Tema Dan Langgam Pada Karya Arsitektur

September 10, 2017 | Author: Desi Anggreni | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

tugas teori arsitektur...

Description

MATA KULIAH TEORI DAN METODE PERANCANGAN ARSITEKTUR 2 TEMA DAN LANGGAM

MAHASISWA : NI KADEK DESI DWI ANGGRENI PUTRI 1504205065

FAKULTAS TEKNIK TEKNIK ARSITEKTUR UNIVERSITAS UDAYANA 2016

Tema Dan Langgam Pada Karya Arsitektur Pengertian Langgam Langgam Arsitektur adalah bagian dari budaya sedangkan budaya adalah hasil karya dari manusia. Langgam merupakan bahasa indonesia dari kata 'style', atau kata 'gaya' yang mana kadangkala bertabrakan arti dengan 'force', contoh 'gaya berat' dll. Sejak post Modern, para arsitek banyak memperdebatkan tentang langgam ini yang berarti hal yang terkait dengan suatu ciri, bisa berupa budaya, tokoh, peristiwa sejarah, dan lain-lain. sebuah karya arsitektur bisa berlanggam eropa, cina maupun nusantara. bisa berlanggam 'le corbusier' yang disebut dengan 'corbusian', bisa berlanggam 'era kemerdekaan indonesia', dan seterusnya.

Langgam Post Modern Di dalam dunia arsitektur, Post Modern menunjuk pada suatu proses atau kegiatan dan dapat dianggap sebagai sebuah langgam, yakni langgam Postmodern. Dalam kenyataan hasil karya arsitekturnya, langgam ini muncul dalam tiga versi/sub-langgam yakni Purna Modern, Neo Modern, dan Dekonstruksi. Mengingat bahwa masing-masing pemakai dan pengikut dari sub-langgam/versi tersebut cenderung tidak peduli pada sub-langgam/versi yang lain, maka masing-masing menamakannya langgam purna-modern, langgam neomodern dan langgam dekonstruksi. 1. Purna Modern a. Purna Modern merupakan pengindonesiaan dari post-modern versi Charles Jencks (ingat, pengertian veris Jencks itu berbeda dari pengertian umum dari `Post Modern' yang digunakan dalam judul catatan kuliah ini) b. Ditandai dengan munculnya ornamen, dekorasi dan elemen-elemen kuno (dari Pra Modern) tetapi dengan melakukan transformasi atas yang kuno tadi. c. Menyertakan warna dan tekstur menjadi elemen arsitektur yang penting yang ikut diproses dengan bentuk dan ruang. d. Tokohnya antara lain : Robert Venturi, Michael Graves, Terry Farrell.

2. Neo Modern a. Dahulu diberi nama Late Modern oleh Charles Jencks, sehingga pengertiannya tetap tidak berubah. b. Tidak menampilkan ornamen dan dekorasi lama tetapi menojolkan Tektonika (The Art of Construction). Arsitekturnya dimunculkan dengan memamerkan kecanggihan yang mutakhir terutama teknologi.

c. Sepintas tidak terlihat jauh berbeda dengan Arsitektur Modern yakni menonjolkan tampilan geometri. d. Menampilkan bentuk-bentuk tri-matra sebagai hasil dari teknik proyeksi dwi matra (misal, tampak sebagai proyeksi dari denah). Tetapi, juga menghadirkan bentukan yang trimatra yang murni (bukan sebagai proyeksi dari bentukan yang dwimatra). e. Tokohnya antara lain: Richard Meier, Richard Rogers, Renzo Piano, Norman Foster. f. Tampilan dominan bentuk geometri. g. Tidak menonjolkan warna dan tekstur, mereka ini hanya ditampilkan sebagai aksen. Walaupun demikian, punya warna favorit yakni warna perak.

3. Dekonstruksi 

Definisi : Langgam dekonstruksi merupakan pengembangan dari arsitektur modern. Dekonstruksi sebagai upaya atau metoda kritis, tidak hanya berupaya membongkar bangun – bangun teori atau karya lewat elemen, struktur, infrastruktur maupun konteksnya.. Semua proses pembongkaran tersebut dimaksudkan untuk membangun kembali karakteristik phenomenalnya. Daya tarik dekonstruksi bagi dunia rancang bangun terletak di dalam cara melihatnya bahwa ruang dan bentuk adalah tempat kejadian yang selayaknya terbuka bagi yang mungkin dan yang tidak mungkin.



Sejarah : Munculnya langgam dekonstruksi sekitar tahun 1988 dalam sebuah diskusi Academy Forum di Tate Gallery, London. Kemudian disusul oleh pameran di Museum of Art, New York dengan tema “Deconstructivist Archiecture” yang diorganisir oleh Philip Johnson dan terdapat tujuh arsitek yang menampilkan karya-karyanya, yaitu; Peter Esienman, Bernard Tschumi, Daneil Libeskind, Frank Gerhy, Zaha Hadid, Rem Koolhaas, dan Coop Himmelblau. Aliran dekonstruksi mulanya berkembang di kalangan arsitek Perancis dan Inggris, kemudian oleh Philip Johnson dan Mark Wigley melalui sebuah pameran yang bertema “deconstructivist Architecture” yang di selenggarakan di Museum of Art, New York, tanggal 23 Juni – 30 Agustus 1988 mencetuskan „dekonstruktivisme‟ yang lebih berkonotasi pragmatis dan formal serta berkembang di Amerika.



Arsitek



Ciri – ciri :

: Peter Eisenman, Bernard Tschumi, Zaha Hadid, Frank O'Gehry.

a) Geometri juga dominan dalam tampilan tapi yang digunakan adalah geometri 3-D bukan dari hasil proyeksi 2-D sehingga muncul kesan miring dan semrawut. b) Menggunakan warna sebagai aksen dalam komposisi sedangkan tekstur kurang berperan. c) Bentuk atau ruang tidak ada yang dominan, tidak ada yang tidak dominan, bentuk dan ruang memiliki kekuatan yang sama.



Dekonstruksi yang dikomunikasikan adalah : a) Unsur-unsur yang paling mendasar, esensial, substansial yang dimiliki oleh arsitektur. b) Kemampuan maksimal untuk berarsitektur dari elemen-elemen yang essensial maupun substansial. c) Dekonstruksi menunjuk pada kejujuran yang sejujur-jujurnya.

Aplikasi Langgam dan Tema pada Bangunan

Ordrupgaard Museum Extension di Denmark By : Zaha Hadid

Bangunan seluas 1150 m2 yang memiliki konsep awal museum dan garden ini, mengacu pada teori analogi biologis, lebih tepatnya organik. Bangunan ini berkembang dari dalam ke luar dan ingin menampilkan interior ke luar bangunan sebagai sarana menyatukan bangunan dengan alam sekitar. Jadi dapat diketahui bahwa tema yang digunakan pada bangnan Museum ini adalah tema natural karena seluruh konsep perancangan diarahkan untuk menyelaraskan bangunan dengan iklim dan alam dimana bangunan bersangkutan didirikan. Untuk langgam sendiri, bangunan ini termasuk dalam bangunan post-modern lebih tepatnya sub langgam dekonstruksi karena permainan-permainan yang berani yang ditunjukkan pada beberapa sudut ruangan yang kurang ditunjukkan pada arsitektur gaya modern. Permainan tersebut salah satunya adalah kaca lengkung yang mengikuti bentuk dindingnya. Zaha Hadid sendiri memang telah dikenal sebagai salah satu arsitek yang mengusung langgam dekonstruksi pada setiap karya arsitekturnya, jadi bukan hal baru lagi jika Ordrupgaard Museum Extension ini juga mengusung langgam yang sama pula. Museum yang terletak di negara Denmark ini, memakai material berupa beton in-situ black lava, baja, dan kaca. Struktur yang digunakan adalah gabungan struktur rangka dan membran. Kekhasan museum ini adalah tetap dipertahankannya bangunan lama sebagai bangunan utama dan landscape sekitar. Dari segi lighting, terdapat perpaduan pencahayaan alami dan buatan di mana pencahayaan alami lebih kuat; segi penghawaan juga seperti pada pencahayaan, ada yang alami dan buatan. Interior pada bangunan ini memiliki kesan light atau ringan. Hal ini dikarenakan penggunaan elemen pengisi dan pelengkap yang ringan. Penggunan elemen-elemen yang tidak terlalu berat ini dipakai karena pada beberapa bagian fasade terdapat kaca yang

ditopang baja-baja disusun grid yang menimbulkan kesan berat. Sehingga untuk memperingan kondisi tersebut, dipakailah elemen-elemen yang terkesan ringan.

Messner Mountain Museum Coroner Di Atas Puncak Gunung Alpen By : Zaha Hadid

Sekali lagi seorang Zaha Hadid menciptakan sebuah karya arsitektur menakjubkan yang bertema natural. Tema ini diimplementasikan melalui sebagian bangunannya berada di dalam puncak gunung yang menyatu dengan alam. Tertancap pada puncak Gunung Kronplatz di ketinggian lebih dari 2000 meter di atas permukaan laut, Messner Mountain Museum Corones dihadirkan oleh arsitek Zaha Hadid untuk climber terkenal, Reinhold Messner. Ide Zaha Hadid adalah agar pengunjung dapat mengeksplorasi gunung dengan cara menuruni bagian dalam gunung lewat ruangan-ruangan layaknya gua yang menampilkan galeri dalam gaya underground. Kemudian terdapat teras outdoor yang menjulang di atas lembah untuk menikmati pemandangan spektakular gunung Alpen. Adapun langgam yang digunakan pada bangunan ini adalah langgam Post Modern dengan sub langgam dekonstruksi, terlihat dari bentuk bangunan yang dinamis dan tidak biasa. Diinagurasikan pada Juli 2015, Corones yang dalam bahasa Latin berarti mahkota juga berarti gunung dalam bahasa Italia menawarkan pemandangan Dolomites yang luar biasa di sekitarnya. Di lantai paling bawah, pengunjung akan melewati jendela kaca untuk tiba di sebuah teras yang bisa memberikan mereka panorama 240 derajat.

Untuk menyelesaikan pembangunannya, sebanyak 4.000 meter kubik batu disingkirkan dari puncak Gunung Kronplatz Dibangun pada beberapa tingkatan, konstruksi MMM Corones memiliki jejak kaki kecil seluas 1.000 meter persegi. Hadid merancang museum ini untuk mampu bertahan pada temperatur konstan baik ketika musim dingin atau musim panas. Museum menampilkan obyek, foto-foto, serta alat-alat yang digunakan Reinhold Messner dalam semua pengalaman yang dimilikinya saat mendaki gunung-gunung di dunia. Dan tentunya kisah tentangnya yang merupakan orang pertama yang mendaki gunung Everest tanpa menggunakan tangki oksigen. Pada eksterior museum, terdapat tiga ruangan besar yang seolah muncul dari bebatuan. Kemudian terdapat pula balkon kaca yang menyatu dengan tanah bebatuan gunung. Sementara pada interior museum, warna abu-abu pucat mendominasi seluruh ruangan, mulai dari lantai, dinding, hingga langit-langitnya, layaknya desain khas Zaha Hadid. Dari ruangan atas menuju ruangan di lantai bawahnya, terdapat tangga yang disebut sebagai air mancur di dalam sebuah gunung. Sekali lagi, Zaha Hadid menyajikan suatu karya seni yang ekstrem namun breathtaking.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF