Teks Renungan Malam Tirakatan
August 16, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Teks Renungan Malam Tirakatan...
Description
TEKS RENUNGAN MALAM TIRAKATAN HUT KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA KE-69 Minggu, 17 Agustus 2014 Jam 00.00 WIB
Malam semakin larut, angin semilir lembut seakan ingin berhenti sama sekali untuk memberikan hormat dan mengucapkan salam kepada negeri tercinta yang memiliki berjuta-juta keindahan. Saat sejenak lampu kita padamkan, tampak tebaran bintang dilangit laksana permata beraneka warna. warna. Kita teringat masa kecil yang indah, disaat terang bulan, kita berlari kesana-kemari, bernyanyi, bercanda dan tertawa tanpa beban. Teringat pula, kita sering berjalan dipematang sawah diwaktu sore sambil menikmati semilirnya angin dan gemericiknya air di kali. Jika senja datang, kita turun ke sungai dan mandi di belik yang yang airnya bening. Di kala kala malam menjelang, dalam gendongan gendongan Ibu, Ibu, kita mendengarkan cerita turun temurun bahwa dilangit sana ada “Lintang Gubug Penceng, Lintang Luku, Lintang yang Panjer-Wengi” PanjerWengi” , dan sesekali ada “Lintang Kemukus” yang mendebarkan. Disaat lain, orang tua kita juga sering bercerita bahwa negeri ini pernah mengalami masa-masa pahit dan penuh
kesengsaraan saat bumi genggaman penjajah.
persada
ini
ada
dalam
Waktu itu, kakek-nenek yang masih semuda kita, dan leluhur-leluhur dusun ini bulan tidak purnama sempat karena berlama-lama menikmati indahnya malam mereka hidup dalam suasana penuh rasa takut, khawatir dan tidak menentu. Mana mungkin mereka bisa bertamasya bermandi cahaya bulan dan menari-nari dibawah gemerlapnya bintang sementara seharian mereka tidak makan dan tubuhnya terasa gatal karena diserbu kutu yang bersarang di “karung goni” yang yang mereka kenakan. Begitu lama mereka harus berjuang dan bertahan hidup di masa penjajahan. Alhamdulillah, dengan berbekal ketabahan dan keikhlasan, Alhamdulillah, keikhlasan, perjuangan mereka akhirnya dikabulkan Tuhan. Jum’at, 17 17 Agustus 1945 Sukarno-Hatta memproklamirkan memproklamirka n kemerdekaan Indonesia, meski setelah itu “Jabang Bayi RI” masih harus mengalami jatuh bangun untuk menjaga agar Sang Merah-Putih tetap berkibar di angkasa dan “Sang Rajawali” Garuda Pancasila terbang Pancasila terbang dilangit Nusantara. -oOo- Kini kita telah menikmati kemerdekaan. Sebuah kemerdekaan yang diraih melalui perjuangan panjang para
pendahulu kita, para pejuang, dan para pahlawan yang pusaranya bertebaran menghiasi persada negeri. Mereka semua telah ikut menegakkan panji-panji kebesaran negeri ini. Mereka telah berkorban dengan pikiran, tenaga, harta, darah dan bahkan nyawanya, demi berkibarnya “Sang Merah-Putih”. MerahPutih”. Betapa mahalnya tebusan untuk berkibarnya bendera kebanggaan kita, dan betapa ikhlasnya para pendahulu kita dalam menegakkan kedaulatan negeri ini. Marilah, marilah di malam yang sunyi ini kita hening Marilah, sejenak untuk sekedar mengingat dan mendoakan mereka yang telah ada di-haribaan Tuhan. Mereka tidak menuntut kita untuk memanggul senjata, mereka tidak meminta kita untuk siang-malam berkeliaran mengintai musuh, mereka juga tidak menghendaki kulit dan daging kita tergores oleh senjata hingga darah dar ah menetes ke bumi. Mereka terlalu sayang pada kita, mereka telah banyak berbuat demi kehidupan kita yang aman, damai dan bermartabat tanpa diusik oleh bangsa lain yang sengaja akan menjajah negeri ini. Sepantasnya kita merenung merenung dan bercermin, sudahkah kita mampu mempersembahkan karya bhakti bagi mereka dan bagi negeri ini?
Jangan-jangan, an, malam ini sementara kita bergembira bergembira dan dan Jangan-jang tertawa-ria, arwah mereka justru sedang menangis, meratapi tingkah kita yang jauh dari harapan para pendahulunya? Harus kita akui, mata dan telinga kita sering tertutup oleh gemerlapnya dunia yang serba memukau sehingga mata hati kita dibutakan, dan kita menjadi tak pandai melihat tanda-tanda kemunduran dan kerusakan tatanan kehidupan di sekitar kita, di negeri ini. Tentu kita semua berharap, semoga disekitar kita sudah tidak ada “O “Orang rang tua yang mengabaikan masa depan anaknya” anaknya ” atau atau “M enelantarkan enelantarkan keluarganya”. keluarganya”. Semoga tak ada pula diantara kita yang muda ini, setiap saat memaksakan kehendak karena menganggap bahwa diri kita lebih hebat dari orang lain. Dan semoga tak ada pula diantara kita, menyalah-gunakan kepercayaan orang tua dengan melakukan tindakan tak terpuji, sementara Bapak-Ibu membanting tulang, mencari nafkah demi keberhasilan kita. Mari kita tanyakan pada nurani kita, apakah kita akan membiarkan diri kita tersesat dan menyerah untuk diperbodoh atau dijajah kembali? Jika demikian, apa artinya Sultan Agung menggempur Batavia, Nyi Ageng Serang membentengi Bumi Menoreh,
Pangeran Diponegoro mengobarkan PerangJawa, danBung Tomo menggelorakan semangat arek-arek Surabaya melawan tentara Sekutu? Apa artinya lomba-lomba selama ini bergembira denganpula mengadakan yangkita penuh tawa dan tepuk tangan serta pentas-pentas yang penuh dentuman musik dan sorot lampu warna-warni? Apakah semua itu justru sekedar sekedar sebagai kamuflase karena kita tidak bisa berbuat sesuatu yang berarti untuk kejayaan negeri ini? Marilah kita sadari, ternyata kita telah menjadi bangsa yang lemah, bangsa yang manja dan tak menghargai warisan jiwa ksatria dari dari para pendahulu kita. Mestinya kita malu karena ternyata kita sering mengkhianati mengkhianati diri diri sendiri, kedua orang tua , leluhur dan para pahlawan negeri tercinta tercinta Indonesia. Indonesia. -oOo- Perjalanan kita masih panjang, dan negeri ini masih selalu menanti dharma-bhakti para pemudanya. Esok pagi, saat matahari bersinar diufuk timur, itulah waktunya kita berbenah diri, menggelorakan semangat dan menyingsing-kan lengan baju untuk berbuat lebih banyak
Nusantara, negeri nan indah laksana bentangan bagi permadani dengan untaian permata di Khatulistiwa. Ikatkan pita merah-putih di kepala, kibarkan Sang Dwi Warna,, melangkahlah dengan tegap penuh percaya diri. Warna
Melompatlah tinggi kelangit, raihlah bintang-bintang untuk dipersembahkan pada Ibu Pertiwi demi kejayaan dan ke-emasan Republik Idonesia tercinta. Dan nanti akan datang saatnya dimana semua semua bangsa bangsa akan tergetar manakala lagu laguIndonesia Indonesia Raya dikumandangkan Raya dikumandangkan dan menggema diseluruh penjuru dunia. Tersenyumlah pahlawanku, semboyan maha sakti akan selalu bergelora di-dada. MERDEKA ! ....., MERDEKA !! ....., MERDEKA !!!!!
View more...
Comments