Tabel Penyakit-Infeksi-Tropis.pdf

September 5, 2017 | Author: Jamaluddin Ahmad A.M | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Tabel Penyakit-Infeksi-Tropis.pdf...

Description

Nama Penyakit Cacing Tambang ( ankilostomiasi s, nekatoriasis, unseriasis)

Etiologi Necator americanus, Ancylostoma duodenale15

Penyakit Infeksi tropis akibat infeksi cacing Manifestasi Klinis Jenis Diagnosa - Pruritus kulit Tidak memiliki Pemeriksaan laboratorium : (ground itch) jenis - Ditemukannya telur cacing tambang dalam tinja, sputum - Dermatitis, makulopapula, - Anemia hipokrom mikrositer vesikel - Eosinofilia 15 - Batuk darah - Kembung, flatus,diare - Anemia 15

Strongyloidiasi s

Ascariasis

Strongyloides stercoralis dan S. fulleborni 25

Ascaris lumbricoides 15

- Batuk (ronki kering) - Nyeri epigastrium - Anoreksia, mual, muntah - Meteorismus - Diare diselingi konstipasi - Malaise - Urtikaria/ dermatitis, gatal25 - Batuk, batuk darah, pneumonitis ascaris - Sindrom Loeffler (demam, sesak napas, eosinofilia, terlihat iniltrat pada foto rontgen thoraks) - Mual, nafsu

Tidak memiliki jenis

Tidak memiliki jenis (lihat lampiran siklus hidupnya)

- larva cacing pada tinja / sputum dengan metode pelat agar - pemeriksaan serologis : EIA8

Pemeriksaan laboratorium : - Ditemukan eosinofilia pada fase pulmonal - Adanya telur cacing pada tinja 15

Terapi Umum : Pemberian nutrisi yang baik, Suplemen Fe Spesifik : Albendazol dosis 1. tunggal 400 mg Mebendazol 100 mg, 2 2. x/ hari selama 3 hari Tetrakloretilen  0,12 3. ml/kg BB dlm perut kosong maks 5 ml + 30 g MgSO4 Befanium hidroksinaftat  4. 5 g 2 x/ hari selama 3 hari Pirantel pamoat  10 mg/ 5. kg BB / hr Heksilresorsinol  1 gr 6. setelah pasien dipuasakan + 30 g MgSO4, diulang 3 jam kemudian4 - Obat pertama : Tiabendazole  25 mg/ kgBB 2x sehari setelah makan, selama 2-3 hari - Obat alternatif : 1. Albendazole : 2x400mg selama 3-7 hari, diulang 1 minggu 2. Ivermectin : 200 mg/ kgBB 3. cambendazole : 3x 500 mg/ hari selama 14 hari 9 1. Piperazin a. BB 0-15 kg  1 g sekali sehari selama 2 hari b. BB 15-25 kg  2 g sekali sehari selama 2 hari c. BB 25-50 kg  3 g sekali sehari selama 2 hari d. BB >50 kg  3 ½ g sekali sehari selama 2 hari 2. Heksilresorsinol  1 gr

makan , diare/konstipasi. - Gejala alergik ( urtikaria, gatalgatal) 15

Filariasis

Wucheria bancrofti atau Brugia malayi15

Schistosomiasis

S. mansoni, S. hematobium, S. japonicum 25

- Demam, sakit kepala, muntahmuntah, nafsu makan ,lesu - Peradangan (limfangitis,limfad enitis,funikulitis,e pididimitis&orkitis ) - Obstruksi (varises saluran limfe) 25 - Masa tunas biologis : urtikaria/ edema angioneurotik, hemoptisis - Stadium akut (4-6 minggu setelah terinfeksi) : demam, keringat banyak, menggigil, batuk, limfadenopati generalisata, hepatosplenomega li. - Stadium kronik ( 6 bulan-beberapa tahun) : diare, nyeri perut, BAB berdarah, disuri, proteinuria 25

Tidak memiliki jenis (lihat lampiran siklus hiduonya)

Schistosomiasis vesikalis Schistosomiasis intestinalis 25 (lihat lampiran siklus hidupsnya)

- Pemeriksaan parasit - Pemeriksaan darah tepi (leukositosis dengan eosinofilia 10-30%) - Pemeriksaan serologi (antigen W.bancrofti) - Pencitraan limfoskintigrafi (abnormalitas system limfatik) - USG Dopler skrotum pria & payudara wanita (cacing dewasa yang bergerak aktif) - Pemeriksaan darah yang terbaik hanya dilakukan malam hari 25 - Telur dalam sedimen tinja dan urin ( S. hematobium) jam 09.00-14.00 - Uji serologis ( 6-8 minggu dari paparan) : a. Enzyme linked immune sorbent assay ( ELISA) b. Radioimmunoassay (RIA) c. Indirect immunofluorescence test (IFAT) d. Gel precipitation techniques (GPT) e. Indirect haemagghttination test (IHA) f. Latex agglutination test (LAT) g.Circumoval precipitin test (COPT) h. Cercarienhullen reactions (CHR) i. Complement fixation test (CFT) j. Tes Western Blot k. Fascon assay screening test (FAST) l. Immunoblot m. Kolonoskopi/esofagoskopi, EKG  S. mansoni dan S. japonicum 25

setelah pasien dipuasakan + 30 g MgSO4, diulang 3 jam kemudian 3. Pirantel pamoat  10 mg/ kg BB, maks 1 g 4. Levamisol  150 mg 5. Albendazol  400 mg 6. Mebendazol  100 mg, 2 x / hari selama 3 hari 4 Pengobatan infeksi : - Dietilcarbamazine (DEC) 6mg/kgBB/hari selama 12 hari (WHO). Pengobatan penyakit : - operasi (limfangioplasti, prosedur jembatan limfe, transposisi flap omentum, eksisi radikal dan graft kulit, anastomosis pembuluh limfe tepi ke dalam, bedah mikrolimfatik) 25 1. Praziquantel  2 x 20 mg /kgBB/hari (S. haematobium dan S. mansoni), 3 x per hari (S. japonicum) 2. Oxamniquine  S. mansoni 12-15 mg/kg/hari - Tindakan bedah untuk polip, splenektomi 25

Cutaneus larva migrant

Ancylostoma braziliense, Ancylostoma caninum27

- Pruritus - Erupsi 18

Tidak memiliki jenis

- Anamnesis (riwayat bepergian) - Pengambilan darah tepi  eosinophilia - X-ray dada  infiltrate ke paru 27

Taeniasis

Genus Taenia25

- Proglotid dalam tinja +, - Rasa tidak enak pada lambung - Mual, - Badan lemah, BB dan nafsu makan

- Taenia saginata - Taenia saginata asiatica - Taenia solium 25

(lihat lampiran siklus hidupnya)

- Pengeluaran proglotid secara aktif dari feses  T. saginata - Telur di tinja dengan hapusan perianal menggunakan cellophane tape - Pemeriksaan skoleks setelah pengobatan - Proglotid gravid dengan pengecatan camin/ teknik lactophenol 25 T. T. solium saginata

- Sakit kepala, pusing,

Skoleks

Tanpa rostellum

Dengan rostellum

- Konstipasi, diare, pruritus ani

Proglotid gravid

Percabang an lateral uterus >16

Percabang an lateral uterus 38°C, Influenza - Isolasi virus (hari pertama sakit)  menggigil A, B, C usap tenggorokan, usap hidung - Sakit kepala, sakit otot 25 - Serologis  uji fiksasi - Batuk, pilek komplemen/ inhibisi - Sakit tenggorokan, hemaglutinasi ( titer sebanyak 4 suara serak 25 x) - Antibodi fluoresen  tipe A 25 - Batuk, pilek, demam Tidak - Kultur dan identifikasi virus H5N1 >38°C memiliki - Uji Real Time Nested PCR untuk jenis H5 - Sefalgia, nyeri - Uji serologi : tenggorokan, mialgia, 1. imunofluorescence (IFA) test : malaise antigen + menggunakan Ab monoclonal influenza A H5N1 - Diare, konjungtivitis, 2. uji netralisasi : titer Ab 4 x pneumonia, ARDS 3. uji penapisan : a. rapid test deteksi influenza A - Leukopenia, b. HI test darah kuda untuk deteksi limfopenia, H5N1 trombositopenia, c. Enzyme Immunoassay (ELISA) ureum dan kreatinin 25  deteksi H5N1

Terapi Oseltamivir 2x75 mg/ hari selama 5 hari 25

Umum : bed rest, imun, pengobatan antiviral, perawatan respirasi, antiinflamasi, imunomodulators. 25  Antiviral  48 jam pertama : a. Penghambat M2 (Amantadin, rimantidin  2x / hari 100 mg atau 5 mg/kgBB selama 3-5 hari) b. Penghambat neuramidase (WHO) (zanamivir, oseltamivir  2x75 mg selama 1 minggu) 11 Menurut Depkes RI:

Mumps

Paramyxovirus 17

1.

2.

Pada tahap awal (1-2 hari) : demam 38.5 – 40 °C, sakit kepala, nyeri otot,anoreksia, kaku rahang

Tidak memiliki jenis

Pembengkakan kelenjar parotis 3 hari kemudian

Cytomegalovirus 17

DHF

Virus dengue yang dibawa nyamuk Aedes aegptii dan Aedes albopictus 17

a. Suspek  Oseltamivir 2x75 mg/hari, simptomatik dan antibiotic b. probable : Oseltamivir 2x75 mg/ hari selama 5 hari, steroid, antibiotik spektrum luas 4 - Bed rest

- Pemeriksaan Laboratorium (leukopenia, limfositosis relatif, kadar amylase 1 minggu kemudian dan normal dalam 2 minggu)

- Antipiretik dan analgesik ( paracetamol)

- Pemeriksaan serum darah Complement fixation antibodies (CF), Hemaglutination inhibitor antibodies (HI), Virus neutralizing antibodies (NT). 4

3.

Infeksi CMV

Pembengkakan kelenjar submandibula, sublingual. 4 Gejala umum : - Malaise, demam, sakit tenggorokan,anoreksia, sakit perut dengan edema faring Pada neonatus - Hepatosplenomegali, iktertus, purpura, mikrosefali, kalsifikasi serebral dan korioretinitis Kelainan congenital : Clubfoot, tuli, strabismus, lengkung palatum yang tinggi 17 Demam akut >40°C selama 2-7 hari, nyeri otot dan sendi, - Anoreksia, malaise - Nyeri punggung, tulang, sendi DHF 1  gejala di atas + uji bending +

- Hematologi ( leukopeni, limfositopeni, trombositopeni) - Kimia ( albumin, SGOT/ SGPT, ureum& kreatinin, keratin kinase - Radiologi  foto thoraks PA dan lateral 25 - Anamnesis ( kontak dengan penderita Mumps 2-3 minggu sebelumnya.

Tidak memiliki jenis

Isolasi virus dari urin, darah, saliva/sputum atau bahan biopsi 17

DHF I DHF II DHF III DHF IV

- Anamnesis : riwayat keluarga - Darah : 1. Leukosit: hari ke 3 limfositosis relative (>45% dari total leukosit) dan limfosit plasma biru >15% total leukosit pada fase syok 2. Trombositopenia hari 3-8 (60 kg : 2 x 40 mg 100 mmHg) RL 10 ml/kgBB/jam (60’-120’)

RL 4-6 jam/kolf ?? 4 jam/kolf, bila masuk 1 liter koloid ?? 6 jam/kolf, bila masuk 1,5 liter koloid Bila perlu beri inotropik (+) (Dopamin/Dobutamin/Epinephrin) Syok Dengue Algoritma Syok Dengue Tanpa Pendarahan TANPA PERDARAHAN SPONTAN Dbd Std III/IV/Syok - Oksigen 2-4 liter/menit - Infus RL 20 ml/kgBB/jam : 30-120 menit

KID (=DIC) positif - Heparinisasi - Transfusi komponen darah ?? FFP ?? PRC (Hb < 10 g%) ?? TC (Trom. < 100.000) - Hb, Ht, Trombo tiap 4-6 jam - Ulang hemotasis 24 jam kemudian

KID (=DIC) negatif - Transfusi Komponen darah - PRC (Hb < 10 g %) - Hb,Ht, Trombo tiap 4-6 jam - TC. (Trom. 5 cm 25  Leishmaniasis visceral : 1. Natrium antimonium glukonat, etilstibamin, diamidin, pentamidin, amfoterisin B dan stilbamidin 2. Bed rest dan makanan yang

Toxoplamos is

Toxoplasma gondii 3

c. Anemia dan leucopenia d. Disentri e. Anoreksia dan kakeksia f. Dengan infeksi sekunder kankrum oris dan noma  Leishmaniasis kulit: a. Hyperplasia sel RE di porte d’entrée b. Macula,papul,ul kus  parut yang kecil c. Ditambah infeksi sekunder  Leishmaniasis mukokutis : a. Hyperplasia sel RE di porte d’entrée b. Macula,papul,ul kus  secret + parasit  granuloma c. Nekrosis d. Dengan infeksi sekunder  destruksi tulang rawan pada hidung dan telinga 28  Infeksi akut pada pasien imunokompeten : Demam, malaise, keringat malam, nyeri otot, sakit tenggorokan, eritema makulopapular, hepatomegali,

leishmaniasis kulit atau oriental sore - Leishmania braziliensis  leishmaniasis mukokutis atau Espundia 2

Tidak memiliki jenis

NNN 3. Inokulasi bahan pada binatang percobaan 4. Reaksi imunologi a. Uji aglutinasi langsung (Direct Agglutination Test) b. ELISA  mendeteksi antigen c. Western blot  deteksi antigen d. Polymerase Chain Reaction  Leishmaniasis mukokutis dan tropica : 1. Menemukan parasit dalam sediaan apus/ sediaan biopsy dari tepi ulkus 2. Pembiakan dalam medium NNN 3. Reaksi imunologi 28

 Biopsi otak atau sumsum tulang  adanya takizoit toksoplasma  Tes serologi : a. Tes warna Sabin Feldman dan tes hemaglutinasi tidak langsung ( IHA ) untuk deteksi antibody IgG b. Tes anti fluoresen tidak

mengandung kadar protein tinggi dan vitamin 3. Transfusi darah bila anemia berat dan pendarahan mukosa  Leishmaniasis kulit 1. Salep yang mengandung paromomisin 2. Alopurinol 3. Luka multipel  neostibosan

 Leishmaniasis mukokutis : 1. Terapi IV dengan etilstibamin 2. Natrium antimonium tartrat dan stibofen 3. Amfoterisin B 4. Antibiotik  infeksi sekunder 2,28

 Piremetamin  teratogenik Dosis : 50 – 75 mg/hari untuk dewasa selama 3 hari, dikurangi menjadi 25 mg/ hari. Kombinasi dengan asam folinik  untuk mencegah trombositopenia dan leukopenia. Dosis : 2- 4 mg/hari

Giardiasis

Giardia intestinalis (Giardia lamblia, Giardia duodenalis).25

splenomegali, korioretinitis unilateral Infeksi akut pada pasien imunokompromais : Ensefalitis, meningoensefalitis, miokarditis, pneumonitis Infeksi kongenital : Strabismus, korioretinitis, ensefalitis, mikrosefalus, hidrosefalus, retardasi psikomotor, kejang, anemia, ikterus, hipotermia, trombositopenia, diare, pneumonitis, kalsifikasi serebral 25 - Mual yang hilangtimbul

langsung ( IFA ) dan tes ELISA untuk deteksi antibody IgG dan IgM  CT Scan otak  gambaran cincin multipel pada ganglia basal dan corticomedullary junction

 Spiramisin  profilaktik Dosis : 100 mg/kgBB/hari selama 3045 hari

 MRI

 Klindamisin  bukan untuk bayi dan wanita hamil. Dosis : 450 mg 3 kali per hari 25

 Polymerase Chain Reaction (PCR)1

Tidak memiliki jenis

1. Pemeriksaan laboratorium terhadap tinja segar ditemukan trofozoit dan kista 2. Enterotest atau duodenojejunal junction  parasit 3. Pemeriksaan antigen G.lamblia 25

a. Trichomon

a. Trichomonas tenax,

- Bersendawa - Pengeluaran gas yang meningkat (flatulensi) - Rasa tidak enak di perut - Tinja yang sangat banyak dan berbau busuk - Diare. 25

Trichomoni

Trichomonas

 Trichomonas tenax

Kombinasi dengan sulfonamide  50 – 100 mg/kgBB/hari selama beberapa minggu atau bulan.



Tinidazol  dosis tunggal 2 gram pada orang dewasa atau 30-35 mg/kg pada anak  Metronidazol  Dosis dewasa : 3 x 250 mg sehari selama 7 hari Dosis anak : 3 x 2 mg/kg selama 7 hari  Kuinakrin per-oral (melalui mulut)menimbulkan gangguan saluran pencernaan Dosis dewasa : 3 x 100 mg/hari Dosis anak : 3 x 2 mg/kg selama 7 hari Kuinakrin + paramomisin  ibu hamil  Furazolidon  bentuk sirup, efektivitas Dosis dewasa : 4 x 100 mg/hari Dosis anak : 4 x 1,25 mg/kg selama 7 hari 25 a. Trichomonas tenax

asis

a. Trichomo nas tenax b. Trichomo nas hominis c. Trichomo nas vaginalis25

Penyakit Spirochetal Yaws Treponema perteneu 29

- Infeksi saluran pernapasan - Odinofagia dan erosi esophagus - Empiema, infeksi bronkus paru  Trichomonas hominis - Dianggap infeksi penyerta  Trichomonas vaginalis - Deskuamasi sel epitel vagina - Leucorrhoea atau fluor albus - Colpitis macularis (strawberry cervix) dan eritema pada vagina dan vulva - Vaginitis, petechiae, pruritus vagina/ vulva - Disuria,dispareunia Uretritis Pada pria  uretritis, prostatitis, prostatevesikulitis,balanoprosta titis,epididimitis, dan infertilities 25  Fase awal (3-6 bulan) : muncul papula, jaringan lunak seperti tumor (granuloma setelah luka sembuh) di muka, lengan, tungkai. Nyeri tulang, lesi tulang  Fase lanjut (5 tahun) : hyperkeratosis

as tenax di bagian mulut b. Trichomon as hominis di usus besar c. Trichomon as vaginalis 25

Tidak memiliki jenis

Trichomonas hominis 1. Pemeriksaan langsung sediaan basah (eksudat dari rongga mulut atau saluran pernapasan) 2. Kultur parasit 3. Teknik PCR b. Trichomonas vaginalis 1. Adanya parasit T.vaginalis dalam secret vagina,uretra,prostat,urin 2. Pembiakan secret vagina dalam medium yang sesuai (in pouch system) a. Medium cair : medium Diamond / medium thioglycolate b. Medium padat : modified Columbia agar 3. PCR-ELISA 25

- Pemeriksaan mikroskopik langsung FA dari eksudat lesi primer/sekunder. - Test serologis nontrepanomal : VDRL (Venereal Disease Research Laboratory), RPR (Rapid Plasma Reagen) reaktif di stadium awal penyakit menjadi non reaktif beberapa tahun kemudian. - Test serologis trepanomal: FTAABS (Fluorescent Trepanomal Antibody – Absorbed), MHA-TP (Microhemagglutination assay for antibody to T. pallidum)

- Metronidazol dan nitromidazol b. Trichomonas homini - Metronidazol, furazolidon c. Trichomonas vaginalis Prinsip : membersihkan mukosa vagina - Metronidazol 2 x 500 mg/ hari selama 5-7 hari atau dosis tunggal 2 g. - Acidifying doushes ( 2 sendok makan cuka putih per liter air ) atau acidifying gels atau foams 2 kali seminggu pada vagina 25

- Penisilin : a. >10 tahun injeksi dosis tunggal benzathine penicillin G (Bicillin) 1,2 juta unit IM b. < 10 tahun 0,6 juta unit - Untuk yang alergi penicillin, diberikan erythromycin, tetracycline, doxycycline 29

biasanya tetap reaktif seumur hidup.29

plantar, hidung, tulang, palmar. 29

Leptospirosi s

Leptospira interrogans - L. icterohaemorh agiae  tikus - L. canicola  anjing - L. Pomona  sapi dan babi 15

Nama Etiologi Infeksi Staphylococcal Tymphanoscler Belum osis diketah ui pasti 12

.

Demam >39°,menggigil,sakit kepala,meningismus,a noreksia,mialgia,conju ctival,suffusion,mual, muntah,nyeri abdomen,ikterus,hepat omegali,ruam kulit,fotopobia 15

Manifestasi klinis - Plak putih pada membran timpani - Gangguan pendengaran – tuli konduktif 12

Tidak memiliki jenis

Anamnesis (pekerjaan, demam, sakit kepala frontal) Pemeriksaan fisik (demam, bradikardi, hepatomegali, nyeri tekan otot, ruam pada kulit, dll) Pem. Lab - Darah (leukositosis, neutrofilia dan LED yang tinggi) - Urin (proteinuria, leukositoria, sedimen sel thorak) 23

Penyakit Infeksi Tropis akibat Kokus gram positif Jenis Diagnosa 1.Myringosc  lerosis mengen ai membran timpani  2.Intratymp

Pada pemeriksaan otoskopi gambaran semisirkuler atau seperti sepatu kuda yang berwarna putih pada membrane timpani Audiometri, dapat menentukan

Antibiotic (penisilin G 1,5 juta unit setiap 6 jam selama 5-7 hari, streptomisin, tetrasiklin kloramfenikol, eritromisin, siprofloksasin) 23

Terapi - Rekonstruksi osikular a. Stapedektomi b. Reseksi osikular total 12

Infeksi superficial termasuk folliculitis, hidradenitis supuratif, karbunkel.

Staphyl ococcus aureus22

Folikulitis Superfisialis - Rasa gatal dan rasa terbakar daerah rambut - Makula eritematosa disertai papula atau pustule - Pertumbuhan rambut tidak terganggu Karbunkel - Nyeri pada daerah lesi, malaise - Lesi infiltrate kecil  nodus-nodus eritematosa kerucut  pecah - Bintik putih pada tempat rambut keluar - Bergerombol Hidradenitis Supurativa - Gatal dan nyeri - Timbul nodus merah - Abses multipel  sekret  sinus dan fistel 22

anic tympanosc lerosis  mengenai telinga tengah lain.12 Tidak memiliki jenis

 

derajat dan tipe gangguan pendengaran Timpanometri CT Scan  menegakkan diagnosis12

Folikulitis Superfisialis : 1. Pemeriksaan kulit 2. Pemeriksaan bakteriologis dari sekret lesi (dengan pewarnaan gram) Karbunkel : 1. Pemeriksaan kulit 2. Pemeriksaan darah : leukositosis 3. Pemeriksaan bakteriologis dari sekret lesi Hidradenitis Supurativa 1. Pemeriksaan kulit 2. Pemeriksaan darah dan uji resistensi 3. Biopsi kelenjar 22

Folikulitis Superfisialis 1. Menjaga kebersihan umum 2. Makanan tinggi protein dan kalori 3. Antibiotik : a. Eritromisin ( 3 x 250 mg selama 7-14 hari) b.Penisilin ( 600.000-1,5 juta IU intramuskular selama 7-14 hari) c. Topikal : Kemicetin 2 % Karbunkel : Umum : a. Usaha untuk mengatasi faktor predisposisi seperti obesitas, DM, hiperhidrosis b. Menjaga kebersihan luka Khusus : 1. Topikal : salep iktiol 10% 2. Lesi matang, diinsisi dan aspirasi, drainase lalu dikompres 3. Eritromisin 4 x 250 mg selama 7 -14 hari 4. Penisilin 600.000 IU selama 5 -1 0 hari Hidradenitis Supurativa Umum : Hilangkan predisposisi seperti : 1. Trauma pencabutan rambut ketiak 2. Penggunaan obat perontok rambut 3. Penggunaan deodorant 4. Memakai baju terlalu sempit 5. Hiperhidrosis Khusus : Antibiotik : 1. a. Eritromisin 1-2 g/hari selama 7-10 hari b. Sefalosporin 1-1,5 g/hari selama 7-10 hari c. Penisilin 1,2-1,8 juta unit selama 7-14 hari d. Prednison 40-60 mg/hari e. Amoksilin 4 x 500 mg per hari Topikal  KMnO4 2.

Insisi dan drainase jika terbentuk abses 22 - Oxacillin, nafcillin, cefazolin , atau vankomisin dosis tinggi. 3.

Osteomyelitis

Staphyl ococcus , Haemo philus influenz ae dan salmone lla17

- Septikemia, seperti febris, malaise dan anoreksia. - Nyeri, bengkak, CRP dan ESR - Demam  obstruksi dari saluran sinus 17

Tidak memiliki jenis

Staphylococcal pneumonia

Staphyl ococcus aureus14

- Suhu tubuh >38,5o - Sekret purulen - Leukositosis 14

Tidak memiliki jenis

Staphylococcal bacterinemia

Staphyl ococcus aureus16



Demam di atas 38,3 ° C

Tidak memiliki jenis



Panas dingin



Rasa tidak enak

1. Foto polos  hilangnya gambaran fasia, radiolusen, sequester dan involucrum. 2. Computed Tomography (CT) scan - Aminoglikosida, atau sebuah fluorokuinolon a. Fase akut : edema sumsum - Bedah (drainase dan mengeluarkan tulang mati) tulang, peningkatan periosteal 17 b.Fase sub-akut :Abses Brodie c. Fase kronis : nekrotik tulang, sklerosis, kelainan tulang dan resorpsi dengan bekas luka jaringan lunak sekitar d. Magnetic Resonance Imaging (MRI) . Perluasan jaringan lunak dari pus,abses paraosseus, nekrosis sentral dalam abses 3. Radionuklir 17 Foto toraks : terdapat infiltrat baru Sefalosporin G3 nonpseudomonal atau progresif, salah satu lobus a. Sefepim  1-2 gr setiap 8-12 jam berawan b. Seftasidim  2 gr setiap 8 jam c. Sefpirom  1 gr setiap 8 jam Pewarnaan Gram dan kultur dahak Karbapenem yang dibatukkan, induksi sputum atau a. Meropenem  1 gr setiap 8 jam aspirasi sekret dari selang endotrakeal b. Imipenem  500 mg setiap 6 jam atau trakeostomi 14 Aminoglikosida a. Gentamisin  7 mg/kgBB/hr b. Tobramisin 7 mg/kgBB/hr c. Amikasin  20 mg/kgBB/hr βlaktam / penghambat β laktamase Piperasilin-tasobaktam  4,5 g tiap 6 jam Kuinolon antipseudomonal a. Levofloksasin 750 mg/hari b. Siprofloksasin  400 mg/ 8 jam Vankomisin 15 mg/kgBB/12 jam Linesolid 600 mg setiap 12 jam Teikoplanin400 mg / hari 14,16 - Kultur darah Sefalosporin G3 nonpseudomonal - Analisis darah peningkatan a. Sefepim  1-2 gr setiap 8-12 jam 16 jumlah sel darah putih b. Seftasidim  2 gr setiap 8 jam c. Sefpirom  1 gr setiap 8 jam Karbapenem a. Meropenem  1 gr setiap 8 jam

Infeksi Streptococcal Demam streptoco rematik ccus β hemolitik us grup A 21



Sakit perut



Mual dan Muntah



Diare



Kegelisahan



Sesak napas



Kebingungan 16

Kardiak : - Murmur - Gagal jantung kongestif - Perikarditis Non kardiak : - Poliartritis - Khorea Sydenham  kedutan di luar kesadaran - Erithema marginatum - Nodul subkutan - Nyeri perut, epistaksis, demam > 39 °C, - Tromboemboli - Anemia hemolitik kardiak - Aritmia atrium 21

b. Imipenem  500 mg setiap 6 jam Aminoglikosida a. Gentamisin  7 mg/kgBB/hr b. Tobramisin 7 mg/kgBB/hr c. Amikasin  20 mg/kgBB/hr βlaktam / penghambat β laktamase Piperasilin-tasobaktam  4,5 gr setiap 6 jam Kuinolon antipseudomonal a. Levofloksasin 750 mg/hari b. Siprofloksasin  400 mg/ 8 jam Vankomisin 15 mg/kgBB/12 jam Linesolid 600 mg setiap 12 jam Teikoplanin400 mg / hari 16 Tidak memiliki jenis

- Pada pemeriksaan fisikgangguan bunyi jantung atau takikardia (jantung berdetak > 100x/menit) diluar terjadinya demam - Pemeriksaan darah rutin - ASTO - CRP - Kultur ulasan tenggorokan - Echocardiografi 21

1.

Tirah baring dan mobilisasi (kembali ke aktivitas normal) secara bertahap

2.

Pemberantasan terhadap kuman streptokokkus dengan pemberian antibiotic penisilin atau eritromisin. Untuk profilaksis atau pencegahan dapat diberikan antibiotic penisilin benzatin atau sulfadiazine

3.

Antiinflamasi (antiperadangan). Antiperadangan seperti salisilat dapat dipakai pada demam reumatik tanpa karditis (peradangan pada jantung) 21

Nama Infeksi saluran kemih

Etiologi Manifestasi klinis Pseudomonas,Pr 1. Nyeri dan oteus, Klebsiella, rasa panas saat Escherichia Coli, berkemih Enterobacter, 2. Spasme Staphylococcus pada area epidemidis, 17 kandung kemih enterococci dan suprapubis 3. 4.

Nyeri punggung, panggul dan pinggang

5.

Demam, menggigil

6.

7.

Demam typhoid

Salmonella typhis25

Hematuria

Penyakit Infeksi Tropis akibat Basil gram negative Jenis Diagnosa Terapi 1. Tidak 1. Urinalisis Agens antibacterial memiliki a. Leukosuria: positif bila > 5 2. Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia jenis leukosit/ lapang pandang lanjut dapat dibedakan atas: besar (LPB) sedimen air 1. Terapi antibiotika dosis tunggal kemih b. Hematuria: positif bila 2. Terapi antibiotika konvensional: 5-14 terdapat 5-10 eritrosit/LPB hari sedimen air kemih. 3. Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu 2. Mikroskopis 4. Terapi dosis rendah untuk supresi 3. Biakan bakteri 3. Sulfisoxazole (gastrisin), trimethoprim/ 4. Hitung koloni: 100.000 sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), koloni per milliliter urin dari 4. Ampicillin atau amoksisilin specimen. 5.

Malaise, pusing Mual dan muntah 17

- dalam minggu pertama :

- tipoid - pratipoid 18

Tes dipstick multistrip :

5.

Pyridium, analgesic untuk ketidaknyamanan akibat infeksi. 25

mengurangi

a. WBC (tes esterase lekosit) piuria b. Griess  pengurangan nitrat urin normal menjadi nitrit). 6. Tes Penyakit Menular Seksual (PMS) : uretritia akut 7. Urogram intravena (IVU), sistoskopi, Pielografi (IVP), dan ultrasonografi  infeksi traktus urinarius, adanya batu, massa renal /abses, hiperplasie prostate, infeksi resisten. 17 -Pemeriksaan rutin -bedrest & diet (leukopenia,leu -Pemberian antimikroba (kloramfenikol 4x500mg/hari ,

demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi/diare, batuk dan epistaksis. - Dalam minggu kedua : demam, bradikardi relatif , lidah tifoid (kotor di tengah,merah di tepi dan ujung dan tremor), hepatomegali splenomegali, meteorismus, samnolen-koma

kositosis,anemia ringan,trombositopenia,aneosin ofilia,SGOT & SGPT meningkat)

Tiamfenikol 4x500mg/hari , kotrimoksazol , ampisilin dan amoksisilin,azitromizin) -Kombinasi antimikroba (kortikosteroid) -Pada wanita hamil (ampisilin,amoksisilin & setriakson) 25

- Uji Widal naik sampai 4 kali lipat - Uji typhidot (mendeteksi antibody IgM & IgG) - Uji IgM Dipstick - Kultur darah  minggu ke 2 - Kultur feses  minggu ke 3 10

25

Disentri bacilli

Shigella -. S. dysentriae -. S. flexneri -. S. bondii -. S. sonnei 25

- Muntah dan diare - Suhu badan subnormal - Dehidrasi - Renjatan septic - Sakit perut di sebelah kiri dan tenesmus - Adanya lendir dan darah dalam tinja25

Tidak memiliki jenis

-. Rectal swab -. Polymerase chain reaction -. Immunoassay -. Sigmoidoskopi 17,25

Kolera

Vibrio cholerae25

- Diare yang encer tanpa tenesmus

2 biotipe : Klasik El tor

Bakteriologis  manifestasi klinis Bakteriologis  Rectal swab + diawetkan dalam pepton alkali  koloni yang oksidase-positif berwarna kuning25

- Tinja menjadi cairan putih keruh - Muntah tanpa mual - Kejang otot

Tiap biotipe dibagi 2 serotipe : Inabawa dan Ogawa25

Prinsip : istirahat, mencegah atau memperbaiki dehidrasi, pada kasus berat pemberian antibiotika : 1. Ampisilin  4 x 500 mg/hari selama 5 hari 2. Trimetoprimsulfametoksazol  2 x 960 mg/ hari selama 3 – 5 hari 3. Siprofloksasin  2 x 500 mg/hari selama 3 hari 4. Azitromisin  1 g dosis tunggal 5. Sefiksim  400 mg/ hari selama 5 hari 6. Asam nalidiksik  3 x 1 g/ hari 25 Rehidrasi, koreksi gangguan elektrolit dan bikarbonat Terapi anti microbial 24,25

Dewas a

Terapi Lini pertama

Alternatif

-Tetrasiklin 500 mg per oral 4x/hari selama 3

-Siprofloksasin 1000 mg per oral dosis tunggal -Eritromisin 250 mg per oral

(fibrilasi, fasikulasi kejang klonik) - Dehidrasi berat 25

hari

4x/hari selama 3 hari

-Doksisiklin 300 mg per oral dosis tunggal

-Trimetoprimsulfametoksasole ( 5 mg/kg trimetroprom + 25 mg/kg sulfametoksasol) per oral 2x/hari selama 3 hari -Furazolidon 100 mg per oral 4x/hari selama 3 hari

Anak

-Tetrasiklin 12,5 mg per oral 4x/hari selama 3 hari -Doksisiklin 6mg/kg per oral dosis tunggal

Pertusis

Bordetella pertussis13

 Stadium kataral : 1-2 minggu Lakrimasi, batuk ringan pada malam hari, panas  diagnosis belum dapat ditegakkan  Stadium paroksismal : 2-4 minggu Batuk khas : 5-10 kali batuk kuat selama ekspirasi diikuti usaha inspirasi “whoop” (udara dihisap secara kuat melalui glottis yang sempit).  Mukanya

Tidak memiliki jenis

a. Pertusis dapat didiagnosis selama stadium paroksismal b. Leukositosis (20.00050.000/mm3 darah) dengan limfositosis c. Foto thoraks  infiltrate perihiler, atelaktasis atau empiema. d. Apus nasofaring yang dibiak pada media BordetGengou. “Direct fluorescent antibody staining “ e. Diagnosis serologis : penentuan antibody toksin pertusis dari sepasang serum f.

ELISA terhadap

-Eritromisin 10 mg/kg per oral 3x/hari selama 3 hari -Trimetoprimsulfametoksasole ( 5 mg/kg trimetroprom + 25 mg/kg sulfametoksasol) per oral 2x/hari selama 3 hari -Furazolidon 1,25 mg/kg per oral 4x/hari selama 3 hari

Drug of choice : Eritromisin : 50 mg/ kgBB/hari selama 14 hari dapat mengeliminasi organism pertusis dari nasofaring dalam 3-4 hari Suportif : Menghindarkan faktor-faktor yang menimbulkan serangan batuk, mengatur hidrasi dan nutrisi a. Oksigen diberikan pada distress pernapasan akut/kronik b. Penghisapan lendir terutamapada bayi dengan pneumonia dan distress pernapasan c. Betametason dan salbutamol (albuterol) dapat mengurangi batuk paroksismal yang berat d. Penekan batuk (“suppressants”) tidak menolong 13

Plague (pes)

Yersina pestis, vektor berupa kutu 20

Chancr oid

H aemophilus. Ducreyi 7

merah atau sianosis, mata menonjol, lidah menjulur, lakrimasi,  Petekia pada kepala dan leher atau pendarahan konjungtiva  Emesis  Apatis, berat badan  Stadium Konvalesens : 1-2 minggu  Episode paroksimal  Batuk menetap beberapa bulan  Ronki difus 13 Demam dan menggigil, tachycardia,kelenj ar limfe membesar. - Vesikel kecil / krusta pada tempat gigitan - Sakit kepala, keluhan gastrointestinal, anoreksia, muntah, lemah, delirium, tremor dan gelisah20 - Lesi multiple daerah genital, - Papul vesikopustul  ulkus, dikelilingi halo yang eritematosa dan ulserasi,

“filamentous hemoaglutinin (FHA)” dan toksin pertusis (TP) : - IgM-FHA dan IgM-TP serum tidak bernilai dalam penentuan seropositif  respon imun primer, disebabkan oleh penyakit atau vaksinasi13

Tidak memiliki jenis

Biakan organisme dari darah, sputum, kelenjar limfe 20

Streptomycin, chloramphenicol dan tetracycline 20











Ulkus Mole Folikulari Dwarf chancroid Transient chancroid (Chancre



Pemeriksaan sediaan hapus bahan dari tepi ulkus, dengan pewarnaan gram, giemsa. Biakan kumanH. Ducreyi  di media Chocolate Agar + darah kelinci defibrinasi

Medikamentosa 1. Sulfonamida (sulfatiazol, sulfadiazine, atau sulfadimidin) Dosis pertama 2-4 gram, lalu 1 gram/ 4 jam selama 10-14 hari 2. Kotrimoksazol 2x2 tablet selama 10 hari 3. Kanamisin

tertutup jaringan nekrotik - Disuria, dispareunia, sekret vagina, nyeri defekasi, atau perdarahanrektal. - Malaise dan demam ringan7









mou valant) Papular Chancroid (ulkus mole elevatum Giant Chancroid Phagedenic chancroid Tipe serpiginosa 7





Teknik imunofluoresens  menemukan antibodi Biopsi  neutrophil, fibrin, eritrosit, jaringan nekrotik, thrombosis.7

Disuntikkan 1.m. 2 x 500 mg selama 6-14 hari. 4. Tetrasiklin dan oksitetrasiklin Dosis 4 x 500 mg/ hari selama 10-20 har 5. Eritromisin Dosis 4 x 500 mg sehari, selama seminggu.. 6. Kuinolon  Dosis tunggal 400 mg. 7. Seftriaksone  Dosis tunggal 250 mg 8. Siprofloksasin 500 mg 2 x 1 3 hari Menurut (WHO), penggunaan eritromisin sebagai lini pertama. Pilihan lain 500mg dari ciprofloxacin diberikan 2x/hari selama 3 hari atau dosis-tunggal 1 gazythromycin.  Non-medikamentosa : Drainase, dorsumsisi preputium 7

DAFTAR PUSTAKA 1. Becker, Joseph U, 2010, Toxoplasmosis in Emergency Medicine(online), http://emedicine.medscape.com/article/787505-overview diakses pada 30 September 2011 2. Center for Disease Control and Prevention, 2010,Leishmaniasis (online), http://www.cdc.gov/parasites/leishmaniasis/, diakses pada 30 September 2011 3. Center for Disease Control and Prevention, 2010, Toxoplasmosis (Toxoplasma Infection) (online), http://www.cdc.gov/parasites/toxoplasmosis/, diakses pada 30 September 2011 4. Chin,James,2000, Manual Pemberantasan Penyakit Menular (online), http://www.scribd.com/doc/8621108/Manual-PemberantasanPenyakit-Menular-DepKes diakses pada 1 Oktober 2011 5. Cunha, John P, 2008, Toxoplasmosis (Toxo) (online), http://www.medicinenet.com/toxoplasmosis/article.htm diakses pada 30 September 2011 6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia,2007,Tatalaksana DBD (online),www.depkes.go.id/downloads/Tata%20Laksana %20DBD.pdf diakses pada 1 Oktober 2011 7. Djuanda,Adhi,2009, Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin., Balai penerbit FK UI, Jakarta. 8. Dugdale,David C, 2010, Strongyloidiasis (online), http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000630.htm , diakses pada 30 September 2011 9. Farthing, Profess, 2004, WGO Practice Guideline Management of Strongyloidiasis (online), http://www.worldgastroenterology.org/assets/downloads/en/pdf/guidelines/15_management_strongyloidiasis_en.pdf, diakses pada 12 Oktober 2011 10. Garna, Harry. Azhali M.S, dkk,1993,Ilmu Kesehatan Anak Penyakit Infeksi Tropik, h: 80-86.FK Unpad, Bandung, Indonesia. 11. Goodman & Gilman, 2005, The pharmacological Basis of Therapeutics, McGraw Hill, New York. 12. Hildmann H, dkk,2008, Treatment of Thymphanosclerosis (online), http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18483716, diakses pada 12 Oktober 2011 13. Kaneshiro,Neil K,2009,Pertussis (online), http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001561.htm,diakses pada 11 Oktober 2011

14. Kollef,Marin H,2005, Staphylococcus Aureus Pneumonia : A “Superbug” Infection in Community and Hospital Settings (online), http://chestjournal.chestpubs.org/content/128/3/1093.full, diakses pada 11 Oktober 2011 15. Mansjoer, Arif, dkk, 2009, Kapita Selekta Kedokteran, ed III, jilid I, Media Aesculapius, FK UI, Jakarta 16. Naber,Dr Christoph K,2011,Staphylococcus Aureus Bacteremia:Epidemiology,Pathophysiology and Management Strategies (online), http://cid.oxfordjournals.org/content/48/Supplement_4/S231.full, diakses pada 11 Oktober 2011 17. Nasronudin,Dr,dkk. 2007. Penyakit Infeksi di Indonesia Solusi Kini & Mendatang, Airlangga University Press, Surabaya. 18. Nelson, WB Saunders, 2004,Textbook of Pediatrics, 17th edition, Chapter 180, h: 908-912,1079, USA. 19. Prawitasari, Adhe, 2011, Terapi Sistemik dan Topikal Pada Cutaneous Larva Migrans Pada Anak (online), http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php? page=TERAPI+SISTEMIK+DAN+TOPIKAL+PADA+CUTANEOUS+LARVA+MIGRANS+PADA+ANAK diakses pada 1 Oktober 2011 20. Robbins,dkk,2007, Buku Ajar Patologi (online),edisi 7, EGC,Jakarta. 21. Siregar,Abdullah Afif,2008, Demam Rematik Dan Penyakit Jantung Rematik Permasalahan Indonesia (online), http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/750/1/08E00203.pdf, diakses pada 11 Oktober 2011 22. Siregar,Prof Dr R.S,2004, Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit.Edisi 2,EGC,Jakarta 23. Staf Pengajar parasitologi FKUI, 2009,Parasitologi Kedokteran,ed 4, Balai Penerbit FKUI, Jakarta 24. Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI,1997, Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak,jilid 2,h 564-566,FKUI, Jakarta, Indonesia. 25. Sudoyo, Aru W, dkk,2009,Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, ed V, jilid III, Interna Publishing, Jakarta. 26. Sulistia Gan Gunawan,2009, Farmakologi dan Terapi, Balai Penerbit FKUI, Jakarta. 27. Walger,Dr, 2006, Diagnosis : Cutaneous Larva Migrans (online), http://journals.lww.com/emnews/Fulltext/2006/06000/Diagnosis__Cutaneous_Larva_Migrans.27.aspx diakses pada 30 September 2011 28. World Health Organization, 2010, Leishmaniasis (online), http://www.who.int/topics/leishmaniasis/en/, diakses pada 1 Oktober 2011 29. World Health Organization, 2010, Yaws : A Forgotten Disease (online), http://www.who.int/neglected_diseases/diseases/yaws/en/index.html , diakses pada 1 Oktober 2011 30. Zein, Umar, 2005, Penanganan Terkini Malaria Falciparum, (online), http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3372/1/penydalam-umar6.pdf, diakses pada 3 Oktober 2011

HEMATOLOGI NAMA PENYAKIT

ETIOLOGI

Anemia Defisiensi -- ↓ masukan Fe Fe - Kebutuhan besi ↑: prematuritas, anak dalam masa pertumbuhan, & kehamilan - Gangguan absorbsi Fe: gastrektomi, tropical sprue, kolitis kronik - Kehilangan Fe akibat perdarahan menahun: divertikulosis, hemoroid, in-feksi cacing tambang, men-orrhagia, hematuria, hemoptoe, tukak peptik, pemaka-ian salisilat/NSAID, kanker lambung, kanker kolon - Faktor nutrisi: ↓ vitamin C, ↓ daging (11).

-

Anemia Defisiensi Asam Folat/

-

vitamin

- ↓ asupan vitamin dan asam folat

MANIFESTASI KLINIK

PEMERIKSAN PENUNJANG

Gejala umum anemia: Badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang, telinga berdenging, pucat pada konjungtiva & jaringan dibawah kuku

Lab: Hb↓, mikrositik hipokromik (MCV 30% III. M protein pada IgG > 35g/dl, IgA >200 g/dl, kappa/lambda rantai ringan pada elektroforesis urin Kriteria Minor A. Sel plasma sumsum tulang 10%-30% B. M protein pada serum dan urin (kadar lebih kecil dari III) C. Normal residual IgG 1juta/µL sakit tulang Morfol ogi eritrosit, Gejala akhir leukosit dan dan komplikasi : sebagai trombosit normal penyakit progresif Sumdengan perdarahan atau sum tulang trombosis hiperseluler, panhiperplasia Fase dari semua (11) splenomegali elemen hematopoetik Dapat terjadi defisiensi besi Alkali n fosfatase↑ ↑asam urat darah 6).

Gejala awal : malaise, menggigil, demam, mudah lelah yang mencolok, Adanya infeksi mulut dan tenggorok berupa lesi ulseratif nekrotikans di ginggiva, dasar mulut, mukosa pipi, faring atau tempat lain didalam rongga mulut.

-

-

-

-

Semua lesi ini memperlihatkan pertumbuhan besarbesaran mikroorganisme, dengan respon leukosit yang relatif lemah (5).

-

-

Hitung sel darah putih total dan deferensial Hitung sel darah putih total rendah Limfo sit matang satusatunya leukosit didarah perifer Kadar sel darah merah disumsum tulang maupu n perifer normal Tromb osit normal Padak ondisi leukemia , sumsum tulang biasanya ada ↑ sel blas dan sel imatur, hiperselular walaupun dalam sirkulasi sedikit(10).

-

Peningkatan Volume eritrosit Splenomegali Saturasi oksigen normal Biasanya terjadi peningkatan angka leukosit dan platelet (6)

Terapi pilihan adalah flebotomi. Satu unit darah (+ 500 ml) diambil perminggusampai kadar hematokrit dibawah 45% Pada kondisi tertentu terapi mielosupresif dapat diindikasikan bila kebutuhan flebotomi meningkat -

-

-

Anamnesis Tanyakan mengenai pajanan obat-obatan yang beresiko menyebabkan penurunan neutrofil dan aditif makanan serta mengenai bahan –bahan yang berkaitan dengan aktivitas dirumah, industri, rekreasi, dan lingkungan(10).

-

-

Lab -

Hitung sel darah putih total rendah Hitung jenis leukosit memperlihatkan tidak adanya neutrofil atau jumlah neutrofil atau sel granulosit < 500 / µL(10).

-

Hidroksiure a 500-`1500 µg/ hari peroral Aspirin dapat dipertimbangkan jika trombosis kambuhan Alopurinol jika terjadi hiperurikemia(6)

Bila penyebab agranulositosis ini adalah obat-obatan, maka penggunaan obat yang berpotensi tersebut harus dihentikan. Infeksi yang terjadi harus dihentikan dengan kombinasi antibiotik spektrum luas. Biasanya sefalosporin generasi ketiga(6). Atau terapi sesuai penyebab penyakit

Sindrom Mielodisplastik

Merupakan kelompok kelainan pertumbuhan klon sel stem hemopoetik dapatan , tidak stabil dan ditandai gangguan pematangan , ketidak-responsivan terhadap terapi vitamin dan besi standar

-

Asimptomati

-

k -

Mudah lelah Infeksi

-

berulang -

-

-

Kecenderungan mengalami leukemia akut(6,10). -

Anemi

-

a

Perdarahan yang berhubungan dengan kegagalan sumsum tulang Penyakit ini mungkin berjalan lambat Terkadang pasien demam dan ↓ berat badan karena hipermetabolik Bisa tampak gejala seperti gout akibat hiperurisemia Splenomegali(6,10).

-

MCV -

normal / ↑ -

-

-

-

Dapat ditemukan makroovalosit pada pemeriksaan apusan darah tepi Retiku losit ↓ Neutro penia Neutro fil menunjukan adanya abnormalitas : ↓ jumlah granula/nukleus berlobus (PelgerHuet) Sumsum tulang hiperseluler(6).

Sitopenia dengan sumsum tulang hiperseluler Abnormalitas morfologi pada 2 atau lebuh sel hemopoetik Hiperplasi eritroid sering terjadi, disertai abnormalitas eritropoesis meliputi megaloblastik, nukleus bertangkai, atau prekursor multinuklear dan seri mieloid bergeser ke kiri(6).

-

-

-

Bila gejala anemianya nyata perlu transfusi eritrosit /pemberian eritropoetin untuk mengurangi seringnya transfusi Bila neutropenia/trombosito penia berat: kemoterapi dosis rendah Myeloid growth factor ( filgastrim dan sargramostim) 5 mg/kg/hari Azacitidin (6).

Trombositopenia

-

Trombositosis

-

Kegagala n sumsum tulang untuk menghasilkan trombosit ↑ destruksi perifer / sekuetrasi tombosit. Klasifikasi 1.Trombositopenia didapat akibat ↓ produksi trombosit 2.Trombositopenia akibat sekuetrasi trombosit (sindrom trombositopenia pada kehamilan) 3.Trombositopenia akibat destruksi imunologik trombosit (destruksi diperifer) 4.Trombositopenia Nonimun dengan destruksi trombosit(10).

-

Sindrom antibodi antifosfolipid (APS)

1. Akibat ↓ produksi trombosit anemia aplastik, Hemoglobinuria Nockturnal Paroksismal, sindrom mielodisplastik, mielofibrosis, ↓ folat & vitamin B12 dll 2. Akibat sekuetrasi trombosit trombositopenia gestational, purpura trombositopenik imun, sindrom hipertensi akibat kehamilan, vaskulitis dll 3. Akibat destruksi imunologik trombosit Trobositopenia aloimun neonatus, purpura pasca-transfusi, obat & pembentukan kompleks imun, trombositopenia autoimun 4. Nonimun dengan destruksi trombosit KID, TTP, HUS(10).

Sindrom mieloproliferatif Trombositemia (trombositosis esensial), polisitemia vera, mielofibrosis dengan metaplasia mieloid agnogenik, leukemia mielogenosa kronis. Trombos itosis sekunder reaktif Pasca splenektomi, keganasan, penyakit peradangan kronis, infeksi kronis (TB, osteomielitis) (10). Merupakan penyakit trombofilia autoimun . Fosfolipid anti koagulan disebut juga sebagai antifosfolipid (aPL. Salah satu antibodi

1.Akibat ↓ produksi 1. Akibat ↓ produksi trombosit trombosit pemeriksaan ↓ sel hematopoetik utama aspirasi dan biopsi disumsum tulang, sumsum tulang anemia, leukopenia dan untuk memastikan trombositopenia diagnosis 2.Akibat sekuetrasi 2.Akibat sekuetrasi trombosit trombosit Terdapatnya megakariosit aspirasi sumsum normal dalam aspirasi tulang , sumsum tulang , pemeriksaan darah trombositopenia perifer, ↑ perifer , uji fungsi uji fungsi hati, hati, uji hemostasis pemanjangan PTT 3.Akibat destruksi 3.Akibat destruksi imunologik imunologik trombosit trombosit Adanya antibodi IgG Pemeriksaan pada trombosit antibodi IgG pada 4.Nonimun dengan trombosit destruksi trombosit 4.Nonimun dengan ↑bilirubin, ↑ LDH, destruksi ↑ leukosit(10). trombosit bilirubin, LDH, untuk menilai adanya hemolisis, ↑ leukosit mencerminkan panhiperplasia(10).

Pada trombositosis esensial biasanya mengalami episode trombosis berupa lesi oklusi vaskular berupa episode iskemia transient pada retina, susunan saraf pusat , sampai manifestasi angina pektoris, infark miokard akut, strok dan trombosis vena dalam. Disertai pula perdarahan & splenomegali -

Pada trombosis reaktif tidak terjadi iskemia, perdarahan dan splenomegali(10,11).

-

Trombosis pembuluh darah arteri, vena atau pembuluh darah kecil pada jaringan/ organ (mata, kardiorespirasi, gastrointestinal, musculoskeletal, kulit,

-

-

Peningkatan trombosit yang meningkat mencolok \ ↑kalium plasma Pemeri ksaan fungsi trombosit biasanya normal, kecuali pada trombositosis esensial Pemeri ksaan sumsum tulang(10,11).

Pemeriksaan laboratorium Antibo di antifosfolipid Identif ikasi trombosis intrarenal,arteri renalis atau vena

-

-

Apusan darah tepi memperlihatkan adanya trombosit raksasa /besar pada trombositosis esensial namun pada trombositosis reaktif pada apusan darah tepi trombosit normal Gambaran sumsum tulang : Jumlah trombosit ↑, morfologi trombositosis reaktif normal, namun pada trombositosis esensial morfologinya glant, diysplastic form with increassed ploydy assosiated with large masses of platelet debris(1011). Diagnosis Sindrom antibodi antifosfolipid , ditegakkan dengan 1 kriteria klinis dan 1 kriteria laboratorium sesuai dengan konsensus pada simposium internasional mengenai

-

Terapi sesuai penyebab penyakit

-

Pasca splenektomi akan ↑ hitung trombosit, tapi dapat pulih ke normal atau normal tinggi dalam 1 sampai 2 bulan Hidroksiurea 15 mg/kgBB merupakan terapi pilihan pada trombositosis esensial, Anagrelide dan interferon alfa untuk pasien muda, Aspirin sebagai terapi adjungtive (11).

-

-

Terapi sesuai penyebab

-

Aspirin 1-2 mg/kg/hari

-

Tiklopidin 250 mg, 2 kali sehari

-

Dipiridamol 75-400/hari , 3 atau 4

aPL adalah “Lupus antikoagulan” (LA) pada penderita SLE.

-

Terdapat 2 subgrup dari LA yaitu : 1.

2.

LA sensitif tromboplastin yang menghambat kompleks VIIa, III, PL, dan Ca++ LA non-sensitif ynag menghambat kompleks VIIIa, IXa, PL, Ca++. (4,11)

neurologi, endokrin dan urogenital. Morbiditas kehamilan 1. Satu atau lebih kematian janin berusia 10 minggu/ kurang, yang tidak dapat dijelaskan-diketahui dengan ultrasonografi/ pemeriksaan langsung atau 2. Satu/ lebih kelahiran prematur dari neonatus normal berusia 34 minggu/kurang, akibat eklampsia/ insufisiensi plasenta berat, atau 3. Tiga atau lebih aborsi spontan konsekutif sebelum usia kehamilan 10 minggu yang tidak dapat dijelaskan dimana kelainan anatomi, genetika, atau hormonal telah disingkirkan(11) -

renalis: analisis urin dipstik (Hb/protein), pemeriksaan urin (adanya eritrosit), urin 24 jam (protein& klirens kreatinin) Identif ikasi trombositopenia persisten/anemia hemolitik: darah perifel lengkap, LDH,bilirubin,ha ptoglobin, tes Coombs direk/indirek Defisi ensi sistem koagulasi : protein C dan S, antitrombin III,protrombin. Polim orfisme genetik Pemeriksaan radiologis Untuk kejadian trombosis : USG Doppler, venografi,ventilat ion, CT, MRI, arteriografi, ekokardiografi.

antibodi antifosfolipid di sapporo pada 1998.

kali sehari -

-

-

Klriteria laboratorium IgG antibodi antikardiolipin, dan/ isotipe IgM pada titer sedang/ tinggi pada 2 / lebih pemeriksaan dengan interval kurang lebih 6 minggu, diukur dengan ELISA terstandarisasi untuk antibodi dependen β2GPI. Adanya antikoagulan lupus dalam plasma pada 2 atau lebih pemeriksaan dengan interval sekurang-kurangnya 6 minggu, dideteksi menurut panduan dari The International Society on Trombosis dan Hemostasis. (11)

-

Heparin : dosis awal 40-170 U/kg IV, infus pemeliharaan 18 U/kg/jam IV Enoksaparin Profilaksis :(dosis ratarata) 30 mg subkutan , setiap 12 jam Terapi : 1 mg/kg, subkutan setiap 12 jam

-

Warfarin 515 mg/hari, dosis dinaikkan berdasarkan INR yang ingin dicapai. (11)

-

Banyak pasien mengalami regresi spontan

-

Dapat pula diterapi dengan kemoterapi intensif dan 50% pasien dapat bertahan hidup hingga 5 tahun. (5)

(11)

Histiositosis Sel Langerhans

Kata histiositosis adalah suatu penamaan yang “memayungi” berbagai gangguan proliferatif histiosit atau makrofag. Penyakit ini dapat bersifat tunggal atau multisistem.(4,5)

Biasanya muncul sebelum usia 2 tahun walaupun kadangkadang juga mengenai orang dewasa. -

-

-

-

-

-

Timbulnya lesi kulit mirip dengan erupsi kulit seboroik Hepatospleno megali Limfadenopat i Lesi paru Lesi tulang osteolitik destruktif Infeksi berulang seperti otitis media dan mastoiditis. Demam..(5)

-

-

Pemeri ksaan darah : Hb , leukosit dan trombosit Pemeri ksaan mikroskopis dari lesi menggunakan Mikroskop cahaya maupun mikroskop elektron. (4,5)

-

Anemia Trombositope

-

nia -

-

Pada pemeriksaan mikroskop cahaya : tampak sel langerhans yang berproliferasi tidak mirip dengan sel dendritik normal lainnya, sitoplasmanya banyaksering bervakuola, dengan inti sel vesikular Pada pemeriksaan mikroskop cahaya , sel ini memiliki badan HX (granula Birbeck) didalam sitoplasmanya, badan ini memiliki gambaran

“raket tenis”.(4,5)

BAGAN 19

BAGAN 29

TABEL 1, EFEK SAMPING RINGAN OAT7 RINGAN OAT7

TABEL 3, SIFAT DAN DOSIS OAT7

TABEL 2, EFEK SAMPING

Alur Diagnosis TB Paru7

STANDAR INTERNASIONAL PENANGANAN TUBERKULOSIS (International Standard of TB Care) 7

Standard 1

Setiap orang dengan batuk produktif selama 2-3 minggu atau lebih, yang tidak jelas penyebabnya, harus dievaluasi untuk tuberculosis.

Standard 2

Semua pasien (dewasa, remaja dan anak yang dapat mengeluarkan dahak) yang diduga menderita tuberkulosis paru harus menjalani pemeriksaan dahak mikroskopik minimal 2 dan sebaiknya 3 kali. Jika mungkin paling tidak satu spesimen harus berasal dari dahak pagi hari.

Standard 3

Pada semua pasien (dewasa, remaja dan anak) yang diduga menderita tuberkulosis ekstraparu, spesimen dari bagian tubuh yang sakit seharusnya diambil untuk pemeriksaan mikroskopik dan jika tersedia fasilitas dan sumber daya, dilakukan pemeriksaan biakan dan histopatologi. Semua orang dengan temuan foto toraks diduga tuberculosis seharusnya menjalani pemeriksaan dahak secara mikrobiologi. Diagnosis tuberkulosis paru sediaan apus dahak negatif harus didasarkan kriteria berikut : minimal pemeriksaan dahak mikroskopik 3 kali negatif (termasuk minimal 1 kali dahak pagi hari); temuan foto toraks sesuai tuberkulosis dan tidak ada respons terhadap antibiotika spektrum luas (Catatan : fluorokuinolon harus dihindari karena aktif terhadap M.tuberculosis complex sehingga dapat menyebabkan perbaikan sesaat pada penderita tuberkulosis). Untuk pasien ini, jika tersedia fasiliti, biakan dahak harus dilakukan. Pada pasien yang diduga terinfeksi HIV evaluasi diagnostik harus disegerakan. Diagnosis tuberkulosis intratoraks (yakni, paru, pleura dan kelenjar getah bening hilus atau mediastinum) pada anak dengan gejala namun sediaan apus dahak negatif harus didasarkan atas kelainan radiografi toraks sesuai tuberkulosis dan pajanan kepada kasus tuberkulosis yang menular atau bukti infeksi tuberkulosis (uji kulit tuberkulin positif atau interferron gamma release assay). Untuk pasien seperti ini, bila tersedia fasiliti, bahan dahak seharusnya diambil untuk biakan (dengan cara batuk, kumbah lambung atau induksi dahak). Setiap praktisi yang mengobati pasien tuberkulosis mengemban tanggung jawab kesehatan masyarakat yang penting. Untuk memenuhi tanggung jawab ini praktisi tidak hanya wajib memberikan paduan obat yang memadai tapi juga harus mampu menilai kepatuhan pasien kepada

Standard 4 Standard 5

Standard 6

Standard 7

Standard 8

Standard 9

Standard 10

Standard 11 Standard 12

pengobatan serta dapat menangani ketidakpatuhan bila terjadi. Dengan melakukan hal itu, penyelenggara kesehatan akan mampu meyakinkan kepatuhan kepada paduan sampai pengobatan selesai. Semua pasien (termasuk mereka yang terinfeksi HIV) yang belum pernah diobati harus diberi paduan obat lini pertama yang disepekati secara internasional menggunakan obat yang biovalibilitinya telah diketahui. Fase awal harus terdiri dari isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol. Fase lanjutan yang dianjurkan terdiri dari isoniazid dan rifampisin diberikan selama 4 bulan. Isoniazid dan etambutol selama 6 bulan merupakan paduan alternatif pada fase lanjutan yang dapat dipakai jika kepatuhan pasien tidak dapat dinilai, akan tetapi hal ini berisiko tinggi untuk gagal dan kambuh , terutama untuk pasien yang terinfeksi HIV. Dosis obat antituberkulosis yang digunakan harus sesuai dengan rekomendasi internasional. Kombinasi dosis tetap yang terdiri kombinasi 2 obat (isoniazid dan rifampisin), 3 obat (isoniazid, rifampisin dan pirazinamid), dan 4 obat (isoniazid, rifampisin, pirazinamid dan etambutol) sangat direkomendasikan terutama jika menelan obat tidak diawasi. Untuk membina dan menilai kepatuhan (adherence) pengobatan, suatu pendekatan pemberian obat yang berpihak kepada pasien, berdasarkan kebutuhan pasien dan rasa saling menghormati antara pasien dan penyelenggara kesehatan, seharusnya dikembangkan untuk semua pasien. Pengawasan dan dukungan haruslah sensitive terhadap jenis kelamin dan spesifik untuk berbagai usia dan harus memanfaatkan bermacam-macam intervensi yang direkomendasikan serta layanan pendukung yang tersedia, termasuk konseling dan penyuluhan pasien. Elemen utama dalam strategi yang berpihak kepada pasien adalah penggunaan cara-cara menilai dan mengutamakan kepatuhan terhadap paduan obat dan menangani ketidakpatuhan, bila terjadi. Cara-cara ini harus dibuat sesuai keadaan pasien dan dapat diterima oleh kedua belah pihak, yaitu pasien dan penyelenggara pelayanan . Cara-cara ini dapat mencakup pengawasan langsung menelan obat (directly observed therapy - DOT) oleh pengawas menelan obat yang dapat diterima dan dipercaya oleh pasien dan sistem kesehatan. Semua pasien harus dimonitor responsnya terhadap terapi; penilaian terbaik pada pasien tuberkulosis ialah pemeriksaan dahak mikroskopik berkala (dua spesimen) paling tidak pada waktu fase awal pengobatan selesai (dua bulan), pada lima bulan, dan pada akhir pengobatan. Pasien dengan sediaan apus dahak positif pada pengobatan bulan kelima harus dianggap gagal pengobatan dan pengobatan harus dimodifikasi secara tepat (lihat standard 14 dan 15). Pada pasien tuberkulosis ekstraparu dan pada anak, respons pengobatan terbaik dinilai secara klinis. Pemeriksaan foto toraks umumnya tidak diperlukan dan dapat menyesatkan. Rekaman tertulis tentang pengobatan yang diberikan, respons bakteriologis dan efek samping harus disimpan untuk semua pasien. Di daerah dengan prevalensi HIV tinggi pada populasi umum dan daerah dengan kemungkinan tuberkulosis dan infeksi HIV muncul bersamaan, konseling dan uji HIV diindikasikan bagi semua pasien tuberkulosis sebagai bagian penatalaksanaan rutin. Di daerah dengan prevalensi HIV yang lebih rendah, konseling dan uji HIV diindikasikan bagi pasien tuberkulosis dengan gejala dan/atau tanda kondisi yang berhubungan dengan HIV dan pada pasien tuberculosis yang mempunyai riwayat risiko tinggi terpajan HIV.

Standard 13

Standard 14

Standard 15

Standard 16

Standard 17

Semua pasien dengan tuberkulosis dan infeksi HIV seharusnya dievaluasi untuk menentukan perlu/tidaknya pengobatan antiretroviral diberikan selama masa pengobatan tuberkulosis. Perencanaan yang tepat untuk mengakses obat antiretroviral seharusnya dibuat untuk pasien yang memenuhi indikasi. Mengingat kompleksnya penggunaan serentak obat antituberkulosis dan antiretroviral, konsultasi dengan dokter ahli di bidang ini sangat direkomendasikan sebelum mulai pengobatan serentak untuk infeksi HIV dan tuberkulosis, tanpa memperhatikan mana yang muncul lebih dahulu. Bagaimanapun juga pelaksanaan pengobatan tuberkulosis tidak boleh ditunda. Pasien tuberkulosis dan infeksi HIV juga seharusnya diberi kotrimoksazol sebagai pencegahan infeksi lainnya. Penilaian kemungkinan resistensi obat, berdasarkan riwayat pengobatan terdahulu, pajanan dengan sumber yang mungkin resisten obat dan prevalensi resistensi obat dalam masyarakat, seharusnya dilakukan pada semua pasien. Pasien gagal pengobatan dan kasus kronik seharusnya selalu dipantau kemungkinannya akan resistensi obat. Untuk pasien dengan kemungkinan resitensi obat, biakan dan uji sensitiviti obat terhadap isoniazid, rifampisin, dan etambutol seharusnya dilaksanakan segera. Pasien tuberkulosis yang disebabkan kuman resisten obat (khususnya MDR) seharusnya diobati dengan paduan obat khusus yang mengandung obat antituberkulosis lini kedua. Paling tidak harus digunakan empat obat yang masih efektif dan pengobatan harus diberikan paling sedikit 18 bulan. Cara-cara yang berpihak kepada pasien disyaratkan untuk memastikan kepatuhan pasien terhadap pengobatan. Konsultasi dengan penyelenggara pelayanan yang berpengalaman dalam pengobatan pasien dengan MDR-TB harus dilakukan. Semua penyelenggara pelayanan untuk pasien tuberculosis seharusnya memastikan bahwa semua orang (khususnya anak berumur di bawah 5 tahun dan orang terinfeksi HIV) yang mempunyai kontak erat dengan pasien tuberkulosis menular seharusnya dievaluasi dan ditatalaksana sesuai dengan rekomendasi internasional. Anak berumur di bawah 5 tahun dan orang terinfeksi HIV yang telah terkontak dengan kasus menular seharusnya dievaluasi untuk infeksi laten M.tuberkulosis maupun tuberculosis aktif. Semua penyelenggara pelayanan kesehatan seharusnya melaporkan kasus tuberkulosis baru maupun kasus pengobatan ulang serta hasil pengobatannya ke kantor dinas kesehatan setempat sesuai dengan peraturan hukum dan kebijakan yang berlaku.

REFERENSI 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Sudoyo AW et al (ed), 2009, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, edisi V, Interna Publishing, Jakarta Davey P (ed), 2006, At a Glance Medicine, Erlangga Medical Series, Jakarta Kumar V, Cotran RS, Robbins SL, 2007, Buku Ajar Patologi Robbins, Volume 2, Edisi 7, EGC, Jakarta Mubin AH, 2007, Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 2, EGC, Jakarta Bartlett JG, 2008, Acute Bronchitis,(online), http://www.merckmanuals.com/professional/sec05/ch051/ch051a.html, diakses pada 10 Juni 2011 http://emedicine.medscape.com/ Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007, Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis Harries A,t Maher D, & Graham S, 2004, Tb/Hiv A Clinical Manual, ed. 2, WHO Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1023/Menkes/Sk/Xi/2008 Tentang Pedoman Pengendalian Penyakit Asma

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF