Tadhiyyah Taat Dan Tsabat

December 21, 2018 | Author: Gita Nur Istiqomah | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Tadhiyyah Taat Dan Tsabat...

Description

2009 GITA NUR ISTIQOMAH

[TADHIYYAH, TSABAT] TSABAT]

TAAT

DAN

Hai orang-orang yang beriman, apab ila kamu bertemu dengan oran g-orang kafir yang sedang sedan g menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur). Barangsiapa yang membelakangi mereka di waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya adalah neraka jahannam. Dan amat buruklah tempat kembalinya. (Al-Anfaal: 16)

TA Ke e

te

A Is

se

TAAT dan TSABA T agama samawi yang diturunkan Allah SWT memang

sudah final. Tetapi, pemahaman manusia terhadap Islam tidak dapat dikatakan sudah mencapai final sehingga berhenti pada satu titik. Jalan-jalan untuk mencapai pemahaman Islam dalam konteks syumuliyah dan takamuliyahnya adalah  jalan-jalan yang sangat pan jang dan beragam. Setiap zaman

dan keadaan memerlukan penya jian tersendiri dari a jaran Islam yang maha dalam maknanya ini. Firman Allah SWT,

                                                 Orang-orang yang berjihad di  jalan Kami sungguh akan Kami tun jukkan  jalan- jalan Kami.

Dan sesungguhnya Allah menyertai orang-orang yang berbuat kebaikan. (Al-Ankabuut: 69)

Ibnu Katsir mengatakan bahwa yang dimaksud dengan walladziina  jaahduu fiinaa adalah Rasulullah SAW, para sahabatnya, dan pengikutn ya sampai hari kiamat nanti. Sedangkan yang dimaksud subulanaa adalah jalan-jalan untuk urusan dunia dan akhirat. Terkait dengan hadits tentang Muadz bin Jabbal yang diutus oleh Rasulullah SAW ke negeri  ijtihad apabila tidak diperoleh nash dalam Yaman dan menyatakan akan melakukan  j al am Al A l-Q uran uran dan As jtihad belum Sunnah dalam memutuskan perkara, banyak yang menekankan bahwasanya pintu i j

tertutup. Dari waktu k e waktu muncul ulama-ulama besar dengan pikiran dan pendapatnya yang segar dan baru berdasarkan pemahaman mereka tentang nash-nash Al-Q uran uran dan As-Sunnah.  ijtihad dari Sebagian kelompok hanya memperhatikan aspek fiqh dalam ma salah pembukaan  j  jtihad itu lua s, tidak sekadar masalah fiqh sa ja masa ke masa ini. Tetapi, sesungguhnya lapangan i j

tetapi di dalam berbagai bidang yang terkait dengan urusan dunia dan akhirat. Seharusnya kejumudan  juga tidak ter jadi pada aktivis kebangkitan Islam sebagaimana disampaikan Yusuf  Q aradhawi, aradhawi, Imam Hasan Al- Banna bukanlah seorang yang  jumud/statis tetapi  justru progr esif dan dinamis. Ia selalu memanfaatkan semua yang ada di sekekelilingnya, melakukan

dinamisasi diri dan dakwahnya. Seandainya ia berumur pan jang kita tidak tahu apa yang akan diperbuatnya. Sebab itu saudara-saudara dan pengikutnya tidak boleh statis dalam berbagai sarana, metode, ataupun bagian pemikirannya. Pemahaman yang terlalu kaku dengan pendapat yang terkait dengan situasi kontekstual tertentu akan menyebabkan seorang aktivis dakwah tidak mampu berinteraksi dengan problema yang dihadapinya pada masa kini.

Demikian pula arkanul baiah yang disusun oleh Imam Hasan Al- Banna bukanlah sesuatu yang bersifat mati atau  jumud sehingga ia akan men jadi masa lalu dari para kad er dakwah. Padahal

ia harus membaca, memahami, dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari yang terus

1

ber jalan. Interaksi formal dengan arkanul baiah sebagai sebuah pengantar ke dalam pergaulan  jamaah dakwah mungkin sa ja telah berlalu satu, dua, lima, sepuluh, atau dua puluh tahun yang lalu.

Namun secara nilai penghayatan terhadap arkanul baiah ter jadi setiap saat dalam berbagai lapangan medan dakwah. Penghayatan tersebut diharapkan  justru semakin mendalam dari hari ke hari. Oleh karena itu, rukun al-fahm (pemahaman) harus terus dikembangkan mengikuti  jalan dakwah menu ju ke-syumuliyah-an dan k e-takamuliyah-an. Begitu  juga rukun ikhlas. Kualitas dan kapasitas ikhlas kita harus terus-menerus dikembangkan mengikuti per jalanan dakwah yang terus diperlebar ruang lingkupn ya sesuai dengan tuntutan syumuliyah dan takamuliyah dakwah kita. Begitu juga kualitas dan kapasitas amal kita, jihad kita, tadhiyah (pengorbanan) kita, thaah

(ketaatan) kita, tsabat (kekokohan) kita, ta j arrud (kesungguhan) kita, al-ukhuwah (persaudaraan) kita, dan tsiqah (kekokohan) kita harus terus-menerus dikembangkan.

Seharusnya p eningkatan kualitas dan kapasitas interaksi d engan arkanul baiah mendahului ekspansi dakwah yang dilakukan agar arkanul baiah itu m en jadi pemicu, pemacu, dan pemecut bagi

akselerasi gerakan dakwah itu sendiri agar arkanul baiah itu mempercepat tercapainya ahdafu dawah (sasaran-sasaran dakwah) dan ghayatu dawah (tu juan-tu juan dakwah). Interaksi dengan arkanul baiah sangat berpengaruh terhadap kualitas komitmen kepada dakwah dan kepada  jamaah. Begitu int eraksi dengan rukun-rukun itu tertinggal dan terhenti pada pada satu titik, maka komitmen yang dihasilkannya tidak mumpuni lagi untuk menyambut ekspansi dakwah yang terus-menerus berkembang.

Politik Dan Dakwah: Pandangan Hasan Al -Banna Dakwah tidak dapat dipisahkan dari politik (siyasah) karena tu juan dakwah itu sendiri adalah untuk pengendalian (siyasah) sebagaimana firman Allah SWT,

                                                                    Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petun juk dan agama yang benar agar

dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi. (Al-Fath: 28)

Kehadiran Islam dalam wu jud sebuah institusi yang mengendalikan telah men jadi obsesi dari Imam Syahid Hasan Al-Banna sebagaimana ungkapannya yang disampaikan kepada para pemuda, Adalah sangat mengherankan sebuah paham seperti komunisme memiliki negara yang melindunginya, yang mendakwahkan a jarannya, yang menegakkan prinsip-prinsipnya, dan menggiring masyarakat untuk menu ju k e sana. Demikian juga paham fasisme dan Nazism, keduanya memiliki bangsa yang mensucikan a jarannya, ber juang untuk menegakkannya, menanamkan kebanggaan kepada para pengikutnya, menundukkan seluruh ideologi bangsa-bangsa untuk

2

mengekor kepadanya. Dan l ebih mengherankan lagi, kita dapati berbag rba gai ragam rag am id eologi sosial politik di dunia ini b ersatu untuk men jadi pendukung setianya. Mereka per juangkan tegaknya dengan  jiwa, pikiran, pena, harta benda, dan kesungguhan yang paripurna, hidup dan mati dipersembahkan untuknya. Namun sebaliknya, kita tidak mendapatkan tegaknya

suatu

pemerintahan Islam yang beker ja untuk menegakkan kewa jiban dakwah Islam, yang menghimpun berbagai sisi positif  yang ada di seluruh aliran id eologi dan membuang sisi negatifnya. Lalu ia persembahkan itu kepada seluruh bangsa sebagai ideologi alternatif dunia yang memberi solusi yang benar dan jelas bagi seluruh persoalan umat manusia. Dalam kesempatan lain Imam Ha san Al-Banna menyatakan, Sesungguhn ya seorang muslim tidak sempurna keislamannya k ecuali jika ia bertindak sebagai politi si. Pandangannya jauh ke depan terhadap persoalan umatnya, m emperhatikan dan menginginkan kebaikannya. M eskipun demikian, dapat  juga saya katakan bahwa pernyataan ini tidak din yatakan oleh Islam. Setiap organisasi Islam hendaknya menyatakan dalam program-programnya bahwa ia memberi perhatian kepada persoalan politik ummatnya. Jika tidak d emikian, maka ia sendiri yang sesungguhn ya butuh untuk memahami makna Islam. Suatu catatan penting dari Imam Ha san Al-Banna adalah peringatannya tentang adanya pemahaman yang sempit bahwa  jika disebut dengan politik maka orang-orang akan segera membayangkan sebuah partai politik. Politik yang dimaksudkannya bukanlah sekadar sebuah partai politik, tetapi keseluruhan aktivitas dakwah yang dilakukan untuk mengurusi nasib umat hingga mengangkat mereka ke kedudukan sebagaimana yang diperintahkan Al-Q uran uran di tengah-tengah manusia. Bahkan, terhadap partai politik yang berkembang saat itu Al-B -Banna mempunyai kritikan-

kritikan yang mendasar, Ikhwanul Mu slimun berkeyakinan bahwa partai-partai politik yang ada di Mesir didirikan dalam suasana yang tidak kondusif. Sebagian besar didorong ol eh ambisi pribadi, bukan demi kemaslahatan umum . Ikhwan juga berkeyakinan bahwa partai-partai yang ada hingga kini belum dapat menentukan program dan manha jnya secara pasti  Ikhwan b erkeyakinan bahwa hizbiyah (sistem kepartaian) yang seperti itu akan merusak seluruh tatanan kehidupan, memberangus kemaslahatan, merusak akhlaq, dan memporakporandakan kesatuan umat.

Korelasi Amal Siyasi Dengan Ar kanul Baiah Amal siyasi sebagai bagian penting dari keseluruhan amal Islami harus mendapat perhatian serius dari para aktivis dakwah dan baiat mereka kepada  jalan dakwah adalah baiat mereka pula

kepada amal siyasi.

3

Dakwah Islam tidak menyerukan sikap memisahkan diri dari persoalan-persoalan kemasyarakatan yang ada dalam tubuh umat I slam. Jika pun t erdapat upaya-upaya memilah lingkungan kehidupan para aktivis dakwah dari masyarakat umum, maka tu juannya bukan untuk lari dari masyarakat yang men jadi tanggung jawab dakwahnya. Tetapi, hal itu dilakukan hanya untuk konsolidasi internal mereka agar memiliki kekuatan yang lebih besar dalam memecahkan persoalanpersoalan masyarakat tersebut. Atau, agar mereka tidak tergelincir karena tarikan-tarikan dahsyat kemaksiatan sehingga ia akhirnya justru men jadi bagian dari p ersoalan tersebut. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang kaf ir ir yang

sedang menyerangmu, maka  janganlah kamu membelakangi mereka (mundur). Barangsiapa yang membelakangi mereka di waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya adalah neraka  jahannam. Dan amat buruklah tempat kembalinya. (Al-Anfaal: 16)

Kepahaman tentang amal siyasi yang dikembangkan pada saat ini boleh jadi berbeda dengan sebelumnya karena p erbedaan-perbedaan situasi dan kondisi yang menyertainya. Pandangan Imam

Hasan Al-Banna tentang sistem kepartaian yang menyebabkan beliau tidak mendirikan partai politik, tetapi membolehkan kesertaan dalam pemilihan umum t elah diposisikan secara aktual dalam beberapa kurun terakhir. Partai-partai politik dalam berbagai bentuknya telah berdiri dan diusung oleh para aktivis dakwah di berbagai negara dalam rangka amal siyasi mereka berdasarkan syurasyura yang mereka lakukan.

Amal siyasi yang dilakukan bukanlah sekadar untuk meraih kekuasaan dan mencapai kedudukan-kedudukan tinggi dalam p emerintahan, tetapi semata-mata ditu jukan bagi penegakan hukum-hukum Allah SWT di dalam ma syarakat berdasarkan prinsip-prinsip keadilan yang telah digariskan-Nya. Inilah rukun ikhlas yang akan men jauhkan aktivis dakwah dari perangkap kediktatoran, korupsi, dan kesombongan tatkala meraih suatu kedudukan dudukan dalam k ekuasaan. Setiap aktivis menyadari sungguh-sungguh dengan k efahamannya dan keikhlasannya bahwa amal siyasi yang dilakukannya adalah bagian dari k er ja besar dari tangga-tangga mihwar tasisi, mihwar tanzhimi, mihwar syabi, mihwar muasasi dan mihwar dauli. Dalam kaitan koalisi ker ja teknis Imam Hasan Al-Banna menyatakan, Tidaklah mengapa menggunakan orang-orang non-muslim  jika keadaan darurat- asalkan bukan untuk po sisi jabatan strategis (dalam pemerintahan). Kesungguhan dalam k er ja siyasi adalah bagian dari jihad yang harus dilakukan. Kesungguhan itu akan ter jadi  jika aktivis dakwah menghargai dan mematuhi  jalan dakwah yang telah digariskan berdasarkan syura. Tidak boleh ada seorang pun yang bermalas-malasan dalam bidang ini han ya lantaran ia merasa bukan bidangnya atau tidak sependapat dengan hasil-hasil syura.

4

Apapun yang disumbangkan dalam amal siyasi, mulai dari harta sampai dengan jiwa, adalah bagian dari ruhul tadhi yah ( jiwa pengorbanan) di  jalan dakwah. Tidak ada i stilah mati sia-sia dalam suatu amal siyasi karena seluruh pengorbanannya harus diyakini akan dihisab oleh Allah SWT d engan

timbangan kebaikan dakwah. Ketaatan dalam jan ji setia aktivis dakwah adalah ketaatan yang penuh selama masih dalam  jalan Allah dan Ra sul-Nya. Tidak ada k etaatan yang bersifat setengah-setengah, misalnya hanya

kepada perintah-perintah atau kesepakatan-kesepakatan dalam bidang sosial sa ja, sedang dalam politik ia membangkang. Termasuk dalam perkataan fil makrah (dalam keadaan tidak menyenangkan) adalah ketaatan kepada hal-hal yang ketika bersyura kita tidak sependapat dengan hasil keputusannya. Keteguhan (tsabat) adalah bagian penting dalam dakwah ini dan lebih istimewa lagi dalam  jtimaiy mungkin banyak pu jian yang datang tetapi dalam amal siyasi amal siyasi. Jika dalam amal i j

kondisinya terbalik, banyak orang yang merasa terancam dengan k ehadiran dakwah dan Islam di panggung politik, banyak orang yang apriori dan bahkan memusuhinya sebagai bagian dari konspirasi global yang sudah ter jadi sejak masa Nabi Na bi Muhammad Muhammad SAW. Resiko-resiko yang diterima tanpa ada k eteguhan akan men jadi dasar penyesalan atas keputusan yang telah disepakati, padahal waktu adalah bagian dari solusi. K eberhasilan per juangan seringkali tidak dapat diukur dalam waktu yang pendek.

Amal siyasi yang diper juangkan adalah amal siyasi yang islami. Ini adalah komitmen yang tidak boleh berubah, meskipun tawaran-tawaran berbagai ideologi sangat banyak dalam dunia politik. Manha j Islam sedemikian terang benderangnya, dan oleh karenanya aktivis dakwah dak wah tid t idak akan ter jebak pada pemikiran dan metode yang tidak  jelas hanya karena k etidaksabarannya b eker ja dengan waktu. Ini adalah makna ta jarrud (kemurnian total) dalam arkanul baiah yang sepuluh. Dunia politik adalah dunia yang memiliki karakteristik tersendiri sehingga banyak orang mengatakan politik itu kotor. Perkataan itu sesungguhn ya tidak benar karena dunia sosial, perdagangan, bahkan dunia dakwah itu sendiri dapat sa ja men jadi kotor oleh perbuatan seseorang atau sekelompok orang yang tidak bertanggung jawab. Namun demikian, memang tidak dapat dipungkiri bahwa banyak perpecahan, persengketaan, permusuhan di antara t eman, intrik dan fitnah ter jadi di dunia politik. Oleh karena itu,  jika rukun ukhuwah diabaikan dan tidak beker ja maksimal ima l dala da lam m amal siyasi, semua kemungkinan dan kekhawatiran itu dapat juga ter jadi pada diri kita.

Terakhir, perlu direnungkan makna tsiqah yakni menyiapkan rasa puas kepada pemimpin atas kapasitas kepemimpinannya dan maupun k eikhlasan, dengan k epuasan yang mendalam yang menghasilkan perasaan cinta, penghargaan, penghormatan, dan ketaatan. Semakin  jauh  jen jang

5

organisasi dari titik pusat pengambil keputusan rukun tsiqah ini akan semakin signifikan dalam membangun komitmen. Tentu, rukun ini tidak m enghilangkan fungsi pemimpin sebagai guru dan pembimbing kepada para anggota sehingga k epuasan itu hadir d engan penuh qanaah tidak terpaksa. Keputusankeputusan dalam amal siyasi dalam kadar tertentu kadangkala memang begitu rumit karena demikian kompleksnya persoalan yang dihadapi. K etsiqahan di antara aktivis dakwah dapat mengurangi kemungkinan ter jadinya degradasi soliditas karena adanya keputusan-keputusan qiyadah yang belum terpahami.

6

Kontribusi Komitmen Baiah Aktual Dalam Dakwah Kekuatan interaksi terhadap arkanul baiah akan dapat mempertahankan penampilan kiner ja dan manha j amaliy aktivis dakwah sehingga bisa diandalkan dalam persaingan antar aliran, antar ahzab (partai-partai) dengan aneka ragam mabadi (ideology). Insya Allah dengan komitmen interaktif  yang kontinyu terhadap arkanul baiah  jamaah dakwah akan mempunyai mazhhar (penampilan) yang sanggup menghadapi tantangan rivalitas yang semakin ta jam antar aliran ideologis dan antarpemikiran yang ada di lapangan. Ustadz Hilmi Aminuddin menyatakan mazhhar  jamaah yang diharapkan tumbuh dan berkembang dari interaksi dengan arkanul baiah yang terus-menerus itu ialah: Pertama, mazhhar atsbatu mauqifan (penampilan dalam k ekokohan sikap) yakni sikap yang paling

teguh di antara sikap-sikap yang ditampilkan oleh golongan-golongan, madzhab-madzhab dan aliranaliran lain. Sikap yang tidak mudzabdzab, (plin-plan), yang tidak mencla-mencle, yang tidak memble menghadapi tantangan-tantangan yang semakin kuat dan terang-terangan. Sekali lagi, tantangan yang semakin terang- terangan mengingat kita sekarang ada di era  jahriyah (keterbukaan). Sikap teguh kita harus ditampilkan secara penuh dalam kiner ja, performance

dakwah  jamaah, dan partai kita. Kekokohan sikap adalah tampilan awal yang merupakan buah dari kekuatan yang ditumbuhkan oleh aqidah kita. Kedua, mazhar arhabu shadran. Keteguhan sikap itu tidak m elahirkan sikap yang kaku karena selain

ada aqidah yang rasikh, aqidah yang kuat, tetapi  juga ada akhlaqul karimah yang akan melahirkan arhabu shadran (kelapangan dada). Di atas kekokohan sikap itu kita paling bisa dan paling sanggup berlapang dada dalam menghadapi r ealitas kehidupan, dalam menghadapi tantangan, dalam bermuamalah menghadapi berbagai sikap-sikap lain. Termasuk ketika kita berinteraksi dengan sesama kelompok Islam yang k ebetulan mereka belum satu manha j dengan kita dengan perlakuan

dan sikap-sikap mereka yang tidak menyenangkan. Ketiga, mazhar amaqu fikran (penampilan kedalaman dalam berfikir) dalam menghadapi aneka situasi dan kondisi sehingga kita tidak meresponnya secara isti j  jaliyah (ketergesa-gesaan). Kita selalu

berfikir secara mutaanni (sangat mendalam) dan mutamain (intens), dalam menentukan langkahlangkah kita dengan proses dan prosedur yang benar yang sudah kita sepakati bersama. Tidak boleh ada satupun keputusan  jamaah ini yang tanpa melalui proses amaqu fikran yang dalam prakteknya kita wu judkan dalam wadah syura yang selalu kita  jaga. Sehingga tidak ada alasan dari kita untuk tidak mendukung sikap yang diambil oleh  jamaah, karena proses dan prosedur yang diambil sudah benar dengan tetap tidak terburu-buru. Keempat, dalam memandang f enomena kehidupan dan p er juangan ini kita haru s mempunyai

mazhhar awsa nazharan (penampilan dengan pandangan yang lebih luas). Kita harus mempunyai

7

 jangkau oleh mata kita. Kita tidak boleh pandangan yang sangat luas, seluas ufuq yang bisa di j

mempunyai pandangan muta jamid (pandangan k ebekuan) yang sempit, hizbiyah (mengagungkan golongan) dan madzhabiyah (mengagungkan aliran). Kita harus memiliki pandangan yang sangat luas karena sasaran dari dakwah yang sudah dicanangkan adalah bina-ul fard (p eminaan individu), bina-ul mu jtama (peminaan masyarakat), bina-ud daulah (pembangunan negara), bina-ul khilafah (pembangunan khilfah) hingga u stadziyatul alam (sokoguru semesta alam). Di sana kita harus memancangkan rahmatan lil alamin sehingga setiap makhlu ma khluk k hidup hidu p bukan manusia sa jam amerasakan sentuhan rahmat dari kita. Tidak mungkin kita melakukan itu bila kita tidak mempunyai pandangan yang sangat luas terhadap kehidupan ini. Kelima, kita harus didukung dengan mazhhar ansyathu amalan (penampilan sebagai pihak yang

paling giat beker ja). Kar ena mazhhar-mazhhar sebelumnya harus dibuktikan dalam ansyathu amalan (kegiatan ker ja). Hendaknya beramal paling keras dan men jadi aktivis/amilin yang paling giat, ef ektif  dalam mengarahkan tenaga dan potensinya serta langkah-langkahnya selalu terarah dengan tepat (khutuwat al-athifah). Itu adalah r efleksi dari aqidah dan fikrah kita. Keenam, begitu  juga kita menyadari sepenuhnya bahwa syumuliyatul Islam tidak mungkin

diper juangkan secara individual, tapi harus diper juangkan secara  jamaiy (kolektif). Maka, kita pun harus menampilkan secara struktural ashlabu tanzhiman (organisasi yang paling solid dan kokoh bagaikan ba ja). Tanzhim kita tanzhim yang kokoh tidak gampang r eot oleh b enturan-benturan yang diarahkan oleh lawan-lawan, musuh-musuh, pesaing-pesaing, atau oleh orang-orang yang belum memahami dakwah kita. Kita tetap teguh. Keputusan  jamaah tidak pernah dihasilkan oleh pressure, tekanan, ancaman apapun. S emuanya, yang penting, proses prosedur ber jalan maka kita putuskan dengan mengabaikan tekanan dari manapun. Ini sebagai pembuktian dari ashlabu tanzhiman. Ikhwan dan akhwat fillah, pada akhirnya yang ketu juh adalah mazhhar aktsaru nafan (penampilan sebagai pihak yang paling ban yak memberi manfaat). Dulu sering saya katakan bahwa kita dituntut

oleh Allah SWT untuk men jadi orang-orang yang produktif menghasilkan keba jikan-keba jikan. Sebab, pada dasarnya secara fitriyah kita sudah men jadi orang-orang yang konsumtif. Kalau masalah konsumtif tidak perlu didorong, tidak p erlu diprogram, karena sudah men jadi tabiat dasar. Begitu lahir kita mengkonsumsi keba jikan ibu, keba jikan ayah, keba jikan saudara-saudara kita, keba jikan tetangga-tetangga yang menimang-nimang kita. Wallahu alam.

8

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF