STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWAR OK ;-D.docx

September 16, 2017 | Author: Alfa Makatita'suabey | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWAR OK ;-D.docx...

Description

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Kota Manokwari terletak di bagian Kepala Burung Pulau Papua, memiliki topografi dataran rendah, perbukitan serta pegunungan yang kaya akan potensi sumber daya alam, gunung, lembah, pantai dan keanekaragaman hayati merupakan bagian dari panorama dan kekayaan nan indah menawan dan tidak ternilai harganya sebagai obyek dan daya tarik wisata. Secara geografis Kota ini terletak antara 0015 Lintang Utara dan 3025 Lintang Selatan dan terbentang dari 132035 sampai 134045 Bujur Timur dan luas wilayah Kota Manokwari adalah 14.250,94 km2 dengan batas di sebelah Utara: Samudera Pasifik, sebelah Timur Kota Teluk Wondama, sebelah Selatan Kota Teluk Bintuni, dan sebelah Barat Kota Sorong dan Sorong Selatan. Jumlah penduduk Kota Manokwari sekitar 238.133 jiwa tersebar di 29 Distrik, 9 Kelurahan dan 208 kampung. Etimologi Manokwari berasal dari Bahasa Biak Numfor yang berarti "Kampung Tua", dikenal sebagai kota Bersejarah dan tempat dimulainya peradaban di Tanah Papua karena pada tanggal 5 Februari 1855 Injil diberitakan pertama kali di tanah ini oleh dua Missionaris berkebangsaan Jerman yaitu Carel Willem Ottow dan Johann Gotlob Geisller. Dalam Lembaran Sejarah, Manokwari juga tercatat sebagai kota pemerintahan tertua di tanah Papua, Pada Tanggal 8 November 1989 adalah hari jadinya. Penetapan ini ditandai dengan pelantikan JJ. Van Oosterszee sebagai Controler Afdeling Noord Nieuw Guinea yang berkedudukan di Manokwari oleh Residen Ternate, Van Horst atas nama Gubernur Jenderal Hindia Belanda dan sejak itu aktivitas pemerintahan dan kemasyarakatan di kota ini dimulai. Tahun 1999 Manokwari ditetapkan sebagai ibu kota Provinsi Irian Jaya Barat (Sekarang Papua Barat), penduduk asli Kota Manokwari terdiri dari beberapa suku seperti Suku Sough, Suku Karon, Suku Hatam, Suku Meyah dan Suku Wamesa, Suku-suku ini mempunyai budaya yang unik dan berbeda satu sama lain. Walaupun begitu kebudayaan penduduk asli tetap terpelihara dan terjaga. Ada pula objek- objek wisata seperti Pegunungan Arfak, Pantai Pasir Putih, Pantai Amban, Danau Anggi, Hutan Wisata Gunung Meja dan tugu di Pulau Mansinam. Selain itu jaga Kota Manokwari memiliki beberapa obyek dan daya tarik wisata budaya berupa hasil kerajinan, upacara tradisional, tari tradisional, dan tari kreasi; semua ini masih

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

1

menjadi bagian dari kehidupan masyarakat adat di Kota Manokwari. Sejumlah sanggar seni atau kelompok masyarakat di kampung-kampung tetap produktif menghasilkan karya seni berupa ukiran, pahatan, anyaman dan lukisan. Sementara grup tari menggelar upacara adat dan tari tradisional serta tari kreasi yang dikemas menjadi suatu produk wisata atraktif untuk dipertunjukkan kepada para tamu atau wisatawan yang berkunjung ke kota Manokwari. Perkembangan Kota Manokwari yang semakin maju bisa dilihat dari Sumber daya alam (SDA) dan juga sarana prasarana yang disediakan oleh pemerintah daerah, tetapi masih banyak dibutuhkan peningkatan aksesibilitas pelayanan di kawasan perkotaan maupun daerah terisolir, misalnyaperkembangan pada sektor fasilitas umum, sektor bangunan,sector pertanian,sektor trasportasi daratdan lainlain. Sektor – sektor ini yang masih menjadi kendala perkembangan di kota dan Kota Manokwari.

1.2.

Perumusan Masalah Kota Manokwariadalah ibukota dari Kota Manokwari. Beberapa permasalahan yang terkait erat dengan Kota Berdasarkan hasil pengamatan langsung di lapangan dan hipotesa awal antara lain sebagai berikut:  Sektor Pertanian o Untuk lahan pertanian di wilayah Distrik Manokwari Barat dan Distrik Manokwari Timur sudah sangat jarang terlihat akibat dari pembangunan Sektor Industri, Sektor Perdagangan, Perhotelan dan Restoran dikarenakan dua Distrik ini terletak di tengah – tengah kota dan menjadi pusat pembangunan kota Manokwari.  Sektor Listrik dan Air Bersih o Kurangnya kesadaran masyarakat dalam berpartisipasi untuk pembayaran rekening listrik. o Coret - coretan pada gardo – gardo listrik akibat tangan – tangan jail o Kurangnya kesadaran masyarakat dalam berpartisipasi untuk pembayaran air PDAM. o Pencemaran air akibat dari pembuangan limbah sampah rumah tangga dan industri.  Sektor Industri hampir semua Industri yang ada berada di Distrik Manokwari Barat baik dari jenis industri dari kulit, industri dari kayu, industri dari logam/logam mulia, industri anyaman, industri gerabah/keramik, industri dari kain/tenun serta industri makanan dan minuman. Sedangkan untuk Distrik Manokwari Utara STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

2

tidak terdapat satupun industri kecil dan kerajinan. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan selain di Distrik Manokwari Barat dikembangkan berbagai industri kecil sejenis.  Sektor Perdagangan, Perhotelan dan Restoran o Kurangnya perhatian pemerintah daerah menyangkut dengan perbaikan sarana dan prasaran pasar sebagai tempat jual-beli barang.  Sektor Jasa o Untuk sektor ini Kota Manokwarimemiliki banyak sekali objek – objek wisata yang bisa menjadi daya tarik wisatawan, namun banyak sekali fasilitas – fasilitas pendukung yang kurang memadai.  Sektor Fasilitas Umum o Masih jarang tersedianya tempat pengumpulan sampah (TPS) ditiap - tiap pemukiman warga masyarakat o Banyak sekali drainase yang kurang terawat dan mengalami penyumbatan berupa tanah timbunan atau penumpukan sampah plastik botol vit.  Sektor Bangunan o Pembangunan sering terhambat akibat permasalahan tanah adat suku asli o Masih terdapat beberapa bangunan penduduk yang tidak layak huni.  Sektor Keuangan, Sewa Bangunan dan Jasa Perusahaan o Untuk sektor ini, Kurangnya kantor cabang Bank pembantu untuk Distrik Manokwari utara dan Manokwari selatan. o Penduduk umumnya masih kurang memanfaatkan kegiatan perbankan. o Fasilitas ATM yang masih jarang terlihat di beberapa Distrik yang jahu dari perkotaan.  Sektor Transportasi dan Komunikasi o Belum adanya rehabilitasi pengaspalan jalan padadaerah terisolir o Kurang tersedianya sarana angkutan umum roda empat (taksi) kota o Kurangnya penambahan pemancar jaringan telkomunikasih pada tiap Distrik yang jahu dari pemukiman kota.

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

3

1.3.

Tujuan dan Sasaran Sebagaimana rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan dilakukannya Studio Perencanaan Kota ini adalah :

1.3.1. Tujuan 

Mengidentifikasi masalah dan potensi yang ada di Kota Manokwari.



Memajukan setiap sektor yang berfungsi sebagai indikator pengembangan kota



Mengembangkan potensi Sumber Daya Alam yang ada

1.3.2. Sasaran 

Agar pemerintah lebih meningkatkan pengembangan atau pemanfaatan sumber daya yang tersedia



Terciptanya penggunaan ruang kota yang serasi dengan lingkungan, melalui cara

pengaturan

fasilitas

kebutuhan

lingkungan

dan

pemerataan

pembangunan. 

Agar pemerintah perlu melakukan perbaikan dan penyedian sarana dan prasarana yang terdapat di kota Manokwari.

1.4.

Ruang Lingkup Studi

1.4.1. Ruang Lingkup Wilayah kota Wilayah studi Kota Manokwari merupakan salah satu wilayah Kota di Provinsi Papua Barat yang terletak di bagian kepala burung Pulau Papua. Kota Manokwari secara geografis terletak pada 132º35’ - 134º45’ BT dan 0º15’ 3º25’ LS, dengan luas wilayah Kota Manokwari adalah 22.199,37 km2, dengan Jumlah penduduk Kota Manokwari sekitar 105,930 jiwa tersebar di 4 distrik dan , 20 kelurahaan.

.Batas wilayah Kota Manokwari adalah: o

Sebelah Utara

; Distrik Masni

o

Sebelah Selatan

: Distrik Warrikmare

o

Sebelah Barat

: Distrik Prafi

o

Sebelah Timur

: Samudera Pasifik

Kota Manokwari secara umum termasuk daerah beriklim tropika humida dengan curah hujan berkisar antara 2.500 – 3.000 mm per tahun. Curah hujan ratarata per tahun adalah 110 mm (dengan rata-rata hari hujan perbulan adalah 16 hari). Curah hujan tertinggi menurut stasiun pencatat Meteorologi Rendani terjadi pada bulan Maret (mencapai 337 mm), sedangkan curah hujan terendah terjadi STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

4

pada bulan Agustus (mencapai 11 mm). Hari hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret (mencapai 21 hari), sedangkan hari hujan terendah terjadi pada bulan April, Mei dan Oktober (yang mencapai 13 hari). Sebagai daerah tropis seperti halnya dengan daerah lain di Indonesia, wilayah Kota Manokwarimempunyai topografis daerah pantai, dataran rendah hingga perbukitan. Kota Manokwarimenurut pencatatan Stasiun Meteorologi dan Geofisika Rendani memiliki tingkat kelembaban udara relatif tinggi yang berkisar antara 80 - 86% dengan rata-rata kelembaban udara 83%. Kelembaban udara tertinggi terjadi pada bulan Februari dan kelembaban udara terendah pada bulan Agustus. Penyinaran matahari di wilayah ini adalah 59,67%, sedangkan tekanan udara rata-rata adalah 1007,9 mb. Rata-rata kecepatan angin pertahun sebesar 8 knot. Secara umum kondisi geologi Kota Manokwarididominasi oleh batuan sedimen liat berlempung, dan batuan endapan Tersier. Formasibatuanterdiri atas batuansedimenbatukapur, pasir, lanau, dan batuan pluton. Struktur geologi memilikisesarnaik, sesarturun, dan lipatan yang umumnyaberada di wilayah dataran tinggi dan lembah-lembah. Batuan di KotaManokwari merupakan endapan batuan sedimen berumur Tersier yang sangattua, telahterkonsolidasisempurna, dan telahmengalamiberbagaiperistiwatektonik,

sehinggabersifatkompak.

Batuan

tersebut mempunyai kemampuan terbatas untuk menyimpan dan meneruskan aliran air tanah, ataudinyatakansebagai impermeable sampaisemi permeable yang tidak berperan sebagai akuifer air tanah yang baik, kecuali pada lapisan yang relatifsangat tipis di bagian atas di dekatpermukaan yang lebih gembur dan mampumenyimpan dan meneruskan air tanahkarenatelahmengalamipelapukan. Namun jika batuan sedimen kompak tersebut oleh proses tektonik terkekarkan secara intensif, maka dapat berperan sebagai akuifer air tanah yang produktif. Geologi daerah Manokwari terdiri dari batuan sedimen Pra-Tersier berupa batuan sedimenklastik, karbonat, plutonik (granit), batuan vulkanik berupa aliran lava, aglomerat, breksi, tufa dan lahar serta batuan metamorfik. Batuan sedimen tersier terdiri dari batuan sedimen klastik, vulkanik dan karbonat. Batuan Kuarter terdiri endapanpantai, endapansungai, endapanlimpas banjir. Berdasarkan tataan fisiografi dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung (1992). Morfologi wilayah daerah kajian dapat dibagi menjadi 3 satuan, yaitu pegunungan struktur, perbukitan rendah dan dataran. Satuan perbukitan merupakan wilayah terluas luas daerah dan berketinggian 200 m dpl. Satuan ini disusun oleh batuan gunung api, batuan sedimen klastik, karbonat, batuan terobosan, batuan malihan. STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

5

Derajat pelapukan pada satuan ini cukup tinggi, ditunjukkan oleh tanah pelapukan yang setempat mencapai hampir di seluruh daerah kajian. Satuan perbukitan rendah tersebar di bagian tengah daerah kajian terutama disusun oleh batuan sedimen klastik dan batuan vulkanik. Satuan dataran yang disusun oleh aluvium sebarannya di sepanjang aliran sungai besar dan pantai. Setempat satuan ini menempati daerah pinggiran pantai yang sempit. Satuan ini dibentuk oleh pasir, lumpur, dan lempung. Berkaitan

dengan

kondisi

hidrologi,

air

permukaan

di

Kota

Manokwaritercerminkan dari kondisi sitem sungai. Sistem sungai yang ada di Kota Manokwariantara lain meliputi: Sistem Sungai Pami, Sistem Sungai Rendani, Sistem Sungai Sowi, Sistem Sungai Andai, Sistem Sungai Maripi, danSistem Sungai Maruni. Berdasarkan penelitian sebelumnya di daerah pantai yang mempunyai akuifer produktif dan luas penyebarannya, mempunyai debit kurangdari 5 liter/detik (Direktorat Geologi Tata Lingkungan). Air tanah di daerah kajian sangat tergantung dari kondisi geologi dan morfologinya. Berdasarkan hal tersebut dari produktifitas akuifernya, daerah kajian dapat dibedakan menjadi 2 (dua) satuan, yaitu: (a) satuan dengan akuifer produktif sedang keterusan sedang-rendah (beragam), dijumpai pada batuan tersier; dan (b) satuan langka airtanah, keterusan umumnya rendah-sangat rendah, setempat air tanah dalam jumlah terbatas dapat diperoleh terutama pada daerah lembah atau zona pelapukan batuan. Jenis tanah jenis tanah di kota Manokwari menurut lembaga penelitian tanah adalah alluvial, mediteran, grey brown podsolik, complex of soils, red yellow podsolik, organosol,danlatosol.

Secaraumum,

jenistanah

yang

Manokwarimempunyai sifat asam, yaitu nilai pH lebih dari

terdapat 8.

di

Kota

Jenis

tanah

berkorelasi positif terhadap kedalaman efektif tanah. Kedalaman efektif tanah adalah batas kedalaman yang dapat ditembus oleh akar tanaman untuk menyerap unsur hara. Semakin dalam lapisan tanah maka semakin besar pula kemungkinan tumbuhnya tanaman keras, sebaliknya bila tingkat kedalaman efektif tanah amat dangkal, maka hanya tanaman yang memiliki perakaran dangkal saja yang dapat tumbuh. Wilayah Kota Manokwarisecara umum mempunyai kedalaman efektif tanah > 25 cm. Adanya kendala kedalaman efektif tanah ini menyebabkan hanya beberapa jenis tanaman (terutama tanaman musiman) yang dapat tumbuh dengan

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

6

baik. Pengolahan dan pemupukan lahan sangat diperlukan untuk mengintensifkan pengolahan pertanian. 1.4.2. Lingkup Substansi Kajian mengenai lingkup substansi dalam studio perencanaan kota adalah menganalisa setiap potensi yang di miliki dalam sektor sosial ekonomi yang berada di Kota Manokwari. 1.5.

Metodelogi

1.5.1. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang di terapkan pada pelaksanaan Studio Perencanaan Kota Manokwari adalah Metode pengumpulan data sekunder dan pengumpulan data melalui survey primer dengan melakukan observasi dan dokumentasi. 1.

Survey Sekunder Survey sekunder atau survey data instansional berupa pengumpulan data dari instansi-instansi. Hasilnya adalah uraian fakta dan informasi baik dalam bentuk data angka, buku, atau peta mengenai keadaan daerah studi, serta rencana dan kebijakan pembangunan.

2.

Survey Primer Selain itu survey primer yang dilakukan adalah pengamatan/observasi terhadap kegiatan setiap sektor di Kota Manokwari. Kompilasi data merupakan proses memilah data yang akan di analisa dan di bahas pada bab berikutnya. Diharapkan data yang sudah ada dapat menghasilkan suatu gambaran informasi yang lebih optimal.

1.5.2. Metode Pengolahan Data Dalam metode pengolahan data ini akan dianalisa data-data yang dikumpulkan secara langsung dilapangan. Analisa ini menggunakan dua metode yaitu : 1. Metode Analisa Kualitatif Metode ini digunakan untuk menganalisis data yang berbentuk non numeric. Penggunaan metode ini lebih bersifat deskriptif

dengan

memberikan gambaran dan penjelasan mengenai wilayah studi, asumsi atau anggapan dan perkiraan tertentu yang didasari pada suatu kondisi tertentu, kompratif yaitu dengan cara membandingkan berbagai masalah

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

7

serta keadaan yang ditemui di lapangan dan berbagai sektor yang berkaitan dan analisis kondisi menurut standar umum yang berlaku. 2. Metode Analisa Kuantitatif Metode ini merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis data yang terkaji dalam bentuk angka dan dapat diukur atau dihitung. Metode ini juga dapat digunakan dalam perhitungan disektor kependudukan. Metode Analisa Kuantitaif ini meliputi kajian tentang: i. Laju pertumbuhan penduduk, ii. Proyeksi penduduk dan iii. Kepadatan penduduk iv. LQ (Location Questients)

i.

Laju Pertumbuhan Penduduk Adapun

untuk

menghitung

laju

pertumbuhan

penduduk

menggunakan rumus sebagai berikut:

LJPx =

JPy  JPx 1 JPx 1

x100%

Dimana :

ii.

LJPx

= Laju pertumbuhan penduduk pada tahun tertentu n

Jpy

= Jumlah penduduk tahun pada tahun ini

JPx-1

= Jumlah penduduk 1 tahun sebelumnya (tahun lalu)

Proyeksi Penduduk Untuk menganalisa penduduk dalam jangka waktu 10 tahun mendatang sesuai perolehan data, digunakan Metode Ekstrapolasi/Trend atau bunga berganda. Metode Ekstrapolasi cenderung melihat pertumbuhan penduduk dimasa lalu dan melanjutkan kecenderungan tersebut dimasa yang akan datang sebagai proyeksi. Metode Ekstrapolasi mengasumsikan laju pertumbuhan penduduk masa lalu akan berlanjut dimasa yang akan datang. Metode ini dapat di bagi dua, yaitu teknik grafik dan metode trend. Cara yang paling mudah dalam teknik ekstrapolasi adalah dengan teknik grafik. Dalam teknik grafik, perkembangan penduduk di masa lampau digambarkan dalam sebuah susunan koordinat salib. Jumlah penduduk untuk setiap kurun waktu (misalnya per tahun) dinyatakan dalam sebuah titik pada bidang koordinat salib. Susunan titik-titik tersebut

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

8

dapat dipandang sebagai suatu garis (lurus atau lengkung) dan arah garis tersebut diteruskan ke masa yang akan datang sebagai proyeksi. Teknik grafik ini sebetulnya tidak untuk meramalkan jumlah penduduk melainkan hanya melihat arah kecenderungannya saja. Metode Trend adalah metode meramalkan pertumbuhan penduduk dengan sebagai berikut: Pt = Po ( 1 + r )ⁿ Dimana :

iii.

Pt

= Jumlah penduduk pada tahun tertentu

Po

= Jumlah penduduk pada tahun dasar

r

= angka pertumbuhan penduduk

n

= Periode proyeksi /jangka waktu dalam tahun

Kepadatan Penduduk Untuk mengetahui kepadatan penduduk rumus yang digunakan sebagai berikut:

Kepadatan penduduk =

iv.

Jumlah Penduduk Luas Wilayah Secara Menyeluruh

LQ (Location Quotient) Teknik analisis loqation quotient (LQ) merupakan cara permulaan untuk mengetahui kemampuan suatu daerah dalam sektor kegiatan tertentu. Cara ini tidak atau belum memberikan kesimpulan akhir. Kesimpulan yang diperoleh merupakan kesimpulan sementara yang masih harus dikaji dan ditilik kembali melalui teknik analisis lain yang dapat menjawab apakah kesimpulan sementara diatas terbukti kebenarannya.

Satuan

yang digunakan

sebagai ukuran

untuk

menghasilkan koefisien dapat menggunakan satuan : jumlah buruh, atau hasil produksi atau satuan lainnya yang dapat digunakan sebagai kriteria. Perbandingan relatif ini dinyatakan secara matematika sebagai berikut : LQi

= Si/N = Si/S S/N

= Ni/N

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

9

Dimana: Si

= Jumlah buruh industri di daerah yang diselidiki.

S

= Jumlah buruh seluruhnya di daerah yang diselidiki.

Ni

= Jumlah buruh industri di daerah yang lebih luas.

N

= Jumlah seluruh buruh di daerah yang lebih luas.

Struktur penulisan LQ memberikan beberapa nilai sebagai berikut: LQ > 1, atau LQ = 1, LQ < 1. Dengan kata lain LQ memberikan indikasi sebagai berikut:



LQ > 1, menyatakan sub daerah bersangkutan mempunyai potensi ekspor dalam kegiatan tertentu.



LQ < 1, menunjukan sub daerah bersangkutan mempunyai kecenderungan mengimpor dari sub daerah/daerah lain.



LQ = 1, memperlihatkan daerah yang bersangkutan telah mencukui dalam kegiatan tertentu (seimbang).

1.5.3. Instrumen penelitian Merupakan alat atau faktor-faktor yang mendukung dalam survey ini, meliputi: 1. Keamanan Sebagai faktor penunjang kelancaran penelitian, keamanan sangat penting dalam mendukung target/waktu yang telah ditetapkan. 2. Aksesibilitas Adalah penunjang pergerakan ketempat penelitian, sama peranannya dengan faktor keamanan. Jika aksesibilitas ke lokasi penelitian mengalami permasalahan maka akan mengganggu lancarnya penelitian.

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

10

3. Dana Merupakan faktor utama dalam pelaksanaan penelitian. Dana menjadi penghambat utama jika dana yang tersedia tidak memenuhi kebutuhan. 4. Waktu Melakukan suatu penelitian memerlukan waktu yang cukup lama untuk memperoleh kelengkapan data. Biasanya dalam melakukan penelitian, waktu disesuaikan dengan permasalahan yang diteliti.

1.6.

Tahapan Pelaksanaan 1.6.1.

Tahapan Persiapan Beberapa kegiatan dalam tahap persiapan survey antara lain:Persiapan teknis survey, berupa penentuan wilayah studi, survay awal, identifikasi permasalahan, penentuan tujuan, melakukan kajian literaratur, surat-surat perizinan, serta persiapan peralatan lainnya yang diperlukan untuk kepentingan pengumpulan data.

1.6.2.

Tahapan Pelaksanaan Survei Tahap ini di lakukan untuk memperoleh data yang di sesuaikan dengan kebutuhan sebagai input dalam proses analisa yang wujudnya dapat di lakukan

baik melalui

survey primer

maupun

sekunder. Dalam

pelaksanaannya data yang berasal dari kedua bentuk survey ini saling mendukung sehingga data yang di peroleh semakin akurat. a)

Survey Primer Survey primer merupakan proses pengambilan data yang di lakukan langsung di lapangan,dengan cara melakukan :



Observasi visual,di lakukan dengan cara meninjau langsung di lapangan terhadap kondisi fisik lapangan yang berhubungan dengan lokasi dan kondisi suatu objek, misalkan : Peta fasilitas, kondisi fasilitas, kondisi jalan, jaringan listrik, drainase dan lain sebagainya.



Kuisioner,di lakukan dengan cara memberikan pertanyaan baik lisan maupun tertulis mengenai suatu masalah yang akan di ajukan kepada sejumlah sumber yang dapat di percaya dari masyarakat di wilayah studi sebagai responden.

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

11

b)

Survey Sekunder Merupakan proses pengambilan data yang di peroleh dari literaturliteratur yang di kumpulkan maupun yang di peroleh dari instansi terkait atau pihak tertentu seperti : Kantor desa atau kampung, kantor Distrik, kantor lurah, BPS, badan meteorologi dan geofisika, LSM, dll. Data tersebut dapat berupa data statistik, laporan dan dokumen lainnya. Adapun data-data yang di maksud antara lain :







Data Penduduk -

Jumlah penduduk dan kepadatan

-

perkembangan penduduk

-

komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

-

komposisi penduduk menurut agama

-

komposisi penduduk menurut mata pencaharian

Data perekonomian -

Perkebunan

-

Pertanian tanaman pangan

-

Perdaganganpa

-

dll

Data fasilitas dan Utilitas -

Fasilitas Pendidikan

-

Fasilitas Kesehatan

-

Fasilitas Peribadatan

-

Fasilitas pemukiman

-

Fasilitas Perdagangan

-

Fasilitas Air bersih

-

Fasilitas Elektikal (Listrik)

-

Fasilitas Telekomunikasi

-

Fasilitas Sarana dan Prasarana transportasi

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

12

1.6.3. Tahap Penyusunan Laporan Fakta dan Analisa Tahapan yang dilakukan setelah tim melakukan survey dilapangan. Pengumpulan data guna penyusunan laporan fakta yang merupakan tahapan yang dilakukan untuk menampilkan fakta yang ada yang berhubungan dengan objek yang sedang diamati. Sehingga dari data yang sudah terkumpul kemudian dikaji guna mendapatkan suatu output berupa informasi yang diperlukan untuk menunjang studi yang sedang di kaji. Untuk menganalisis data digunakan beberapa metode analisis sebagai alat bantu sehingga data tersebut memiliki keterkaitan atau berhubungan satu sama lain. 1.6.4. Tahap Penyusunan Laporan Rencana Tahap ini merupakan tahap akhir dari studio perencanaan kota, yang kemudian di presentasikan. Tahap ini juga berisi tentang hasil dari analisis beserta alur prosesnya yang dituangkan dalam bentuk tertulis yang bersifat deskriptif, objektif, dan kompherensif. Jika perlu juga maka dapat diadakan evaluasi terhadap hasil analisis agar hasil laporan akhir dapat optimal.

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

13

1.7.

Organisasi Pelaksana Adapun organisasi pelaksana pada proses pengambilan data di Kota Manokwari, Kota Manokwari dan pengolaan laporan ini antara lain sebagai berikut

STRUKTUR KEPANITIAAN STUDIO PERENCANAAN KOTA 2013 PENANGGUNG JAWAB : JOKO PURCAHYONO, M.MT DOSEN PENGASUH

: Y.L MARNALA SITORUS, MT

KETUA

: IRWAN F. KASIMAT

SEKRETARIS

: APNER. ROTKOKAY

BENDAHARA

: DEMIANUS. WODIOK

KORD. DATA

: ALBERTH. KRENAK

KORD. KONSUMSI

: RUDOLOF . MANDACAN

KORD. PERLENGKAPAN : YUSAK K. KAMBUAYA KORD. SURVEY

: PENIUS. UNBEY

KORD. TRANSPORTASI : MARSHAL L.RESUBUN ANGGOTA STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI Tahun 2013 

NIXON WALLY



PAULUS HALUK



MAXIMILIANUS MAGADIN



KOSTANTINUS DEMOTEKAIIIiiiiIi



ELIFAS RUMBOBO



KRISTON WANGGAI



DORSIUS KOMBO



BARNABAS AIRBARU



AGUS SAMBERI



ELIFAS RUMBOBO



ANDY KARET

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

14

BAB II

KARAKTERISTIK KOTA MANOKWARI

2.1. 2.1.1.

KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN Kebijaksanaan Pembangunan Wilayah Papua Barat

Pemerintah melalui UU No. 45 tahun 1999 tentang Pemekaran Propinsi Papua Barat telah menetapkan Kota Manokwari sebagai Ibukota Propinsi Papua Barat. Kebijaksanaan ini berdampak kepada

pertumbuhan fisik, sosial dan

ekonomi Kota Manokwari yang telah berkembang dengan cepat. Hal Ini dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi, meluasnya kawasan terbangun terutama kawasan jasa komersial, perdagangan, dan sebagainya. Peningkatan potensi internal dan eksternal, menjadikan Kota Manokwari sebagai pusat pengembangan dan pertumbuhan bagi daerah-daerah di sekitarnya maupun pusat pertumbuhan dan pengembangan Papua Barat. Selain itu kota manokwari yang memiliki letak strategis yang dibatasi dengan laut dan juga kawasan hutan yang masih terjaga keasriannya, serta budaya masyarakat yang masih kental,membuat kota manokwari memiliki ciri khas tersendiri. hal ini menjadi pendukung untuk menumbuh kembangkan sumber daya manusia dalam hal pemanfaatan sumberdaya alam yang ada untuk peningkatan pembangunan kota manokwari serta memajukan kesejahteraan masyarakat. Agar terwujud masyarakat yang sejahtra dan memiliki daya saing, maka didukung pula dengan peningkatan dibidang pendidikan,dan kesehatan melalui penyediaan sarana dan prasarana publik. Merujuk kepada Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, maka pembangunan kota Manokwari ditata dalam dua arahan pembangunan, yaitu: penataan kawasan lindung dan/atau kawasan konservasi, dan penataan kawasan budidaya. Penataan kawasan lindung dan atau kawasan konservasi dalam rangka menjaga keseimbangan lingkungan hidup perlu menjadi perhatian utama dalam membangun dan mengembangkan Kota Manokwari. Penekanan ini sangat penting oleh karena kota Manokwari memiliki kawasan hutan Wosi-Rendani sebagai hutan lindung serta kawasan hutan Gunung Meja sebagai hutan wisata nasional. Selain itu, terdapat hutan dengan pepohonan yang STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

2

cukup rapat

di bagian barat dan selatan kota yang perlu dikendalikan

pemanfaatannya sebagai kawasan resapan air. Kawasan lain yang perlu diperhatikan adalah kawasan pantai dan pulau. Kota Manokwari memiliki garis pantai yang panjang demikian juga terdapat pulau Mansinan yang memiliki riwayat historis yang perlu dipertahankan. Untuk itu perlu penataan yang intensif sehingga terhindar dari eksploitasi yang berlebihan. Hutan tanaman mangrove perlu ditingkatkan, khususnya di lahan-lahan pantai yang kritis. Penataan kawasan budidaya sudah mendapat perhatian yang memadai sejak dilakukan penyusunan Rencana Induk Kota (RIK), RUTRK, dan RDTRK, dan juga di dalam hasil revisi Rencana Umum Tata Ruang Kota Manokwari. Namun demikian, dinamika pembangunan kota yang telah berkembang pesat pasca peningkatan status kota Manokwari sebagai ibukota Propinsi Papua Barat (Irjabar) perlu ditindaklanjuti dengan rencana tata ruang kota yang mewadahi semua kegiatan budidaya masyarakat yang meliputi kawasan Cipta, Karya, Marga, Suka dan Penyempurna. Kawasan Cipta adalah kawasan terbangun untuk perumahan dan permukiman dimana masyarakat kota Manokwari melakukan kegiatan bertempat tinggal, beribadah, menimba ilmu, dan kegiatan permukiman lainnya.Kegiatan Karya adalah penyediaan fasilitas dimana masyarakat akan bekerja, berusaha untuk meningkatkan taraf social ekonominya, yaitu antara lain tempat bekerja (perkantoran), tempat berusaha (kawasan perdagangan, meliputi pasar, petokoan, kios dan kegiatan usaha lainnya. Tempat prosessing dan produksi barang kebutuhan untuk konsumsi dan diperdagangkan, dalam hal ini kawasan industri kecil, sedang dan berat, serta kegiatan usaha lainnya. Kegiatan Marga adalah kegiatan yang memberi pelayanan umum kepada masyarakat kota serta fasilitas kenyamanan dan pengamanan kota meliputi penyediaan transportasi (darat, laut dan udara), penyediaan sarana drainase, pengelolaan dan pengendali erosi, banjir dan abrasi. Pengelolaan sampah, sanitasi dan air buangan, penyediaan energi, air bersih dan sarana telekomunikasi, Termasuk juga penyediaan sarana bagi pencegahan dan penanganan bahaya kebakaran Kawasan Suka adalah fasilitas yang disediakan untuk kegiatan rekreasi, olah raga dan kawasan terbuka hijau yang memberi kesenangan dan kenyamanan, seperti taman-taman kota, kawasan rekreasi gunung, pantai dan pulau. Termasuk dalam kegiatan suka adalah kegiatan budaya/seni, organisasi masyarakat dan lainSTUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

3

lain kegiatan yang membutuhkan penyediaan sarana prasarana untuk kepentingan pelestarian budaya (museum) dan pementasan seni (gedung pertunjukan dan atau gedung serbaguna). Kegiatan Penyempurna adalah fasilitas yang disediakan guna memperoleh manfaat yang lebih baik dan lebih lengkap, termasuk penyediaan assesoeis kota seperti lampu-lampu jalan, lampu-lampu taman, lampu pengatur lalu lintas, shelter (tempat menunggu bus/angkutan kotam tempat pejalan kaki (pedestrian), Pos ronda/pos jaga, dan lain sebagainya. 2.1.2.

Kebijaksanaan Pembangunan Kota/Regional Dalam membangun dan mengembangkan Kota Manokwari

ada dua sasaran

pokok, yaitu bagi pengembangan Kota Manokwari sendiri dan pengembangan wilayah yang ada di sekitarnya. Kebijaksanaan pengembangan kota yang tercantum dalam Tujuan pengembangan Kota Manokwari ditinjau dari segi kepentingan kota, antara lain untuk: (a)

Menciptakan pola tata ruang yang terencana secara optimal;

(b)

meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat;

(c)

memberikan pelayanan umum bagi masyarakat;

(d)

meningkatkan pendapatan asli daerah/PAD;

(e)

meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan ruang;

(f) meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyebaran fasilitas dan utilitas secara tepat dan merata sesuai kebutuhan masyarakat; (g)

menjaga kualitas lingkungan untuk mempertahankan keseimbangan lingkungan dan cadangan air bersih; dan

(h)

mengembangkan Kota Manokwari dalam upaya melayani kebutuhan penduduk dan memacu pertumbuhan wilayah yang ada di sekitarnya. Sehubungan dengan hai tersebut, pembangunan Kota Manokwari ditujukan untuk:

(a)

meningkatkan kemampuan pelayanan Kota Manokwari sebagai pusat pengembangan (Central Business District) Kota Manokwari dan Propinsi Papua Barat;

(b)

meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan penduduk kota Manokwari, penduduk yang bermukim di sekitar Kota Manokwari atau penduduk kecamatan di sekitarnya serta penduduk Kota Manokwari pada umumnya, sebagai multiplier effect pembangunan kota Manokwari; STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

4

(c)

meningkatkan pelayanan sosial bagi penduduk Kota Manokwari dan sekitarnya; dan

(d)

memacu pertumbuhan ekonomi wilayah belakang (hinterland) Kota Manokwari, khususnya Kota Manokwari

2.1.3. Kebijaksanaan Dasar Pengembangan Tata Ruang Konsep tata ruang Kota Manokwari pada dasarnya bertujuan untuk memenuhi stujuan pembangunan kota serta fungsi dan peranan kota, Dalam hal ini konsep tata ruang Kota Manokwari dibagi dalam dua kelompok, yaitu konsep makro dan konsep mikro. (a) Konsep Tata Ruang Makro Konsep tata ruang makro ditekankan keterkaitan unsur-unsur Kota Manokwari dengan wilayah luar kota, yang diuraikan berikut ini. 

Pengembangan pelabuhan laut Kota Manokwari sebagai sarana pergantian moda transport (terutama untuk penumpang dan barang dengan volume besar tetapi dengan waktu perjalanan cukup panjang) dan wilayah pelayanan Kota Manokwari ke luar dan sebaliknya, sekaligus sebagai pelabuhan ekspor-impor.



Pengembangan pelabuhan/bandar udara Kota Manokwari sebagai sarana pergantian moda transport (terutama untuk penumpang dan barang dengan waktu perjalanan cukup singkat tetapi dengan volume kecil) dan wilayah pelayanan Kota Manokwari keluar dan sebaliknya, maupun dalam wilayah Kota.



Pengembangan transportasi darat yang mampu meningkatkan hubungan Kota Manokwari dengan wilayah yang ada di sekitarnya.



Pengembangan

pusat

perdagangan

eceran

regional

untuk

komoditi

perdagangan barang-barang kebutuhan sekunder dan tersier. 

Pengembangan kawasan wisata alam dan budaya, sejarah, pendidikan untuk kebutuhan rekreasi dan pendidikan bagi penduduk Kota Manokwari dan daerah sekitarnya serta bagi rekreasi pencinta alam.

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

5

(b) Konsep Tata Ruang Mikro Konsep tata ruang mikro ditekankan pada keterkaitan antar unsur-unsur yang ada di dalam wilayah Kota Manokwari, seperti diuraikan berikut ini. 

Pengembangan pusat-pusat Bagian Wilayah Kota (BWK) di luar kawasan pusat kota dengan tujuan menyebarkan dan menjalankan fungsi pelayanan ke bagian wilayah kota.



Pengembangan sistem jaringan transportasi untuk menghubungkan pusatpusat BWK.



Pengembangan kawasan industri terutama industri kecil/ ringan dan industri hasil pertanian ke arah selatan kota serta ke lokasi dekat sumber bahan baku.



Pembatasan pertumbuhan industri polutif yang menyebar di kawasan pemukiman dan mengarahkannya ke bagian selatan.



Pengembangan kawasan perumahan secara vertikal di kawasan-kawasan yang layak secara teknis serta peremajaan dan peningkatan kualitas fisik bangunan dan lingkungan.



Pengembangan kawasan wisata laut/pantai Pasir Putih dan Pantai Amban, Pulau Mansinam serta pengembangan wisata kawasan air Danau Kabori di wilayah bagian selatan kota.



Pengembangan kawasan pusat pemerintahan, jasa komersial, perdagangan di pusat kota.



Penataan kawasan pantai Teluk Sawaibu untuk mencegah pencemaran dan rusaknya lingkungan.



Penataan kawasan pelabuhan laut di Teluk Sawaibu karena kedudukannya yang strategis.



Pemanfaatan ruang secara optimal dan terencana di kawasan efektif pengembangan perkotaan yang diarahkan untuk dapat mengakomodasikan berbagai kegiatan fungsional kota.

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

6

Strategi Penataan Ruang Kota Untuk lebih mengoptimalkan dan mengatur pemanfaatan ruang Kota Manokwari diperlukan strategi pembagian wilayah kota dalam beberapa Bagian Wilayah Kota (BWK). Pembagian ini berperan untuk hal-hal berikut ini. (a) Meningkatkan peranannya sebagai ibukota Provinsi Papua Barat, maka saat ini Kota Manokwari diarahkan untuk berperan sebagai pusat pemerintahan Provinsi Papua Barat. Dengan demikian Kota Manokwari harus dapat diarahkan dapat mencukupi kebutuhan aktivitas dan volume kegiatan yang berskala provinsi. (b) Ditinjau dari konstelasi regional yang lebih luas, Kota Manokwari mempunyai kedudukan dans peranan sebagai titik simpul penerima sekaligus penjalar pertumbuhan dan perkembangan wilayah dibelakangnya. (c) Melihat alur kegiatan yang saat ini berjalan, maka peranan Kota Manokwari sangat sesuai sebagai pusat-pusat perdagangan dan jasa, industri, pemerintahan baik itu Pemerintahan Provinsi maupun Pemerintahan Kota. Pada RUTRK sebelumnya, Kota Manokwari dibagi menjadi empat BWK yaitu BWK A, B, C dan D.

Setiap BWK tersebut diharapkan berfungsi sebagai

berikut ini. (a) BWK A diarahkan untuk fungsi kegiatan pemerintahan, perdagangan, pelayanan sosial

budaya,

kegiatan

pelabuhan

dan

perumahan.

BWK

A

dapat

diidentifikasikan sebagai kawasan pusat kota. (b) BWK B difungsikan sebagai kawasan pendidikan, perguruan tinggi dan kegiatan penelitian dan permukiman. (c) BWK C difungsikan sebagai kawasan pendidikan, perdagangan dan permukiman. (d) BWK D ditetapkan untuk fungsi pusat kegiatan pelayanan ekonomi regional dan pusat perkantoran Pemerintahan Provinsi Papua Barat maupun pemerintahan Kota Manokwari, perhubungan, permukiman, TPU dan TPA. Berdasarkan fakta dan analisis maka pembangunan di masing-masing kawasan tidak berjalan dengan efektip.

BWK A tumbuh terlalu dominant (terlalu kuat) sehingga

mematikan peran dan potensi BWK lain khususnya BWK C. Selain itu pada tahun 2002, Pemeriintah Kota Manokwari telah melakukan pemekaran Distrik Manokwari menjadi empat Kecamatan yang terdiri dari kurang lebih 96 kelurahan/desa. Sebagaimana maksud dan tujuan pembagian BWK yaitu untuk mendekatkan pelayanan fasilitas ke pada masyarakat, maka ke depan dama RUTK Manokwari 2005-2915, diusulkan untuk memekarkan BWK menjadi lima BWK, dalam hal ini memecah BWK C menjadi dua BWK, yaitu BWK C dan E. BWK C yang semula berpusat di Amban karena tidak efektip STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

7

(secara geografis masyarakat Kelurahan Wosi dan Manokwari Barat tidak dapat memanfaatkan fasilitas yang ditempatkan di pusat BWK C). Selanjutnya pembagian Bagian Wilayah Kota (BWK) untuk RUTRK 2005-2015 beserta arahan peran/fungsinya masing-masing adalah sebagai berikut. (a)

BWK A berfungsi utamanya adalah kegiatan perdagangan, pelabuhan laut, pelayanan sosial budaya dan perumahan. BWK A merupakan kawasan pusat kota (central business District) Manokwari

(b)

BWK B berfungsi utamanya adalah kawasan pendidikan perguruan tinggi dan kegiatan penelitian, kawasan resapan air (hutan lindung), kawasan rekreasi dan permukiman.

(c)

BWK C berfungsi utamanya adalah sebagai pusat pelayanan jasa dan perdagangan.tingkat regional (pasar pusat dan terminal pusat di Wosi), kawasan perumahan dan pertanian/perkebunan terbatas.

(d)

BWK D ditetapkan untuk fungsi pusat kegiatan pelayanan regional, pusat perkantoran Pemerintahan Provinsi Papua Barat dan juga perkantoran pemerintah Kota Manokwari, kawasan perhubungan udara, permukiman baru, kawasan industri, TPU dan TPA.

(e)

BWK E difungsikan sebagai kawasan perumahan, pusat pertanaman hortikultura dan lahan perkebunan terbatas, kawasan rekreasi .pertanian, kawasan penyanggah dan konservasi, serta kawasan pendidikan. Jika dikaitkan dengan rencana pengelolaan persampahan Kota Manokwari diarahkan

melalui kebijakan sebagai berikut: (a)

pembangunan dan atau perluasan TPA;

(b)

penambahan jumlah TPS dan perluasan jangkauan pelayanan;

(c)

pengembangan usaha daur ulang sampah, kertas, dan plastik (sampah kering);

(d)

sistem pengelolaan TPA yang dikembangkan adalah sanitary landfill;

(e)

peningkatan kesadaran (peran serta) masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan;

(f)

pengefektifan fungsi pemulung dengan membangkitkan kegiatan daur ulang sampah menjadi produk-produk yang berdaya guna;

(g)

penambahan sarana pengangkutan dan petugas persampahan;

(h)

pengomposan sampah-sampah organik dan pembangunan fasilitas tempat pemisahan jenis sampah organik dan anorganik yang dilakukan oleh masyarakat mulai dari rumah-rumah sampai tempat-tempat umum, dimana pemerintah menyediakan sarana tong sampah untuk memilah-milah sampah tersebut; STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

8

(i)

re-design tempat/lahan pembuangan akhir yang ada untuk mencegah akibat yang ditimbulkan ke depan; dan

(j)

pemerintah mengeluarkan aturan-aturan yang diperlukan dan yang lebih tegas mengenai pembuangan sampah ini, antara lain memberikan denda kepada pihak yang membuang sampah sembarangan, sistem retribusi sampah, tarif pengelolaan. Secara Umum struktur tata ruang kawasan di wilayah prencanaan dapat dikemukakan sebagai berikut ini.

(a)

Pola tata ruang kawasan bertumpu pada kegiatan kawasan yang dominan (perkantoran pemerintah, perumahan, perdagangan-jasa, industri dan wisata). Ruang kawasan strategis kanan kiri jalan menjadi kerangka utama kawasan yang akan “ditawarkan” kepada investor dan juga berperan sebagai nadi perekonomian kawasan.

(b)

Fungsi kegiatan wilayah perencanaan terdiri dari dua jenis, yakni fungsi primer dan fungsi sekunder. Bila fungsi sekunder memberikan pelayanan terutama bagi internal kebutuhan kawasan, maka fungsi primer mempunyai orientasi pelayanan eksternal melayani wilayah regional. Fungsi primer yang melayani wilayah regional didukung oleh keberadaan pusat pemerintahan skala Kota, pusat pemerintahan skala provinsi, jalan arteri, Bandara Rendani, pelabuhan regional, perkantoran regional dan jalan regional.

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

9

2.2.

Gambaran Umum Kota Manokwari

2.2.1.

Kondisi Fisik

2.2.1.1.

Kondisi Geografis Kota Manokwarimerupakan salah satu wilayah di Provinsi Papua Barat yang terletak di bagian kepala burung Pulau Papua. Kota Manokwarisecara geografis terletak pada 132º35’ - 134º45’ BT dan 0º15’ - 3º25’ LS dengan luas 14.44850 km2, dengan ibukota Kota terletak di Kota Manokwari. Batas wilayah Kota Manokwari adalah:  sebelah utara

: Samudra Pasifik;

 sebelah selatan

: Kota Teluk Bintuni;

 sebelah barat

: Kota Sorong Selatan; dan

 sebelah timur

: Kota Teluk Wondama.

Posisi geografis tersebut sangat strategis oleh karena berada pada lintas pergerakan barat-timur Pulau Papua dan perairan laut yang berbatasan merupakan jalur transportasi internasional. Pengembangan sarana dan prasarana Kota Manokwari ke depan dapat memanfaatkan peluang dari letak posisi yang strategis secara geografis ini. Secara administrasi Kota Manokwarimeliputi wilayah Distrik yang berada khususnya Di kota manokwari.

Tabel 2.1 Luas Kota Manokwari Menurut Distrik

NO

Distrik

LUAS (km)

Persentase (%)

1

Manokwari Selatan

542,07

34,82

2

Manokwari Barat

237,24

15,24

3

Manokwari Timur

154,84

9,95

4

Manokwari Utara

622,79

40,00

1.556,94

100

jumlah

Sumber. BPS Kota ManokwariTahun 2012.

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

10

2.2.1.2.

Topografis Kota Manokwari mempunyai topografis daerah pantai, dataran rendah hingga perbukitan. Kota Manokwarimenurut pencatatan Stasiun Meteorologi dan Geofisika Rendani memiliki tingkat kelembaban udara relatif tinggi yang berkisar antara 80 - 86% dengan rata-rata kelembaban udara 83. Untuk jenis tanah Jenis tanah di Kota Manokwari menurut lembaga penelitian tanah adalah alluvial, mediteran, grey brown podsolik, complex of soils, red yellow podsolik, organosol, dan latosol. Secara umum, jenis tanah yang terdapat di Kota Manokwarimempunyai sifat asam, yaitu nilai pH lebih dari 8. Jenis tanah berkorelasi positif terhadap kedalaman efektif tanah. Kedalaman efektif tanah adalah batas kedalaman yang dapat ditembus oleh akar tanaman untuk menyerap unsur hara. Semakin dalam lapisan tanah maka semakin besar pula kemungkinan tumbuhnya tanaman keras, sebaliknya bila tingkat kedalaman efektif tanah amat dangkal, maka hanya tanaman yang memiliki perakaran dangkal saja yang dapat tumbuh. Wilayah Kota Manokwarisecara umum mempunyai kedalaman efektif tanah > 25 cm. Adanya kendala kedalaman efektif tanah ini menyebabkan hanya beberapa jenis tanaman (terutama tanaman musiman) yang dapat tumbuh dengan baik. Pengolahan dan pemupukan lahan sangat diperlukan untuk mengintensifkan pengolahan pertanian.

2.2.1.3.

Hidrologi Berkaitan

dengan

kondisi

hidrologi,

air

permukaan

di

Kota

Manokwaritercerminkan dari kondisi sistem sungai. Sistem sungai yang ada di Kota Manokwari antara lain meliputi: Sistem Sungai Pami, Sistem Sungai Rendani, Sistem Sungai Sowi, Sistem Sungai Andai, Sistem Sungai Maripi, dan Sistem Sungai Maruni. Berdasarkan penelitian sebelumnya di daerah pantai yang mempunya i akuifer produktif dan luas penyebarannya, mempunyai debit kurang dari 5 liter/N Air tanah di daerah kajian sangat tergantung dari kondisi geologi dan morfologinya. Berdasarkan hal tersebut dari produktifitas akuifernya, daerah kajian dapat dibedakan menjadi dua (satuan), yaitu : (a) satuan dengan akuifer produktif sedang keterusan sedang-rendah (beragam), dijumpai pada batuan tersier; dan

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

11

(b) satuan langka airtanah, keterusan umumnya rendah-sangat rendah, setempat air tanah dalam jumlah terbatas dapat diperoleh terutama pada daerah lembah atau zona pelapukan batuan.s 2.2.1.4.

Iklim Perubahan iklim yang terjadi diseluruh dunia juga banyak mempengaruhi cuaca di kota manokwari. Badan meteorology dan geofisika (BMG) Rendani manokwari mencatat curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu mencapai 371 mm. hari hujan tertinggi pada bulan Mei-Juni.

Table 2.2 Jumlah curah hujan dan kelembaban udara

Bulan

banyaknya Dalam Derajat Celcius kelembaban udara (%) curah hujan hari hujan maksimum minimum januari 165.4 19 33.5 23 83 februari 80.3 19 33.2 23.2 85 maret 238.7 20 33.2 22.7 87 april 128.5 21 33.2 23 86 mei 401 24 33 23 86 juni 307.7 24 33.8 23 88 juli 216.2 17 32.6 22 89 agustus 251.7 22 32.4 21.3 86 september 172.4 19 32.8 22.8 86 oktober 142.5 19 33.1 21.4 85 november 204.9 21 33.6 22.8 83 desember 371.2 21 34 23.2 85 Sumber :Badan Meteorology klimatologi Dan Geofisika Kota Manokwari tahun 2012. 2.2.2.

Kependudukan

2.2.2.1. Perkembangan Penduduk Suatu wilayah kependudukan dalam suatu daerah perencanaan dapat dilihat dari laju pertumbuhan penduduk ,untuk merasakan suatu pembangunan yang nyata disuatu wilayah itu.pesatnya pertumbuhan penduduk Kota Manokwari tidak bisa dilepas dari semakin strategisnya manokwari baik secara ekonomi maupun politis. Jumlah penduduk Kota Manokwari pada tahun 2012 berjumlah 194.948 .dari jumlah penduduk tersebut 102,719 jiwa merupakan pria sedangkan penduduk wanita adalah 92,229 jiwa. Kota Manokwari terlihat memiliki

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

12

peningkatan yang cukup pesat begitu pula pada Distrik. Hal ini disebabkan pemekaran wilayah provinsi yang menjadikan Kota Manokwari sebagai ibukota provinsi. Pada tabel

dibawah terlihat bahwa penduduk di Kota

Manokwari terkosentrasi pada daerah kota yaitu Distrik manokwari barat. Table 2.3 Luas Wilayah Kota, Rumah Tangga, Penduduk dan Kepadatan Dirinci menurut Distrik, Pertengahan tahun 2011 Regency Area, Household, Population and Density In Manokwari Regency by District, mid 2011

No

Luas Area (km2)

Distrik

Jumlah Penduduk

Rumah tangga

1

Manokwari Barat

237,24

2

Manokwari Timur

154,84

9,298

1,611

60

3

Manokwari Utara

622,79

2,312

565

4

4

Manokwari Selatan

542,07

13,714

3,327

25

23,268

429

1.556,94

80,606

Kepadatan penduduk

17,761

1o5,930

340

Jumlah

Sumber : BPS Kota Manokwari Tahun 2012 2.2.2.2.

Struktur penduduk Kota Manokwarimemiliki jumlah penduduk yang berkisar sampai 194.948 jiwa, dengan komposisi 102,719 jiwa laki-laki, sedangkan wanita 92,229 jiwa.untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.4 Penduduk Kota Manokwari menurut Jenis Kelamin per Distrik Pertengahan tahun 2011 Population In Manokwari Regency by Sex and District mid 2011

No 18 19 20 21

Distrik Manokwari Barat Manokwari Timur Manokwari Utara Manokwari Selatan

Luas Area (km2) 237,24 154,84 622,79 542,07

Jenis kelamin Laki-laki 43,393 4,802 1,208 7,380

Perempuan 37,213 4,496 1,104 6,334

Jumlah Total 80,606 9,298 2,312 13,714

Sumber : badan pusat statistik kabpate Manokwari tahun 2012 STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

13

Tabel 2.5 Banyaknya Penduduk Kota Manokwari Dirinci Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin pertengahan tahun 2011 Jumlah penduduk Jumlah total Kelompok umur Laki-laki perempuan

0-4

11,676

11,676

22,585

5-9

11,129

11,129

21,680

10 - 14

10,224

10,224

19,664

15 - 19

9,418

9,418

18,371

20 - 24

11,327

11,327

21,577

25 - 29

11,032

11,032

21,131

30 - 34

9,873

9,873

18,451

35 - 39

7,511

7,511

14,018

40 - 44

6,642

6,642

12,111

45 - 49

4,795

4,795

8,870

50 - 54

3,438

3,438

6,327

55 - 59

2.306

2.306

4,160

60 - 64

1.564

1.564

2,829

65 - 69

901

901

1,582

70 - 74

497

497

889

75+

386

386

703

Jumlah total

102,719

92,229

194,948

Sumber : badan pusat statistik Kabupaten Manokwari tahun 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

14

2.2.3. 2.2.3.1.

Sosial Ekonomi Perekonomian Daerah Produk Domestik Regional Bruto Kota Manokwari maengalami kenaikan sebesar 548,477.10 dibandingkan tahun sebelumnya. Besarnya peningkatan ini menunjukkan bahwa adanya produktifitas yang meningkat dari sector – sector ekonomi. Kontribusi terbesar datang melalui sector pertanian dengan 25,81%. Tabel 2.6

Gross Regional Domestic Product Of Manokwari Regency At Current Price By Industrial Origin, 2010 – 2011 (Jutaan Rupiah) Lapangan usaha

2010

2011

(1)

(2)

(3)

1

Pertanian / Agriculture

813,451.41

861,601.21

2

Pertambangan dan Penggalian Minning and Quarryng

55,163.23

70,859.62

3

Industri / Industries

91,644.37

99,723.72

4

Listrik dan Air Bersih Electricity and Water Supply

25,788.71

28,337.07

5

Bangunan / Contruction

585,746.66

706,034.88

6

Perdagangan Hotel dan Restoran Trading, Hotels and Restaurant Pengangkutan dan Komunikasi Transportation and Communication Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

447,150.85

528,029.97

278,156.93

310,023.50

155,436.20

184,562.35

494,139.76

548,477.10

NO

7 8

9

Jasa - jasa / Service

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Manokwari Tahun 2012 Tabel 2.7 Laporan Realisasi APBD Kota Manokwari tahun 2011 URAIAN

NILAI

A. PENDAPATAN

864,735,611,742

B. BELANJA DAERAH

799,990,368,457

C. PEMBIAYAAN

58,826,254,249

JUMLAH

1,723,552,234,448

Sumber BPS Kota Manokwari 2012. STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

15

2.2.3.2.

Sektor-Sektor Unggulan

Sektor Perdagangan. Ssektor ini merupakan salah satu sector yang mendukung pertumbuhan kota secara ekonomi. Pusat perdagangan skala regional meliputi : pasar regional, pasar grosir atau pasar induk, pusat perbelanjaan, ruko, show room, elektronik, sandang/pakaian, minimarket/supermaket, perbengkelan, toko bangunan, toko mebel/interior, restouran atau rumah makan dan sejenisnya.

Sektor Jasa. Pusat jasa skala Kota, meliputi perbankan (kantor cabang), fasilitas bank untuk pengkreditan rakyat (bpr), pengembangan koperasi kud, bengkel mobil dan sepeda motor, elektronik, salon, wartel, foto copy, money changer, pegadaian, jasa pengiriman dan jasa umum lainnya. Pusat jasa pemerintahan umum

yang merupakan pusat pelayanan skala

regional maupun provinsi papua barat berada di sekitar arfai. Sektor pariwisata. Pengembangan kawasan pariwisata Teluk Sawaibu yang membawa banyak dampak secara tidak langsung (multiplier effect) bagi perkembangan perekonomian di wilayah perkotaan.

2.2.4.

Transportasi.

2.2.4.1. Transportasi Darat Jaringan jalan di Kota Manokwarisaat ini terbagi menjadi beberapa fungsi, yaitu jalan arteri primer, kolektor primer, kolektor sekunder, lokal dan lingkungan. Pengelompokan jalan berdasarkan fungsi tersebut merujuk pada UU No 38 tahun 2004 dan PP No 34 tahun 2006 tentang jalan. (a)

Jaringan perjalanan

Jalan

Arteri,

yaitu

jarak jauh dengan

tipe

jaringan yang

menampung

lalu-lintas

kecepatan rata-rata tinggi, jumlah jalan masuk

dibatasi secara berdaya guna. (b)

Jaringan jalan Kolektor, yaitu tipe untuk menampung lalu-lintas dari dan ke pusatpusat kegiatan daerah kota, kecepatan sedang, jumlah jalan masuk dibatasi.

(c)

Jaringan Jalan Lokal, yaitu tipe jaringan jalan untuk menampung lalu lintas antar blok/jarak dekat, kecepatan rendah, jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

(d)

Jaringan Jalan Lingkungan, yaitu tipe jaringan jalan yang melayani angkutan lingkungan, jarak dekat, kecepatan rendah. STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

16

Sementara yang dimaksud dari: (a)

Jaringan Jalan Primer, yaitu sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan; dan

(b)

Jaringan Jalan Sekunder, yaitu sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan. Sebagian besar jalan tersebut sudah beraspal. Semakin memadai jaringan jalan yang tersedia, maka akan berpengaruh terhadap kelancaran transportasi angkutan sampah. Termasuk di dalamnya adalah lebar badan jalan, sempadan pagar dan sempadan bangunan akan berpengaruh terhadap kelancaran lalu lintas di jalan.

Gambar 2.1. Kenampakan Jalan Trikora Wosi dan Jalan Yos Sudarso

Kota Manokwaridilewati Jalan Arteri Manokwari, yang mempunyai klas primer, berfungsi untuk arus kendaraan berat dan arus kendaraan pribadi. Jalan tersebut juga terbebani oleh lalu-lintas lokal yang melayani pergerakan antar pusat kegiatan di Kota Manokwari, hal ini terjadi karena kurangnya jalan yang sejajar dengan jalan arteri tersebut.

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

17

Tabel 2.8 nama dan fungsi jalan eksisting Nama Jalan Jl Jend Sudirman Jl Merdeka Jl Yogyakarta Jl Siliwangi Jl Bhayangkara sJl Pantai Pasir Putih Jl Brawijaya Jl Gunung Salju (lampu merah s/d pertigaan Jl Merapi) Jl Gunung Salju (pertigaan Jl Merapi s/d kaw UNIPA ) Jl Yos Sudarso Jl Trikora Jl Trikora Wosi Jl Pasir Jl Trikora Tamanria Jl Esau Sesa Jl Trikora Sowi Jl Pertanian Jl Pahlawan Jl S. Condro-negoro Jl Percetakan Negara Jl Karya Abri Jl Ekonomi Jl Merapi Jl Wirsi Jl Simponi Rindu Jl Durian Jl Nenas Jl Toba Kampung Makasar Kampung Jawa Kampung Ambon Jl Litban Anggori Jl Wosi Dalam Jl Wajib Senyum Jl Swaven Jl AMD

Lebar sBadan Jalan (m) 6,2 7 7 10 7,5 7,5 6

KP KP Lokal KP KP KP Lokal

Lebar Drainase (m) 0,8 (2) 0,7 (2) 0,7 (2) 0,7 (2) 0,6 (2) 0,5 (1) -

Lebar Trotoar (m) 1,4 (2) 1,2 (2) 1,5 (1) -

8

KssP

0,7 (2)

15

KP

15 15 18 8,5 11 7 7 6,5 15 10,5 11 7 6 7 3,5 2,5 3,5 3,5 4,6 4,5 4 6 7 6,5 4 7 3,5

Fungsi Jalan

AP AP AP Lokal KS AP AP Lokal KS KP KS Lokal Lokal Lokal Lingk Lingk Lingk Lingk Lingk Lingk Lingk Lingk KP Lokal Lokal Lokal Lingk

Sempadan Pagar (m)

Sempadan Bangunan(m)

6,3 11,1 7 7,5 5,3 4,75 7

11,3 13,8 9 14,5 12,3 9,75 10

1,5 (1)

11,5

18,5

-

-

9,5

11,5

0,5 (2) 0,5 (2) 0,5 (1) 0,7 (2) 0,8 (1) 0,8 (2) 0,6 (1) 0,6 (2) 0,8 (2) 0,8 (1) 1 (2) 0,8 (2) 0,7 (2) 0,35 (1) 0,35 (2) 0,5 (2) 0,35 (1) 0,35 (1) 0,8 (2) 0,5 (1) 0,5 (1) 0,35 (2)

1,5 (2) -

9,5 10,5 12,25 8,5 13,5 8,7 4,5 5,5 11,2 5,9 8,5 5 5,5 8 2,75 2 3 3 7 2,5 3 4,8 8,5 5 3 7,5 2,2

14 12,5 17,25 15,5 17,5 11,7 6,5 8,25 17,2 7,9 12,5 8 10,5 14 4,75 4 5 5 9 3 4 6,8 13,5 7 8 12,5 4

Sumber: Hasil Survei, 23 Juli – 29 Juli 2009 Keterangan: *S empadan pagar dan sempadan bangunan dihitung dari as jalan Jalan-jalan Kota yang disamping menjadi penghubung di dalam wilayah perencanaan antar Distrik yaitu Manokwari Barat, Manokwari Timur, Manokwari Selatan dan Manokwari Utara. Jalan-jalan Kota juga menjadi penghubung antara STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

18

Distrik dalam kota dengan Distrik luar kota. Geometri pengertian

tentang Ruang Manfaat

jalan

mengandung

Jalan (RUMAJA), Ruang Milik Jalan

(RUMIJA) dan Ruang Pengawasan Jalan (RUWASJA), sebagaimana

tersebut

dalam UU No. 38 Tahun 2004 tentang jalan dan PP No. 34 Tahun 2006. Sebagian besar geometri jalan yang ada di wilayah perencanaan belum sepenuhnya memenuhi

kriteria jalan,

baik

mengenai sempadan pagar maupun sempadan

bangunannya. Jalan-jalan Kota perlu adanya peningkatan / perbaikan konstruksi untuk mengantisipasi perkembangan kegiatan dan ruang yang terjadi. Berdasarkan hasil survei lapangan, menunjukkan bahwa klas jalan yang telah ditetapkan di Kota Manokwari, baik sebagai jalan arteri, kolektor, maupun lokal sebagian telah sesuai dengan standar yang berlaku, meskipun nilai LHR-nya masih sedikit kurang mendekati standar tersebut.

2.2.4.2.

Transportasi Udara Pengembangan sistem jaringan udara direncanakan antara lain Bandara Nasional, Bandara Regional dan Bandara Lokal. Bandara Nasional memiliki skala pelayanan regional dan nasional hingga ke wilayah luar Kota Manokwari, bandara regional yang juga berfungsi sebagai pendorong perkembangan wilayah memiliki skala pelayanan regional yaitu mencakup beberapa Distrik atau wilayah pengembangan. Sedangkan bandara lokal direncanakan selain sebagai alternatif perangkutan juga untuk mengantisipasi adanya aktifitas-aktifitas insidental misalnya pengangkutan bahan pokok mengingat jangkauan wilayah yang masih relatif sulit untuk dilalui dengan jalur darat. Rencana dan arah pengembangan sistem jaringan prasarana transportasi udara adalah sebagai berikut; 1. Pengembangan Bandara Nasional Rendani di Distrik Manokwari Selatan 2. Peningkatan bandara lokal yang sudah ada diantaranya : Bandara Perintis (Isim, Ambarbaken, dan Senopi serta Testega) dan Bandara Regional (Kebar dan Anggi). Kondisi eksisting Bandar Udara Rendani, saat ini masih dalam tahap pengembangan lebih lanjut untuk perluasan terminal tunggu dan terminal kedatangan. Secara fisik gedung yang ada terbilang Sudah cukup memadai fasilitasnya, dan pada saat ini sedang dalam tahap pengembangan.

Sampai saat ini, pesawat terbesar yang bisa mendarat di Bandar Udara Rendani Manokwari adalah jenis Boeing 737-200, kemudian juga pesawat jenis Fokker STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

19

100 serta pesawat perintis. Hal ini terkait dengan panjang Landasan Pacu atau Runway di bandara tersebut yang belum memungkinkan pesawat yang lebih besar untuk bisa mendarat. Jika dilihat pertumbuhan volume penumpang dan kargo dari tahun ke tahun yang mengalami kenaikan, Akibat positif dari pengembangan bandara adalah semakin terbukanya akses ke Manokwari baik nasional maupun internasional. Hal tersebut akan semakin membuka peluang para investor untuk menanamkan modalnya. Hasil akhirnya adalah semakin pesatnya pertumbuhan ekonomi di Manokwari dan sekitarnya. Pada saat ini maskapai yang melayani rute dari dan ke Manokwari adalah Merpati Nusantara, Batavia Air dan Express Air serta perintis. Berdasarkan data-data yang ada yaitu dari BPS maupun dari Rencana Induk Bandar Udara Rendani, perkembangan volume penumpang adalah seperti tabel berikut : Pada saat ini maskapai yang melayani rute dari dan ke Manokwari adalah Merpati Nusantara, Batavia Air dan Express Air serta perintis. Berdasarkan data-data yang ada yaitu dari BPS maupun dari Rencana Induk Bandar Udara Rendani, perkembangan volume penumpang adalah seperti tabel berikut : Tabel 2.10 Penumpang dan Frekuensi Pesawat di Bandara Rendani Tahun 2012 No.

Jenis Data

Jumlah

a.

Pesawat Berangkat

3.869

b.

Pesawat Datang

3.833

c.

Penumpang Berangkat

138.877

d.

Penumpang Datang

130.243

e.

Penumpang Transit

48.605

f.

Bongkar Barang

437.951

g.

Muat Barang

387.030

Sumber: Data BPS Manokwari Dalam Angka Tahun 2011

Gambar 2.2 bandara rendani manokwari dalam tahap penyelesaian STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

20

2.2.4.3.

Transportasi Laut. Kondisi eksisting pelabuhan di Manokwari, pada saat ini sudah ada beberapa pelabuhan laut dengan beberapa kegunaan:

1) Pelabuhan campuran, lokasinya ada di Distrik Manokwari Timur 2) Pelabuhan militer, lokasinya ada di Sowi dekat perbatasan Anday 3) Pelabuhan minyak, lokasinya ada di Sanggeng 4) Pelabuhan semen, lokasinya ada di Maruni Distrik Manokwari Selatan Rencana Pengembangan sistem dan jaringan transportasi laut didasarkan pada berkembangnya bidang sosial dan ekonomi penduduk di wilayah perencanaan, sehingga kebutuhan akan sandang, pangan dan berbagai fasilitas lainnya meningkat. Hasil bumi maupun industri di wilayah yang bersangkutan yang terus meningkat perlu pemasaran keluar daerah. Maka diperlukan sarana dan prasarana keluar masuk barang dari dan ke daerah yang bersangkutan dalam hal ini adalah pelabuhan laut. Berdasarkan data BPS tahun 2011, barang yang dibongkar dan dimuat serta penumpang yang naik turun seperti pada tabel berikut ini: Tabel 2.11 Jumlah Bongkar Muat Barang dan Penumpang di Pelabuhan Manokwari Dalam 1 Tahun (2012) No.

Aktifitas

Volume

1.

Bongkar barang

266.807.494

2.

Muat barang

56.291.774

3.

Kunjungan kapal

1.254 kali

4.

Penumpang turun

112.293 orang

5. Penumpang naik 104.572 orang Sumber: Data BPS Manokwari dalam Angka Tahun 2012. Muat barang dapat menggambarkan seberapa besar sumberdaya di Kota Manokwariyang mampu di ekspor keluar daerah. Bila dilihat bongkar barang memiliki nilai yang jauh lebih besar. Kebutuan di Kota Manokwarimasih banyak dipenuhi oleh barang dari luar daerah. h di kaKunjungan kapal ke Kota Manokwarimengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Kota Manokwaridiharapkan mampu terus meningkatkan promosi daerah, sehingga semakin banyak penduduk dalam maupun luar negeri yang menikmati Kota Manokwari. Kunjungan kapal dan orang mampu memberikan manfaat dengan kemajuan dalam bidang sosial ekonomi.

Gambar 2.3 kondisi eksisting pelabuhan di Kota Manokwari STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

21

2.2.5.

Sarana Dan Prasarana.

2.2.5.1.

Prasarana Dasar

2.2.5.1.1.

Air Bersih. Jaringan air bersih di Kota Manokwari terdiri penggunaan Sumur Bor dan Jaringan Pipa yang berasal dari dinas PDAM. Khusus untuk penggunaan air

tanah di Kota Manokwari, dibutuhkan

penanganan lebih lanjut karena air tanah masih memiliki zat kapur yang cukup tinggi. 2.2.5.1.2.

Jaringan Listrik Pusat produksi dan suplai listrik di Kota Manokwari bertempat di PLTD Sanggeng. Dengan menggunakan 10 unit pembangkit tenaga listrik yang memprduksi sekitar 82,381,260 kwh,yang terjual sebesar 74,183,403 kwh dan harga jual sebesar Rp.9,705,583,700,-. Daerah yang dilayani meliputi Distrik manokwari barat, Distrik manokwari timur, Distrik manokwari utara, dan Distrik manokwari selatan.

Tabel 2.12 Banyaknya tenaga listrik yang di produksi, terjual dan jumlah penjualan tahun 2011.

Banyaknya

Kwh

Produksi

82,381,260

terjual

74,183,403

dialirkan

82,381,260

Sumber : BPS Kota Manokwari tahun 2012.

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

22

Tabel 2.13 Banyaknya unit pembangkit tenaga listrik, kapasitas terpasang, kemampuan mesin, dan beban puncak tahun 2012. Lokasi

Banyaknya unit

Kapasitas terpasang

Kemampuan mesin

Beban maksimum

(KW)

(KW)

17,960

14,000

(KW)

Sanggeng

10

Sidey

2

200

165

118

Ransiki

4

280

235

222

Oransbari

3

450

370

225

Warkapi

1

20

18

16

Mansinam

1

20

18

17

Igor

-

-

-

-

Nuni

1

40

30

18

Siwi

1

40

35

12

23

26,358

18,831

14,628

Jumlah

25,304

Sumber : BPS Kota Manokwari Tahun 2011.

Tabel 2.14 Banyaknya pelanggan, KWH terpasang,dan jumlah gardu tahun 2011 Sanggeng

Banyaknya pelanggan 23,897

Sidey

558

373,350

4

Ransiki

537

456,150

7

OransbarI

72

522,100

5

Warkapi

64

49,150

-

Mansinam

-

48,200

-

Igor

117

-

-

Nuni

92

91,850

3

Siwi

809

59,800

-

Jumlah

26,148

41,346,935

198

Lokasi

KW terpasang

Jumlah gardu

39,745,935

179

Sumber : BPS Kota Manokwari tahun 2012. STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

23

2.2.5.1.3.

Jaringan Telekomunikasi. Terbentuknya pembangunan suatu perkotaan tidak lepas dari akses telekomunikasi yang menjadi salah satu kebutuhan manussia akan media informasi.untuk itu di Kota Manokwarisendiri dilakukan pembangunan kantor Pos sebanyak 1 buah. Selain itu terdapat 1 buah kantor telekomunikasi yang berlokasi di Distrik maanokwari barat yang melayani daerah manokwari timur, manokwari utara, dan manokwari selatan.

2.2.5.1.4.

Jaringan Drainase. Pengembangan drainase bertujuan untuk mengalirkan air hujan sedemikian rupa sehingga tidak lagi menimbulkan bahaya (banjir) atau gangguan lingkungan (genangan air). Sedangkan sasaran jangka panjangnya

adalah untuk

menetapkan suatu jaringan drainase yang terpadu, yang praktis dioperasikan dan dipelihara, mengurangi bahaya banjir dan genangan air, menjaga/menciptakan kondisi lingkungan yang baik.Rencana bentuk sistem drainase berupa: saluran drainase, sumur peresapan air hujan (SPAH), dan kolam retensi. Rencana saluran drainase sebagian besar mengikuti jaringan jalan yang ada, rencana SPAH tersebar mengikuti distribusi permukiman, sedangkan rencana kolam retensi menggunakan kolam/dam eksisting. Kolam retensi berfungsi sebagai penampung sementara dari limpasan (over land flow) di sekitarnya. Masalah yang sering muncul dalam jaringan drainase adalah adanya genangan atau runoff (aliran permukaan). Air hujan tidak dapat tertampung atau masuk ke saluran drainase

karena

terhambat

oleh

sedimen

ataupun

sampah.

Rencana

penanggulangan genangan air hujan dilakukan dengan pemeliharaan dan perbaikan saluran yang sudah ada, peningkatan saluran yang sudah ada antara lain dengan: pembuatan pasangan batu pada saluran tersebut sehingga lebih kuat dan kapasitasnya lebih besar, serta pembuatan saluran baru. Dengan demikian diharapkan akan dapat mengatasi luapan dan genangan-genangan walaupun hanya pada waktu hujan saja. Di Kota Manokwarisendiri sudH Memiliki saluran drainase yang sudah cukup memadai. Hal yang perlu di tingkatkan di situ adalah mengenai masalah perawatan dan pemeliharaan.

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

24

2.2.5.1.5.

Persampahan.

Sistem Penanganan sampah Kota Manokwarisaat ini adalah sistem setempat dan sistem terpusat. Teknik operasional sistem setempat yang ada saat ini adalah sebagai berikut ini. (a)

Sistem individu Pada sistem ini, penduduk mengumpulkan sampah di pekarangan, kemudian dibakar, atau penduduk membuat lubang untuk pembuangan sampahnya. Untuk wilayah pingggiran kota, dengan kavling tanah berukuran besar, kepadatan penduduk masih rendah, sistem ini tidak akan berdampak negatif bagi kesehatan. Ada juga diantaranya yang langsung membuang sampah ke selokan atau sungai atau laut. Dengan sistem yang kedua ini jelas akan menyebabkan pencemaran lingkungan.

(b)

Sistem bersama Pada sistem ini diorganisir oleh pengurus kampung atau kelurahan/desa. Tempat pembuangan sampah tersebut biasanya dekat dengan permukiman. Sebagian tempat pembuangan sementara belum memperhatikan dampak lingkungan sekitarnya, sehingga menggangu lingkungan dan menimbulkan pencemaran terhadap air tanah dan air permukaan. Hal ini akan berdampak negatif kesehatan masyarakat. Air tanah yang tercemar masuk ke sumursumur dangkal yang airnya digunakan untuk air minum. Untuk sistem terpusat, teknik operasionalnya adalah sampah dari penduduk diwadahi kantung plastik atau bak sampah dari bambu kemudian diletakkan di depan rumah atau toko atau di pinggir jalan. Ada juga yang langsung dibuang ke TPS. Truk sampah akan mengangkut sampah-sampah tersebut ke TPA. Tetapi karena truk sampah frekwensi pengambilannya rendah, maka ada penduduk yang tidak sabar sehingga membakar sendiri sampahnya atau membuang ke sungai atau ke selokan, walaupun warga tersebut termasuk pelanggan untuk pengambilan sampah. Masalah frekwensi pengambilan yang rendah inilah yang sering dikeluhkan penduduk, karena hal itu berakibat sampah membusuk sebelum diangkut terutama sampah basah, yang akan mendatangkan lalat atau bau yang tidak sedap.

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

25

Pengangkutan sampah tersebut dikelola oleh Bidang Perumahan dan Penyehatan Lingkungan Dinas Pekerjaan Umum Kota Manokwari, jadi tidak melibatkan pihak swasta. Alat angkut yag dipakai diantaranya Dump Truk dan Armroll Truk. Secara umum kondisi prasarana sampah seperti TPS, masih kurang perlu adanya peningkatan jumlah dari prasarana tersebut. Selain itu peningkatan perlu dilakukan dalam hal pemeliharaan serta perbaikan TPS yang sudah tidak layak guna dan sudah rusak.

(a)

(b)

Gambar : (a) proses pembuangan sampah di TPS. (b) salah satu prasarana TPA . 2.2.5.2.

Sarana

2.2.5.2.1.

Sarana pendidikan Peningkatan sumber daya manusia di Kota Manokwariterlihat sudah cukup

maju. Hal ini dapat kita lihat dengan adanya pembangunan serta penyediaan fasilitas pendidikan yang menjadi sarana pendukungnya. Salah satu kebutuhan dasar masyarakat adalah Pendidikan. Semakin banyak masyarakat yang dapat memperoleh pendidikan, maka semakin tinggi kualitas kehidupan dan lingkungannya. Pengembangan fasilitas pelayanan pendidikan dimungkinkan dengan mengacu pada standar SNI yang berlaku, yakni SNI 03-1733-1989. SNI tersebut berisi tentang tata cara perencanaan kawasan perumahan kota. Dimana di dalamnya diatur standar daya layan dan kebutuhan luas lahan minimum untuk masing-masing jenis fasilitas pendidikan. Jenis fasilitas pendidikan yang diatur mencakup tingkat taman kanakkanak (TK) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Untuk akademi, universitas, dan sejenisnya tidak diatur dalam SNI karena memiliki skala pelayanannya sangat luas (provinsi, nasional, dan atau internasional). Pada BWP Manokwari terdapat beberapa Akademi, Universitas, dan Sekolah Tinggi lainnya. Antara lain: Universitas Negeri Papua (UNIPA), Institut Sains Dan Teknologi Indonesia STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

26

Manokwari, Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Manokwari, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Mah-Eisa, Politeknik Cratindo Manokwari, dan STKIP Muhammadiyah Manokwari.

Tabel 2.15 Kondisi kondisi fasilitas sarana pendidikan di Kota Manokwari tahun 2012

Distrik

Penduduk 2012

manokwari barat

82.451

Manokwari timur

9.673

Manokwari utara

3.146

Manokwari selatan Jumlah

14.332

Jumlah Fasilitas Eksisting

Kebutuhan 2012

TK

SD

SLTP

SMA

TK SD SLTP SMA

18

34

10

11

66

52

17

17

2

9

2

2

8

6

2

2

1

8

1

0

3

2

1

1

2

9

1

0

11

9

3

3

23

60

14

13

88

69

23

23

Sumber : Kota Manokwari dalam Angka diolah (Analisis Studio 2012)

Pada Tahun 2017, jumlah penduduk di BWP Manokwari diproyeksikan menjadi 151.343 jiwa. Kebutuhan fasilitas pendidikan Sub BWP A terbesar berada pada Blok A3. Kebutuhan untuk TK sebanyak 35 unit, SD 27 unit, SLTP 9 unit, dan SMA 9 unit. Sedangkan untuk Sub BWP C, kebutuhan fasilitas pendidikan terbesar terletak pada Blok C2, dengan 14 unit TK, 11 unit SD, 4 unit SLTP, dan 4 unit SMA. Pada Tabel 5.8, terdapat hal yang menarik. Pada Sub BWP E tidak terdapat kebutuhan akan fasilitas pendidikan. Hal ini dikarenakan jumlah penduduknya yang belum memenuhi standar daya layan. Jumlah penduduk untuk Sub BWP E hanya 674 jiwa. Padahal untuk 1 (satu) unit TK saja membutuhkan 1.250 jiwa. Sehingga masyarakat di Sub BWP E harus pergi ke Sub BWP di sekitarnya untuk mengenyam pendidikan. Alternatif lainnya adalah dengan membangun fasilitas pendidikan yang saling terintegrasi, agar mampu menampung kebutuhan masyarakat. Secara keseluruhan, BWP Manokwari pada tahun 2017 membutuhkan

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

27

121 unit TK, 93 unit SD, 30 unit SLTP, dan 30 unit SMA. Dengan luas kebutuhan lahan minimum terbesar adalah untuk SMA sebesar 375.000 m2. Tabel 2.16. Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Pendidikan Tahun 2017 Bagian Wilayah Sub BWP A

Penduduk Luas (Ha) 2017

Kebutuhan Fasilitas (Unit) TK SD SLTP SMA

Kebutuhan Lahan (m2) TK

SD

SLTP

SMA

1.652,171

93.969

76 59

19

19

A1

347,364

20.691

17 13

4

4

8.500

26.000

36.000

50.000

A2

1.033,745

29.632

24 19

6

6

12.000

38.000

54.000

75.000

A3

271,062

43.646

35 27

9

9

17.500

54.000

81.000 112.500

2.778,924

11.385

9

6

2

2

4.500

B1

519,523

3.816

3

2

1

1

1.500

4.000

9.000

12.500

B2

1.176,989

1.745

1

1

0

0

500

2.000

0

0

B3

651,527

5.131

4

3

1

1

2.000

6.000

9.000

12.500

B4

430,885

693

1

0

0

0

500

0

0

0

23 18

6

6

0

0

0

0

0

0

0

0

Sub BWP B

38.000 118.000 171.000 237.500

12.000

18.000

25.000

Sub BWP C

5.608,901

28.533

C1

2.771,538

40

C2

1.666,049

17.658

14 11

4

4

7.000

22.000

36.000

50.000

C3

1.171,314

10.835

9

7

2

2

4.500

14.000

18.000

25.000

Sub BWP D

8.257,33

16.782

13 10

3

3

D1

4.731,191

359

0

0

0

0

0

0

0

0

D2

1.744,335

9.763

8

6

2

2

4.000

12.000

18.000

25.000

D3

1.781,804

6.660

5

4

1

1

2.500

8.000

9.000

12.500

Sub BWP E

3.902,048

674

0

0

0

0

0

0

0

0

E1

729,767

311

0

0

0

0

0

0

0

0

E2

2.081,722

0

0

0

0

0

0

0

0

0

E3

1.090,559

363

0

0

0

0

0

0

0

0

22.199,374 151.343 121 93

30

30

Grand Total

11.500 36.000

6.500

20.000

54.000

27.000

75.000

37.500

60.500 186.000 270.000 375.000

Sumber: Analisis Studio, 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

28

2.2.5.2.2.

Sarana Kesehatan Kota Manokwarisudah memiliki beberapa fasilitas kesehatan. Untuk rumah sakit yang berada di Kota Manokwariantara lain: Rumah Sakit Umum Manokwari, Rumah Sakit TNI AL Manokwari, dan Rumah Sakit Dim 1703 Manokwari. Kondisi eksisting fasilitas kesehatan di Kota Manokwarisudah cukup memenuhi kebutuhan masyarakat. Keberadaan puskesmas tahun 2012 sudah mencukupi kebutuhan penduduk, bahkan untuk Distrik manokwari barat memiliki 3 (tiga) unit. Padahal kebutuhannya hanya 1 (satu) unit saja. Puskesmas pembantu (Pustu) yang ada juga sudah dapat memenuhi kebutuhan fasilitas. Berikut ini (Tabel 5.13) gambaran perbandingan kondisi eksisting tahun 2012 fasilitas kesehatan dengan kebutuhan fasilitas kesehatan berdasarkan daya layan menurut standar daya layan SNI. Tabel 2.17. Kondisi Fasilitas Kesehatan di BWP Manokwari Tahun 2012

Bagian Wilayah Manokwari barat manokwari timur Manokwari utara Manokwari selatan Jumlah

Kondisi Eksisting Kebutuhan 2012 Penduduk Balai Balai 2012 Puskesmas Pustu Posyandu Apotik Puskesmas Pustu Posyandu Apotik Pengobatan Pengobatan 82.452

3

3

2

25

27

1

3

33

66

3

9.674

1

5

0

14

0

0

0

4

8

0

3.147

1

4

0

11

0

0

0

1

3

0

14.332

1

1

0

20

0

0

0

6

11

0

109.605

6

13

2

70

27

1

3

44

88

3

Sumber: Analisis Studio, 2012 Proyeksi kebutuhan fasilitas kesehatan pada 5 tahun pertama atau tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 5.14. Kebutuhan akan puskesmas tidak ditemukan pada semua Sub BWP Manokwari. Hal ini dikarenakan belum terpenuhinya standar daya layannya. Bila dilihat pada tabel sebelumnya (Tabel 5.12), kebutuhan puskesmas di Sub BWP A dan C adalah 1 (satu) unit, ini karena jumlah penduduk Sub BWP tersebut digabung. Untuk kebutuhan Pustu, di Sub BWP A membutuhkan 3 unit dan Sub BWP C membutuhkan 1 unit. Secara keseluruhan kebutuhan fasilitas pelayanan kesehatan BWP Manokwari tahun 2017, antara lain: 4 unit Pustu, 60 unit Balai Pengobatan, 121 unit Posyandu, dan 4 unit Apotik. 4 Unit Pustu membutuhkan lahan minimum seluas 1.200 m2, dan 60 unit balai pengobatan membutuhkan lahan 18.000 m2. STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

29

Dari hasil analisis seperti tersaji pada Tabel 5.14. mengenai proyeksi fasilitas kesehatan dan kebutuhan luas lahannya pada tahun 2017, BWP Manokwari masih memiliki fasilitas kesehatan yang cukup untuk melayani kebutuhan kesehatan penduduknya. Proyeksi penduduk pada tahun 2017 masih dapat dilayani oleh ketersediaan fasilitas kesehatan yang ada saat ini (eksisting) di BWP Manokwari. Pada tahap ini sangat penting untuk meningkatkan kualitas dari failitas kesehatan, karena dari sisi kuantitasnya tidak memerlukan penambahan. Kota Manokwari, dalam hal ini lingkup BWP Manokwari, merupakan salah satu wilayah yang endemik penyakit malaria. Karena aspek kesehatan merupakan salah satu hal yang paling mendasar, maka sangat penting juga memperhatikan faktorfaktor lain penunjang fasilitas kesehatan tersebut. Seperti halnya tenaga medis, obatobatan dan lain sebagainya. Pada Tabel sebelumnya (Tabel 5.13) sudah terlihat bahwa fasilitas yang ada saat ini terutama fasilitas kesehatan yang paling utama yaitu puskesmas dan puskesmas pembantu atau pustu, jumlah keberadaannya (unit) melebihi dari kebutuhan menurut perhitungan teknis. Tabel 5.14. menunjukkan sampai dengan 5 tahun ke depan, yaitu tahun 2017, fasilitas kesehatan yang ada masih mencukupi untuk melayani penduduk BWP Manokwari.

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

30

Tabel2.17. Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Kesehatan Tahun 2017 Kebutuhan Bagian Wilayah

Kebutuhan Fasilitas (Unit) Luas Lahan (m2)

Penduduk 2017 Puskesmas Pustu

Balai Pengobatan

Posyandu

Apotik Puskesmas

Pustu

Balai Posyandu Apotik Pengobatan

Sub BWP A

93.969

0

3

37

76

3

0

900

11.100

4.560

750

A1

20.691

0

1

8

17

1

0

300

2.400

1.020

250

A2

29.632

0

1

12

24

1

0

300

3.600

1.440

250

A3

43.646

0

1

17

35

1

0

300

5.100

2.100

250

Sub BWP B

11.385

0

0

5

9

0

0

0

1.500

540

0

B1

3.816

0

0

2

3

0

0

0

600

180

0

B2

1.745

0

0

1

1

0

0

0

300

60

0

B3

5.131

0

0

2

4

0

0

0

600

240

0

B4

693

0

0

0

1

0

0

0

0

60

0

Sub BWP C

28.533

0

1

11

23

1

0

300

3.300

1.380

250

C1

40

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

C2

17.658

0

1

7

14

1

0

300

2.100

840

250

C3

10.835

0

0

4

9

0

0

0

1.200

540

0

Sub BWP D

16.782

0

0

7

13

0

0

0

2.100

780

0

D1

359

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

D2

9.763

0

0

4

8

0

0

0

1.200

480

0

D3

6.660

0

0

3

5

0

0

0

9.00

300

0

Sub BWP E

674

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

E1

311

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

E2

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

E3

363

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

Grand Total

151.343

0

4

60

121

4

0

1.200

18.000

7.260

1.000

Sumber: Analisis Studio, 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

31

2.2.5.2.3.

Sarana Peribadatan Kota Manokwaridikatakan sebagai “kota injil” .Mayoritas pemeluk agama di Kota Manokwariadalah beragama Kristen. Hal ini ditunjukkan dengan presentase yaitu sebesar 73,19 dibanding kan agama islam, hindu dan budha. Fasilitas peribadatan di Kota Manokwarilebih didominasi oleh gereja, antara lain, gereja protestan, khatolik, GKI, GBI,GPDI, DAN gereja pentakosta.

Tabel 2.18 Banyaknya Golongan Pemeluk Agama Tahun 2012 Agam Presentase 73,19 Kristen Protestan 3,18

Katolik

23,27

Islam

0,26

Hindu

0,10

Budha

100

Jumlah Sumber : BPS Kota Manokwari tahun 2012

2.3.

Tata Ruang

Konsep tata ruang Kota Manokwaripada dasarnya bertujuan untuk memenuhi tujuan pembangunan kota serta fungsi dan peranan kota, Dalam hal ini konsep tata ruang Kota Manokwaridibagi dalam dua kelompok, yaitu konsep makro dan konsep mikro. (a)

Konsep Tata Ruang Makro Konsep tata ruang makro ditekankan keterkaitan unsur-unsur Manokwaridengan wilayah luar kota, yang diuraikan berikut ini. 





Kota

Pengembangan pelabuhan laut Kota Manokwarisebagai sarana pergantian moda transport (terutama untuk penumpang dan barang dengan volume besar tetapi dengan waktu perjalanan cukup panjang) dan wilayah pelayanan Kota Manokwarike luar dan sebaliknya, sekaligus sebagai pelabuhan ekspor-impor. Pengembangan pelabuhan/bandar udara Kota Manokwarisebagai sarana pergantian moda transport (terutama untuk penumpang dan barang dengan waktu perjalanan cukup singkat tetapi dengan volume kecil) dan wilayah pelayanan Kota Manokwarikeluar dan sebaliknya, maupun dalam wilayah Kota. Pengembangan transportasi darat yang mampu meningkatkan hubungan Kota Manokwaridengan wilayah yang ada di sekitarnya. STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

32

 

(b)

Pengembangan pusat perdagangan eceran regional untuk komoditi perdagangan barang-barang kebutuhan sekunder dan tersier. Pengembangan kawasan wisata alam dan budaya, sejarah, pendidikan untuk kebutuhan rekreasi dan pendidikan bagi penduduk Kota Manokwaridan daerah sekitarnya serta bagi rekreasi pencinta alam.

Konsep Tata Ruang Mikro Konsep tata ruang mikro ditekankan pada keterkaitan antar unsur-unsur yang ada di dalam wilayah Kota Manokwari, seperti diuraikan berikut ini. 

   



   

Pengembangan pusat-pusat Bagian Wilayah Kota (BWK) di luar kawasan pusat kota dengan tujuan menyebarkan dan menjalankan fungsi pelayanan ke bagian wilayah kota. Pengembangan sistem jaringan transportasi untuk menghubungkan pusatpusat BWK. Pengembangan kawasan industri terutama industri kecil/ ringan dan industri hasil pertanian ke arah selatan kota serta ke lokasi dekat sumber bahan baku. Pembatasan pertumbuhan industri polutif yang menyebar di kawasan pemukiman dan mengarahkannya ke bagian selatan. Pengembangan kawasan perumahan secara vertikal di kawasan-kawasan yang layak secara teknis serta peremajaan dan peningkatan kualitas fisik bangunan dan lingkungan. Pengembangan kawasan wisata laut/pantai Pasir Putih dan Pantai Amban, Pulau Mansinam serta pengembangan wisata kawasan air Danau Kabori di wilayah bagian selatan kota. Pengembangan kawasan pusat pemerintahan, jasa komersial, perdagangan di pusat kota. Penataan kawasan pantai Teluk Sawaibu untuk mencegah pencemaran dan rusaknya lingkungan. Penataan kawasan pelabuhan laut di Teluk Sawaibu karena kedudukannya yang strategis. Pemanfaatan ruang secara optimal dan terencana di kawasan efektif pengembangan perkotaan yang diarahkan untuk dapat mengakomodasikan berbagai kegiatan fungsional kota.

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

33

Konsep Pembangunan / Pengembangan Kota Untuk mencapai konsep tata ruang tersebut di atas, maka strategi pembangunan dan pengembangan tata ruang Kota Manokwarimeliputi hal-hal berikut ini. (a)

(b)

(c)

Pembangunan jaringan jalan kolektor primer, hal ini bertujuan untuk meningkatkan aksesibilitas antara pusat kota dengan wilayah-wilayah yang ada di sekitarnya. Dalam hal ini, interaksi dan pencapaian pergerakan berbagai kegiatan antar kawasan pusat kota (pusat pelayanan) dengan sub pusat kota (sub pusat pelayanan) lebih tinggi dan mudah dijangkau. Untuk pengembangan pusat-pusat pemukiman baru, perlu dilakukan pembangunan jalan-jalan kolektor sekunder dan lokal serta peningkatan fungsi jaringan jalan lainnya sehingga sesuai dengan kebutuhan pengembangan kawasan pemukiman. Pembangunan ruas-ruas jalan baru tersebut, utamanya dilakukan pada bagian selatan dan utara kota dimana pada saat ini lahan yang akan diarahkan sebagai kawasan perumahan dan fungsi kegiatan kota lainnya masih berupa lahan kosong. Sedangkan peningkatan fungsi jalan seperti perkerasan, perbaikan dan pelebaran jalan, secara umum diarahkan di wilayah pusat kota dan barat Kota Manokwari. Penataan kawasan pemukiman dalam bentuk Kampung Improvement Program (KIP) di kawasan Manokwari Timur, Manokwari Barat dan di kawasan Pusat Kota Manokwari. Penataan ini diprioritaskan pada kawasan kumuh seperti perkampungan nelayan di pesisir pantai Teluk Sawaibu.

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

34

BAB III

ANALISIS SARANA PRASARANA

3.1. Analisis Pengembangan Dan Fungsi Peran Kota. Adapun fungsi dan peran dari wilayah pengembangan Kota Manokwari dijabarkan sebagai berikut: Meliputi Distrik Manokwari Barat, Manokwari Timur, Manokwari Utara dan Manokwari Selatan dengan Manokwari Barat sebagai pusatnya. Pusat WP Manokwari : Perkotaan Manokwari Barat Peran dan Fungsi Utama :  WP Manokwari merupakan wilayah pengembangan kawasan perkotaan yang berperan sebagai Ibu Kota Kota Manokwari.  Fungsi WP Manokwari sebagai pusat pelayanan skala Kota yang meliputi : pusat pelayanan pemerintahan, pendidikan dan kesehatan skala Kota Manokwari. Struktur Kegiatan Utama yang dikembangkan :  Kegiatan ekonomi yang dikembangkan adalah Sektor Perdagangan.  Kegiatan non ekonomi yang ditata sebagai konsekuensi dari peran dan fungsi WP sebagai pusat pelayanan skala Kota adalah kegiatan pendidikan, pariwisata, kesehatan dan pemerintahan skala Kota Manokwari dan propinsi papua barat.  Arahan Pengembangan WP Manokwari :  WP ini berperan sebagai pusat pertumbuhan skala regional dengan skala pelayanan Kota Manokwari terutama pada sektor Perdagangan, Jasa pemerintahan dan kegiatan transportasi darat, laut maupun udara.  Pengembangan Terminal Tipe A di Distrik Manokwari Selatan.  Pengembangan kawasan perkotaan dikonsentrasikan pada wilayah Ibukota Kota Manokwari dengan pusat-pusat kawasan perkotaan antara lain Wosi, Sanggeng, Padarni, Amban, Pasir Putih dan Anday.  Pengembangan fasilitas pendidikan berupa perguruan tinggi di Distrik Manokwari Barat yang akan menjadi salah satu magnet pertumbuhan wilayah perkotaan.  Pengembangan kawasan kantor pemerintahan skala regional yaitu Provinsi Papua Barat di sekitar Arfai sebagai pusat jasa pemerintahan umum.  Pembangunan fasilitas kesehatan berupa Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dengan skala regional yang berada di Distrik Manokwari Barat. STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

35

 Pengembangan kawasan pariwisata Teluk Sawaibu yang membawa banyak dampak secara tidak langsung (multiplier effect) bagi perkembangan perekonomian di wilayah perkotaan.  Pengembangan linkage system kota dengan berbasis pada konsep interaksi kota yang menghubungkan interaksi kota primat di wilayah perkotaan Manokwari dengan wilayah satelitnya.

Pengembangan BWP Manokwari diarahkan dengan mengikuti pola yang telah ada. Artinya bahwa fungsi peruntukan atau penggunaan lahan sebelumnya tetap dipertahankan dengan memberikan kemungkinan pengembangan lainnya yang selaras. Beberapa arahaan pengembangan BWP Manokwari adalah sebagai berikut : a. Fungsi transportasi, dalam perencanaan sistem transportasi dan lalu lintas di wilayah BWP Manokwari yang sangat menonjol adalah jangkauan dan kecepatan.

Sementara jaringan

transportasi yang telah ada berfungsi untuk menghubungkan antara kota, antar pusat kegiatan, dan antar blok lingkungan. Selain itu juga diarahkan untuk mendukung kegiatan transportasi laut dan udara. Untuk tujuan ini wilayah yang direncanakan adalah sub blok A2-11 dan A3-2. b. Fungsi ruang terbuka hijau. Rencana pengembangan ruang terbuka hijau diarahkan pada daerah-daerah yang sebelumnya telah ditetapkan mengemban fungsi tersebut. Pada peruntukan fungsi ini juga dimungkinkan untuk pengembangan tempat rekreasi berupa taman bermain, play ground demi menjaga estetika lingkungan, iklim mikro dan meso serta pelestarian tanaman yangka dan lingkungan sekitarnya. Fungsi ini diarahkan pengembangannya pada sub blok A215, A2-16 dan beberapa sub blok lainnya. c. Arahan pengembangan fungsi perdangangan atau jasa tunggal adalah disepanjang jalan arteri primer ataupun sekunder. Tujuannya adalah melayani kebutuhan di tingkat lokal dan regional. Untuk mengantisipasi tingginya kebutuhan pengembangan jasa dan perdagangan, maka diarahkan pengembangannya secara vertikal. Pengembangan ini dapat dilakukan di sub blok A3-2, A3-4, A3-9 dan sub blok lainnya. d. Fungsi pertanian diarahkan pada lahan dataran yang sebelumnya telah dibudidayakan untuk pertanian. Jenis tanaman pertanian yang dapat dikembangkan adalah tanaman berkayu, padi, dan palawija. Mengingat fungsi yang ada, maka diharapkan sub blok yang diperuntukkan bagi pengembangan pertanian mampu mensuplai kebutuhan pangan penduduk BWP Manokwari. Namun tidak menutup kemungkinan sub blok di dalamnya digunakan untuk pengembangan permukiman secara terbatas. e. Fungsi pariwisata. Untuk mendukung kegiatan pariwisata di BWP Manokwari, maka beberapa sub blok diarahkan pengembangannya sebagai kawasan pariwisata, seperti B3-2, A3-7 dan sub blok lainnya. Dengan fungsi tersebut, maka kegiatan yang mungkin dikembangkan adaah kegiatan pariwisata yang didukung oleh keberadaan objek wisata pantai pasir putih dan pasirindo dengan arah pengembangan obyek daya tarik wisata mealui penambahan infrastruktur STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

36

pendukung. Selain itu juga untuk pengembangan permukiman terbatas, dimana pola pengembangan permukiman diarahkan secara individual dan bukan berciri real estate f. Fungsi perlindungan bawahan. Sub blok C1-1 adalah salah satu sub blok dalam BWP Manokwari yang diarahkan untuk pengembangan perlindungan bawahan. Sub blok ini luasnya mencapai 2.771,538 ha yang diharapkan mampu menjadi area serapan air, mampu menjaga iklim dalam skala meso-makro, melakukan fungsi perlindungan plasma nutfah, pelestarian tanaman langka dan fungsi lindung lainnya. Kegiatan yang dapat dikembangan pada sub blok dengan fungsi ini sangat terbatas seperti jalur dan kawasan evakuasi bencana. Sementara fungsi lainnya seperti permukiman, perkantoran, perdagangan dan jasa tidak diarahkan g. Fungsi suaka alam dan cagar budaya. Sebagian BWP Manokwari diarahkan untuk fungsi sebagai kawasan suaka alam, yaitu menjaga kelestarian flora dan faunan yang terdapat di dalamnya, sehingga kegiatan yang dapat berkembang terbatas pada kegiatan wisata berupa wisata hutan dan ruang terbuka hijau. Kegiatan eksplotasi berlebihan atau pembangunan di sempadan pantai tidak diijinkan karena dapat merusak ekosistem. Sub blok yang diarahkan untuk fungsi ini adalah D3-1, D3-2, D3-3, D3-4, D3-5 dan sub blok lainnya. h. Fungsi permukiman. Pengembangan permukiman dalam BWP Manokwari diarahkan pada pengembangan terbatas dan sangat terbatas. Hal ini berarti kepadatan yang dimungkinkan sangat tergantung pada kondisi lokal. Sub blok C2-7 diarahkan untuk fungsi permukiman berkepadatan sangat rendah, yaitu dilakukan oleh individu. Kegiatan pertanian ataupun peternakan tetap diperbolehkan dengan pengaturan jarak lokasi yang sesuai dan selaras. Sementara kegiatan perdagangan dapat dikembangkan di sepanjang jalan lingkungan secara horisontal dengan memperhatikan keserasian lingkungan. Permukiman berkepadatan rendah diarahkan pengembangannya ke arah utara, selatan, dan timur BWP Manokwari. Permukiman tipe ini dapat dikembangkan secara individu ataupun terorganisir melalui pengembang dengan intensitas terbatas. Untuk mendukung fungsi BWP Manokwari dan mencapai tujuan penataan BWP yang ditetapkan, maka dilakukan pembagian BWP kedalam beberapa bagian blok dan sub blok. Secara umum dapat dijelaskan bahwa BWP Manokwari terdiri dari lima sub bagian yang masing-masing mencerminkan fungsi pelayanan dengan memperhatikan kawasan lindung. Pada sub BWP A yang hanya meliputi sebagian kecildari wilayah BWP Manokwaridengan luas ±1.652Ha, terbagi menjadi 44 subblok peruntukan. Sub BWP A diarahkan untuk pengembangan kegiatan permukiman, perdagangan dan jasa tunggal, pariwisata, militer, ruang terbuka hijau serta pengembangan sarana prasarana umum. Sementara sub BWP E yangmeliputi sebagian besar wilayah perencanaan, terbagi ke dalam 4 subblok peruntukan saja. Pengembangannya diarahkan untuk pengembangan zona permukiman dan pertanian. Sub BWP D yang terletak di bagian timur Kota Manokwarimerupakan wilayah terluas yang mencapai STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

37

±8.257Ha terbagi dalam 28 sub blok peruntukan yang meliputi permukiman, perkantoran, hutan lindung, sarana prasarana umum, ruang terbuka hijau dan kawasan militer.

Tabel 3.1. Pembagian Sub BWP, Blok dan Sub Blok pada BWP Manokwari Jumlah Jumlah Jumlah Zona Jumlah Subzona No Sub – BWP Blok Sub Blok Peruntukkan/Fungsi Peruntukkan/Fungsi (13 Sub Zona) (9 Zona) C-2; C-3; K-1; KH-1; 1 A 3 44 C; K; KH; KT; PL; R; RTH; SC; KT-1; PL-3; R-4; R-5; SPU RTH; SC; SPU-1; SPU2; SPU-3 (7 Sub Zona) (5 Zona) 2 B 4 22 C-2; PB; PL-1; R-4; RC; PB; PL; R; RTH; SC 5;RTH; SC (6 Sub Zona) (5 zona) 3 C 3 15 C-1; PB; R-4; R-5; C; PB; R; RTH; SPU RTH; SPU-1 (13 Sub Zona) (10 zona) C-1; HL; KH-1; KH-2; 4 D 3 28 C ; HL ; KH ; KT ; PB ; PS ; R ; KT-1; PB; PS; R-4; R-5; RTH ; SC ; SPU RTH; SC; SPU-1; SPU2 (2 zona) (2 Sub Zona) 5 E 3 4 PL; R PL-1; R-5 Total 16 113 Sumber : Hasil Analisis, 2012 3.2. Analisis Kesesuaian Lahan Dalam perkembangannya, penggunaan lahan di Kota Manokwari didominasi oleh pembangunan infrastruktur. Hal ini disesuaikan dengan struktur kegiatan masyarakat yang berpusat di wilayah tersebut antara lain, pusat aktivitas perkantoran,pemukiman, pendidikan ,kesehatan, dan jasa. selain itu daerah hutan lindung, serta hutan konservasi yang mencapai luas 3.371,32 ha yang menjadi daya tarik wisata alam di Kota Manokwari. Kota Manokwari memiliki struktur tanah yang pada umumnya sangat cocok untuk perkebunan dan pertanian. Seiring bertambahnya jumlah penduduk dan meluasnya lahan di pemukiman, maka lahan pertanian dan pertanian di daerah ini semakin berkurang. Pada saat ini luas lahan pertanian serta perkebunan di Kota Manokwari seluas 1.207,73 ha. Pertanian dan perkebunan lebih banyak di kembangkan di Distrik Masni, Warmare, Prafi, Dan Sidey.

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

38

Tabel 3.2 Pola Ruang Wilayah Kota Manokwari Tahun 2009-2029 Prosentase Dari Luas Luas Wilayah No. Jenis Pola Ruang (Ha) Kota Manokwari (%) Kawasan Lindung Kawasan Hutan Lindung 1 291169.42 20.15 Kawasan Perlindungan 2 Setempat a. Sempadan Pantai 3848.00 0.26 b. Sempadan Danau/waduk 2551.00 17.50 Cagar Alam 4 447466.13 30.97 Kawasan Budidaya Kawasan Hutan produksi 1 Kawasan Pertanian 2 Kawasan Perkebunan 3 Kawasan Permukiman 4 Jumlah Sumber : Hasil Rencana

303728.10 4528.66 52369.85 933.70 14580.35

20.79 0.31 3.62 6.40 100.00

Tabel 3.3 Luas Penggunaan Menurut Distrik Pola Ruang (Ha) No

1

2

3

4

Hutan Produk si Terbata s

Luas Total (Ha)

Permukim an

Pertania n

Perkebun an

Cagar Alam

Hutan Lindung

Hutan Produksi Konservas i

Manokwari Barat

5,849.85

472.96

734.77

11,984.28

1,251.39

2,120.13

-

22,413.37

Manokwari Timur

8,943.41

2,135.68

233.92

172.15

1,164.44

619.48

384.16

13,653.23

Manokwari Utara

4,560.01

4,108.34

3,323.46

6,768.45

20,262.99

19,051.11

-

58,074.35

Manokwari Selatan

560.01

-

3,932.86

29,446.98

3,013.52

6,801.64

6,247.33

50,002.35

Distrik

Sumber : Hasil Analisis, 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

39

3.3 Analisis Perkembangan Kota 3.3.1 Pengaruh Kependudukan Terhadap Perkembangan Kota Faktor kependudukan sangat berpengaruh penting dalam pertumbuhan dan perkembangan suatu kota, begitu juga Kota Manokwari. Analisa kependudukan ini meliputi kajian mengenai Laju Pertumbuhan Penduduk, Proyeksi Penduduk, Serta kepadatan Penduduk.

Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Manokwari terdiri dari 4 Distrik, termasuk dalam Wilayah Kota Manokwari. Jumlah Penduduk Kota pada Tahun 2012 adalah 1.556.93 jiwa. Adapun Metode yang digunakan untuk menghitung Laju Pertumbuhan Penduduk untuk setiap tahunnya dengan megunakan metode (Garis Lurus). JPy – JPx-1 LJPx =

X 100% JPx-1

Dimana : LJPX = JPY

=

Laju Pertumbuhan Penduduk pada tahun tertentu Jumlah Penduduk tahun tertentu

JPX-1 =

Jumlah Penduduk tahun sebelum tahun tertentu. Tabel 3.4.

Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Manokwari Tahun 2008 - 2012

Tahun

Jumlah

Laju Pertumbuhan

Penduduk

Penduduk

2008

76.509

2009

79.871

0.043

2010

77.232

0.033

2011

99.488

0.288

2012

105.93

0.893

JUMLAH Rata-rata Pertumbuhan Penduduk

0.429 0.107

Sumber: Hasil Analisa STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

40

Proyeksi dan Kepadatan Penduduk Untuk menganalisa jumlah penduduk pada tahun-tahun yang akan datang maka dibutuhkan suatu Proyeksi Penduduk terlebih dahulu. Dalam kajian ini akan diproyeksikan jumlah penduduk Kota Manokwari pada tahun 2008 - 2012 dengan menggunakan teori pendekatan Proyeksi Penduduk secara alamiah. Adapun Metode yang digunakan dalam memproyeksikan penduduk Kota Manokwari adalah Geometic Rate Growth (Bunga Berganda). Rumus Bunga Berganda : Pt = Po (1 + r)n Dimana : Pn = Jumlah Penduduk pada tahun “n” Po = Jumlah Penduduk pada tahun awal r = Rata-rata Perumbuhan Penduduk n = Periode Proyeksi / Jangka waktu Proyeksi Sedangkan untuk menghitung Kepadatan Penduduk Kota Manokwari, dapat berdasarkan

hasil Proyeksi Penduduk. Dari hasil tersebut, maka untuk menghitung

Kepadatan Penduduk Rata-rata dengan menggunakan formulasi sebagai berikut : Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk =

x 100 % Luas Wilayah Keseluruhan

Untuk lebih jelasnya Proyeksi dan Kepadatan Penduduk untuk jangka waktu lima (5) tahun mendatang sebagaimana disajikan pada tabel 3.5 berikut :

Tabel 3.5. Proyeksi dan Kepadatan Penduduk Kota Manokwari Tahun 2013-2017

1.556.94

Jumlah penduduk ( jiwa) 117.27

Kepadatan Penduduk ( jiwa / Km2) 75

1.556.94

234.53

151

0.999

Tahun

Luas ( Km )2

2013 2014

Laju pertumbuhan penduduk

2015

1.556.94

351.79

226

0.500

2016

1.556.94

469.06

301

0.333

2017

1.556.94

586.32

378

0.250

1131

2.082 0,521

Jumlah Rata-rata

Sumber : Hasil Analisa STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

41

3.2. Pengaruh Aktivitas Perekonomian Terhadap Perkembangan Kota Perekonomian menjadi penting dibahas karena dengan diketahuinya struktur perekonomian suatu daerah maka kita akan dapat mengetahui sektor-sektor yang mendominasi perekonomian di suatu daerah. Sektor-sektor dominan tersebut dijadikan sebagai leading sector yang pengaruhnya sangat besar bagi pertumbuhan ekonomi di suatu daerah, sehingga sedikit saja perubahan yang terjadi pada leading sector tersebut akan berdampak pada perekonomian secara keseluruhan. Pengembangan dan intensitas pembangunan sector ekonomi pada sector-sektor dominan tersebut harus dilakukan secara intensif. Sektor-sektor perekonomian yang paling dominan di Kota Manokwari adalah sektor jasa-jasa, bangunan, serta perdagangan, hotel dan restoran perlu dikembangkan di Blok A-1, Blok A-2, Blok A-3, dan Blok C-3. Pengembangan sector transportasi juga perlu dikembangkan terutama di daerah-daerah penyokong perkembangan transportasi perkotaan, yaitu di Blok B-3, Blok C-2, Blok D-2, dan Blok D-3. Strategi pengembangan kawasan perdagangan/perekonomian adalah sebagai berikut : a) Rencana pengembangan kawasan perdagangan/perekonomian dan ikutannya, seperti kantor perusahaan, rumah kantor (rukan) dan rumah toko (ruko) dikembangkan di Jalan Percetakan (BWK A), Selain itu juga dikembangkan pusat perdagangan dan industri jasa tingkat regional yaitu pembangunan Pasar Pusat dan Terminal Regional yang bertaraf Provinsi di Wosi (BWK C) dan Terminal antar wilayah di Maripi (BWK D). b)

Pengembangan kegiatan usaha yang ada di Kota Manokwari diarahkan untuk membuka lapangan kerja baru, sebagai usaha untuk memanfaatkan potensi yang ada, antara lain bidang perdagangan, bidang jasa, dan bangunan untuk menarik investasi dari luar, baik dari Kota Manokwari maupun daerah lainnya. Peranan yang penting dari arus lalu lintas di Kota Manokwari nantinya perlu dimanfaatkan untuk menunjang dan memacu pertumbuhan Kota Manokwari sehingga dapat memanfaatkan kelancaran arus lalu lintas barang, jasa dan manusia serta mampu mengimbangi pertumbuhan pelayanan ekonomi bagi daerah sekitarnya.

c)

Menyiapkan prasarana dan sarana untuk mendukung pembangunan kawasan perdagangan termasuk fasilitas penunjang seperti; jaringan jalan, listrik, telepon, jaringan air bersih, pengolahan sampah dan lain-lain.

d)

Mengembangkan dan memberdayakan ekonomi kerakyatan dan pengurangan kemiskinan dengan pengembangan industri berbasis pada masyarakat.

e)

Mengembangkan perekonomian daerah (local economic development) melalui perusahaan daerah dan perbankan.

f)

Tata ruang disempurnakan agar berbagai kegiatan dan dinamika masyarakat dapat berjalan serasi dan tidak saling mengganggu. Persyaratan Tata Ruang Kota Manokwari juga diarahkan agar kebutuhan dan peruntukan ruang dapat diselaraskan dengan potensi yang STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

42

ada, serta sarana-prasarana penunjang kegiatan yang diperlukan sejalan dengan perkembangan Kota Manokwari di masa yang akan datang. g)

Melihat ruang yang ada, pada bagian utara dan selatan (dekat Bandar Udara Rendani) perlu dikembangkan kegiatan yang dapat menjadi bangkitan ekonomi yang diharapkan mampu menarik tenaga kerja dari luar daerah. Pengembangan kegiatan ekonomi pada bagian utara dan selatan kota diharapkan pula akan menciptakan keseimbangan struktur ruang antara pusat kota dan daerah sekitarnya.

3.3.3. Kecenderungan Arah Perkembangan Kota Berdasarkan Arah pengembangan fungsi kawasan perkotaan ditujukan untuk mendukung kebijakan pembangunan perkotaan terutama untuk mewujudkan visi dan misi pengembangan. Adapun visi pembangunan dan pengembangan Kota Manokwari Tahun 2005-2015 adalah: “sebagai kota hijau alami, kota terdepan dalam pembangunan perkotaan berwawasan lingkungan dan kota beriman sebagai pusat pekabaran Injil di Kawasan Timur Indonesia”. Motto Kota Manokwari adalah KOTA BERSEJARAH, yaitu kota yang Bersih, Sehat, Sejahtera, Rapi, Aman dan Harmonis. Motto KOTA BERSEJARAH, ini dipandang dalam 2 (dua) aspek: 

Aspek Historis, Kota Manokwari merupakan tempat pertama kali dimulainya penyebaran agama Kristen Protestan di Papua dan juga Kota Manokwari merupakan kota pemerintahan pertama.



Aspek Pembangunan, yaitu upaya memacu pemerintah dan masyarakat dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan lain sebagainya.

 Sedangkan misi pembangunan Kota Manokwari mencakup : 

Menyediakan fasilitas perdagangan dan jasa serta sarana penunjangnya yang dilengkapi dengan penyediaan pelayanan perbankan yang memadai, terutama untuk kegiatan industri kecil dan rumah tangga.



Menyediakan dan membangun infrastruktur seperti jaringan jalan, listrik, telepon, penyediaan air bersih, peningkatan pelayanan baik transportasi darat, laut, udara dan penyeberangan, guna kelancaran pergerakan arus transportasi barang dan jasa serta produk dari kawasan industri dan komoditas perdagangan.



Penyediaan fasilitas umum/publik berupa sarana dan prasarana persampahan, toilet umum yang memadai, pemeliharaan kebersihan kota, serta peningkatan pelayanan masyarakat lainnya. STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

43



Menyediakan dan menata ruang permukiman sesuai BWK dan konsep kota yang ramah lingkungan, sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.



Peningkatan keamanan dan harmonisasi sendi-sendi kehidupan antara berbagai elemen masyarakat di Kota Manokwari.



Meningkatkan kualitas pelayanan publik seperti rumah sakit, pendidikan dan pengembangan kapasitas aparatur pemerintahan.

ANALISIS SARANA DAN PRASARANA 3.4.1. S a r a n a 3.4.1.1. Sarana Pendidikan Salah satu kebutuhan dasar masyarakat adalah Pendidikan. Semakin banyak masyarakat yang dapat memperoleh pendidikan, maka semakin tinggi kualitas kehidupan dan lingkungannya. Pengembangan fasilitas pelayanan pendidikan dimungkinkan dengan mengacu pada standar SNI yang berlaku, yakni SNI 03-1733-1989. SNI tersebut berisi tentang tata cara perencanaan kawasan perumahan kota. Dimana di dalamnya diatur standar daya layan dan kebutuhan luas lahan minimum untuk masing-masing jenis fasilitas pendidikan. Jenis fasilitas pendidikan yang diatur mencakup tingkat taman kanak-kanak (TK) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Untuk akademi, universitas, dan sejenisnya tidak diatur dalam SNI karena memiliki skala pelayanannya sangat luas (provinsi, nasional, dan atau internasional). Pada BWP Manokwari terdapat beberapa Akademi, Universitas, dan Sekolah Tinggi lainnya. Antara lain: Universitas Negeri Papua (UNIPA), Institut Sains Dan Teknologi Indonesia Manokwari, Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Manokwari, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Mah-Eisa, Politeknik Cratindo Manokwari, dan STKIP Muhammadiyah Manokwari. Pada Tabel 3.6. dijabarkan bahwa tiap 1.250 jiwa penduduk membutuhkan 1 unit TK dengan luas lahan minimum 500 m2. Untuk tingkat pendidikan SMA, memiliki daya layan sebesar 4.800 jiwa dengan kebutuhan luas lahan minimum 12.500 m2. Tabel 3.6. Standar daya layan dan Kebutuhan Luas Lahan Fasilitas Pendidikan Jenis Fasilitas

Daya Layan

2

Kebutuhan Luas Lahan Min (m )

(jiwa) TK

1.250

500

SD

1.600

2.000

SLTP

4.800

9.000

SMA

4.800

12.500

SNI 03-1733-1989, Tata cara perencanaan kawasan perumahan kota STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

44

Pada BWP Manokwari, jumlah penduduk terbesar berada pada Sub BWP A dan C. Kebutuhan akan fasilitas pendidikan juga paling banyak dibanding dengan Sub BWP yang lain. Bila dilihat kondisi eksistingnya pada tahun 2012, Sub BWP A dan C sudah memiliki 18 TK, 34 SD, 10 SLTP, dan 11 SMA. Namun, ternyata fasilitas yang ada belum memenuhi kebutuhan yang ada. Bila kita mengacu pada SNI, kebutuhan fasilitas pendidikan di Sub BWP A dan C yaitu: 66 TK, 52 SD, 17 SLTP, dan 17 SMA. Seperti yang terlihat pada Tabel 3.7. berikut ini:

Table. 3.7. Kondisi Fasilitas Pendidikan di BWP Manokwari Tahun 2012 SubBWP

Penduduk Jumlah Fasilitas Eksisting 2012

Kebutuhan 2012

TK SD

SLTP SMA

TK SD SLTP SMA

A dan C

82.451

18

34

10

11

66

52

17

17

B

9.673

2

9

2

2

8

6

2

2

E

3.146

1

8

1

0

3

2

1

1

D

14.332

2

9

1

0

11

9

3

3

23

60

14

13

88

69

23

23

Jumlah

Sumber : Kota Manokwari dalam Angka diolah (Analisis Studio 2012)

Pada Tahun 2017, jumlah penduduk di BWP Manokwari diproyeksikan menjadi 151.343 jiwa. Kebutuhan fasilitas pendidikan Sub BWP A terbesar berada pada Blok A3. Kebutuhan untuk TK sebanyak 35 unit, SD 27 unit, SLTP 9 unit, dan SMA 9 unit. Sedangkan untuk Sub BWP C, kebutuhan fasilitas pendidikan terbesar terletak pada Blok C2, dengan 14 unit TK, 11 unit SD, 4 unit SLTP, dan 4 unit SMA. Pada Tabel 3.7. terdapat hal yang menarik. Pada Sub BWP E tidak terdapat kebutuhan akan fasilitas pendidikan. Hal ini dikarenakan jumlah penduduknya yang belum memenuhi standar daya layan. Jumlah penduduk untuk Sub BWP E hanya 674 jiwa. Padahal untuk 1 (satu) unit TK saja membutuhkan 1.250 jiwa. Sehingga masyarakat di Sub BWP E harus pergi ke Sub BWP di sekitarnya untuk mengenyam pendidikan. Alternatif lainnya adalah dengan membangun fasilitas pendidikan yang saling terintegrasi, agar mampu menampung kebutuhan masyarakat. Secara keseluruhan, BWP Manokwari pada tahun 2017 membutuhkan 121 unit TK, 93 unit SD, 30 unit SLTP, dan 30 unit SMA. Dengan luas kebutuhan lahan minimum terbesar adalah untuk SMA sebesar 375.000 m2.

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

45

Tabel. 3.8. Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Pendidikan Tahun 2017 Bagian

Penduduk 2017

Luas (Ha) Wilayah

Kebutuhan Fasilitas (Unit) TK SD SLTP SMA

Sub BWP A

Kebutuhan Lahan (m2) TK

SD

SLTP

SMA

38.000

118.000

171.000

237.500

1.652,171

93.969

76

59

19

19

A1

347,364

20.691

17

13

4

4

8.500

26.000

36.000

50.000

A2

1.033,745

29.632

24

19

6

6

12.000

38.000

54.000

75.000

A3

271,062

43.646

35

27

9

9

17.500

54.000

81.000

112.500

Sub BWP C

5.608,901

28.533

23

18

6

6

C1

2.771,538

40

0

0

0

0

0

0

0

0

C2

1.666,049

17.658

14

11

4

4

7.000

22.000

36.000

50.000

C3

1.171,314

10.835

9

7

2

2

4.500

14.000

18.000

25.000

Grand Total

7.261,072

122.502

99

77

25

25

11.500

49.500

36.000

54.000

154.000

225.000

75.000

312.500

Sumber: Analisis Studio, 2012 3.4.1.2. Sarana Kesehatan Rencana pengembangan fasilitas pelayanan kesehatan mengacu pada SNI 03-1733-1989, yang berisi tentang tata cara perencanaan kawasan perumahan. Di dalamnya, diatur tentang standar daya layan dan kebutuhan lahan minimum untuk tiap jenis fasilitas kesehatan (Tabel.3.9.) Jenis fasilitas kesehatan yang tercantum pada SNI tersebut, antara lain: Puskesmas, Puskesmas Pembantu (Pustu), Balai Pengobatan, Posyandu, dan Apotik. Untuk jenis fasilitas kesehatan berupa Rumah Sakit, baik yang umum maupun rumah sakit khusus, tidak diatur dalam SNI. Rumah Sakit mempunyai skala pelayanan yang besar, yakni tingkat provinsi maupun regional. Sehingga sulit untuk ditetapkan daya layannya. Hal ini seperti yang terjadi pada jenis fasilitas pelayanan pendidikan, Akademi/Universitas.

Tabel 3.9. Standar daya layan dan Kebutuhan Luas Lahan Fasilitas Kesehatan Jenis Fasilitas Puskesmas Pustu Balai Pengobatan Posyandu Apotik

Daya Layanan (jiwa) 120.000 30.000 2.500 1.250 30.000

Standar Kebutuhan Luas Lahan Min 2 (m ) 1.000 300 300 60 250

SNI 03-1733-1989, Tata cara perencanaan kawasan perumahans

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

46

Mengacu pada standar SNI pada Tabel 3.9. puskesmas memiliki daya layan terbesar yakni, 120.000 jiwa, dengan kebutuhan lahan minimumnya 1.000 m2. Pustu dan Apotik memiliki daya layan yang sama, 30.000 jiwa/unit. Namun, untuk kebutuhan lahan minimumnya berbeda, Pustu 300 m2 dan Apotik 250 m2. BWP Manokwari sudah memiliki beberapa fasilitas kesehatan. Untuk rumah sakit yang berada di BWP Manokwari antara lain: Rumah Sakit Umum Manokwari, Rumah Sakit TNI AL Manokwari, dan Rumah Sakit Dim 1703 Manokwari. Kondisi eksisting fasilitas kesehatan di BWP Manokwari sudah cukup memenuhi kebutuhan masyarakat. Keberadaan puskesmas tahun 2012 sudah mencukupi kebutuhan penduduk, bahkan untuk Sub BWP A dan C memiliki 3 (tiga) unit. Padahal kebutuhannya hanya 1 (satu) unit saja. Puskesmas pembantu (Pustu) yang ada juga sudah dapat memenuhi kebutuhan fasilitas. Berikut ini (Tabel3.10) gambaran perbandingan kondisi eksisting tahun 2012 fasilitas kesehatan dengan kebutuhan fasilitas kesehatan berdasarkan daya layan menurut standar daya layan SNI.

Table. 3.10 Kondisi Fasilitas Kesehatan di BWP Manokwari Tahun 2012 Kondisi Eksisting

Bagian Penduduk Wilayah

2012

Puskesmas

Kebutuhan 2012

Pustu Balai Pengobatan Posyandu Apotik Puskesmas Pustu

Balai Pengobatan

Posyandu Apotik

A dan C 82.452

3

3

2

25

27

1

3

33

66

3

Jumlah 109.605

6

13

2

70

27

1

3

44

88

3

Sumber : Kota Manokwari dalam Angka diolah (Analisis Studio 2012) Proyeksi kebutuhan fasilitas kesehatan pada 5 tahun pertama atau tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 3.10. Kebutuhan akan puskesmas tidak ditemukan pada semua Sub BWP Manokwari. Hal ini dikarenakan belum terpenuhinya standar daya layannya. Bila dilihat pada tabel sebelumnya (Tabel 3.9), kebutuhan puskesmas di Sub BWP A dan C adalah 1 (satu) unit, ini karena jumlah penduduk Sub BWP tersebut digabung. Untuk kebutuhan Pustu, di Sub BWP A membutuhkan 3 unit dan Sub BWP C membutuhkan 1 unit. Secara keseluruhan kebutuhan fasilitas pelayanan kesehatan BWP Manokwari tahun 2017, antara lain: 4 unit Pustu, 60 unit Balai Pengobatan, 121 unit Posyandu, dan 4 unit Apotik. 4 Unit Pustu membutuhkan lahan minimum seluas 1.200 m2, dan 60 unit balai pengobatan membutuhkan lahan 18.000 m2. Dari hasil analisis seperti tersaji pada Tabel 3.10. mengenai proyeksi fasilitas kesehatan dan kebutuhan luas lahannya pada tahun 2017, BWP Manokwari masih memiliki fasilitas kesehatan yang cukup untuk melayani kebutuhan kesehatan penduduknya. Proyeksi penduduk pada tahun 2017 masih dapat dilayani oleh ketersediaan fasilitas kesehatan yang ada saat ini (eksisting) di BWP Manokwari.

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

47

Pada tahap ini sangat penting untuk meningkatkan kualitas dari failitas kesehatan, karena dari sisi kuantitasnya tidak memerlukan penambahan. Kota Manokwari, dalam hal ini lingkup BWP Manokwari, merupakan salah satu wilayah yang endemik penyakit malaria. Karena aspek kesehatan merupakan salah satu hal yang paling mendasar, maka sangat penting juga memperhatikan faktor-faktor lain penunjang fasilitas kesehatan tersebut. Seperti halnya tenaga medis, obat-obatan dan lain sebagainya. Pada Tabel sebelumnya (Tabel 3.9) sudah terlihat bahwa fasilitas yang ada saat ini terutama fasilitas kesehatan yang paling utama yaitu puskesmas dan puskesmas pembantu atau pustu, jumlah keberadaannya (unit) melebihi dari kebutuhan menurut perhitungan teknis. Tabel 3.11 menunjukkan sampai dengan 5 tahun ke depan, yaitu tahun 2017, fasilitas kesehatan yang ada masih mencukupi untuk melayani penduduk BWP Manokwari.

Tabel 3.11. Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Kesehatan Tahun 2017 Kebutuhan Bagian Wilayah

Kebutuhan Fasilitas (Unit) Luas Lahan (m2)

Penduduk 2017 Puskesmas Pustu

Balai Balai Posyandu Apotik Puskesmas Pustu Posyandu Apotik Pengobatan Pengobatan

Sub BWP A

93.969

0

3

37

76

3

0

900

11.100

4.560

750

A1

20.691

0

1

8

17

1

0

300

2.400

1.020

250

A2

29.632

0

1

12

24

1

0

300

3.600

1.440

250

A3

43.646

0

1

17

35

1

0

300

5.100

2.100

250

Sub BWP C

28.533

0

1

11

23

1

0

300

3.300

1.380

250

C1

40

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

C2

17.658

0

1

7

14

1

0

300

2.100

840

250

C3

10.835

0

0

4

9

0

0

0

1.200

540

0

Sumber: Analisis Studio, 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

48

3.4.1.3. Sarana perdagangan dan Niaga Rencana fasilitas pelayanan perdagangan dan niaga disusun berdasarkan standar yang berlaku, yaitu: SNI 03-1733-2004 tentang Perencanaan Lingkungan Perkotaan. Dimana dalam SNI tersebut, mengacu pada SNI 03-1733-1989 tentang tata cara perencanaan kawasan perumahan kota. SNI ini memuat tentang dasar standar daya layan dan kebutuhan luas lahan minimum untuk kegiatan perdagangan dan jasa. Jenis fasilitas pelayanan perdagangan dan niaga yang diatur dalam SNI di atas, antara lain: toko/warung, pertokoan, pusat pertokoan-pasar lingkungan, dan pusat perbelanjaan-niaga. Menurut SNI 03-1733-2004, daya layan yang terkecil dimiliki oleh toko/warung sebesar 250 jiwa dan kebutuhan lahannya 100 m2. Sedangkan daya lahan terbesar dimiliki oleh jenis fasilitas pusat perbelanjaan dan niaga, yaitu sebesar 120.000 jiwa dengan kebutuhan lahan minimum sebesar 36.000 m2. Pusat perbelanjaan dan niaga ini terdiri dari gabungan kegiatan toko, pasar, bank, dan kantor. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.12.

Tabel 3.12. Standar daya layan dan Kebutuhan Luas Lahan Fasilitas Perdagangan dan Niaga Daya Layan

Standar Kebutuhan

(Jiwa)

Lahan Min (m2)

Jenis Fasilitas

Toko/Warung

250

100

Pertokoan

6.000

3.000

30.000

10.000

120.000

36.000

Pusat Pertokoan + Pasar Lingkungan Pusat Perbelanjaan dan Niaga (toko + pasar + bank + kantor)

SNI 03-1733-1989, tentang Tata cara perencanaan kawasan perumahan kota

Di BWP Manokwari, berdasarkan data Potensi Desa (PODES) 2011 sudah terdapat beberapa fasilitas perdagangan dan jasa. Fasilitas yang ada antara lain: pasar, minimarket, toko/warung, restoran, hotel dan bank. Pada Tabel 3.13 terlihat bahwa Sub BWP A dan C memiliki jumlah fasilitas perdagangan dan jasa yang lengkap dan lebih banyak dibandingkan dengan Sub BWP yang lain. Pasar di Sub BWP A dan C berjumlah 4 buah sedangkan di Sub BWP B hanya 2. Minimarket, restoran dan bank hanya terdapat di Sub BWP A dan C, sedangkan di Sub BWP yang lain belum tersedia. Persebaran hotel sangat mencolok, di Sub BWP A dan C tersedia 20 STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

49

hotel. Di Sub BWP B dan D masing-masing hanya memiliki 1 hotel saja. Persebaran fasilitas perdagangan dan jasa kurang merata per Sub-BWP. Hal ini mengingat Sub-BWP A dan C merupakan pusat perkotaan yang meliputi pusat perekonomian dan pemerintahan.

Tabel 3.13 .Kondisi Fasilitas Perdagangan dan Niaga di BWP Manokwari Tahun 2012 Kondisi Fasilitas Eksisting (Unit) Penduduk

Pasar non

Bagian

Pusat

bangunan

Tahun 2012 Wilayah

Kebutuhan 2012 (Unit)

Pasar

Minimarket

(Jiwa)

Toko/ Warung

Bank

Toko/ Warung

Pertokoan

Pertokoan + Pasar Lingkungan

Pusat Perbelanjaan dan Niaga (toko + pasar + bank + kantor)

Sub BWP A & C

82.451

4

3

11

461

8

330

14

3

1

Sub BWP B

9.673

2

0

0

51

0

39

2

0

0

Sub BWP E

3.146

0

0

0

23

0

13

1

0

0

Sub BWP D

14.331

1

8

0

324

0

57

2

0

0

Jumlah

109.601

7

11

11

859

8

439

19

3

1

Sumber: PODES 2011 dan Analisis Studio, 2012

Rencana fasilitas perdagangan dan niaga disusun per 5 (lima) tahun dalam kurun waktu 20 tahun (masa berlaku RDTR). Untuk mengetahui kebutuhan fasilitas perdagangan dan niaga di masa yang akan datang, maka dilakukan perhitungan proyeksi kebutuhan fasilitas dengan acuan proyeksi penduduk. Proyeksi kebutuhan ini terdiri dari proyeksi kebutuhan tahun 2017, Tahun 2022, Tahun 2027, dan Tahun 2032. Untuk proyeksi kebutuhan fasilitas perdagangan dan niaga pada tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 3.14 Pada tahun 2017, total kebutuhan fasilitas perdagangan berupa toko/warung sebesar 606 unit. Untuk pertokoan 25 unit, pusat pertokoan-pasar 4 unit. Kebutuhan terbesar berada pada Sub BWP A, khususnya blok A3 dimana pada blok ini memiliki jumlah penduduk terbesar yaitu 43.646 jiwa. Sub BWP A memiliki kebutuhan fasilitas perdagangan sebesar 377 unit toko/warung, 15 unit pertokoan, dan 3 unit pusat pertokoan-pasar. Untuk jenis fasilitas pusat perbelanjaan dan niaga, menurut standar kebutuhan yang termuat dalam SNI, BWP Manokwari belum membutuhkan jenis fasilitas ini. Namun, fakta di lapangan penduduk sudah membutuhkannya. Hal ini disebabkan wilayah luar pulau jawa dalam hal ini Papua, umumnya memiliki jumlah dan kepadatan penduduk yang relatif masih rendah – STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

50

sedang. Berbeda halnya dengan wilayah kepulauan lainnya, terutama Pulau Jawa. Mengingat BWP Manokwari merupakan perkotaan yang akan berkembang luas, maka jenis fasilitas pusat perdagangan dan niaga patut dikembangkan.

Tabel 3.14. Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Perdagangan dan Niaga Tahun 2017 Kebutuhan Lahan (m2)

Kebutuhan Fasilitas (Unit) Bagian Wilayah

Pusat Pusat Penduduk Pusat Pusat Toko/ Pertokoan Toko/ Pertokoan 2017 Pertokoan Perbelanjaan Pertokoan Perbelanjaan Warung + Pasar Warung + Pasar dan Niaga dan Niaga Lingkungan Lingkungan

Sub BWP A

93.969

377

15

3

0

37.700

45.000

30.000

0

A1

20.691

83

3

1

0

8.300

9.000

10.000

0

A2

29.632

119

5

1

0

11.900

15.000

10.000

0

A3

43.646

175

7

1

0

17.500

21.000

10.000

0

Sub BWP C

28.533

114

5

1

0

11.400

15.000

10.000

0

C1

40

0

0

0

0

0

0

0

0

C2

17.658

71

3

1

0

7.100

9.000

10.000

0

C3

10.835

43

2

0

0

4.300

6.000

0

0

Sumber: Analisis Studio, 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

51

3.4.2. P r a s a r a n a 3.4.2.1. Jaringan Transportasi 3.4.2.1.1 Jaringan Trasportasi Darat Rencana Pengembangan

sistem dan jaringan transportasi darat didasarkan pada fungsi

masing-masing jalan, beban arus lalu-lintas, banyaknya pusat-pusat kegiatan yang mendorong bangkitan lalu-lintas, seperti pasar, komplek perdagangan, dan terminal. Dalam perencanaan kota, sistem jaringan jalan yang direncanakan ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu : a) Arah perkembangan fisik kota yang dikehendaki. b) Keadaan yang ada dan rencana struktur kegiatan yang direncanakan. c) Bentuk permukaan tanah kota. d) Kendala fisik alam. Dengan demikian akan terbentuk sistem jaringan jalan yang fungsional, efisien, aman, lancar, ekonomis dari segi biaya, ekonomis dari segi ruang kota, serta menunjang pelestarian lingkungan kehidupan.Konsep pengembangan dimensi jalan menyangkut ukuran-ukuran geometrik jalan dan mengandung pengertian tentang pemanfaatan jalan sebagaimana tersebut dalam UU Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan. Pertumbuhan dan perkembangan Wilayah Perencanaan dipengaruhi oleh perkembangan daerah sekitarnya, baik perkembangan ekonomi, aktivitas penduduk, lapangan kerja maupun peningkatan lalu lintas dalam kota. Lalu lintas di BWP Manokwari dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu lalu-lintas lokal dan regional. Lalu-lintas lokal berupa pergerakan penduduk BWP Manokwari dan sekitarnya, sedangkan lalu-lintas regional terkait dengan keberadaan Jalan Trans Papua. Sejalan dengan meningkatnya jumlah kendaraan yang melewati suatu ruas jalan, maka akan berakibat meningkat pula konflik yang terjadi pada jalan tersebut. Konflik sering terjadi pada jalan perkotaan maupun jalan luar kota yang diakibatkan bertambahnya kepemilikan kendaraan, terbatasnya sumberdaya untuk pembangunan jalan raya, dan belum optimalnya pengoperasian fasilitas lalu-lintas yang ada. Hal ini merupakan persoalan utama di berbagai tempat yang apabila di biarkan akan mengakibatkan kerugian baik dari segi material maupun non material. Untuk itu diperlukan tindakan untuk mengatasinya, dimana diperlukan metode efektif untuk perancangan dan perencanaan agar dihasilkan suatu sistem yang paling tepat untuk mengatasi konflik yang terjadi dengan mempertimbangkan biaya maupun keselamatan dan dampak lingkungan yang akan dirasakan oleh pengguna jalan. Pertumbuhan lalu lintas dapat dipengaruhi pertumbuhan sosio-ekonomi dan perkembangan jumlah kendaraan regional. Dari angka pertumbuhan lalu lintas tersebut, dapat diperkirakan pola lalu lintas yang akan datang guna mengatasi berbagai masalah lalu lintas yang nantinya akan STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

52

timbul. BWP Manokwari dilewati Jalan Arteri Manokwari, yang mempunyai klas primer, berfungsi untuk arus kendaraan berat dan arus kendaraan pribadi. Jalan tersebut juga terbebani oleh lalu-lintas lokal yang melayani pergerakan antar pusat kegiatan di BWP Manokwari, hal ini terjadi karena kurangnya jalan yang sejajar dengan jalan arteri tersebut. Jalan-jalan Kota yang disamping menjadi penghubung di dalam wilayah perencanaan antar Distrik yaitu Manokwari Barat, Manokwari Timur, Manokwari Selatan dan Manokwari Utara. Jalan-jalan Kota juga menjadi penghubung dengan kecamatan di luar wilayah perencanaan yaitu ke Distrik Sidey. Sedangkan jalan provinsi yang dikenal dengan Jalan Trans Papua menghubungkan wilayah perencanaan dengan Kota yang lain seperti Kota Sorong dan Kota Fak-Fak. Jadi dapat dikatakan bahwa sistem jaringan jalan di wilayah perencanaan sudah dapat melayani sebagian besar wilayah perencanaan dan mampu menghubungkan wilayah perencanaan dengan wilayah sekitar, walaupun tidak semuanya dilayani oleh jalan Kota yang beraspal. Pergerakan eksternal jalur darat di BWP Manokwari dilayani dengan bus, minibus, kendaraan carteran dan truk. Untuk pergerakan internal jalur darat di BWP Manokwari banyak dilayani minibus yang berupa angkot dan juga ojek. Keberadaan angkutan umum sangat mempengaruhi tingkat mobilitas penduduk dalam suatu wilayah. Sedangkan keberadaan angkutan umum sangat bergantung pada waktu operasionalnya. Keberadaan angkutan jenis ojek dapat ditemui hampir diseluruh wilayah/kawasan BWP Manokwari, sedangkan waktu operasional dan trayek (jalur) untuk angkutan jenis ojek sampai dengan saat ini dapat dikatakan tidak menentu karena banyak armadanya serta dapat ditemui dimanapun. Jenis angkutan ojek terlihat sangat mendominasi di BWP Manokwari. Sedangkan untuk jenis angkutan mobil jenis angkutan perkotaan (angkot) hanya melayani dengan jalur tertentu. Rencana trayek yang melayani BWP Manokwari meliputi berbagai route di wilayah BWP Manokwari. Jaringan trayek angkutan orang yang melayani BWP Manokwari meliputi tujuh rute, yaitu: 1) Terminal Besar Anday – Kompleks Perumahan Baru D1 – Terminal Wosi – Terminal Besar Anday 2) Terminal Besar Anday – Terminal Wosi – Sub Terminal Sanggeng – Terminal Wosi – Terminal Besar Anday 3) Terminal Wosi – Sub Terminal Sanggeng – Sub Terminal Manokwari Timur – Sub Terminal Pasir Putih – Sub Terminal Bakaro – Sub Terminal Padarmi – Terminal Wosi 4) Terminal Wosi – Sub Terminal Padarni – Sub Terminal Amban – Sub Terminal Padarni – Terminal Wosi 5) Sub Terminal Bakaro – Sub Terminal Amban – Terminal Padarni – Sub Terminal Manokwari Timur – Sub Terminal Pasir Putih – Sub Terminal Bakaro

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

53

6) Terminal Besar Anday – Kompleks Perumahan Baru D1 – Terminal Wosi – Sub Terminal Sanggeng – Sub Terminal Manokwari Timur – Sub Terminal Sanggeng – Terminal Wosi – Terminal Besar Anday 7) Sub Terminal Amban – Sub Terminal Bakaro – Sub Terminal Pasir Putih – Sub Terminal Manokwari Timur – Sub Terminal Sanggeng – Terminal Wosi – Sub Terminal Padarni – Sub Terminal Amban Ketersediaan angkot di dalam Kota belum terlayani penuh selama 24 jam. Keberadaan Angkot ini rata-rata mulai pagi sampai jam 9 malam. Dengan keterbatasan jam pelayanan angkot maka keberadaan ojek sangat berperan penting dalam transportasi di dalam BWP Manokwari. Transportasi Darat sangat membutuhkan sarana dan prasarana perhubungan seperti jalan, terminal, tempat parkir, fasilitas pejalan kaki dan halte/tempat perhentian. Berdasarkan fungsinya di Manokwari terdapat jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal dan jalan lingkungan. Jalan arteri di kota ini memanjang paralel dengan garis pantai. Untuk jalan kolektornya cenderung membentuk grid dan terhubung dengan jalan arteri. Jalan kolektor dan jalan lingkungan membentuk grid dengan mengelilingi blok-blok kawasan permukiman, perdagangan dan jasa. Bentuk jalan yang memanjang garis pantai dengan tambahan jalan dengan klas yang lebih rendah membentuk grid mengelilingi blok permukiman, perdagangan dan jasa ini menunjukkan bahwa kontur tanah yang datar terbatas di sebagian tepian pantai dan sedikit menjorok ke daratan. Terminal di BWP Manokwari sudah tersedia. Terminal ini digunakan untuk melayani penumpang dalam kota dan luar kota. Selain terminal resmi terdapat juga beberapa titik yang berfungsi sebagai tempat menunggu penumpang (terminal bayangan). Terminal bayangan di BWP Manokwari merupakan terminal penumpang yang berfungsi sebagai tempat ganti moda transportasi. Untuk mengembangkan sistem transportasi jalur darat perlu disediakan terminal dan subterminal untuk melayani moilitas penduduk yang semakin berkembang dan fungsi kawasan yang beragam. Beberapa lokasi terminal dan subterminal baik yang sudah ada maupun yang direncanakan di BWP Manokwari disajikan pada Tabel 3.15. berikut

Tabel 3.15. Lokasi Terminal dan SubTerminal di BWP Manokwari No

Kelas Terminal

Sub BWP

Blok

Sub Blok

Fungsi

1

Terminal Pusat

Sub BWP A

A3

A3-2

K-1 (Perdagangan / Jasa Tunggal)

2

Sub Terminal

Sub BWP A

A2

A2-7

SPU-1 (Pendidikan)

3

Sub Terminal

Sub BWP A

A2

A2-14

R-5 (Rumah Kepadatan Sangat Rendah)

4

Sub Terminal

Sub BWP B

B3

B3-4

R-4 (Rumah Kepadatan Rendah)

5

Sub Terminal

Sub BWP D

D3

D3-8

KH-1 (Pertahanan dan Keamanan)

6

Sub Terminal

Sub BWP E

E3

E3-1

PL-1 (Pertanian)

Sumber : RTRW Manokwari 2011 STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

54

Selain sarana prasarana angkutan darat tersebut di atas, yang perlu diperhatikan dalam pengembangan jaringan transportasi darat antara lain adalah pola parkir dan keberadaan trotoar. Pola parkir di Kota Manokwari dibedakan menjadi parkir on street dan off street. Pola parkir on street terutama di komplek pertokoan atau komplek komersial yang belum menyediakan tempat parkir khusus. Berdasarkan pengamatan di lapangan, penyediaan fasilitas parkir telah tersedia di instansi-instansi baik pemerintah maupun swasta. Parkir on street yang menggunakan badan jalan, berdampak berkurangnya lebar efektif ruang dan berdampak tersendatnya lalu-lintas. Fasilitas pejalan kaki berupa trotoar di tepian jalan. Fungsi trotoar adalah memisahkan antara Pejalan kaki dengan arus kendaraan agar tidak terjadi konflik antar keduanya. Kegiatan berjalan kaki umumnya terjadi perjalanan jarak dekat,

misalnya

dari rumah sekolah atau kantor, dari lokasi parkir ke tempat tujuan dan sebagainya. Pada sub bab ini juga akan dijabarkan lebih lanjut mengenai rencana pengembangan jaringan jalan. Jaringan jalan merupakan komponen utama dalam pengembangan moda transportasi darat.

Hasil analisis studio terhadap data panjang dan kelas jalan di BWP Manokwari menunjukkan Sub BWP A merupakan Sub BWP yang memiliki kerapatan jaringan jalan dan variasi kelas jalan yang paling baik. Kondisi eksisiting sub BWP A yang memiliki fungsi sebagai CBD (Center Bussines District) dengan variasi aktivitas perekonomian, perdagangan, serta fungsi pelayanan dalam skala regional dan lokal terkait erat dengan hal tersebut. Sub BWP A saat ini dialui oleh jalan arteri primer sepanjang 7.842,13 m, kolektor primer sepanjang 23.089,80, kolektor sekunder sepanjang 6.856,09 m, jalan lokal sepanjang 48.413,90 m, dan jalan lingkungan sepanjang 58.435,38 m. Dalam jangka waktu ke depannya, kecuali jalan lingkungan belum diperlukan pernambahan panjang jalan di Sub BWP A. Kerapatan jalan di Sub BWP A dianggap cukup untuk memenuhi kebutuhan mobilitas masyarakat dari dan menuju CBD. Sedangkan untuk kelas jalan lingkungan tetap diperlukan penambahan panjang sebesar 621,47 m untuk akses di sub blok A2-1 (fungsi pendidikan) dan A2-15 (fungsi RTH). Hal tersebut diperlukan untuk akses llingkungan yang menghubungkan sub blok tersebut dengan sub blok lain di sekitarnya. Lebih lengkap tentang rencana pengembangan jaringan jalan di Sub BWP A dapat diperhatikan dalam Tabel 3.16.

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

55

Tabel 3.16. Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Sub BWP A Sub Blok Blok

A1-1 A1-2 A1 A1-3 A1-4 A1-5 A2-1 A2-2 A2-3 A2-4 A2-5 A2-6 A2-7 A2-8 A2 A2-9 A2-10 A2-11 A2-12 A2-13 A2-14 A2-15 A2-16 A2-17 A3-1 A3-2 A3

A3-3 A3-4 A3-5 A3-6 A3-7

Kode (Fungsi Sub Blok) C-2 (Perumahan dan Perkantoran) R-4 (Rumah Kepadatan Rendah)

Arteri Kolektor Kolektor Primer Sekunder Primer* * * (m) (m) (m) 418,781

Jalan Lingkungan Lokal* (m)

713,196 2.712,19 174,054 2.003,200 6 1.694,76 SPU-1 (Pendidikan) 531,733 177,806 9 KT-1 (Pemerintahan) 22,039 231,223 869,410 1.619,55 3.524,26 RTH (Ruang Terbuka Hijau) 4 2.457,418 7 KH-1(Pertahanan dan Keamanan) 336,139 551,159 K-1(Perdagangan / Jasa 1.345,99 Tunggal) 9 968,173 1.244,77 KT-1(Pemerintahan) 674,286 1 SPU-3(Kesehatan) 261,393 505,669 R-4(Rumah Kepadatan 1.438,18 Rendah) 416,117 3 C-3(Perkantoran dan 2.801,88 2.614,48 Perdagangan / Jasa) 117,687 1 1 1.771,27 1.973,37 SPU-1(Pendidikan) 4 5 KH-1(Pertahanan dan Keamanan) 994,990 2.610,78 3.442,77 SPU-1(Pendidikan) 5 0 R-4(Rumah Kepadatan Rendah) 620,694 SPU-2(Transportasi) 896,814 472,722 C-2(Perumahan dan 1.616,36 Perkantoran) 4 3.280,79 RTH(Ruang Terbuka Hijau) 3 R-5(Rumah Kepadatan 1.866,22 1.319,43 Sangat Rendah) 4 2 RTH(Ruang Terbuka Hijau) 963,756 784,856 1.157,23 RTH(Ruang Terbuka Hijau) 4 SC(Suaka Alam dan Cagar 1.841,22 3.469,69 Budaya) 4 5 R-4(Rumah Kepadatan 1.104,70 Rendah) 955,956 0 K-1(Perdagangan / Jasa 1.426,76 Tunggal) 3 C-2(Perumahan dan Perkantoran) 129,913 401,275 460,602 C-3(Perkantoran dan 1.131,61 Perdagangan / Jasa) 506,865 404,617 8 KT-1(Pemerintahan) 680,338 796,432 533,684 218,726 KT-1(Pemerintahan) 224,088 244,827 541,711 1.113,14 PL-3(Kawasan Pariwisata) 41,038 3 193,902

Eksisting (m)

Rencana Pembangunan Jalan Baru (m)

1.087,744 5.497,781 2.858,222 947,679 4.662,655 377,481 130,140 161,055 230,269 256,029 1.375,241 2.843,361 1.416,085 7.607,573

310,735

55,560 39,685

2.472,338 2.033,041 366,486 170,934 1.983,255 907,315

1.276,879 1.023,311 500,572 2.102,406

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

56

310,735

Sub Blok Blok

A3-8 A3-9 A3-10 A3-11 A3-12 A3-13 A3-14 A3-15 A3-16 A3-17 A3-18 A3-19 A3-20 A3-21

Kode (Fungsi Sub Blok) R-5(Rumah Kepadatan Sangat Rendah) K-1(Perdagangan / Jasa Tunggal) R-4(Rumah Kepadatan Rendah) KH-1(Pertahanan dan Keamanan) KT-1(Pemerintahan) KH-1(Pertahanan dan Keamanan) R-4(Rumah Kepadatan Rendah) R-4(Rumah Kepadatan Rendah) KH-1(Pertahanan dan Keamanan) R-5(Rumah Kepadatan Sangat Rendah) PL-3(Kawasan Pariwisata) K-1(Perdagangan / Jasa Tunggal) K-1(Perdagangan / Jasa Tunggal) KH-1(Pertahanan dan Keamanan)

Arteri Kolektor Kolektor Primer Sekunder Primer* * * (m) (m) (m)

Eksisting (m)

Rencana Pembangunan Jalan Baru (m)

526,287

1.520,46 5

196,668

810,727

813,233

980,773

446,932

1.984,604

263,741 686,960

736,161 1.878,256

793,407

788,384

22,409

764,812

281,338

795,762

3.112,918

98,338

230,889

314,879

374,475

298,833

618,905

590,639

648,065

1.664,135

338,512 741,730

1.098,939 1.068,877

914,818

810,020

533,409

272,892

983,831

451,154

451,543

0,010 48.413,9 0

1381,274

238,255

107,148

23.089,8 7.842,13 0

Total

Jalan Lingkungan Lokal* (m)

0,008

6.856,09

58.435,38

621,47

Sumber: Analisis Studio, 2012

Sebagian besar penggunaan lahan Sub BWP C merupakan kawasan lindung yang terdiri dari zona perlindungan bawahan dan zona ruang terbuka hijau. Kawasan permukiman yang terletak di kawasan pesisir membuat kerapatan jaringan jalan di sub bwp C terpusat di kawasan pesisir. Berdasarkan kondisi eksisisting hasil analisa studio, saat ini Sub BWP C dilalui oleh jalan arteri primer sepanjang 4.501,83 m, jalan kolektor primer sepanjang 951,349 m, jalan kolektor sekunder sepanjang 6.782,964 m, dan jalan lingkungan sepanjang 3.628,955 m. Guna mengakomodasi kebutuhan terhadap aksesibilitas yang baik dan merata terhadap semua wilayah ke depannya maka dalam jangka waktu beberapa tahun berikutnya diperlukan penambahan ruas jalan baru. Rencana pembangunan jalan lingkungan sepanjang 3.628,95 m yang melalui 6 sub blok merupakan upaya untuk mewujudkan hal tersebut. Lebih lengkapnya tentang rencana pembangunan jalan di sub BWP C dapat diperhatikan dalam Tabel 3.17.berikut :

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

57

Tabel 3.17. Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Sub BWP C

Blok

Sub Blok

Kode Fungsi Sub Blok

Jalan Lingkungan Kolektor Kolektor Rencana Arteri Lokal* Primer* Sekunder* Eksisting Pembangunan Primer* (m) (m) (m) (m) Jalan Baru (m)

R-5(Rumah Kepadatan 253,193 Sangat Rendah) C2-2 RTH(Ruang Terbuka Hijau) C2-3 RTH(Ruang Terbuka Hijau) R-4(Rumah Kepadatan C2-4 675,650 38,756 Rendah) R-5(Rumah Kepadatan C2 C2-5 912,593 Sangat Rendah) R-4(Rumah Kepadatan C2-6 Rendah) R-5(Rumah Kepadatan C2-7 Sangat Rendah) C-1(Perumahan dan C2-8 Perdagangan/Jasa) R-5(Rumah Kepadatan C3-1 Sangat Rendah) R-5(Rumah Kepadatan C3-2 1.628,353 Sangat Rendah) C3-3 PB(Perlindungan Bawahan) C3 R-5(Rumah Kepadatan C3-4 1.808,754 Sangat Rendah) R-5(Rumah Kepadatan C3-5 135,879 Sangat Rendah) C3-6 SPU-1 (Pendidikan) Total 4.501,83 951,349 Sumber: Analisis Studio, 2012 C2-1

1.118,696 1.219,404

56,010

2.102,081 1.856,009 1.521,587 995,011

1.719,537

1.579,442 2.371,518 1.021,821 1.463,846 2.765,251 137,002

1.938,748 962,013 862,960

2.211,705

682,838

406,520

1.108,710 128,015 425,714 1.711,128

2.444,231 772,039 6.544,499

637,821

1.102,985 3.104,360

523,186

592,598 183,983 799,018 991,934 6.782,964 10.934,69 27.001,5

285,881 3.628,955

Lebih lanjut lagi, untuk mendapatkan gambaran distribusi spasial rencana jaringan transportasi darat pada BWP Manokwari, dapat dilihat pada Gambar 5.2. mengenai Peta Rencana Pengembangan Jaringan Transportasi Darat.

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

58

3.4.2.1.2 Rencana Jaringan Transportasi Laut Rencana Pengembangan sistem dan jaringan transportasi laut didasarkan pada berkembangnya bidang sosial dan ekonomi penduduk di wilayah perencanaan, sehingga kebutuhan akan sandang, pangan dan berbagai fasilitas lainnya meningkat. Hasil bumi maupun industri di wilayah yang bersangkutan yang terus meningkat perlu pemasaran keluar daerah. Maka diperlukan sarana dan prasarana keluar masuk barang dari dan ke daerah yang bersangkutan dalam hal ini adalah pelabuhan laut.

a) Barang dan Penumpang Yang Masuk dsan Keluar Pelabuhan Berdasarkan data BPS tahun 2011, barang yang dibongkar dan dimuat serta penumpang yang naik turun seperti pada tabel berikut ini: Tabel 3.18. Jumlah Bongkar Muat Barang dan Penumpang di Pelabuhan Manokwari Dalam 1 Tahun (2010) No.

Aktifitas

Volume

1.

Bongkar barang

266.807,494 ton

2.

Muat barang

56.291,774 ton

3.

Kunjungan kapal

1.254 kali

4.

Penumpang turun

112.293 orang

5.

Penumpang naik

104.572 orang

Sumber: Data BPS Manokwari dalam Angka Tahun 2011

Muat barang dapat menggambarkan seberapa besar sumberdaya di Kota Manokwari yang mampu di ekspor keluar daerah. Bila dilihat bongkar barang memiliki nilai yang jauh lebih besar. Kebutuan di Kota Manokwari masih banyak dipenuhi oleh barang dari luar daerah. Kunjungan kapal ke Kota Manokwari mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Kota Manokwari diharapkan mampu terus meningkatkan promosi daerah, sehingga semakin banyak penduduk dalam maupun luar negeri yang menikmati Kota Manokwari. Kunjungan kapal dan orang mampu memberikan manfaat dengan kemajuan dalam bidang sosial ekonomi.

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

59

b) Pelabuhan Pelabuhan (port) adalah daerah perairan yang terlindung terhadap gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas laut seperti dermaga dimana kapal dapat bertambat untuk bongkar muat barang, kran-kran untuk bongkar muat, tempat-tempat penyimpanan dimana kapal membongkar muatannya dan gudang-gudang dimana barang-barang dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama selama menunggu pengiriman ke daerah tujuan atau pengapalan. Ditinjau dari segi penggunaannya, pelabuhan dibagi menjadi: 1)

Pelabuhan Barang Pelabuhan jenis ini mempunyai dermaga yang dilengkapi dengan fasilitas untuk bongkar muat barang. Lokasi pelabuhan dapat berada di pantai atau estuari dari sungai besar. Dermaga, harus panjang dan harus dapat menampung seluruh panjang kapal atau setidak-tidaknya 80% dari panjang kapal

2)

Pelabuhan Penumpang Pelabuhan yang khusus melayani penumpang

3)

Pelabuhan Campuran Pelabuhan jenis ini melayani bongkar muat barang sekaligus naik turun penumpang

4)

Pelabuhan Militer Pelabuhan khusus untuk kepentingan militer. Pelabuhan ini mempunyai daerah perairan yang cukup luas untuk memungkinkan gerakan cepat kapal-kapal perang

5)

Pelabuhan Minyak Dibangun khusus untuk keperluan bongkar muat minyak

6)

Pelabuhan Ikan Pelabuhan khusus untuk bongkar muat ikan. Pelabuhan ini tidak memerlukan kedalaman air yang besar.



Rencana Pengembangan Pelabuhan Kondisi eksisting pelabuhan di Manokwari, pada saat ini sudah ada beberapa pelabuhan laut dengan beberapa kegunaan: 1. Pelabuhan campuran, lokasinya ada di Distrik Manokwari Timur 2. Pelabuhan militer, lokasinya ada di Sowi dekat perbatasan Anday 3. Pelabuhan minyak, lokasinya ada di Sanggeng 4. Pelabuhan semen, lokasinya ada di Maruni Distrik Manokwari Selatan

Dengan memperhitungkan perkembangan sosial dan ekonomi penduduk serta kemajuan hubungan regional, nasional bahkan internasional, maka rencana pengembangan pelabuhanpelabuhan tersebut sebagai berikut: STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

60

a. Memisahkan pelabuhan penumpang dengan pelabuhan barang. Pelabuhan penumpang tetap ada di Manokwari Timur. Sedangkan pelabuhan barang ada di perbatasan Sowi dan Wosi. b. Pelabuhan militer, lokasi tetap dipertahankan. c. Pelabuhan minyak, lokasinya tidak berubah, tetapi perlu pengamanan yang memadai karena dekat dengan pemukiman penduduk. d. Pelabuhan ikan, lokasi tetap. 

Prasarana pendukung pelabuhan Pada pelabuhan penumpang terdapat stasiun penumpang untuk melayani segala kegiatan yang berhubungan dengan orang yang bepergian seperti kantor imigrasi, keamanan, direksi pelabuhan, maskapai pelayaran dan sebagainya. Pada pelabuhan barang dilengkapi dengan gudang penyimpanan, kran-kran, jalan kereta api, jalan raya atau saluran pelayaran darat serta terminal peti kemas. Disamping itu harus mempunyai halaman dermaga yang cukup luas untuk bongkar muat barang serta tersedia jalan dan halaman untuk pengambilan dan atau pemasukan dari dan ke gudang serta mempunyai fasilitas reparasi.

c) Kapal Jenis kapal berikut karateristiknya sangat mempengaruhi dimensi pelabuhan. Kapal dapat dibedakan menjadi beberapa tipe: 1. Kapal Penumpang 2. Kapal Barang 3. Kapal Barang Curah: barang curah misal beras, batu bara dsb. 4. Kapal Tanker: pengangkut minyak 5. Kapal Khusus: untuk barang tertentu misal LNG

Tabel 3.19. berikut menunjukkan lokasi keberadaan pelabuhan di BWP Manokwari. Sedangkan pada Gambar 3.1. disajikan Peta Rencana Pengembangan Jaringan Transportasi Laut BWP Manokwari.

Tabel 3.19. Lokasi Pelabuhan di BWP Manokwari No 1 2

Pelabuhan Pelabuhan Kelas III Manokwari Pelabuhan Khusus Angkutan Semen *

Sub BWP

BLOK

Sub

Fungsi

Blok

A

A2

A2-11

D

D3

D3-10

SPU-2 (Transportasi) R5(Rumah Kepadatan Sangat Rendah)

Sumber : RTRW Kota Manokwari 2009 dan analisis studio 2012 STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

61

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

62

3.4.2.1.2. Jaringan Transportasi Udara Rencana Pengembangan sistem dan jaringan transportasi udara pada BWP Manokwari didasarkan pada pertimbangan–pertimbangan antara lain sebagai berikut : a. Jarak bandar udara dengan pusat kota b. Perluasan / pengembangan di masa mendatang c. Keberadaan jalan akses d. Keberadaan sarana pendukung e. Keadaan topografi kota f. Sosial ekonomi. Dengan

demikian apabila pertimbangan – pertimbangan seperti tersebut diatas dapat

diakomodir pada BWP Manokwari maka akan terbentuk sistem transportasi udara yang aman, strategis dan tidak ada konflik sosial.

Kondisi eksisting Bandar Udara Rendani, saat ini masih dalam tahap pengembangan lebih lanjut untuk perluasan terminal tunggu dan terminal kedatangan. Secara fisik gedung yang ada masih terbilang sangat minim fasilitas, karena masih dalam tahap pembangunan. Secara umumkondisi eksisting Bandar Udara Rendani dideskripsikan seperti Tabel 3.20. berikut ini : Tabel 3.20. Kondisi eksisting Bandar Udara Rendani Manokwari

Umum

Fasilitas Sisi Udara

Coordinate

S 00053’37” E 134003’01”

Operating Hour

22.00 – 09.00 UTC (06.00 – 17.00) WIT

Operational Category

Non Instrument

Air Traffic Services

ATC (Air Traffic Control)

Runway 17 – 35

Dimension 2000m x 30m

Runway Strip

2120m x 150m

Taxiway A

115m x 18m

Taxiway B

115m x 20m

Apron

125m x 67,5m

Terminal penumpang 540m2, Terminal VIP 120m2, ATC Tower 66m2, Fasilitas Sisi Darat

Bangunan NDB 209m2, Bangunan Meteo 540m2, PKPPK Cat IV 224m2, DPPU Pertamina 540m2, Power House 132m2, Workshop 540m2, Gudang 540m2, Bangunan Administrasi 516m2, Rumah Dinas 39 unit NDB Nautel ND 4000 BD

Alat Bantu Navigasi Udara

VHF Tranceiver, HF-SSB Tranceiver

Alat Bantu Komunikasi Penerbangan 2

Fasilitas Penunjang

Jalan Akses 1.000m , Halaman Parkir 3.900m2

Fasilitas Utilitas

Daya Listrik PLN, Genset, Jaringan Air Bersih, Jaringan Telpon

Sumber : Rencana Induk Bandar Udara Rendani Manokwari Tahun 2004 STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

63

Pertumbuhan dan perkembangan Wilayah Perencanaan, perkembangan aktifitas regional dan nasional akan sangat mempengaruhi rencana pengembangan bandar udara di wilayah perencanaan. Untuk mengetahui karakteristik lalu-lintas udara di Kota Manokwari, dilakukan pencacahan volume penumpang dan pesawat. 

Volume penumpang dan pesawat terbang Pada saat ini maskapai yang melayani rute dari dan ke Manokwari adalah Merpati Nusantara, Batavia Air dan Express Air serta perintis. Berdasarkan data-data yang ada yaitu dari BPS maupun dari Rencana Induk Bandar Udara Rendani, perkembangan volume penumpang adalah seperti tabel berikut :

Tabel 3.21. Data Penumpang dan Frekuensi Pesawat di Bandara Rendani Tahun 2010 No.

Jenis Data

Jumlah

a.

Pesawat Berangkat

4.414 kali

b.

Pesawat Datang

4.330 kali

c.

Penumpang Berangkat

133.207 orang

d.

Penumpang Datang

124.117 orang

e.

Penumpang Transit

69.290 orang

f.

Bongkar Barang

421.311 Kg

g.

Muat Barang

601.581 Kg

Sumber: Data BPS Manokwari Dalam Angka Tahun 2011 

Rencana Pengembangan Sampai saat ini, pesawat terbesar yang bisa mendarat di Bandar Udara Rendani Manokwari adalah jenis Boeing 737-200, kemudian juga pesawat jenis Fokker 100 serta pesawat perintis. Hal ini terkait dengan panjang Landasan Pacu atau Runway di bandara tersebut yang belum memungkinkan pesawat yang lebih besar untuk bisa mendarat. Jika dilihat pertumbuhan volume penumpang dan kargo dari tahun ke tahun yang mengalami kenaikan, Akibat positifdari pengembangan bandara adalah semakin terbukanya akses ke Manokwari baik nasional maupun internasional. Hal tersebut akan semakin membuka peluang para

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

64

investor untuk menanamkan modalnya. Hasil akhirnya adalah semakin pesatnya pertumbuhan ekonomi di Manokwari dan sekitarnya.

Gambar 3.25 Kondisi Bandara Udara Rendani, Manokwari

Bandar udara Rendani terletak pada SubBWP D, pada subblok D2-5 dengan fungsi kawasan (peruntukan) SPU-2 atau Zona Pelayanan Umum Transportasi. Selanjutnya pada Gambar 5.5. berikut, disajikan mengenai Peta Rencana jaringan transportasi udara pada BWP Manokwari Jaringan telekomunikasi Seiring dengan semakin menipisnya jarak antar ruang dan waktu sebagai dampak dari perkembangan teknologi, keberadaan infrastruktur penunjang telekomunikasi merupakan kebutuhan yang sangat vital. Wilayah yang memiliki infrastruktur teknologi dan komunikasi yang baik akan mampu terhubung dengan wilayah lainnya sehingga memudahkan akses terhadap informasi dari dan menuju daerah tersebut. Keberadaan teknologi dan informasi yang mumpuni akan mendukung interaksi wilayah tersebut dengan wilayah lainnya sehingga dapat memunculkan peluang-peluang baru, terutama dalam hal ekonomi dan perdagangan. Keterbatasan data tentang kondisi eksisting infrastruktur telekomunikasi menyebabkan sedikit sekali gambaran yang diperoleh terkait dengan perkembangan infrastruktur telekomunikasi di BWP Manokwari. Satu sumber data yang dimiliki dan dapat menggambarkan kondisi telekomuniasi di BWP Manokwari adalah data jumlah pelanggan telepon kabel yang bersumber dari Potensi Desa (Podes) 2011. Berdasarkan data yang diperoleh, dalam lingkup Sub BWP Manokwari terdapat 133 pelanggan telepon kabel. Minimnya jumlah pelanggan telepon kabel, dikarenakan mahalnya pengembangan atau pembangunan infrastruktur penunjang di lokasi setempat. Selain itu karena jaringan STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

65

telekomunikasi via telepon seluler dinilai lebih praktis dan saat ini lebih diminati oleh masyarakat, maka pengguna telepon kabel sangat terbatas. Jumlah pelanggan telepon kabel di BWP Manokwari yang dibagi tiap sub BWP yang dapat diamati dalam Tabel 5.45. menurut ketersediaan data, Sub BWP E tidak memiliki pelanggan telepon kabel.

Tabel 3.22. Jumlah Pelanggan Telepon Kabel di BWP Manokwari Jumlah Pelanggan No

Sub BWP

Telepon Kabel

1

Sub BWP A

72

2

Sub BWP B

9

3

Sub BWP C

48

4

Sub BWP D

4

Total

133

3.4.2.3. Jaringan Energi/Kelistrikan jaringan energi/kelistrikan menjabarkan tentang jaringan distribusi dan pengembangannya berdasarkan perkiraan kebutuhan energi/listrik di wilayah perencanaan yang terdiri atas: a. Jaringan subtransmisi, yang berfungsi menyalurkan daya listrik dari sumberdaya besar (pembangkit) menuju jaringan distribusi primer (gardu induk) yang terletak di wilayah perencanaan b. Jaringan distribusi primer (jaringan SUTUT,SUTET,SUTT) berfungsi menyalurkan daya listrik dari jaringan subtransmisi menuju jaringan distribusi sekunder, infrastruktur pendukung pada jaringan distribusi primer meliputi : i.

Gardu induk berfungsi menurunkan tegangan dari jaringan subtransmisi (70-500 kv) menjadi tegangan menengah ( 20 kv);

ii.

Gardu hubung berfungsi membagi daya listrik dari gardu induk menuju gardu distribusi.

c. Jaringan distribusi sekunder yang berfungsi untuk menyalurkan atau menghubungkan daya listrik tegangan rendah ke konsumen, yang dilengkapi dengan infrastruktur pendukung berupa gardu distribusi yang berfungsi untuk menurunkan tegangan primer (20 kv) menjadi tegangan sekunder (220 v/380 v).

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

66

Beberapa

asumsi/perkiraan

dasar

yang

digunakan

untuk perhitungan

kebutuhan

jaringan

energi/kelistrikan adalah sebagai berikut :

1. Perhitungan dilakukan berdasarkan SNI 03-1733-2004 tentang perencanaan lingkungan perkotaan 2. Asumsi kebutuhan listrik per KK = 450 vA 3. Asumsi kebutuhan listrik sarana lingkungan 40 % × asumsi kebutuhan listrik per KK 4. Asumsi trafo yang dibutuhkan = 10 kVA membutuhkan 1 unit trafo

Tabel 3.23. Jumlah Pelanggan Listrik BWP Manokwari Jumlah Pelanggan No

Sub BWP

(KK)

1 Sub BWP A

7.553

2 Sub BWP B

1.865

3 Sub BWP C

5.001

4 Sub BWP D

2.693

5 Sub BWP E

24

TOTAL

17.136

Potensi Desa Tahun 2011 Berdasarkan data Potensi Desa tahun 2011 yang termuat dalam Tabel 5.34, pelanggan listrik rumah tangga BWP Manokwari berjumlah 17.136 KK. Pelanggan listrik terbanyak terdapat di Sub BWP A dengan jumlah sebesar 7553 KK, sedangkan yang terkecil adalah sub BWP E dengan 24 KK. Komposisi tersebut menggambarkan kondisi terpusatnya permukiman di Sub BWP A dan C dengan segala fasilitas pelayanan ekonomi dan jasa yang terdapat di dalamnya. Namun berdasarkan perhitungan dengan menggunakan SNI 03-1733-2004 tentang perencanaan lingkungan perkotaan, jumlah tersebut masih belum memenuhi kondisi ideal jika memperhatikan jumlah KK yang sudah dialiri listrik. Kebutuhan ideal pemenuhan listrik di tingkat rumah tangga di BWP Manokwari adalah sekitar 27.742 KK. Dengan asumsi setiap rumah tangga mebutuhkan sekitar 450 vA, maka total yang dibutuhkan adalah sebesar 12.483,90 kvA. Selain kebutuhan listrik rumah tangga, fasilitas pelayanan yang terdapat di masing masing sub blok juga memerlukan tenaga listrik untuk melaksanakan fungsinya. Asumsi yang digunakan untuk perhitungan listrik fasilitas lingkungan di masing masing sub blok adalah 40 % dari kebutuhan rumah tangga di lingkungan tersebut. Sedangkan total kebutuhan listrik merupakan hasil penjumlahan dari kebutuhan listrik rumah tangga dan kebutuhan listrik lingkungan.

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

67

Tabel 3.24. Kondisi Ideal Kebutuhan Listrik BWP Manokwari Tahun 2012 Kebutuhan

Kebutuhan

Bagian

KK

Listrik

Listrik

Wilayah

2012

Rumah

Lingkungan

Tangga (kVA)

(kvA)

7.467,75

2.987,10

Sub BWP A

16.595

Kebutuhan Listrik Total (kvA)

Total Trafo Yang dibutuhkan (Unit)

10.454,85

1.045

A1

3.653

1.643,85

657,54

2.301,39

230

A2

5.232

2.354,40

941,76

3.296,16

330

A3

7.710

3.469,50

1.387,80

4.857,30

486

Sub BWP B

2.411

1.084,95

433,98

1.518,93

152

B1

808

363,60

145,44

509,04

51

B2

370

166,50

66,60

233,10

23

B3

1.086

488,70

195,48

684,18

68

B4

147

66,15

26,46

92,61

9

Sub BWP C

5.036

2.266,20

906,48

3.172,68

317

C1

7

3,15

1,26

4,41

0

C2

3.116

1.402,20

560,88

1.963,08

196

C3

1.913

860,85

344,34

1.205,19

121

Sub BWP D

3.553

1.598,85

639,54

2.238,39

224

D1

76

34,20

13,68

47,88

5

D2

2.067

930,15

372,06

1.302,21

130

D3

1.410

634,50

253,80

888,30

89

Sub BWP E

147

66,15

26,46

92,61

9

E1

68

30,60

12,24

42,84

4

E2

0

0,00

0,00

0,00

0

E3

79

35,55

14,22

49,77

5

Total

27.742

12.483,90

4.993,56

17.477,46

1.748

Sumber: Analisis Studio, 2012

Berdasarkan hasil analisis studio yang termuat dalam Tabel 5.35, total kebutuhan listrik BWP Manokwari adalah 17.477kvA. Jumlah tersebut sebagian besar merupakan kebutuhan listrik di Sub BWP A dan C. Blok dengan kebutuhan terbesar adalah blok A3 sejumlah 4,57,3 KvA. Terdapat satu blok yang tidak memerlukan listrik, yaitu blok E2. Hal tersebut disebabkan blok tersebut merupakan kawasan pertanian yang tidak dihuni oleh penduduk. Hasil perhitungan total kebutuhan tersebut kemudian digunakan sebagai dasar untuk menentukan totak trafo yang dibutuhkan untuk mengalirkan STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

68

listrik di tiap sub blok. Asumsi yang digunakan adalah setiap 10 KvA membutuhkan 1 unit trafo untuk mengalirkan listrik, sehingga total trafo yang dibutuhkan di BWP Manokwari adalah sekitar 1.748 unit trafo. Selain melakukan perhitungan terhadap kondisi ideal kebutuhan listrik BWP Manokwarotahun 2012, perhitungan kebutuhan listrik BWP Manokwari juga dilakukan dengan periode 5 tahunan Kebutuhan listrik rumah tangga di BWP Manokwari tahun 2017 adalah sebesar 17.033,40 KvA. Jumlah kebutuhan listrik tersebut kemudian ditambahkan dengan kebutuhan listrik lingkungan sebesar 40 % dari kebutuhan listrik rumah tangga dengan jumlah sebesar 6.813,36 KvA, sehingga total kebutuhan listrik BWP manokwari tahun 2017 adalah sebesar 23.846,76 KvA. Jumlah trafo yang dibutuhkan untuk mengalirkan listrik tersebut ke masing masing rumah tangga adalah sebanyak 2.385 unit trafo. Pemenuhan kebutuhan tersebut semakin meningkat dari tahun ke tahun. Tabel 3.25. Proyeksi Kebutuhan Listrik BWP Manokwari Tahun 2017

Bagian

KK

Wilayah

2017

Sub BWP A

23.501

Kebutuhan Listrik Rumah Tangga (kVA) 10.575,45

Kebutuhan Listrik Lingkungan (kVA) 4.230,18

Kebutuhan Listrik total (kVA)

Total Trafo Yang dibutuhkan (Unit)

14.805,63

1.481

A1

5.174

2.328,30

931,32

3.259,62

326

A2

7.410

3.334,50

1.333,80

4.668,30

467

A3

10.917

4.912,65

1.965,06

6.877,71

688

Sub BWP C

7.135

3.210,75

1.284,30

4.495,05

450

C1

10

4,50

1,80

6,30

1

C2

4.416

1.987,20

794,88

2.782,08

278

C3

2.709

1.219,05

487,62

1.706,67

171

Sumber: Analisis Studio, 2012 Dari hasil analisis berupa proyeksi kebutuhan listrik selama 5 tahunan hingga akhir masa perencanaan pada BWP Manokwari, dapat diperkirakan atau direncanakan estimasi kebutuhan anggaran yang harus disediakan untuk memenuhi kebutuhan listrik di BWP Manokwari. Pada tahun 2022, 2027 dan 2032 menunjukkan proyeksi kepala keluarga setiap lima tahunan melebihi 20.000 KK. Hal ini berarti dalam 5 tahun jumlah potensial pelanggan atau pengguna listrik yang harus di layani lebih dari 20.000 kepala keluarga. Hal ini secara otomatis menyebabkan kebutuhan listrik rumah tangga akan meningkat pula. Pertumbuhan penduduk, akan meningkatkan kebutuhan akan listrik. Karena listrik sangat krusial dalam menunjang kegiatan penduduk suatu wilayah, maka dari itu hal ini harus menjadi perhatian lebih lanjut.

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

69

Pemenuhan kebutuhan listrik yang semakin besar dari tahun ke tahun membuat peningkatan infrastruktur penunjang menjadi syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh pemerintah. Infrasturktur tersebut terutama terkait dengan ketersedian jaringan listrik induk yang mengalirkan arus listrik ke setiap rumah. Analisis kebutuhan pengembangan jaringan listrik dalam dokumen ini dilakukan dengan data jaringan listrik yang bersumber dari dokumen RDTR sebelumnya tahun 2009. Keterbatasan data penunjang dari PLN ataupun instansi yang terkait lainnya membuat analisis kebutuhan pengembangan dilakukan berdasarkan asumsi bahwa jaringan listrik induk mengikuti jaringan jalan utama di setiap kawasan, terutama jalan arteri primer dan kolektor. Selain itu analisis pengembangan jaringan juga dilakukan dengan mempertimbangkan faktor proporsi kepadatan pemukiman di suatu kawasan. Semakin padat suatu kawasan permukiman maka semakin besar kepadatan jaringan di suatu kawasan tersebut maupun sebaliknya. Pada rencana pengembangan jaringan listrik, akan dibahas pula mengenai rencana panjang jaringan listrik pada masing-masing Sub BWP. Hal ini sangat terkait dengan kebutuhan listrik BWP Manokwari yang telah dijelaskan sebelumnya. Dengan melihat fungsi kawasan atau fungsi subblok peruntukan atau fungsi subzona peruntukan maka dapat dilihat dan dijadikan bahan pertimbangan lebih lanjut untuk prioritas pengembangan jaringan listrik pada BWP Manokwari.Fungsi kawasan yang merupakan pusat atau sebagai fungsi penting yang melayani penduduk BWP Manokwari harus diprioritaskan pengembangannya. Jaringan listrik eksisting atau yang sudah ada saat ini, ada kemungkinan belum mencukupi untuk jangka waktu 20 tahun ke depan. Oleh karena itu disajikan rencana pengembangan jaringan listrik baik eksisting maupun yang akan direncanakan. Jaringan listrik yang ada saat ini (eksisting) apabila masih mencukupi kebutuhan atau jangkauan pelayanannya dapat melingkupi seluruh kawasan (Sub BWP), maka analisisnya disajikan pada tabel tanpa rencana pengembangannya. Sedangkan untuk Sub BWP yang memiliki banyak pengembangan fungsi kawasan, maka sangat besar kemungkinannya untuk menambah jaringan listrik agar kawasan-kawasan atau zona-zona baru tersebut dapat tercakup dalam jangkauan pelayanan jaringan listrik. Selanjutnya akan dibahas mengenai rencana pengembangan jaringan listrik pada BWP Manokwari untuk masing-masing Sub BWP. Tabel 3.27. berikut menyajikan Rencana Panjang Jaringan Listrik Induk pada Sub BWP A, pada Sub BWP A tidak terdapat rencana penambahan jaringan listrik (induk) baru.

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

70

Tabel 3.27. Rencana Panjang Jaringan Listrik Induk pada Sub BWP A Sub BLOK BWP

Sub Blok

Kode

A1-1 A1-2 A1-3 A1-4 A1-5 A2-1 A2-2 A2-3 A2-4 A2-5

C-2 R-4 SPU-1 KT-1 RTH KH-1 K-1 KT-1 SPU-3 R-4

Fungsi

Perumahan dan Perkantoran Rumah Kepadatan Rendah A1 Pendidikan Pemerintahan Ruang Terbuka Hijau Pertahanan dan Keamanan Perdagangan / Jasa Tunggal Pemerintahan Kesehatan Rumah Kepadatan Rendah Perkantoran dan Perdagangan / A2-6 C-3 Jasa A2-7 SPU-1 Pendidikan A2 A2-8 KH-1 Pertahanan dan Keamanan A2-9 SPU-1 Pendidikan A2-11 SPU-2 Transportasi A2-12 C-2 Perumahan dan Perkantoran Rumah Kepadatan Sangat A2-14 R-5 Rendah A2-15 RTH Ruang Terbuka Hijau A Suaka Alam dan Cagar A2-17 SC Budaya A3-1 R-4 Rumah Kepadatan Rendah A3-3 C-2 Perumahan dan Perkantoran Perkantoran dan Perdagangan / A3-4 C-3 Jasa A3-5 KT-1 Pemerintahan A3-6 KT-1 Pemerintahan A3-7 PL-3 Kawasan Pariwisata Rumah Kepadatan Sangat A3-8 R-5 Rendah A3-9 K-1 Perdagangan / Jasa Tunggal A3 A3-10 R-4 Rumah Kepadatan Rendah A3-11 KH-1 Pertahanan dan Keamanan A3-13 KH-1 Pertahanan dan Keamanan A3-14 R-4 Rumah Kepadatan Rendah A3-15 R-4 Rumah Kepadatan Rendah A3-18 PL-3 Kawasan Pariwisata A3-19 K-1 Perdagangan / Jasa Tunggal A3-20 K-1 Perdagangan / Jasa Tunggal A3-21 KH-1 Pertahanan dan Keamanan Total Sumber: Analisis Studio, 2012

Panjang Jaringan Jumlah Listrik Gardu IndukEksisting Listrik (m) (unit) 824,835 2.177,254 1 Unit 1.662,254 385,840 4.350,485 336,139 1.360,274 674,286 261,393 416,117 2.919,568 1.771,274 0 2.610,785 792,289 1.616,364

1 Unit 1 Unit 1 Unit

1.866,224 963,756 1.841,224 955,956 531,188 911,482 2.010,455 468,915 1.154,181 526,287 810,727 1.581,792 22,409 1.046,150 329,227 537,088 107,156 914,818 272,892 451,543 39.462,627

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

71

1 Unit 1 Unit

6 unit

Sebagai Sub BWP yang menjadi pusat perekonomian dalam skala regional maupun lokal, kebutuhan rencana panjang jaringan listrik induk di Sub BWP A merupakan yang terbesar di antara Sub BWP Manokwarilainnya. Total panjang jaringan listrik induk Sub BWP A adalah 39.462,62 m dengan jumlah gardu induk sebanyak 6 unit. Hasil analisis studio yang dilakukan menunjukkan bahwa panjang jaringan eksisting tersebut sudah cukup mumpuni untuk memenuhi kebutuhan listrik Sub BWP A dalam beberapa periode yang akan datang, sehingga belum diperlukan rencana penambahan jaringan baru ataupun rencana penambahan unit gardu listrik baru. Lebih lengkapnya tentang rencana panjang jaringan listrik induk dan gardu induk dapat diamati dalam Tabel 5.40. mengenai rencana panjang jaringan listrik induk pada sub BWP A. Sub BWP C memiliki panjang jaringan listrik induk eksisting sebesar 12.236,142 m. Sub blok yang dilalui jaringan induk teroanjang adalah sub blok C3-2 dengan panjang 3.339 m atau 25 % dari total panjang jarinagn di Sub BWP C, sedangkan yang terkecil adalah di sub blok C3-5 dengan panjang 728,48. Jumlah tersebut dianggap sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sub BWP C dalam beberapa periode yang akan datang sehingga penambahan jaringan induk baru belum diperlukan. Lebih lengkapnya panjang jaringan listrik induk di Sub BWP C dapat diperhatikan dalam Tabel 5.42. pada Tabel 5.42. dapat dilihat bahwa Sub BWP C tidak direncanakan untuk penambahan jaringan listrik baru. Saha halnya dengan Sub BWP A. Fungsi Sub Blok peruntukan pada Sub BWP C yang dilalui atau dilingkupi oleh jaringan listrik seperti tersaji pada Tabel 5.42. merupakan zona perumahan dan zona campuran. Jenis kedua zona ini sangat potensial sebagai pengguna listrik. Kawasan hunian seperti pada Subblok C yang terlingkupi oleh jaringan listrik sangat besar kemungkinannya untuk berkembang sehingga kondisi jaringan listrik yang ada harus ditambahkan. Apabila tidak diperhatikan sejak dini, bisa jadi akan mengganggu kestabilan jaringan kelistrikan pada wilayah disekitarnya. dalam jangka waktu 5 sampai dengan 20 tahun mendatang Tabel 3.28. Rencana Panjang Jaringan Listrik Induk pada Sub BWP C Sub Sub BLOK Kode BWP Blok

C2 C C3

C2-1 C2-4 C2-5 C2-6 C2-8 C3-1 C3-2 C3-4 C3-5

R-5 R-4 R-5 R-4 C-1 R-5 R-5 R-5 R-5

Fungsi

Rumah Kepadatan Sangat Rendah Rumah Kepadatan Rendah Rumah Kepadatan Sangat Rendah Rumah Kepadatan Rendah Perumahan dan Perdagangan/Jasa Rumah Kepadatan Sangat Rendah Rumah Kepadatan Sangat Rendah Rumah Kepadatan Sangat Rendah Rumah Kepadatan Sangat Rendah Total

Panjang Jaringan Listrik Induk Eksisting (m) 253,193 714,407 1.934,414 137,002 2.211,705 1.108,710 3.339,481 1.808,754 728,476 12.236,142

Sumber: Analisis Studio, 2012 STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

72

3.4.2.4. Jaringan Air Bersih Air bersih termasuk salah satu kebutuhan vital bagi keberlangsungan kehidupan. Tersedianya air bersih termasuk ke dalam satu tujuan dari MDG (Milllenium Developments Goal) yang ditetapkan oleh PBB. Hingga saat ini penyediaan air bersih belum menjadi masalah yang mendesak bagi BWP Manokwari. Masih tersedianya kawasan resapan air yang cukup membuat ketersediaan air baku bagi masyarakat perkotaan dapat terpenuhi dengan cukup baik. Hanya saja semakin meningkatnya jumlah penduduk tentu saja semakin meningkatkan kebutuhan terhadap air baku. Berdasarkan analisis yang dilakukan menggunakan standar Dirjen Cipta Karya (2003), rumah tangga BWP Manokwari membutuhkan pasokan air bersih sebesar 3.606.460,00 l/hari pada tahun 2012. Kebutuhan tersebut semakin meningkat setiap periodenya karena asumsi yang digunakan adalah pertumbuhan jumlah KK. Pada tahun 2017, kebutuhan pasokan air bersih adalah sebesar 4.920.760 l/hari, dan mencapai puncaknya pada tahun 2032 sebesar 12.861.290 l/hari. Sub BWP dengan kebutuhan terbesar adalah Sub BWP A.sedangkan Sub BWP E merupakan Sub BWP dengan kebutuhan pasokan air bersih paling kecil di antara Sub BWP lainnya. Perhitungan juga dilakukan terhadap kebutuhan air untuk fasilitas lingkungan dan juga cadangan untuk persediaan pemadam kebakaran. Sebagian wilayah kota yang memiliki kepadatan tinggi cukup rawan kebakaran sehingga persiapan dan antisipasi air untuk kebakaran perlu juga dimasukkan dalam asumsi kebutuhan total air bersih. Pemenuhan kebutuhan air yang semakin meningkat tersebut merupakan sebuah tantangan bagi PDAM dan segenap instansi pemerintahan Manokwari untuk menyediakan sumber air air baku yang cukup dan juga pendisribusian yang merata. Tabel 3.29. menyajikan perhitungan kondisi ideal kebutuhan air bersih di BWP Manokwari tahun 2012. Perhitungan detail kebutuhan masing masing sub BWP dalam periode 5 tahunan dapat dicermati dalam Tabel 3.29. sampai denganTabel 3.30.

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

73

Fasilitas sosial, komersial dan industri (L/hari)

Kebutuha n seluruh kawasan (L/hari)

Kebocor an 30 % dari kebutuha n seluruh perencan aan (L/hari)

647.205,0 0 142.467,0 0 204.048,0 0 300.690,0 0 196.404,0 0

2.804.555, 00 617.357,0 0 884.208,0 0 1.302.990, 00 851.084,0 0

841.366,5 0 185.207,1 0 265.262,4 0 390.897,0 0 255.325,2 0

Cadanga n kebakara n 10 % dari kebutuha n seluruh kawasan (L/hari) 280.455,5 0

Total kebutuha n seluruh kawasan (L/hari)

Kebutuha Kebutuhan Air n Air Rata Rata Setiap Pada Jam Hari (L/detik) Puncak (L/detik)

3.926.377, 00

61.735,70

864.299,80 1.237.891, 20 1.824.186, 00 1.191.517, 60

45,4 4 10,0 0 14,3 3 21,1 1 13,7 9

Kebutu han Sambun gan Rumah (Unit)

Kebutuh an Hidran Umum (Unit)

79,53

10.614

133

17,51

2.337

29

25,07

3.348

42

36,95

4.930

62

24,13

3.223

40

Bagian Wilayah

KK 2012

Penduduk 2012

Kebutuha n rumah tangga (L/hari)

Sub BWP A

16595

66340

2.157.350,0 0

A1

3653

14605

474.890,00

A2

5232

20922

680.160,00

A3

7710

30813

1.002.300,0 0

Sub BWP C

5036

20142

654.680,00

C1

7

28

910,00

273,00

1.183,00

354,90

118,30

1.656,20

0,02

0,03

4

0

C2

3116

12464

405.080,00

121.524,0 0

526.604,0 0

157.981,2 0

52.660,40

737.245,60

8,53

14,93

1.994

25

C3

1913

7650

248.690,00

74.607,00

323.297,0 0

96.989,10

32.329,70

452.615,80

5,24

9,17

1.224

15

88.420,80 130.299,0 0 85.108,40

Sumber: Analisis Studio, 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

74

Bagian Wilayah

KK 2017

Pendud uk 2017

Sub BWP A

23.50 1

93.969

A1

5.174

20.691

A2

7.410 10.91 7

29.632

A3 Sub BWP B B1 B2 B3 B4 Sub BWP C C1 C2 C3

2.851

43.646 11.385

955

3.816

438

1.745

1.284 174

5.131 693

7.135 10

28.533 40

4.416

17.658

2.709

10.835

Tabel 3.30 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih di BWP Manokwari Tahun 2017 Cadanga Kebocora n Kebutuh Fasilitas n 30 % pemadam Kebutuh Kebutuh Total an Air sosial, dari kebakara an an kebutuha Rata komersi kebutuhan n 10 % rumah seluruh n seluruh Rata al dan seluruh dari tangga kawasan kawasan Setiap industri perencana kebutuha (L/hari) (L/hari) (L/hari) Hari (L/hari) an n seluruh (L/detik) (L/hari) kawasan (L/hari) 1.191.500, 397.166,9 5.560.336, 3.055.130 916.539 3.971.669 70 0 60 64,36 1.224.168, 672.620 201.786 874.406 262.321,80 87.440,60 40 14,17 125.229,0 1.753.206, 963.300 288.990 1.252.290 375.687,00 0 00 20,29 184.497,3 2.582.962, 1.419.210 425.763 1.844.973 553.491,90 0 20 29,90 674.546,6 370.630 111.189 481.819 144.545,70 48.181,90 0 7,81 225.953,0 124.150 37.245 161.395 48.418,50 16.139,50 0 2,62 103.630,8 56.940 17.082 74.022 22.206,60 7.402,20 0 1,20 303.794,4 166.920 50.076 216.996 65.098,80 21.699,60 0 3,52 22.620 6.786 29.406 8.821,80 2.940,60 41.168,40 0,48 120.581,5 1.688.141, 927.550 278.265 1.205.815 361.744,50 0 00 19,54 1.300 390 1.690 507,00 169,00 2.366,00 0,03 1.044.825, 574.080 172.224 746.304 223.891,20 74.630,40 60 12,09 640.949,4 352.170 105.651 457.821 137.346,30 45.782,10 0 7,42

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

75

Kebutuha n Air Pada Jam Puncak (L/detik)

Kebutuh an Sambun gan Rumah (Unit)

Kebutuh an Hidran Umum (Unit)

112,62

15.035

188

24,80

3.311

41

35,51

4.741

59

52,32

6.983

87

13,66

1.822

23

4,58

611

8

2,10

279

3

6,15 0,83

821 111

10 1

34,19 0,05

4.565

57 6

0

21,16

2.825

35

12,98

1.734

22

Fasilitas sosial, komersi al dan industri (L/hari)

Kebutuh an seluruh kawasan (L/hari)

Kebocora n 30 % dari kebutuhan seluruh perencana an (L/hari)

Cadanga n pemadam kebakara n 10 % dari kebutuha n seluruh kawasan (L/hari)

Bagian Wilayah

KK 2017

Pendud uk 2017

Kebutuh an rumah tangga (L/hari)

Sub BWP D D1

4.196 90

16.782 359

545.480 11.700

163.644 3.510

709.124 15.210

212.737,20 4.563,00

70.912,40 1.521,00

2.440

9.763

317.200

95.160

412.360

123.708,00

41.236,00

1.666

6.660

216.580

64.974

281.554

84.466,20

28.155,40

992.773,6 0 21.294,00 577.304,0 0 394.175,6 0

169 674 78 311 0 0 91 363 37.85 Total 151.343 2 Sumber: Analisis Studio, 2012

21.970 10.140 0 11.830

6.591 3.042 0 3.549 1.476.22 8

28.561 13.182 0 15.379

8.568,30 3.954,60 0,00 4.613,70 1.919.096, 40

2.856,10 1.318,20 0,00 1.537,90 639.698,8 0

39.985,40 18.454,80 0,00 21.530,60 8.955.783, 20

D2 D3 Sub BWP E E1 E2 E3

4.920.760

6.396.988

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

76

Total kebutuha n seluruh kawasan (L/hari)

Kebutuh an Air Rata Rata Setiap Hari (L/detik)

Kebutuha n Air Pada Jam Puncak (L/detik)

Kebutuh an Sambun gan Rumah (Unit)

11,49 0,25

20,11 0,43

2.685 57

6,68

11,69

1.562

20

4,56

7,98

1.066

13

0,46 0,21 0,00 0,25

0,81 0,37 0,00 0,44

103,65

181,40

108

Kebutuh an Hidran Umum (Unit)

34 1

1 50 0 58

24.215

1 0 1 303

Kebutuhan penyediaan air bersih bagi setiap BWP tentunya harus sejalan dengan ketersedian jaringan distribusi yang merata terhadap semua rumah tangga yang membutuhkan. Analisis rencana pengembangan jaringan perpipaan air bersih manokwari dilakukan menggunakan data jaringan perpipaan air bersih BWP Manokwari dokumen RDTR dan Peraturan Zonasi tahun 2009 yang lalu. Jaringan perpipaan yang dimaksud dalam analisis rencana pengembangan adalah pipa induk yang distribusi air menuju pipa sambungan rumah yang dimiliki oleh konsumen. Data tersebut kemudian diperbarui dengan mempertimbangkan perubahan fungsi kawasan dan arah perkembangan BWP Manokwari ke depannya. Masing-masing Sub BWP memiliki kebutuhan yang berbeda untuk ketersediaan air bersih. Beberapa hal yang mempengaruhinya adalah sebagai berikut : 1. Jumlah penduduk yang dilayani 2. Keragaman fungsi kawasan (subblok peruntukan) pada masing-masing Sub BWP 3. Keberadaan sumber air Seperti telah diuraikan sebelumnyajaringan perpipaan diperlukan untuk mendistribusikan air bersih untuk penduduk. Jaringan perpipaan yang ada di BWP Manokwari pada bahasan ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu, jaringan pipa eksisting atau jaringan yang sudah ada hingga saat ini, dan rencana pengembangan atau penambahan jaringan pipa, yang dimaksudkan untuk mendistribusikan air bersih kepada lokasi kawasan yang belum terlingkupi jaringan perpipaan eksisting. Hingga akhir masa perencanaan atau 20 tahun ke depan diperkirakan akan semakin banyak kawasan pada BWP Manokwari yang berkembang, sehingga jaringan perpipaan yang ada tidak akan cukup lagi melayani kebutuhan penyediaan air bersih seluruh BWP Manokwari. Maka dari itu perlu penambahan jaringan yang diarahkan untuk mencakup area layan baru. Selain daripada itu fungsi subzona saat ini telah mengalami perkembangan yang cukup signifikan apabila dibandingkan dengan zonsi sebelumnya. Sehingga jaringan perpipaan baru dibutuhkan untuk menyediakan air bersih bagi penduduk beserta kegiatan atau aktivitasnya. Substansi berikut akan menjelaskan mengenai rencana pengembangan atau penambahan jaringan perpipaan baru pada Sub BWP Manokwari yang disajikan pada tabel-tabel untuk masing-masing Sub BWP (Tabel 3.30 sampai dengan Tabel 3.34.) dan untuk melengkapi pembahasan mengenai jaringan air bersih dan perpipaan di BWP Manokwari disajikan mengenai sebaran spasial rencana pengembangan jaringan air bersih yang diwujudkan melalui jaringan perpipaan pada Gambar 5.8. tentang Peta Rencana Pengembangan Jaringan Air Bersih. Sub BWP Asebagai kawasan pusat perekonomian Kota Manokwari saat ini dialui oleh jaringan perpipaan sepanjang 20.951,76 m dengan 1 unit reservoar yang terletak di sub blok A1-2 Reremi dengan fungsi sub blok sebagai kawasan perumahan kedapatan rendah. Jaringan perpipaan tersebut melewati 3 blok dan 43 sub blok di Sub BWP A. Sub blok dengan panjang pipa terbesar adalah sub blok A2-7 yang berfungsi sebagai kawasan perkatoran, perdagangan dan jasa, sedangkan sub blok STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

77

dengan jaringan perpipaan terkecil adalah sub blok A3-11 dengan fungsi sebagai kawasan pertahanan dan keamanan. Seiring dengan semakin besarnya kebutuhan air bersih di kawasan perkotaan, di Sub BWP A diperlukan tambahan jaringan perpipaan baru sepanjang 18.519,87 m dan juga satu tambahan reservor baru yang direncanakan terletak di Sub Blok A2-9. Rencana pembangunan jaringan perpipaan baru tersebut diharapkan dapat meningkatkan panjang jaringan yang telah ada mencapai 100% dibandingkan dengan kondisi saat ini, sehingga kebutuhan terhadap air bersih di beberapa periode waktu yang akan datang dapat terpenuhi dengan baik. Tabel 3.31 Rencana Pengembangan Jaringan Perpipaan Air Bersih Sub BWP A

BLOK

A1

A1-1

C-2

Perumahan dan Perkantoran

418,78

Rencana Penambah an Panjang Jaringan Perpipaan Baru (m) 406.05

A1-2

R-4

Rumah Kepadatan Rendah

521,18

1.656.08

A1-3 A1-4 A1-5 A2-1 A2-2 A2-3 A2-4 A2-5

SPU-1 KT-1 RTH KH-1 K-1 KT-1 SPU-3 R-4

531,73 253,26

1.130.52 132.58 4.350.49 129.15 14.93

A2-6

C-3

A2-7

SPU-1

Pendidikan Pemerintahan Ruang Terbuka Hijau Pertahanan dan Keamanan Perdagangan / Jasa Tunggal Pemerintahan Kesehatan Rumah Kepadatan Rendah Perkantoran dan Perdagangan / Jasa Pendidikan

Sub Blok

Kode

Fungsi

Panjang Jaringan Perpipaan Air Bersih Eksisting (m)

206,99 1.345,34 674,29 261,39 416,11

A3

SPU-1

Pendidikan

A2-11 A2-12

SPU-2 C-2

A2-14

R-5

A2-15 A2-17 A3-1 A3-3

RTH SC R-4 C-2

A3-4

C-3

A3-5 A3-6 A3-7

KT-1 KT-1 PL-3

A3-8

R-5

A3-9 A3-10 A3-11 A3-13

K-1 R-4 KH-1 KH-1

Transportasi Perumahan dan Perkantoran Rumah Kepadatan Sangat Rendah Ruang Terbuka Hijau Suaka Alam dan Cagar Budaya Rumah Kepadatan Rendah Perumahan dan Perkantoran Perkantoran dan Perdagangan / Jasa Pemerintahan Pemerintahan Kawasan Pariwisata Rumah Kepadatan Sangat Rendah Perdagangan / Jasa Tunggal Rumah Kepadatan Rendah Pertahanan dan Keamanan Pertahanan dan Keamanan

Reservoir Air Reremi

0.01

2.919,57 1.771.27

A2 A2-9

Keberadaan Reservoar Air Bersih (1 unit)

2.610.78 777,36

14.93 1.616.36 1.866.22 963.76 1.841.22

955,96 531,19 908,14

3.34

2.010,45 468,91 1.154,18 526,29 810,73 1.581,79 22,41 1.046,15

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

78

Rencana Pembanguna n Reservoar Baru

BLOK

Sub Blok

A3-14 A3-15 A3-18 A3-19 A3-20 A3-21

Kode

R-4 R-4 PL-3 K-1 K-1 KH-1

Fungsi

Rumah Kepadatan Rendah Rumah Kepadatan Rendah Kawasan Pariwisata Perdagangan / Jasa Tunggal Perdagangan / Jasa Tunggal Pertahanan dan Keamanan Total

Panjang Jaringan Perpipaan Air Bersih Eksisting (m) 327,64 537,09 107,16 914,82 271,31 451,54 20.951,76

Rencana Penambah an Panjang Jaringan Perpipaan Baru (m) 1.59

Keberadaan Reservoar Air Bersih (1 unit)

1.59 18.510,87

2 Unit

Sub BWP C dilewati oleh perpipaan distribusi air bersih sepanjang 3.605,5 m yang melewati 2 blok dan 6 sub blok. Umumnya sub blok yang dilewati oleh jaringan perpipaan tersebut merupakan sub blok yang berfungsi sebagai kawasan permukiman. Berdasarkan analisis, jumlah tersebut masih jauh dari kondisi ideal untuk pemenuhan kebutuhan Sub BWP C. Dalam beberapa periode waktu ke depannya, rencana pengembangan dilakukan dengan peningkatan panjang jaringan perpipaan hampir 3 kali lipat dari jumlah yang ada saat ini, dengan panjang mencai 8.630,64 dengan tambahan perpipaan di 3 sub-blok baru, yaitu sub blok C2-6 (fungsi rumahh kepadatan rendah) sepanjang 137 m, sub blok C2-8 (fungsi perumahan perdagangan dan jasa sepanjang 2.221,70 m, serta sub blok C3-1 (fungsi rumah kepadatan sangat rendah) sepanjang 1.108,71 m. Lebih lengkapnya tentang rencana pengembangan jaringan perpipaan air bersih di Sub BWP C dapat diperhatikan dalam Tabel 3.32 berikut : Tabel 3.32 Rencana Pengembangan Jaringan Perpipaan Air Bersih Sub BWP C

BLOK

C2

C3

Sub Blok

Kode

C2-1 C2-4 C2-5 C2-6 C2-8 C3-1 C3-2 C3-4 C3-5

R-5 R-4 R-5 R-4 C-1 R-5 R-5 R-5 R-5

Fungsi

Rumah Kepadatan Sangat Rendah Rumah Kepadatan Rendah Rumah Kepadatan Sangat Rendah Rumah Kepadatan Rendah Perumahan dan Perdagangan/Jasa Rumah Kepadatan Sangat Rendah Rumah Kepadatan Sangat Rendah Rumah Kepadatan Sangat Rendah Rumah Kepadatan Sangat Rendah Total

Panjang Jaringan Perpipaan Air Bersih Eksisting (m) 252,03 714,41 1.231,95

592,60 110,96 703,55 3.605,5

Rencana Penambahan Panjang Jaringan Perpipaan Baru (m) 1,16 702,47 137,00 2.211,70 1.108,71 2.746,88 1.697,80 24,92 8.630,64

Sumber: Analisis Studio, 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

79

Keberadaan Reservoar Air Bersih (1 unit)

PDAM

1 Unit

3.4.2.5. Jaringan drainase Pengembangan drainase bertujuan untuk mengalirkan air hujan sedemikian rupa sehingga tidak lagi menimbulkan bahaya (banjir) atau gangguan lingkungan (genangan air). Sedangkan sasaran jangka panjangnya adalah untuk menetapkan suatu jaringan drainase yang terpadu, yang praktis

dioperasikan

dan

dipelihara,

mengurangi

bahaya

banjir

dan

genangan

air,

menjaga/menciptakan kondisi lingkungan yang baik.Rencana bentuk sistem drainase berupa: saluran drainase, sumur peresapan air hujan (SPAH), dan kolam retensi. Rencana saluran drainase sebagian besar mengikuti jaringan jalan yang ada, rencana SPAH tersebar mengikuti distribusi permukiman, sedangkan rencana kolam retensi menggunakan kolam/dam eksisting. Kolam retensi berfungsi sebagai penampung sementara dari limpasan (over land flow) di sekitarnya. Masalah yang sering muncul dalam jaringan drainase adalah adanya genangan atau run-off (aliran permukaan). Air hujan tidak dapat tertampung atau masuk ke saluran drainase karena terhambat oleh sedimen ataupun sampah. Rencana penanggulangan genangan air hujan dilakukan dengan pemeliharaan dan perbaikan saluran yang sudah ada, peningkatan saluran yang sudah ada antara lain dengan: pembuatan pasangan batu pada saluran tersebut sehingga lebih kuat dan kapasitasnya lebih besar, serta pembuatan saluran baru. Dengan demikian diharapkan akan dapat mengatasi luapan dan genangan-genangan walaupun hanya pada waktu hujan saja. Pembuangan air dari saluran drainase direncanakan ke sungai-sungai yang ada, seperti keadaan drainase yang telah ada pada saat ini. Hal ini dimungkinkan karena tinggi muka air sungai tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan muka air tanah di sekitarnya.Jaringan drainase direncanakan menurut hirarkhi yang berbeda. Jaringan tersebut hendaknya terdiri dari elemen-elemen sebagai berikut: a) Saluran tersier, mengalirkan air hujan dari masing-masing rumah tangga ke saluran sekunder sedemikian rupa sehingga air hujan tersebut tidak lagi menimbulkan gangguan atau bahaya.Biasanya saluran tersebut dibiayai, dilaksanakan, dioperasikan dan dipelihara oleh masing-masing rumah tangga atau warga lingkungan setempat. b) Saluran sekunder, mengalirkan air hujan dari saluran tersier ke saluran primer. Saluran tersebut melayani beberapa kelompok perumahan. Biasanya saluran tersebut direncana, didesain, dibiayai,dilaksanakan, dioperasikan dan dipelihara oleh Pemda Kota/Kota. c) Saluran primer, mengalirkan air hujan dari beberapa saluran cabang. Saluran tersebut melintasi batas administrasi. Biasanya saluran tersebut direncana, didesain, dilaksanakan, dioperasikan dan dipelihara oleh Pemerintah Provinsi. Mengingat menurunnya kapasitas air tanah dan kebijakan untuk melindungi sumber-sumber air tanah, sebaiknya tidak semua air hujan dialirkan ke sungai. Sebanyak mungkin air hujan tersebut dialirkan ke sumur peresapan. Sumur-sumur peresapan tersebut sebaiknya dibangun di wilayah permukiman untuk mengimbangi jumlah permukaan kedap air yang semakin meningkat. STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

80

Keberadaan jaringan drainase di BWP Manokwari cukup diperlukan. Kontur sebagian besar wilayah terbangun yang berada di kemiringan lereng yang cukup besar menyebabkan aliran run off air perlu diatur agar tidak menimbulkan potensi terkikisnya tanah yang dapat menyebabkan longsor. Selain itu jaringan drainase yang teletak di bahu kiri dan kanan jalan juga berpengaruh terhadap meningkatnya umur pemakaian jalan, karena run-off yang memenuhi badan jalan berpotensi mengikis permukaan aspal. Analisis rencana pengembangan jaringan drainase BWP Manokwari dilakukan dengan menggunakan data jaringan drainase yang terdapat di dokumen RDTR dan Peraturan Zonasi 2009, yang kemudian diperbarui dan disesuaikan dengan kondisi perkembangan kawasan kota dan perubahan fungsi peruntukan. Sub BWP A merupakan kawasan yang terletak di kawasan yang relatif landai sehingga menjadi pusat kawasan perkotaan manokwari. Berdasarkan analisis kebutuhan jaringan drainase yang dilakukan Sub BWP A membutuhkan 1.509,14 m jaringan drainase primer yang melewati 9 sub blok. besar jaringan drainase primer tersebut saat ini berfungsi sebagai sungai / kali yang berukuran cukup besar dan alirannya menuju ke arah laut. Sedangkan jaringan drainase sekunder yang dibutuhkan oleh Sub BWP A adalah sebesar 39.562,06 m yang melewati 39 sub blok. Berdasarkan observasi dan pengamatan lapangan, sebagian jaringan drainase sekunder tersebut saat ini telah terbangun dengan konstruksi permanen, sedangkan sebagian masih berupa saluran kecil dengan konstruksi yang belum permanen. Keterbatasan data pendukung dari instansi terkait membuat perbandingan antara drainase sekunder yang telah dimiliki dan rencana kebutuhan jaringan yang dianalisis belum dapat dibandingkan. Lebih lengkapnya tentang kebutuhan pengembangan jaringan drainase di Sub BWP A dapat diperhatikan dalam Tabel 3.41. berikut :

Tabel 3.41. Rencana Pengembangan Jaringan Drainase Sub BWP A

BLOK

A1

A2

Sub Blok

Kode

Fungsi

Rencana

Rencana

Panjang

Panjang

Drainase

Drainase

Primer

Sekunder

(m)

(m)

A1-1

C-2

Perumahan dan Perkantoran

824,835

A1-2

R-4

Rumah Kepadatan Rendah

2.177,254

A1-3

SPU-1 Pendidikan

1.662,254

A1-4

KT-1

Pemerintahan

385,840

A1-5

RTH

Ruang Terbuka Hijau

4.350,485

A2-1

KH-1

Pertahanan dan Keamanan

336,139

A2-2

K-1

Perdagangan / Jasa Tunggal

1.360,274

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

81

BLOK

A3

Sub Blok

Kode

Fungsi

Rencana

Rencana

Panjang

Panjang

Drainase

Drainase

Primer

Sekunder

(m)

(m)

A2-3

KT-1

Pemerintahan

674,286

A2-4

SPU-3 Kesehatan

261,393

A2-5

R-4

Rumah Kepadatan Rendah

416,117

A2-6

C-3

Perkantoran dan Perdagangan / Jasa

2.919,568

A2-7

SPU-1 Pendidikan

1.771,274

A2-9

SPU-1 Pendidikan

2.610,785

A2-11 SPU-2 Transportasi

69,301

792,289

A2-12 C-2

Perumahan dan Perkantoran

15,843

1.616,364

A2-14 R-5

Rumah Kepadatan Sangat Rendah

1.866,224

A2-15 RTH

Ruang Terbuka Hijau

963,756

A2-17 SC

Suaka Alam dan Cagar Budaya

1.841,224

A3-1

R-4

Rumah Kepadatan Rendah

A3-3

C-2

Perumahan dan Perkantoran

531,188

A3-4

C-3

Perkantoran dan Perdagangan / Jasa

911,482

A3-5

KT-1

Pemerintahan

2.010,455

A3-6

KT-1

Pemerintahan

468,915

A3-7

PL-3

Kawasan Pariwisata

A3-8

R-5

Rumah Kepadatan Sangat Rendah

A3-9

K-1

Perdagangan / Jasa Tunggal

603,474

371,413

955,956

1.253,611 526,287

54,502

810,727

A3-10 R-4

Rumah Kepadatan Rendah

1.581,792

A3-11 KH-1

Pertahanan dan Keamanan

22,409

A3-13 KH-1

Pertahanan dan Keamanan

1.046,150

A3-14 R-4

Rumah Kepadatan Rendah

329,227

A3-15 R-4

Rumah Kepadatan Rendah

537,088

A3-18 PL-3

Kawasan Pariwisata

229,917

107,156

A3-19 K-1

Perdagangan / Jasa Tunggal

113,226

914,818

A3-20 K-1

Perdagangan / Jasa Tunggal

111,819

272,892

A3-21 KH-1

Pertahanan dan Keamanan

A3-22 RTH

Ruang Terbuka Hijau

Total

451,543 20,648 1.590,14

39.562,06

Sumber: Analisis Studio, 2012 STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

82

Peruntukan lahan terbangun Sub BWP C yang didomunasi oleh kawasan permukiman membutuhkan drainse primer sepanjang 877,168 m yang melalui 3 sub blok. Hampir seluruh kebutuhan drainase primer tersebut telah terpenuhi dengan keberadaan sungai rendani dan sungai wosi. Sungai Rendani melewati sub blok C3-1 (fungsi rumah kepadatan sangat rendah) sepanjang 178,47 m dan sub blok C3-2 (fungsi rumah kepadatan sangat rendah) sepanjang 325,84 m. Sungai Wosi yang bermuara di Teluk Wosi melewati sub blok C3-5 (fungsi rumah kepadatan sangat rendah) sepanjang 372,85 m. Selain drainase primer, sub BWP C juga membutuhkan saluran drainase primer sepanjang 12.477,15 m yang melewati 9 sub blok. Berdasarkan pengamatan terhadap citra satelit maupun observasi lapangan, sebagian saluran drainase sekunder yang direncanakan dapat ditemukan keberadaannya saat ini, namun sebagian lagi belum terdapat di lapangan (belum terbangun). Lebih jelasnya tentang rencana pengembangan jaringan drainase Sub BWP C dapat diperhatikan dalam Tabel 5.67.

Tabel 5.67. Rencana Pengembangan Jaringan Drainase Sub BWP C Rencana Rencana Panjang Panjang Sub BLOK Kode Fungsi Drainase Drainase Blok Primer Sekunder (m) (m) C2-1 R-5 Rumah Kepadatan Sangat Rendah 253,193 C2-4 R-4 Rumah Kepadatan Rendah 714,407 C2 C2-5 R-5 Rumah Kepadatan Sangat Rendah 1.934,414 C2-6 R-4 Rumah Kepadatan Rendah 137,002 C2-8 C-1 Perumahan dan Perdagangan/Jasa 2.211,705 C3-1 R-5 Rumah Kepadatan Sangat Rendah 178,466 1.108,710 C3-2 R-5 Rumah Kepadatan Sangat Rendah 325,840 3.580,487 C3 C3-4 R-5 Rumah Kepadatan Sangat Rendah 1.808,754 C3-5 R-5 Rumah Kepadatan Sangat Rendah 372,849 728,476 877,168 12.477,148 Total Sumber: Analisis Studio, 2012 3.4.2.6. Jaringan persampahan Armada dan sarana pengangkutan yang dimiliki oleh DPU cukup terbatas sehingga pelayanan tidak dapat mencakup seluruh kawasan. Hanya beberapa titik penting yang sampahnya diangkut oleh armada pengangkut sampah untuk kemudian diolah di TPA. Sebagian besar penduduk mengelola sampah secara mandiri dengan cara membakar di pekarangan rumah. Padahal sampah plastik merupakan sampah yang sangat sulit untuk terurai dan cenderung berbahaya bagi lingkungan terutama untuk kesuburan tanah. Lebih lengkapnya tentang kondisi

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

83

eksisting pengelolaan sampah di Kota Manokwari dapat diperhatikan dengan jelas dalam Tabel 5.70. dan 3.42. berikut :

Tabel 3.42. Gambaran Umum Pengelolaan Sampah Eksisting Tahun 2009 dan yang Direncanakan Hingga Tahun 2019 di BWP Manokwari 2009

2019

Uraian Besaran

Satuan Besaran

Jumlah penduduk

261.907

(Jiwa)

Jumlah timbunan sampah

654,77

(m3/hari) 654,77

(m3/hari)

Sampah terangkut (P2L Dinas PU)

55,08

(m3/hari) 173,62

(m3/hari)

Penduduk terlayani

8,41

%

%

599.69

(m3/hari) 520,85

Pengelolaan sampah LDUS

0

%

52,08

Produksi kompos

0

%

10,42

Sisa

sampah

tertinggal

setempat)

(sistem

277.785

25,0

Satuan (Jiwa)

(m3/hari) 30%

sampah

terangkut ton/hari

Sumber : Laporan Akhir Perencanaan Sistem Penanganan Sampah Kota Manokwari

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

84

Tabel 3.43. Kondisi Pengelolaan Sampah di BWP Manokwari Uraian Gambaran Umum Jumlah penduduk Jumlah anggota per KK Cakupan sampah Jumlah Penduduk Terlayani % Penduduk terlayani, terdiri atas:

261.907 2,34

(Jiwa) (jiwa/KK)

22.026 8,41

2,5 654,77

(jiwa) (%) (% penduduk terlayani) (% penduduk terlayani) (% penduduk terlayani) (% penduduk terlayani) (liter/jiwa/hari) (m3/hari)

6 6 -

(m3/hari) (m3/hari) (Km)

80,777

(Km)

-

(% panjang jalan) (Unit)

- TPS

13,62

- Contaimer jalan

6,81

- Langsung diangkut Truck

79,57

- Transfer depo/contaimer

-

Produksi Sampah (standar) Total Produksi sampah Sampah yang terkumpul Dump Truck Arm roll truck/contaimer jalan Pelayanan Penyapuan Jalan Kota Panjang jalan aspal (kolektor sekunder 9,261 Km, kolektor primer 41,769 Km dan arteri primer 29,747) - Pelayanan Penyapuan Jalan - Cakupan Penyapuan Jalan - Becak (1,0m3, 2 rit/hari) Pengumpulan Sampah Kota - Gerobak (1,0 m3, 2 rit/hari - TPS 3 m3, 2 rit/minggu - Dump truck (6 m3/hari ) - Armroll truck (5 m3/hari ) - Pick up (5 m3/hari ) - Contaimer jalan (6 m3) - Tranfer depo (6.30m3) * sebagai TPS * sebagai TD Tempat Pemrosesan Akhir - Bulldozer 70 hp

Satuan

Besaran

4 6 5 1 5 (di lokasi) -

1 1

(Unit) (Unit) (Unit) (Unit) (Unit) (Unit) 3

(Unit) (Unit) (Unit) (Unit) (Unit)

3.4.3. Perkembangan Sarana Dan Prasarana Kota Manokwari. sarana dan prasarana merupakan salah satu kebutuhan dasar yang menjadi factor perkembangan di Kota Manokwari. dengan terpenuhinya sarana dan prasarana tersebut, sudah dapat di ambil tolak ukur sejauh mana hirarki ataupun tingkatan perkembangan kota tersebut. Sebagai daerah central business district yang memiliki skala pelayanan regional dan juga provinsi. Untuk sarana pendidikan seperti TK,SD,SMP,SMA sudah dapat memenuhi kebutuhan pendidikan untuk tahun ini. Namun perencanaan harus dilakukan dalam rangka pemenuhan kebutuhan yang akan datang. Sarana kesehatan yang saat ini STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

85

terdapat di Kota Manokwari juga sudah memenuhi kebutuhan dasar, dengan 3 buah RSUD, di lengkapi dengan tenaga kesehatan dan fasilitas yang memadai. Peningkatan perlu dilakukan terhadap sarana air bersih di Kota Manokwari, dalam hal pemeliharaan, dan juga pergantian pipa-pipa lama yang sudah rusak termakan usia. Ketersediaan air tanah di daerah ini masih acukuo banyak mengingat masih terdapat area hutan konservasi yang menjadi sumber resapan. Fasilitas listrik yang ada saat ini sudah cukup untuk memenuhi standar. Dibutuhkan kinerja yang baik dari para tenaga kerja di bidang tersebut dalam hal pengawasan serta pemeliharan fasilitas kelistrikan didaerah tersebut, serta partisipasi masyarakat dalam hal pembayaran rekening listrik. Sarana prasarana perdagangan yang merupakan penunjang bagi pertumbuhan ekonomi di Kota Manokwari sendiri masih perlu pembenahan lebih banyak oleh pemerintah setempat. Terlihat tingkat ketersediaan sarana yang pada saat ini sudah mulai berkurang, sehingga area pasar tradisional yang ada saat ini terlihat kumuh, dan berbecek pada saat hujan. Selain itu salah satu penunjang peningkatan perekonomian di Kota Manokwari juga dapat dilihat dari ketersediaan sarana prasarana transportasi. Ketersediaan sarana persampahan diKota Manokwari, masih terlihat kurang. Kebanyakan sistem pengelolaan sampah yang dilakukan di sini adalah secara perorangan. Yakni dengan membuang ataupun membakar sendiri sampah, ataupun dengan pembuatan lubang di tanah dan dikubur. Kelayakan TPS di Kota Manokwari perlu dilakukan peningkatan dalam hal pemeliharaan sarana yang sudah rusak termakan usia. Selain itu sebagai kota yang memiliki latar belakang historis, sarana peribadatan di Kota Manokwari lebih didominasi oleh pemeluk agama Kristen. Pada saat ini sarana yang menjadi kebutuhan sudah cukup memadai, dan juga tersedia.

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

86

3.5.

Analisis Tata Ruang Kota perkembangan Kota Manokwari mengalami perubahan dalam hal peningkatan jumlah penduduk serta jumlah infrastruktur sarana prasarana yang mempengaruhi struktur ruang sehingga dibutuhkan analisia mengenai ketersediaan fasilitas yang sudah ada, serta melakukan pengaturan serta penataan agar pemerataan pembangunan dapat berjalan dengan baik. Analisis tata ruang Kota Manokwari yang terdapat di dalam RTRW mengatur sistem penataan yang sesuai dengan kawasan-kawasan tertentu yang di di peruntukan di dalam suatu kota. Kawasan yang terdapat di Kota Manokwari adalah sebagai berikut ;  Kawasan pemukiman  Kawasan perkantoran  Kawasan perdagangan dan jasa  Kawasan pariwisata  Kawasan konservasi Pemukiman di Kota Manokwari pada saat ini terbilang sudah cukup padat, pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun semakin meningkat. Selain dipenuhi oleh penduduk dari dalam daerah sendiri, pengaruh migrasi juga menjadi salah satu penyebab peningkatan penduduk. Kawasan perkantoran yang terdapat di Kota Manokwari, pada saat ini di arahkan pembangunannya diluar kota yaitu di arfai. Kawasan perdagangan dan jasa di Kota Manokwari pada saat ini sudah cukup banyak. Hal ini menjadi salah satu pendongkrak peningkatan perokonomian di Kota Manokwari. kawasan ini banyak di penuhi oleh pengusaha dari luar daerah. Kawasan pariwisata yang di kembangkan disini berupa kawasan wisata bahari. Kawasan konservasi yang di peruntukan di daerah ini dilakukan dalam rangka menjaga kelestarian sumbar daya air tanah agar dapat mencukupi kebutuhan akan sumber air yang berkelanjutan. Fasilitas sarana prasarana yang masih peningkatan disini antara lain, fasilitas air bersih, dan juga fasilitas persampahan. Perhatian pemerintah akan pentingnya pemeliharaan fasilitas berupa pipi air yang sudah termakan usia. Selain itu penyebaran pipa air di daerah Pemukiman yang sampai saat ini belum terjangkau perlu diperhatikan. Fasilitas persampahan yang terdapat di Kota Manokwari masih memiliki kekurangan dalam penyediaan sarana TPS, di pusat kota yang sudah terlihat rusak dan perlu adanya perbaikan. STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

87

3.6.

Potensi, Kendala, Peluang, Ancaman. Adapun peluang, kendala, dan ancaman yang terdapat di Kota Manokwari dapat diuraikan sebagai berikut :

Potensi  manokwari sebagai pusat pemerintahan skala regional dan provinsi  menjadi daya tarik bagi para investor, akan sumber daya alam yang ada di distrik disekitar daerah perkotaan.  Pusat perekonomian di Kota Manokwari  Memiliki daya tarik wisata bahari dan wisata hutan konservasi.  Aksesibilitas yang menghubungkan pusat kota dengan daerah daerah disekitarnya. Kendala.  Banyak masalah sosial yang terjadi, mengenai hak tanah adat,  Kuraangnya skil managerial yang mengakibatkan, sumber daya manusia terbatas  Ketersediaan fasilitas kebersihan seperti TPS masih minim Peluang  Pengembangan daerah agribisnis  Pengembangan perekonomian lewat sektor kelautan  Pengembangan pariwisata  Pengembangan pusat pemerintahan dan perkantoran berskala provinsi Ancaman  Daerah rawan bencana banjir dan tsunami  Sulitnya para investor menanamkan modal, akibat masalah-masalah social yang sering terjadi.

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

88

3.7.

Arahan Perencanaan Pengembangan Kota Arahan pengembangan di Kota Manokwari di lakukan berdasarkan fungsi dari kawasan tertentu, serta mengikuti pola kota yang sudah ada sebelumnya. Beberapa arahaan pengembangan BWP Manokwari adalah sebagai berikut : a. Fungsi transportasi, dalam perencanaan sistem transportasi dan lalu lintas di wilayah BWP Manokwari yang sangat menonjol adalah jangkauan dan kecepatan.

Sementara jaringan transportasi yang telah ada berfungsi untuk

menghubungkan antara kota, antar pusat kegiatan, dan antar blok lingkungan. Selain itu juga diarahkan untuk mendukung kegiatan transportasi laut dan udara. Untuk tujuan ini wilayah yang direncanakan adalah sub blok A2-11 dan A3-2. b.

Fungsi ruang terbuka hijau. Rencana pengembangan ruang terbuka hijau diarahkan pada daerah-daerah yang sebelumnya telah ditetapkan mengemban fungsi tersebut. Pada peruntukan fungsi ini juga dimungkinkan untuk pengembangan tempat rekreasi berupa taman bermain, play ground demi menjaga estetika lingkungan, iklim mikro dan meso serta pelestarian tanaman yangka dan lingkungan sekitarnya. Fungsi ini diarahkan pengembangannya pada sub blok A2-15, A2-16 dan beberapa sub blok lainnya.

c.

Arahan pengembangan fungsi perdangangan atau jasa tunggal adalah disepanjang jalan arteri primer ataupun sekunder. Tujuannya adalah melayani kebutuhan di tingkat lokal dan regional. Untuk mengantisipasi tingginya kebutuhan pengembangan jasa dan perdagangan, maka diarahkan pengembangannya secara vertikal. Pengembangan ini dapat dilakukan di sub blok A3-2, A3-4, A3-9 dan sub blok lainnya.

d.

Fungsi pertanian diarahkan pada lahan dataran yang sebelumnya telah dibudidayakan

untuk

pertanian.

Jenis

tanaman

pertanian

yang

dapat

dikembangkan adalah tanaman berkayu, padi, dan palawija. Mengingat fungsi yang ada, maka diharapkan sub blok yang diperuntukkan bagi pengembangan pertanian mampu mensuplai kebutuhan pangan penduduk BWP Manokwari. Namun tidak menutup kemungkinan sub blok di dalamnya digunakan untuk pengembangan permukiman secara terbatas. e.

Fungsi pariwisata. Untuk mendukung kegiatan pariwisata di BWP Manokwari, maka beberapa sub blok diarahkan pengembangannya sebagai kawasan pariwisata, seperti B3-2, A3-7 dan sub blok lainnya. Dengan fungsi tersebut, maka kegiatan yang mungkin dikembangkan adaah kegiatan pariwisata yang didukung oleh keberadaan objek wisata pantai pasir putih dan pasirindo dengan arah pengembangan obyek daya tarik wisata mealui penambahan infrastruktur pendukung. Selain itu juga untuk pengembangan permukiman terbatas, dimana STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

89

pola pengembangan permukiman diarahkan secara individual dan bukan berciri real estate f.

Fungsi perlindungan bawahan. Sub blok C1-1 adalah salah satu sub blok dalam BWP Manokwari yang diarahkan untuk pengembangan perlindungan bawahan. Sub blok ini luasnya mencapai 2.771,538 ha yang diharapkan mampu menjadi area serapan air, mampu menjaga iklim dalam skala meso-makro, melakukan fungsi perlindungan plasma nutfah, pelestarian tanaman langka dan fungsi lindung lainnya. Kegiatan yang dapat dikembangan pada sub blok dengan fungsi ini sangat terbatas seperti jalur dan kawasan evakuasi bencana. Sementara fungsi lainnya seperti permukiman, perkantoran, perdagangan dan jasa tidak diarahkan

g.

Fungsi suaka alam dan cagar budaya. Sebagian BWP Manokwari diarahkan untuk fungsi sebagai kawasan suaka alam, yaitu menjaga kelestarian flora dan faunan yang terdapat di dalamnya, sehingga kegiatan yang dapat berkembang terbatas pada kegiatan wisata berupa wisata hutan dan ruang terbuka hijau. Kegiatan eksplotasi berlebihan atau pembangunan di sempadan pantai tidak diijinkan karena dapat merusak ekosistem. Sub blok yang diarahkan untuk fungsi ini adalah D3-1, D3-2, D3-3, D3-4, D3-5 dan sub blok lainnya.

h.

Fungsi permukiman. Pengembangan permukiman dalam BWP Manokwari diarahkan pada pengembangan terbatas dan sangat terbatas. Hal ini berarti kepadatan yang dimungkinkan sangat tergantung pada kondisi lokal. Sub blok C2-7 diarahkan untuk fungsi permukiman berkepadatan sangat rendah, yaitu dilakukan oleh individu. Kegiatan pertanian ataupun peternakan tetap diperbolehkan dengan pengaturan jarak lokasi yang sesuai dan selaras. Sementara kegiatan perdagangan dapat dikembangkan di sepanjang jalan lingkungan secara horisontal

dengan

memperhatikan

keserasian

lingkungan.

Permukiman

berkepadatan rendah diarahkan pengembangannya ke arah utara, selatan, dan timur BWP Manokwari. Permukiman tipe ini dapat dikembangkan secara individu ataupun terorganisir melalui pengembang dengan intensitas terbatas.

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

90

BAB IV

RENCANA STRUKTUR TATA RUANG DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KOTA

4.1. Rencana Pengembangan Kota 4.1.2. Rencana Struktur Pelayanan Rencana struktur pelayanan di Kota Manokwari di bagi berdasarkan fungsi kawasan yang ada. Untuk mendukung fungsi BWP Manokwari dan mencapai tujuan penataan BWP yang ditetapkan, maka dilakukan pembagian BWP kedalam beberapa bagian blok dan sub blok. Secara umum dapat dijelaskan bahwa BWP Manokwari terdiri dari lima sub bagian yang masing-masing mencerminkan fungsi pelayanan dengan memperhatikan kawasan lindung. Pada sub BWP A yang hanya meliputi sebagian kecildari wilayah BWP Manokwaridengan luas ±1.652Ha, terbagi menjadi 44 subblok peruntukan. Sub BWP A diarahkan untuk pengembangan kegiatan permukiman, perdagangan dan jasa tunggal, pariwisata, militer, ruang terbuka hijau serta pengembangan sarana prasarana umum. Sementara sub BWP E yangmeliputi sebagian besar wilayah perencanaan, terbagi ke dalam 4 subblok peruntukan saja. Pengembangannya diarahkan untuk pengembangan zona permukiman dan pertanian. Sub BWP D yang terletak di bagian timur Kota Manokwari merupakan wilayah terluas yang mencapai ±8.257Ha terbagi dalam 28 sub blok peruntukan yang meliputi permukiman, perkantoran, hutan lindung, sarana prasarana umum, ruang terbuka hijau dan kawasan militer. Secara lebih lengkap, disajikan pada Tabel 4.1. mengenai jumlah pembagian blok dan subblok serta jumlah dan jenis zona dan subzona pada masing-masing SubBWP. Sedangkan untuk mengetahui gambaran spasialnya, dapat dilihat pada Gambar 3.1. mengenai Peta SubBlok BWP Manokwari.

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

91

No

Sub - BWP

1

A

2

B

3

C

4

D

5

E Total

Tabel 4.1. Pembagian Sub BWP, Blok dan Sub Blok pada BWP Manokwari Jumlah Jumlah Jumlah Zona Jumlah Subzona Blok Sub Blok Peruntukkan/Fungsi Peruntukkan/Fungsi (13 Sub Zona) (9 Zona) 3 44 C-2; C-3; K-1; KH-1; KT-1; PL-3; R-4; C; K; KH; KT; PL; R; RTH; SC; SPU R-5; RTH; SC; SPU-1; SPU-2; SPU-3 (5 Zona) (7 Sub Zona) 4 22 C; PB; PL; R; RTH; SC C-2; PB; PL-1; R-4; R-5;RTH; SC (5 zona) (6 Sub Zona) 3 15 C; PB; R; RTH; SPU C-1; PB; R-4; R-5; RTH; SPU-1 (10 zona) (13 Sub Zona) 3 28 C ; HL ; KH ; KT ; PB ; PS ; R ; RTH ; C-1; HL; KH-1; KH-2; KT-1; PB; PS; SC ; SPU R-4; R-5; RTH; SC; SPU-1; SPU-2 (2 zona) (2 Sub Zona) 3 4 PL; R PL-1; R-5 16 113

Sumber : Hasil Analisis, 2012

4.1.2. Rencana Pemanfaatan Ruang Rencana pemanfaatan ruang di Kota Manokwari pada umumnya terbagi kedalam 2 pemanfaatan pola ruang yakni, zona lindung dan zona budidaya. Zona lindung Zona lindung yang terdapat di Kota Manokwari antara lain ; 1. Zona Perlindungan Bawahannya (PB) Zona PerlindunganBawahannya terdapatpada1 Sub BWPdan tersebar pada 2 Blok, yaitu:  Sub BWPC

: Blok C1 (Sub blok C1-1) dan C3 (C3-3)

2. Zona Ruang Terbuka Hijau (RTH) Zona Ruang Terbuka Hijau terdapat pada 2 Sub BWPyang tersebar pada 3 Blok, yaitu :  Sub BWP A : Blok A1 (Sub blok A1-5), A2 (Sub blok A2-13 Sub blok A2-15, Sub blok A2-16)Blok A3 (Sub blok A3-22)  Sub BWPC

: Blok C2 (Sub blok C2-2 dan Sub blok C2-3)

3. Zona Suaka Alam dan Cagar Budaya (SC) Zona suaka alam dan cagar budaya terdapat di 1 Sub BWPyang tersebar pada 1 Blok, yaitu:  Sub BWP A : Blok A2 (A2-17) Kawasan Bawahan(PB), yaitu peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan lindung yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindunganterhadap kawasan di bawahannya meliputi kawasan gambut dan kawasan resapan air. zona perlindungan setempat(PS), yaitu peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan lindung yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan terhadap sempadan STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

92

pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk, dan kawasan sekitar mata air. Ruang Terbuka Hijau (RTH) yaitu area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Zona lindung lain yang masuk dalam rencana pola ruang BWP Manokwari adalah suaka alam dan cagar budaya (SC)yaitu peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan lindung yang memiliki ciri khas tertentu baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keragaman jenis tumbuhan, satwa danekosistemnya beserta nilai budaya dan sejarah bangsa. Zona Budidaya Zona Budidaya atau Kawasan Budi Daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. Zona budidaya pada BWP Manokwari mengacu pada fungsi subblok peruntukan zonasi ruang BWP Manokwari yang termasuk dalam klasifikasi fungsi budidaya.Pada zonasi subblok peruntukan BWP Manokwari yang telah ditetapkan, zona budidaya yang teridentifikasi sebanyak 7 zona dengan 14 sub zona.Yaitu : (1) Zona Perumahan, yang terdiri dari : Sub Zona Rumah Kepadatan Rendah (R-4), dan SubZona Rumah Kepadatan Sangat Rendah (R-5), (2) Zona Perdagangan dan Jasa, yaitu : Sub Zona Perdagangan dan Jasa Tunggal (K-1), (3) Zona Perkantoran, yaitu : Sub Zona Pemerintahan (KT-1), (4) Zona Sarana Pelayanan Umum, yang terdiri dari : Sub Zona Pendidikan (SPU-1), Sub Zona Transportasi (SPU-2), dan Sub Zona Kesehatan (SPU-3), (5) Zona Peruntukan Lainnya, yang terdiri dari : Sub Zona Pertanian (PL-1), dan Sub Zona Kawasan Pariwisata (PL-3), (6) Zona Peruntukan Khusus, yang terdiri dari : Sub Zona Pertahanan dan Keamanan (KH1), dan Sub Zona TPA (KH-2), (7) Zona Peruntukan Campuran, yang terdiri dari : Sub Zona Perumahan dan Perdagangan/jasa (C-1), Sub Zona Perumahan dan Perkantoran (C-2), dan Sub Zona Perkantoran dan Perdagangan/jasa (C-3). Pemanfaatan Ruang untuk zona budidaya padaBWP Manokwari secara lebih lengkap, adalah sebagai berikut :

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

93

I.

Zona Perumahan Zona perumahan adalah Peruntukan ruang yang terdiri atas kelompok rumah tinggal yang mewadahi kehidupan dan penghidupan masyarakat yang dilengkapi dengan fasilitasnya. PadaBWP Manokwari, zona perumahan terdiri dari 2 subzona yaitu rumah kepadatan rendah dan rumah kepadatan sangat rendah, dengan rincian sebagai berikut:

1. Rumah Kepadatan Rendah (R-4), zona rumah kepadatan rendah berada di 4 Sub BWP yaitu:  Sub BWP A : Blok A1 (Sub blok: A1-2), Blok A2 (Sub blok: A2-5; A2-10), dan Blok A3 (Sub blok: A3-1; A3-10; A3-14; A3-15)  Sub BWP C : Blok C2 (Sub blok: C2-4 dan C2-6) 2. Rumah Kepadatan Sangat Rendah (R-5), zona rumah kepadatan rendah berada di 5 SubBWP yaitu:  Sub BWP A:

Blok A2 (Sub blok: A2-14), Blok A3 (Sub blok: A3-8; A3-17)

 Sub BWP C: Blok C2 (Sub blok: C2-1; C2-5; C2-7), Blok C3 (Sub blok: C3-1; C3-2; C3-4; C3-5) II. Zona Perdagangan dan Jasa Zona perdagangan dan jasa adalah peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budidaya difungsikan untuk pengembangan kegiatan usaha yang bersifat komersial, tempat bekerja, tempat berusaha, serta tempat hiburan dan rekreasi, serta fasilitas umum/sosial pendukungnya. PadaBWP Manokwari hanya terdapat satu jenis zona perdagangan dan jasa yaitu:

 Perdagangan dan jasa tunggal (K-1), berada di 1 sub BWP, yaitu:  Sub BWP A : Blok A2 (Sub blok: A2-14), Blok A3 (Sub blok: A3-8; A3-17) III. Zona Perkantoran Zona perkantoran adalah Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya difungsikan untuk pengembangan kegiatan pelayanan pemerintahan dan tempat bekerja/berusaha,

tempat

berusaha,

dilengkapi

dengan

fasilitas

umum/sosial

pendukungnya. PadaBWP Manokwarizona ini haya satu jenis saja, yaitu :

 Pemerintahan (KT-1)Zona ini berada di:  Sub BWP A : Blok A1 (Sub blok: A1-4), Blok A2 (Sub blok: A2-3), Blok A3 (Sub blok: A35; A3-6; dan A3-12)

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

94

IV. Zona Sarana Pelayanan Umum Zona sarana pelayanan umum adalah peruntukan ruang yang dikembangkan untuk menampung fungsi kegiatan yang berupa pendidikan, kesehatan, peribadatan, sosial budaya, olahraga dan rekreasi, dengan fasilitasnya yang dikembangkan dalam bentuk tunggal/ renggang, deret/rapat dengan skala pelayanan yang ditetapkan dalam RTRWK. PadaBWP Manokwari terdiri dari: 1. Pendidikan (SPU-1), Zona ini berada di:  Sub BWP A : Blok A1 (Sub blok: A1-3), Blok A2 (Sub blok: A2-7; A2-9)  Sub BWP C : Blok C3 (Sub blok: C3-6) 2. Transportasi (SPU-2), Zona ini berada di:  Sub BWP A : Blok A2 (Sub blok: A2-11) 3. Kesehatan (SPU-3), Zona ini berada di:  Sub BWP A : Blok A2 (Sub blok: A2-4) V. Zona Peruntukan Khusus Zona peruntukan khusus adalah peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya yang dikembangkan untuk menampung peruntukan-peruntukan khusus hankam, tempat pemrosesan akhir (TPA), instalasi pembuangan air limbah (IPAL), dan lain-lain yang memerlukan penanganan, perencanaan sarana prasarana serta fasilitas tertentu, dan belum tentu di semua wilayah memiliki peruntukan khusus ini. PadaBWP Manokwari terdiri dari:

 Pertahanan dan Keamanan (KH-1), Zona ini berada di:  Sub BWP A : Blok A2 (Sub blok: A2-1; A2-8), Blok A3 (Sub blok: A3-11; A3-13; A3-16; A3-21) VI. Zona Peruntukan Campuran Zona peruntukan campuran adalah peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budidaya yang dikembangkan untuk menampung beberapa peruntukan fungsi dan/atau bersifat terpadu, seperti perumahan dan perdagangan/jasa; perumahan dan perkantoran; perkantoran perdagangan/jasa. PadaBWP Manokwari terdiri dari: 1) Perumahan dan Perdagangan/Jasa (C-1), Zona ini berada di:  Sub BWP C : Blok C2 (Sub blok: C2-8) 2) Perumahan dan Perkantoran (C-2), Zona ini berada di:  Sub BWP A: Blok A1 (Sub blok: A1-1), Blok A2 (Sub blok: A2-12), dan Blok A3 (Sub blok: A3-3) 3) Perkantoran dan Perdagangan/Jasa (C-3), Zona ini berada di:  Sub BWP A: Blok A2 (Sub blok: A2-6), dan Blok A3 (Sub blok: A3-4)

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

95

Seperti telah dideskripsikan di atas, Zona Budidaya yang telah ditetapkan sebanyak 7 jenis zona pada BWP Manokwari, secara lebih ringkas rincian lokasinya untuk masingmasing zona peruntukan disajikan pada Tabel 4.2. berikut No.

1.

Tabel 4.2. Zona Budidaya Pada BWP Manokwari Kode Sub BWP Blok Sub Blok ZONA PERUMAHAN A1 A1-2 A2 A2-5; A2-10 A Rumah Kepadatan Rendah R-4 A3 A3-1; A3-10; A3-14; A3-15 Zona

C A

2

3.

4.

5. 6. 7.

8. 9. 10. 11. 12.

13.

14.

Rumah Kepadatan Sangat Rendah

C R-5

C2 A2

C2-4; C2-6 A2-14

A3

A3-8; A3-17

C2

C3 D1 D D2 D3 E E1 ZONA PERDAGANGAN DAN JASA A2 Tunggal K-1 A A3 ZONA PERKANTORAN A1 A A2 Pemerintahan KT-1 A3 D2 D D3 ZONA SARANA PELAYANAN UMUM A1 A A2 Pendidikan SPU-1 C C3 D D2 A A2 Transportasi SPU-2 D D2 Kesehatan SPU-3 A A2 ZONA PERUNTUKAN LAINNYA B B2 E1 Pertanian PL-1 E E2 E3 Pariwisata PL-3 A A3 ZONA PERUNTUKAN KHUSUS A2 A Pertahanan dan Keamanan KH-1 A3 D D3 TPA KH-2 D D2 ZONA PERUNTUKAN CAMPURAN C C2 Perumahan dan C-1 Perdagangan/Jasa D D3 A1 A A2 Perumahan dan Perkantoran C-2 A3 B1 B B2 A2 Perkantoran dan C-3 A Perdagangan/Jasa A3

C2-1; C2-5; C2-7 C3-1; C3-2; C3-4; C3-5 D1-2 D2-1; D2-8 D3-9; D3-10; D3-13; D3-14 E1-2 A2-2 A3-2; A3-9; A3-19; A3-20 A1-4 A2-3 A3-5; A3-6; A3-12 D2-6 D3-15; D3-17 A1-3 A2-7; A2-9 C3-6 D2-9 A2-11 D2-5 A2-4 B2-7 E1-1 E2-1 E3-1 A3-7; A3-18 A2-1; A2-8 A3-11; A3-13; A3-16; A3-21 D3-8 D2-7 C2-8 D3-7 A1-1 A2-12 A3-3 B1-3 B2-5 A2-6 A3-4

Hasil Analisis 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

96

Zona perumahan (R)di BWP Manokwariterdiri dari dua jenis subzona yaitu zona rumah kepadatan rendah(R-4) dan zona rumah kepadatan sangat rendah (R-5).Zona ini memiliki fungsi utama untuk menunjang kegiatan permukiman, dengan arah pengembangan baik secara horisontal dan vertikal, dan dengan pola pengembangan permukiman diarahkan secara individual (tidak diorganisir oleh pengembang atau real estate). Pada zona ini, tidak hanya terdapat kegiatan permukiman saja, tetapi bercampur dengan zona budidaya lain, seperti zona perdagangan/jasa tunggal, pemerintahan, perkantoran di Blok A3 dan C2, zona pertahanan dan keamanan di blok D3. Adanya kegiatan perdagangan ini didukung oleh keberadaan jalan arteri primer untuk pengembangan pelayanan lokal maupun regional. Keberadaan beberapa aktivitas di sekitar zona perumahan akan saling mendukung dimana akan memudahkan akses pemenuhan kebutuhan penduduk, dan juga mendekatkan konsumen pada pusat perdagangan. Selain bercampur dengan zona budidaya, terdapat pula zona lindung yaitu RTH yang dapat dikembangkan untuk rekreasi, tempat bermain (play ground), meningkatkan

estetika lingkungan, menjaga iklim mikro-meso,

pelestarian

tanaman langka dan sejenisnya. RTH ini berada di blok A2 dan B3. Dengan adanya RTH ini, akan mendukung terciptanya kondisi permukiman penduduk yang nyaman dan sehat. Zona lindung lain adalah zona perlindungan setempat berupa sempadan pantai do Blok D3 dan sempadan sungai di Blok A3. Zona ini diarahkan untuk RTH karena merupakan zona yang bebas dari bangunan, artinya tidak diijinkan pendirian bangunan di atasnya. Dilihat dari Peta Pengggunaan Lahan, blok-blok untuk zona perumahan ini, saat ini memang merupakan daerah permukiman penduduk yang dominan pada Blok A, sehingga dengan rencana pola ruang

tepat

digunakan

sebagai

pedoman

pengawasan

dan

pengendalian

supaya

pembangunan khususnya permukiman penduduk tidak merusak daerah sekitar, khususnya kawasan lindung. Seperti yang telah dijelaskan di atas, zona perdagangan (K)bercampur dengan zona perumahan karena memang menguntungkan secara ekonomi(hubungan konsumenprodusen). Selain itu, perdagangan ini ditakkan di wilayah dengan aksesibilitas tinggi, khususnya dekat dengan jalan besar, terutama jalan dengan kelas arteri primer seperti di Blok A2 dan A3. Keberadaan jalan ini akan mendukung pengembangan sektor perdagangan di BWP Manokwaribaik lingkup lokal maupun regional. Aksesibilitas yang baik, khususnya jalan merupakan kunci penting pengembangan ekonomi daerah, khususnya di bidang perdagangan. A2 Fungsi utamanya untuk menunjang Kegiatan Perdagangan, didukung oleh keberadaan Jln. Jenderal Sudirman klas Kolektor, arah pengembangannya untuk pelayanan lokal dan regional.Pendukung lain selain jalan arteri adalah karena adanya kegiatan pelayanan transportasi berupa terminal tipe B di blol A2 dan juga terminal tipe C di Blok A3. Dengan adanya jalur transportasi skala desa dan skala kota ini, serta moda transportasi yang STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

97

memadai, dapat dipastikan mobilitas yang tinggi pada wilayah tersebut yang dapat mendukung kegiatan ekonomi. Bercampurnya zona pada blok-blok ini, seperti halnya disebutkan sebelumnya tidak hanya dengan zona budidaya tetapi juga zona lindung yaitu perlindungan setempat berupa sempadan sungai dan sempadan pantai yang fungsinya untuk melindungi daerah sekitar sungai dan pantai supaya tidak digunakan untuk pendirian bangunan. Aktivitas pemerintahan pada BWP Manokwari, difokuskan pada kawasan tersendiri yaitu perkantoran pemerintahan (KT-1), dengan tujuan efisiensi dan efektifitas kinerja pemerintah agar memudahkan koordinasi dan komunikasi antar dinas. Zona ini merupakan pengelompokan badan/dinas/kantor pemerintahan Provinsi Papua Barat (pada Sub BWP A) dan pengelompokan badan/dinas/kantor pemerintahan Kabupaten Manokwari (pada Sub BWP D) Bercampurnya zona budidaya ini terjadi pula pada zona sarana pelayanan umum (SPU)dimana memang diperuntukkan untuk menampung fungsi kegiatan penduduk, sehingga lokasinya dekat dengan permukiman, perdagangan, maupun perkantoran. Zona sarana pelayanan umum di BWP Manokwariini terdiri dari tiga yaitu pendidikan(SPU-1), transportasi(SPU-2), dan kesehatan(SPU-3). Sarana pelayanan umum ini dibangun berdasarkan kebutuhan penduduk yaitu dilihat dari jumlah minimum penduduk yang harus dilayani (population threshold), dan harus melihat jarak antara penduduk dan lokasi sarana. Kedekatan dengan sarana pelayanan umum ini sangat menguntungkan, seperti pendidikan sehingga dapat meminimalkan usaha baik biaya maupun tenaga untuk mencapai sarana, kemudian transportasi seperti terminal, pelabuhan, dan juga bandara akan mendukung kemudahan mobilitas penduduk, serta untuk sarana kesehatan yang sudah seharusnya mudah untuk diakses/dicapai penduduk. Tetapi untuk sarana kesehatan ini, harus diawasi dengan ketat supaya tidak berimbas negatif atau membahayakan lingkungan sekitar yang biasanya disebabkan oleh limbah-limbah rumah sakit yang dibuang sembarangan. Terkait dengan potensi Manokwari, terdapat zona pertanian(PL-1) dan pariwisata (PL-3)yang dikembangan untuk menampung fungsi kegiatan di daerah tertentu. Pada zona ini, keberadaan zona budidaya lain dibatasi, seperti permukiman yang ada merupakan permukiman

terbatas

(kalaupun

bukan

permukiman

terbatas

akan

diarahkan

pengembangannya secara vertikal) dan juga perdagangan hanya perdagangan terbatas (warung, toko kecil) supaya tidak merusak kegiatan pertanian maupun pariwisata. Pada sekitar zona ini tetap terdapat zona lindung berupa sempadan sungai dan sempadan pantai yang nantinya akan diarahkan sebagai RTH. Pada zona budidaya BWP Manokwari, terdapat kawasan/peruntukan khusus. Untuk menampung kegiatan khusus bidang pertahanan dan keamanan, terdapat zona peruntukan khusus berupa zona pertahanan dan keamanan (KH-1)di beberapa blok. Keberadaan zona STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

98

ini, berdekatan dengan kegiatan perdagangan maupun permukiman, sehingga dapat mendukung keamanan baik lokal maupun regional. Zona peruntukan khusus lainnya yaitu terkait dengan pengelolaan sampah yaitu TPA (KH-2)sehingga dapat menunjang kondisi BWP Manokwariyang nyaman dan sehat. TPA ini berada di Blok D2 (TPA Gunung Sayori). Pengelolaan sampah di TPA ini harus benar-benar tepat sehingga keberadaannya yang dekat dengan permukiman penduduk tidak mengganggu. Jika sebelumnya dikatakan bahwa beberapa zona budidaya lokasinya bercampur dengan zona budidaya lain, maka pada beberapa blok yang memang direncanakan menjadi zona peruntukan campuran (C) yang bertujuan untuk (1) menyediakan ruang untuk pengembangan beberapa fungsi pperuntukan dalam satu kesatuan lahan sehingga terwujud efisisensi lahan; (2) menetapkan kriteria pengembangan zona campuran yang menjamin pencapaian masyarakat atas prasarana/sarana; dan (3) mendukung konsep pembangunan kota kompak. Terdapat tiga zona yang ada yaitu (1) Perumahan dan Perdagangan/jasa; (2) Perumahan dan Perkantoran; (3) Perkantoran dan Perdagangan/Jasa. Pada zona campuran perumahan dan perdagangan/jasa(C-1) di Blok D3 terdapat kegiatan lain seperti transportasi/terminal, kegiatan pendidikan, dan kegiatan wisata pantai. Kegiatan Perdagangan (perdagangan terbatas) terdapat pada zona perumahan dan perkantoran (C-2)yang dimaksudkan untuk melayani area lokal/kecil/sekitar. Selain itu terdapat pula sarana pendidikan pada zona ini walaupun hanya kecil saja. Zona perkantoran dan perdagangan/jasa (C-3)biasanya didukung oleh keberadaan jalan yang dapat mendukung pengembangan kegiatan untuk skala lokal maupun regional. Pada zona ini ada pula kegiatan lain yaitu permukiman yang dapat dikembangkan untuk kegiatan perekonomian seperti rumah toko dan rumah kantor. Rencana zona peruntukan campuran ini akan dapat meningkatkan kawasan terbangun dan kepadatan penduduk permukiman, mengintensifkan aktifitas ekonomi, sosial dan budaya perkotaan, dan memanipulasi ukuran kota, bentuk dan struktur perkotaan serta sistem permukiman dalam rangka mencapai manfaat keberlanjutan lingkungan, sosial, dan global, yang diperoleh dari pemusatan fungsi-fungsi perkotaan1. Dengan beberapa aktivitas dijadikan satu tempat maka akan berdampak positif pada keberlanjutan kota/sustainable city yang dapat dilihat dari berbagai aspek yaitu: (1) sustainable economy; (2) sustainaible society; (3) sustainable urban environment; (4) sustainable urban shelter; (5) sustainable urban access; dan (6) sustainable urban government2.

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

99

Dengan zona peruntukan campuran ini maka akan terjadi diversity and mixed use activity yaitu menyatunya berbagai macam kegiatan yang beragam dalam sebuah lokasi, dengan

jalan

pembangunan

atau

pengembangankegiatan

campuran

(mixed-use

development). Dampak-dampak positif dari campuran kegiatan ini antara lain : 1. Perpengaruh positif pada kegiatan ekonomi dan jasa dalam satu ruang, memicu perputaran roda ekonomi sehingga pendapatan meningkat sehingga akan lebih mudah untuk meningkatkan kondisi sosial-ekonomi penduduk yang berarti akan meningkatkan kualitas hidup. 2. Mengurangi pemakaian kendaraan bermotor karena lokasi sarana baik pendidikan, kantor, perdagangan dekat dengan rumah sehingga mengefisiensikan biaya transport, menghemat

biaya

transport,

waktu,

mengurangi

polusi

sehingga

terjadi

pengembangan kota yang ramah lingkungan. 3. Lingkungan yang lebih sehat dan nyaman dengan pembangunan kota yang terpadu dan terkendali. 4. Memicu peningkatan sarana dan prasarana transportasi untuk menunjang aktivitas penduduk jika memang ada dibeberapa daerah yang aksesnya belum memadai. 5. Memaksimalkan lahan yang tersedia di kota, bahkan mungkin dapat memaksimalkan lahan kosong yang selama ini tidak optimal. 6. Adanya zona lindung di sekitar zona budidaya yang dapat menjamin “keamanan” dan “kenyamanan” kota seperti adanya RTH dan sempadan sungai. 4.1.3. Rencana Pengembangan Wilayah Rencana pengembangan wilayah Kota Manokwari mencakup aspek Pengembangan Sistem Transportasi, Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi, Sistem Jaringan Prasarana Listrik, Sistem Jaringan Prasarana Air Bersih. Dalam sistem transportasi yang di kembangkan, bertujuan untuk memenuhi kebutuhan akan aksesibilitas diKota Manokwari yakni, rencana jalan penghubung antara wilayah kabupaten, maupun jalan penghubung antar distrik.selain itu ketersediaan infrastruktur menjadi salah satu yang harus terpenuhi sebagai factor pendukung

pergerakan

telekomunikasi

memiliki

sistem

transportasi.

arahan

pengembangan

Sistem

jaringan

prasaranan

yang

meliputi,

penyediaan

sambungan mikro, penyediaan sistem telekomunikasi berbasis teknologi internet, dan pengembangan prasarana telekomunikasi di yang meliputi telepon rumah tangga, telepon umum, dan telepon seluler. Pengembangan sistem jaringan listrik meliputi, peningkatan tingkat pelayanan, pemeliharaan fasilitas kelistrikan, serta penambahan infrastruktur.selanjutnya pengembangan sistem jaringan air bersih meliputi perlindungan terhadap sumberSTUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

100

sumber air bersih yang terdapat di Kota Manokwari, serta peningkatan infrastruktur untuk memperlancar pengairan. 4.2. Strategi Pengembangan Kota Manokwari 4.2.1. Strategi Dasar Pengembangan Kota 2.1.1.

Kebijakan dan Strategi Pengembangan Prasarana Wilayah Kabupaten

Manokwari

termasuk didalamnya Kota Manokwari

memiliki peran

penting dalam skala nasional. Dengan demikian pengembangan Kabupaten Manokwari

sangat

berkaitan

dengan

berbagai

pengembangan

infrastruktur

pendukungnya. Untuk itu diperlukan adanya kebijakan dan strategi pengembangan prasarana wilayah, antara lain: 1. Kebijakan 1: Pengembangan sistem transportasi jaringan jalan dalam mendukung pertumbuhan dan pemerataan wilayah. Strategi : a. Pengembangan jalan penghubung distrik dan perdesaan; b. Pengembangan jalan arteri primer pada ruas jalan yang menghubungkan Kabupaten Manokwari menuju Kabupaten Sorong, yaitu ruas jalan yang melalui Kota Manokwari - Warmare – Prafi – Sidey – Masni – Mubrani – Kebar - Senopi dan jalan yang menghubungkan Kabupaten Manokwari dengan Kabupaten Teluk Bintuni melalui Distrik Manokwari Barat – Manokwari Selatan –Tanah Rubu – Oransbari – Ransiki –Mumi Waren. 2. Kebijakan 2 : Pengembangan infrastruktur pendukung pertumbuhan wilayah berupa terminal. Strategi : a. Pengembangan Terminal Tipe B di Distrik Manokwari Barat b. Pengembangan Terminal Tipe B di Distrik Distrik Prafi, Distrik Sidey, dan Distrik Kebar. c. Peningkatan infrastruktur pendukung dan pelayanan terminal yang memadai di perkotaan Manokwari Barat yang terintegrasi dengan Pelabuhan Laut Nasional di Distrik Manokwari Timur. 3. Kebijakan 3 : Pengembangan sistem transportasi laut. Strategi : a. Pengembangan sarana pendukung Pelabuhan Nasional di Distrik Manokwari Barat 4. Kebijakan 4 : Pengembangan Sistem Transportasi Udara. Strategi :

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

101

a. Pengembangan dan peningkatan sarana pendukung Bandara Nasional di Manokwari Selatan sebagai Bandara Nasional. b. Pengembangan Bandara Regional serta peningkatan sarana penunjang. 2.1.2. Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi Kebijakan : Pengembangan jangkauan dan kemudahan mendapatkan pelayanan. Strategi : a. Pengembangan Jaringan telekomunikasi sistem mikro yang melintasi Manokwari barat bagian tengah dan manokwari utara bagian tengah. b. Peningkatan sistem informasi telekomunikasi pembangunan daerah berupa informasi berbasis teknologi internet; c. Pengembangan prasarana telekomunikasi meliputi telepon rumah tangga, telepon umum, jaringan telepon seluler. 2.1.3. Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Listrik 1. Kebijakan 1 : Optimalisasi tingkat pelayanan. Strategi : a. Perluasan jaringan (pemerataan); b. Pengembangan sumberdaya energi; c. Pengembangan jaringan baru; d. Peningkatan infrastruktur pendukung; e. Penambahan dan perbaikan sistem jaringan; serta f. Meningkatkan dan mengoptimalkan pelayanan. 2. Kebijakan 2 : Perluasan jangkauan listrik sampai ke pelosok desa(Kampung). Strategi : a. Peningkatan jaringan listrik pada wilayah pelosok; 3. Kebijakan 2 : Peningkatan kapasitas dan pelayanan energy listrik. Strategi : a. Pengembangan jariangan listrik yang terintegrasi dengan sistem jaringan jalan; b. Peningkatan kapasitas sumber listrik; c. Peningkatan efisiensi pemakaian listrik; serta d. Pengembangan sumber energi yang terbarukan. 4. Kebijakan 4 : Pengembangan alternatif pelayanan listrik. a. Pengembangan sistem penyediaan setempat misalnya melalui mikro hidro. b. Pengembangan sistem solarcell serta c. Pengembagan biogas 2.1.4. Pengembangan sistem jaringan prasarana sumber daya air Kebijakan (1) Peningkatan sistem jaringan pengairan. Strategi : STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

102

a. Pengembangan pengairan di distrik Manokwari Utara, Distrik Ransiki dan Distrik Nenei berikut distrik lainnya yang belum terdapat sistem jaringan pengairan baik sistem irigasi maupun sistem jaringan air bersih; b. Peningkatan jaringan irigasi sederhana dan irigasi teknis; c. Peningkatan sarana dan prasarana pendukung system jaringan pengairan; d. Perlindungan terhadap sumber-sumber mata air dan daerah resapan air; e. Perlindungan dan pengelolaan sumber-sumber air. 2.1.5. Pengembangan sistem jaringan Air Bersih; Kebijakan : Peningkatan sistem jaringan Air bersih. Strategi : a. Peningkatan Distribusi Air Bersih dengan Sistem Perpipaan, melalui PDAM, HIPAM dll; b. Peingkatan Distribusi Air Bersih dengan Sistem Non Perpipaan, seperti Sumur Gali dan Sumur Pompa dll; c. Peningkatan sarana dan prasarana pendukung; serta d. Perlindungan dan pengelolaan sumber-sumber air. 2.1.6. Pengembangan sistem jaringan Air Minum; Kebijakan : Peningkatan sistem jaringan Air Minum. Strategi : a. Peningkatan penyediaan air minum yang bersih dan sehat; b. Peningkatan Distribusi Air Minum dengan Sistem Perpipaan, khususnya di Kota Manokwari; c. Peningkatan sarana dan prasarana pendukung; serta d. Perlindungan dan pengelolaan sumber-sumber air. 2.1.7. Pengembangan sistem jaringan prasarana lainnya 1. Kebijakan (1) Mereduksi sumber timbunan sampah sejak awal. Strategi : a. Meminimasi pengunaan sumber sampah yang sukar didaur ulang secara alamiah dengan sistem 3 R; b. Memanfaatkan ulang sampah (re-cycle) yang ada terutama yang memiliki nilai ekonomi; c. Mengolah sampah organik menjadi kompos. 2. Kebijakan (2) Optimalisasi tingkat penanganan sampah perkotaan. Strategi : a. Peningkatan prasarana pengolahan sampah; b. Pengadaan TPA regional; serta c. Pengelolaan sampah berkelanjutan. STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

103

3. Kebijakan (3) Penetapan kawasan Ruang Terbuka Hijau. Strategi : a. Pengadaan taman dan hutan kota; b. Penetapan luasan RTH perkotaan minimum 30% dari luas area; serta c. Pengembangan jenis RTH dengan berbagai fungsinya. 4. Kebijakan (4) Menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih. Strategi : a. Pemenuhan fasilitas septic tank per KK di wilayah perkotaan; b. Peningkatan sanitasi lingkungan untuk permukiman, produksi, jasa, dan kegiatan sosial ekonomi lainnya. Kebijakan Dan Strategi Pengembangan Pola Ruang Wilayah Kota Manokwari Pola ruang wilayah Kabupaten Manokwari mencakup kawasan lindung dan budidaya, dimana kawasan-kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan lindung tidak boleh dialihfungsikan untuk kegiatan budidaya, dan kawasan budidaya akan dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal. Kawasan budidaya hutan produksi dan lahan abadi pertanian tanaman pangan harus tetap dipertahankan. Untuk lebih jelas mengenai kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang wilayah Kabupaten Manokwari dapat dilihat dibawah ini: I. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Lindung, meliputi: 1. Kebijakan (1) Pemantapan fungsi lindung pada kawasan yang memberi perlindungan kawasan bawahannya. Strategi : a. Pengembalian fungsi pada kawasan yang mengalami kerusakan, melalui penanganan secara teknis dan vegetatif; b. Pada kawasan yang memberi perlindungan kawasan bawahannya tetapi terjadi alih fungsi untuk budidaya maka perkembangan dibatasi dan dikembangkan tanaman yang memiliki fungsi lindung; c. Kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan resapan air harus dipertahankan; d. Peningkatan peran serta dari masyarakat sekitar kawasan; e. Kawasan yang termasuk sekitar Hutan lindung harus dilestarikan; serta f.

Peningkatan kesadaran akan lingkungan melalui pendidikan, pariwisata, penelitian dan kerjasama pengelolaan kawasan.

2. Kebijakan (2) Pemantapan kawasan perlindungan setempat. Strategi : a. Pembatasan kegiatan yang tidak berkaitan dengan perlindungan setempat; STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

104

b. Kawasan perlindungan setempat sepanjang sungai dibatasi untuk mengupayakan sungai sebagai latar belakang kawasan fungsional; c. Kawasan perlindungan setempat sekitar mata air, dibatasi untuk pariwisata dan menghindari bangunan radius pengamanan kawasan dan mengutamakan vegetasi yang memberikan perlindungan mata air; d. Pengamanan kawasan perlindungan setempat sepanjang pantai dilakukan dengan mempertahankan ekosistem pantai : hutan mangrove, terumbu karang, rumput laut dan estuaria. Penggunaan fungsional seperti pariwisata, pelabuhan, hankam, permukiman harus memperhatikan kaidah lingkungan dan ekosistem pesisir; serta e. Pemanfaatan sumber air untuk irigasi dilakukan dengan tetap memperhatikan keseimbangan pasokan air dan kebutuhan masyarakat setempat. 3. Kebijakan (3) Pemantapan kawasan Cagar Budaya. Strategi : a. Kawasan ini hanya diperuntukkan bagi kegiatan yang berkaitan dengan budaya masyarakat; b. Memelihara nilai dan fungsinya sebagai peninggalan sejarah, objek penelitian dan pariwisata; c. Pelaksanaan kerjasama pengelolaan kawasan; serta 4. Kebijakan (4) Penanganan kawasan rawan bencana alam. Strategi : a. Pengembangan peringatan dini dari kemungkinan adanya bencana alam; b. Menghindari kawasan yang rawan terhadap bencana banjir, dan bencana gelombang pasang sebagai kawasan terbangun; c. Pengembangan bangunan tahan gempa pada daerah terindikasi rawan gempa; d. Pengembangan hutan mangrove dan bangunan yang dapat meminimasi bencana bila terjadi tsunami; serta e. Melakukan reboisasi. II. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya, meliputi: 1. Kebijakan (1) Pengembangan hutan produksi. Strategi : a. Mengembangkan hutan yang memiliki nilai ekonomi tinggi tetapi tetap memiliki fungsi perlindungan kawasan; b. Melakukan penanaman dan penebangan secara bergilir; c. Melakukan kerjasama dengan masyarakat dalam mengelola hutan sebagai hutan Rakyat; STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

105

d. Kawasan hutan rakyat diberikan insentif untuk mendorong terpeliharanya hutan produksi; serta e. Pada kawasan hutan produksi yang dikonversi harus dilakukan pengganti lahan untuk pengembangan hutan setidaknya tanaman tegakan tinggi tahunan yang berfungsi seperti hutan 2. Kebijakan (2) Pengembangan kawasan pertanian. Strategi : a. Luasan lahan sawah beririgasi teknis di Kabupaten Manokwari secara keseluruhan tetap dipertahankan; b. Pada kawasan perkotaan yang alih fungi sawah tidak dapat dihindari harus dilakukan pengembangan irigasi setengah teknis atau sederhana menjadi sawah beririgasi teknis sehingga secara keseluruhan luas sawah beririgasi teknis tidak berkurang; c. Saluran irigasi tidak boleh diputus atau disatukan dengan drainase, dan penggunaan bangunan sepanjang saluran irigasi harus dihindari; d. Pada lahan yang ditetapkan sebagai lahan abadi, pertanian tanaman pangan diberikan insentif dan tidak boleh alih fungsi untuk peruntukan lain; e. Upaya pelestarian kawasan hortikultura dengan mengembangkan sebagian lahan untuk tanaman tegakan tinggi yang memiliki fungsi lindung; f.

Pengembalian lahan yang rusak atau alih komoditas menjadi perkebunan seperti semula;

g. Peningkatan produktivitas dan pengolahan hasil perkebunan; h. Pengembangan kemitraan dengan masyarakat; i.

Melakukan usaha kemitraan dengan pengembangan peternakan;

j.

Memelihara kualitas waduk dan sungai untuk pengembangan perikanan darat;

k. Pengembangan perikanan ; serta l.

Peningkatan kualitas ekosistem pesisir untuk menjaga mata rantai perikanan laut.

3. Kebijakan (3) Pengembangan kawasan pertambangan. Strategi : a. Melakukan integrasi/kerjasama dengan Kabupaten

Teluk Bintuni dalam

pengelolaan potensi Tambang diwilayah perbatasan untuk mencapai kesepakatan; b. Pengembangan pertambangan perlu didukung dengan pengelolaan secara terkoordinasi. c. Pengembalian rona alam melalui pengembangan kawasan hutan, atau kawasan budidaya lain seperti tanaman jarak pada area bekas penambangan; d. Peningkatan nilai ekonomis hasil pertambangan melalui pengolahan hasil tambang; STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

106

e. Pencegahan galian liar terutama pada kawasan yang membahayakan lingkungan; f.

Pada kawasan tambang bernilai ekonomis tinggi yang berada pada kawasan lindung atau permukiman harus melakukan kajian kelayakan ekologis dan lingkungan, ekonomis dan sosial bila akan dilakukan kegiatan penambangan; serta

g. Pengelolaan lingkungan kawasan pertambangan. 4. Kebijakan (5) Pengembangan kawasan pariwisata. Strategi : a. Mengembangkan obyek wisata di kabupaten Menokwari, baik jenis pariwisata alam, buatan, dan khusus; b. Mengkaitkan kalender wisata dalam skala regional; c. Peningkatan promosi wisata; d. Pengadaan kegiatan festival wisata atau gelar seni budaya; e. Pengembangan fasilitas pendukung objek wisata untuki meningkatkan mutu tempat wisata: serta f.

Pengembangan infrastruktur menuju objek wisata sehingga mudah dijangkau.

5. Kebijakan (6) Pengembangan kawasan permukiman perdesaan dan perkotaan. Strategi : a. Pengembangan permukiman perdesaan disesuaikan dengan karakter fisik, sosialbudaya dan ekonomi masyarakat perdesaan; b. Penyediaan sarana dan prasarana permukiman perdesaan; c. Peningkatan kualitas permukiman perkotaan; d. Pengembangan perumahan terjangkau; serta e. Penyediaan sarana dan prasarana permukiman perkotaan; 6. Kebijakan (7) Penetapan kawasan konservasi budaya dan sejarah. Strategi : a. Pengamanan kawasan dan/atau benda cagar budaya dan sejarah dengan melindungi tempat serta ruang di sekitar bangunan bernilai sejarah; b. Peningkatan partisipasi masyarakat; c. Pemberian intensif bagi yang melestarikan benda cagar budaya, dan memberikan disinsentif bagi yang melakukan perubahan; d. Meningkatkan nilai manfaat melalui kegiatan penelitian dan pariwisata; serta e. Pada bangunan bersejarah yang digunakan untuk berbagai kegiatan fungsional dilakukan pemeliharaan dan larangan perubahan tampilan bangunan.

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

107

4.2.2.

Strategi Tahapan Program Pengembangan Kota Manokwari

Tahapan program pengembangan di atur melalui raperda tahun 2009 yang menyusun tahapan berdasarkan waktu perencanaan. Tahapan disusun mencakup seluruh wilayah kabupaten manokwari. Waktu perencanaan dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah di Kabupaten Manokwari yaitu selama kurun waktu 20 tahun, yang dibagi dalam 4 tahap, yaitu :

Penyusunan & Raperda

: 2009

Tahap I

: 2010 - 2014

Tahap II

: 2015 - 2019

Tahap III

: 2020- 2024

Tahap IV

: 2025 – 2029.

Tidak semua kebutuhan fasilitas dapat dibangun karena ada beberapa pertimbangan dalam penentuan program yang dilaksanakan pada wilayah perencanaan. Dasar-dasar pertimbangan tersebut adalah sebagai berikut : 1.

Adanya keterbatasan dana yang tersedia;

2. Adanya sarana dan prasarana yang telah ada yang masih dimanfaatkan; 3. Adanya permasalahan yang sifatnya mendesak untuk dilaksanakan; serta 4. Adanya komponen kawasan yang mempunyai multiplier effect yang besar untuk merangsang tercapainya struktur yang diinginkan, misalnya jaringan jalan.

Berdasarkan pertimbangan diatas, maka dapat ditentukan prioritas pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Manokwari yang terdiri dari dua komponen utama, yaitu struktur ruang dan pola ruang wilayah. Arahan pemanfaatan ruang disusun berdasarkan indikasi program yang ada. Didalam indikasi program tersebut terdapat tahapan pelaksanaan pembangunan yang terbagi kedalam 4 tahap, pada setiap tahap tersebut dibagi 5 tahunan. Pada tahap pertama akan dijelaskan pertahun sedangkan tahanp-tahap berikutnya akan dijelaskan per 5 tahun. Berikut akan dijelaskan dalam tabel 4.3 mengenai indikasi program yang berisi programprogram utama di Kota Manokwari.

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

108

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

109

WAKTU Rencana Kegiatan

NO

PELAKSANAA

LOKASI

N I

A 1.

Perwujudan Struktur Ruang Perwujudan Pusat Kegiatan Perkotaan 2.1. Pengembangan pusat kegiatan perkotaan a. Pengembangan perkotaan utama di

II

II

SUMBER

INSTANSI

DANA

PELAKSANA

IV

I

 PKW adalah berada





APBN, APBD Departemen PU,

Kabupaten Manokwari sebagai Pusat

dalam wilayah

Provinsi,

Dinas Bina Marga

Kegiatan Wilayah (PKW) di Propinsi Papua

pengembangan

APBD Kab

Provinsi, Dinas Bina

Barat;

Manokwari yang

b. Mendorong dan mempersiapkan perkotaan

Manokwari Barat,

pusat perdagangan dan jasa skala regional;

Manokwari Timur,

serta

Manokwari Utara,

Manokwari sebagai perkotaan dengan fungsi pelayanan fasilitas umum skala regional.







terdiri atas: Distrik

Manokwari sebagai pusat pemerintahan dan

c. Mendorong pengembangan perkotaan



dan Manokwari Selatan.  Distrik Manokwari Barat sebagai pusat wilayah pengembangan Manokwari.

2.2. Membentuk pusat kegiatan yang terintegrasi dan berhirarki di Kabupaten Manokwari

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

110

Marga Kabupaten

WAKTU Rencana Kegiatan

NO

PELAKSANAA

LOKASI

N I

a. Pengembangan dan pemantapan perkotaan



II √

yang menjadi Pusat Pelayanan Kegiatan (PPK);





II I

SUMBER

INSTANSI

DANA

PELAKSANA

IV APBN, APBD Departemen PU, Provinsi,

Dinas PU. Binamarga

APBD Kab

dan PU. Cipta Karya

b. Pengembangan perkotaan pusat Wilayah

dan Tata Ruang

Pengembangan (WP) Manokwari sebagai

Propinsi Papua Barat,

Pusat Kegiatan Wilayah (PKW);





Dinas PU. Cipta

c. Pengembangan perkotaan Ibukota Distrik

Karya dan Tata

yang bukan sebagai pusat Wilayah

Ruang, Dinas

Pengembangan Manokwari (WP Manokwari)

Perhubungan,

sebagai Pusat Pelayanan Kegiatan (PPK) ;

Bappeda Kabupaten, Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten

4

Perwujudan Sistem Prasarana Wilayah 4.1. Transportasi 1). Transportasi Darat  Pembangunan dan Peningkatan jalan lintas



regional Manokwari – Bintuni



APBN, APBD Dept PU, Dinas Prov,

Binamarga Prov,

APBDKab.

Dinas Binamarga Kab, BPN Kab,

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

111

WAKTU Rencana Kegiatan

NO

PELAKSANAA

LOKASI

N I

II

II

SUMBER

INSTANSI

DANA

PELAKSANA

IV Bappekab, Dinas

I

Ciptakarya dan Tata Ruang,  Peningkatan jaringan jalan lintas regional







APBN, APBD Dept PU, Dinas

(arteri primer) Kab. Manokwari - Kota

Prov,

Binamarga Prov,

Sorong

APBDKab.

Dinas Binamarga Kab, BPN Kab, Bappekab, Dinas Ciptakarya dan Tata Ruang,

 Pembangunan dan Peningkatan jaringan







APBN, APBD Dept PU, Dinas

jalan lintas selatan yang menghubungkan

Prov,

Binamarga Prov,

Distrik Mumiwaren - Dataran Isim - Sururey

APBDKab.

Dinas Binamarga

- Taige - Anggi - Catubouw - Menyambou –

Kab, BPN Kab,

Prafi

Bappekab, Dinas Ciptakarya dan Tata Ruang,

 Pembangunan jaringan jalan Kabupaten







APBN, APBD Dept PU, Dinas

Manokwari - Kabupaten Sorong melalui

Prov,

Binamarga Prov,

Ambarbaken

APBDKab.

Dinas Binamarga

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

112

WAKTU Rencana Kegiatan

NO

PELAKSANAA

LOKASI

N I

II

II

SUMBER

INSTANSI

DANA

PELAKSANA

IV Kab, BPN Kab,

I

Bappekab, DinasCiptakarya dan Tata Ruang,  Pengembangan jalan lokal sebagai akses







penghubung antar distrik (Testega -

APBD Prov,

Dinas Binamarga

APBDKab.

Prov, Dinas

Catubouw, Catubouw - Anggi, Didohu -

Binamarga Kab, BPN

Dataran Isim, Didohu - Sururey, dan Testega

Kab, Bappekab,

- Sidey)

Dinas Ciptakarya dan Tata Ruang,

 Pengembangan terminal tipe A sebagai







terminal utama di Distrik Manokwari Barat



APBD Prov,

Dinas Binamarga

APBDKab.

Prov, Dinas

 Pengembangan Terminal Tipe B di Distrik

Binamarga Kab, BPN

Mumiwaren, Distrik Prafi, Distrik Sidey, dan

Kab, Bappekab,

Distrik Kebar

Dinas Ciptakarya dan Tata Ruang,

2). Transportasi Laut  Peningkatan pelabuhan Manokwari menjadi Pelabuhan Nasional

Distrik Manowari



Barat.

APBN, APBD Dinas Binamarga, Prov

Dinas Ciptakarya dan Tata Ruang Kab.

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

113

WAKTU Rencana Kegiatan

NO

PELAKSANAA

LOKASI

N I

 Optimalisasi pelayanan PPI dari segi ketersediaan sarana pendukung;

II

Distrik Manokwari

II

SUMBER

INSTANSI

DANA

PELAKSANA

IV

√I

APBN, APBD Dinas Binamarga,

Utara dan Oransbari

Prov

serta Ransiki  Optimalisasi pengembangan PPI dari segi sosial ekonomi 3). Transportasi Udara  Peningkatan bandara nasional Rendani

Dinas Ciptakarya dan Tata Ruang Kab.

Distrik Ransiki



Distrik Manokwari

APBN, APBD Dept PU, Dis



Prov

Binamarga Prov,

Swasta

Dishubpar Prov Dept PU, Dis

Barat

Binamarga Prov, Dishubpar Prov

 Peningkatan dan perbaikan prasarana

Masing-masing Distrik √







landasan terbang di masing-masing distrik 4.2.

Prasarana Telematika

Masing-masing distrk





APBD Prov,

Dishub Kabupaten,

APBD Kab.

PU Binamarga





Swasta

Swasta





APBD Prov,

Dinas Permukiman

APBD Kab

Prov, Dinas

BUMN

Ciptakarya PLN

a. Penyediaan tower BTS (Base Transceiver Station) secara bersama 4.3.

Prasarana Lingkungan

a. Pengembangan TPA regional

Sowi Gunung - Distrik Manokwari Selatan

4.4.

Prasarana Energi/listrik a. Penambahan dan perbaikan jaringan

Masing-masing distrik

b. Peningkatan infrastruktur pendukung

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

114









WAKTU Rencana Kegiatan

NO

PELAKSANAA

LOKASI

N I

II

II

4.5.Prasarana Pengairan √

b. Penanaman pohon pencegah longsor



DANA

PELAKSANA

IV √



c. Pembangunan dan perbaikan pintu air 1

INSTANSI

I

a. Pengembangan waduk, bendung, cek dam

B

SUMBER





APBD Kab

Dinas pengairan

APBD Kab

Dinas pengairan

APBD Kab

Dinas pengairan

Perwujudan Pola Ruang Perwujudan Kawasan Lindung 1.1. Kawasan Rawan Bencana Alam a. Konservasi kawasan rawan gelombang pasang dan banjir

Wilayah Perkotaan Manokwari, Distrik

APBD Kab, √





Manokwari Timur, Distrik Manokwari Barat dan Pantura Manokwari.

b. Perlindungan Kawasan rawasan Tsunami

Kota Manokwari,

APBD Kab,

Distrik Manokwari













Timur, Distrik Manokwari Barat dan Pantura Manokwari. 1.2. Kawasan Lindung Lainnya a. Perlindungan kawasan pantai berhutan bakau

Sepanjang Pesisir Kabupaten Manokwari

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

115

APBD Kab

WAKTU NO

Rencana Kegiatan

PELAKSANAA

LOKASI

N I

B

II

Perwujudan Kawasan Budidaya 1. Pengembangan hutan produksi bernilai ekonomi tinggi dengan fungsi lindung

II

DANA

PELAKSANA

I 29 Distrik di









Kabupaten Manokwari. APBN, APBD 29 Distrik di









Kabupaten Manokwari. c. Mengembangkan hutan rakyat

INSTANSI

IV

a. Reboisasi tanaman untuk menahan tanah b. Pengembangan aneka produk olahan

SUMBER

29 Distrik di

Kab., Perhutani

















Perhutani, Bape-kab, BPN Kab.

Kabupaten Manokwari. 2. Pengembangan Kawasan dengan jenis

Distrik Amberbaken –

komoditi tanaman kakao, kelapa sawit, kopi,

Mubrani, Anggi,

pala, cengkeh, dan kelapa.

Sururey, Dataran Isim, Kebar, Senopi, Manokwari (Utara, Selatan, Barat, Timur), Masni, Sidey,

APBN, APBD

Dis Kelautan dan

Kab., swasta

Perikanan.

Oransbari, Ransiki Momi Waren, Warmare, Prafi, Menyambouw. 3. Pengembangan kawasan pariwisata

DI Pulau Mansinam di

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

116









APBD Kab

Dinas Kebudayaan

WAKTU Rencana Kegiatan

NO

PELAKSANAA

LOKASI

N I

a. Mengembangkan obyek wisata Budaya

II

kawasan pegunungan

II

SUMBER

INSTANSI

DANA

PELAKSANA

IV dan Pariwisata Kab.

I

Arfak, Kawasan Kebar dan Anggi; b. Mengembangkan objek wisata alam

Pantai Pasir Putih,

















Pantai Borarsi, Angrem, Indoki, Fanindi, Arkuki, Wirsi, Imbrairiri, Biryosi, dan Wosi dan Kawasan Sesar Sorong. c. Mengembangkan objek Wisata buatan

kawasan Teluk Sawaibu

d. Mengembangkan objek Wisata Minat

Manokwari Barat

Khusus

C



CBD Manokwari



Pelabuhan Manokwari

Manokwari Timur

PERWUJUDAN KAWASAN STRATEGIS KOTA 1. Kawasan Strategis Ekonomi a. Pengembangan Pusat Perdagangan dan

Distrik Manokwari Barat

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

117



APBD

DKP, Perhutani,

Provinsi,

Kemtr Neg LH, BPN,

WAKTU Rencana Kegiatan

NO

PELAKSANAA

LOKASI

N I

Jasa

II

II I

SUMBER

INSTANSI

DANA

PELAKSANA

IV APBD Kab

Dept Perindag, Bappenas, DKP Prov, BPN Provinsi, Dinas Perindag Prov, Bappeprov, Dinas Binamarga, Dis Perhubungan, Kom&info.

b. Pengembangan Pelabuhan 

Pengembangan infrastruktur

Distrik Manokwari Timur

pendukung Pelabuhan Nasional 



APBD

DKP, Perhutani,

Provinsi,

Kemtr Neg LH, BPN,

APBD Kab

Dept Perindag,

Penyediaan lahan untuk daerah

Bappenas, DKP Prov,

berkembangan disekitar pelabuhan

BPN Provinsi, Dinas

Nasional sebagia kawasan

Perindag Prov,

perdagangan

Bappeprov, Dinas

Mempersiapkan Distrik Manokwari

Binamarga, Dis

Timur sebagai pusat pertumbuhan

Perhubungan,

karena didukung oleh pengembangan

Kom&info.

Pelabuhan. 



Pengembangan jalur angkutan STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

118

WAKTU Rencana Kegiatan

NO

PELAKSANAA

LOKASI

N I

barang. 

II

II

SUMBER

INSTANSI

DANA

PELAKSANA

IV

I

Pengembangan pariwisata di lokasi pelabuhan

a. Pengembangan kawasan perkebunan

Distrik Amberbaken –



DKP, Perhutani,

Mubrani, Anggi,

Kemtr Neg LH, BPN,

Sururey, Dataran Isim,

Dept Perindag,

Kebar, Senopi, Manokwari (Utara,

APBN, APBD

Selatan, Barat, Timur),

Provinsi,

Masni, Sidey,

APBD Kab

Oransbari, Ransiki -

Bappeprov, Dinas

Kom&info.

Menyambouw. 2. Kawasan Strategis Sosio-kultural

√ Pulau Mansinam

Dinas Binamarga, Dis

di Manokwari Kawasan Kebar dan Anggi,

Perindag Prov,

Perhubungan,

Warmare, Prafi,

 Strategi Budaya di pegunungan Arfak,

BPN Provinsi, Dinas

Binamarga, Dis

Momi Waren,

 Kawasan tempat injil pertama masuk

Bappenas, DKP Prov,

APBD Kab pegunungan Arfak, Kawasan Kebar dan

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

119



Perhubungan, Kom&info.

WAKTU Rencana Kegiatan

NO

PELAKSANAA

LOKASI

N I

Anggi, 3. Kawasan Strategis Penyelamatan Lingkungan Hidup a. Kawasan Rawan Gempa Bumi dan Tsunami

II

II

SUMBER

INSTANSI

DANA

PELAKSANA

IV

I √

Pantai Borarsi,

DKP, Kemtr Neg LH,

Angrem, Indoki,

APBN, APBD

Fanindi, Arkuki, Wirsi,

Provinsi,

Imbrairiri, Biryosi, dan

APBD Kab

Wosi

Prov, BPN Provinsi, Bappeprov, Dis Perhubungan, Kom&info.

Sumber : Hasil Rencana

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

BPN, Bappenas, DKP

120

STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI

121

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF