. Setiap negara dapat menikmati lebih banyak barang dari yang dapat diproduksi dalam negeri. 3. Memperluas Pasar dan Menambah Keuntungan Terkadang, para pengusaha tidak menjalankan mesinmesinnya (alat produksinya) dengan maksimal karena mereka khawatir akan terjadi kelebihan produksi, yang mengakibatkan turunnya harga produk mereka. Dengan adanya perdagangan internasional, pengusaha dapat menjalankan mesin-mesinnya secara maksimal, dan menjual kelebihan produk tersebut keluar negeri. 4. Transfer Teknologi Modern Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara untuk mempelajari teknik produksi yang lebih efesien dan cara-cara manajemen yang lebih modern. 5. Kebutuhan Devisa Perdagangan internasional juga dipengaruhi oleh faktor kebutuhan akan devisa suatu negara. Dalam memenuhi segala kebutuhannya setiap negara harus memiliki cadangan devisa yang digunakan dalam melakukan pembangunan, salah satu sumber devisa adalah pemasukan dari perdagangan internasional.
Dari data ekspor dan impor pada tahun 2005 sampai dengan 2013 diatas, dapat terlihat bahwa Indonesia mengalami fluktuasi dari tahun ke tahunnya. Pertama untuk Impor, pada tahun 2005, Indonesia hanya dapat mengimpor barang sebanyak 57.700 milyar USD. Sedangkan pada tahun 2006 mengalami peningkatan sebesar 61.065 USD peningkatan ini tidak terlalu signifikan karena pada tahun selanjutnya 2007 ke tahun 2008 mengalami kenaikan yang sangat drastis yaitu 129.197 milyar USD hal ini dikarenakan pada tahun 2008 Indonesia sedang mengalami krisis moneter, dimana perekonomian Indonesia sedang buruk, mengalami inflasi dan banyak jumlah uang beredar sehingga menyebabkan harga di pasaran meningkat dan pemerintah lebih memilih impor. Pada tahun 2009 Indonesia mengalami penurunan impor pasca krisis, yaitu sebesar 96.829 milyar USD, walaupun mengalami penurunan namun impor pada tahun ini tidak sekecil pada tahun sebelum 2008. Indonesia mengalami keadaan impor tertinggi pada tahun 2012, peningkatan impor ini diakibatkan oleh meningkatnya impor non migas dan migas. Selain itu, kenaikan impor juga dipengaruhi oleh meningkatnya impor bahan baku dan barang modal. Laju pertumbuhan impor yang lebih tinggi dibandingkan komponen ekspor menyebabkan Indonesia masih mengalami defisit neraca perdagangan. Namun pada tahun 2013 ini Indonesia dapat menurunkan sektor impor sebesar 51.351 juta USD.
Untuk sektor ekspor dari tahun 2005 hingga 2008 mengalami pertumbuhan yang konstan tetapi ekspor pada tahun tersebut jauh lebih besar jumlahnya daripada impor, dengan selisih pertambahan sebesar 15 – 23 juta USD per tahunnya. Di tengah melambatnya ekspor, permintaan domestik yang masih kuat menyebabkanimpor masih tumbuh cukup tinggi. Jika ekspor lebih tinggi daripada impor maka neraca perdagangan dapat tidak mengalami defisit. Pada tahun 2011 Indonesia mengalami peningkatan ekspor yang sangat drastis dari tahun sebelumnya sebesar 33 juta USD dengan nilai ekspor 203.496 milyar USD. S ejak tahun 2005 hingga 2013, sektor ekspor cenderung lebih tinggi daripada sektor impor. Berarti masyarakat luar negeri masih percaya dan menyukai produk Indonesia. Hal ini juga dikarenakan adanya kontribusi lebih dari sektor pertambangan dan perikanan, hal ini disebabkan melonjaknya hargabarang tersebut di luar negeri. Hanya pada tahun 2012 dan 2013 saja ekspor Indonesia lebih kecil daripada impor, hal ini menyebabkan neraca perdagangan mengalami defisit. Pada tahun 2013 ini, dalam kondisi perekonomian global yang tidak menentu, kontribusi ekspor mengalami penurunan drastis sebesar 57 juta USD, hal ini diakibatkan permintaan global yang sedang menurun. Impor pada tahun 2013 ini lebih besar daripada ekspor, hal ini karena akan banyak realisasi dari kesepakatan investasi kurun 2012-2013 seperti pembangunan pabrik (mesin, bahan baku, bahan penolong dan lain-lain) yang masih berjalan hingga tahun depan. Implementasi dari investasi tersebut akan membuat tekanan yang cukup tinggi terhadap impor sehingga mau tidak mau harus dilakukan. Indonesia harus bersiap akan hal tersebut karena negara ini masih menjadi magnet bagi investor untuk menanamkan modalnya. Dengan masuknya banyak investor ini akan membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin kuat. Sehingga nanti pada tahun 2015, yang sekarang investasi, membangun pabrik dan lain-lain, akan mulai produksi dan sebagian ada yang melakukan ekspor. Kita bisa bayangkan, dengan pemulihan ekonomi, maka pertumbuhan Indonesia akan sangat mungkin jauh lebih besar dari sekarang. Berikut adalah presentase perubahan ekspor dan impor menurut tahun.
Selain mendatangkan manfaat, perdagangan internasional menimbulkan masalah bagi beberapa negara yang belum siap untuk menghadapi hal tersebut, salah satunya Indonesia. Masalah yang dihadapi Indonesia dalam hal perdagangan internasional yaitu: A.Pemberlakuan ACFTA atauASEAN-China Free Trade Area pada 1 Januari 2013 lalu menimbulkan pro-kontra. Sebagian masyarakat menganggap ACFTA sebagai tantangan bagi Indonesia untuk maju, namun sebagian lainnya menganggap ACFTA sebagai kado pahit di awal tahun. ACFTAmenggunakan prinsip perdagangan bebas. Perdagangan bebas tersebut didefinisikan sebagai tidak adanya hambatan buatan, yakni hambatan yang diterapkan pemerintah dalam perdagangan antar individual-individual dan perusahaan-perusahaan yang berada di negara yang berbeda. Bagi pendukung ACFTA, kesepakatan ini akan bermakna besar bagi kepentingan geostrategis dan ekonomis Indonesia dan Asia Tenggara secara keseluruhan (Kompas, Senin, 18 Januari 2010). Namun bagi penentangnya, penerapan ACFTA dikhawatirkan bakal menghancurkan industri nasional. Sebab, tarif bea masuk barang-barang dari China ke ASEAN, khususnya Indonesia menjadi nol persen. Hal ini tentu akan mengancam industri dalam negeri dikarenakan produk China terkenal dengan harga murah. Penerapan ACFTA memang membawa konsekuensi yang besar. Tanpa kebijakan yang sistematis dan terarah, kesepakatan ACFTA hanya akan menjadi bumerang bagi Indonesia. Siap atau tidak, Indonesia harus membuka pasar dalam negeri secara luas kepada negara-negara ASEAN dan Cina. Pendirian ACFTA akan mempunyai dampak kepada Indonesia, baik dampak positif maupun negatif. Positifnya, Indonesia dengan mudahnya mendapatkan barang impor hasil olahan China, dimana masyarakat Indonesia bisa memenuhi kebutuhannya yang tidak bisa diproduksi dalam negeri. Namun, adanya ACFTA juga akan berdampak negatif terhadap perekonomian dan masyarakat Indonesia. Salah satunya sifat ketergantungan terhadap barang impor khususnya buatan China. Sebelum adanya perjanjian perdagangan bebas dengan Cina saja,
kita sudah mendapatkan hampir segala lini produk yang dipergunakan di rumah dan perkantoran bertuliskan Made in China. Oleh karena itu, pemberlakuan pasar bebas ASEAN-China sudah pasti menimbulkan dampak sangat negatif, diantaranya: 1.Serbuan produk asing terutama dari Cina dapat mengakibatkan kehancuran sektor-sektor ekonomi yang diserbu. Padahal sebelum tahun 2009 saja Indonesia telah mengalami proses deindustrialisasi (penurunan industri). Berdasarkan data Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, peran industri pengolahan mengalami penurunan dari 28,1% pada 2004 menjadi 27,9% pada 2008. Diproyeksikan 5 tahun ke depan penanaman modal di sektor industri pengolahan mengalami penurunan US$ 5 miliar yang sebagian besar dipicu oleh penutupan sentra-sentra usaha strategis IKM (industri kecil menegah). Jumlah IKM yang terdaftar pada Kementrian Perindustrian tahun 2008 mencapai 16.806 dengan skala modal Rp 1 miliar hingga Rp 5 miliar. Dari jumlah tersebut, 85% di antaranya akan mengalami kesulitan dalam menghadapi persaingan dengan produk dari Cina. 2.Pasar dalam negeri yang diserbu produk asing dengan kualitas dan harga yang sangat bersaing akan mendorong pengusaha dalam negeri berpindah usaha dari produsen di berbagai sektor ekonomi menjadi importir atau pedagang saja. 3.Karakter perekonomian dalam negeri akan semakin tidak mandiri dan lemah. Segalanya bergantung pada asing. Bahkan produk “sepele” seperti jarum dan peniti saja harus diimpor. Jika banyak sektor ekonomi bergantung pada impor, sedangkan sektor-sektor vital ekonomi dalam negeri juga sudah dirambah dan dikuasai asing. 4.Data menunjukkan bahwa tren pertumbuhan ekspor non-migas Indonesia ke Cina sejak 2004 hingga 2008 hanya 24,95%, sedangkan tren pertumbuhan ekspor Cina ke Indonesia mencapai 35,09%. Kalaupun ekspor Indonesia bisa digenjot, yang sangat mungkin berkembang adalah ekspor bahan mentah, bukannya hasil olahan yang memiliki nilai tambah seperti ekspor hasil industri. Pola ini malah sangat digemari oleh Cina yang memang sedang “haus” bahan mentah dan sumber energi untuk menggerakkan ekonominya. 5.ACFTA akan membuat Indonesia mengalami deindustrialisasi, karena produk hasil industri Indonesia kalah bersaing dengan produk China. Dampaknya, ketersediaan lapangan kerja semakin menurun. Padahal setiap tahun angkatan kerja baru bertambah lebih dari 2 juta orang, sementara pada periode Agustus 2009 saja jumlah pengangguran terbuka di Indonesia mencapai 8,96 juta orang. Pengangguran besarbesaran pasti akan terjadi. Padahal salah satu cara untuk menyerap tenaga kerja adalah melalui industri. Walhasil, perdagangan bebas yang dijalani Pemerintah Indonesia pada hakikatnya adalah ‘bunuh diri’ secara ekonomi. B.Adanya larangan ekspor bahan mentah mineral yang akan diterapkan Januari 2014. Perusahaan pertambangan diharuskan melakukan pengolahan pemurnian biji mineral dalam negeri mulai 12 Januari 2014. Para pemegang kontrak karya pertambangan jelas tak akan kesulitan untuk memenuhi kewajiban membangunsmelter. Sebaliknya, para pengusaha tambang nasional yang baru beroperasi sekitar 3-7 tahun akan kesulitan membangun powerplant serta infrastruktur lain yang membutuhkan biaya besar. Asosiasi Pengusaha Mineral Indonesia (Apemindo) menilai larangan ekspor tersebut diskriminatif, hanya menguntungkan pengusaha asing pemegang kontrak karya (KK) pertambangan yang saat ini menguasai hampir 70 persen industri tambang dan migas di Indonesia. Dalam menghadapi masalah di atas beberapa kebijakan yang dapat dilakukan adalah: Berbagai negara terus berupaya meningkatkan daya saing produknya agar produk-produknya lebih efisien dan laku di pasaran. Untuk meningkatkan daya saing antara lain ditempuh beberapa langkah baik peningkatan efisiensi, menekan biaya produksi, perbaikan iklim usaha, perbaikan infrastruktur serta mengurangi berbagai bentuk pungutan. 1.Menciptakan biaya produksi yang rendah Biaya produksi rendah bagi industri dalam negeri dapat diciptakan denganpertama, menurunkan suku bunga pinjaman bank. Suku bunga pinjaman yang diterapkan di Indonesia adalah sebesar 13,6 persen. Suku bunga tersebut dianggap terlalu tinggi dan membebani para pengusaha, terutama pengusaha UKM. Bunga yang relatif tinggi memberikan keengganan bagi perusahaan maupun perorangan untuk meminjam uang karena biayanya dianggap masih mahal. Implikasi bunga pinjaman yang tinggi lainnya adalah akan menyebabkan sektor manufaktur sulit bersaiang. Bunga pinjaman tersebut akan membebani ongkos kapital sehingga menaikkan biaya produksi. Dan selanjutnya seperti yang telah disebutkan di atas yakni membuat biaya produksi tinggi dan memaksa harga produk pun menjadi lebih mahal. Dengan demikian diperlukan penurunan suku bunga pinjaman agar meringankan beban biaya produksi dan juga mendorong pembukaan usaha-usaha baru agar terbuka kesempatan kerja yang lebih luas. 2.Memperbaiki infrastruktur Ketersediaan jasa pelayanan infrastruktur berpengaruh terhadap pengurangan biaya produksi. Penurunan kinerja infrastruktur berimplikasi pada terhambatnya distribusi barang dan jasa
yang menyebabkan kenaikan biaya angkut, sehingga biaya produksi meningkat. Hal inilah mengapa perbaikan infrastruktur akan sangat menekan biaya produksi. 3.Pengembangan komoditas berbasis keunggulan komparatif dan kompetitif Keunggulan di sektor perkebunan perlu mendapat perhatian khusus. Diperlukan pengembangan produk-produk perkebunan bernilai tambah berupa olahan. Sehingga ekspor komoditas perkebunan tidak lagi berupa bahan mentah, namun mempunyai nilai tambah yang memberikan pendapatan yang lebih tinggi. 4.Pengembangan industri harus diarahkan pada basis kemampuan sumber daya manusia termasuk penguasaan teknologi, inovasi dan kreativitas. 5.Ekspor bahan mentahseharusnya dibatasi. Sebaliknya, ekspor barang-barang hasil pengolahan yang lebih memiliki nilai tambah harus terus ditingkatkan selama telah memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sebaliknya, impor barang-barang yang bisa mengancam industri dalam negeri harus dibatasi. Impor seharusnya hanya terbatas pada barang-barang yang bisa memperkuat industri di dalam negeri. Kewajiban negara adalah memastikan tersedianya bahan baku, energi, modal dan pembinaan terhadap pelaku ekonomi rakyatnya.Negara juga wajib mengatur ekspor dan impor barang sehingga betul-betul bisa mendatangkan kemaslahatan bagi masyarakat.
View more...
Comments