Teknik Proyeksi Dan Sifatnya
March 20, 2019 | Author: Muhammad Nofriansyah | Category: N/A
Short Description
Teknik Proyeksi dan Sifatnya...
Description
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada psikologi terdapat berbagai macam tes yang digunakan untuk mengukur atribut-atribut psikologi yang ada pada masing-masing individu. Dalam tes psikologi, pada dasarnya terdapat dua macam jenis tes dalam psikologi. Kedua tes tersebut yaitu tes mengungkap aspek kognitif dan aspek kepribadian. Tes kepribadian itu sendiri dibagi menjadi dua bagian yaitu tes proyektif dan non proyektif (objektif).Dalam testes kepribadian dengan pendekatan proyektif, individu memberikan respon pada stimulus yang tidak terstruktur dan ambigu, dimana hal ini berbeda dengan tes non proyektif
yang
memuat
beberapa
pertanyaan
berstruktur.
Sehingga
dalam
menggunakan tes proyektif ini, individu secara tidak sadar akan mengungkap dan menggambarkan struktur dan dinamika kepribadiannya. Teknik proyektif dalam pengetesan psikologi memiliki berbagai bentuk dan cara administrasi. Namun setelah dilaksanakan pengujian atribut psikologi seperti reliabilitas, validitas, mayoritas teknik proyektif tidak menampilkan hasil cenderung kurang baik. Pada bagian berikutnya akan dijelaskan darimana teknik proyektif muncul, pentingnya teknik proyektif pada pengetesan psikologi. Teknik proyektif pada dasarnya berasal dari ranah klinis.Teknik proyektif juga dikembangkan dari pelaksanaan prosedur terapeutik (seperti terapi seni) pada pasien pasien psikiatri.Teknik proyektif dalam kacamata teoritis lebih merefleksikan pengaruh dari konsep psikoanalisa tradisional dan modern.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Teknik Proyektif? 2. Apa saja teknik-tekniknya? 3. Bagaimana sifat dari Teknik Proyektif?
1
BAB II PEMBAHASAN
A. Teknik-teknik Proyektif 1. Teknik-teknik Noda Tinta a. Rorschach
Salah satu teknik proyektif paling populer adalah penggunaan noda tinta Rorschach ( Rorschach Rorschach inkblot ).Teknik ).Teknik ini, yang dikembangkan oleh psikiatris Swiss Hermann Rorschach (1921/1942), pertama kali dideskripsikan pada tahun 1921. Meskipun rangkaian standar noda tinta sebelumnya telah digunakan oleh para psikolog dalam studi imajinasi dan fungsi-fungsi lain, Rorschach adalah yang pertama menerapkan noda tinta pada penyelidikan diagnostik atas kepribadian secara keseluruhan. Dalam pengembangan teknik ini, Rorschach bereksperimen dengan sejumlah besar noda tinta, yang ia jalankan pada berbagai kelompok psikiatrik yang berbeda. Sebagai hasil dari observasi klinis semacam ini, ciri-ciri respon yang membedakan antara berbagai sindroma psikiatrik secara bertahap dipersatukan dalam suatu system skoring.Prosedur-prosedur skoring ini lebih jauh dipertajam dengan testing suplementer atas orang yang bermental terbelakang, serta juga seniman, sarjana dan kelompok orang khas lainnya.Metodologi Rorschach lalu mewakili aplikasi dini, informal, dan relative subjektif dari pengujian kriteria.1 Oleh karena kematian Rorschach yang terlalu dini, pada tahun 1922, pengembangan tes ini diusahakan oleh rekan-rekan dan mahasiswanya.Dalam dasawarsa berikutnya, penggunaan teknik Rorschach amat luas baik di Eropa maupun di Amerika Serikat.Akan tetapi, karena tidak adanya penyusun sistematika
tunggal,
prosedur
untuk
melaksanakan,
menskor
dan
menginterpretasikan “Rorschach” menjadi berkembang baik dan berkembang 1
Anne Anastasi Susana Urbina, Tes Psikologi: Psychological Testing, (Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang, 2007), hlm 454
2
ke dalam berbagai metode dan system.Pada tahun 1960-an, anggapan bahwa Rorschach adalah suatu tes tunggal yang terstandarisasi sesungguhnya tidak tepat.Berbagai system dan pengguna secara bersama-sama hanya memiliki sepuluh kartu stimulus asli dan sejumlah dalil interpretif dasar yang berasal dari karya asli Rorschach. Masing-masing kartu Rorschach memuat noda tinta simetris bilateral yang serupa dengan salah satu noda tinta yang diilustrasikan pada Gambar 1.Lima dari noda tinta diletakkan pada bayangan abu-abu dan hitam saja; dua memuat sentuhan tambahan dari warna merah terang; dan tiga sisanya memadukan beberapa bayangan pastel. Umumnya, selama penyelenggaraan Rorschach, responden ditunjukkan masing-masing noda tinta, satu kali setiap saat, dan diminta untuk memberi tahu apa yang dinampakkan oleh noda tinta itu. Selain menyimpan catatan verbal tentang respon terhadap setiap kartu, penguji umumnya mencatat waktu reaksi dan lama respon, atau posisi di mana kartu dipegang, catatan spontan, ungkapan emosional, dan perilaku insidentil lain dari responden selama sesi tes itu. Pada waktu tertentu setelah presentasi 10 kartu, kebanyakan penguji mengajukan pertanyaan pada individu secara sistematik tentang bagian dan aspek tiap noda tinta terhadap mana sosiasi diberikan.Selama penyelidikan ini, para responden juga memiliki kesempatan untuk menguraikan serta menjernihkan respon lebih awal mereka.
Gambar 1. Noda Noda Tinta dari Jenis yang digunakan dalam
Teknik Rorschach 3
Perbedaan-perbedaan utama di antara berbagai system Rorschach yang berkembang dari tahun 1930-an sampai dengan 1960-an ada pada metode skoring dan oleh karenanya, ada pada soal-soal interpretif. Pada dasarnya, fokus keprihatinan untuk interpretasi Rorschach bisa ditempatkan entah pada isi respon atau pada karakteristik formalnya seperti misalnya lokasi, determinan, kualitas bentuk dan berbagai rangkuman kuantitatif yang diturunkan dari respon itu.Meskipun system Rorschach amat berbeda dalam rincian penentuan skor dan menginterpretasi respon terhadap kartu, banyak hal dari system itu memiliki kesamaan dalam hal klasifikasi dasae kategorikategori penentuan skor. Lokasi Lokasi merujuk pada bagian noda tinta yang dengannya responden mengasosiasikan tiap respon. Apakah ia menggunakan seluruh noda tinta, rincian umum, rincian yang tidak biasa, ruang putih atau kombinasi dari semua ini? Determinan Determinan respon mencakup bentuk, warna, bayangan dan “gerakan”.Meskipun tentu saja tidak ada gerakan pada noda tinta itu sendiri, persepsi respon pada noda tinta sebagai representasi dari objek bergerak diberi skor dalam kategori ini.diferensiasi lebih jauh dibuat dalam kategori-kategori ini. misalnya, gerakan manusia, gerakan hewan, dan gerakan abstrak atau gerakan tak berjiwa diskor secara terpisah.2 Demikian pula, pembentukan bayangan bisa dipandang sebagai mewakili kedalaman, jaman, bentuk-bentuk yang tak jelas seperti misalnya, awan, reproduksi akromatik warna seperti dalam foto. Kualitas Kualitas bentuk atau tingkat bentuk respon-respon bisa merujuk pada ketepatan respon-respon itu menyamai lokasi yang digunakan, pada keasliannya atau pada keduanya. Disamping itu, kompleksitas kognitif respon-respon dan aspek-aspek kualitatif lain dari yang dipersepsi bisa juga diskor dalam sejumlah system. Penanganan isi juga berbeda dari satu system Rorschach ke system Rorschach lainnya, meskipun kategori utama tertentu digunakan secara regular.Yang utama 2
Anne Anastasi Susana Urbina, Tes Psikologi: Psychological Testing, (Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang, 2007), hlm 455
4
diantara penanganan ini adalah bentuk-bentuk manusia, rincian manusia (atau bagian dari bentuk manusia), bentuk-bentuk hewan dan rincian hewan.
b. System Komprehensif Exner
Pada tahun 1900-an, tes Rorschach menjadi kurang dihargai sebagai instrumen psikometris.Para peneliti sadar bahwa diri mereka dihambat oleh kesulitan
yang
inheren
dalam
metode
itu
sendiri,
seperti
misalnya
kemungkinan variasi dalam jumlah total respon, pengaruh dari efek penguji dan saling ketergantungan skor-skor, serta juga perkembangan sistem penentuan skor. Keadaan ini semua menjadikan penelitian atas rehabilitas dan validitas tes Rorschach sebagai usaha yag berjalan sedikit demi sedikit, terganggu dengan kekurangan metodologis dan pada akhirnya memberikan hasil yang mengecewakan. Perbedaan yang luas telah berkembang diantara lima sistem Rorschach utama yang digunakan di Amerika Serikat. Perbedaan ini didokumentasikan oleh John E. Exner, Jr. (1969) yang bekerja dengan Samuel Beck dan Bruno Klopfer, dua orang dari para pembuat sistematisasi Rorschach yang paling berfariasi..Exner tertarik pada kemungkinan untuk menyling semua segi yang secara empiris berguna dan dapat dipertahankan yang dimiliki oleh metode itu, kedalam satu sistem tunggal.3 Pertama, exner mengembangkan sistem Rorschach kompherensif yang memadukan
unsur-unsur
yang
dikumpulkan
dari
kelima
pendekatan
utama.Exner menyediakan administrasi terstandarisasi, penentuan skor dan prosedur interpretatif yang diseleksi atas dasar perbandingan empiris siantara berbagai
praktek.Penekanannya
adalah
lebih
pada
variabel
struktural
ketimbang pada variabel isi.Sesunguhnya, menurut Exner, obyek respon penentuan skor sko r adalah asal mula dari rangkuman struktural yang ada pada inti 3
Anne Anastasi Susana Urbina, Tes Psikologi: Psychological Testing, (Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang, 2007), hlm 456
5
sistemnya serta memberikan dasar bagi kebanyakan dalil interprentif.Tiap respon dikodifisikan pada beberapa kategori penentuan skor yang berbeda, mencakup antara lain lokasi, determinan, kualitas bentuk, isi, aktiviyas organisasional, dan popularitas. Respon-respon berkode ini didaftar dan frekkuensi kode dihitung; unsurunsur ini kemudian digunakan dalam penghitungan nisbah, presentase, dan indeks yang melengkapi melen gkapi rangkuman struktural.Pernyataan interpretatif bisa berasal, dari variable-variabel pada berbagai tingkat kompleksitas. Sejumlah hipotesis
dihubungkan
dengan
frekuensi
sederhana,
seperti
lingkup
penggunaan satu determinan tunggal (misalnya, pembentukan bayangan); yang lain didasarkan pada munculnya dua variabel atau lebih secara bersama-sama seperti misalnya jmlah isi manusia dan isi hewan. Tingkat analisis yang paling kompleks adalah konstelasi dari berbagai variabel dan skor potong yang dihasilkan secara empiris.Variabel-variabel ini dikelompokkan ke dalam indeks-indeks (misalnya, Indeks Schizophrenia, Indeks Depresi, dan Indeks Mengatasi Kekurangan) yang agaknya mencerminkan kemungkinan adanya gangguan atau kondisi tertentu.
c. Teknik Noda Tinta Holtzman ( H oltzm oltzman an Ink I nkblo blott T echniq chni que) ue)
Bahkan
sebelum
Exner
mulai
mengerjakan
system
Rorschach
komprehensifnya, suatu usaha serius untuk menerapkan orientasi psikometris pada teknik noda tinta telah dilakukan oleh Wayne H. Holtzman. Dengan mengambil tes Rorschach sebagai model, Teknik Noda Tinta Holtzman dirancang sedemikian rupa untuk memikirkan kekurangan teknis utama dari instrument yang lebih awal.4Akan tetapi, perubahan-perubahan dalam materi stimulus dan prosedur cukup ekstensif untuk memandang teknik Holtzman sebagai tes yang berbeda dan mengevaluasinya tanpa rujukan pada tes 4
Anne Anastasi Susana Urbina, Tes Psikologi: Psychological Testing, (Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang, 2007), hlm 460
6
Rorschach. Teknik Holtzman menyediakan dua rangkaian 45 kartu masingmasing parallel; noda-noda tinta dipilih dari pool pendahuluan yang besar atas dasar kriteria empiris ditujukan pada maximisasi efektivitasnya. Hanya satu respon per kartu yang diperoleh.Baik kartu akromatik dan kartu berwarna dimasukkan dalam rangkaian itu; beberapa noda tinta dibuat cukup asimetris.Administrasi dan penentuan skor dari teknik noda tinta Holtzman cukup terstandarisasi dengan baik dan dideskripsikan dengan jelas dari awalnya.Skor-skor diperoleh dari 22 variabel respon, termasuk banyak yang paralel dengan tes Rorschach dan sejumlah variable tambahan, seperti misalnya kecemasan dan permusuhan.Untuk masing-masing variable, skorskor persentil tersedia bagi sampel-sampel normal dari anak-anak dan orang dewasa serta bagi sejumlah kelompok yang menyimpang.Reliabilitas pemberi skor nampaknya amatlah memuaskan.Penyelidikan tentang reliabilitas paruh tengah, bentuk pengganti dan tes-tes ulang (retest (retest ) telah menunjukkan perbedaan lintas variable respon, meskipun keban yakan hasilnya membesarkan hati.Bentuk kelompok tes ini, yang menggunakan gambar terang slide), (slide), menghasilkan skor pada kebanyakan variable yang dapat dibandingkan dengan skor yang diperoleh melalui penyelenggaraan tes secara individual. Teknik noda tinta Holtzman ( Holtzman Holtzman Inkblot Technique atau Technique atau HIT) 25, versi pendek yang memuat 25 kartu pertama dari Bentuk A dari HIT dengan 2 respon per kartu, telah diusulkan belakangan ini oleh Holtzman (1988) dan sedang dalam proses untuk dinormakan.5 Banyak data validitas pada HIT telah terkumpul, kebanyakan dengan hasil yang
cukup
menjanjikan.Penelitian
validasi
telah
mengikuti
berbagai
pendekatan, termasuk studi tentang kecondongan perkembangan, pe rbandingan lintas budaya, korelasi-korelasi dengan tes-tes lain dan dengan indicator perilaku ciri-ciri kepribadian, serta perbandingan kelompok kontras dengan 5
Anne Anastasi Susana Urbina, Tes Psikologi: Psychological Testing, (Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang, 2007), hlm 461
7
responden normal maupun pasien psikiatris. Sebuah buku pegangan yang dipersiapkan oleh E.F. Hill (1972) diarahkan terutama pada penggunaan klinis HIT. Nampak bahwa HIT memiliki keuntngan psikometris tertentu terhadap tes Rorschach.Adanya bentuk-bentuk parallel memungkinkan tidak hanya pengukuran atas reliabilitas tes ulung tetapi juga studi tindak lanjut yang memadai. Pembatasan respon-respon pada satu respon per kartu memungkinkan produktivitas respon ( R ) konstan bagi tiap responden dan dengan begitu menghindari banyak kekurangan dari penentuan skor Rorschach. Akan tetapi seharusnya diperhatikan bahwa panjang respon (jumlah kata-kata) masih tidak terkontrol dan dalam kasus tes Rorschach, terbukti terkait secara signifikan pada berbagai skor HIT. Akan tetapi, meskipun ada untungnya, terdapat juga kekurangan relative informasi pada HIT jika dibandingkan dengan tes Rorschach dan lebih banyak data diperlukan untuk menetapkan arti penting diagnostik dari berbagai skor dan validitas konstruk variabel-variabel kepribadian yang dinilai oleh teknik ini.
2. Teknik-teknik Gambar
a. TAT (Thematic Apperception Tes) TAT adalah tes projektif yang terdiri dari berbagai tema yang tersaji dalam bentuk gambar. Disebut TAT karena tes ini didasarkan pada apersepsi suatu tema yang oleh subjek dikonstruksikan menurut gambar yang dilihatnya, yang kemudian diprojeksikan sederap dengan tanggapannya.Lewat apersepsi inilah bisa diungkap dinamika kepribadian subjek, yang berupa berbagai dorongan, sentimen, kompleks, serta bermacam konflik yang dominan.6 TAT terdiri dari 31 gambar yang dicetak pada kartu tebal: 11 kartu untuk setiap subjek, termasuk satu kartu kosong dan sembilan kartu disesuaikan 6
TA. Prapancha Hary, Efektivitas Thematic Apperception Test Dalam Penanganan Kasus Klinis, Jurnal Klinis, Jurnal SPIRITS, Mei 2011, Vol.1, No.2, 97-224
8
untuk dewasa, anak, lelaki, perempuan. Sembilan kartu tersebut ditandai dengan: BM : boy and male, untuk lelaki GF : girl and female, untuk perempuan MF : male and femalee, untuk dewasa BG : Boy and girl, untuk anak- anak. Berbeda dari teknik-teknik noda tinta, TAT (Thematic (Thematic Apperception Tes) Tes) mengajukan stimuli yang jauh lebih terstruktur dan meminta respon verbal yang lebih kompleks dan terorganisir secara bermakna.Interpretasi atas responrespon oleh penguji biasanya didasarkan pada analisis isi yang sifatnya agak kualitatif.7Pertama kali dikembangkan oleh Henry Murray dan sifatnya di Harvard Psychological Clinic, TAT belum digunakan secara luas dalam praktek dan penelitian klinis, tetapi telah berfungsi sebagai model bagi pengembangan banyak instrument lainnya. Materi-materi TAT terdiri dari 19 kartu yang memuat gambar-gambar kabur dalam warna hitam dan putih serta kartu kosong. Responden diminta untuk mengarang cerita yang sesuai dengan tiap gambar, menceritakan apa yang mengarah pada peristiwa sebagaimana tergambar dalam gambar itu, mendeskripsikan apa yang terjadi pada waktu itu, dana pa yang dirasakan serta dipikirkan oleh karakter dalam gambar lalu memberikan hasilnya. Dalam hal kartu yang kosong, responden diminta untuk membayangkan gambar tertentu pada kartu itu, mendeskripsikannya dan kemudian membuat cerita c erita tentang hal itu. Prosedur asli yang digariskan oleh Murray dalam panduan tes membutuhkan dua sesi satu jam, 10 kartu digunakan selama tiap sesi. Kartukartu yang disimpan untuk sesi kedua secara sengaja dipilih yang lebih tidak lazim, dramatis dan aneh serta instruksi yang menyertainya mendorong responden untuk memberikan kesempatan bermain yang bebas pada imajinasi 7
Anne Anastasi Susana Urbina, Tes Psikologi: Psychological Testing, (Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang, 2007), hlm 462
9
mereka. Empat rangkaian dari 20 kartu yang tumpeng tindih disediakan – untuk anak laki-laki, perempuan, pria berusia diatas 14 tahun dan wanita berusia di atas 14 tahun. Kebanyakan ahli klinis menggunakan rangkaian singkat dari kartu-kartu yang dipilih secara khusus dan jarang memberikan lebih dari pada 10 kartu pada satu responden.8 Dalam metode interpretasi asli cerita-cerita TAT, penguji pertama-tama menentukan siapa “pahlawan”nya, karakter dari jenis kelamin mana pun yang dengannya responden agaknya akan mengidentifikasikan dirinya. Isi cerita kemudian dianalisis terutama dalam rujukan dengan daftar “kebutuhan” dan “tekanan” Murray.Berbagai kebutuhan yang diusulkan diuraikan dalam kaitan dengan Edwards Personal Preference Schedule.Contoh-contohnya meliputi prestasi, afiliasi dan lingkungan
yang
kebutuhan.Diserang
agresi.Tekanan merujuk
bisa atau
memperlancar dikritik,
atau
pada kekuatan-kekuatan mencampuri
mendapatkan
perhatian,
pemuasan diberikan
kenyamanan, dan terbuka pada ancaman fisik merupakan ilustrasi dari tekanan.Dalam menilai pentingnya atau kuatnya kebutuhan atau tekanan tertentu bagi individu, perhatian khusus diberikan pada intensitas, durasi dan frekuensi munculnya hal tersebut dalam berbagai cerita yang berbeda, serta juga pada keunikan asosiasinya dengan gambar tertentu.Asumsinya adalah bahwa materi-materi yang tidak biasa yang menyimpang dari respon-respon umum terhadap tiap gambar, lebih memiliki kemungkinan untuk menjadi berarti bagi individu. Cukup banyak informasi normatif telah diterbitkan sehubungan dengan ciri-ciri respon yang paling sering bagi tiap kartu, meliputi cara tiap kartu dipersepsi, tema yang dikembangkan, peran yang diberikan pada karakter, nada emosional yang diungkapkan, kecepatan respon, panjang cerita dan sebagainya. Meskipun data normatif ini menyediakan kerangka umum untuk 8
Anne Anastasi Susana Urbina, Tes Psikologi: Psychological Testing, (Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang, 2007), hlm 462
10
menginterpretasikan respon-respon individu, kebanyakan ahli klinis bersandar pada “norma“norma-norma subyektif” yang dibangun melalui pengalaman mereka sendiri dengan tes tersebut dan pada pengetahuan yang mereka peroleh tentang orang yang diuji melalui sarana-sarana lainnya. Berbagai skema penentuan skor kuantitatif dan skala-skala pemeringkatan telah dikembangkan dan menghasilkan reliabilitas reliabilitas pemberian skor yang yang baik. Akan tetapi,
karena
aplikasinya akan membutuhkan banyak waktu, prosedur-prosedur penentuan skor seperti itu jarang digunakan dalam praktek klinis. Meskipun umumnya diberikan sebagai tes lisan individu dalam situasi klinis, TAT juga bisa diselenggarakan dalam tes tertulis atau tes kelompok.9 TAT juga digunakan secara luas dalam penelitian kepribadian. Sayangnya, keanekaragaman administrasi dan prosedur penentuan skor, dan bahkan materi-materi stimulus, yang terasosiasi dengan rubric TAT telah berkembang ke penggunaan tes dan juga praktek klinis, keanekaragaman ini mempersulit usaha penyelidikan segi-segi psikometris TAT sebagai tes psikologis tersendiri karena metode ini kekurangan persyaratan dasar yaitu keseragaman.Di samping itu banyak data eksperimental tersedia untuk menunjukkan bahwa kondisi-kondisi seperti misalnya rasa lapar, kurang tidur dan frustasi sosial sangat mempengaruhi respon TAT.Walaupun pendukung hipotesis proyektif, sensitivitas TAT terhadap kondisi-kondisi temporer semacam itu bisa memperumit makna respon.Pertanyaan tentang konsistensi internal responrespon TAT juga telah mendapat perhatian.Harus ada usaha untuk mengontrol panjangnya cerita, atau produktivitas problem yang dialami TAT bersamasama dengan tes Rorschach. Meskipun begitu, nilai teknik apersepsi tematik pada umumnya dan pada TAT khususnya, tidak dipertanyakan.Penelitian belakangan ini memperkuat manfaat klinis dari berbagai versi TAT baik untuk aplikasi tradisional, seperti 9
Anne Anastasi Susana Urbina, Tes Psikologi: Psychological Testing, (Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang, 2007), hlm 463
11
misalnya
menilai
lingkup
psikopatologi
dan
penggunaan
mekanisme
pertahanan diri, maupun untuk penggunaan-pengg uanaan baru seperti misalnya evaluasi atas ketermapilan pemecahan masalah.Salah satu aplikasi TAT yang paling menjanjikan m enjanjikan adalah ad alah dengan skala-skala yang baru b aru dikembangkan untuk penilaian klinis atau hubungan-hubungan obyek.Kegunaan TAT juga tidak terbatas pada analisis tematis atas respon-respon.Ciri-ciri formal dari struktur dan isi cerita-cerita TAT juga bisa digunakan dalam studi atas individu dan kelompok.10
b. Adaptasi TAT dan Tes-tes Terkait
Banyak
adaptasi
TAT
dikembangkan
untuk
maksud-maksud
tertentu.Adaptasi ini memperlihatkan berbagai tingkat kesamaan dengan yang asli.Tidak ada versi yang tegas antara TAT yang dimodifikasikan dan tes-tes baru yang didasarkan pada pad a pendekatan umum seperti TAT.Berbagai versi v ersi TAT telah disiapkan untuk digunakan dalam survai atas sikap buruh, kelompok minoritas dan sebagainya. Adaptasi lain telah dikembangkan untuk digunakan dalam konseling karir, penilaian eksekutif dan berbagai proyek penelitian. Berbagai formulir telah disusun untuk populasi khusus termasuk di dalamnya anak-anak prasekolah, anak-anak sekolah dasar, anak-anak yang tidak mampu secara fisik dan mental, para remaja serta berbagai kelompok nasional dan etnik. Sejumlah adaptasi TAT telah memusatkan diri pada pengukuran intensif atas kebutuhan atau dorongan tunggal, seperti misalnya seks dan agresi.Yang menarik adalah penelitian ekstensif atas kebutuhan prestasi (n-Ach (n-Ach)) yang diadakan selama tiga puluh tahun oleh McClelland, Atkinson dan rekanrekannya.Untuk mengukur n-Ach, n-Ach, empat gambar digunakan dua diantaranya diambil dari TAT.Skema-skema terinci telah dikembangkan untuk menentukan 10
Anne Anastasi Susana Urbina, Tes Psikologi: Psychological Testing, (Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang, 2007), hlm 464
12
skor cerita yang dihasilkan dalam kaitan dengan ungkapan n-Ach.Teknik n-Ach.Teknik ini digunakan
dalam
program
penelitian
ekstensif
tentang
motivasi
prestasi.Masalah-masalah yang diteliti berkisar dari teori motivasi dasar sampai pada asal muasal sosial dan konsekuensi n-Ach serta n-Ach serta peranannya dalam jatuh
bangunnya
masyarakat.
Analisis
meta
atau
studi-studi
yang
membandingkan TAT dan ukuran kuesioner n-Ach menunjukkan n-Ach menunjukkan bahwa kedua metode ini sah, meskipun ada perbedaan maksud dan aspek penaksiran atas dorongan prestasi.11 Meskipun TAT asli dikatakan dapat diterapkan pada anak-anak mulai usia empat tahun, Children Apperception Test (CAT) secara khusus dirancang untuk digunakan pada anak-anak berusia antara 3 dan 10 tahun (Bellak, 1993). Kartu-kartu CAT mengganti manusia dengan hewan atas dasar asumsi bahwa anak-anak kecil lebih mudah melakukan proyeksi pada hewan daripada manusia. Berbagai hewan dalam gambar-gambar itu dilukiskan dalam situasi yang khas manusia dengan cara antropomorfis yang khas seperti dalam komik dan buku anak-anak. Gambar-gambar itu dirancang untuk membangkitkan fantasi yang berhubungan dengan masalah makan serta aktivitas oral, persaingan sesama saudara, hubungan orang tua dan anak, agresi, latihan buang air besar dan kecil, serta pengalaman anak -anak lainnya.Penyusun lainnya.Pen yusun CAT mempersiapkan modifikasi manusia atas tes ini (CAT-H) untuk digunakan pada anak-anak yang lebih tua, terutama pada p ada anak-anak yang usianya usian ya di atas 10 tahun. Penyusun tes mempertahankan bahwa bentuk manusia atau bentuk hewan bisa lebih efektif tergantung pada usia dan ciri-ciri kepribadian anak bersangkutan.12 Tes yang lebih baru dikembangkan, Roberts Apperception Test for Children
(RATC),
lebih
dekat
memenuhi
11
standar
psikometris
untuk
Anne Anastasi Susana Urbina, Tes Psikologi: Psychological Testing, (Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang, 2007), hlm 464 12 Anne Anastasi Susana Urbina, Tes Psikologi: Psychological Testing, (Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang, 2007), hlm 465
13
penyusunan tes dan evaluasi daripada teknik-teknik lain jenis ini.RATC menyediakan dua rangkaian dari 16 kartu stimulus yang tumpeng tindih, satu untuk anak laki-laki dan satu untuk anak perempuan.Rangkaian suplementer dengan
gambar
anak-anak
berkulit
hitam
juga
tersedia
tetapi
tidak
dinormalkan.Gambar-gambar itu dipilih untuk melukiskan situasi antarpribadi yang telah dikenal dimana ada anak-anak dalam hubungannya dengan orang dewasa atau anak-anak lainnya.Cerita diskor pada rangkaian skala yang mencakup jenis masalah yang menjadi alasan umumnya dibawa ke klinik.Pedoman yang jelas dan eksplisit memungkinkan penentuan skor yang cukup obyektif atas respon-respon; norma-norma didasarkan pada respon dari 200 anak yang menyesuaikan diri dengan baik dan dinominasikan oleh gurunya.Perbandingan respon-respon ini dengan respon-respon dari 200 anak yang dilihat pada klinik bimbingan anak memberikan data validasi yang dimuat dalam panduan.Jelas, instrument ini mewakili usaha serius untuk memadukan
fleksibilitas
teknik
proyektif
dengan
penyelenggaraannya,
penentuan skornya, serta evaluasi tes dari sebuah tes standar.Penyelidikan tentang validitas RATC untuk berbagai penggunaan terus menunjukkan hasil yang baik.Disamping itu, buku pegangan dengan garis pedoman yang rinci untuk penentuan skor dan interpretasi RATC dalam penggunaan klinis juga telah dipersiapkan oleh Glenn E. Roberts (1994).
Gambar 2.Salah 2.Salah satu Gambar yang digunakan dalam RACT
14
3. Teknik-teknik Kinerja
Kategori teknik proyektif yang luas dan tak terbentuk terdiri dari banyak ungkapan diri yang relative bebas.Salah satu ciri khas dari semua teknik ini adalah bahwa teknik-teknik ini telah digunakan sebagai prosedur terapeutik dan juga prosedur diagnostik.Melalui kesempatan ungkapan diri yang dimungkinkan oleh aktivitas-aktivitas ini, diyakini bahwa individu tidak hanya mengungkapkan
kesulitan
emosionalnya
melainkan
juga
meredakannya.13Metode-metode yang paling sering digunakan dalam ketegori ini adalah menggamabar dan berbagai jenis teknik bermain, termasuk penggunaan
mainan
secara dramatis.Tidaklah
mengherankan,
sebagian
terbesar metode ini secara khusus dirancang untuk penaksiran anak-anak meskipun dalam banyak hal metode ini juga bisa digunakan pada orang dewasa.
a. Teknik-teknik Menggambar
Meskipun hampir tiap medium seni, teknik dan jenis persoalan telah diteliti dalam usaha mencari isyarat diagnostic yang penting dalam evaluasi atas kepribadian, perhatian khusus telah dipusatkan pada tindakan menggambar bentuk manusia. Contoh awal yang terkenal terken al adalah Machover Draw Machover Draw a Person Test (DAP Machover, 1949). Dalam tes ini, individu diberi pensil dan kertas untuk “menggambar orang”. Setelah menyelesaikan gambar pertamanya, ia diminta untuk menggambar orang dari jenis kelamin yang berlawanan atau jenis kelamin yang berbeda dari gambar pertamanya. Sementara responden menggambar, penguji memperhatikan komentarnya, urutan penggambaran bagian-bagian yang berbeda, dan rincian proseduralnya.Penggambaran ini biasanya diikuti dengan rangkaian pertanyaan untuk mendapatkan informasi 13
Anne Anastasi Susana Urbina, Tes Psikologi: Psychological Testing, (Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang, 2007), hlm 473
15
tentang umur, sekolah, pekerjaa, dan fakta-fakta lain yang berhubungan dengan karakter yang digambar.Penyelidikan ini bisa berupa permintaan pada responden untuk menyusun suatu cerita tentang tiap orang yang digambar. Interpretasi atas DAP sebagaimana dikemukakan Machover pada dasarnya bersifat kualitatif dan banyak mengandung generalisasi yang didasarkan pada indikator-indikator indikator-indikator tunggal seperti misalnya “Kepala yang besarnya tidak proporsional kerap kali akan ditemukan pada individu yang men derita penyakit otak organik ”. ”.
14
Meskipun rujukan dibuat pada “ribuan gambar” yang diuji
dalam konteks klinis, dan beberapa kasus terseleksi disinggung untuk maksud ilustratif, tidak ada presentasi data sistematik satu pun yang menyertai laporan tes asli yang diterbitkan. Di samping itu, studi validasi selanjutnya oleh para peneliti lainnya pada umumnya gagal memberikan dukungan du kungan pada pad a interpretasi diagnostic Machover.
b. Teknik Permainan dan Tes Mainan
Berbagai jenis teknik permainan dan tes-tes mainan yang melibatkan obyek-obyek seperti misalnya wayang, boneka dan miniature telah digunakan secara luas dalam testing proyektif.15Berasal dari terapi mainan dengan anakanak, materi-materi ini selanjutnya dikembangkan untuk digunakan pada testing diagnostic pada orang dewasa maupun anak-anak.Di antara hal-hal yang paling sering digunakan untuk maksud ini adalah misalnya boneka yang menggambarkan orang dewasa dan anak-anak dari kedua jenis kelamin, binatang, perabot, kamar mandi dan dapur serta perabotan rumah tangga lainnya.Scenotes terdiri dari seperangkat standar peralatan jenis ini dan buku pegangan pendamping. Scenotes diterbitkan di Swis pada tahun 1960-an dan belakangan ini tersedia di d i Amerika Serikat. Bermain dengan hal-hal semacam 14
Anne Anastasi Susana Urbina, Tes Psikologi: Psychological Testing, (Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang, 2007), hlm 473 15 Anne Anastasi Susana Urbina, Tes Psikologi: Psychological Testing, (Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang, 2007), hlm 475
16
ini diharapkan bisa mengungkapkan sikap anak terhadap keluarganya, persaingan
sebayanya,
ketakutannya,
agresivitasnya,
konfliknya
dan
sebagainya. Penguji memperhatikan butir soal apa yang dipilih oleh anak itu dan apa yang ia lakukan dengan butir soal itu dan juga pengungkpan verbal anak, ungkapan emosionalnya, serta perilaku terselubung lainnya. Pada anak-anak, penguji hanya menyediakan koleksi mainan untuk permainan bebas.Pada orang dewasa, materi yang disajikan bersama dengan instruksi umum untuk menjalankan suatu tugas yang bersifat amat tak terstruktur.Tentu saja, instruksi-instruksi ini bisa juga digunakan pada anakanak.Seringkali tugas itu memiliki segi-segi dramatis, seperti mengatur bentuk bentuk di punggung punggun g miniature.Materi untuk Scenotes misalnya, terdapat dalam kotak ceper yang dapat dibawa-bawa, yang memiliki penutup sehingga bisa digunakan sebagai “panggung” dengan berbagai bentuk dan asesori. asesori.16 Teknik-teknik permainan untuk diagnosis dan penaksiran anak-anak telah dikatalogkan dalam volume yang komprehensif sebagaimana disunting oleh Schaefer, Gitlin dan Sundgrund (1991).Disamping alat-alat proyektif, seperti misalnya teknik-teknik boneka wayang, karya ini mendeskripsikan pilihan skala permainan yang luas untuk penaksiran atas masalah-masalah spesifik mulai
dari
autism
sampai
pada
hiperaktivitas
dan
untuk
evaluasi
perkembangan atas bidang-bidang seperti misalnya kompetensi, motivasi penguasaan dan temperamen anak-anak.Juga termasuk disitu adalah skala untuk digunakan dalam terapi permainan dan untuk menilai interaksi anak orang tua dan kawan sebaya.Sebagaimana diakui oleh Schaefer dan rekanrekan kerjanya, banyak teknik yang mereka kemukakan disini masih dalam tahap-tahap awal perkembangan.Meskipun begitu, berbagai pendekatan yang berhasil
mereka
kumpulkan
mencakup
16
ukuran
yang
cemerlang
dan
Anne Anastasi Susana Urbina, Tes Psikologi: Psychological Testing, (Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang, 2007), hlm 476
17
menawarkan metode observasi formal yang amat terstruktur yang paling cocok untuk penelitian dan juga instrument berorientasi klinis.
4. Teknbik-teknik Verbal
Meskipun semua instrument proyektif yang dibahas sejauh ini meminta respon verbal, teknik proyektif tertentu adalah seluruhnya verbal, hanya menggunakan kata-kata dalam materi stimulus dan responnya.Sejumlah teknik verbal ini bisa diselenggarakan dalam bentuk lisan maupun tulisan, tetapi semuanya sesuai untuk penyelenggaraan tertulis dalam kelompok.Tentu saja, bila diselenggarakan secara tertulis instrument-instrumen ini mengandaikan tingkat kemampuan membaca minimum dan keakraban sungguh-sungguh dengan Bahasa tempat
tes
itu
dikembangkan.Persyaratan-persyaratan
ini
menyingkirkan
penggunaan teknik-teknik dengan anak-anak kecil ataupun orang-orang yang buta huruf atau yang tidak berbahasa Inggris.17 Sebuah teknik yang mendahului banjirnya tes-tes proyektif lebih dari setengah abad adalah tes asosiasi kata.Tes kata.Tes yang awalnya dikenal sebagai “tes asosiasi bebas” ini pertama kali dideskripsikan secara sistematik oleh Galton (1879).Wundt dan J. McK. Cattell selanjutnya memperkenalkan tes ini ke dalam laboratorium psikologis, tempat tes itu di adaotasikan untuk banyak pen ggunaan.Caranya adalah dengan menyajikan rangkaian kata-kata tak terkait dan meminta individu untuk memberikan respon dengan memberikan kata pertama yang muncul dalam pikiran mereka. Para psikolog eksperimental awal dan juga para penguji mental pertama, melihat adannya alat untuk eksplorasi proses berpikir dalam tes asosiasi semacam ini. Aplikasi klinis metode asosiasi kata distimulasi terutama oleh gerakan psikoanalitik, meskipun psikiater-psikiater lainnya, seperti misalnya Kraeplin sebelumnya telah meneliti teknik-teknik semacam ini.Di antara para psikoanalisis, 17
Anne Anastasi Susana Urbina, Tes Psikologi: Psychological Testing, (Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang, 2007), hlm 468
18
sumbangan Jung pada pengembangan sistematik tes asoisasi kata adalah yang paling menarik.Jung (1910) memilih kata-kata stimulus untuk mewakili “kompleks“kompleks-kompleks emosional” umum dan menganalisis respon-respon respon-respon dengan rujukan pada waktu reaksi, isi dan ungkapan fisik ketegangan emosional. Selama tiga puluh tahun kemudian, teknik asosiasi kata yang sama dikembangkan di Menninger Clinic oleh Rappaport dan rekan-rekannya (1S48-19680. Menurut para penyusunnya, tes ini memiliki dua tujuan: untuk membantu memban tu mendeteksi kerusakan proses pikiran dan untuk menunjukkan area konflik yang signifikan. Bisa juga disebutkan
di
sini
penggunaan
teknik
asosiasi
kata
sebagai
“detector
kebohongan”.Aplikasi ini agaknya diprakarsai oleh Jung dan selanjutnya diteliti secara luas baik dalam laboratorium maupun dalam situasi praktis. Dasar pemikiran yang ditawarkan untuk membenarkan penggunaan asosiasi kata dalam deteksi kebohongan atau kesalahan sama dengan yang diterapkan dalam penggunaannya untuk mengungkap area konflik emosional.18 Pendekatan yang berbeda terhadap tes asosiasi kata digambarkan oleh karya awal dari Kent dan Rosanoff (1910).Dirancang terutama sebagai instrument penyaringan
psikiatris, Kent-Rosanoff
Free
Association Test sepenuhnya
menggunakan penentuan skor obyektif. Kata-kata stimulus terdiri dari 100 kata umum dan netral yang dipilih karena cenderung membangkitkan asosiasi yang sama dari orang pada umumnya. Contohnya, pada kata meja, meja, kebanyakan orang memberikan respon “kursi”; pada kata gelap, gelap, mereka cenderung mengatakan “terang”.Rangkaian tabel frekuensi disiapkan satu tabel untuk tiap kata stimulus yang menunjukkan menunjukkan jumlah frekuensi tiap “indeks keumuman” ditarik dari nilai frekuensi respon tiap peserta tes.Perbandingan antara individu psikotis dengan individu yang normal menunjukkan bahwa penderita psikotis mendapatkan indeks komonalitas yang lebih rendah disbanding orang-orang normal.
18
Anne Anastasi Susana Urbina, Tes Psikologi: Psychological Testing, (Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang, 2007), hlm 469
19
Akan tetapi penggunaan diagnostic teknik asosiasi kata ditolak seiring dengan meningkatnya kesadaran bahwa frekuensi respon juga amat berbeda-beda tergantung pada usia, tingkat sosioekonomis dan pendidikan, latar belakang regional dan budaya, kreativitas dan faktor-faktor lainnya. Karenanya, interpretasi yang
tepat
atas
hasil
membutuhkan
pengumpulan
norma
pada
banyak
subkelompok dan memperbaharui hal itu secara periodis seiring dengan berkembangnya penggunaan kata. Di samping itu, popularitas konsep psikoanalitik tradisional
yang
merangsang
pengembangan
teknik-teknik
ini
juga
hilang.Meskipun demikian tes Kent Rosanoff tetap mempertahankan posisinya sebagai alat laboratorium standar.Norma-norma tambahan telah dikumpulkan di berbagai negara dan teknik ini digunakan secara ekstensif dalam penelitian pada perilaku verbal dan kepribadian.19 Teknik proyektif lainnya, yaitu penyelesaian yaitu penyelesaian kalimat , telah digunakan secara luas dalam praktek penelitian maupun klinis.Dalam kaitan dengan panjangnya respon, struktur dan aspek-aspek lainnya, tes-tes penyelesaian kalimat menempati bidang tengah antara asosiasi kata dan teknik-teknik tematis.Umumnya kata-kata pembukaan atau kalimat k alimat memungkinkan variasi penyelesaian p enyelesaian yang mungkin yang jumlahnya tak ter batas. Contohnya antara lain: Ambisi saya…: Wanita…: Yang saya risaukan…: Ibu saya…. Bentuk kalimat kerap kali dirumuskan sedemikian rupa untuk membangkibangkan respon yang relevan bagi domain kepribadian yang sedang diteliti.Keluwesan teknik penyelesaian kalimat ini menggambarkan salah satu keuntungannya bagi maksud klinis dan riset.Namun demikian bentuk bentuk standar tertentu telah diterbitkan untuk penerapan yang lebih umum. Contoh yang lebih luas digunakan adalah Rotter Incomplete Sentences Blank (RISB- Rotter & Rafferty, 1950), yang terdiri dari 40 bentuk kalimat. Petunjuk pada peserta tes adalah sebagai berikut: Lengkapilah kalimat-kalimat ini untuk mengungkapkan perasaan Anda yang sesungguhnya. sesungguhnya. Coba selesaikan satu demi 19
Anne Anastasi Susana Urbina, Tes Psikologi: Psychological Testing, (Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang, 2007), hlm 470
20
satu.Pastikan Anda melengkapi kalimat itu, Tiap penyelesaian dinilai berdasarkan skala 7 poin menurut taraf penyesuaian atau salah penyesuaian yang diindikasikan.Penyelesaian ilustratif yang berhubungan dengan tiap penilaian diberikan dalam buku panduan.Dengan bantuan respon-respon specimen ini, penentuan skor yang cukup obyektif dimungkinkan. Jumlah nilai-nilai individual menyajikan skor penyesuaian total yang bisa digunakan untuk maksud penyaringan. Isi respon bisa juga diuji secara klinis untuk mendapatkan isyaratisyarat diagnostic yang lebih spesifik.Buku panduan RISB yang baru direvisi mencakup informasi normative yang diperbaharui dan tinjauan studi penelitian yang dilaksanakan sejak tahun 1950. Banyak tes penyelesaian kalimat lainnya telah dikembangkan untuk penaksiran atas populasi target yang berbeda dan untuk berbagai penelitian serta penggunaan psikodiagnostik (untuk deskripsi berbagai instrument tradisional). Sejumlah tambahan baru yang menarik pada ketidakmampuan, untuk memprediksi efektivitas manajerial dan untuk menaksir konstruk-konstruk, seperti misalnya mekanisme pertahanan diri yang bisa relevan dalam penaksiran kepribadian.20
B. Sifat Teknik-teknik Proyektif
Ciri pembeda utama dari teknik proyektif adalah pada penilaiannya atas tugas yang relative tak terstruktur, yaitu tugas yang memungkinkan variasi yang hampir tak terbatas dari respon-respon yang mungkin.Dalam rangka memungkinkan permainan bebas pada fantasi individu, hanya instruksi umum dan singkat yang diberikan. Karena alasan yang sama, stimuli tes umumnya kabur atau ambigu. Hipotesis yang mendasari hal ini adalah bahwa cara individu mempersepsi dan menginterpretasi
materi
tes
atau
“menstrukturisasikan”
situasi
itu
akan
mencerminkan aspek-aspek dasar dari fungsi psikologisnya. Dengan kata lain, diharapkan materi tes bisa berfungsi sebagai semacam saringan dimana respon 20
Anne Anastasi Susana Urbina, Tes Psikologi: Psychological Testing, (Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang, 2007), hlm 470
21
“memproyeksikan” proses pikiran, kebutuhan, kecemasan, dan konflik khas mereka. Umumnya, instrument proyektif juga mempresentasikan prosedur testing yang disembunyikan, sejauh peserta tes jarang menyadari jenis interpretasi psikologis yang akan dibuat atas respon-respon mereka. Teknik-teknik proyektif selanjutnya dicirikan oleh pendekatan global terhadap penaksiran kepribadian.Perhatian difokuskan pada gambaran komposit dari keseluruhan kepribadian dan bukannya pada pengukuran ciri-ciri yang terpisah. Pada akhirnya teknik-teknik proyektif biasanya dipandang oleh pendukungnya sebagai teknik yang amat efektif dalam menyingkapkan aspek tertutup, laten atau tak sadar dari kepribadian. Lagi pula, semakin tak terstruktur suatu tes semakin sensitive tes itu terhadap materi yang terselubung.Ini muncul dari asumsi bahwa semakin tak terstruktur atau semakin ambigu suatu stimuli, semakin kecil kemungkinannya untuk membangkitkan reaksi defensive pada pihak responden.21 Metode proyektif berasal dari dalam lingkungan klinis dan tetap merupakan alat yang penting bagi ahli klinis.Sejumlah metode berkembang dari prosedur terapeutis
(seperti
misalnya
terapi
seni)
yang
digunakan
pada
pasien
psikiatris.Dalam kerangka teoritisnya, kebanyakan teknik proyektif mencerminkan pengaruh konsep psikoanalitik yang tradisional dan modern.Ada berbagai upaya yang terpisah untuk meletakkan dasar bagi teknik proyektif dalam teori stimulus respon dan dalam teori perseptual tentang kepribadian.Tentu saja perlu diperhatikan bahwa teknik-teknik khusus tidak perlu dievaluasi dalam terang kecondongan teoritis tertentu atau asal mula historisnya. Sebuah prosedur bisa terbukti secara praktis berguna atau secara empiris sahih untuk alasan-alasan yang lain daripada yang pada awalnya dikutip untuk membenarkan teknik tersebut.
21
Anne Anastasi Susana Urbina, Tes Psikologi: Psychological Testing, (Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang, 2007), hlm 453
22
1. Sifat-sifat Tes Proyektif
a. Tugasnya tidak berstruktur sehingga memungkinkan respon yang tidak terbatas dengan tugas yang tidak terstruktur maka akan terungkap hal-hal yang tidak disadari oleh individu b. Testee tidak mengetahui apa yang akan diukur dalam mengikuti tes sehingga kemungkinan untuk Faking untuk Faking Good berkurang berkurang c. Tes proyeksi dapat menarik hal-hal yang tidak terlihat dan tidak disadari d. Kemampuan berbahasa kurang dibutuhkan dalam mengerjakan tes menggambar
2. Syarat-syarat Tes Proyektif
a. Stimulusnya tidak terstruktur hal ini memungkinkansubyek mempunyai alternative pilihan jawaban yang banyak. b. Stimulusnya ambigu/kabur ini memungkinkan subyek merespon stimulus tersebut sesuai interpretasinya masing-masing. c. Stimulusnya
kurang
mempunyai
obyektifitas
relative
hal
ini
akanmemunculkan individu diferensis dari masing-masing subyek. d. Global Approach yaitu Approach yaitu menurut kesimpulan yang luas.22 Sifat dan syarat seperti diatas didasarkan pada pandangan Freud tentang dinamika kepribadian ( Id Id , Ego Ego dan Superego), Superego), yang mana tes proyeksi mengungkapkan sifat yang tidak disadari atau tidak dapat diungkapkan secara wajar, pada media proyeksi.Oleh karena itu dalam tes proyektif dibutuhkan pemahaman yang kompherensif terhadap semua kerangka teori yang digunakan dan diterapkan dalam penanganan kasus tertentu. Dengan demikian, maka
psikologi
proyektif
mempunyai
pandangan
tersendiri
terhadap
kepribadian, yang mana membantu untuk menerapkan penggunaan tes secara benar, yaitu: 22
Suharnan. 2005. Psikologi 2005. Psikologi Kognitif . Surabaya: Srikandi.
23
a. Memandang kepribadian sebagai suatu proses, bukan hanya sebagai kumpulan aspek-aspek saja. b. Kepribadian adalah interaksi antara apa yang ada didalam diri individu dengan tuntutan lingkungan fisik, termasuk sosiokultural.
Allp A llpo or t menjelaskan menjelaskan kepribadian sebagai kesatuan psikofisis yang sifatnya dinamis dan mempunyai sifat yang spesifik dalam pribadi seseorang yang selanjutnya mempengaruhinya dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.
H.A. Murray menjelaskan kepribadian sebagai suatu bentuk sistem pengaturan yang sifatnya biologis, pusat pengaturan terletak di otak. Di dalam kepribadian terdapat dua unsur penting, yaitu: 1) Need yaitu yaitu kekuatan dalam otak yang mengatur persepsi, appersepsi serta kemampuan intelektual dan konasi, sehingga dapat merubah situasi yang tidak enak ke situasi tertentu. 2) Press Press yaitu tuntutan lingkungan (faktor lingkungan) yang mempengaruhi perilaku individu.
24
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam tes psikologi, pada dasarnya terdapat dua macam jenis tes dalam psikologi.Kedua tes tersebut yaitu tes mengungkap aspek kognitif dan aspek kepribadian.Tes kepribadian itu sendiri dibagi menjadi dua bagian yaitu tes proyektif dan non proyektif (objektif).Dalam tes-tes kepribadian dengan pendekatan proyektif, individu memberikan respon pada stimulus yang tidak terstruktur dan ambigu, dimana hal ini berbeda dengan tes non proyektif yang memuat beberapa pertanyaan berstruktur. Sehingga dalam menggunakan tes proyektif ini, individu secara tidak sadar akan mengungkap dan menggambarkan struktur dan dinamika kepribadiannya. Untuk
mengungkap
dan
menggambarkan
struktur
dan
dinamika
kepribadian, maka diperlukan lah beberapa teknik yang bertujuan untuk mengungkap aspek kepribadian sesuai dengan tujuan dan kegunaannya. Para ahli psikologi telah merumuskan beberapa teknik-teknik dalam psikologi proyektif diantaranya Teknik Noda Tinta yang terdiri dari Rorschach, System Komprehensif Exner, Teknik Noda Tinta Holtzman ( Holtzman Holtzman Inkblot Technique), selanjutnya yaitu Teknik-teknik Gambar salah satu nya yaitu TAT (Thematic (Thematic Apperception Tes) Tes) selanjutnya yaitu Teknik-teknik Kinerja dan Teknik Verbal.
25
View more...
Comments