Teknik Pemeriksaan Radiografi Ankle Joint Pada Kasus Trauma Di Instalasi Radiologi Rsup Dr. Hasan Sadikin Bandung

March 14, 2019 | Author: intanlisai | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

ankle joint...

Description

TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI ANKLE JOINT PADA KASUS TRAUMA ANKEL DAN PATAH TULANG TERBUKA DI INSTALASI RADIOLOGI RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktek Kerja Lapangan (PKL) I

Disusun Oleh: Intan Lisa Iriana P1337430216061 PRODI D-IV TEKNIK RADIOLOGI SEMARANG JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG 2017

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan kasus ini telah diterima, diperiksa dan disetujui untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktek Kerja Lapangan (PKL) 1 atas mahasiswa Jurusan Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang yang  bernama : Nama

: Intan Lisa Iriana

NIM

: P 1337430216061 133743021606 1

Kelas

: 2C

Dengan judul laporan “Teknik “ Teknik Pemeriksaan Radiografi  Ankle joint  pada Kasus Trauma Ankel  Trauma  Ankel  dan  dan Fraktur Terbuka di Instalasi Radiologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung”. Bandung”.

Bandung, November 2017 Pembimbing Laporan

Mas Andi  NIP.

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan Praktek Kerja Lapangan serta dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik. Laporan Praktek Kerja Lapangan ini bersumber dari semua data yang penulis peroleh dalam melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapangan yang mulai dilakukan pada tanggal 30 Oktober Oktober sampai 25 November 2017 di Instalasi Radiologi Radiologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Dalam penyusunan laporan hasil Praktek Kerja Lapangan ini penulis  banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,  pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kepada : 1. Orang tua dan kakak yang telah memberikan dukungan serta doa kepada  penulis, 2. Sugiyanto, S.Pd, M.App.Sc., selaku direktur Poltekkes Kemenkes Semarang, 3. Rini Indrati, S.Si, M.Kes., selaku Kepala J urusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Semarang, 4. Siti Masrochah, S.Si, M.Kes., selaku ketua prodi DIV Teknik Radiologi, 5. ., selaku penguji akademik, 6. Prof. Dr. dr. Rista D. Soetikno, Sp.Rad (K), M.Kes., selaku kepala SMF/Department Radiologi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung, 7. .,selaku Kepala Ruang di Instalasi Radiologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, 8. .,selaku instruktur pembimbing di Instalasi Radiologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. 9. Seluruh radiografer, staf, dan karyawan Instalasi Radiologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung yang telah memberikan bimbingan praktek serta ilmu yang sangat berharga selama di Instalasi Radiologi,

iii

10. Mas Andi yang telah memberikan bimbingan sehingga penulis dapat belajar lebih banyak dan dapat menyelesaikan laporan kasus ini, 11. Teman-teman angkatan 32 Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Semarang. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan ini jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang  penulis miliki. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang  bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata  penulis berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan wawasan kita semua s emua khusunya di bidang radiologi. Aamiin.

Bandung, November 2017

Penulis

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................

i

HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................

ii

KATA PENGANTAR .....................................................................................

iii

DAFTAR ISI ....................................................................................................

v

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................

vi

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................

1

1.1. Latar Belakang Masalah ...........................................................

1

1.2. Rumusan Masalah ....................................................................

2

1.3. Tujuan Penulisan ......................................................................

2

1.4. Manfaat Penulisan ....................................................................

2

1.5. Sistematika Penulisan ...............................................................

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................

4

2.1. Anatomi Fisiologi .....................................................................

4

2.2. Patologi ..................................................................................... 11 2.3. Teknik Radiografi Ankle joint .................................................

13

2.4. Proteksi Radiasi ........................................................................

20

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................... 21 3.1. Hasil .........................................................................................

21

3.2. Pembahasan .............................................................................. 30 BAB IV PENUTUP .........................................................................................

33

4.1. Kesimpulan ............................................................................... 33 4.2. Saran .........................................................................................

33

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 35

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Anatomi Ankle joint , dilihat dari AP (Wicke, 1998) Gambar 2 Anatomy Ankle joint , dilihat dari Lateral (Wicke, 1998) Gambar 3 Ankle joint Proyeksi AP (Merrill’s, 2012) Gambar 4 Radiograf Ankle joint  Proyeksi AP (Merrill’s, 2012) Gambar 5 Ankle joint Proyeksi Lateral (Merrill’s, 2012) Gambar 6 Radiograf Ankle joint  Proyeksi Lateral (Merrill’s, 2012) Gambar 7 Ankle joint  Proyeksi Mortise view (Merrill’s, 2012) Gambar 8 Radiograf Ankle joint  Proyeksi Mortise view(Merrill’s, 2012) Gambar 9 Gambaran perbedaan dari ketiga proyeksi

vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG

 Ankle joint   merupakan tipe sendi engsel dari jenis sendi diartrosis. Sendi ini terletak antara ujung inferior tibia  dan  fibula  dengan bagian superior talus. Ankle joint   berada diantara tendon pada permukaan anterior.  Ankle joint   dengan depresi yang tidak terlalu terlihat, sekitar 1 cm proximal dari ujung malleolus medialis. Pelaksanaan pemeriksaan  Ankle joint   pada kasus trauma dan patah tulang terbuka di Instalasi Radiologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dilakukan dengan tujuan untuk memberikan gambaran struktur, fi siologi dan  patologi dari  Ankle joint . Pemeriksaan ini dapat mengevaluasi agar gambar tampak lebih jelas dan dapat memberikan informasi yang optimal. Proyeksi yang sering dilakukan pada pemeriksaan  Ankle joint   yaitu Antero Posterior (AP) dan Lateral (Mediolateral), namun untuk memperjelas gambaran radiograf dari Ankle joint khususnya proyeksi AP, maka Instalasi Radiologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung menggunakan proyeksi tambahan yaitu  Mortise view. Proyeksi  Mortise view  merupakan proyeksi AP yang kemudian di oblikkan kearah medial antara 15 o –  20o . Pada setiap proyeksi yang digunakan pasti terdapat kelemahan dan kelebihan

masing-masing.

Berdasarkan

proyeksi

tambahan

pada

 pemeriksaan  Ankle joint   yang digunakan di Instalasi Radiologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang  pemeriksaan  Ankle joint  pada kasus trauma dan patah tulang terbuka yang akan disajikan dalam bentuk laporan kasus dengan judul

“TEKNIK

PEMERIKSAAN RADIOGRAFI ANKLE JOINT PADA KASUS TRAUMA

ANKEL

INSTALASI

DAN

PATAH

RADIOLOGI

RSUP

BANDUNG”.

1

TULANG DR.

TERBUKA

HASAN

DI

SADIKIN

1.2

RUMUSAN MASALAH

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan laporan kasus ini  penulis membatasi masalah – masalah yang akan dibahas sehingga terfokus  pada pokok   –   pokok bahasan. 1.2.1

Bagaimana teknik pemeriksaan radiografi  Ankle joint  pada kasus trauma di Instalasi Radiologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung ?

1.2.2

Mengapa pada pemeriksaan  Ankle joint dengan kasus trauma di Instalasi

Radiologi

RSUP

Dr.

Hasan

Sadikin

Bandung

menggunakan proyeksi tambahan yaitu Mortise view?

1.3

TUJUAN PENULISAN

1.3.1

Untuk mengetahui bagaimana teknik pemeriksaan radiografi  Ankle  joint   pada kasus trauma di Instalasi Radiologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.

1.3.2

Untuk mengetahui alasan pemeriksaan  Ankle joint   pada kasus trauma di Instalasi Radiologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung menggunakan proyeksi tambahan yaitu Mortise view.

1.3.3

Memenuhi prasyarat dalam rangka menyelesaikan PKL I di Instalasi Radiologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung yang dimulai pada tanggal 30 Oktober 2017 hingga tanggal 25  November 2017.

1.4

MANFAAT PENULISAN

1.4.1

Manfaat teori a. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis serta memberikan

informasi

kepada

pembaca

mengenai

 pemeriksaan Ankle joint  dengan teknik Mortise view. 1.4.2

Manfaat praktek a. Sebagai bahan Kajian bagi Divisi Radiologi RSUP DR. Hasan Sadikin Bandung untuk meningkatkan mutu dan kualitas

2

radiograf secara optimal sehingga dapat menegakkan diagnosa dengan tepat.  b. Mengetahui teknik pemeriksaan  Ankle joint   dengan proyeksi  Mortise view yang digunakan di Instalasi Radiologi RSUP DR. Hasan Sadikin Bandung.

1.5

SISTEMATIKA PENULISAN

Guna memudahkan dan memberi arah bagi penulis dalam menyusun laporan kasus ini, maka penulis menyusun sistematika penulisan sebagai  berikut : BAB I PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Berisi tentang anatomi fisiologi  Ankle joint , patologi  Ankle joint , teknik radiografi Ankle joint, dan proteksi radiasi. BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN Berisi hasil penelitian dan pembahasan tentang pemeriksaan  Ankle  joint . BAB IV PENUTUP Berisi kesimpulan dan saran. DAFTAR PUSTAKA Berisi daftar buku dan referensi yang digunakan sebagai dasar teori  pembuatan laporan kasus ini

3

LAMPIRAN Berisi tentang lampiran hasil pemeriksaan, form permintaan foto, amplop foto dan hasil pembacaan foto oleh dokter.

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

ANATOMI FISIOLOGI

 Ankle joint  berada diantara tendon pada permukaan anterior dari Ankle  joint yang tidak terlalu terlihat, sekitar 1 cm proximal dari ujung malleolus medialis. Persendian merupakan hubungan antar beberapa tulang yang membentuk sistim gerak pada manusia. Terdapat tiga jenis utama  berdasarkan kemungkinan gerakannya yaitu sendi sinartrosis, sendi amfiartrosis dan sendi diartrosis. Sendi sinartrosis adalah hubungan antar tulang yang tidak dapat digerakkan, contohnya hubungan pada tulang tengkorak. Sendi amfiartrosis adalah hubungan antar tulang yang dapat digerakkan, tetapi gerakkannya terbatas, contohnya hubungan antara ruas jari dan telapak tangan, hubungan tulang rusuk dan tulang dada, serta ruas-ruas tulang belakang. Sendi diartrosis adalah hubungan antar tulang yang memungkinkan gerakan tulang secara bebas, contohnya pada persendian siku dan lutut, hubungan pada tulang pergelangan tangan, pergelangan kaki.  Ankle joint   merupakan sendi diartrosis yang dibentuk antara ujung inferior tibia  beserta malleolus medialis, dan malleolus  lateralis dari fibula yang bersama-sama membentuk sebuah lubang untuk menerima badan talus.

5

Untuk dapat mengetahui lebih jelas tentang bagian dari  Ankle joint , diantaranya sebagai berikut:

Gambar 1 Anatomi Ankle joint , dilihat dari AP (Wicke, 1998) Keterangan gambar 1 1.  Fibula 2.  Ankle joint 3.  Malleolus Lateralis 4. Talus 5. Cuboideum 6.  Metatarsal Digit II 7. Tibia 8.  Malleolus Medialis 9.  Naviculare 10. Cuneiforme Mediale 11. Metatarsal Digit I

6

Gambar 2 Anatomy Ankle joint , dilihat dari Lateral (Wicke, 1998) Keterangan gambar 2 1. Tibia 2.  Fibula 3.  Malleolus Medialis 4. Trochlea tali 5. Collum tali 6. Caput tali 7. Talonavicular joint 8.  Naviculare 9. Cuneiforme Medial 10. Cuboideum 11. Metatarsal Digit V 12. Malleolus Lateralis 13. Proc. Posterior Talus 14. Sinus Tarsal 15. Calcaneus 16. Tuber Calcanei 17. Tarsi Transversa joint

7

Persendian ini dibentuk antara ujung superior dan ujung inferior kedua tulang tungkai bawah yang disebut Ankle joint . 2.1.1

Tibia Tibia  mempunyai kerangka yang utama dari tungkai bawah dan terletak medial dari  fibula  atau tulang cruris. Tibia  adalah tulang pipa dengan sebuah batang dan dua ujung. Merupakan tulang tungkai bawah yang lebih besar dan terletak di medial. Tetapi radius posisinya terletak di lateral karena anggota  badan bawah memutar kearah medialis. Atas alasan yang sama maka ibu jari kaki terletak di medialis . a.  Malleolus medialis Merupakan sebuah ciri yang penting untuk segi medis  Ankle joint . Mempunyai sebuah pinggir bawah dan permukaan  pinggir bawah mempunyai sebuah lekukan di posterior dan merupakan tempat lekat dari ligamentum deltoideum.  b. Permukaan anterior Merupakan tempat lekat dari capsula  Ankle

joint .

Permukaan posterior beralur untuk tempat lewat tendo muskulus tibialis posterior. c. Permukaan posterior Berhubungan

dengan

permukaan

posterior

corpus.

Dipisahkan dari permukaan inferior oleh sebuah pinggiran yang tajam dan merupakan tempat lekat dari capsula  Ankle  joint . d. Permukaan lateralis Mempunyai bentuk seperti koma yang merupakan sendi yang sama pada permukaan medialis talus.

8

2.1.2

 Fibula Merupakan tulang tungkai bawah yang terletak di lateral dan  bentuknya lebih kecil. Arti kata  fibula  adalah kurus atau kecil. Tulang ini panjang, sangat kurus dan gambaran corpusnya  bervariasi diakibatkan oleh cetakan yang bervariasi dari kekuatan otot yang melekat pada tulang tersebut. Tidak turut dalam membentuk  Ankle joint , dan tulang ini bukan merupakan tulang yang turut menahan berat badan. Pada  fibula  bagian ujung bawah disebut malleolus  lateralis. Kedua sisinya mendatar, mempunyai permukaan anterior dan  posterior yang sempit dan permukaan medial dan lateral yang lebih lebar. Permukaan anterior menjadi tempat lekat dari ligamentum talofibularis anterior. Permukaan lateral terletak subkutan dan  berbentuk sebagai penonjolan lubang. Permukaan sendi yang  berbentuk segi tiga pada permukaan medialis bersendi dengan talus, persendian ini merupakan sebagian dari  Ankle joint . Pinggir inferior malleolus  mempunyai apex  yang menjorok kebawah. Di anterior dari apex terdapat sebuah incisura yang merupakan tempat lekat dari ligamentum calcaneofibularis.

2.1.3

Talus Dari ossa tarsalia, os talus ukurannya kedua terbesar setelah os Calcaneus. Salah satunya os tarsal   yang memiliki sebuah caput  yang dipisahkan dari corpusnya oleh suatu alur collum yang terlihat lebih nyata dibagian dorsal. Terletak diantara os tibia  dibagian superior dan os calcaenues  dibagian inferior serta malleolus lateralis dan medialis dikedua sisinya. Permukaan dorsal berbentuk seperti katrol, cembung dibagian  posterior

dan cekung

dikedua

sisinya.

Lebih luas

bagian

 permukaanya daripada belakangnya. Permukaan inferior berbentuk cekung untuk bersendi dengan bagian dorsal os Calcaneus.

9

2.1.4

Calcaneus Calcaneus  atau tulang tumit adalah tulang terbesar dari tapak kaki. Tulang itu ada dibagian posterior dan membentuk tumit serta mengalihkan berat badan diatas tanah belakang. Dibagian superior  bersendi dengan os talus dan dianterior dengan cuboideum. Pada bagian anterior mempunyai permukaan sendi yang  berbentuk cembung cekung untuk bersendi dengan os cuboideum yang mempunyai permukaan posterior yang kasar. Bagian dorsalis mempunyai 3 permukaan sendi, bagian posterior yang paling besar dan cembung yang bagian inferiornya tanpa ada permukaan sendi. Permukaan medialis cekung yang berlawanan dengan permukaan lateralis yang mendatar. Permukaan posterior kasar dan tanpa permukaan sendi. Bagian superior yang diselimuti dengan jaringan lemak. Bagian tengah merupakan tempat lekat dari tendo calcanues  dan tendi plantaris yang tipis. Bagian bawah miring kebawah dan kemuka.

2.1.5

 Naviculare Terletak diantara caput tali  dan ketiga os Cuneiforme. Mempunyai sumbu panjang yang transversal. Bentuknya seperti  perahu,

karena

bentuknya

yang

cekung

pada

permukaan

 proximalnya untuk bersendi dengan caput tali. Permukaan distal mempunyai permukaan sendi untuk bersendi dengan ketiga os Cuneiforme. Permukaan medialis mempunyai suatu

tuberositas

yang menjorok kemedialis dan melengkung kebawah. Permukaan  plantaris sempit, terdapat sebuah alur yang terletak disebelah lateralis dari tuberositas. Permulaan dorsalis luas dan kasar yang mempunyai sebuah permukaan sendi yang kecil untuk dengan os cuboideum. Perlekatan yang paling penting adalah perlekatan bagian utama dari tendo muskulus tibialis posterior pada tuberositas. Sisa dari tendo terletak dalam alur, lateralis dari tuberositas yang turun

10

kearah distalis untuk berinsesio pada os

Cuneiforme  dan

 Metatarsalia. Dibagian lateralis dari alur, pada permukaan plantaris merupakan

tempat

lekat

dari

ligamentum

spring.

Bagian

kalkaneonaviculare  dari ligamento bifurkasto dilekatkan pada  permukaan lateralis. Permukaan dorsalis merupakan tempat lekat dari

ligamentum

talonavikularis

(dibagian

posterior),

kuneinavikularis (dibagian anterior) dan kubonavikularis (dibagian lateralis).

2.1.6

Cuboideum Cuboideum merupakan tulang tarsalia  yang paling lateralis dari barisan distal dibelakang basis lateral dua metatarsalia dan disebelah anterior dari os Calcaneus. Permukaan medialis mempunyai sebuah permukaan sendi yang luas

untuk

bersendi

dengan

os

Cuneiforme  medialis

dan

 belakangnya terdapat sebuah permukaan sendi yang sempit untuk  bersendi dengan os naviculare  yang tidak selalu ada. Permukaan anterior mempunyai dua permukaan sendi yang dipisahkan oleh sebuah rigi vertikalis, yang sebelah medialis berbentuk segi empat dan yang lateral berbentuk segitiga untuk basis Metatarsal  kelima. Permukaan proximalis mempunyai sebuah permukaan sendi yang cekung cembung untuk bersendi dengan os Calcaneus. Pada permukaan plantaris, rigi proximalis dari alur merupakan tempat lekat untuk ligamentum plantar longum dan pinggir  posterior sebagai tempat lekat dari ligamentum plantar brevis. Tonjolan kearah posteromedialis dari permukaan menjadi inserio dari sebuah simpul tendo muskulus tibialis posterior dan merupakan origo dari muskulus fleksor hallusis brevis. Permukaan

dorsalis

merupakan

ligamentumkalkaneocuboideum,

tempat

lekat

cubonaviculare,

dari dan

cuboMetatarsalia, permukaan medialis merupakan tempat lekat untuk suatu cabang ligamentum bifurkasio.

11

2.2

PATOLOGI

2.2.1

Trauma Trauma adalah cedera fisik atau emosional. Secara medis, trauma mengacu pada cedera serius atau kritis, luka, atau syok. Dalam psikiatri, trauma memiliki makna yang berbeda dan mengacu

pada

pengalaman

emosional

yang

menyakitkan,

menyedihkan, atau mengejutkan, yang sering menghasilkan efek mental dan fisik berkelanjutan. Jenis –  jenis trauma ada 2 yaitu : a. Trauma Langsung Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul yang dapat menyebabkan keretakan pada tulang hingga patah dengan luka terbuka sampai ke tulang yang disebut fraktur terbuka.  b. Trauma Tidak langsung Trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada kaki yang menyebabkan os tibia  atau os  fibula  distal patah. Akibat trauma pada tulang bergantung pada jenis trauma, kekuatan, dan arahnya.

2.2.2

Fraktur Beberapa fraktur yang terjadi antara lain: a.

Fraktur Patologic Fraktur yang terjadi pada tulang yang sebelumnya telah mengalami proses patologic, misalnya tumor tulang, mocloma multipel, krista tulang, osteomilities dan sebagainya.

b.

Fraktur stress Fraktur yang disebabkan adanya trauma ringan tetapi terusmenerus.

12

c.

Fraktur avalsi : terpisahnya suatu fragmen tulang pada tempat insersi

tendon

ataupun

ligament.

Biasanya

tidak

ada

 pengobatan yang spesifik yang diperlukan. Namun, bila diduga akan terjadi ketidakstabilan sendi atau hal-hal lain yang menyebabkan kecacatan, maka perlu dilakukan pembedahan untuk membuang atau meletakkan kembali fragmen tulang tersebut. d.

Fraktur greenstick : fraktur tidak sempurna dan sering terjadi  pada anak-anak. Korteks sebagian masih utuh, demikian juga  periosteum. Fraktur-fraktur ini akan segera sembuh dan segera mengalami re-modelling ke bentuk dan fungsi normal.

Beberapa tipe-tipe fraktur: a.

Fraktur Transversal adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang. Pada fratur semacam ini, segmen-segmen tulang yang patah direposisi atau direduksi kembali ke tempatnya semula, maka segmen-segmen itu akan stabil, dan biasanya mudah dikontrol dengan bidai gips.

b.

Fraktur Oblik adalah fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang. Fraktur ini tidak stabil dan sulit diperbaiki.

13

2.3

TEKNIK RADIOGRAFI ANK L E J OI NT 

2.3.1

Persiapan Pasien Dalam pemeriksaan  Ankle joint   tidak diperlukan persiapan khusus, karena tidak menggunakan media kontras sebelum dilakukan pemeriksaan, penderita diharuskan melepas semua benda yang dapat menimbulkan bayangan opak yang terdapat pada daerah  Ankle joint   : seperti gelang kaki. Petugas menjelaskan prosedur  pemeriksaan kepada pasien.

2.3.2

Persiapan Alat Persiapan alat yang dibutuhkan pada pemeriksaan radiografi  Ankle joint  yaitu : a. Pesawat sinar-X  b. Kaset dan film ukuran 18x24 cm c. Marker R dan L d. Processing film e. Alat bantu fiksasi

2.3.3

Proyeksi-proyeksi Pemeriksaan Radiografi Ankle joint  pada Kasus Trauma a. Proyeksi Antero Posterior (AP) 1. Posisi pasien : Pasien supine diatas meja pemeriksaan 2. Posisi obyek : -  Ankle joint  diatur true AP dengan posisi kaki vertical -  Malleolus  medialis dan lateralis berjarak sama terhadap meja pemeriksaan atau kaset. 3. Pengaturan sinar : CR

: Vertikal tegak lurus dengan film

CP

: Titik tengah antara kedua malleolus

FFD : 100 cm Kaset/film

: 18 x 24 cm

14

Gambar 3 Ankle joint Proyeksi AP (Merrill’s, 2012) 4. Struktur yang tampak -

Gambaran Ankle joint true AP,

-

Lateral

ujung

distal

tibia  dan  fibula,

bagian

 proximaltalus, inferior tibiafibular dan bagian interior malleolus  lateral ditampakkan dengan baik dalam  proyeksi ini. 5. Kriteria Radiograf -

Celah tibotalar joint

-  Ankle joint berada ditengah film, -

Talus overlapping dengan distal fibula

-

Tidak ada overlapping pada medial talo malleolar  joint,

-  Malleolus medial dan lateral,

15

Gambar 4 Radiograf Ankle joint  Proyeksi AP (Merrill’s, 2012)  b. Proyeksi Lateral (Mediolateral) 1. Posisi pasien: -

Semi prone diatas meja pemeriksaan,

-

Tungkai tepi yang difoto lurus dan tungkai lain genu fleksi didepan tungkai yang akan difoto.

2. Posisi obyek: -  Ankle joint   diatur true lateral dengan malleolus lateral menempel pertengahan kaset, -

Kaset diatur horizontal diatas meja pemeriksaan, kaki di fleksi.

3. Pengaturan sinar : CR

: Vertikal tegak lurus pada film

CP

: Malleolus medialis

FFD : 100 cm Kaset/Film

: 18 x 24 cm

16

Gambar 5 Ankle joint Proyeksi Lateral (Merrill’s, 2012) 4. Struktur yang tampak -

Gambaran Ankle joint  true lateral,

-

Sepertiga distal tibia dan fibula, serta tarsal.

5. Kriteria radiograf -  Ankle joint  tepat pada pertengahan kaset, -

Tibiotalar joint tampak jelas,

-  Fibula berada dibagian posterior dari tibia, -

Bagian distal tibia dan fibula, talus, dan tarsal.

Gambar 6 Radiograf Ankle joint  Proyeksi Lateral (Merrill’s, 2012)

17

c. Proyeksi Mortise view (AP Endorotasi 15 0 –  200) Tujuan proyeksi mortise view adalah untuk membebaskan  persendian antara talus dan distal tibia serta fibular agar tidak terjadi superposisi. 1. Posisi pasien : -

Pasien supine diatas meja pemeriksaan,

-

Tungkai yang diperiksa lurus,

-  Ankle joint   yang akan difoto diletakkan diatas kaset horizontal diatas meja pemeriksaan. 2. Posisi obyek : -  Ankle joint diposisikan true AP, -

Kemudian tungkai endorotasi 15 0-200. Sehingga telapak kaki kearah medial

3. Pengaturan sinar : CR

: Vertikal tegak lurus pada film

CP

: Malleolus lateralis

FFD : 100 cm Kaset/Film

: 18 x 24 cm

Gambar 7 Ankle joint  Proyeksi Mortise view (Merrill’s, 2012)

18

4. Struktur yang tampak -

Gambaran ankle mortise dapat menjelaskan,

-

Menjelaskan 3 sisi dari ankle mortise yang harus tampak.

5. Kriteria radiograf -

Tampak gambaran ankle joint   pada proyeksi mortise view,

-

Tidakada overlapping antarabagian distal tibia fibula dengan bagian superior talus

Gambar 8 Radiograf Ankle joint  Proyeksi Mortise view(Merrill’s, 2012)

Gambar 9 Gambaran perbedaan dari ketiga proyeksi

19

2.4

PROTEKSI RADIASI 2.4.1

Proteksi bagi pasien a. Pasien menggunakan apron.  b. Kolimasi secukupnya dengan memperkecil luas lapangan  penyinaran. c. Menggunakan faktor eksposi yang tepat. d. Tidak terjadi pengulangan foto. e. Waktu penyinaran sesingkat mungkin. f. Pasien hamil pada triwulan pertama dikonsultasikan kepada dokter pengirim atau dokter radiologi .

2.4.2

Proteksi bagi petugas a. Tidak menggunakan berkas sinar  –   X yang mengarah ke  petugas.  b. Berlindung pada tabir / tirai, saat melakukan eksposi.

2.4.3

Proteksi bagi masyarakat a. Pintu pemeriksaan tertutup rapat.  b. Tidak mengarahkan sinar sumber sinar –  X ke ruangan umum.

20

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1

HASIL

3.4.1

Identitas Pasien Untuk memberikan deskripsi tentang teknik pemeriksaan Ankle  joint   pada kasus trauma  di Instalasi Radiologi RSUP DR. Hasan Sadikin Bandung, sebagai sampel yang diangkat untuk penyusunan laporan kasus penulis mengambil 1 sampel pasien dengan identitas sebagai berikut:  Nama Pasien

: Tn. DF

Umur

: 43 Tahun

Jenis Kelamin

: laki-laki

Alamat

: Cimahi

 Nomor RM

: 28432

 NomorRontgen

: 70470

Tanggal

: 22 September 2016

Permintaan foto

: Ankle joint  Dextra

Proyeksi Pemeriksaan : AP, Lateral, dan Mortise

3.4.2

Klinis Pasien

: Multiple Trauma

Dokter pengirim

: dr. Putu Sudarmi

Riwayat Pasien Pasien merupakan pasien kecelakaan lalu lintas, pasien jatuh dari motor dan merasakan sakit pada kaki kanannya sesaat setelah terjadi kecelakaan tersebut. Kemudian pasien dibawa ke IGD RSUP DR. Hasan Sadikin Bandung oleh seseorang yang menolongnya, kemudian pasien bertemu dokter dan dokter tersebut menyatakan bahwa pada kaki kanan pasien tersebut terdapat luka

21

yang diduga akibat benturan benda keras, oleh sebab itu pasien diharuskan untuk melakukan pemeriksaan radiologi.

3.4.3

Teknik Pemeriksaan Radiografi Ankle joint  a. Pendaftaran pasien Pengantar pasien sebelum datang ke Instalasi Radiologi RSUP DR. Hasan Sadikin Bandung harus mendaftar terlebih dahulu diloket C, setelah mendapat kwitansi pembayaran dan no rontgen. Pengantar pasien datang ke Instalasi Radiologi RSUP DR. Hasan Sadikin Bandung untuk menyerahkan lembar permintaan foto yang di dalamnya terdapat kwitansi dari loket C, identitas pasien dan jenis pemeriksaa yang diminta. Setelah menyerahkan lembar permintaan, beberapa saat kemudian pasien dipanggil dan masuk keruang Instalasi Radiologi RSUP DR. Hasan Sadikin Bandung masih terbaring diatas brankar dengan diantar oleh pengantarnya, perawat, coasst dan dokter.  b. Persiapan pasien Pemeriksaan  Ankle joint   tidak memerlukan persiapan  pasien secara khusus, hanya saja pasien diinstruksikan untuk melepas benda-benda yang dapat menimbulkan artefak pada radiograf sehingga tidak mengganggu hasil radiograf. Pasien diberi penjelasan mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan. c. Persiapan alat 1. Pesawat sinar-X : a.  Nama / Merk

: MRAD-A325 ( Toshiba )

 b.  No. Seri Tabung : 1F0144 c. Tipe

: DR-1824

d. kV Makimum

: 150 kV

e. mA Maksimum : 500 mA 2. Kaset ukuran 18x24 cm dan 24x30 cm 3. Film ukuran 30 x 40 cm

22

4. Computed

Radiography

(CR)

(Carestream,

Dryviev

Classic CR) 5. Laser Imager (Carestream, Dryviev 5950)

Gambar 10 Pesawat Sinar-X untuk pemeriksaan Ankle joint  pada kasus trauma di Instalasi Radiologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. d. Pelaksanaan Teknik Pemeriksaan Radiografi  Ankle joint Pada Kasus Trauma 1. Proyeksi Antero Posterior ( AP ) a. Posisi pasien

: Pasien masuk ruang pemeriksaan

radiologi di IGD dengan menggunakan brankar,  pasien diposisikan supine diatas brankar   b. Posisi objek: -

Tungkai kaki kanan harus lurus.

23

-

 Ankle joint   fleksi dan diatur true AP ditengah kaset dengan

malleolus  lateral dan medial

 berjarak sama terhadap kaset. c. CR

: Vertikal tegak lurus kaset.

d. CP

: Pada titik tengah diantara kedua malleolus

e. FFD

: 100 cm.

f. Ukuran kaset

: 24 x 30 cm melintang dibagi dua.

g. Faktor eksposi

: 50 kVp 2,8 mAs

Gambar 11 Pemeriksaan Ankle joint Proyeksi Antero Posterior (AP)

2. Proyeksi Lateral (Mediolateral) a. Posisi pasien: Pasien masuk ruang pemeriksaan radiologi di IGD dengan menggunakan brankar,  pasien diposisikan supine diatas brankar  b. Posisi objek: -

 Ankle joint   diatur true lateral dengan malleolus lateral menempel kaset

c. CR

: Vertikal tegak lurus.

d. CP

: Pada Malleolus medialis

e. FFD

: 100 cm

f. Ukuran kaset

: 24 x 30 cm melintang dibagi dua.

g. Faktor eksposi

: 52 kVp 2,8 mAs

24

Gambar 12 Pemeriksaan Ankle joint  Proyeksi Lateral

3. Proyeksi Mortise view (AP Endorotasi 15 0 –  200) a. Posisi pasien: Pasien masuk ruang pemeriksaan radiologi di IGD dengan menggunakan brankar,  pasien diposisikan supine diatas brankar  b. Posisi objek -

:

Tungkai kaki kanan harus lurus.  Ankle joint   Fleksi dan diatur true AP ditengah kaset dengan

malleolus  lateral dan medial

 berjarak sama terhadap kaset. -

Kemudian kaki diendorotasikan kearah medial sebesar 200

c. CR

: Vertikal tegak lurus.

d. CP

: Pada titik tengah diantara kedua malleolus

e. FFD

: 100 cm

f. Ukuran kaset

: 18 x 24 cm membujur

g. Faktor eksposi

: 50 kVp 2,8 mAs

25

Gambar 13 Pemeriksaan Ankle joint Proyeksi Mortise view (AP Endorotasi 20 0)

Gambar 14 Pemeriksaan Ankle joint  Proyeksi Mortise view (AP Endorotasi 20 0)

e. Pengolahan Hasil Pemeriksaan Radiografi Pengolahan foto hasil pemeriksaan radiografi di Instalasi Radiologi

RSUP

DR.

Hasan

Sadikin

Bandung

sudah

menggunakan CR dan Printingnya untuk mencetak filmnya. Proses ini sudah dikatakan modern karena setelah melakukan  pemeriksaan, langsung dilihat dan diproses menggunakan CR, apabila hasil pemeriksaan sudah sesuai maka langsung dapat di cetak melalui mesin printing yang tidak memakan waktu lama.

26

Setelah hasilnya sudah keluar dari mesin printing, maka film di ambil dan diserahkan kepada dokter radiologi dan kemudian di Expertise.

f. Hasil Bacaan Radiograf 1. Hasil Pemeriksaan Radiograf Ankle joint  Proyeksi AP:

Gambar 15 Hasil Radiograf Ankle joint  Proyeksi AP 2. Hasil Pemeriksaan Radiograf Ankle joint  Proyeksi Lateral :

Gambar 16 Hasil Radiograf Ankle joint  Proyeksi Lateral

27

3. Hasil Pemeriksaan Radiograf  Ankle joint   Proyeksi  Mortise view (AP Endorotasi 20 o)

Gambar 17 Hasil Radiograf Ankle joint  Proyeksi Mostise View (AP Endorotasi 20 0)

Hasil Expertise Radiolog : a. Besar, bentuk dan struktur trabekula os pembentuk ankle  joint  dalam batas normal  b. Sela sendi dan permukaan sendi dalam batas normal c. Tidak tampak garis fraktur d. Tidak tampak lesi litik maupun sklerotik e. Tidak tampak osteofit Kesan : Foto ankle joint  kanan dalam batas normal

28

3.2

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian Teknik Pemeriksaan Radiografi  Ankle  joint   pada Kasus Trauma  di Instalasi Radiologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, penulis dapat membahas permasalahan sebagai berikut : 3.2.1

Prosedur Pemeriksaan Radiografi Ankle joint  pada Kasus Trauma di Instalasi Radiologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung a. Persiapan pasien Pemeriksaan  Ankle joint   pada kasus  trauma  di Instalasi Radiologi

RSUP

Dr.

Hasan

Sadikin

Bandung

tidak

memerlukan persiapan khusus sebelum pemeriksaan, hanya saja pasien diinstruksikan untuk melepas benda-benda yang dapat

mengganggu gambaran radiograf dan pasien diberi

 penjelasan tentang prosedur pemeriksaan agar pasien merasa nyaman dan kooperatif, sehingga pemeriksaan  Ankle joint   berjalan dengan lancar.  b. Persiapan alat dan bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pemeriksaan  Ankle  joint   pada kasus trauma antara lain: pesawat sinar-X, kaset ukuran 24 x 30 cm dan 18 x 24 cm masing-masing sebanyak 1  buah, identitas pasien, mesin CR dan mesin Printing pencetak film. Di Instalasi Radiologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung sudah menggunakan CR jadi pada persiapan alat dan bahan tidak dituliskan untuk mempersiapkan marker, karena untuk  pemberian marker di lakukan dengan otomatis yaitu pada saat  pengolahan gambar di CR. Untuk penggunaan kaset di Instalasi Radiologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung hanya menggunakan 2 kaset untuk 3 proyeksi. Satu kaset ukuran 24 x 30 cm untuk 2 proyeksi yaitu AP dan Lateral dengan kaset diletakkan membujur dibagi dua. Sedangkan kaset yang ukuran

29

18 x 24 cm digunakan untuk 1 proyeksi saja yaitu  Mostise View. c. Teknik radiografi Ankle joint  Pemeriksaan radiografi  Ankle joint   memiliki berbagai macam proyeksi pemeriksaan, maka untuk mendapatkan radiograf yang lebih informatif dari  Ankle joint   pada kasus trauma dibutuhkan teknik pemeriksaan yang sesuai, agar bisa menampakkan struktur  Ankle joint   yang baik. Pelaksanaan  pemerikssan  Ankle joint   di Instalasi Radiologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung adalah : 1. Teknik pemeriksaan radiografi  Ankle joint   pada kasus trauma di Instalasi Radiologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung menggunakan 3 proyeksi yaitu proyeksi AP, Lateral, dan  Mortise view. Hal ini sudah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pada teknik pemeriksaan radiografi Ankle joint  menggunakan tiga proyeksi tersebut.  Namun untuk proyeksi  Mortise viewdi Instalasi Radiologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung hanya digunakan sebagai proyeksi tambahan. Penambahan proyeksi ini  bertujuan untuk memperlihat dengan jelas jarak dari  persendian di Ankle joint  pada sisi medial dan lateral. 2. Teknik pemeriksaan radiografi  Ankle joint   pada proyeksi  Mortise

view  diteori

menjelaskan

bahwa

pedis

di

endorotasikan berkisar antara 15o  –  20o. Namun di Instalasi Radiologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung  pada pemeriksaan  Ankle joint  besaran sudutnya tidak diukur secara akurat. Pasien tidak diberi bantuan alat fiksasi sehingga sangat memungkinkan terjadi pergerakan  pada

waktu

eksposi.

Pergerakan

tersebut

dapat

mengakibatkan besaran sudut berubah sehingga radiograf tidak sesuai dengan harapan.

30

3. Pada pemeriksaan  Ankle joint  pasien harus menggunakan APD/apron,

sedangkan

pelaksanaannya

di

Instalasi

Radiologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung pasien tidak menggunakan apron. Karena pada saat pemeriksaan  berlangsung pasien sudah mengeluh kesakitan, jadi kita melakukan pemeriksaan secepat mungkin dan tidak sempat memakaikan apron untuk pasien.

3.2.2

Alasan digunakannya proyeksi tambahan Mortise view pada  pemeriksaan  Ankle joint di Instalasi Radiologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Penggunaan proyeksi tambahan pada pemeriksaan  Ankle joint di Instalasi Radiologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung karena  pada proyeksi AP gambaran radiografi yang dihasilkan mengalami overlap pada daerah lateral malleolus. Sedangkan pada proyeksi  Mostise View gambaran radiografi yang dihasilkan tampak dengan  jelas space dari persendian di Ankle joint   pada sisi medial dan sisi lateral. Selain itu alasannya juga karena pasien mengalami trauma, trauma itu sendiri dapat menyebabkan beberapa cidera seperti fraktur dan dislokasi. Jadi sebisa mungkin kita melakukan  pemeriksaan radiologi dengan baik sesuai permintaan dari dokter yang mengirim, karena pemeriksaan radiologi yang kita lakukan merupakan pemeriksaan penunjang medis yang dapat memberikan informasi radiografi yang optimal baik keadaan anatomi maupun fisiologi. Selain kelebihan pada proyeksi  Mortise view ini juga memiliki kekurangan yaitu akan menambah biaya, serta menambah radiasi dan dalam pengaturan penyudutan sulit untuk diukur secara akurat,

31

sehingga apabila dalam penyudutan kurang tepat maka akan mengakibatkan superposisi pada Ankle joint .

32

BAB IV PENUTUP

Pada bab ini penulis mengemukakan beberapa kesimpulan dan saran  berdasarkan pada bab –   bab sebelumnya mengenai penambahan proyeksi Mortise view pada teknik pemeriksaan radiografi Ankle joint  di Instalasi Radiologi RSUP DR. Hasan Sadikin Bandung.

4.1 Kesimpulan a. Pemeriksaan  Ankle joint   dengan kasus Trauma  di Instalasi Radiologi RSUP DR. Hasan Sadikin Bandung menggunakan proyeksi Antero Posterior, Lateral (Mediolateral) dan  Mortise view. Proyeksi  Mortise view sebagai proyeksi tambahan.  b. Kelebihan menggunakan proyeksi  Mortise view  yaitu menghasilkan gambaran yang dapat memperlihatkan dengan jelas space dari  persendian di  Ankle joint   pada sisi medial dan sisi lateral, dibanding dengan proyeksi AP yang menghasilkan gambaran overlap. c. Kekurangan menggunakan proyeksi  Mortise view  yaitu menambah  biaya serta menambah radiasi dan dalam pengaturan penyudutan sulit untuk diukur secara akurat.

4.2 Saran Saran  –   saran yang dapat penulis sampaikan sehubungan dengan  permasalahan diatas adalah a. Pada pemeriksaan Ankle joint   dengan proyeksi  Mortise view sebaiknya menggunakan alat fiksasi atau alat bantu untuk melakukan penyudutan seperti : softbag atau alat bantu lainnya yang tidak menganggu hasil radiografi.  b. Pada

pemeriksaan  Ankle

joint   sebaiknya

juga

memperhatikan

keselamatan pasien, dengan memberikan perlindungan kepada pasien

33

 berupa apron dan memperkecil luas lapangan kolimator. Meskipun  pasiennya dalam keadaan darurat sekalipun. c. Meningkatkan keterampilan petugas (Radiografer) dalam pemeriksaan  Ankle joint  sehingga dapat menghasilkan radiograf yang berkualitas.

34

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF