Sulastri Prihandini - Kelompok 4 - Perikanan B - Hematokrit PDF
September 30, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Sulastri Prihandini - Kelompok 4 - Perikanan B - Hematokrit PDF...
Description
Tanggal Praktikum : Rabu, 15 April 2020 Judul Praktikum
: Hematokrit Pada Ikan Mas
Tujuan Praktikum :
1. Menghitung kadar hematokrit ikan mas 2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hematokrit ikan Tinjauan Pustaka: 1.
Klasifikasi Ikan Mas
Ikan Mas atau ikan karper memiliki nama ilmiah Cyrprinus carpio. Ikan ini merupakan jenis ikan konsumsi air tawar yang dibudidayakan di berbagai negara. Ikan ini berasal dari daratan China yang kemudian disebarluaskan di daerah SubTropis belahan bumi utara (Benua Eropa) hingga daerah tropis di belahan bumi selatan (Benua Asia). Ikan ini mulai dibudidayakan di Indonesia sejak tahun 1920 dan menjadi salah satu komoditi perikanan air tawar unggulan (Supriatna 2013).
Gambar 1. Ikan Mas (Cyrprinus carpio)
Ikan Mas termasuk ke dalam jenis ikan Thermophil yang yang mampu beradaptasi 0
terhadap perubahan suhu lingkungan pada rentan 4-30 C. Namun, untuk mendapatkan pertumbuhan yang optimum suhu yang disarankan menurut Syawal
0
(2011) ialah dalam kisaran 32 C. Ikan ini juga termasuk ke dalam jenis ikan yang mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan kandungan oksigen terlarut dalam perairan. Namun, untuk proses pemijahan dalam kegiatan budidaya ikan mas lebih menyukai kondisi perairan yang jernih, segar, dan kadar DO-nya terkontrol. Sehingga kontrol lingkungan dan media tumbuh diperlukan dalam kegiatan budidaya ikan mas (Djaridjah 2001). Menurut Saanin (1984), Klasifikasi Ikan Mas adalah sebagai berikut: be rikut:
2.
Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
SubFilum
: Vertebrata
Kelas
: Actinopterygii
Ordo
: Cypriniformes
Famili
: Cyprinidae
Genus
: Cyprinus
Spesies
: Cyprinus carpio carpio
Sistem Peredaran Darah Ikan Mas
Secara umum, sistem peredaran darah ikan mas sama seperti ikan pada umumnya. Sistem peredaran darah mirip sistem hidrolik yang terdiri atas sebuah pompa, pipa, katup, dan cairan. Meskipun jantung pada ikan telestoei memiliki 4 ruang, namun kenyataan nya mirip dengan satu silinder atau pompa piston tunggal dengan sirkulasi tertutup. Artinya, darah akan meninggalkan jantung dan kembali ke jantung. Darah yang dipompa dari jantung akan menuju insang, disana darah mengalami pertukaran gas secara difusi melalui sistem pernapasan. Selanjutnya darah akan dialirkan ke dorsal aorta dan terbagi ke segenap organ-organ tubuh melalui saluran-saluran kecil (Fujaya 2002).
Ikan merupakan kelompok vertebrata berdarah dingin (Poikilotermik). Ikan dapat ditemukan pada perairan baik air garam maupun air tawar. Seperti manusia dan kelompok vertebrata laiinya, sistem peredaran darah pada ikan bersifat tertutup. Artinya darah mengalir dalam pembuluh darah. Dengan kata lain, darah tidak akan meninggalkan pembuluh darah dan tidak mengisi rongga tubuh. Sistem peredaran darah ini dapat memiliki pola sirkulasi tunggal atau ganda. Ikan memiliki pola sirkulasi tunggal, dimana darah hanya melewati jantung sebanyak satu kali selama satu rangkaian lengkap. Darah yang miskin oksigen dari jaringan tubuh akan menuju jantung, kemudian dipompa ke insang. Pertukaran gas secara difusi kemudian akan terjadi dalam insang. Lalu darah yang kaya oksigen kemudian aan melewati jaringan serta sel-sel dari dalam tubuh. Sistem peredaran darah ikan cukup sederhana, terdiri dari pembuluh jantung, darah, dan pembuluh darah. Jantung ikan merupakan struktur otot yang sederhana yang terletak di belakang dan di bawah insang. Jantung tertutup oleh membran perikardial atau perikardium. Jantung terdiri dari atrium, ventrikel, struktur berdinding tipis yang dikenal sebagai sinus vinosus, serta tabung yang disebut bulbus arteriosus. Meskipun memiliki empat bagian, jantung ikan dianggap hanya memiliki dua bilik. Tidak seperti manusia, empat bagian dari jantung ikan tidak membentuk organ tunggal.
Gambar 2. Sistem Peredaran Darah Ikan
Pembuluh darah pada ikan membawa darah darah ke seluruh tubuh. Sementara arteri membawa darah beroksigen dari insang ke seluruh tubuh, pembuluh darah terdeoksigenasi kembali dari berbagai bagian tubuh ke jantung. Arteriol adalah arteri kecil, berdinding tipis yang berakhir di kapiler, sementara venula adalah vena kecil yang berlanjut dengan kapiler. Kapiler adalah pembuluh mikroskopis yang membentuk jaringan disebut kapiler bed, dimana darah dari arteri dan vena saling terkait. Kapiler memiliki dinding tipis yang memfasilitasi difusi, suatu proses dimana oksigen dan nutrisi lain dari darah arteri yang ditrasfer ke dalam sel. Pada saat yang sama, karbondioksida dan limbah bahan berpindah ke kapiler. Kapiler mengandung darah terdeoksigenasi (mengandung karbon dioksida) yang mengalir ke vena kecil yang disebut venula, yang pada gilirannya mengalir ke vena yang lebih besar. Vena membawa darah terdeoksigenasi ke sinus venosus, yang seperti ruang koleksi kecil. Sinus venosus memiliki sel-sel alat pacu jantung yang bertanggung jawab untuk memulai kontraksi, sehingga darah tersebut akan dipindahkan ke dalam atrium berdinding tipis, yang memiliki sedikit otot. Atrium menghasilkan kontraksi lemah sehingga mendorong darah ke ventrikel. Ventrikel adalah struktur berdinding tebal yang mengandung banyak otot jantung. Ini menghasilkan tekanan yang cukup untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Ventrikel memompa darah di dalamnya ke dalam bulbus arteriosus, yang merupakan
ruang kecil dengan komponen elastis. Bulbus arteriosus merupakan organ pada kelompok ikan telestoei, sedangkan pada ikan elasmobranchii organ serupa bernama konus arteriosus. Perbedaan kedua organ ini adalah pada keberadaan katup, konus memiliki banyak katup dan otot sedangkan bulbus tidak. Fungsi utama dari struktur ini adalah untuk mengurangi tekanan nadi yang dihasilkan oleh ventrikel agar kerusakan pada insang yang berdinding tipis dapat dihindari. Insang adalah organ utama pernapasan ikan. Mereka memfasilitasi pertukaran gas, yaitu penyerapan oksigen dari air dan penghapusan karbodioksida. Arteri membawa darah kaya oksigen dari insang ke seluruh tubuh. Arteri bercabang ke arteriol, yang mengalir ke kapiler, dimana darah arteri menjadi darah vena, karena pasokan oksigen dan nutrisi lainnya ke sel dan nutrisi lainnya ke sel dan menyerap karbondioksida dan bahan limbah. Darah dari vena diteruskan ke jantung, kemudian jantung memompa darah ke insang hingga terjadi pertukaran gas kembali. Darah kaya ka ya oksigen
mengalir
ke
seluruh
tubuh,
kemudian
siklus
berulang
kembali
(Purnamasari 2017). 3.
Hematokrit
Hematokrit adalah istilah yang menunjukkan besarnya volume sel – sel 3
eritrosit (sel darah merah) seluruhnya di dalam 100 mm darah dan dinyatakan dalam persen (%). Menurut Alifuddin 1993, hematokrit merupakan perbandingan antara plasma dengan padatan daah. d aah. Perbandingan P erbandingan antara keduanya dibaca dibac a dengan pembaca mikrohematokrit dalam satuan %. Hematokrit biasa disebut “ packed cell volume”. Nilai hematokrit pada ikan – ikan ikan teleostei yang normal berkisar antara 20% - 30% dan
untuk
beberapa
spesies
ikan
laut
berkisar
42%
(Bond 1979). Menurut Moyle (2004), nilai hematokrit Cyrprinus carpio adalah 27,1%. Menurut Salasia (2011) nilai hematokrit normal ikan mas antara 30-48%. Korelasi antara jumlah eritrosit, hemoglobin, dan hematokrit berhubungan dengan status
kesehatan, nutrisi, dan pertumbuhan ikann. Ikan dengan pertumbuhan baik ditandai dengan jumlah eritrosit, haemoglobin, dan hematokrit yang normal. Apabila terjadi peningkatan atau penurunan kadar hematokrit, maka hal tersebut mengindikasikan adanya masalah kesehatan pada tubuh ikan (Rousdy dan Wijayanti 2015). 4.
Komponen Penyusun Darah
Darah merupakan medium dari sistem sirkulasi, dimana fungsinya adalah sebagai pengedar nutrien esensial ke seluruh tubuh dan membawa sisa-sisa hasil metabolisme dan patogen sebelum mencapai konsentrasi yang berbahaya. Darah ikan tersusun atas sel-sel darah yang tersuspensi di dalam plasma yang diedarkan ke seluruh jaringan tubuh (Moyle & Cech 2004). Volume darah ikan telestori, helestoei, dan chondrostei sebanyak 3% dari bobot tubuhnya, sedangkan ikan condrichtyes 6,6% dari bobot tubuhnya (Affandi 2002). Darah terdiri dari dua substrat, yaitu plasma darah yang berwujud cair dan selsel darah yang berwujud padat. Sel-sel darah terdiri dari sel darah merah ( eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah ( trombosit). Plasma darah merupakan cairan jernih yang mengandung mineralmineral terlarut, hasil absorpsi dari pencernaan makanan, buangan hasil h asil metabolsme oleh jaringan, enzim, antibodi, serta gas terlarut. Di dalam plasma darah terkandung garam-garam anorganik (Natrium Klorida, Natrium bikarbonat, dan natrium fosfat), protein(albumin, globulin, dan fibrinogen), lemak (lesitin dan kolesterol), hormon, vitamin, enzim, dan nutrien (Dellman 1989). Sel darah ikan diproduksi di dalam jaringan hematopoietik hematopoietik yang terletak pada ujung anterior ginjal dan limfa. Ikan tidak memiliki sumsum tulang sebagaimana mamalia, sehingga untuk produksi sel-sel darah terbentuk di dalam organ ginjal, limfa, dan timus (Fujaya 2004).
Sel Darah Merah
Eritrosit pada ikan merupakan sel dengan jumlah terbanyak, mencapai 4 × 106 / (Moyle 2004). Eritrosit pada ikan memiliki inti seperti
eritrosit pada burung dan reptil. Jumlah eritrosit bervariasi tergantung spesies dan biasanya dipengaruhi oleh sushu lingkungan da stress. Jumlah eritrosit 6
pada telestoei berkisar antara 1,05 1,05 × 106 /dan 3,0 ×10 / (Roberts 2001). Menurut Alifuddin (1993) jumlah eritrosit ikan mas adalah 2 × 106 / . Eritrosit berwarna merah kekuningan, berbentuk lonjong, kecil, dan berukuran 7-36 mikron. Eritrosit yang matang berbentuk oval sampai bundar dengan inti yang kecil dan sitoplasma dalam jumlah yang besar. Eritrosit dan retikulosit dibuat di organ ginjal, terutama ginjal anterior (pronephros) dan limfa. Inti sel akan berwarna ungu dan dikelilingi oleh plasma berwarna biru tua dengan pewarna Giemsa (Mones 2008).
Gambar 3.Sel Darah Merah Ikan
Sel darah merah adalah sel yang memberi warna merah pada darah, karena adanya protein yang mengandung besi yang disebut hemoglobin. Protein ini tidak ditemukan dalam leukosit. Ikan memiliki bentuk sel darah merah berinti dan berwarna merah dan kekuningan dengan bentuk dan ukuran bervariasi antara spesies yang satu dengan yang lainnya, namun pada beberapa jenis ikan terkadang bentuknya sama dengan sel darah merah pada manusia. Eritrosit dewasa berbentuk lonjong dan berdiameter 7-36 mikrometer (Fujaya 2004). Menurut Fujaya (2004), jumlah eritrosit pada ikan berbeda-beda tergantung spesies dan aktivitas ikan tersebut. Fungsi utama dari eritrosit
adalah mengankut Haemoglobin (Hb) yang berperan dalam pengangkutan oksigen. Selain mentransport Hb, eritrosit juga mengandung asam karbonat dalam jumlah besar yang berfungsi dalam mengkatalis reaksi anatar karbondioksida dan air, sehingga darah dapat mentrnsfor karbondioksida dari jaringan menuju insang. Haemoglobin (Hb) merupakan metalloporphyrin, kombinasi dari porphyrin besi dan globin. Pada peristiwa oksigenasi, atom besi dar haem akan berasosiasi dengan satu molekul oksigen. Setiap molekul Hb mengandung 4 moekul haem dan 4 atom besi sehingga mengangkut 4 molekul oksigen. Tedapat korelasi yang kuat antara hematokrit dan Hb darah, semakin rendah jumlah eritrosit maka semakin rendah pula kandungan Hb dalam darah. Rendahnya kadar Hb menyebabkan laju metabolisme menurun dan energi yang dihasilkan menjadi rendah. Hal ini membuat ikan menjadi lemah dan tidak memiliki nafsu makan serta terlihat diam di dasar atau menggantung di bawah permukaan air (Bastiawan 1995).
Sel Darah Putih
Leukosit merupakan sel-sel yang berinti, tidak berwarna dan bentuknya lebih besar dari eritrosit, tetapi jumlahnya lebih sedikit dari eritrosit. Ada dua golongan leukosit yaitu leukosit bergranula dan leukosit tidak bergranula. Leukosit bergranula terbagi menjadi neutrofil, eosinofil dan basofil sedangkan leukosit yang tidak bergranula terbagi t erbagi menjadi limposit dan monosit (Purnamasari 2017).
Gambar 4. Sel Darah Putih Ikan
Sel darah putih atau leukosit dapat memiliki bentuk yang tidak beraturan. Leukosit juga dihasilkan dari sel hematopoietic dalam sumsum tulang, tetapi beberapa dari mereka matang pada kelenjar getah bening, kelenjar timus, dan limpa. Leukosit pada ikan terdiri dari 7 bentuk, yaitu 3 tipe eosionofil granulosit dan masing-masing satu tipe neutrofil granulosit, limfosit, monosit, dan trombosit. Neutrofil dan monosit adalah leukosit fagosit kuat. Fagositosit oleh neurofil dilakukan dengan mendekati partikel yang akan difagositasi dengan cara mengeluarkan pseudopodi ke segala arah partikel, kemudian pseudopodi satu sama lain saling bersatu untuk melakukan fagositosi. Satu neutroil dapat mengfagosut 5 sampai 20 bakteri. Monosit lebih kuat karena dapat menfagosit partikel lebih besar. Limfosit tidak bersifat fagositik tetapi berperan di dalam pembentukan antibodi (Fujaya 2004). 5.
Jantung Ikan
Jantung pada ikan terdiri atas atrium dan ventrikel, serta terdapat organ tambahan sinus venosus dan bulbus arteriosus. Terdapat dua mekanisme kerja pada jantung, yaitu adrenergenik dan cholinergik. Adrenergenik menyebabkan me nyebabkan jantung kontraksi dan cholinergik menyebabkan dan merangsang jantung untuk berelaksasi. Kedua proses ini menyebabkan jantung dapat memompa darah dan mengisinya kembali (Fujaya 2004).
Gambar 5. Struktur Jantung Ikan
6.
Metode Pengukuran Hematokrit
Menurut Hartati (2012), metode pengukuran hematokrit ini dibagi menjadi dua, yaitu makrohematokrit dan mikrohematokrit. Pada metode makrohematokrit, digunakan tabung Wintrobe sebagai wadah pengamatan hematokrit. Tabung Wintrobe akan diisi dengan darah dan heparin, lalu dimasukkan ke dalam sentrifuge dan diputar selama 30 menit dengan kecepatan 3.000 rpm. Pada metode mikrohematokrit, darah yang dimasukkan bukan ke dalam tabung Wintrobe tetapi ke dalam tabung kapiler yang ukurannya 75 mm dengan diameter 1 mm. Sama seperti metode makrohematokrit, tabung kapiler akan dimasukkan sample darah dan heparin. Langkah terakhir sebelum dianalisi yakni sample sample dimasukkan ke dalam sentrifuge dan diputar. Mengacu pada metode Anderson dan Siwicki (1993), cara mengukur kadar hematokrit yaitu dengan memasukan sampel darah dalam kapiler mikrohematokrit sampai kira-kira 4/5 bagian tabung, kemudian menyumbat bagian ujungnya (bertanda merah) degan krestoseal (lilin penutup). Sentrifuge kapiler mikrohematokrit di centrifuge hematokrit selama 15 menit dengan kecepatan 3.500 rpm, ukur panjang endapan eritrosit pada kapiler hematokrit dengan skala hematokrit dan hitung
presentase volumenya. Perhitungan kadar hematokrit dinyatakan sebagai % volume padatan sel darah. 7.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Hematokrit
Kadar hematokrit pada ikan akan bergantung pada faktor usia ikan, nutrisi yang dikonsumsi oleh ikan, jenis kelamin ikan, ukuran dan bobot tubuh ikan, dan masa pemijahan. Perubahan kondisi lingkungan sekitar karena pencemaran lingkungan juga akan mempengaruhi nilai hematokrit dari ikan dan akan mengalami penurunan kadar hematokritnya, karena akibat respon stress pada ikan tersebut (Hartati 2012). Niiai hematokrit akan mengalmi penurunan pada kasus anemia. Penurunan nilai hematokrit dapat dijadikan petunjuk mengenai rendahnya kandungan protein, defisiensi vitamin, atau ikan yang terkena infeksi. Variasi nilai hematokrit dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, waktu pemeriksaan, temperatur air, metode pengambilan sampel, tipe dan lama anestesi (Mudjiutami 2007).
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, R. Tang. U.M. 2002. Fisiologi Hewan Air. Riau: Uni Press Alifuddin, M. 1993. Diagnose Penyakit Ikan (Cara Pemeriksaan Penyakit Ikan). Bogor: FPIK IPB Anderson, D.P dan A.K. Siwicki. 1993. Hematology and Serology for Fish Health Program. Dalam Symposium on Deisease in Asia Aquaculture Aquatic Animal Health and Envirronment, Thailand: 11-193. Bastiawan, D.,Takhid, Alifuddin M., Darmawati, T.S. 1995. Perubahan Hematologi dan Jaringan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepenus) yang diinfeksi cendawan Apanomyces sp. Jurnal Perikanan Indonesia Bond CE. 1979. Biology of Fishes. Fishes. Saunders College Publishing. Philadelphia. 514 hlm. Djaridjah, Abbas Siregar. 2001. 2001. Pembenihan Pembenihan Ikan Mas. Mas. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Fujaya, Y. 2002. Fisiologi 2002. Fisiologi Ikan. Ikan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan: Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Perikanan. Jakarta: Rineka Cipta. Hartati, N. Y. 2012. Nilai Hematokrit Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang Negeri Dipelihara Di Berbagai Ketinggian Tempat . Yogyakarta: Universitas Yogyakarta. Moyle, P.B. dan Cech Jr. JJ. 2004. Fishes an Introduction to Ichthyology 5th edition. USA: Prentice Hall, Inc, Mones, Ronaldo Adelbert. 2008. Gambaran Darah pada Ikan Mas (Curprinus carpio L) Strain Majalaya yang Berasal dari Daerah Ciampea Bogor. Bogor: FPIK IPB Mudjiuti, E., Guan,Y.L. et al . Pemanfaatan Imunostimulan untuk pengendalian penyakit pada Ikan Mas Cyrpeinus carpio. carpio. Jurnal Budidaya Air Tawar vol.4:1-9 Purnamasari, Risa dan Dwi Rukma Santi. 2017. Fisiologi 2017. Fisiologi Hewan. Hewan. Surabaya: Penerbit Program Studi Arsitektur UIN Sunan Ampel. Rousdy, Diah Wulandari. dan Nastiti Wijayanti. 2015. Profil Hematologi dan Pertumbuhan Ikan Mas (Cyprinus (Cyprinus carpio) carpio) pada Pemberian Asam Humat Tanah Gambut Gambut Kalimantan. Prosiding Semirata Bidang MIPA – BKS – PTN Barat : 135 – 135 – 148. 148. Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Ikan . Jakarta: Binacipta. Salasia, S. I. O. Sulanjari D. dan Ratnawati A. 2001. Studi Hematologi Ikan Air Tawar . Jurnal Biologi. Vol. 2 : 710 – 710 – 723. 723. Supriatna, Yadi. 2013. Budidaya Ikan Mas Di Kolam Hemat Air . Bogor: PT. Agromedia Pustaka. Syawal, Henni, Nastiti Kusumorini, Wasmen Manalu, and Ridwan Affandi. 2011. “Respons Fisiologis Dan Hematologis Ikan Mas ( Cyprinus Carpio ) ) Pada Suhu Media Pemeliharaan Yang Berbeda.” Jurnal Berbeda.” Jurnal Iktiologi Iktiologi Indonesia Indonesia 12(1): 12(1): 1 – 11. 11.
View more...
Comments