tension headache
March 27, 2018 | Author: Johanesputra | Category: N/A
Short Description
terapi profilakssisi pada tension headache...
Description
REFERAT
Terapi Profilaksis Pada Pasien Tension-Type Headache
Oleh : Johanes Putra (2013-061-106) Pembimbing : dr. Budi Riyanto Wreksoatmodjo, Sp.S Kepaniteraan Klinik SMF Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Atma Jaya
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klafisikiasi Nyeri Kepala Klasifikasi dari nyeri kepala dibagi berdasarkan dari penyebab nyeri kepala itu sendiri. Secara garis besar berdasarkan The International Classification of Headche Disorders 3rd edition pada tahun 2013 dibagi menjadi 3 kategori, yaitu8 2.1.1 Nyeri kepala primer8 Nyeri kepala primer lebih sering terjadi dibandingkan dengan nyeri kepala sekunder. Nyeri kepala primer adalah nyeri kepala yang timbul tanpa sebab yang jelas, tidak berhubungan dengan suatu penyakit (idiopatik). Nyeri kepala primer timbul karena adanya interaksi yang kompleks dari genetik, perkembangan dan keadaan lingkungan. Karena nyeri kepala primer bersifat idiopatik sehingga pemeriksaan neurologis dan pemeriksaan radiologis menghasilkan hasil yang normal.9 Jenis nyeri kepala primer antara lain migraine, tensiontype headache, trigeminal autonomic cephalalgias, dan jenis lain dari primary headache disorders.8 2.1.2 Nyeri kepala sekunder8 Nyeri kepala sekunder adalah nyeri kepala yang timbul karena adanya penyakit dan kondisi lain seperti tumor, aneurisma, inflamasi dan lainlain. Walaupun nyeri kepala sekunder lebih jarang terjadi, penegakan diagnosis penting untuk dilakukan karena sering kali penyakit yang mendasari sakit kepala mengancam keselamatan. Nyeri kepala sekunder dapat membaik apabila penyebab yang mendasarinya diterapi secara baik. 9 Nyeri kepala sekunder antara lain nyeri kepala yang berikaitan dengan trauma pada kepala dan atau leher, gangguan pembuluh darah pada kepala dan leher, gangguan intracranial yang tidak disebabkan pembuluh darah, zatzat tertentu, infeksi, gangguan homeostasis, gangguan pada cranium, leher, mata, telinga, hidung, muka dan stuktur kranial, dan gangguan psikiatrik.8 Nyeri kepala sekunder harus diwasapadai ketika ditemukan onset baru dari nyeri kepala dan terdapat perbedaan karakteristik dari nyeri kepala yang biasa dialami. Berikut adalah tandatanda yang harus diwaspadai dalam munculnya nyeri kepala sekunder
Onset dan karakteristik baru dari nyeri kepala pada pasien
diatas usia 50 tahun Peningkatan intensitas dari nyeri kepala secara cepat (beberapa
detik samapai 5 menit) Terdapat gangguan neurologis fokal (contoh: kelemahan
tungkai, aura1 jam) Gangguan nurologis non fokal (gangguan kognitif) Perubahan dari frekuensi, karakteristik, dan gejala penyerta dari
nyeri kepala Terdapat hasil yang patologis dari pemeriksaan neurologis Nyeri kepala yang muncul dengan perubahan posisi Nyeri kepala yang dapat membangunkan pasien yang sedang
tertidur Nyeri kepala yang muncul saat pemakaian tenaga dan manuver
valsava (batuk, tertawa, mengejan) Pasien dengan faktor risiko cerebral venous sinus thrombosis Kaku kuduk Demam Onset baru dari nyeri kepala dengan riwayat penyakit infeksi
HIV Onset baru dari nyeri kepala dengan riwayat penyakit kanker.
2.1.3 Nyeri pada cranial neuropati, muka, dan nyeri kepala tipe lainya8 Klasifikasi terakhir adalah nyeri kepala yang disebabkan oleh gangguan saraf kranial dan nyeri pada daerah muka. Penyakit yang termasuk dalam kelompok ini antara lain trigeminal neuralgia, glossopharyngeal neuralgia, nervus intermedius neuralgia, dan lainlain. 8
2.2 Tension Type Headache 2.2.1 Definisi TTH adalah nyeri kepala bilateral yang menekan (pressing/squeezing), mengikat, tidak berdenyut, tidak dipengaruhi dan tidak diperburuk oleh aktivitas fisik, bersifat ringan hingga sedang, tidak disertai mual dan atau muntah, serta disertai fotofobia atau fonofobia. 8 2.2.2 Epidemiologi
Sekitar 93% lakilaki dan 99% perempuan pernah mengalami nyeri kepala. TTH merupakan nyeri kepala primer yang paling sering terjadi. Sekitar 78% orang dewasa pernah mengalami TTH setidaknya sekali dalam hidupnya. TTH episodic merupakan jenis TTH yang paling sering terjadi dengan prevalensi 3874%. 10 TTH dapat menyerang segala usia. Usia dengan prevalensi tertinggi adalah pada usia 2530 tahun. Sekitar 40% penderita TTH memiliki riwayat keluarga dengan TTH. Prevalensi seumur hidup pada perempuan mencapai 88%, sedangkan lailaki hanya 69%. Rasio prempuan:lakilaki adalah 5:4.10 2.2.3 Etiologi Penyebab dari TTH belum begitu jelas. Selama ini penyebab dari TTH sering dihubungkan dengan peningkatan kontraksi otot pada daerah bahu, leher, kulit kepala, dan rahang saat pada kondisi stres. Namun menurut teori terbaru TTH terjadi karena adanya perubahan neurotransmitter (serotonin) yang terjadi juga pada nyeri kepala tipe migraine. Pencetus terjadinya TTH antara lain:11
Stress
Depresi
Cemas
Menahan kepala pada satu posisi
Kelelahan
Terlambat makan
2.2.4 Patofisiologi Setelah penelitian beberapa tahun belakangan ini, asal nyeri dari TTH masih belum diketahui secara pasti. Faktor perifer (perasaan nyeri dari jaringan pericranial myofascial) dan sentral ( peningkatan eksitasi dari CNS) memiliki peranan penting pada patofisiologi dari TTH. Asal nyeri dari TTH sering dihubungkan dengan kontraksi otot yang berlebihan, iskemik dan
inflamasi dari otot kepala dan leher. Namun pada pemeriksaan electromyography tidak ditemukan adanya peningkatan yang signifikan pada TTH.5 Batas ambang rangsang toleransi nyeri terhadap mekanik, suhu, dan stimulus elektrik menurun pada pasien dengan chronic TTH. Berdasarkan studi yang telah dilakukan diduga bahwa nyeri kronik pada kronik TTH timbul karena sensitasi sentral di tingkat posterior horn dari medulla spinalis atau nucleus trigeminal atau keduanya. Sensitasi ini terjadi karena adanya stimulus nosiseptif yang kontinu pada otot pericranial dan jaringan myofasial. Diduga sensitasi sentral terjadi karena aktivasi dari Nitric oxide synthase (NOS) .5 Mekanisme lain terjadinya TTH karena adanya defisiensi dari antinociceptif dari stuktur supraspinal di CNS. Penurunan fungsi inhibisi nosiseptif ditemukan pada pemeriksaan electoenccephalogram sehingga terjadi peningkatan sensitifitas nyeri pada pasien dengan chronic TTH. Faktor lingkungan dan psikologis berperan penting pada patofisiologi dari TTH. Stress dan tekanan mental sering menjadi faktor pencetus dalam terjadinya TTH. Stress juga mencetuskan rasa nyeri yang berlebih pada pasien dengan kronik TTH. 5 2.2.5. Kriteria Diagnosis Penegakan diagnosis pada TTH didapatkan terutama dari deskripsi penyakit oleh pasien (kriteria diagnosis). Tidak ada uji spesifik untuk menegakan diagnosis TTH. Pemeriksaan lain yang dilakukan hanya berguna untuk menyingkirkan nyeri kepala akibat sebab lainnya. Saat dilakukan pemeriksaan neurologis tidak ditemukan adanya kelainan apapun.12 Berikut merupakan kriteria diagnosis dari TTH menurut The International Classification of Headche Disorders 3rd edition pada tahun 2013.8 1. Infrequent episodic tension-type headache8 A. Minimal 10 episode nyeri kepala yang terjadi
View more...
Comments