Tektonik Dan Magmatisme

October 17, 2017 | Author: Abrian Ade Setiawan | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

s...

Description

TEKTONIK DAN MAGMATISME

A. STRUKTUR INTERIOR BUMI Dalam mempelajari setting tektonik maka sebaiknya kita teelbih dahulu memahami mengenai struktur interior bumi itu sendiri. Bumi merupakan satu-

satunya planet yang sangat istimewa karena memiliki ciri khas yang berbeda dengan planet-planet lain. Bumi memiliki bentuk yang sangat mirip dengan bulat pepat atau sebuah bulatan yang tertekan ceper pada orientasi

kutub-kutub

yang

menyababkan

buncitan

pada

bagian

khatulistiwa. Penyelidikan struktur interior bumi sampai saat ini belum bisa dilakukan secara lansung. Karena cara untuk mengetahui struktur interior bumi secara lansung adalah dengan melakukan pemboran, tetapi pemboran yang paling dalam hanya mencapai 7 Km. Oleh sebab itulah untuk mengetahui struktur interior bumi dapat diketahui berdasarkan sifatsifat fisika yang dimiliki oleh bumi seperti gaya tarik gravitasi, kemagnetan,kelistrikan, merambatkan gelombang ( seismik) dan sifat fisika lainnya. Dengan sifat fisika yang dimiliki oleh bumi inilah para ahli mempelajari susunan dari interior bumi. Berdasarkan data-data fisika dan kimia, struktur interior bumi dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu : 1. Struktur Interior Bumi Berdasarkan Komposisi (Jenis Materialnya) 2. Sturuktur Interior Bumi Berdasarkan Sifat Mekanik ( Sifat Materialnya)

1

a.

Struktur Interior

Bumi

Gambar 1. Struktur Interior Bumi Berdasarkan Komposisi ( Jenis Materialnya)

Pembagian struktur interior bumi bedasarkan komposis atau jenis materialnya didasarkan pada perbedaan mineralogi dan komposis kimia yang ada. Sehingga struktur interior bumi berdasarkan komposisinya dapat dibagi menjadi : a. Kerak Kerak bumi merupkan lapisan kulit bumi paling luar ( permukaan bumi). Kerak bumi tebalnya mencapai 70 Km, tetapi ketebalannya berbeda antara didarat dan didasar laut. Tebal lapisan kerak bumi didarat mencapai 35-40 Km, sedangkan didasar laut mencapai 7 Km. Kerak bumi terdiri atas dua jenis yaitu :  Kerak Samudera  Kerak Benua b. Mantle Selubung bumi atau yang biasa disebut mantel bumi merupakan lapisan yang menyelubungi inti bumi dan merupakan bagian terbesar dari bagian bumi sekitar 83.2 persen dari volume dan 67.8 persen dari keseluruhan

masa bumi.

Ketebalann selubung ini berkisar

2.883 km. Densitasnya berkisar dari 5.7 gr/cc dekat dengan inti dan 3.3 gr/cc didekat kerak bumi. Pada wilayah selubung bagian atas akan mulai terbentuk intrusi magma yang diakibatkan oleh batuan yang menyusup dan meleleh. c. Inti Bumi Inti bumi atau core yang terdiri dari material cair, dengan penyusun utama logam besi (90%), nikel (8%), dan lain-lain yang terdapat pada kedalaman 2900 – 5200 km. Lapisan ini dibedakan

2

menjadi lapisan inti luar dan lapisan inti dalam. Lapisan inti luar tebalnya sekitar 2.000 km dan terdiri atas

besi cair yang suhunya

mencapai 2.200o C. inti dalam merupakan pusat bumi berbentuk bola dengan diameter sekitar 2.700 km. Inti dalam ini terdiri dari nikel dan besi yang suhunya mencapai 4.500o C. Ni dan Fe merupakan senyawa logam yang mengandung daya magnetis tinggi sehingga inti bumi merupakan sumber magnet yang mampu menarik seluruh bumi sampai atmosfer b. Struktur Interior Bumi Berdasarkan Sifat Mekanik ( Sifat Materialnya) Pembagian struktur interior bumi bedasarkan sifat mekanik atau sifat materialnya dapat dibagi menjadi : a. Lithosfer Lithosfer berasal dari bahasa yunani yaitu lithos artinya batuan, dan sphera artinya lapisan. Lithosfer merupakan lapisan kerak bumi yang paling luar dan terdiri atas batuan dengan ketebalan rata-rata 1200 km. Lithosfer adalah lapisan kulit bumi paling luar yang berupa batuan dan memiliki sifat cold, rigid dan brittle. Lithosfer tersusun dalam dua lapisan, yaitu kerak dan selubung, yang tebalnya 50 – 100 km. Lithosfer merupakan lempeng yang bergerak sehingga dapt menimbulkan persegeran benua. Penyusun utama lapisan lithosfer adalah batuan yang terdiri ari campuran antar mineral sejenis atau tidak sejenis yang saling terikat secara gembur atau padat.

Induk batuan pembentuk litosfer adalah

magma. Magma akan mengalami beberapa proses perubahan sampi menjadi batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf. b. Asthenosfer Astenosfer berasal dari bahasa Yunani, asthenes yang berarti lemah dan sphere yang berarti lapisan. Asthenosfer merupakan lapisan plastis yang memiliki kepadatan rendah, serta suhu yang tinggi dan berada di antara upper mantle dan lower mantle. . Dasar Astenosfer berada pada kedalaman sekitar 700 km. Meskipun suhunya sangat panas, tetapi tekanan di lapisan Astenosfer ini bersifat plastik. 3

Astenosfer sendiri tersusun dari batuan yang meleleh akibat panas dan c.

kepadatannya rendah. Mesospher Mesospher merupakan mantel bagian bawah dan paling tebal dengan ketebalan sekitar 2550 km. Mesosfer ini bersifat padat, tekanan tinggi, rigid, dan britlel.

d. Outer core Outer core atau inti bumi bagian luar bersifat liquid dan memiliki ketebalan sekitar 2200 km. Karena bumi berotasi pada porosnya, inti bumi bagian luar juga berputar dan menghasilkan medan magnetik bumi. Bayangkan air yang ikut terputar di dalam gelas yang berputar pada sumbunya. Outer core bersifat liquid dan mengandung besi cair yang suhunya mencapai 2.200o C. e. Inner Core Inner core atau inti dalam merupakan pusat bumi berbentuk bola dengan diameter sekitar 2 700 km. Inti dalam terdiri atas nikel dan besi yang suhu nya mencapai 4.500o C. Inti Dalam (Inner Core), walaupun bersuhu ekstrim tetapi berupa fase padat yang disebabkan oleh tekanan yang sangat tinggi. Berada di kedalaman 5150-6360 km dan juga kaya akan unsur besi dan nikel.

B. TEORI TEKTONIK LEMPENG

Teori Tektonik Lempeng pertama kali dicetuskan oleh dua orang ahli Geofisika dari Inggris, McKenzie dan Robert L. Parker. Mereka mengemukakan teori ini pada tahun 1967 setelah menyempurnakan teori-teori yang ditemuknan ahli-ahli sebelumnya. Salah satunya adalah Teori Uniformitas dari Charless Lyell

4

yang dikemukakannya pada 1830. Teori ini menerangkan bahwa permukaan bumi tidak mengalami perubahan secara lempeng, tetapi hanya mengalami perubahan pada permukaannya karena proses-proses klimatologis seperti hujan, angin, atau perubahan suhu. Kemunculan teori ini berawal dari Teori Apung Benua (Continental Drift ) yang dikemukakan oleh Meteorologis Alfred Wegener pada tahun 1912 dalam bukunya, The Origins of Continents and Oceans , yang menyatakan bahwa dahulu seluruh benua yang ada sekarang saling menempel dan membentuk suatu benua besar yang oleh Wegener disebut Pangea. Pangea kemudian pecah dan pecahannya merambat ke posisi seperti yang ada sekarang. Rambatan tersebut membentuk palung-palung besar yang membentuk samudrasamudra yang ada sekarang. Teori yang mendukung Teori Tektonik Lempeng yang selanjutnya adalah Teori Arus Konveksi (Convection Current Theory ) yang dikemukakan oleh Vening Meinesz-Hery Hess. Teori ini menerangkan bahwa perpecahan benua dan pergerakan lempeng litosfer bumi diakibatkan oleh pergerakan yang dipicu oleh adanya arus konveksi yang berasal dari dalam astenosfer bumi. Arus tersebut muncul karena adanya peluruhan unsur radioakif Uranium menjadi Timbal yang menghasilkan energi,

gradien geotermis,

serangan benda asing, dan simpanan panas pada saat bumi terbentuk. Teori ketiga yang mendukung kemunculan Teori Tektonik Lempeng adalah teori Sea Floor Growth (1963). Teori ini adalah teori yang menerangkan terbentuknya punggungan memanjang di sekitar dasar samudra. Menurut teori taktonik lempeng, aliran panas dari astenosfer menyebabkan kerak bumi terpecah-pecah. Pecahan-pecahan itulah yang disebut lempeng tektonik. Aliran panas itu selanjutnya menjadi sumber tenaga bagi pergerakan lempeng. Pergerakan lateral lempeng lazimnya berkecepatan 50-100 mm/a -1 Berbagai mekanisme yang ada dapat menyebabkan lempeng-lempeng yang ada saling berpisah, bergabung, dan bergeser. Pergerakan lempeng tektonik dibedakan menjadi tiga macam yaitu : 1. Pergerakan Lempeng Saling Mendekat ( Konvergen ) 2. Pergerakan Lempeng Saling Menjauh ( Divergen) 3. Pergerakan Lempeng Saling Melewati ( Transform) 5

Gambar 2. Tectonic Plate

1. Pergerakan Lempeng Saling Mendekat ( Konvergen) Pergerakan lempeng yang saling mendekat dapat menyebabkan terjadinya tumbukan yang salah satu lempengnya akan menunjam ke bawah tepi lempeng yang lain. Daerah penunjaman tersebut membentuk palung yang dalam dan merupakan jalur gempa bumi yang kuat. Sementara itu di belakang jalur penunjaman akan terjadi aktivitas vulkanisme dan terbentuknya cekungan pengendapan. Contoh pergerakan lempeng ini di Indonesia adalah pertemuan Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia. Pertemuan kedua lempeng tersebut menghasilkan jalur penunjaman di selatan Pulau Jawa, jalur gunung api di Sumatra, Jawa, dan Nusa Tenggara, serta berbagai cekungan di Sumatra dan Jawa. Batas antar lempeng yang saling mendekat hingga mengakibatkan tumbukan dan salah satu lempengnya menunjam ke bawah lempeng yang lain (subduct) disebut batas konvergen atau batas lempeng destruktif. Pergerakan lempeng saling mendekat dibedakan digolongkan berdasarkan jenis lempeng yang saling mendekat yaitu : a. Subduksi Subduksi yaitu gerakan lempeng samudera dan lempeng benua yang saling mendekat sehingga lempeng samudra menunjam ke bawah lempeng benua karena lempeng samudera memiliki densitas yang lebih besar dari kerak benua. Hal ini menyebabkan penipisan lempeng benua karena terkikis oleh pergerakan mendekat dan menunjam.

6

Melting Produces More Felsic

Gambar 3. Subduction

Pergerakan ini menimbulkan aktifitas magma yang di sebabkan oleh pencairan lempeng samudra yang menunjam. Pencairan tersebut menyebabkan terbentuknya magma baru. Karena lempeng samudera mengandung air yang ketika dipanaskan menjadi gas, maka gas, yang memiliki gaya dorong ke atas, bersama dengan magma baru mendorong ke atas dan membentuk sebuah gunung aktif. b. Koalisi Koalisi yaitu gerakan lempeng benua yang saling mendekat. Karena densitas kedua lempeng sama, maka lempeng tersebut saling bergerak ke atas membentuk sebuah pegunungan. Pergerakan lempeng ini tidak menimbulkan aktifitas magma baru karena tidak adanya pencairan lempeng dan unsur air pada lempeng.

Gambar 4. colission

c.

Obduct

ion Obduction yaitu gerakan lempeng samudera yang saling mendekat. Karena densitas kedua lempeng sama-sama besar, salah satu lempeng akan menunjam jauh ke bawah dan salah satunya

7

lagi akan sedikit menunjam. Pergerakan lempeng ini menyebabkan aktifitas magma baru yang kemudian membentuk gunung api laut (sea mountain) atau busur kepulauan.

Gambar 5. Obduction

2. Pergerakan Lempeng

Saling

Menjauh (Divergen) Pergerakan lempeng yang saling menjauh akan menyebabkan penipisan dan peregangan kerak bumi hingga terjadi aktivitas keluarnya material baru yang membentuk jalur vulkanisme. Meskipun saling menjauh, kedua lempeng ini tidak terpisah karena di belakang masingmasing lempeng terbentuk kerak lempeng yang baru. Proses ini berlangsung secara kontinue.

Gambar 6. Tectonic Divergent

Contoh hasil dari pergerakan lempeng ini adalah terbentuknya gunung api di punggung tengah samudra di Samudra Pasifik dan Benua Afrika. Batas antar lempeng yang saling menjauh hingga mengakibatkan terjadinya perluasan punggung samudra disebut batas divergen atau batas lempeng konstruktif. 8

3. Pergerakan Lempeng Saling Melewati ( Transform ) Pergerakan lempeng yang saling melewati terjadi karena gerak lempeng sejajar dengan arah yang berlawanan sepanjang perbatasan antarlempeng. Pada pergerakan ini kedua perbatasan lempeng hanya bergesekan. Oleh karena itu, tidak terjadi penambahan atau pengurangan luas permukaan. Namun, gesekan antarlempeng ini kadang-kadang dengan kekuatan dan tegangan yang besar sehingga dapat menimbulkan gempa yang besar.

hasil dari

Gambar 7. Tectonic Transform

Contoh

pergerakan lempeng ini adalah patahan San Andreas di Kalifornia. Patahan tersebut terbentuk karena Lempeng Amerika utara bergerak ke arah selatan, sedangkan Lempeng Pasifik bergerak ke arah utara.

9

C. MAGMATISME

Magmatisme merupakan suatu proses kompleks yang terjadi karena aktifitas

arus

konveksi,

yang

menyebabkan

terjadinya

pergerakan

tektonisme lempeng-lempeng di bumi. Dari pergerakan lempeng-lempeng tersebut, didapatkan suatu setting tektonik yang menghasilkan magma yang berbeda-beda, baik secara komposisi maupun sifatnya. Tektonik Lempeng berperan besar dalam mengontrol terjadinya magmatisme, hidrotermal, dan volkanisme pada lapisan kerak bumi. Sebagian besar proses pembentukan mineralisasi sangat terkait dengan proses magmatisme dan hidrotermal atau pembentukan batuan. Oleh karena itu sangat penting memahami

lempeng tektonik, sebagai dasar untuk

memahami adanya mineralisasi. Pada kenyataannya tektonik lempeng sangat baik dalam menjelaskan karakteristik batuan beku dan asosiasi endapan mineral. Lebih dari 90% aktivitas batuan beku yang sekarang ada terletak di dekat batas lempeng tektonik. Sehingga batas lempeng merupakan tempat yang paling penting bagi penyebaran endapan mineral. Magmatisme-hidrotermal-vulkanisme terbentuk pada batas lempeng tektonik, batuan beku ultra basa-basa terbentuk pada mid oceanic ridge, serta transform fault, sedangkan batuan beku intermediet terbentuk pada magmatic arc yang terkait dengan subduction zone. Sebagian besar bahan galian

dikontrol oleh magmatisme-hidrotermal. Oleh karena itu terdapat

hubungan yang khas antara type batuan beku dengan jenis bahan galian logam. Batas-batas

lempeng

tektonik

tersebut

di

atas,

membentuk

lingkungan tektonik yang beragam, secara umum dikenal sebagai : 1. Batas lempeng destruktif 

Island arcs



Active contonental margin

2. Batas lempeng konstruktif

10



Mid-oceanic ridge



Back arc rifting



Transform Fault

3. Oceanic intra-plate 

Oceanic island (hotspots)

4. Continental intra-plate 

Continental Intraplate



Continental rift zone.

1. Batas Lempeng Destruktif Batas lempeng destruktif

terjadi karena adanya pergerakan lempeng

yang saling mendekat atau saling bertumbukan satu dengan yang lain. Baik itu lempeng samudra maupun lempeng benua yang akan mengakibatkan salah satu lempeng menunjam ke lempeng yang lain. Akibat dari terjadiya proses ini maka akan terjadi magmatisme. Proses magmatisme yang terjadi pada zona ini pun menghasilkan magma yang sumbernya dibagi atas 3 (tiga) kemungkinan, yaitu: a. Berasal dari pelelehan sebagian mantel atas ( Paling dominan terjadi). b. Berasal dari pelelehan sebagian kerak samudra yang menunjam ke bawah. c. Berasal dari pelelehan sebagian kerak benua bagian bawah (anateksis). Magma yang dihasilkan dari 3 kemungkinan di atas, ini komposisinya sangat bervariasi. Secara umum, magma yang berasal dari pelelehan kerak samudra yang menunjam dan dari pelelehan mantel atas akan bersifat basa, namun apabila magma naik menuju permukaan, akan terjadi proses diferensiasi sehingga magma yang dihasilkan berubah sifat menjadi intermediet hingga asam. Sedangkan untuk magma yang berasal dari pelelehan kerak benua bagian

11

bawah (anateksis), pada awalnya memang sudah bersifat asam sesuai dengan komposisi umum kerak benua, kemungkinan besar jika naik menuju permukaan magma tidak akan mengalami diferensiasi, sehingga magma yang dihasilkan tetap bersifat asam. Secara lebih jelasnya, bataslempeng destruktif dapat dikenali dengan adanya busur kepulauan dan busur tepi benua aktif, yang keduanya mempunyai karakteristik seperti adanya kepulauan yang berbentuk busur dan membentang hingga ribuan kilometer, adanya palung samudera yang dalam, adanya volkanisme aktif dan gempa bumi, serta asosiasi volkanik yang khas, yang disebut ‘orogenic andesit’. Di permukaan, zona subduksi dapat dibagi menjadi tiga wilayah, yaitu busur depan (forearc), busur gunungapi (volcanic arc), dan busur belakang (backarc) (Tatsumi&Eggins, 1993). Proses magmatisme di batas lempeng destruktif berbeda dengan magmatisme di tatanan tektonik lain karena adanya peran fluida pada kerak yang menunjam dan adanya pelelehan sebagian baik dari baji mantel, kerak samudera, ataupun kerak benua bagian bawah. Secara umum, mekanisme magmatismenya adalah adanya finger tip effect, dimana kerak samudera yang menunjam menjadi lebih panas oleh mantel dan gesekan yang mengakibatkan mineral melepas H2O dan adanya pelelehan sebagian mantel. a. Island Arc

Busur Kepulauan ini sendiri terbentuk akibat adanya proses magmatisme yang disebabkan oleh tumbukan antara lempeng samudra dengan lempeng samudra yang diikuti oleh penunjaman salah satu lempeng samudra tersebut.

12

Pada daerah

ini,

Gambar 8. Pembentukan magma berasal dari pelelehan sebagian mantel dan pelelehan sebagian Island Arc

kerak samudra itu sendiri. Hal ini menyebabkan magma induk kemungkinan besar akan bersifat basaltic yang kemudian apabila naik menuju

permukaan

akan

mengalami

proses

diferensiasi

dan

menghasilkan magma yang cenderung bersifat toleiitik. Magma jenis toleiitik akan menghasilkan batuan yang berkomposisi intermediet, didominasi oleh batuan jenis andesit, andesit basaltik, dan dasit. Magma toleiitik ini disebut juga sebagai magma sub-alkali. Selain itu biasanya pada busur kepulauan akan terbentuk Gunungapi. Ciri dari Gunungapi yang terbentuk pada lokasi ini adalah gunungapi dengan tipe strato dan letusan yang eksplosif.

b. Active continental margin Active Continental Margin atau disebut juga Busur aktif tepi benua. Daerah ini terbentuk akibat adanya tumbukan antara lempeng benua dengan lempeng samudra yang diikuti oleh penunjaman kerak samudra di bawah kerak benua.

Melting Produces More Felsic

13

Gambar 9. Active Continental Margin

Ada dua kemungkinan yang terjadi pada active continental margin ini : 1. Terjadinya pelelehan sebagian kerak samudra atau mantel atas. Hasil dari proses pelelehan sebagian ini adalah magma yang bersifat basaltik dan ketika naik ke permukaan akan mengalami diferensiasi. Sifat magma yang dihasilkan nantinya akan bersifat asam ataupun intermediet (kalk-alkali). 2. Terjadinya pelelehan sebagian kerak benua bagian bawah (anateksis). Pada kondisi ini, magma induk yang pertama dihasilkan langsung bersifat asam dan ketika naik ke permukaan, tidak mengalami diferensiasi dan menghasilkan magma yang sifatnya asam.

2. Batas Lempeng Konstruktif Batas lempeng konstruktif terbentuk akibat adanya pergerakan lempeng yang saling menjauh. Hal erat kaitannya dengan pemekaran lempeng dan

pemekaran lempeng sering terjadi pada punggungan samudra. Disini, di mana lempeng saling menjauh, maka akan terbentuk celah yang segera terisi oleh lelehan batuan yang terinjeksi dari astenosfer di bawahnya. Material- material ini perlahan mendingin dan membentuk lantai samudra baru. Batas lempeng konstruktif dapat dilihat dengan adanya a. Mide Oceanic Ridge (MOR)

Mid Oceanic Ridge atau disingkat mor merupakan salah satu busur magmatisme dari pola divergen yaitu pola pergerakan lempeng yang saling menjauh. Dalam hal ini lempeng yang saling menjauh adalah dua lempeng samudra di mana

gejala yang di timbulkan oleh

pergerakan lempeng ini adalah terbentuknya gunung api di dasar samudra sebagai akibat dari dorongan arus konveksi yang mendorong lapisan di atasnya .

14

Gambar 10. Mide Oceanic Ridge

Jenis magma yang di hasilkan di busur magmatisme ini adalah magma basaltis. b. Back Arc Basin

Terbentuk sebagai hasil sampingan dari zona subduksi,yaitu pertemuan lempeng benua dan lempeng samudra dimana lemepeng samudra tertekuk ke bawah menyusup di bawah lempeng benua menuju astenosfer. Gejala ini diperlihatkan oleh menipisnya kerak dan suatu bukaan cekungan yang melengkung. Oleh karena itu disebut sebagai cekungan belakang zona subduksi.

Gambar 11. Back Arc Basin

Sehingga jenis magma yang di hasilkan pada busur ini adalah magma basaltis. c. Transform Fault Pergerakan lempeng yang saling melewati terjadi karena gerak lempeng sejajar dengan arah yang berlawanan sepanjang perbatasan

15

antarlempeng. Pergerakan lempeng seringkali juga menimbulkan pergeseran membentuk sesar mendatar besar (Transform faults), juga diikuti oleh pembentukan magma.

Gambar 12. Tectonic Transform

3. Oceanic island (hotspots) Merupakan busur magmatisme dimana magma menerobos ke atas melalui arus konveksi tanpa pergerakan lempeng yang terjadi di lantai samudra. Di interpretasikan bahwa zona magmatisme ini termasuk zona lemah sehingga magma dapat menerobos ke atas membentuk rangkaian struktur vulkanik ataupun gunung api. Jenis magma yang dihasilkan adalah magma basaltis.

16

Gambar 13. Hot

4. Continental Rift Zone Proses yang terjadi pada zona ini mirip dengan proses pada busur MOR yaitu pembentukan yang dikontrol oleh pergerakan divergen. Bedanya pada mor pergerakan lempenng yang saling menjadi antara dua lempeng samudra sedangkan pada zona ini pergerakan lempenng yang saling menjauh adalah dua lempeng benua. Gejala yang di perlihatkan adalah terbentuknya gununggunung api muda dan kecil-kecil di atas dataran benua. Jenis magma yang di hasilkan adalah jenis magma asam.

17

Gambar 14. Continental Rift Zone

5. Continental Intraplate Sama seperti pada proses pembentukan busur magmatisme pada oceanic island pada busur continental drift juga terbentuk akibat erupsi langsung oleh magma yang naik ke atas akibat arus konveksi dari selubung. Bedanya pada busur ini terjadi di lempeng benua. Gejala yang ditimbulkan juga sama yaitu berupa struktur vulkanik dan gunung api. Sedangkan magma yang dihasilkan adalah magma asam.

DAFTAR PUSTAKA Soesilo,J., Sutarto, Supraptodan Fitri, Dwi. 2015, Materi Kuliah Struktur Internal Bumi dan Tektonik. Teknik Geologi. UPN Veteran Yogyakarta. Wilson, Marjorie. 1981. Igneous Petrogenesis. London : HarperColinsAcademic Putra, bayu.2011. Hubungan Busur Magmatik dan Asosiasi. http://explorasi08.blogspot.com/2011/03/hubungan-busur-magmatik-danasosiasi.html, diakses 15 September 2015 David H. 2012. Magma dan Pembentukan Batuan Beku. http://tigabatu.wordpress.com/2012/05/15/magma-dan-pembentukan-batuanbeku/, diakses 15 September 2015

18

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF