TEORI BIG BANG
March 12, 2017 | Author: yelikeropi | Category: N/A
Short Description
Download TEORI BIG BANG...
Description
MAKALAH AN ORGANIK I (TEORI BIG BANG DALAM PERSPEKTIF ILMU KIMIA) OLEH : NAMA STAMBUK PROGRAM STUDI JURUSAN FAKULTAS
:
: YELLI RAHMAYANTI : A1C4 09005 PENDIDIKAN KIMIA : PENDIDIKAN MIPA : FKIP
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI 2010 KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makal ah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui seberapa besar pengaru h teori bigbang dalam menjelaskan proses pembentukan bumi yang kami sajikan berd asarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun deng an berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datan g dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan ak hirnya makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini memuat tentang “proses pembentukan bumi yang ditinjau dari teo ri bib bang dari segi agama” dan sengaja dipilih karena menarik perhatian penuli s untuk dicermati dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak yang peduli terha dap dunia pendidikan. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada guru/dosen yang telah memb erikan tugas makalah ini sehinggga memberikan banyak manfaat . Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pemba ca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih penulis
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR……………………………………………….. …..i DAFTAR ISI……………………………………………………………...ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………...1 A. Latar belakang Masalah………………………………………………...1 B. Pembatasan Masalah……………………………………………………2 C. Perumusan Masalah……………………………………………………2 BAB II PEMBAHASAN………………………………………………….3 A. Sejarah dan Perkembangan teori Big Bang……………………………. 3 B. Teori Big Bang dalam perspektif ilmu kimia………………………….. 5 C. Teori Big Bang dalam perspektif ilmu agama…………………………. 7 BAB III PENUTUP……………………………………………………….11 A. Kesimpulan……………………………………………………………..11 B. Saran…………………………………………………………………… 11 DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Telah beribu-ribu tahun manusia mengkaji bagaimana proses penciptaan alam semest a ini. Dahulu satu-satunya sumber pemikiran adalah pemahaman yang diperoleh da ri ajaran keagamaan dan berbagai sistim filsfat sains. Baru pada zaman modern, b ersamaan dengan mengalirnya berbagai jenis data, manusai mampu mendekati masalah asal-usul bumi sistem dari sudut yang baru. Kita hidup pada suatu masa yang didalamnya nalar dan sains mengaku telah berhasi l memberikan jawaban logis terhadap seluruh pertanyaan besar yang diajukan oleh akal manusia itu sendiri. Demikian pula, sebagian orang berkeyakinan bahwa masa lah asal-usul alam semesta ini biasa sepenuhnya dijelaskan oleh ilmu pengetahua n sekuler. Dalam buku Principes Fondamentaux de Philosophie, filosof materiali s George Politzer mengatakan bahwa "alam semesta bukanlah sesuatu yang diciptaka n" dan menambahkan: "Jika ia diciptakan, ia sudah pasti diciptakan oleh Tuhan de ngan seketika dan dari ketiadaan".. Pada tahun-tahun sesudahnya, menjadi jelasla h betapa besar akibat yang ditimbulkan oleh suatu teori yang, sejauh berkenaan dengan asal-usul alam semesta, baru bersifat dugaan. Ketika Politzer berpendapa t bahwa alam semesta tidak diciptakan dari ketiadaan, ia berpijak pada model ala m semesta statis abad 19, Namun, sains dan teknologi yang berkembang di abad 20 akhirnya meruntuhkan gagasan kuno yang dinamakan materialisme ini. Sedekat mana kita dapat berekstrapolasi menuju singularitas diperdebatkan, namun tidaklah leb ih awal daripada masa Planck. Fase awal yang panas dan padat itu sendiri dirujuk sebagai "the Big Bang",dan dianggap sebagai "kelahiran" alam semesta kita. Teor i Big Bang menunjukkan bahwa semua benda di alam semesta pada awalnya adalah sat u wujud, dan kemudian terpisah-pisah. Ini diartikan bahwa keseluruhan materi dic iptakan melalui Big Bang atau ledakan raksasa dari satu titik tunggal, dan membe ntuk alam semesta kini dengan cara pemisahan satu dari yang lain. Maka dari itu, dengan berangkat dari keyakinan bahwa pada topic yang amat sensi tive tentang asal-usul alam semesta, yang dikaji secara ilmiah dan ajaran kitab suci. Sehingga dapat membantu kita untuk menyusun makalah ini dalam menjelaskan masalah-masalah penciptaan alam semesta dengan teori big bang. Pembatasan Masalah Untuk memperjelas ruang lingkup pembahasan, maka masalah yang dibahas dibat asi pada masalah :
Sejarah dan perkembangan teori Big Bang Teori Big Bang dalam perspektif ilmu kimia Teori Big Bang dalam perspektif agama islam Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut, masalah-masalah yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut : Bagaimana sejarah dan perkembangan teori Big Bang ? Bagaimana teori Big Bang dalam perspektif ilmu Kimia? Bagaimana teori Big Bang dalam perspektif agama islam? BAB II PEMBAHASAN Sejarah dan perkembangan teori big bang Teori dentuman besar dikembangkan berdasarkan pengamatan pada stuktur alam semes ta beserta pertimbangan teoritisnya. Pada tahun 1912, Vesto Slipher berhasil men gukur geseran Doppler "nebula spiral" untuk pertama kalinya (nebula spiral merup akan istilah lama untuk galaksi spiral). Dengan cepat ia menermukan bahwa hampir semua nebula-nebula itu menjauhi bumi. Ia tidak berpikir lebih jauh lagi mengen ai implikasi fakta ini. Dan sebenarnya pada saat itu, terdapat kontroversi apaka h nebula-nebula ini adalah "pulau semesta" yang berada di luar galaksi Bima Sakt i kita. Sepuluh tahun kemudian, Alexander Friedmann, seorang kosmologis dan mate matikawan rusia, menurunkan persamaan Friedmann dari persamaan relativitas umum Albert Einstein. Persamaan ini menunjukkan bahwa alam semesta mungkin mengembang dan berlawanan dengan model alam semesta yang statis seperti yang diadvokasikan oleh Einstein pada saat itu. Pada tahun 1924, pengukuran Edwin Hubble akan jara k nebula spiral terdekat menunjukkan bahwa ia sebenarnya merupakan galaksi lain. Georges Lemaître kemudian secara independen menurunkan persamaan Friedmann pada t ahun 1927 dan mengajukan bahwa resesi nebula yang disiratkan oleh persamaan ters ebut diakibatkan oleh alam semesta yang mengembang. Pada tahun 1931 Lemaître lebih jauh lagi mengajukan bahwa pengembangan ala m semesta seiring dengan berjalannya waktu memerlukan syarat bahwa alam semesta mengerut seiring berbaliknya waktu sampai pada suatu titik di mana seluruh massa alam semesta berpusat pada satu titik, yaitu "atom purba" di mana waktu dan rua ng bermula. Mulai dari tahun 1924, Hubble mengembangkan sederet indikator jarak yang merupakan cikal bakal tangga jarak kosmis menggunakan teleskop Hooker 100inci (2.500 mm) di Observatorium Mount Wilson. Hal ini mengijinkannya memperkira kan jarak galaksi-galaksi yang geseran merahnya telah diukur. Pada tahun 1929, H ubble menemukan korealsi antara jarak dan kecepatan resesi, yang sekarang dikena l sebagai hukum Hubble. Semasa tahun 1930-an, gagasan-gagasan lain diajukan sebagai kosmologi non-standa r untuk menjelaskan pengamatan Hubble, termasuk pula model Milne, alam semesta b erayun (awalnya diajukan oleh Friedmann, namun diadvokasikan oleh Albert Einstei n dan Richard Tolman dan hipotesis cahaya lelah (tired light) Fritz Zwicky. Setelah Perang Dunia II, terdapat dua model kosmologis yang memungkinkan. Satuny a adalah model keadaan tetap Fred Hoyle, yang mengajukan bahwa materi-materi bar u tercipta ketika alam semesta tampak mengembang. Dalam model ini, alam semesta hampirlah sama di titik waktu manapun. Model lainnya adalah teori dentuman besar Lemaître, yang diadvokasikan dan dikembangkan oleh George Gamow, yang kemudian me mperkenalkan nukleosintesis dentuman besar (Big Bang Nucleosynthesis, BBN). Iron isnya, justru adalah Hoyle yang mencetuskan istilah big bang untuk merujuk pada teori Lemaître dalam suatu siaran radio BBC pada bulan Maret 1949. Untuk sementara , dukungan para ilmuwan terbagi kepada dua teori ini. Pada akhirnya, bukti-bukti pengamatan memfavoritkan teori dentuman besar. Penemuan dan konfirmasi radiasi latar belakang mikrogelombang kosmis pada tahun 1964 mengukuhkan dentuman besar sebagai teori yang terbaik dalam menjelaskan asal usul dan evolusi kosmos. Keban yakan karya kosmologi zaman sekarang berkutat pada pemahaman bagaimana galaksi t erbentuk dalam konteks dentuman besar, pemahaman mengenai keadaan alam semesta p
ada waktu-waktu terawalnya, dan merekonsiliasi pengamatan kosmis dengan teori da sar. Berbagai kemajuan besar dalam kosmologi dentuman besar telah dibuat sejak akhir tahun 1990-an, utamanya disebabkan oleh kemajuan besar dalam teknologi teleskop dan analisa data yang berasal dari satelit-satelit seperti COBE, Teleskop luar a ngkasa Hubble dan WMAP. Teori Big Bang dalam perspektif ilmu kimia Para ahli fisika akhir abad ke-20 menyimpulkan bahwa alam semesta ini te rcipta dari ketiadaan sebagai goncangan fakum yang membuatnya mengandung energi yang sangat tinggi dalam simulasi yang tekanannya menjadi negatif. Vakum ini men imbulkan dorongan eksposif keluar dan simularitas. Ketika alam mendingin karena ekspansinya, seluruh cosmo terdorong membesar dengan kerapatan yang luar biasa. Ekspansi yang luar biasa ini menimbulkan kesan seolah-olah alam ini dige lembungkan dengan tiupan dasyat sehingga dikenal dengan gejola inflasi. Selama p roses inflasi ini ada kemungkinan tidak hanya satu alam saja yang muncul, tapi b anyak alam dan masing-masing memiliki hukum masing-masing. Teori bigbang atau Teori Dentuman Besar menyatakan bahwa semua zat awalnya suat u massa yang padat , yang menyerupai atom raksasa. Kemudian, massa itu meletus d an membentuk suatu bola api yang sangat besar. Dalam masa beberapa menit materi tersebut terpencar ke ruang angkasa yang maha luas. Dari pancaran materi itu te rbentuk bintang-bintang, planet, dan galaksi-galaksi yang sekarang masih memilik i gerak dan terpacu dengan kecepatan yang luar biasa. Teori ini menjelaskan tent ang pertama kalinya atom hydrogen dan helium dihasilkan kira-kira sekitar 15 jut a tahun yang lalu. Dengan terbentuknya elemen-elemen tersebut menyebabkan tidak terdapat elektron bebas yang tersisa dan memancarkan foton cahaya sehingga jagat raya ini bersifat transparan terhadap radiasi yang saat ini kita amati sebagai landasan kosmis. Selanjutnya , unsur-unsur dengan nomor atom yang lebih kecil da ri 26 (sebelum besi dalam sistem periodik) dibenruk oleh fusi inti dalam bintang -bintang muda , unsur-unsur yang lebih berat dihasilkan oleh reaksi inti yang ru mit yang menyertai pembentukan dan peluruhab bintang. Dialam semesta, kelimpahan hydrogen dan helium sangat besar, hidrogen 77% massa , helium 21% massa dan sia sanya 2% massa adalah unsur lain. Adapun urutan kelimpahannya yaitu (_1^1)H> (_2^4)He> (_8^16)O> (_6^12)C> (_10^20)Ne> (_14^28)Si> (_13 ^27)Al> (_12^24)Mg>(_26^56)Fe Pada awal peristiwa Big Bang, tidak ada atom. Item fisik hanya itu partikel kecil bahwa suatu hari nanti akan menggabungkan untuk membuat atom. Partikel-pa rtikel kecil yang disebut partikel subatomik. Menurut para ilmuwan, ketika Big Bang terjadi, terlalu panas untuk membentu k atom-atom. Karena setiap detik berlalu, suhu turun sangat cepat. Dalam waktu 3 menit dari Big Bang, partikel yang lebih berat dikombinasikan untuk membentuk a pa yang disebut proton dan neutron. Ini kemudian akan menggabungkan dengan elekt ron untuk menghasilkan atom-atom yang paling sederhana, hidrogen dan helium. Kar ena ada banyak sekali partikel yang akan bergabung untuk menghasilkan atom seder hana, maka teori Big Bang meramalkan bahwa harus ada kelimpahan hidrogen dan hel ium Orang yang atom studi menemukan bahwa Big Bang akan menghasilkan sekitar 75% atom hidrogen dan atom helium 25%. ramalan ini berasal dari pemahaman yang baik tentang reaksi nuklir karena atom smashing dekade bersama di akselerator partik el. Teori Big Bang bersama dengan pemahaman kita tentang kimia nuklir mengharapkan s ejumlah besar unsur ringan seperti hidrogen dan helium. Teori dan observasi s etuju. Sebagai bintang luka bakar, perubahan kimia nuklir atom hidrogen untuk atom heli um. Proses ini menghasilkan elemen yang lebih berat dan lebih berat seiring berj alannya waktu. Karena matahari seperti bintang, proses nuklir berakhir dengan he
lium dan bintang akhirnya meninggal. Untuk bintang yang sangat besar, proses kim ia nuklir berakhir ketika menggabungkan unsur-unsur untuk membentuk besi. Karena proses terus dalam mengubah bahan menjadi besi, suatu peristiwa drastis terjadi . Tentang waktu itu, meledak bintang besar.. Ledakan itu disebut Supernova. Bin tang-bintang besar yang menghasilkan sebuah supernova diklasifikasikan sebagai s upernova tipe II. Berdasarkan proses ini, logika memberitahu kita bahwa pada akhirnya, persentase lebih tinggi dari hidrogen akan berkurang. Logika mengatakan kepada kita bahwa a lam semesta tidak ada selamanya.. Sekali lagi, ada bukti kuat bahwa alam semesta memiliki awal berdasarkan kimia nuklir di dalam bintang. Mari kita lanjutkan. Namun, kali ini kita akan belajar bahwa alam semesta kita t ampaknya telah ada hanya satu waktu dan bahwa itu sedang sekarat Teori Big Bang dalam perspektif agama islam Dalam salah satu teori mengenai terciptanya alam semesta (teori big bang), diseb utkan bahwa alam semesta tercipta dari sebuah ledakan kosmis sekitar 10-20 milia r tahun yang lalu yang mengakibatkan adanya ekspansi (pengembangan) alam semesta . Sebelum terjadinya ledakan kosmis tersebut, seluruh ruang materi dan energi te rkumpul dalam sebuah titik. Mungkin banyak di antara kita yang telah membaca ten tang teori tersebut. Sekarang, mungkin ada di antara kita yang ingin tahu bagaimana Al-Quran menjelas kan tentang terbentuknya alam semesta ini. Dalam Quran surat Al-Anbiya (surat ke -21) ayat 30 disebutkan: "Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu ke duanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Da n dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?" Lalu dalam Quran surat Fussilat (surat ke-41) ayat 11 Allah berfirman: "Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkat a kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati". Kata asap dalam ayat tersebut di atas menurut para ahli tafsir adalah merupakan kumpulan dari gas-gas dan partikel-partikel halus baik dalam bentuk padat maupun cair pada temperatur yang tinggi maupun rendah dalam suatu campuran yang lebih atau kurang stabil. Lalu dalam surat At-Talaq (surat ke-65) ayat 12 Allah berfirman: "Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah All ah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmunya benar-benar meliputi segala sesuatu" Para ahli menafsirkan bahwa kata tujuh menunjukkan sesuatu yang jamak (lebih dar i satu), dimana secara tekstual hal ini mengindikasikan bahwa di alam semesta in i terdapat lebih dari satu bumi seperti bumi yang kita tempati sekarang ini. Beberapa hal yang mungkin mengejutkan bagi para pembaca Al-Quran di abad ini ada lah fakta tentang ayat-ayat dalam Al-Quran yang menyebutkan tentang tiga kelompo k benda yang diciptakan(Nya) yang ada di alam semesta yaitu benda-benda yang ber ada di langit, benda-benda yang berada di bumi dan benda-benda yang berada di an tara keduanya. Kita dapat menemukan tentang hal ini pada beberapa surat yaitu su rat To-Ha (surat ke-20) ayat 6 yang artinya: "Kepunyaan-Nya lah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di a ntara keduanya dan semua yang di bawah tanah" Lalu dalam surat Al-Furqan (aurat ke-25) ayat 59 yang artinya: "Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam ma sa..." Juga dalam surat Al-Sajda (surat ke-32) ayat 4 yang artinya: "Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya
dalam enam masa..." Dan surat Qaf (surat ke-50) ayat 58 yang artinya: "Dan sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara ke duanya dalam enam masa, dan Kami sedikit pun tidak ditimpa keletihan" Dari surat-surat tersebut di atas terlihat bahwa secara umum proses terciptanya jagat raya ini berlangsung dalam 6 periode atau masa dimana tahapan dalam proses tersebut saling berkaitan. Disebutkan pula bahwa terciptanya jagat raya terjadi melalui proses pemisahan massa yang tadinya bersatu. Selain itu disebutkan pula tentang lebih dari satu langit dan bumi dan keberadaan ciptaan di antara langit dan bumi. Dari uraian di atas kita dapat menyimpulkan bahwa sebelum para ahli mengemukakan tentang teori big bang (yang dimulai sejak tahun 1920-an), ayat-ayat Al-Quran t elah secara jelas menceritakan bagaimana alam semesta ini terbentuk. BAB III PENUTUP A.Kesimpulan Berdasarkan uraian pada pembahasan dapat disimpulkan bahwa: Teori Big Bang dikembangkan berdasarkan pengamatan pada struktur alam se mesta beserta pertimbangan teoritisnya Pada tahun 1912, Vesto Slipher berhasil m engukur geseran Doppler "nebula spiral" . Sepuluh tahun kemudian, Alexander Frie dmann, seorang kosmologis dan matematikawan rusia, menurunkan persamaan Friedman n dari persamaan relativitas umum Albert Einstein. Pada tahun 1924, pengukuran E dwin Hubble akan jarak nebula spiral terdekat menunjukkan bahwa ia sebenarnya me rupakan galaksi lain. Georges Lemaître kemudian secara independen menurunkan persa maan Friedmann pada tahun 1927 dan mengajukan bahwa resesi nebula yang disiratka n oleh persamaan tersebut diakibatkan oleh alam semesta yang mengembang. Pada ta hun 1931 Lemaître lebih jauh lagi mengajukan bahwa pengembangan alam semesta seiri ng dengan berjalannya waktu memerlukan syarat bahwa alam semesta mengerut seirin g berbaliknya waktu sampai pada suatu titik di mana seluruh massa alam semesta b erpusat pada satu titik, yaitu "atom purba" di mana waktu dan ruang bermula. Mul ai dari tahun 1924, Hubble mengembangkan sederet indikator jarak yang merupakan cikal bakal tangga jarak kosmis menggunakan teleskop Hooker 100-inci (2.500 mm) di Observatorium Mount Wilson. Hal ini mengijinkannya memperkirakan jarak galaks i-galaksi yang geseran merahnya telah diukur. Pada tahun 1929, Hubble menemukan korealsi antara jarak dan kecepatan resesi, yang sekarang dikenal sebagai hukum Hubble. Teori Big Bang dalam perspektif ilmu kimia yaitu tentang pertama kalinya atom hydrogen dan helium dihasilkan kira-kira sekitar 15 juta tahun yang lalu. Dengan terbentuknya elemen-elemen tersebut menyebabkan tidak terdapat elektron b ebas yang tersisa dan memancarkan foton cahaya sehingga jagat raya ini bersifat transparan terhadap radiasi yang saat ini kita amati sebagai landasan kosmis. Model Big Bang adalah titik terakhir yang dicapai ilmu pengetahuan tenta ng asal muasal alam semesta. Begitulah , alam semesta ini telah diciptakan oleh Allah Yang Maha Perkasa dengan sempurna tanpa cacat. Dalam Al-Qur’an dikatakan :“Kem udian Dia menuju pada penciptaan langit, dan langit itu masih merupakan asap, la lu Dia bertanya kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perint ah-Ku dengan sukahati atau terpaksa”, keduanya menjawab: “kami datang dengan sukahat i”” (QS. [41]:11). B. Saran Dalam pembuatan makalah ini masih banyak memiliki kekurangan sehi ngga mohon Kiranya agar memberikan masukan dan kritikan.
DAFTAR PUSTAKA Cosmology . UCLA, Division of Astronomy and Astrophysics. Diakses pada 16 Agustu s2010 Gibson, C.H. (21 January 2001). The First Turbulent Mixing and Combustion. IUTA M Turbulent Mixing and Combustion. Hubble, E. (1929). "A Relation Between Distance and Radial Velocity Among ExtraGalactic Nebulae". Proceedings of the National Academy of Sciences 15 (3): 168–73. DOI:10.1073/pnas.15.3.168 Komatsu, E. (2009). "Five-Year Wilkinson Microwave Anisotropy Probe Observations : Cosmological Interpretation". Astrophysical Journal Supplement 180: 330. DOI:1 0.1088/0067-0049/180/2/330. Wright, E.L. What is the evidence for the Big Bang?. Frequently Asked Questions in ^ Menegoni, Eloisa et al. (2009), "New constraints on variations of the fine structure constant from CMB anisotropies", Physical Review D 80 (8), doi:10.110 3/PhysRevD.80.087302, http://arxiv.org/abs/0909.3584
View more...
Comments