Teori Belajar Konstruktivistik Dan Penerapannya Dalam Pembelajaran

February 4, 2017 | Author: Devy Widyatama Putri | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Teori Belajar Konstruktivistik Dan Penerapannya Dalam Pembelajaran...

Description

Teori Belajar Konstruktivistik dan Penerapannya dalam Pembelajaran MAKALAH Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran Yang dibimbing oleh Dr. Hadi Suwono, M.Si.

Oleh: Kelompok 2/Offering B Devy Widyatama Putri

130341603395

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI September 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan sekarang ini mengalami kemajuan yang begitu pesat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Karakteristik manusia masa depan yang diharapkan dalam rangka membangun sumber daya manusia adalah manusiamanusia yang memiliki kepekaan, kemandirian, tanggungjawab terhadap risiko dalam pengambilan keputusan, mengembangkan segenap aspek potensi melalui proses belajar yang terus menerus untuk menemukan diri sendiri (Sumarsih 2009). Berbagai cara dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Sistem pendidikan harus tersusun secara sistematis dan terarah. Hal itu berarti suatu sistem pendidikan harus memiliki landasan- landasan dalam pembelajaran. Landasan yang dapat digunakan yaitu menerapkan suatu teori pembelajaran yang sesuai. Salah satu jenis teori belajar adalah teori belajar

konstruktivistik.

Konstruktivistik merupakan salah satu pendekatan dalam belajar yang menekankan bahwa proses belajar terbaik seorang individu terjadi ketika individu secara aktif mengonstruksikan pengetahuan dan pemahamannya (Mulyasa, 2006). Menurut pandangan konstruktivistik belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan individu yang belajar, ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang dipelajari. Paradigma konstruktivistik memandang mahasiswa sebagai pribadi yang memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari suatu pengetahuan yang baru (Sumarsih 2009). Oleh karena itu, untuk memperdalam pengetahuan tentang teori belajar Konstruktivistik, penulis membuat makalah ini. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dari latar belakang adalah sebagai berikut 1. 2. 3. 4.

Apakah pengertian teori belajar konstruktivistik ? Apakah tujuan teori belajar konstruktivistik? Bagaimanakah kelebihan dan kekurangan teori belajar konstruktivistik? Bagaimanakah penerapan teori belajar konstruktivistik dalam pembelajaran?

C. Tujuan Tujuan dari rumusan masalah adalah sebagai berikut 1. 2. 3. 4.

Untuk mengetahui pengertian teori belajar konstruktivistik Untuk mengetahui tujuan teori belajar konstruktivistik Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teori belajar konstruktivistik Untuk mengetahui penerapan teori belajar konstruktivistik dalam pembelajaran

BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian teori belajar konstruktivistik

Istilah constructivism (yang dalam Bahasa Indonesia diserap menjadi konstruksivisme) berasal dari kata kerja Inggris "to Construct". Kata ini merupakan serapan dari bahasa Latin "construere" yang berarti menyusun atau membuat struktur. Dengan demikian, konsep inti konstruktivistik adalah proses penstrukturan atau pengorganisasian. Konstruktivis melihat belajar sebagai proses aktif pelajar mengkonstruksi arti baik dalam bentuk teks, dialog, pengalaman fisis, ataupun bentuk lainnya. Belajar adalah kegiatan aktif siswa, yang harus membangun sendiri pengetahuannya. Hanya dengan keaktifannya mengolah bahan, bertanya secara aktif, dan mencerna bahan dengan kritis, siswa dapat menguasai bahan dengan lebih baik. Oleh karena itu, kegiatan aktif dalam proses belajar perlu ditekankan. Ini merupakan proses penyesuaian konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berpikir yang telah ada dalam pikiran mereka (Sukiman, 2008). Dalam perspektif konstruktivis, belajar bukan suatu perwujudan hubungan stimulus-respons, namun belajar memerlukan pengaturan diri. Tujuan belajar lebih difokuskan pada pengembangan konsep dan pemahaman yang mendalam daripada sekedar pembentukan perilaku atau keterampilan. Dalam paradigma ini, belajar lebih menekankan proses daripada hasil. Siswa harus punya pengalaman dengan membuat hipotesis, menguji hipotesis, memanipulasi objek, memecahkan persoalan, mencari jawaban, menggambarkan, meneliti, berdialog, mengadakan refleksi, mengungkapkan pertanyaan, mengekspresikan gagasan, dan Iain-lain untuk membentuk konstruksi yang baru (Sukiman, 2008). Konstruktivistik merupakan salah satu pendekatan dalam belajar yang menekankan bahwa proses belajar terbaik seorang individu terjadi ketika individu secara aktif mengonstruksikan pengetahuan dan pemahamannya (Mulyasa, 2006). Jadi, siswa harus membentuk pengetahuan mereka sendiri dan guru membantu sebagai mediator fasilitator dalam proses pembentukan itu (Sukiman, 2008). B. Ciri teori Belajar Konstruktivistik Ciri teori belajar konstruktivistik antara lain bercirikan sebagai berikut. 1. Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang

2. mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami. Konstruksi arti itu dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia punyai. 3. Konstruksi adalah proses yang terus-menerus. Setiap kali berhadapan dengan fenomena atau persoalan yang baru, diadakan rekonstruksi. 4. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih suatu pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. 5. Belajar bukanlah hasil perkembangan, melainkan merupakan perkembangan itu sendiri, suatu perkembangan yang menuntut penemuan dan pengaturan kembali pemikiran seseorang. 6. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam keraguan

sehingga

merangsang

pemikiran

lebih

lanjut.

Situasi

ketidakseimbangan adalah situasi yang baik untuk memacu belajar. 7. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar dengan dunia fisik dan lingkungannya. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui si pelajar seperti konsep-konsep, tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari (Suparno, 2009). C. Tujuan Pembelajaran Konstruktivistik Menurut

Karfi

(2002:

6)

tujuan

dilaksanakannya

pembelajaran

konstruktivistik yaitu

1. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi langsung kepada benda-benda konkrit ataupun model artifisial 2. Memperhatikan konsepsi awal siswa guna menanamkan konsep yang benar 3. Proses mengubah konsepsi-konsepsi siswa yang sudah ada dan mungkin salah

D. Teori Belajar konstruktivistik menurut ahli 1. Jean Piaget Piaget, seorang tokoh konstruktivistik,

menyatakan

bahwa

proses

pengkonstruksian pengetahuan berlangsung melalui proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep, ataupun pengalaman baru ke dalam struktur atau skema yang sudah ada di dalam pikirannya. Asimilasi dapat dipandang

sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan yang baru dalam struktur yang telah ada. Asimilasi ini tidak menyebabkan perubahan/pergantian struktur/skema yang telah ada, melainkan mengembangkannya. Proses asimilasi ini berjalan terus. Setiap orang selalu secara terus menerus mengembangkan proses ini. Sedangkan akomodasi, adalah membentuk struktur/ skema baru yang dapat cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi struktur/skema yang ada sehingga cocok dengan rangsangan itu. Proses akomodasi ini terjadi karena seseorang itu menghadapi rangsangan atau pengalaman yang baru dan orang tersebut tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru itu dengan skema yang telah dipunyai. Maka di sini diperlukan pembentukan skema yang baru atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan rangsangan atau pengalaman baru tersebut. Equilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamya (skemata). Proses perkembangan intelek seseorang berjalan dari disequilibrium menuju equilibrium melalui asimilasi dan akomodasi (Sukiman, 2008). 2. Vygotsky Konstruktivistik sosial yang dikembangkan oleh Vigotsky adalah bahwa belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun fisik. Vygotsky menekankan pentingnya memanfaatkan lingkungan dalam pembelajaran. Lingkungan sekitar siswa meliputi orang-orang, kebudayaan, termasuk pengalaman dalam lingkungan tersebut. Orang lain merupakan bagian dari lingkungan,pemerolehan pengetahuan siswa bermula dari lingkup sosial, antar orang, dan kemudian pada lingkup individu sebagai peristiwa internalisasi (Taylor, 1993). Konstruktivistik menurut pandangan Vygotsky menekankan pada pengaruh budaya. Berkaitan dengan pembelajaran, Vygotsky mengemukakan 4 prinsip, yaitu: 1.

Pembelajaran sosial (social learning).Vygotsky menyatakan bahwa siswa belajar melalui interaksi bersama dengan orang dewasa/teman yang lebih

cakap 2. ZPD (zone of proximal development). Siswa akan dapat mempelajari konsepkonsep dengan baik jika berada dalam ZPD. Siswa bekerja dalam ZPD jika

siswa tidak dapat memecahkan masalah sendiri, tetapi dapat memecahkan masalah itu setelah mendapat bantuan orang dewasa atau temannya 3. Masa Magang Kognitif (cognitif apprenticeship). Suatu proses yang menjadikan siswa sedikit demi sedikit memperoleh kecakapan intelektual melalui interaksi dengan orang yang lebih ahli, orang dewasa, atau teman yang lebih pandai; 4. Pembelajaran Termediasi (mediated learning). Vygostky menekankan pada scaffolding. Siswa diberi masalah yang kompleks, sulit, dan realistik, dan kemudian diberi bantuan secukupnya dalam memecahkan masalah siswa. Inti teori Vigotsky adalah menekankan interaksi antara aspek internal dan eksternal dari pembelajaran dan penekanannya pada lingkungan sosial pembelajaran. Menurut teori Vigotsky, fungsi kognitif manusia berasal dari interaksi social masing-masing individu dalam konteks budaya (Slavin, 2000). 3. John Dewey John Dewey menguatkan lagi teori konstruktivistik dengan mengatakan bahwa pendidik yang cakap harus melaksanakan pengajaran dan pembelajaran sebagai proses menyusun atau membina pengalaman secara berterusan. Beliau juga menekankan kepentingan penyertaan murid di dalam setiap aktiviti pengajaran dan pembelajaran (Dimyati & Mudjiono, 2002). E. Kelebihan dan Kekurangan teori Konstruktivistik Kelebihan teori konstruktivistik diantaranya 1. Berfikir. Dalam aspek berfikir proses membina pengetahuan baru, peserta didik berfikir untuk menyelesaikan masalah, mengembangkan ide, dan membuat keputusan. 2. Kepahaman. Dalam aspek kefahaman peserta didik terlibat secara langsung dalam membina pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan boleh mengaplikasikan dalam semua situasi. 3. Mengingat. Dalam aspek mengingat peserta didik terlibat langsung secara aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep. Peserta didik melalui

pendekatan ini membina sendiri pemahaman mereka. Justru mereka lebih yakin menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru. 4. Kemahiran sosial. Dalam aspek kemahiran sosial diperoleh apabila peserta didik berinteraksi dengan teman dan guru dalam membina pengetahuan baru 5. Motivasi: siswa telibat langsung, memahami, mengingat, yakin, dan saling berinteraksi, mereka akan merasa termotivasi belajar dalam memperoleh pengetahuan baru (Sutisna, 2013). Kekurangan teori belajar konstruktivistik diantaranya 1.

Peserta didik mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil konstruksi peserta didik tidak cocok dengan hasil konstruksi sesuai dengan

2.

3.

kaidah ilmu pengetahuan sehingga menyebabkan miskonsepsi. Menanamkan agar peserta didik membangun pengetahuannya sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap peserta didik memerlukan penanganan yang berbeda-beda. Meskipun guru hanya sebagai pemotivasi dan mediasi jalannya proses belajar, tetapi guru di samping memiliki kompetensi dibidang itu harus memiliki perilaku yang elegan dan arif sebagai semangat bagi anak sehingga dibutuhkan

4.

pengajaran

yang

sesungguhnya

mengapresiasi

nilai-nilai

kemanusiaan Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah memiliki sarana dan prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreatifitas siswa (Sutisna, 2013).

F. Penerapan Teori Belajar Konstruktivistik dalam Pembelajaran Penerapan teori belajar konstruktivistik meliputi 4 tahapan, yaitu 1. Apersepsi. Pada tahap ini, siswa didorong untuk mengemukakan pengetahuan awalnya tentang konsep yang akan dibahas. Bila perlu guru memancing dan memberikan pertanyaan – pertanyaan tentang fenomena

yang sering terjadi dalam kehidupan sehari – sehari dengan mengaitkan konsep

yang

akan

dibahas.

Siswa

diberi

kesempatan

untuk

mengkomunikasikan, mengilustrasikan pemahamannya tentang suatu konsep. 2. Eksplorasi. Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki kegiatan dan menemukan kosnsep melalui pengmpulan data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang oleh guru kemudian secara kelompok didiskusikan 3. Diskusi dan penjelasan konsep. Pada tahap ini siswa memberikan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil observasinya ditambah dengan penjelasan guru, sehingga siswa tidak ragu – ragu lagi tentang konsepnya 4. Pengembangan dan aplikasi. Pada tahap ini guru berusaha menciptakan iklim pembelajaran, yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman konseptualnya, baik melalui kegiatan ataupun pemunculan dan pemecahan masalah –nmasalah yang berkaitan dengan isu – isu yang ada (Sutisna, 2013).

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan berdasarkan kajian teori adalah sebagai berikut. 1. Teori belajar konstruktivistik adalah Konstruktivistik merupakan salah satu pendekatan dalam belajar yang menekankan bahwa proses belajar terbaik

seorang individu terjadi ketika individu secara aktif mengonstruksikan pengetahuan dan pemahamannya. 2. Beberapa ahli yang menganut aliran teori belajar konstruktivistik diantaranya Piaget Vygotsky, dan John Dewey 3. Teori Belajar konstruktivistik memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya diantaranya terlibat secara langsung dalam membina pengetahuan, mampu menyelesaikan masalah dalam situasi baru, aktif dalam menemukan sendiri pengetahuannya, dan sebagainya, sedangkan kekurangannya yaitu terjadinya miskonsepsi, sarana dan prasarana yang kurang mendukung, dan kemampuan peserta didik yang berbeda – beda 4. Tahapan mteori belajar konstruktivistik diantaranya Apersepsi, Eksplorasi, diskusi dan penjelasan konsep, pengembangan dan aplikasi B. Saran Dalam menggunakan teori belajar konstruktivistik hendaknya seorang pendidik membuat perencanaan terlebih dahulu supaya peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran dan mampu mengkonstruksikan pengetahuannya. Kemudian, di akhir pembelajaran seorang pendidik harus memberikan penguatan supaya tidak terjadi miskonsepsi.

DAFTAR RUJUKAN Mulyasa. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. :19. Slavin, Robert E. (1997). Educational Psychology-Theory and Practice. Fourth Edition. Boston, Allyn and Bacon Sukiman. 2008. Teor1 Pembelajaran Dalam Pandangan Konstruktivistik Dan Pendidikan Islam. Jurnal Kependidikan Islam Vol. 3 (Online) Http://Digilib.Uin-Suka.Ac.Id/8586/1/Sukiman%20teor1%20pembelajaran %20dalam%20pandangan%20konstruktivistik%20dan%20pendidikan %20islam.Pdf diakses 5 September 2015 Suparno, Paul. 2010. Filsafat Konstruktivistik dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius

Sutisna, yaya. 2013. Penerapan Pendekatan Konstruktivistik untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di sekolah dasar (online) http://repository.upi.edu/6013/5/s_pwk_0810522_chapter2.pdf diakses 5 September 2015

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF