tension headache

March 27, 2018 | Author: Bella Ammara Karlinda | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

referat...

Description

REFERAT Tension Headache

DISUSUN OLEH : Bella Ammara Karlinda 030.10.051 PEMBIMBING : dr. Mukhdiar Sp.S

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CILEGON FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI PERIODE 1 DESEMBER 2014 – 2 JANUARI 2015 LEMBAR PENGESAHAN Referat dengan judul : “Tension Headhache”

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf RSUD Kota Cilegon, Periode 1 Desember 2014 – 2 Januari 2014 Disusun Oleh : Bellla Ammara Karlinda 030.10.051

Cilegon, ......................................... 2014 Mengetahui

PEMBIMBING : Dr. Mukhdiar Sp.S

KATA PENGANTAR

2

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan YME atas berkah dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Tension Headache” sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian di kepaniteraan klinik SMF Ilmu Penyakit Saraf di RSUD Kota Cilegon. Pada kesempatan kali ini, izinkan penulis untuk mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan referat ini, terutama kepada

dr. Mukhdiar Sp.S

yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada keluarga penulis yang selalu memberikan dukungan dan memotivasi penulis hingga saat ini, serta kepada teman-teman penulis yang sedang menjalani kepanitraan di RSUD Kota Cilegon. Penulis menyadari bahwa penulisan pada referat ini banyak terdapat kekurangan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan saran serta kritik yang dapat membangun dalam presentasi kasus ini guna untuk perbaikan di kemudian hari. Semoga referat ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua baik sekarang maupun dihari yang akan datang.

Cilegon, Desember 2014

Penulis

DAFTAR ISI Lembar Pengesahan ……………………………………………………. 1 Kata Pengantar

................................................................................... 2

Daftar isi

................................................................................... 3

BAB I

PENDAHULUAN………………………………………

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA………………………………..

5

Definisi…………………………………………………..

5

2.1

3

2.2

Epidemiologi…………………………………………….

5

2.3

Etiologi…………………………………………………..

5

2.4

Klasifikasi………………………………………………..

6

2.5

Patofisiologi……………………………………………..

7

2.6

Manifestasi Klinik………………………………………

10

2.7

Diagnosis…………………………………………………

12

2.8

Diagnosis Banding……………………………………….

13

2.9

Pencegahan………………………………………………. 16

2.10

Penatalaksanaan………………………………………….

17

2.11

Prognosis…………………………………………………

19

2.12

Komplikasi……………………………………………….

20

KESIMPULAN…………………………………………

21

……………………………………………………

22

BAB III Daftar Pustaka

BAB I PENDAHULUAN

Nyeri kepala merupakan gejala umum yang pernah dialami hampir semua orang dan lebih dari 90% populasi pernah mengalami satu jenis sakit kepala. Setidak-tidaknya secara episodik selama hidupnya. Nyeri kepala adalah rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan pada seluruh daerah kepala dengan batas bawah dari dagu sampai kedaerah belakang kepala ( daerah oksipital dan sebagian daerah tengkuk). 4

Nyeri kepala dapat merupakan bagian dari gejala sisa (sekuele) akibat peningkatan tekanan intrakranial, cedera kepala, tumor otak, ketegangan mata, sinusitis, perubahan atmosfir, alergi makanan, strees emosional, alkohol, makanan, dan sebagainya. Daftar faktor-faktor etiologi yang mugkin menjadi penyebab nyeri kepala

tidak ada habisnya dan bersifat individual. Ada tiga jenis nyeri kepala, berdasarkan klasifikasi

Internasional Nyeri Kepala dari IHS (International Headache Society) yang terbaru tahun 2004, terdiri atas Migraine, Tension Type Headache (TTH), serta Cluster Headache dan cephalalgia lainnya dari nyeri kepala primer lainnya Sekitar 93% laki-laki dan 99% perempuan pernah mengalami nyeri kepala. TTH dan nyeri kepala servikogenik adalah dua tipe kepala yang paling sering dijumpai. TTH adalah bentuk paling umum nyeri kepala primer yang mempengaruhi hingga dua pertiga populasi. Sekitar 78% orang dewasa pernah mengalami TTH setidaknya sekali dalam hidupnya Tension Type headache atau nyeri kepala tipe tegang didefinisikan sebagai rasa berat atau tertekan yang menetap, pada kedua sisi kepala yang timbul episodik dan berkaitan dengan stres, tetapi dapat berulang hampir setiap hari tanpa adanya faktor psikologis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1

Definisi Tension Type headache atau nyeri kepala tipe tegang didefinisikan sebagai rasa berat atau

tertekan yang menetap, pada kedua sisi kepala yang timbul episodik dan berkaitan dengan stres, tetapi dapat berulang hampir setiap hari tanpa adanya faktor psikologis. Nyeri ini timbul karena kontraksi terus-menerus otot-otot kepala dan tengkuk yaitu m. splenius kapitis, m. temporalis, m.maseter, m. sternokleidomastoideus, m. trapezius, m. servikalis posterior, dan m. levator skapula. Sifat nyerinya biasanya berupa rasa tertekan atau diikat, dari ringan-berat, bilateral, tidak dipicu oleh aktivitas fisik

5

dan gejala penyertanya tidak menonjol. Tension headache ini juga dikenal sebagai stres headache, muscle contraction headache, psychomiogenic headache, ordinary headache, and psikogenik headache. 2.2

Epidemiologi Tension Type Headache terjadi 78 % sepanjang hidup dimana Tension Type Headache

episodik terjadi 63 % dan Tension Type Headache kronik terjadi 3 %. Tension Type Headache episodik lebih banyak mengenai pasien wanita yaitu sebesar 71%sedangkan pada pria sebanyak 56 %.Biasanya mengenai umur 20- 40 tahun 2.3

Etiologi Etiologi dari tension headache ini belum diketahui secara pasti, namun diduga disebabkan oleh

beberapa faktor pencetus antara lain adalah cahaya yang menyilaukan, stres psikososial, kecemasan, depresi, stres otot, marah, terkejut, serta penggunaaan obat untuk tension headache yang berlebihan. Selain itu etiologi lainnya seperti ketidakseimbangan neurotransmitter seperti dopamin, serotonin, noerpinefrin,dan enkephalin.

2.4

Klasifikasi Klasifikasi nyeri kepala tipe tegang/ Tension Headache menurut Ad Hoc Committee of The

International Headache Society adalah sebagai berikut : 1. Nyeri kepala tipe tegang episodik a. Minimal mengalami 10 kali episode nyeri kepala, dimana jumlah hari dengan nyeri kepala tersebut < 180 hari/tahun ( 15 hari/bulan (>180 hari/tahun) selama 6 bulan yang memenuhi kriteria 1b-1d diatas b. Sekurang-kurangnya memiliki dua gambaran khas nyeri pada nyeri kepala tipe tegang episodik c. Tidak ada muntah, dan tidak lebih satu hal berikut : mual, fotofobia atau fonofobia

2.5

Patofisiologi Patofisiologi dari TTH sangat kompleks dan banyak faktor yang mempengaruhinya, baik dari

faktor sentral maupun perifer. Pada penderita TTH didapati gejala yang menonjol yaitu nyeri tekan yang bertambah pada palpasi jaringan miofascial perikranial. Impuls nosiseptif dari otot perikranial yang menjalar ke kepala mengakibatkan timbulnya nyeri kepala dan nyeri yang bertambah pada daerah otot maupun tendon tempat insersinya. TTH adalah kondisi stres mental, nonfisiologikal motor stres, dan miofasial lokal yang melepaskan zat iritatif ataupun kombinasi dari ke tiganya yang menstimuli perifer kemudian berlanjut mengaktivasi struktur persepsi supraspinal pain, kemudian berlanjut lagi ke sentral modulasi yang masing-masing individu mempunyai sifat self limiting yang berbeda-beda dalam hal intensitas nyeri kepalanya. Nyeri miofascial adalah suatu nyeri pada otot bergaris termasuk juga struktur fascia dan tendonnya. Dalam keadaan normal nyeri miofascial di mediasi oleh serabut kecil bermyelin (Aoc) dan serabut tak bermyelin (C), sedangkan serabut tebal yang bermyelin (A∞ dan AB) dalam keadaan normal mengantarkan sensasi yang ringan/ tidak merusak (inocuous). Pada rangsang noxious dan 7

inocuous, seperti misalnya proses iskemik, stimuli mekanik, maka mediator kimiawi terangsang dan timbul proses sensitisasi serabut Aoc dan serabut C yang berperan menambah rasa nyeri tekan pada tension type headache. Dulu dianggap bahwa kontraksi dari otot kepala dan leher yang dapat menimbulkan iskemik otot sangatlah berperan penting dalam tension type headache sehingga pada masa itu sering juga disebut muscle contraction headache. Akan tetapi pada akhir-akhir ini pada beberapa penelitian yang menggunakan EMG (elektromiografi) pada penderita tension type headache ternyata hanya menunjukkan sedikit sekali terjadi aktifitas otot, yang tidak mengakibatkan iskemik otot, jika meskipun terjadi kenaikan aktifitas otot maka akan terjadi pula adaptasi protektif terhadap nyeri. Peninggian aktifitas otot itupun bisa juga terjadi tanpa adanya nyeri kepala.. Untuk jenis TTH episodik biasanya terjadi sensitisasi perifer terhadap nosiseptor, sedang yang jenis kronik berlaku sensitisasi sentral. Proses kontraksi otot sefalik secara involunter, berkurangnya supraspinal descending pain inhibitory activity, dan hipersensitivitas supraspinal terhadap stimuli nosiseptif amat berperan terhadap timbulnya nyeri pada tension headache. Semua nilai ambang pressure pain detection, thermal & electrical detection stimuli akan menurun di sefalik maupun ekstrasefalik

Pada beberapa literatur dan hasil penelitian disebutkan beberapa keadaan yang berhubungan dengan terjadinya TTH sebagai berikut : 1. Disfungsi sistem saraf pusat yang lebih berperan daripada sistem saraf perifer dimana disfungsi sistem saraf perifer lebih mengarah pada ETTH sedangkan disfungsi sistem saraf pusat mengarah kepada CTTH. 2. Disfungsi saraf perifer meliputi kontraksi otot yang involunter dan permanen tanpa disertai iskemia otot.

8

3.

Transmisi nyeri TTH melalui nukleus trigeminoservikalis pars kaudalis yang akan mensensitasi

second order neuron pada nukleus trigeminaldan kornu dorsalis ( aktivasi molekul NO) sehingga meningkatkan input nosiseptif

pada jaringan perikranial dan miofasial lalu akan terjadi regulasi

mekanisme perifer yang akan meningkatkan aktivitas otot perikranial. Hal ini akan meningkatkan pelepasan neurotransmitter pada jaringan miofasial. 4. Hiperflesibilitas neuron sentralnosiseptif pada nukleus trigeminal, talamus, dan korteks serebri yang diikuti hipersensitifitas supraspinal (limbik) terhadap nosiseptif. Nilai ambang deteksi nyeri (tekanan, elektrik, dan termal) akan menurun di sefalik dan ekstrasefalik. Selain itu,terdapat juga penurunan supraspinal decending paininhibit activity. 5. Kelainan fungsi filter nyeri di batang otak sehingga menyebabkan kesalahan interpretasi info pada otak yang diartikan sebagai nyeri. 6. Terdapat hubungan jalur serotonergik danmonoaminergik pada batang otak dan hipotalamus dengan terjadinya TTH. Defisiensi kadar serotonin dan noradrenalin di otak, dan juga abnormal serotonin platelet, penurunan beta endorfin di CSF dan penekanan eksteroseptif pada otot temporal dan maseter. 7. Faktor psikogenik ( stres mental) dan keadaan non-physiological motor stress pada TTH sehingga melepaskan zat iritatif yang akan menstimulasi perifer danaktivasi struktur persepsi nyeri supraspinal lalu modulasi nyeri sentral. Depresi danansietas akan meningkatkan frekuensi TTH dengan mempertahankan sensitisasisentral pada jalur transmisi nyeri. 8. Aktifasi NOS ( Nitric Oxide Synthetase) dan NO pada kornu dorsalis.6,10 Pada kasus dijumpai adanya stress yang memicu sakit kepala. Ada beberapa teori yang menjelaskan hal tersebut yaitu 1. Adanya stress fisik (kelelahan) akan menyebabkan pernafasan hiperventilasi sehingga kadar CO2 dalam darahmenurun yang akan mengganggu keseimbangan asam basa dalam darah. Hal ini akanmenyebabkan terjadinya alkalosis yang selanjutnya akan mengakibatkan ion kalsium masuk ke dalam sel dan menimbulkan kontraksi otot yang berlebihan sehingga terjadilah nyeri kepala. 2 .Stress mengaktifasi saraf simpatis sehingga terjadi dilatasi pembuluh darah otak selanjutnya akan mengaktifasi nosiseptor lalu aktifasi aferengamma trigeminus yang akan menghasilkan neuropeptida (substansi P). Neuropeptidaini akan merangsang ganglion trigeminus (pons). 3. Stress dapat dibagi menjadi 3 tahap yaitu alarm reaction, stage of resistance, dan stage of exhausted. 9



Alarm

reaction

dimana

mengakibatkankekurangan

stress asupan

menyebabkan oksigen

lalu

vasokontriksi terjadilah

perifer

yang

metabolisme

akan

anaerob.

Metabolismeanaerob akan mengakibatkan penumpukan asam laktat sehingga merangsang 

pengeluaran bradikinin dan enzim proteolitik yang selanjutnya akan menstimulasi jaras nyeri. Stage of resistance dimana sumber energi yang digunakan berasal dari glikogen yang akan



merangsang peningkatan aldosteron, dimana aldosteron akanmenjaga simpanan ion kalium. Stage of exhausted dimana sumber energi yangdigunakan berasal dari protein dan aldosteron pun menurun sehingga terjadi deplesiK+. Deplesi ion ini akan menyebabkan disfungsi saraf.

2.6

Manifestasi Klinis Gejala-gejala yang dapat timbul pada tension headache adalah nyeri kepala yang dirasakan

seperti kepala berat, pegal seperti diikat tali yang melingkari kepala, kencang dan menekan. Kadangkadang disertai nyeri kepala yang berdenyut. Bila berlangsung lama, pada palpasi dapat ditemukan daerah-daerah yang membenjol, keras dan nyeri tekan. Dapat pula disertai gejala mual, kadang-kadang muntah, vertigo, lesu, sukar tidur, mimpi buruk, sering terbangun menjelang pagi dan sulit tidur kembali, hiperventilasi, perut kembung, sedih, hilangnya kemauan untuk belajar atau bekerja, anoreksia dan keluhan depresi lainnya. Bisa juga nyeri dirasakan seperti perasaan tegang yang menjepit di kepala dan nyeri berlokasi di daerah oksipito servikal Bentuk akut dikaitkan dengan keadaan stres, kegelisahan dan atau kelelahan temporer yang biasanya berlangsung satu atau 2 hari. Tipe kronis biasanya nyeri bersifat bilateral, tidak mereda, dapat berlangsung siang maupun malam hari, dan berlangsung sampai berbulan-bulan atau bertahun-tahun, terasa menekan, tidak berdenyut dan sering dikaitkan dengan perasaan gelisah, depresi dan perasaan tertekan Gejala yang lain dari nyeri kepala ini berupa konsentrasi yang lemah, perasaan lelah dan iritabel. Kualitas nyeri kepala ini digambar sebagai nyeri yang tumpul dan menetap. Sering tidak digambarkan sebagai rasa nyeri tetapi sebagai rasa berat atau rasa tertekan atau juga rasa ketat. Pada 25% penderita serangan nyeri tumpul dapat kemudian berubah menjadi rasa berat dan kadang-kadang ada kualitas berdenyut (pulsasi). Nyeri kepala yang tumpul ini bisa berasal dari bangunan yang terletak dalam di kulit. Pada beberapa keadaan, nyeri dapat dirasakan terlokalisir di satu tempat misalnya : orang dengan kebiasaan mengerutkan dahi dapat merasakan nyeri di daerah bitemporal, dan orang dengan kebiasaan leher lurus merasakan nyeri di oksipital . 10

Gambaran intensitas nyeri pada nyeri kepala ini sebagai “seakan-akan kepala akan pecah, yang menunjukkan karakteristik histerik”. Sedangkan durasi dari nyeri kepala ini dapat kontinyu menetap sampai berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Penderita dapat melaporkan tak pernah sembuh dari nyeri kepalanya. Namun selama perjalanan yang panjang itu intensitas nyerinya dapat menyusut dan mengembang dari jam ke jam. Frekuensi nyeri akan dilaporkan setiap hari, ters menerus dan tak pernah bebas nyeri kepala, pola temporalnya disebut pola undulasi (bergelombang), dimana nyeri menetap kontinyu, periodisitasnya tak jelas dan awitannya tidak paroksismal Selain itu juga ada gelaja lain pada nyeri kepala tegang otot ini yaitu : - Fotofobia ringan namun konstan, mendorong penderita memakai kacamata hitam walaupun hari mendung. - Gejala-gejala GI : nausea pada pagi hari, Vomitus (jarang), sendawa belebihan dan mengeluarkan flatus. - Hiperventilitas, gangguan konsentrasi, kurang minat dalam bekerja dan melakukan hobi, Gejalagejala ini dapat ditafsirkan sebagai sindrom cemas (anxietas). - Rasa nyeri di dada kiri, di punggung dan region koksigeus. Rasa nyeri ini bersamaan gejala GI dan Gejala psikosomatik lainnya dapat ditafsirkan sebagai sindrom depresi. Banyak penderita yang mengalami nyeri kepala tegang otot walaupun tak ada stress emosional yang berat. Pada nyeri kepala yang sudah berlangsung lama, faktor pencetus bisa juga berlaku sebagai faktor yang memperberat sehingga akan menambah intensitas nyerinya. Gerakan-gerakan pada jurusan tertentu dapat memperberat nyerinya. Pada tension headache biasanya tidak ditemukan kelainan organik, anemia sedang dan tekanan darah sistemik yang sedikit tinggi atau rendah tidak relevan bagi tension headache, yang menonjol adalah unsur fobia berupa sakit kepala kalau melihat orang banyak, sakit kepala kalau berada ditempat yang tinggi atau sakit kepala kalau naik lift, jenis fobia yang diproyeksikan dalam keluhan adalah agorafia (fobia terhadap tempat yang luas dan ramai), akrofobia (fobia terhadap kecuraman), klustrofobia (fobia terhadap ruang yang sempit). Tension headache yang diwarnai dengan unsur histerik adalah klavus histerik yaitu sakit kepala yang terpusat pada kalvarium. Sakit kepala semacam ini

11

hampir selalu disertai gejala globus histerikus yaitu perasaan seolah-olah tenggorokan dicekik atau kerongkongan tersumbat. Nyeri kepala tension headache bisa berupa suatu aktivitas yang dapat menyebabkan kepala berada pada 1 posisi dalam jangka waktu lama tanpa bergerak, sehingga menyebabkan sakit kepala, aktivitas tersebut meliputi pengetikan atau penggunaan computer, pekerjaan halus dengan tangan dan penggunaan mikroskop. Tidur di dalam suatu ruangan yang dingin atau tidur dengan posisi leher yang salah dapat mencetuskan sakit kepala jenis ini. 2.7

Diagnosis Tidak ada tes khusus untuk menegakkan diagnosis TTH. Penderita yang mempunyai riwayat

pengobatan dan melakukan pemeriksaan fisik termasuk evaluasi neurological yang cermat dapat membantu menegakkan diagnosis. Diagnosis pasti dapat ditentukan dari anamnesa, riwayat medis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan tambahan pada TTH adalah pemeriksaan umum seperti tekanan darah, fungsi cirkulasi, fungsi ginjal, dan pemeriksaan lain seperti pemeriksaan neurologi (pemeriksaan saraf cranial, dan intracranial particular), serta pemeriksaan lainnya, seperti pemeriksaan mental status. Pemeriksaan lainnya seperti pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologi (foto rontgen, CT Scan), Elektrofisiologik (EEG, EMG). Dapat juga nyeri myofascial dapat di dideteksi dengan EMG jarum pada miofascial trigger point yang berukuran kecil, hanya beberapa milimeter saja (tidak terdapat pada semua otot). Mediator kimiawi substansi endogen seperti serotonin( dilepas dari platelet), bradikinin( dilepas dari belahan precursor plasma molekul kallin) dan kalium (yang dilepas dari sel otot), substance P dan Calcitonin Gene Related Peptide dari aferens otot berperan sebagai stimulan sensitisasi terhadap nosiseptor otot skelet. Jadi pada saat ini yang dianggap lebih berperan adalah nyeri miofascial terhadap timbulnya TTH. 2.8

Diagnosis Banding

12

Diagnosis Banding Tension Headache yaitu; Cluster Headache, Migren headache, Abses Otak, Encephalitis, Glaucoma Acute Angle-Closure,Meningitis, Otitis Media, Stroke, dan lain-lain 

.Cluster headache

Cluster headache/nyeri kepala cluster adalah suatu sindrom nyeri kepala neurovascular yang khas dan dapat disembuhkan, walaupun insidensinya jauh lebih jarang daripada migren. Berbagai nama pernah digunakan untuk penyakit ini, termasuk nyeri kepala histamin, nyeri kepala Horton, nyeri kepala migrenosa, dan neuralgia nocturnal paroksismal. Tipe episodik adalah tipe tersering dan ditandai dengan satu sampai tiga serangan singkat nyeri periorbita per hari selama periode 4 sampai 8 minggu (clusters) diikuti oleh interval bebas-nyeri yang lamanya rata-rata 1 tahun.(1) Pola sakit kepala ini terjadi terutama pada pria dewasa muda (kisaran 20 sampai 50 tahun, laki-laki untuk -perempuan rasio 5:1) dan ditandai oleh lokalisasi orbital yang konsisten unilateral Patogenesis nyeri kepala cluster tidak diketahui. Tidak ada perubahan aliran darah serebrum yang konsisten yang dibuktikan menyertai serangan nyeri. Pada salah satu teori, patofisiologi dasar diperkirakan adalah sistem vascular trigeminus, jalur akhir bersama, dengan nyeri dipicu secara siklis oleh suatu pemacu (pacemaker) sentral yang terganggu. Pemacu mengalami modulasi oleh proyeksiproyeksi rafe dorsal serotonergik. Dengan demikian, baik nyeri kepala migren maupun cluster mungkin disebabkan oleh kelainan neurotransmisi serotonergik, walaupun dengan lokasi berbeda. Manifestasi klinis cluster headache, dapat diilustrasikan pada gambar berikut ini. ·

Sakit kepala serangan selalu terjadi pada sisi kepala yang sama. Rasa sakit ini terutama

dirasakan pada mata, dahi dan pelipis. ·

Rasa sakit mencapai maksimum dalam 10-20 menit. Setiap serangan berlangsung dari setengah

jam sampai dua jam, serangan dapat terjadi "pada jadwal" pada waktu yang sama dari hari setiap hari (selama cluster), terutama pada malam hari. 13

·

Sejumlah serangan dapat terjadi "dalam seri" dalam periode 24-jam.

·

Rasa sakit ini sangat intens, sering berdenyut dan berdenyut-denyut.

·

Serangan biasanya disertai dengan temua objektif sebagai berikut:

-

Sindrom Horner dari mata ipsilateral.

-

Sebuah red eye, berlinang air dan eritema periorbital.

-

terjadi peningkatan sekresi hidung sehingga hidung membesar.

-

Serangan muncul selama periode yang disebut "cluster," minggu abadi atau bulan, cluster

bergantian dengan interval bulan attackfree abadi atau tahun.



Migren

Migren adalah gangguan periodik yang ditandai oleh nyeri kepala unilateral dan kadang-kadang bilateral yang dapat disertai muntah dan gangguan visual. Nyeri kepala berulang dengan serangan nyeri yang berlangsung 4-72 jam. Sifat Nyeri, ialah berdenyut, intensitas nyerinya sedang sampai berat, semakin terasa berat dengan adanya aktivitas. (11) Secara umum migrain dapat dibagi dalam:(4,12) 1.

Migren tanpa aura (Migren Umum), pada migren yang jenis ini tidak ditemukan aura, tetapi dapat

ditemukan gejala prodormal seperti mengantuk, perubahan mood, dan rasa lapar. 2.

Migren dengan aura (migren klasik), pada migren jenis ini nyeri kepala didahului oleh adanya

gejala neurologi fokal yang berlangsung sementara atau disebut juga aura. Gejala visual meliputi pandangan gelap yang berupa kilasan gelap yang cepat. Aura umumnya membaik setelah 15 hingga 20 menit, dimana setelah itu timbul nyeri kepala. Nyeri terasa seperti ditusuk- tusuk dan lebih berat jika 14

batuk, mengejan atau membungkuk. Nyeri kepala terjadi selama beberapa jam, umumnya antara 4 hingga 72 jam. Pasien lebih suka berbaring di ruangan yang gelap dan tidur. Gejala yang menyertai adalah fotofobia, mual, muntah, pucat dan dieresis. Faktor-faktor pencetus yang dapat menimbulkan migrain adalah: 2.

Perubahan hormon. Estrogen dan progesteron merupakan hormon utama yang berkaitan dengan

serangan migren. Penurunan konsentrasi estrogen dan progesteron pada fase Luteal siklus menstruasi merupakan saat terjadinya serangan migren. Nyeri kepala migrain dipicu oleh turunnya kadar 17-b estradiol plasma saat akan haid. 3.

Makanan. Makanan yang sering menyebabkan nyeri kepala pada beberapa orang antara lain:

Makanan yang bersifat vasodilator (histamin, contoh anggur merah, natrium nitrat), vasokonstriktor (tiramin, contoh; keju; feniletilamanin, contoh; coklat, kafein), dan zat tambahan pada makanan (natrium nitrit, mososodium glutamat/MSG dan aspartam). 4.

Stress

5.

Rangsangan sensoris misalanya bau menyegat seperti tinner dan asap rokok.

Migrain dan nyeri kepala tipe tegang memiliki beberapa karakteristik yang mirip, tetapi terdapat beberapa perbedaan penting: ·

Sifat nyeri pada migrain biasanya berdenyut, sementara pada nyeri kepala tipe tegang biasany

stabil ·

Nyeri pada migrain sering hanya mempengaruhi satu sisi kepala, sedangkan pada tension

headache,biasanya mempengaruhi kedua sisi kepala ·

Keluhan nyeri kepala disertai mual atau muntah, kepekaan terhadap cahaya dan suara, atau aura

ditemukan hanya pada nyeri kepala Migren. 15

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa migrain dan tension headache mungkin terkait. 2.9

Pencegahan Pencegahan yang dilakukan pada nyeri kepala Tension Headache ini dapat berupa teknik

relaksasi pencegahan dan penghindaran situasi stress. Pada beberapa orang, suatu pengobatan sehari dapat membantu, secara khas dapat digunakan Trisiklik antidepresan, bahkan untuk orang-orang tanpa depresi. Pencegahan lain meliputi penggunaan bantal yang berbeda atau mengubah posisi tidur, posisi saat membaca harus benar, saat bekerja atau melakukan aktivitas lain yang dapat menyebabkan sakit kepala. Latihan leher dan bahu harus sering terutama saat mengetik, menggunakan computer atau pekerjaan lain. Selain itu juga harus cukup tidur dan istirahat atau pemijitan otot dapat mengurangi sakit kepala. Mandi atau berendam air panas/dingin dapat membebaskan sakit kepala untuk sebagian orang 2.9

Penatalaksanaan Pada nyeri kepala tension headache penatalaksanaan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Terapi psikofisiologis Terapi ini dapat berupa terapi relaksasi, program untuk mengatasi stres, serta tehnik ayap balik hayati (biofeedback). Dengan modalitas terapi tersebut, frekuensi tension headache serta beratnya penyakit dapat berkurang. Strategi pengelolaan stress mungkin sangat menolong pada tension headache. Perubahan cara hidup mungkin diperlukan untuk nyeri kepala tension headache kronik. Cara tersebut meliputi istirahat yang cukup dan latihan, perubahan dalam pekerjaan atau kebiasaan relaksasi ataupun perubahan yang lain 2. Fisioterapi Terapi ini berupa latihan pengendoran otot-otot, misalnya latihan relaksasi, yoga, semedi, diatermi, kompres hangat, TENS (Transcutaneus electrical nerve stimulation) ataupun terapi akupuntur. Terapi fisik dan teknik relaksasi ini dapat memberikan keuntungan pada kasus-kasus khusus. 3. Farmakoterapi

16

Terdiri atas terapi abortif yang bertujuan untuk menghentikan atau mengurangi serangan penyakit pada tension headache tipe episodik, serta terapi pencegahan/preventif untuk terapi jangka panjang yang bermanfaat pada tension headache kronik, namun dapat juga digunakan pada tension headache tipe episodik. Obata-obatan yang dapat digunakan pada pengobatan tension headache yaitu : a. Analgetikum /Non Streoid Anti Infalammatory Drugs (NSAIDs), dapat menghilangkan rasa nyeri kepala ringan dan sedang, bila sebelumnya diberi obat yang memacu gastrointestinal. Obat-obat yang dapat digunakan yaitu : 

Asam Asetilsalisilat 500 mg tablet dengan dosis 1500 mg/hr



Metampiron 500 mg tablet dengan dosis 1500 mg/hr



Glafein 200 mg tablet dengan dosis 600-1200 mg/hr



Asam Mefenamat 250-500 mg tablet dengan dosis 750-1500 mg/hr



Ibuprofen 400-800 mg tablet dengan dosis < 2400 mg/hr b. Hipnotik-sedatif/antiansietas. Kerjanya terutama merupakan potensiasi inhibisi neuron dengan asam gamma-aminobutirat (GABA) sebagai mediator. Efek sampingnya berupa inkoordinasi motorik, ataksia, gangguan fungsi mental dan psikomotor, gangguan koordinator berpikir, bingung, disartria, mulut kering dan rasa pahit. Obat-obat yang dapat digunakan yaitu :



Klordiazepoksid 5 mg tablet dengan dosis 15-30 mg/hr



Klobazam 10 mg tablet dengan dosis 20-30 mg/hr



Lorazepam 1-2 mg tablet dengan dosis 3-6 mg/hr



Diazepam 2-5 mg tablet dengan dosis 2-10 mg/hr c. Antidepresan. Cara kerjanya dengan memblokade pengambilan kembali noradrenalin dan memblokade aktivitas kolinergik, adrenergik, dan reseptor histamin. Efek sampingnya adalah mengantuk, mulut kering, mata kabur dan sukar berak. Obat-obatan yang dapat digunakan misalnya : 

Amitriptilin 10/25 mg tablet dengan dosis 150-300mg/hr



Maprotiline 25/50/75 mg tablet dengan dosis 25-75 mg/hr



Amineptine 100 mg tablet dengan dosis 200 mg/hr

17

d. Antagonis serotonin, sebaiknya diberikan dalam bentuk sediaan injeksi atau spray nasal, jika pemberian oral tidak memungkinan saat ada gejala mual atau muntah. Golongan obat ini bekerja dengan cara meningkatkan kadar neurotransmitter serotonin di otak. Obat yang digunakan yaitu : 

Metysergid 2 mg tablet dengan dosis 4-6 mg/hr



Sumatriptan 100 mg tablet dengan dosis 300 mg/hr



Fluoksetin 10 mg tablet dengan dosis maksimal 60 mg/hr e. Agonis selektif reseptor α2, obat yang digunakan yaitu tizanidin. Cara kerjanya adalah dengan mencegah mengecilnya dan melebarnya pembuluh darah secara abnormal. Bekerja pada rangsangan sentral neuron-neuron penghambat. Efek sampingnya adalah mengantuk, mulut kering dan depresi. Beberapa penelitian menyatakan bahwa tizanidin ternyata efikasius, aman dan dapat ditoleransi pada terapi profilaksis nyeri kepala harian. Serangan akut berespon terhadap aspirin dan obat AINS lainnya seperti asam asetilsalisilat, metampiron maupun asam mefenamat. Untuk tindakan profilaksis diberikan pengobatan amitriptilin, atau pemberian kembali inhibitor selektif serotonin dan tizanidin sangat berguna dalam beberapa kasus. Meski banyak pasien berespon terhadap benzodiazepin seperti diazepam, obat-obat ini harus dibatasi penggunaannya karena memiliki potensi adiktif. Selain ketiga jenis terapi diatas adapula cara-cara lain yang bisa digunakan untuk meredakan nyeri pada tension headache, diantaranya yaitu : 1. Botulinum toksin A (BTX A), adalah obat yang poten untuk beberapa penyakit berat yang berhubungan dengan kenaikan tonus otot. Meskipun mekanismenya belum diketahui secara pasti, diduga BTX A mempunyai target menurunkan Substance P, dan sebagai relaksan otot. 2. Injeksi dengan anastesi lokal, misalnya injeksi prokain, prokain-kofein kompleks, lidokain dan lainlain, atau yang lebih dikenal dengan istilah injeksi trigger point, yang juga membantu mempercepat penyembuhan. 2.11

Prognosis TTH

pada

kondisi

dapat

menyebabkan

nyeri

yang

menyakitkan

tetapitidak

membahayakan.Nyeri ini dapat sembuh dengan perawatan ataupun denganmenyelesaikan masalah yang menjadi latar belakangnya jika penyebab TTH berupa pengaruh psikis.Nyeri kepala ini dapat 18

sembuh dengan terapi obat berupa analgesia.TTH biasanya mudah diobati sendiri.Progonis penyakit ini baik dan dengan penatalaksanaan yang baik maka > 90 % pasien dapat disembuhkan.

2.12

Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan sakit kepala kronis meliputi depresi, cemas,

gangguan tidur, dan masalah fisik dan psikologis lainnya. Komplikasi TTH adalah rebound headache yaitu nyeri kepala yangdisebabkan oleh penggunaan obat -obatan analgesia seperti aspirin, asetaminofen, dll yang berlebihan

19

BAB III KESIMPULAN

Tension Type headache atau nyeri kepala tipe tegang didefinisikan sebagai rasa berat atau tertekan yang menetap, pada kedua sisi kepala yang timbul episodik dan berkaitan dengan stres, tetapi dapat berulang hampir setiap hari tanpa adanya faktor psikologis. Nyeri ini timbul karena kontraksi terus-menerus otot-otot kepala dan tengkuk. Klasifikasi tension headache terbagi dua yaitu nyeri kepala tipe tegang episodic dan nyeri kepala tipe tegang kronik. Diagnosis dapat ditegakan dengan anamnesis sesuai gejala klinis pasien. Terspi pada tension headache meliputi psikofisiologis, fisioterapi, farmakoterapi seperti analgetik,

22

antianxietas, antidepresan, antagonis serotonin, agonis selektif reseptor a2. Prognosis pada tension headache umumnya baik.

DAFTAR PUSTAKA

 Anurogo D. Tension Type Headache. CDK-24 2014;41(3):186-91  Bennett, G. Cecil Textbook of Medicine 21 st Edition Vol.2. Saunders Company, Philadelphia; 2000. p.2066-2069  Ambre, J.J. 1993. Drug Evaluations Annual. American Medical Association, Chicago; 1993. p.133-136.  Mardjono. Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat, Jakarta; 1988.p.90-91  Price A. Sylvia, Lorraine M. Wilson. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit Volume 2. Edisi 6. Jakarta: EGC . 2005. p.1096

22

 Price, S.A. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 4. EGC, Jakarta; 1994.p.975  Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid II. Media Aesculapius FKUI, Jakarta; 2001.p41-43  Wibowo, Samekto dan Abdul Gofir. Farmakoterapi dalam Neurologi. Salemba Medika, Jakarta; 2001.p108-111  A.A.Bgs.Ngr.Nuartha, Harsono et al. Kapita Selekta Neurologi Edisi Kedua. Gajah Mada University Press, Yogyakarta; 1996.p243-244  Singh, Manish K. Muscle Contraction Tension Headache. http://emedicine.com// Diakses pada tanggal 10 Oktober 2006

22

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF