STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWAR OK ;-D.docx
September 16, 2017 | Author: Alfa Makatita'suabey | Category: N/A
Short Description
Download STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWAR OK ;-D.docx...
Description
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Kota Manokwari terletak di bagian Kepala Burung Pulau Papua, memiliki topografi dataran rendah, perbukitan serta pegunungan yang kaya akan potensi sumber daya alam, gunung, lembah, pantai dan keanekaragaman hayati merupakan bagian dari panorama dan kekayaan nan indah menawan dan tidak ternilai harganya sebagai obyek dan daya tarik wisata. Secara geografis Kota ini terletak antara 0015 Lintang Utara dan 3025 Lintang Selatan dan terbentang dari 132035 sampai 134045 Bujur Timur dan luas wilayah Kota Manokwari adalah 14.250,94 km2 dengan batas di sebelah Utara: Samudera Pasifik, sebelah Timur Kota Teluk Wondama, sebelah Selatan Kota Teluk Bintuni, dan sebelah Barat Kota Sorong dan Sorong Selatan. Jumlah penduduk Kota Manokwari sekitar 238.133 jiwa tersebar di 29 Distrik, 9 Kelurahan dan 208 kampung. Etimologi Manokwari berasal dari Bahasa Biak Numfor yang berarti "Kampung Tua", dikenal sebagai kota Bersejarah dan tempat dimulainya peradaban di Tanah Papua karena pada tanggal 5 Februari 1855 Injil diberitakan pertama kali di tanah ini oleh dua Missionaris berkebangsaan Jerman yaitu Carel Willem Ottow dan Johann Gotlob Geisller. Dalam Lembaran Sejarah, Manokwari juga tercatat sebagai kota pemerintahan tertua di tanah Papua, Pada Tanggal 8 November 1989 adalah hari jadinya. Penetapan ini ditandai dengan pelantikan JJ. Van Oosterszee sebagai Controler Afdeling Noord Nieuw Guinea yang berkedudukan di Manokwari oleh Residen Ternate, Van Horst atas nama Gubernur Jenderal Hindia Belanda dan sejak itu aktivitas pemerintahan dan kemasyarakatan di kota ini dimulai. Tahun 1999 Manokwari ditetapkan sebagai ibu kota Provinsi Irian Jaya Barat (Sekarang Papua Barat), penduduk asli Kota Manokwari terdiri dari beberapa suku seperti Suku Sough, Suku Karon, Suku Hatam, Suku Meyah dan Suku Wamesa, Suku-suku ini mempunyai budaya yang unik dan berbeda satu sama lain. Walaupun begitu kebudayaan penduduk asli tetap terpelihara dan terjaga. Ada pula objek- objek wisata seperti Pegunungan Arfak, Pantai Pasir Putih, Pantai Amban, Danau Anggi, Hutan Wisata Gunung Meja dan tugu di Pulau Mansinam. Selain itu jaga Kota Manokwari memiliki beberapa obyek dan daya tarik wisata budaya berupa hasil kerajinan, upacara tradisional, tari tradisional, dan tari kreasi; semua ini masih
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
1
menjadi bagian dari kehidupan masyarakat adat di Kota Manokwari. Sejumlah sanggar seni atau kelompok masyarakat di kampung-kampung tetap produktif menghasilkan karya seni berupa ukiran, pahatan, anyaman dan lukisan. Sementara grup tari menggelar upacara adat dan tari tradisional serta tari kreasi yang dikemas menjadi suatu produk wisata atraktif untuk dipertunjukkan kepada para tamu atau wisatawan yang berkunjung ke kota Manokwari. Perkembangan Kota Manokwari yang semakin maju bisa dilihat dari Sumber daya alam (SDA) dan juga sarana prasarana yang disediakan oleh pemerintah daerah, tetapi masih banyak dibutuhkan peningkatan aksesibilitas pelayanan di kawasan perkotaan maupun daerah terisolir, misalnyaperkembangan pada sektor fasilitas umum, sektor bangunan,sector pertanian,sektor trasportasi daratdan lainlain. Sektor – sektor ini yang masih menjadi kendala perkembangan di kota dan Kota Manokwari.
1.2.
Perumusan Masalah Kota Manokwariadalah ibukota dari Kota Manokwari. Beberapa permasalahan yang terkait erat dengan Kota Berdasarkan hasil pengamatan langsung di lapangan dan hipotesa awal antara lain sebagai berikut: Sektor Pertanian o Untuk lahan pertanian di wilayah Distrik Manokwari Barat dan Distrik Manokwari Timur sudah sangat jarang terlihat akibat dari pembangunan Sektor Industri, Sektor Perdagangan, Perhotelan dan Restoran dikarenakan dua Distrik ini terletak di tengah – tengah kota dan menjadi pusat pembangunan kota Manokwari. Sektor Listrik dan Air Bersih o Kurangnya kesadaran masyarakat dalam berpartisipasi untuk pembayaran rekening listrik. o Coret - coretan pada gardo – gardo listrik akibat tangan – tangan jail o Kurangnya kesadaran masyarakat dalam berpartisipasi untuk pembayaran air PDAM. o Pencemaran air akibat dari pembuangan limbah sampah rumah tangga dan industri. Sektor Industri hampir semua Industri yang ada berada di Distrik Manokwari Barat baik dari jenis industri dari kulit, industri dari kayu, industri dari logam/logam mulia, industri anyaman, industri gerabah/keramik, industri dari kain/tenun serta industri makanan dan minuman. Sedangkan untuk Distrik Manokwari Utara STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
2
tidak terdapat satupun industri kecil dan kerajinan. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan selain di Distrik Manokwari Barat dikembangkan berbagai industri kecil sejenis. Sektor Perdagangan, Perhotelan dan Restoran o Kurangnya perhatian pemerintah daerah menyangkut dengan perbaikan sarana dan prasaran pasar sebagai tempat jual-beli barang. Sektor Jasa o Untuk sektor ini Kota Manokwarimemiliki banyak sekali objek – objek wisata yang bisa menjadi daya tarik wisatawan, namun banyak sekali fasilitas – fasilitas pendukung yang kurang memadai. Sektor Fasilitas Umum o Masih jarang tersedianya tempat pengumpulan sampah (TPS) ditiap - tiap pemukiman warga masyarakat o Banyak sekali drainase yang kurang terawat dan mengalami penyumbatan berupa tanah timbunan atau penumpukan sampah plastik botol vit. Sektor Bangunan o Pembangunan sering terhambat akibat permasalahan tanah adat suku asli o Masih terdapat beberapa bangunan penduduk yang tidak layak huni. Sektor Keuangan, Sewa Bangunan dan Jasa Perusahaan o Untuk sektor ini, Kurangnya kantor cabang Bank pembantu untuk Distrik Manokwari utara dan Manokwari selatan. o Penduduk umumnya masih kurang memanfaatkan kegiatan perbankan. o Fasilitas ATM yang masih jarang terlihat di beberapa Distrik yang jahu dari perkotaan. Sektor Transportasi dan Komunikasi o Belum adanya rehabilitasi pengaspalan jalan padadaerah terisolir o Kurang tersedianya sarana angkutan umum roda empat (taksi) kota o Kurangnya penambahan pemancar jaringan telkomunikasih pada tiap Distrik yang jahu dari pemukiman kota.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
3
1.3.
Tujuan dan Sasaran Sebagaimana rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan dilakukannya Studio Perencanaan Kota ini adalah :
1.3.1. Tujuan
Mengidentifikasi masalah dan potensi yang ada di Kota Manokwari.
Memajukan setiap sektor yang berfungsi sebagai indikator pengembangan kota
Mengembangkan potensi Sumber Daya Alam yang ada
1.3.2. Sasaran
Agar pemerintah lebih meningkatkan pengembangan atau pemanfaatan sumber daya yang tersedia
Terciptanya penggunaan ruang kota yang serasi dengan lingkungan, melalui cara
pengaturan
fasilitas
kebutuhan
lingkungan
dan
pemerataan
pembangunan.
Agar pemerintah perlu melakukan perbaikan dan penyedian sarana dan prasarana yang terdapat di kota Manokwari.
1.4.
Ruang Lingkup Studi
1.4.1. Ruang Lingkup Wilayah kota Wilayah studi Kota Manokwari merupakan salah satu wilayah Kota di Provinsi Papua Barat yang terletak di bagian kepala burung Pulau Papua. Kota Manokwari secara geografis terletak pada 132º35’ - 134º45’ BT dan 0º15’ 3º25’ LS, dengan luas wilayah Kota Manokwari adalah 22.199,37 km2, dengan Jumlah penduduk Kota Manokwari sekitar 105,930 jiwa tersebar di 4 distrik dan , 20 kelurahaan.
.Batas wilayah Kota Manokwari adalah: o
Sebelah Utara
; Distrik Masni
o
Sebelah Selatan
: Distrik Warrikmare
o
Sebelah Barat
: Distrik Prafi
o
Sebelah Timur
: Samudera Pasifik
Kota Manokwari secara umum termasuk daerah beriklim tropika humida dengan curah hujan berkisar antara 2.500 – 3.000 mm per tahun. Curah hujan ratarata per tahun adalah 110 mm (dengan rata-rata hari hujan perbulan adalah 16 hari). Curah hujan tertinggi menurut stasiun pencatat Meteorologi Rendani terjadi pada bulan Maret (mencapai 337 mm), sedangkan curah hujan terendah terjadi STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
4
pada bulan Agustus (mencapai 11 mm). Hari hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret (mencapai 21 hari), sedangkan hari hujan terendah terjadi pada bulan April, Mei dan Oktober (yang mencapai 13 hari). Sebagai daerah tropis seperti halnya dengan daerah lain di Indonesia, wilayah Kota Manokwarimempunyai topografis daerah pantai, dataran rendah hingga perbukitan. Kota Manokwarimenurut pencatatan Stasiun Meteorologi dan Geofisika Rendani memiliki tingkat kelembaban udara relatif tinggi yang berkisar antara 80 - 86% dengan rata-rata kelembaban udara 83%. Kelembaban udara tertinggi terjadi pada bulan Februari dan kelembaban udara terendah pada bulan Agustus. Penyinaran matahari di wilayah ini adalah 59,67%, sedangkan tekanan udara rata-rata adalah 1007,9 mb. Rata-rata kecepatan angin pertahun sebesar 8 knot. Secara umum kondisi geologi Kota Manokwarididominasi oleh batuan sedimen liat berlempung, dan batuan endapan Tersier. Formasibatuanterdiri atas batuansedimenbatukapur, pasir, lanau, dan batuan pluton. Struktur geologi memilikisesarnaik, sesarturun, dan lipatan yang umumnyaberada di wilayah dataran tinggi dan lembah-lembah. Batuan di KotaManokwari merupakan endapan batuan sedimen berumur Tersier yang sangattua, telahterkonsolidasisempurna, dan telahmengalamiberbagaiperistiwatektonik,
sehinggabersifatkompak.
Batuan
tersebut mempunyai kemampuan terbatas untuk menyimpan dan meneruskan aliran air tanah, ataudinyatakansebagai impermeable sampaisemi permeable yang tidak berperan sebagai akuifer air tanah yang baik, kecuali pada lapisan yang relatifsangat tipis di bagian atas di dekatpermukaan yang lebih gembur dan mampumenyimpan dan meneruskan air tanahkarenatelahmengalamipelapukan. Namun jika batuan sedimen kompak tersebut oleh proses tektonik terkekarkan secara intensif, maka dapat berperan sebagai akuifer air tanah yang produktif. Geologi daerah Manokwari terdiri dari batuan sedimen Pra-Tersier berupa batuan sedimenklastik, karbonat, plutonik (granit), batuan vulkanik berupa aliran lava, aglomerat, breksi, tufa dan lahar serta batuan metamorfik. Batuan sedimen tersier terdiri dari batuan sedimen klastik, vulkanik dan karbonat. Batuan Kuarter terdiri endapanpantai, endapansungai, endapanlimpas banjir. Berdasarkan tataan fisiografi dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung (1992). Morfologi wilayah daerah kajian dapat dibagi menjadi 3 satuan, yaitu pegunungan struktur, perbukitan rendah dan dataran. Satuan perbukitan merupakan wilayah terluas luas daerah dan berketinggian 200 m dpl. Satuan ini disusun oleh batuan gunung api, batuan sedimen klastik, karbonat, batuan terobosan, batuan malihan. STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
5
Derajat pelapukan pada satuan ini cukup tinggi, ditunjukkan oleh tanah pelapukan yang setempat mencapai hampir di seluruh daerah kajian. Satuan perbukitan rendah tersebar di bagian tengah daerah kajian terutama disusun oleh batuan sedimen klastik dan batuan vulkanik. Satuan dataran yang disusun oleh aluvium sebarannya di sepanjang aliran sungai besar dan pantai. Setempat satuan ini menempati daerah pinggiran pantai yang sempit. Satuan ini dibentuk oleh pasir, lumpur, dan lempung. Berkaitan
dengan
kondisi
hidrologi,
air
permukaan
di
Kota
Manokwaritercerminkan dari kondisi sitem sungai. Sistem sungai yang ada di Kota Manokwariantara lain meliputi: Sistem Sungai Pami, Sistem Sungai Rendani, Sistem Sungai Sowi, Sistem Sungai Andai, Sistem Sungai Maripi, danSistem Sungai Maruni. Berdasarkan penelitian sebelumnya di daerah pantai yang mempunyai akuifer produktif dan luas penyebarannya, mempunyai debit kurangdari 5 liter/detik (Direktorat Geologi Tata Lingkungan). Air tanah di daerah kajian sangat tergantung dari kondisi geologi dan morfologinya. Berdasarkan hal tersebut dari produktifitas akuifernya, daerah kajian dapat dibedakan menjadi 2 (dua) satuan, yaitu: (a) satuan dengan akuifer produktif sedang keterusan sedang-rendah (beragam), dijumpai pada batuan tersier; dan (b) satuan langka airtanah, keterusan umumnya rendah-sangat rendah, setempat air tanah dalam jumlah terbatas dapat diperoleh terutama pada daerah lembah atau zona pelapukan batuan. Jenis tanah jenis tanah di kota Manokwari menurut lembaga penelitian tanah adalah alluvial, mediteran, grey brown podsolik, complex of soils, red yellow podsolik, organosol,danlatosol.
Secaraumum,
jenistanah
yang
Manokwarimempunyai sifat asam, yaitu nilai pH lebih dari
terdapat 8.
di
Kota
Jenis
tanah
berkorelasi positif terhadap kedalaman efektif tanah. Kedalaman efektif tanah adalah batas kedalaman yang dapat ditembus oleh akar tanaman untuk menyerap unsur hara. Semakin dalam lapisan tanah maka semakin besar pula kemungkinan tumbuhnya tanaman keras, sebaliknya bila tingkat kedalaman efektif tanah amat dangkal, maka hanya tanaman yang memiliki perakaran dangkal saja yang dapat tumbuh. Wilayah Kota Manokwarisecara umum mempunyai kedalaman efektif tanah > 25 cm. Adanya kendala kedalaman efektif tanah ini menyebabkan hanya beberapa jenis tanaman (terutama tanaman musiman) yang dapat tumbuh dengan
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
6
baik. Pengolahan dan pemupukan lahan sangat diperlukan untuk mengintensifkan pengolahan pertanian. 1.4.2. Lingkup Substansi Kajian mengenai lingkup substansi dalam studio perencanaan kota adalah menganalisa setiap potensi yang di miliki dalam sektor sosial ekonomi yang berada di Kota Manokwari. 1.5.
Metodelogi
1.5.1. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang di terapkan pada pelaksanaan Studio Perencanaan Kota Manokwari adalah Metode pengumpulan data sekunder dan pengumpulan data melalui survey primer dengan melakukan observasi dan dokumentasi. 1.
Survey Sekunder Survey sekunder atau survey data instansional berupa pengumpulan data dari instansi-instansi. Hasilnya adalah uraian fakta dan informasi baik dalam bentuk data angka, buku, atau peta mengenai keadaan daerah studi, serta rencana dan kebijakan pembangunan.
2.
Survey Primer Selain itu survey primer yang dilakukan adalah pengamatan/observasi terhadap kegiatan setiap sektor di Kota Manokwari. Kompilasi data merupakan proses memilah data yang akan di analisa dan di bahas pada bab berikutnya. Diharapkan data yang sudah ada dapat menghasilkan suatu gambaran informasi yang lebih optimal.
1.5.2. Metode Pengolahan Data Dalam metode pengolahan data ini akan dianalisa data-data yang dikumpulkan secara langsung dilapangan. Analisa ini menggunakan dua metode yaitu : 1. Metode Analisa Kualitatif Metode ini digunakan untuk menganalisis data yang berbentuk non numeric. Penggunaan metode ini lebih bersifat deskriptif
dengan
memberikan gambaran dan penjelasan mengenai wilayah studi, asumsi atau anggapan dan perkiraan tertentu yang didasari pada suatu kondisi tertentu, kompratif yaitu dengan cara membandingkan berbagai masalah
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
7
serta keadaan yang ditemui di lapangan dan berbagai sektor yang berkaitan dan analisis kondisi menurut standar umum yang berlaku. 2. Metode Analisa Kuantitatif Metode ini merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis data yang terkaji dalam bentuk angka dan dapat diukur atau dihitung. Metode ini juga dapat digunakan dalam perhitungan disektor kependudukan. Metode Analisa Kuantitaif ini meliputi kajian tentang: i. Laju pertumbuhan penduduk, ii. Proyeksi penduduk dan iii. Kepadatan penduduk iv. LQ (Location Questients)
i.
Laju Pertumbuhan Penduduk Adapun
untuk
menghitung
laju
pertumbuhan
penduduk
menggunakan rumus sebagai berikut:
LJPx =
JPy JPx 1 JPx 1
x100%
Dimana :
ii.
LJPx
= Laju pertumbuhan penduduk pada tahun tertentu n
Jpy
= Jumlah penduduk tahun pada tahun ini
JPx-1
= Jumlah penduduk 1 tahun sebelumnya (tahun lalu)
Proyeksi Penduduk Untuk menganalisa penduduk dalam jangka waktu 10 tahun mendatang sesuai perolehan data, digunakan Metode Ekstrapolasi/Trend atau bunga berganda. Metode Ekstrapolasi cenderung melihat pertumbuhan penduduk dimasa lalu dan melanjutkan kecenderungan tersebut dimasa yang akan datang sebagai proyeksi. Metode Ekstrapolasi mengasumsikan laju pertumbuhan penduduk masa lalu akan berlanjut dimasa yang akan datang. Metode ini dapat di bagi dua, yaitu teknik grafik dan metode trend. Cara yang paling mudah dalam teknik ekstrapolasi adalah dengan teknik grafik. Dalam teknik grafik, perkembangan penduduk di masa lampau digambarkan dalam sebuah susunan koordinat salib. Jumlah penduduk untuk setiap kurun waktu (misalnya per tahun) dinyatakan dalam sebuah titik pada bidang koordinat salib. Susunan titik-titik tersebut
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
8
dapat dipandang sebagai suatu garis (lurus atau lengkung) dan arah garis tersebut diteruskan ke masa yang akan datang sebagai proyeksi. Teknik grafik ini sebetulnya tidak untuk meramalkan jumlah penduduk melainkan hanya melihat arah kecenderungannya saja. Metode Trend adalah metode meramalkan pertumbuhan penduduk dengan sebagai berikut: Pt = Po ( 1 + r )ⁿ Dimana :
iii.
Pt
= Jumlah penduduk pada tahun tertentu
Po
= Jumlah penduduk pada tahun dasar
r
= angka pertumbuhan penduduk
n
= Periode proyeksi /jangka waktu dalam tahun
Kepadatan Penduduk Untuk mengetahui kepadatan penduduk rumus yang digunakan sebagai berikut:
Kepadatan penduduk =
iv.
Jumlah Penduduk Luas Wilayah Secara Menyeluruh
LQ (Location Quotient) Teknik analisis loqation quotient (LQ) merupakan cara permulaan untuk mengetahui kemampuan suatu daerah dalam sektor kegiatan tertentu. Cara ini tidak atau belum memberikan kesimpulan akhir. Kesimpulan yang diperoleh merupakan kesimpulan sementara yang masih harus dikaji dan ditilik kembali melalui teknik analisis lain yang dapat menjawab apakah kesimpulan sementara diatas terbukti kebenarannya.
Satuan
yang digunakan
sebagai ukuran
untuk
menghasilkan koefisien dapat menggunakan satuan : jumlah buruh, atau hasil produksi atau satuan lainnya yang dapat digunakan sebagai kriteria. Perbandingan relatif ini dinyatakan secara matematika sebagai berikut : LQi
= Si/N = Si/S S/N
= Ni/N
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
9
Dimana: Si
= Jumlah buruh industri di daerah yang diselidiki.
S
= Jumlah buruh seluruhnya di daerah yang diselidiki.
Ni
= Jumlah buruh industri di daerah yang lebih luas.
N
= Jumlah seluruh buruh di daerah yang lebih luas.
Struktur penulisan LQ memberikan beberapa nilai sebagai berikut: LQ > 1, atau LQ = 1, LQ < 1. Dengan kata lain LQ memberikan indikasi sebagai berikut:
LQ > 1, menyatakan sub daerah bersangkutan mempunyai potensi ekspor dalam kegiatan tertentu.
LQ < 1, menunjukan sub daerah bersangkutan mempunyai kecenderungan mengimpor dari sub daerah/daerah lain.
LQ = 1, memperlihatkan daerah yang bersangkutan telah mencukui dalam kegiatan tertentu (seimbang).
1.5.3. Instrumen penelitian Merupakan alat atau faktor-faktor yang mendukung dalam survey ini, meliputi: 1. Keamanan Sebagai faktor penunjang kelancaran penelitian, keamanan sangat penting dalam mendukung target/waktu yang telah ditetapkan. 2. Aksesibilitas Adalah penunjang pergerakan ketempat penelitian, sama peranannya dengan faktor keamanan. Jika aksesibilitas ke lokasi penelitian mengalami permasalahan maka akan mengganggu lancarnya penelitian.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
10
3. Dana Merupakan faktor utama dalam pelaksanaan penelitian. Dana menjadi penghambat utama jika dana yang tersedia tidak memenuhi kebutuhan. 4. Waktu Melakukan suatu penelitian memerlukan waktu yang cukup lama untuk memperoleh kelengkapan data. Biasanya dalam melakukan penelitian, waktu disesuaikan dengan permasalahan yang diteliti.
1.6.
Tahapan Pelaksanaan 1.6.1.
Tahapan Persiapan Beberapa kegiatan dalam tahap persiapan survey antara lain:Persiapan teknis survey, berupa penentuan wilayah studi, survay awal, identifikasi permasalahan, penentuan tujuan, melakukan kajian literaratur, surat-surat perizinan, serta persiapan peralatan lainnya yang diperlukan untuk kepentingan pengumpulan data.
1.6.2.
Tahapan Pelaksanaan Survei Tahap ini di lakukan untuk memperoleh data yang di sesuaikan dengan kebutuhan sebagai input dalam proses analisa yang wujudnya dapat di lakukan
baik melalui
survey primer
maupun
sekunder. Dalam
pelaksanaannya data yang berasal dari kedua bentuk survey ini saling mendukung sehingga data yang di peroleh semakin akurat. a)
Survey Primer Survey primer merupakan proses pengambilan data yang di lakukan langsung di lapangan,dengan cara melakukan :
Observasi visual,di lakukan dengan cara meninjau langsung di lapangan terhadap kondisi fisik lapangan yang berhubungan dengan lokasi dan kondisi suatu objek, misalkan : Peta fasilitas, kondisi fasilitas, kondisi jalan, jaringan listrik, drainase dan lain sebagainya.
Kuisioner,di lakukan dengan cara memberikan pertanyaan baik lisan maupun tertulis mengenai suatu masalah yang akan di ajukan kepada sejumlah sumber yang dapat di percaya dari masyarakat di wilayah studi sebagai responden.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
11
b)
Survey Sekunder Merupakan proses pengambilan data yang di peroleh dari literaturliteratur yang di kumpulkan maupun yang di peroleh dari instansi terkait atau pihak tertentu seperti : Kantor desa atau kampung, kantor Distrik, kantor lurah, BPS, badan meteorologi dan geofisika, LSM, dll. Data tersebut dapat berupa data statistik, laporan dan dokumen lainnya. Adapun data-data yang di maksud antara lain :
Data Penduduk -
Jumlah penduduk dan kepadatan
-
perkembangan penduduk
-
komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin
-
komposisi penduduk menurut agama
-
komposisi penduduk menurut mata pencaharian
Data perekonomian -
Perkebunan
-
Pertanian tanaman pangan
-
Perdaganganpa
-
dll
Data fasilitas dan Utilitas -
Fasilitas Pendidikan
-
Fasilitas Kesehatan
-
Fasilitas Peribadatan
-
Fasilitas pemukiman
-
Fasilitas Perdagangan
-
Fasilitas Air bersih
-
Fasilitas Elektikal (Listrik)
-
Fasilitas Telekomunikasi
-
Fasilitas Sarana dan Prasarana transportasi
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
12
1.6.3. Tahap Penyusunan Laporan Fakta dan Analisa Tahapan yang dilakukan setelah tim melakukan survey dilapangan. Pengumpulan data guna penyusunan laporan fakta yang merupakan tahapan yang dilakukan untuk menampilkan fakta yang ada yang berhubungan dengan objek yang sedang diamati. Sehingga dari data yang sudah terkumpul kemudian dikaji guna mendapatkan suatu output berupa informasi yang diperlukan untuk menunjang studi yang sedang di kaji. Untuk menganalisis data digunakan beberapa metode analisis sebagai alat bantu sehingga data tersebut memiliki keterkaitan atau berhubungan satu sama lain. 1.6.4. Tahap Penyusunan Laporan Rencana Tahap ini merupakan tahap akhir dari studio perencanaan kota, yang kemudian di presentasikan. Tahap ini juga berisi tentang hasil dari analisis beserta alur prosesnya yang dituangkan dalam bentuk tertulis yang bersifat deskriptif, objektif, dan kompherensif. Jika perlu juga maka dapat diadakan evaluasi terhadap hasil analisis agar hasil laporan akhir dapat optimal.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
13
1.7.
Organisasi Pelaksana Adapun organisasi pelaksana pada proses pengambilan data di Kota Manokwari, Kota Manokwari dan pengolaan laporan ini antara lain sebagai berikut
STRUKTUR KEPANITIAAN STUDIO PERENCANAAN KOTA 2013 PENANGGUNG JAWAB : JOKO PURCAHYONO, M.MT DOSEN PENGASUH
: Y.L MARNALA SITORUS, MT
KETUA
: IRWAN F. KASIMAT
SEKRETARIS
: APNER. ROTKOKAY
BENDAHARA
: DEMIANUS. WODIOK
KORD. DATA
: ALBERTH. KRENAK
KORD. KONSUMSI
: RUDOLOF . MANDACAN
KORD. PERLENGKAPAN : YUSAK K. KAMBUAYA KORD. SURVEY
: PENIUS. UNBEY
KORD. TRANSPORTASI : MARSHAL L.RESUBUN ANGGOTA STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI Tahun 2013
NIXON WALLY
PAULUS HALUK
MAXIMILIANUS MAGADIN
KOSTANTINUS DEMOTEKAIIIiiiiIi
ELIFAS RUMBOBO
KRISTON WANGGAI
DORSIUS KOMBO
BARNABAS AIRBARU
AGUS SAMBERI
ELIFAS RUMBOBO
ANDY KARET
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
14
BAB II
KARAKTERISTIK KOTA MANOKWARI
2.1. 2.1.1.
KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN Kebijaksanaan Pembangunan Wilayah Papua Barat
Pemerintah melalui UU No. 45 tahun 1999 tentang Pemekaran Propinsi Papua Barat telah menetapkan Kota Manokwari sebagai Ibukota Propinsi Papua Barat. Kebijaksanaan ini berdampak kepada
pertumbuhan fisik, sosial dan
ekonomi Kota Manokwari yang telah berkembang dengan cepat. Hal Ini dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi, meluasnya kawasan terbangun terutama kawasan jasa komersial, perdagangan, dan sebagainya. Peningkatan potensi internal dan eksternal, menjadikan Kota Manokwari sebagai pusat pengembangan dan pertumbuhan bagi daerah-daerah di sekitarnya maupun pusat pertumbuhan dan pengembangan Papua Barat. Selain itu kota manokwari yang memiliki letak strategis yang dibatasi dengan laut dan juga kawasan hutan yang masih terjaga keasriannya, serta budaya masyarakat yang masih kental,membuat kota manokwari memiliki ciri khas tersendiri. hal ini menjadi pendukung untuk menumbuh kembangkan sumber daya manusia dalam hal pemanfaatan sumberdaya alam yang ada untuk peningkatan pembangunan kota manokwari serta memajukan kesejahteraan masyarakat. Agar terwujud masyarakat yang sejahtra dan memiliki daya saing, maka didukung pula dengan peningkatan dibidang pendidikan,dan kesehatan melalui penyediaan sarana dan prasarana publik. Merujuk kepada Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, maka pembangunan kota Manokwari ditata dalam dua arahan pembangunan, yaitu: penataan kawasan lindung dan/atau kawasan konservasi, dan penataan kawasan budidaya. Penataan kawasan lindung dan atau kawasan konservasi dalam rangka menjaga keseimbangan lingkungan hidup perlu menjadi perhatian utama dalam membangun dan mengembangkan Kota Manokwari. Penekanan ini sangat penting oleh karena kota Manokwari memiliki kawasan hutan Wosi-Rendani sebagai hutan lindung serta kawasan hutan Gunung Meja sebagai hutan wisata nasional. Selain itu, terdapat hutan dengan pepohonan yang STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
2
cukup rapat
di bagian barat dan selatan kota yang perlu dikendalikan
pemanfaatannya sebagai kawasan resapan air. Kawasan lain yang perlu diperhatikan adalah kawasan pantai dan pulau. Kota Manokwari memiliki garis pantai yang panjang demikian juga terdapat pulau Mansinan yang memiliki riwayat historis yang perlu dipertahankan. Untuk itu perlu penataan yang intensif sehingga terhindar dari eksploitasi yang berlebihan. Hutan tanaman mangrove perlu ditingkatkan, khususnya di lahan-lahan pantai yang kritis. Penataan kawasan budidaya sudah mendapat perhatian yang memadai sejak dilakukan penyusunan Rencana Induk Kota (RIK), RUTRK, dan RDTRK, dan juga di dalam hasil revisi Rencana Umum Tata Ruang Kota Manokwari. Namun demikian, dinamika pembangunan kota yang telah berkembang pesat pasca peningkatan status kota Manokwari sebagai ibukota Propinsi Papua Barat (Irjabar) perlu ditindaklanjuti dengan rencana tata ruang kota yang mewadahi semua kegiatan budidaya masyarakat yang meliputi kawasan Cipta, Karya, Marga, Suka dan Penyempurna. Kawasan Cipta adalah kawasan terbangun untuk perumahan dan permukiman dimana masyarakat kota Manokwari melakukan kegiatan bertempat tinggal, beribadah, menimba ilmu, dan kegiatan permukiman lainnya.Kegiatan Karya adalah penyediaan fasilitas dimana masyarakat akan bekerja, berusaha untuk meningkatkan taraf social ekonominya, yaitu antara lain tempat bekerja (perkantoran), tempat berusaha (kawasan perdagangan, meliputi pasar, petokoan, kios dan kegiatan usaha lainnya. Tempat prosessing dan produksi barang kebutuhan untuk konsumsi dan diperdagangkan, dalam hal ini kawasan industri kecil, sedang dan berat, serta kegiatan usaha lainnya. Kegiatan Marga adalah kegiatan yang memberi pelayanan umum kepada masyarakat kota serta fasilitas kenyamanan dan pengamanan kota meliputi penyediaan transportasi (darat, laut dan udara), penyediaan sarana drainase, pengelolaan dan pengendali erosi, banjir dan abrasi. Pengelolaan sampah, sanitasi dan air buangan, penyediaan energi, air bersih dan sarana telekomunikasi, Termasuk juga penyediaan sarana bagi pencegahan dan penanganan bahaya kebakaran Kawasan Suka adalah fasilitas yang disediakan untuk kegiatan rekreasi, olah raga dan kawasan terbuka hijau yang memberi kesenangan dan kenyamanan, seperti taman-taman kota, kawasan rekreasi gunung, pantai dan pulau. Termasuk dalam kegiatan suka adalah kegiatan budaya/seni, organisasi masyarakat dan lainSTUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
3
lain kegiatan yang membutuhkan penyediaan sarana prasarana untuk kepentingan pelestarian budaya (museum) dan pementasan seni (gedung pertunjukan dan atau gedung serbaguna). Kegiatan Penyempurna adalah fasilitas yang disediakan guna memperoleh manfaat yang lebih baik dan lebih lengkap, termasuk penyediaan assesoeis kota seperti lampu-lampu jalan, lampu-lampu taman, lampu pengatur lalu lintas, shelter (tempat menunggu bus/angkutan kotam tempat pejalan kaki (pedestrian), Pos ronda/pos jaga, dan lain sebagainya. 2.1.2.
Kebijaksanaan Pembangunan Kota/Regional Dalam membangun dan mengembangkan Kota Manokwari
ada dua sasaran
pokok, yaitu bagi pengembangan Kota Manokwari sendiri dan pengembangan wilayah yang ada di sekitarnya. Kebijaksanaan pengembangan kota yang tercantum dalam Tujuan pengembangan Kota Manokwari ditinjau dari segi kepentingan kota, antara lain untuk: (a)
Menciptakan pola tata ruang yang terencana secara optimal;
(b)
meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat;
(c)
memberikan pelayanan umum bagi masyarakat;
(d)
meningkatkan pendapatan asli daerah/PAD;
(e)
meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan ruang;
(f) meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyebaran fasilitas dan utilitas secara tepat dan merata sesuai kebutuhan masyarakat; (g)
menjaga kualitas lingkungan untuk mempertahankan keseimbangan lingkungan dan cadangan air bersih; dan
(h)
mengembangkan Kota Manokwari dalam upaya melayani kebutuhan penduduk dan memacu pertumbuhan wilayah yang ada di sekitarnya. Sehubungan dengan hai tersebut, pembangunan Kota Manokwari ditujukan untuk:
(a)
meningkatkan kemampuan pelayanan Kota Manokwari sebagai pusat pengembangan (Central Business District) Kota Manokwari dan Propinsi Papua Barat;
(b)
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan penduduk kota Manokwari, penduduk yang bermukim di sekitar Kota Manokwari atau penduduk kecamatan di sekitarnya serta penduduk Kota Manokwari pada umumnya, sebagai multiplier effect pembangunan kota Manokwari; STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
4
(c)
meningkatkan pelayanan sosial bagi penduduk Kota Manokwari dan sekitarnya; dan
(d)
memacu pertumbuhan ekonomi wilayah belakang (hinterland) Kota Manokwari, khususnya Kota Manokwari
2.1.3. Kebijaksanaan Dasar Pengembangan Tata Ruang Konsep tata ruang Kota Manokwari pada dasarnya bertujuan untuk memenuhi stujuan pembangunan kota serta fungsi dan peranan kota, Dalam hal ini konsep tata ruang Kota Manokwari dibagi dalam dua kelompok, yaitu konsep makro dan konsep mikro. (a) Konsep Tata Ruang Makro Konsep tata ruang makro ditekankan keterkaitan unsur-unsur Kota Manokwari dengan wilayah luar kota, yang diuraikan berikut ini.
Pengembangan pelabuhan laut Kota Manokwari sebagai sarana pergantian moda transport (terutama untuk penumpang dan barang dengan volume besar tetapi dengan waktu perjalanan cukup panjang) dan wilayah pelayanan Kota Manokwari ke luar dan sebaliknya, sekaligus sebagai pelabuhan ekspor-impor.
Pengembangan pelabuhan/bandar udara Kota Manokwari sebagai sarana pergantian moda transport (terutama untuk penumpang dan barang dengan waktu perjalanan cukup singkat tetapi dengan volume kecil) dan wilayah pelayanan Kota Manokwari keluar dan sebaliknya, maupun dalam wilayah Kota.
Pengembangan transportasi darat yang mampu meningkatkan hubungan Kota Manokwari dengan wilayah yang ada di sekitarnya.
Pengembangan
pusat
perdagangan
eceran
regional
untuk
komoditi
perdagangan barang-barang kebutuhan sekunder dan tersier.
Pengembangan kawasan wisata alam dan budaya, sejarah, pendidikan untuk kebutuhan rekreasi dan pendidikan bagi penduduk Kota Manokwari dan daerah sekitarnya serta bagi rekreasi pencinta alam.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
5
(b) Konsep Tata Ruang Mikro Konsep tata ruang mikro ditekankan pada keterkaitan antar unsur-unsur yang ada di dalam wilayah Kota Manokwari, seperti diuraikan berikut ini.
Pengembangan pusat-pusat Bagian Wilayah Kota (BWK) di luar kawasan pusat kota dengan tujuan menyebarkan dan menjalankan fungsi pelayanan ke bagian wilayah kota.
Pengembangan sistem jaringan transportasi untuk menghubungkan pusatpusat BWK.
Pengembangan kawasan industri terutama industri kecil/ ringan dan industri hasil pertanian ke arah selatan kota serta ke lokasi dekat sumber bahan baku.
Pembatasan pertumbuhan industri polutif yang menyebar di kawasan pemukiman dan mengarahkannya ke bagian selatan.
Pengembangan kawasan perumahan secara vertikal di kawasan-kawasan yang layak secara teknis serta peremajaan dan peningkatan kualitas fisik bangunan dan lingkungan.
Pengembangan kawasan wisata laut/pantai Pasir Putih dan Pantai Amban, Pulau Mansinam serta pengembangan wisata kawasan air Danau Kabori di wilayah bagian selatan kota.
Pengembangan kawasan pusat pemerintahan, jasa komersial, perdagangan di pusat kota.
Penataan kawasan pantai Teluk Sawaibu untuk mencegah pencemaran dan rusaknya lingkungan.
Penataan kawasan pelabuhan laut di Teluk Sawaibu karena kedudukannya yang strategis.
Pemanfaatan ruang secara optimal dan terencana di kawasan efektif pengembangan perkotaan yang diarahkan untuk dapat mengakomodasikan berbagai kegiatan fungsional kota.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
6
Strategi Penataan Ruang Kota Untuk lebih mengoptimalkan dan mengatur pemanfaatan ruang Kota Manokwari diperlukan strategi pembagian wilayah kota dalam beberapa Bagian Wilayah Kota (BWK). Pembagian ini berperan untuk hal-hal berikut ini. (a) Meningkatkan peranannya sebagai ibukota Provinsi Papua Barat, maka saat ini Kota Manokwari diarahkan untuk berperan sebagai pusat pemerintahan Provinsi Papua Barat. Dengan demikian Kota Manokwari harus dapat diarahkan dapat mencukupi kebutuhan aktivitas dan volume kegiatan yang berskala provinsi. (b) Ditinjau dari konstelasi regional yang lebih luas, Kota Manokwari mempunyai kedudukan dans peranan sebagai titik simpul penerima sekaligus penjalar pertumbuhan dan perkembangan wilayah dibelakangnya. (c) Melihat alur kegiatan yang saat ini berjalan, maka peranan Kota Manokwari sangat sesuai sebagai pusat-pusat perdagangan dan jasa, industri, pemerintahan baik itu Pemerintahan Provinsi maupun Pemerintahan Kota. Pada RUTRK sebelumnya, Kota Manokwari dibagi menjadi empat BWK yaitu BWK A, B, C dan D.
Setiap BWK tersebut diharapkan berfungsi sebagai
berikut ini. (a) BWK A diarahkan untuk fungsi kegiatan pemerintahan, perdagangan, pelayanan sosial
budaya,
kegiatan
pelabuhan
dan
perumahan.
BWK
A
dapat
diidentifikasikan sebagai kawasan pusat kota. (b) BWK B difungsikan sebagai kawasan pendidikan, perguruan tinggi dan kegiatan penelitian dan permukiman. (c) BWK C difungsikan sebagai kawasan pendidikan, perdagangan dan permukiman. (d) BWK D ditetapkan untuk fungsi pusat kegiatan pelayanan ekonomi regional dan pusat perkantoran Pemerintahan Provinsi Papua Barat maupun pemerintahan Kota Manokwari, perhubungan, permukiman, TPU dan TPA. Berdasarkan fakta dan analisis maka pembangunan di masing-masing kawasan tidak berjalan dengan efektip.
BWK A tumbuh terlalu dominant (terlalu kuat) sehingga
mematikan peran dan potensi BWK lain khususnya BWK C. Selain itu pada tahun 2002, Pemeriintah Kota Manokwari telah melakukan pemekaran Distrik Manokwari menjadi empat Kecamatan yang terdiri dari kurang lebih 96 kelurahan/desa. Sebagaimana maksud dan tujuan pembagian BWK yaitu untuk mendekatkan pelayanan fasilitas ke pada masyarakat, maka ke depan dama RUTK Manokwari 2005-2915, diusulkan untuk memekarkan BWK menjadi lima BWK, dalam hal ini memecah BWK C menjadi dua BWK, yaitu BWK C dan E. BWK C yang semula berpusat di Amban karena tidak efektip STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
7
(secara geografis masyarakat Kelurahan Wosi dan Manokwari Barat tidak dapat memanfaatkan fasilitas yang ditempatkan di pusat BWK C). Selanjutnya pembagian Bagian Wilayah Kota (BWK) untuk RUTRK 2005-2015 beserta arahan peran/fungsinya masing-masing adalah sebagai berikut. (a)
BWK A berfungsi utamanya adalah kegiatan perdagangan, pelabuhan laut, pelayanan sosial budaya dan perumahan. BWK A merupakan kawasan pusat kota (central business District) Manokwari
(b)
BWK B berfungsi utamanya adalah kawasan pendidikan perguruan tinggi dan kegiatan penelitian, kawasan resapan air (hutan lindung), kawasan rekreasi dan permukiman.
(c)
BWK C berfungsi utamanya adalah sebagai pusat pelayanan jasa dan perdagangan.tingkat regional (pasar pusat dan terminal pusat di Wosi), kawasan perumahan dan pertanian/perkebunan terbatas.
(d)
BWK D ditetapkan untuk fungsi pusat kegiatan pelayanan regional, pusat perkantoran Pemerintahan Provinsi Papua Barat dan juga perkantoran pemerintah Kota Manokwari, kawasan perhubungan udara, permukiman baru, kawasan industri, TPU dan TPA.
(e)
BWK E difungsikan sebagai kawasan perumahan, pusat pertanaman hortikultura dan lahan perkebunan terbatas, kawasan rekreasi .pertanian, kawasan penyanggah dan konservasi, serta kawasan pendidikan. Jika dikaitkan dengan rencana pengelolaan persampahan Kota Manokwari diarahkan
melalui kebijakan sebagai berikut: (a)
pembangunan dan atau perluasan TPA;
(b)
penambahan jumlah TPS dan perluasan jangkauan pelayanan;
(c)
pengembangan usaha daur ulang sampah, kertas, dan plastik (sampah kering);
(d)
sistem pengelolaan TPA yang dikembangkan adalah sanitary landfill;
(e)
peningkatan kesadaran (peran serta) masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan;
(f)
pengefektifan fungsi pemulung dengan membangkitkan kegiatan daur ulang sampah menjadi produk-produk yang berdaya guna;
(g)
penambahan sarana pengangkutan dan petugas persampahan;
(h)
pengomposan sampah-sampah organik dan pembangunan fasilitas tempat pemisahan jenis sampah organik dan anorganik yang dilakukan oleh masyarakat mulai dari rumah-rumah sampai tempat-tempat umum, dimana pemerintah menyediakan sarana tong sampah untuk memilah-milah sampah tersebut; STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
8
(i)
re-design tempat/lahan pembuangan akhir yang ada untuk mencegah akibat yang ditimbulkan ke depan; dan
(j)
pemerintah mengeluarkan aturan-aturan yang diperlukan dan yang lebih tegas mengenai pembuangan sampah ini, antara lain memberikan denda kepada pihak yang membuang sampah sembarangan, sistem retribusi sampah, tarif pengelolaan. Secara Umum struktur tata ruang kawasan di wilayah prencanaan dapat dikemukakan sebagai berikut ini.
(a)
Pola tata ruang kawasan bertumpu pada kegiatan kawasan yang dominan (perkantoran pemerintah, perumahan, perdagangan-jasa, industri dan wisata). Ruang kawasan strategis kanan kiri jalan menjadi kerangka utama kawasan yang akan “ditawarkan” kepada investor dan juga berperan sebagai nadi perekonomian kawasan.
(b)
Fungsi kegiatan wilayah perencanaan terdiri dari dua jenis, yakni fungsi primer dan fungsi sekunder. Bila fungsi sekunder memberikan pelayanan terutama bagi internal kebutuhan kawasan, maka fungsi primer mempunyai orientasi pelayanan eksternal melayani wilayah regional. Fungsi primer yang melayani wilayah regional didukung oleh keberadaan pusat pemerintahan skala Kota, pusat pemerintahan skala provinsi, jalan arteri, Bandara Rendani, pelabuhan regional, perkantoran regional dan jalan regional.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
9
2.2.
Gambaran Umum Kota Manokwari
2.2.1.
Kondisi Fisik
2.2.1.1.
Kondisi Geografis Kota Manokwarimerupakan salah satu wilayah di Provinsi Papua Barat yang terletak di bagian kepala burung Pulau Papua. Kota Manokwarisecara geografis terletak pada 132º35’ - 134º45’ BT dan 0º15’ - 3º25’ LS dengan luas 14.44850 km2, dengan ibukota Kota terletak di Kota Manokwari. Batas wilayah Kota Manokwari adalah: sebelah utara
: Samudra Pasifik;
sebelah selatan
: Kota Teluk Bintuni;
sebelah barat
: Kota Sorong Selatan; dan
sebelah timur
: Kota Teluk Wondama.
Posisi geografis tersebut sangat strategis oleh karena berada pada lintas pergerakan barat-timur Pulau Papua dan perairan laut yang berbatasan merupakan jalur transportasi internasional. Pengembangan sarana dan prasarana Kota Manokwari ke depan dapat memanfaatkan peluang dari letak posisi yang strategis secara geografis ini. Secara administrasi Kota Manokwarimeliputi wilayah Distrik yang berada khususnya Di kota manokwari.
Tabel 2.1 Luas Kota Manokwari Menurut Distrik
NO
Distrik
LUAS (km)
Persentase (%)
1
Manokwari Selatan
542,07
34,82
2
Manokwari Barat
237,24
15,24
3
Manokwari Timur
154,84
9,95
4
Manokwari Utara
622,79
40,00
1.556,94
100
jumlah
Sumber. BPS Kota ManokwariTahun 2012.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
10
2.2.1.2.
Topografis Kota Manokwari mempunyai topografis daerah pantai, dataran rendah hingga perbukitan. Kota Manokwarimenurut pencatatan Stasiun Meteorologi dan Geofisika Rendani memiliki tingkat kelembaban udara relatif tinggi yang berkisar antara 80 - 86% dengan rata-rata kelembaban udara 83. Untuk jenis tanah Jenis tanah di Kota Manokwari menurut lembaga penelitian tanah adalah alluvial, mediteran, grey brown podsolik, complex of soils, red yellow podsolik, organosol, dan latosol. Secara umum, jenis tanah yang terdapat di Kota Manokwarimempunyai sifat asam, yaitu nilai pH lebih dari 8. Jenis tanah berkorelasi positif terhadap kedalaman efektif tanah. Kedalaman efektif tanah adalah batas kedalaman yang dapat ditembus oleh akar tanaman untuk menyerap unsur hara. Semakin dalam lapisan tanah maka semakin besar pula kemungkinan tumbuhnya tanaman keras, sebaliknya bila tingkat kedalaman efektif tanah amat dangkal, maka hanya tanaman yang memiliki perakaran dangkal saja yang dapat tumbuh. Wilayah Kota Manokwarisecara umum mempunyai kedalaman efektif tanah > 25 cm. Adanya kendala kedalaman efektif tanah ini menyebabkan hanya beberapa jenis tanaman (terutama tanaman musiman) yang dapat tumbuh dengan baik. Pengolahan dan pemupukan lahan sangat diperlukan untuk mengintensifkan pengolahan pertanian.
2.2.1.3.
Hidrologi Berkaitan
dengan
kondisi
hidrologi,
air
permukaan
di
Kota
Manokwaritercerminkan dari kondisi sistem sungai. Sistem sungai yang ada di Kota Manokwari antara lain meliputi: Sistem Sungai Pami, Sistem Sungai Rendani, Sistem Sungai Sowi, Sistem Sungai Andai, Sistem Sungai Maripi, dan Sistem Sungai Maruni. Berdasarkan penelitian sebelumnya di daerah pantai yang mempunya i akuifer produktif dan luas penyebarannya, mempunyai debit kurang dari 5 liter/N Air tanah di daerah kajian sangat tergantung dari kondisi geologi dan morfologinya. Berdasarkan hal tersebut dari produktifitas akuifernya, daerah kajian dapat dibedakan menjadi dua (satuan), yaitu : (a) satuan dengan akuifer produktif sedang keterusan sedang-rendah (beragam), dijumpai pada batuan tersier; dan
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
11
(b) satuan langka airtanah, keterusan umumnya rendah-sangat rendah, setempat air tanah dalam jumlah terbatas dapat diperoleh terutama pada daerah lembah atau zona pelapukan batuan.s 2.2.1.4.
Iklim Perubahan iklim yang terjadi diseluruh dunia juga banyak mempengaruhi cuaca di kota manokwari. Badan meteorology dan geofisika (BMG) Rendani manokwari mencatat curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu mencapai 371 mm. hari hujan tertinggi pada bulan Mei-Juni.
Table 2.2 Jumlah curah hujan dan kelembaban udara
Bulan
banyaknya Dalam Derajat Celcius kelembaban udara (%) curah hujan hari hujan maksimum minimum januari 165.4 19 33.5 23 83 februari 80.3 19 33.2 23.2 85 maret 238.7 20 33.2 22.7 87 april 128.5 21 33.2 23 86 mei 401 24 33 23 86 juni 307.7 24 33.8 23 88 juli 216.2 17 32.6 22 89 agustus 251.7 22 32.4 21.3 86 september 172.4 19 32.8 22.8 86 oktober 142.5 19 33.1 21.4 85 november 204.9 21 33.6 22.8 83 desember 371.2 21 34 23.2 85 Sumber :Badan Meteorology klimatologi Dan Geofisika Kota Manokwari tahun 2012. 2.2.2.
Kependudukan
2.2.2.1. Perkembangan Penduduk Suatu wilayah kependudukan dalam suatu daerah perencanaan dapat dilihat dari laju pertumbuhan penduduk ,untuk merasakan suatu pembangunan yang nyata disuatu wilayah itu.pesatnya pertumbuhan penduduk Kota Manokwari tidak bisa dilepas dari semakin strategisnya manokwari baik secara ekonomi maupun politis. Jumlah penduduk Kota Manokwari pada tahun 2012 berjumlah 194.948 .dari jumlah penduduk tersebut 102,719 jiwa merupakan pria sedangkan penduduk wanita adalah 92,229 jiwa. Kota Manokwari terlihat memiliki
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
12
peningkatan yang cukup pesat begitu pula pada Distrik. Hal ini disebabkan pemekaran wilayah provinsi yang menjadikan Kota Manokwari sebagai ibukota provinsi. Pada tabel
dibawah terlihat bahwa penduduk di Kota
Manokwari terkosentrasi pada daerah kota yaitu Distrik manokwari barat. Table 2.3 Luas Wilayah Kota, Rumah Tangga, Penduduk dan Kepadatan Dirinci menurut Distrik, Pertengahan tahun 2011 Regency Area, Household, Population and Density In Manokwari Regency by District, mid 2011
No
Luas Area (km2)
Distrik
Jumlah Penduduk
Rumah tangga
1
Manokwari Barat
237,24
2
Manokwari Timur
154,84
9,298
1,611
60
3
Manokwari Utara
622,79
2,312
565
4
4
Manokwari Selatan
542,07
13,714
3,327
25
23,268
429
1.556,94
80,606
Kepadatan penduduk
17,761
1o5,930
340
Jumlah
Sumber : BPS Kota Manokwari Tahun 2012 2.2.2.2.
Struktur penduduk Kota Manokwarimemiliki jumlah penduduk yang berkisar sampai 194.948 jiwa, dengan komposisi 102,719 jiwa laki-laki, sedangkan wanita 92,229 jiwa.untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.4 Penduduk Kota Manokwari menurut Jenis Kelamin per Distrik Pertengahan tahun 2011 Population In Manokwari Regency by Sex and District mid 2011
No 18 19 20 21
Distrik Manokwari Barat Manokwari Timur Manokwari Utara Manokwari Selatan
Luas Area (km2) 237,24 154,84 622,79 542,07
Jenis kelamin Laki-laki 43,393 4,802 1,208 7,380
Perempuan 37,213 4,496 1,104 6,334
Jumlah Total 80,606 9,298 2,312 13,714
Sumber : badan pusat statistik kabpate Manokwari tahun 2012 STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
13
Tabel 2.5 Banyaknya Penduduk Kota Manokwari Dirinci Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin pertengahan tahun 2011 Jumlah penduduk Jumlah total Kelompok umur Laki-laki perempuan
0-4
11,676
11,676
22,585
5-9
11,129
11,129
21,680
10 - 14
10,224
10,224
19,664
15 - 19
9,418
9,418
18,371
20 - 24
11,327
11,327
21,577
25 - 29
11,032
11,032
21,131
30 - 34
9,873
9,873
18,451
35 - 39
7,511
7,511
14,018
40 - 44
6,642
6,642
12,111
45 - 49
4,795
4,795
8,870
50 - 54
3,438
3,438
6,327
55 - 59
2.306
2.306
4,160
60 - 64
1.564
1.564
2,829
65 - 69
901
901
1,582
70 - 74
497
497
889
75+
386
386
703
Jumlah total
102,719
92,229
194,948
Sumber : badan pusat statistik Kabupaten Manokwari tahun 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
14
2.2.3. 2.2.3.1.
Sosial Ekonomi Perekonomian Daerah Produk Domestik Regional Bruto Kota Manokwari maengalami kenaikan sebesar 548,477.10 dibandingkan tahun sebelumnya. Besarnya peningkatan ini menunjukkan bahwa adanya produktifitas yang meningkat dari sector – sector ekonomi. Kontribusi terbesar datang melalui sector pertanian dengan 25,81%. Tabel 2.6
Gross Regional Domestic Product Of Manokwari Regency At Current Price By Industrial Origin, 2010 – 2011 (Jutaan Rupiah) Lapangan usaha
2010
2011
(1)
(2)
(3)
1
Pertanian / Agriculture
813,451.41
861,601.21
2
Pertambangan dan Penggalian Minning and Quarryng
55,163.23
70,859.62
3
Industri / Industries
91,644.37
99,723.72
4
Listrik dan Air Bersih Electricity and Water Supply
25,788.71
28,337.07
5
Bangunan / Contruction
585,746.66
706,034.88
6
Perdagangan Hotel dan Restoran Trading, Hotels and Restaurant Pengangkutan dan Komunikasi Transportation and Communication Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
447,150.85
528,029.97
278,156.93
310,023.50
155,436.20
184,562.35
494,139.76
548,477.10
NO
7 8
9
Jasa - jasa / Service
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Manokwari Tahun 2012 Tabel 2.7 Laporan Realisasi APBD Kota Manokwari tahun 2011 URAIAN
NILAI
A. PENDAPATAN
864,735,611,742
B. BELANJA DAERAH
799,990,368,457
C. PEMBIAYAAN
58,826,254,249
JUMLAH
1,723,552,234,448
Sumber BPS Kota Manokwari 2012. STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
15
2.2.3.2.
Sektor-Sektor Unggulan
Sektor Perdagangan. Ssektor ini merupakan salah satu sector yang mendukung pertumbuhan kota secara ekonomi. Pusat perdagangan skala regional meliputi : pasar regional, pasar grosir atau pasar induk, pusat perbelanjaan, ruko, show room, elektronik, sandang/pakaian, minimarket/supermaket, perbengkelan, toko bangunan, toko mebel/interior, restouran atau rumah makan dan sejenisnya.
Sektor Jasa. Pusat jasa skala Kota, meliputi perbankan (kantor cabang), fasilitas bank untuk pengkreditan rakyat (bpr), pengembangan koperasi kud, bengkel mobil dan sepeda motor, elektronik, salon, wartel, foto copy, money changer, pegadaian, jasa pengiriman dan jasa umum lainnya. Pusat jasa pemerintahan umum
yang merupakan pusat pelayanan skala
regional maupun provinsi papua barat berada di sekitar arfai. Sektor pariwisata. Pengembangan kawasan pariwisata Teluk Sawaibu yang membawa banyak dampak secara tidak langsung (multiplier effect) bagi perkembangan perekonomian di wilayah perkotaan.
2.2.4.
Transportasi.
2.2.4.1. Transportasi Darat Jaringan jalan di Kota Manokwarisaat ini terbagi menjadi beberapa fungsi, yaitu jalan arteri primer, kolektor primer, kolektor sekunder, lokal dan lingkungan. Pengelompokan jalan berdasarkan fungsi tersebut merujuk pada UU No 38 tahun 2004 dan PP No 34 tahun 2006 tentang jalan. (a)
Jaringan perjalanan
Jalan
Arteri,
yaitu
jarak jauh dengan
tipe
jaringan yang
menampung
lalu-lintas
kecepatan rata-rata tinggi, jumlah jalan masuk
dibatasi secara berdaya guna. (b)
Jaringan jalan Kolektor, yaitu tipe untuk menampung lalu-lintas dari dan ke pusatpusat kegiatan daerah kota, kecepatan sedang, jumlah jalan masuk dibatasi.
(c)
Jaringan Jalan Lokal, yaitu tipe jaringan jalan untuk menampung lalu lintas antar blok/jarak dekat, kecepatan rendah, jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
(d)
Jaringan Jalan Lingkungan, yaitu tipe jaringan jalan yang melayani angkutan lingkungan, jarak dekat, kecepatan rendah. STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
16
Sementara yang dimaksud dari: (a)
Jaringan Jalan Primer, yaitu sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan; dan
(b)
Jaringan Jalan Sekunder, yaitu sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan. Sebagian besar jalan tersebut sudah beraspal. Semakin memadai jaringan jalan yang tersedia, maka akan berpengaruh terhadap kelancaran transportasi angkutan sampah. Termasuk di dalamnya adalah lebar badan jalan, sempadan pagar dan sempadan bangunan akan berpengaruh terhadap kelancaran lalu lintas di jalan.
Gambar 2.1. Kenampakan Jalan Trikora Wosi dan Jalan Yos Sudarso
Kota Manokwaridilewati Jalan Arteri Manokwari, yang mempunyai klas primer, berfungsi untuk arus kendaraan berat dan arus kendaraan pribadi. Jalan tersebut juga terbebani oleh lalu-lintas lokal yang melayani pergerakan antar pusat kegiatan di Kota Manokwari, hal ini terjadi karena kurangnya jalan yang sejajar dengan jalan arteri tersebut.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
17
Tabel 2.8 nama dan fungsi jalan eksisting Nama Jalan Jl Jend Sudirman Jl Merdeka Jl Yogyakarta Jl Siliwangi Jl Bhayangkara sJl Pantai Pasir Putih Jl Brawijaya Jl Gunung Salju (lampu merah s/d pertigaan Jl Merapi) Jl Gunung Salju (pertigaan Jl Merapi s/d kaw UNIPA ) Jl Yos Sudarso Jl Trikora Jl Trikora Wosi Jl Pasir Jl Trikora Tamanria Jl Esau Sesa Jl Trikora Sowi Jl Pertanian Jl Pahlawan Jl S. Condro-negoro Jl Percetakan Negara Jl Karya Abri Jl Ekonomi Jl Merapi Jl Wirsi Jl Simponi Rindu Jl Durian Jl Nenas Jl Toba Kampung Makasar Kampung Jawa Kampung Ambon Jl Litban Anggori Jl Wosi Dalam Jl Wajib Senyum Jl Swaven Jl AMD
Lebar sBadan Jalan (m) 6,2 7 7 10 7,5 7,5 6
KP KP Lokal KP KP KP Lokal
Lebar Drainase (m) 0,8 (2) 0,7 (2) 0,7 (2) 0,7 (2) 0,6 (2) 0,5 (1) -
Lebar Trotoar (m) 1,4 (2) 1,2 (2) 1,5 (1) -
8
KssP
0,7 (2)
15
KP
15 15 18 8,5 11 7 7 6,5 15 10,5 11 7 6 7 3,5 2,5 3,5 3,5 4,6 4,5 4 6 7 6,5 4 7 3,5
Fungsi Jalan
AP AP AP Lokal KS AP AP Lokal KS KP KS Lokal Lokal Lokal Lingk Lingk Lingk Lingk Lingk Lingk Lingk Lingk KP Lokal Lokal Lokal Lingk
Sempadan Pagar (m)
Sempadan Bangunan(m)
6,3 11,1 7 7,5 5,3 4,75 7
11,3 13,8 9 14,5 12,3 9,75 10
1,5 (1)
11,5
18,5
-
-
9,5
11,5
0,5 (2) 0,5 (2) 0,5 (1) 0,7 (2) 0,8 (1) 0,8 (2) 0,6 (1) 0,6 (2) 0,8 (2) 0,8 (1) 1 (2) 0,8 (2) 0,7 (2) 0,35 (1) 0,35 (2) 0,5 (2) 0,35 (1) 0,35 (1) 0,8 (2) 0,5 (1) 0,5 (1) 0,35 (2)
1,5 (2) -
9,5 10,5 12,25 8,5 13,5 8,7 4,5 5,5 11,2 5,9 8,5 5 5,5 8 2,75 2 3 3 7 2,5 3 4,8 8,5 5 3 7,5 2,2
14 12,5 17,25 15,5 17,5 11,7 6,5 8,25 17,2 7,9 12,5 8 10,5 14 4,75 4 5 5 9 3 4 6,8 13,5 7 8 12,5 4
Sumber: Hasil Survei, 23 Juli – 29 Juli 2009 Keterangan: *S empadan pagar dan sempadan bangunan dihitung dari as jalan Jalan-jalan Kota yang disamping menjadi penghubung di dalam wilayah perencanaan antar Distrik yaitu Manokwari Barat, Manokwari Timur, Manokwari Selatan dan Manokwari Utara. Jalan-jalan Kota juga menjadi penghubung antara STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
18
Distrik dalam kota dengan Distrik luar kota. Geometri pengertian
tentang Ruang Manfaat
jalan
mengandung
Jalan (RUMAJA), Ruang Milik Jalan
(RUMIJA) dan Ruang Pengawasan Jalan (RUWASJA), sebagaimana
tersebut
dalam UU No. 38 Tahun 2004 tentang jalan dan PP No. 34 Tahun 2006. Sebagian besar geometri jalan yang ada di wilayah perencanaan belum sepenuhnya memenuhi
kriteria jalan,
baik
mengenai sempadan pagar maupun sempadan
bangunannya. Jalan-jalan Kota perlu adanya peningkatan / perbaikan konstruksi untuk mengantisipasi perkembangan kegiatan dan ruang yang terjadi. Berdasarkan hasil survei lapangan, menunjukkan bahwa klas jalan yang telah ditetapkan di Kota Manokwari, baik sebagai jalan arteri, kolektor, maupun lokal sebagian telah sesuai dengan standar yang berlaku, meskipun nilai LHR-nya masih sedikit kurang mendekati standar tersebut.
2.2.4.2.
Transportasi Udara Pengembangan sistem jaringan udara direncanakan antara lain Bandara Nasional, Bandara Regional dan Bandara Lokal. Bandara Nasional memiliki skala pelayanan regional dan nasional hingga ke wilayah luar Kota Manokwari, bandara regional yang juga berfungsi sebagai pendorong perkembangan wilayah memiliki skala pelayanan regional yaitu mencakup beberapa Distrik atau wilayah pengembangan. Sedangkan bandara lokal direncanakan selain sebagai alternatif perangkutan juga untuk mengantisipasi adanya aktifitas-aktifitas insidental misalnya pengangkutan bahan pokok mengingat jangkauan wilayah yang masih relatif sulit untuk dilalui dengan jalur darat. Rencana dan arah pengembangan sistem jaringan prasarana transportasi udara adalah sebagai berikut; 1. Pengembangan Bandara Nasional Rendani di Distrik Manokwari Selatan 2. Peningkatan bandara lokal yang sudah ada diantaranya : Bandara Perintis (Isim, Ambarbaken, dan Senopi serta Testega) dan Bandara Regional (Kebar dan Anggi). Kondisi eksisting Bandar Udara Rendani, saat ini masih dalam tahap pengembangan lebih lanjut untuk perluasan terminal tunggu dan terminal kedatangan. Secara fisik gedung yang ada terbilang Sudah cukup memadai fasilitasnya, dan pada saat ini sedang dalam tahap pengembangan.
Sampai saat ini, pesawat terbesar yang bisa mendarat di Bandar Udara Rendani Manokwari adalah jenis Boeing 737-200, kemudian juga pesawat jenis Fokker STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
19
100 serta pesawat perintis. Hal ini terkait dengan panjang Landasan Pacu atau Runway di bandara tersebut yang belum memungkinkan pesawat yang lebih besar untuk bisa mendarat. Jika dilihat pertumbuhan volume penumpang dan kargo dari tahun ke tahun yang mengalami kenaikan, Akibat positif dari pengembangan bandara adalah semakin terbukanya akses ke Manokwari baik nasional maupun internasional. Hal tersebut akan semakin membuka peluang para investor untuk menanamkan modalnya. Hasil akhirnya adalah semakin pesatnya pertumbuhan ekonomi di Manokwari dan sekitarnya. Pada saat ini maskapai yang melayani rute dari dan ke Manokwari adalah Merpati Nusantara, Batavia Air dan Express Air serta perintis. Berdasarkan data-data yang ada yaitu dari BPS maupun dari Rencana Induk Bandar Udara Rendani, perkembangan volume penumpang adalah seperti tabel berikut : Pada saat ini maskapai yang melayani rute dari dan ke Manokwari adalah Merpati Nusantara, Batavia Air dan Express Air serta perintis. Berdasarkan data-data yang ada yaitu dari BPS maupun dari Rencana Induk Bandar Udara Rendani, perkembangan volume penumpang adalah seperti tabel berikut : Tabel 2.10 Penumpang dan Frekuensi Pesawat di Bandara Rendani Tahun 2012 No.
Jenis Data
Jumlah
a.
Pesawat Berangkat
3.869
b.
Pesawat Datang
3.833
c.
Penumpang Berangkat
138.877
d.
Penumpang Datang
130.243
e.
Penumpang Transit
48.605
f.
Bongkar Barang
437.951
g.
Muat Barang
387.030
Sumber: Data BPS Manokwari Dalam Angka Tahun 2011
Gambar 2.2 bandara rendani manokwari dalam tahap penyelesaian STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
20
2.2.4.3.
Transportasi Laut. Kondisi eksisting pelabuhan di Manokwari, pada saat ini sudah ada beberapa pelabuhan laut dengan beberapa kegunaan:
1) Pelabuhan campuran, lokasinya ada di Distrik Manokwari Timur 2) Pelabuhan militer, lokasinya ada di Sowi dekat perbatasan Anday 3) Pelabuhan minyak, lokasinya ada di Sanggeng 4) Pelabuhan semen, lokasinya ada di Maruni Distrik Manokwari Selatan Rencana Pengembangan sistem dan jaringan transportasi laut didasarkan pada berkembangnya bidang sosial dan ekonomi penduduk di wilayah perencanaan, sehingga kebutuhan akan sandang, pangan dan berbagai fasilitas lainnya meningkat. Hasil bumi maupun industri di wilayah yang bersangkutan yang terus meningkat perlu pemasaran keluar daerah. Maka diperlukan sarana dan prasarana keluar masuk barang dari dan ke daerah yang bersangkutan dalam hal ini adalah pelabuhan laut. Berdasarkan data BPS tahun 2011, barang yang dibongkar dan dimuat serta penumpang yang naik turun seperti pada tabel berikut ini: Tabel 2.11 Jumlah Bongkar Muat Barang dan Penumpang di Pelabuhan Manokwari Dalam 1 Tahun (2012) No.
Aktifitas
Volume
1.
Bongkar barang
266.807.494
2.
Muat barang
56.291.774
3.
Kunjungan kapal
1.254 kali
4.
Penumpang turun
112.293 orang
5. Penumpang naik 104.572 orang Sumber: Data BPS Manokwari dalam Angka Tahun 2012. Muat barang dapat menggambarkan seberapa besar sumberdaya di Kota Manokwariyang mampu di ekspor keluar daerah. Bila dilihat bongkar barang memiliki nilai yang jauh lebih besar. Kebutuan di Kota Manokwarimasih banyak dipenuhi oleh barang dari luar daerah. h di kaKunjungan kapal ke Kota Manokwarimengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Kota Manokwaridiharapkan mampu terus meningkatkan promosi daerah, sehingga semakin banyak penduduk dalam maupun luar negeri yang menikmati Kota Manokwari. Kunjungan kapal dan orang mampu memberikan manfaat dengan kemajuan dalam bidang sosial ekonomi.
Gambar 2.3 kondisi eksisting pelabuhan di Kota Manokwari STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
21
2.2.5.
Sarana Dan Prasarana.
2.2.5.1.
Prasarana Dasar
2.2.5.1.1.
Air Bersih. Jaringan air bersih di Kota Manokwari terdiri penggunaan Sumur Bor dan Jaringan Pipa yang berasal dari dinas PDAM. Khusus untuk penggunaan air
tanah di Kota Manokwari, dibutuhkan
penanganan lebih lanjut karena air tanah masih memiliki zat kapur yang cukup tinggi. 2.2.5.1.2.
Jaringan Listrik Pusat produksi dan suplai listrik di Kota Manokwari bertempat di PLTD Sanggeng. Dengan menggunakan 10 unit pembangkit tenaga listrik yang memprduksi sekitar 82,381,260 kwh,yang terjual sebesar 74,183,403 kwh dan harga jual sebesar Rp.9,705,583,700,-. Daerah yang dilayani meliputi Distrik manokwari barat, Distrik manokwari timur, Distrik manokwari utara, dan Distrik manokwari selatan.
Tabel 2.12 Banyaknya tenaga listrik yang di produksi, terjual dan jumlah penjualan tahun 2011.
Banyaknya
Kwh
Produksi
82,381,260
terjual
74,183,403
dialirkan
82,381,260
Sumber : BPS Kota Manokwari tahun 2012.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
22
Tabel 2.13 Banyaknya unit pembangkit tenaga listrik, kapasitas terpasang, kemampuan mesin, dan beban puncak tahun 2012. Lokasi
Banyaknya unit
Kapasitas terpasang
Kemampuan mesin
Beban maksimum
(KW)
(KW)
17,960
14,000
(KW)
Sanggeng
10
Sidey
2
200
165
118
Ransiki
4
280
235
222
Oransbari
3
450
370
225
Warkapi
1
20
18
16
Mansinam
1
20
18
17
Igor
-
-
-
-
Nuni
1
40
30
18
Siwi
1
40
35
12
23
26,358
18,831
14,628
Jumlah
25,304
Sumber : BPS Kota Manokwari Tahun 2011.
Tabel 2.14 Banyaknya pelanggan, KWH terpasang,dan jumlah gardu tahun 2011 Sanggeng
Banyaknya pelanggan 23,897
Sidey
558
373,350
4
Ransiki
537
456,150
7
OransbarI
72
522,100
5
Warkapi
64
49,150
-
Mansinam
-
48,200
-
Igor
117
-
-
Nuni
92
91,850
3
Siwi
809
59,800
-
Jumlah
26,148
41,346,935
198
Lokasi
KW terpasang
Jumlah gardu
39,745,935
179
Sumber : BPS Kota Manokwari tahun 2012. STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
23
2.2.5.1.3.
Jaringan Telekomunikasi. Terbentuknya pembangunan suatu perkotaan tidak lepas dari akses telekomunikasi yang menjadi salah satu kebutuhan manussia akan media informasi.untuk itu di Kota Manokwarisendiri dilakukan pembangunan kantor Pos sebanyak 1 buah. Selain itu terdapat 1 buah kantor telekomunikasi yang berlokasi di Distrik maanokwari barat yang melayani daerah manokwari timur, manokwari utara, dan manokwari selatan.
2.2.5.1.4.
Jaringan Drainase. Pengembangan drainase bertujuan untuk mengalirkan air hujan sedemikian rupa sehingga tidak lagi menimbulkan bahaya (banjir) atau gangguan lingkungan (genangan air). Sedangkan sasaran jangka panjangnya
adalah untuk
menetapkan suatu jaringan drainase yang terpadu, yang praktis dioperasikan dan dipelihara, mengurangi bahaya banjir dan genangan air, menjaga/menciptakan kondisi lingkungan yang baik.Rencana bentuk sistem drainase berupa: saluran drainase, sumur peresapan air hujan (SPAH), dan kolam retensi. Rencana saluran drainase sebagian besar mengikuti jaringan jalan yang ada, rencana SPAH tersebar mengikuti distribusi permukiman, sedangkan rencana kolam retensi menggunakan kolam/dam eksisting. Kolam retensi berfungsi sebagai penampung sementara dari limpasan (over land flow) di sekitarnya. Masalah yang sering muncul dalam jaringan drainase adalah adanya genangan atau runoff (aliran permukaan). Air hujan tidak dapat tertampung atau masuk ke saluran drainase
karena
terhambat
oleh
sedimen
ataupun
sampah.
Rencana
penanggulangan genangan air hujan dilakukan dengan pemeliharaan dan perbaikan saluran yang sudah ada, peningkatan saluran yang sudah ada antara lain dengan: pembuatan pasangan batu pada saluran tersebut sehingga lebih kuat dan kapasitasnya lebih besar, serta pembuatan saluran baru. Dengan demikian diharapkan akan dapat mengatasi luapan dan genangan-genangan walaupun hanya pada waktu hujan saja. Di Kota Manokwarisendiri sudH Memiliki saluran drainase yang sudah cukup memadai. Hal yang perlu di tingkatkan di situ adalah mengenai masalah perawatan dan pemeliharaan.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
24
2.2.5.1.5.
Persampahan.
Sistem Penanganan sampah Kota Manokwarisaat ini adalah sistem setempat dan sistem terpusat. Teknik operasional sistem setempat yang ada saat ini adalah sebagai berikut ini. (a)
Sistem individu Pada sistem ini, penduduk mengumpulkan sampah di pekarangan, kemudian dibakar, atau penduduk membuat lubang untuk pembuangan sampahnya. Untuk wilayah pingggiran kota, dengan kavling tanah berukuran besar, kepadatan penduduk masih rendah, sistem ini tidak akan berdampak negatif bagi kesehatan. Ada juga diantaranya yang langsung membuang sampah ke selokan atau sungai atau laut. Dengan sistem yang kedua ini jelas akan menyebabkan pencemaran lingkungan.
(b)
Sistem bersama Pada sistem ini diorganisir oleh pengurus kampung atau kelurahan/desa. Tempat pembuangan sampah tersebut biasanya dekat dengan permukiman. Sebagian tempat pembuangan sementara belum memperhatikan dampak lingkungan sekitarnya, sehingga menggangu lingkungan dan menimbulkan pencemaran terhadap air tanah dan air permukaan. Hal ini akan berdampak negatif kesehatan masyarakat. Air tanah yang tercemar masuk ke sumursumur dangkal yang airnya digunakan untuk air minum. Untuk sistem terpusat, teknik operasionalnya adalah sampah dari penduduk diwadahi kantung plastik atau bak sampah dari bambu kemudian diletakkan di depan rumah atau toko atau di pinggir jalan. Ada juga yang langsung dibuang ke TPS. Truk sampah akan mengangkut sampah-sampah tersebut ke TPA. Tetapi karena truk sampah frekwensi pengambilannya rendah, maka ada penduduk yang tidak sabar sehingga membakar sendiri sampahnya atau membuang ke sungai atau ke selokan, walaupun warga tersebut termasuk pelanggan untuk pengambilan sampah. Masalah frekwensi pengambilan yang rendah inilah yang sering dikeluhkan penduduk, karena hal itu berakibat sampah membusuk sebelum diangkut terutama sampah basah, yang akan mendatangkan lalat atau bau yang tidak sedap.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
25
Pengangkutan sampah tersebut dikelola oleh Bidang Perumahan dan Penyehatan Lingkungan Dinas Pekerjaan Umum Kota Manokwari, jadi tidak melibatkan pihak swasta. Alat angkut yag dipakai diantaranya Dump Truk dan Armroll Truk. Secara umum kondisi prasarana sampah seperti TPS, masih kurang perlu adanya peningkatan jumlah dari prasarana tersebut. Selain itu peningkatan perlu dilakukan dalam hal pemeliharaan serta perbaikan TPS yang sudah tidak layak guna dan sudah rusak.
(a)
(b)
Gambar : (a) proses pembuangan sampah di TPS. (b) salah satu prasarana TPA . 2.2.5.2.
Sarana
2.2.5.2.1.
Sarana pendidikan Peningkatan sumber daya manusia di Kota Manokwariterlihat sudah cukup
maju. Hal ini dapat kita lihat dengan adanya pembangunan serta penyediaan fasilitas pendidikan yang menjadi sarana pendukungnya. Salah satu kebutuhan dasar masyarakat adalah Pendidikan. Semakin banyak masyarakat yang dapat memperoleh pendidikan, maka semakin tinggi kualitas kehidupan dan lingkungannya. Pengembangan fasilitas pelayanan pendidikan dimungkinkan dengan mengacu pada standar SNI yang berlaku, yakni SNI 03-1733-1989. SNI tersebut berisi tentang tata cara perencanaan kawasan perumahan kota. Dimana di dalamnya diatur standar daya layan dan kebutuhan luas lahan minimum untuk masing-masing jenis fasilitas pendidikan. Jenis fasilitas pendidikan yang diatur mencakup tingkat taman kanakkanak (TK) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Untuk akademi, universitas, dan sejenisnya tidak diatur dalam SNI karena memiliki skala pelayanannya sangat luas (provinsi, nasional, dan atau internasional). Pada BWP Manokwari terdapat beberapa Akademi, Universitas, dan Sekolah Tinggi lainnya. Antara lain: Universitas Negeri Papua (UNIPA), Institut Sains Dan Teknologi Indonesia STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
26
Manokwari, Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Manokwari, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Mah-Eisa, Politeknik Cratindo Manokwari, dan STKIP Muhammadiyah Manokwari.
Tabel 2.15 Kondisi kondisi fasilitas sarana pendidikan di Kota Manokwari tahun 2012
Distrik
Penduduk 2012
manokwari barat
82.451
Manokwari timur
9.673
Manokwari utara
3.146
Manokwari selatan Jumlah
14.332
Jumlah Fasilitas Eksisting
Kebutuhan 2012
TK
SD
SLTP
SMA
TK SD SLTP SMA
18
34
10
11
66
52
17
17
2
9
2
2
8
6
2
2
1
8
1
0
3
2
1
1
2
9
1
0
11
9
3
3
23
60
14
13
88
69
23
23
Sumber : Kota Manokwari dalam Angka diolah (Analisis Studio 2012)
Pada Tahun 2017, jumlah penduduk di BWP Manokwari diproyeksikan menjadi 151.343 jiwa. Kebutuhan fasilitas pendidikan Sub BWP A terbesar berada pada Blok A3. Kebutuhan untuk TK sebanyak 35 unit, SD 27 unit, SLTP 9 unit, dan SMA 9 unit. Sedangkan untuk Sub BWP C, kebutuhan fasilitas pendidikan terbesar terletak pada Blok C2, dengan 14 unit TK, 11 unit SD, 4 unit SLTP, dan 4 unit SMA. Pada Tabel 5.8, terdapat hal yang menarik. Pada Sub BWP E tidak terdapat kebutuhan akan fasilitas pendidikan. Hal ini dikarenakan jumlah penduduknya yang belum memenuhi standar daya layan. Jumlah penduduk untuk Sub BWP E hanya 674 jiwa. Padahal untuk 1 (satu) unit TK saja membutuhkan 1.250 jiwa. Sehingga masyarakat di Sub BWP E harus pergi ke Sub BWP di sekitarnya untuk mengenyam pendidikan. Alternatif lainnya adalah dengan membangun fasilitas pendidikan yang saling terintegrasi, agar mampu menampung kebutuhan masyarakat. Secara keseluruhan, BWP Manokwari pada tahun 2017 membutuhkan
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
27
121 unit TK, 93 unit SD, 30 unit SLTP, dan 30 unit SMA. Dengan luas kebutuhan lahan minimum terbesar adalah untuk SMA sebesar 375.000 m2. Tabel 2.16. Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Pendidikan Tahun 2017 Bagian Wilayah Sub BWP A
Penduduk Luas (Ha) 2017
Kebutuhan Fasilitas (Unit) TK SD SLTP SMA
Kebutuhan Lahan (m2) TK
SD
SLTP
SMA
1.652,171
93.969
76 59
19
19
A1
347,364
20.691
17 13
4
4
8.500
26.000
36.000
50.000
A2
1.033,745
29.632
24 19
6
6
12.000
38.000
54.000
75.000
A3
271,062
43.646
35 27
9
9
17.500
54.000
81.000 112.500
2.778,924
11.385
9
6
2
2
4.500
B1
519,523
3.816
3
2
1
1
1.500
4.000
9.000
12.500
B2
1.176,989
1.745
1
1
0
0
500
2.000
0
0
B3
651,527
5.131
4
3
1
1
2.000
6.000
9.000
12.500
B4
430,885
693
1
0
0
0
500
0
0
0
23 18
6
6
0
0
0
0
0
0
0
0
Sub BWP B
38.000 118.000 171.000 237.500
12.000
18.000
25.000
Sub BWP C
5.608,901
28.533
C1
2.771,538
40
C2
1.666,049
17.658
14 11
4
4
7.000
22.000
36.000
50.000
C3
1.171,314
10.835
9
7
2
2
4.500
14.000
18.000
25.000
Sub BWP D
8.257,33
16.782
13 10
3
3
D1
4.731,191
359
0
0
0
0
0
0
0
0
D2
1.744,335
9.763
8
6
2
2
4.000
12.000
18.000
25.000
D3
1.781,804
6.660
5
4
1
1
2.500
8.000
9.000
12.500
Sub BWP E
3.902,048
674
0
0
0
0
0
0
0
0
E1
729,767
311
0
0
0
0
0
0
0
0
E2
2.081,722
0
0
0
0
0
0
0
0
0
E3
1.090,559
363
0
0
0
0
0
0
0
0
22.199,374 151.343 121 93
30
30
Grand Total
11.500 36.000
6.500
20.000
54.000
27.000
75.000
37.500
60.500 186.000 270.000 375.000
Sumber: Analisis Studio, 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
28
2.2.5.2.2.
Sarana Kesehatan Kota Manokwarisudah memiliki beberapa fasilitas kesehatan. Untuk rumah sakit yang berada di Kota Manokwariantara lain: Rumah Sakit Umum Manokwari, Rumah Sakit TNI AL Manokwari, dan Rumah Sakit Dim 1703 Manokwari. Kondisi eksisting fasilitas kesehatan di Kota Manokwarisudah cukup memenuhi kebutuhan masyarakat. Keberadaan puskesmas tahun 2012 sudah mencukupi kebutuhan penduduk, bahkan untuk Distrik manokwari barat memiliki 3 (tiga) unit. Padahal kebutuhannya hanya 1 (satu) unit saja. Puskesmas pembantu (Pustu) yang ada juga sudah dapat memenuhi kebutuhan fasilitas. Berikut ini (Tabel 5.13) gambaran perbandingan kondisi eksisting tahun 2012 fasilitas kesehatan dengan kebutuhan fasilitas kesehatan berdasarkan daya layan menurut standar daya layan SNI. Tabel 2.17. Kondisi Fasilitas Kesehatan di BWP Manokwari Tahun 2012
Bagian Wilayah Manokwari barat manokwari timur Manokwari utara Manokwari selatan Jumlah
Kondisi Eksisting Kebutuhan 2012 Penduduk Balai Balai 2012 Puskesmas Pustu Posyandu Apotik Puskesmas Pustu Posyandu Apotik Pengobatan Pengobatan 82.452
3
3
2
25
27
1
3
33
66
3
9.674
1
5
0
14
0
0
0
4
8
0
3.147
1
4
0
11
0
0
0
1
3
0
14.332
1
1
0
20
0
0
0
6
11
0
109.605
6
13
2
70
27
1
3
44
88
3
Sumber: Analisis Studio, 2012 Proyeksi kebutuhan fasilitas kesehatan pada 5 tahun pertama atau tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 5.14. Kebutuhan akan puskesmas tidak ditemukan pada semua Sub BWP Manokwari. Hal ini dikarenakan belum terpenuhinya standar daya layannya. Bila dilihat pada tabel sebelumnya (Tabel 5.12), kebutuhan puskesmas di Sub BWP A dan C adalah 1 (satu) unit, ini karena jumlah penduduk Sub BWP tersebut digabung. Untuk kebutuhan Pustu, di Sub BWP A membutuhkan 3 unit dan Sub BWP C membutuhkan 1 unit. Secara keseluruhan kebutuhan fasilitas pelayanan kesehatan BWP Manokwari tahun 2017, antara lain: 4 unit Pustu, 60 unit Balai Pengobatan, 121 unit Posyandu, dan 4 unit Apotik. 4 Unit Pustu membutuhkan lahan minimum seluas 1.200 m2, dan 60 unit balai pengobatan membutuhkan lahan 18.000 m2. STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
29
Dari hasil analisis seperti tersaji pada Tabel 5.14. mengenai proyeksi fasilitas kesehatan dan kebutuhan luas lahannya pada tahun 2017, BWP Manokwari masih memiliki fasilitas kesehatan yang cukup untuk melayani kebutuhan kesehatan penduduknya. Proyeksi penduduk pada tahun 2017 masih dapat dilayani oleh ketersediaan fasilitas kesehatan yang ada saat ini (eksisting) di BWP Manokwari. Pada tahap ini sangat penting untuk meningkatkan kualitas dari failitas kesehatan, karena dari sisi kuantitasnya tidak memerlukan penambahan. Kota Manokwari, dalam hal ini lingkup BWP Manokwari, merupakan salah satu wilayah yang endemik penyakit malaria. Karena aspek kesehatan merupakan salah satu hal yang paling mendasar, maka sangat penting juga memperhatikan faktorfaktor lain penunjang fasilitas kesehatan tersebut. Seperti halnya tenaga medis, obatobatan dan lain sebagainya. Pada Tabel sebelumnya (Tabel 5.13) sudah terlihat bahwa fasilitas yang ada saat ini terutama fasilitas kesehatan yang paling utama yaitu puskesmas dan puskesmas pembantu atau pustu, jumlah keberadaannya (unit) melebihi dari kebutuhan menurut perhitungan teknis. Tabel 5.14. menunjukkan sampai dengan 5 tahun ke depan, yaitu tahun 2017, fasilitas kesehatan yang ada masih mencukupi untuk melayani penduduk BWP Manokwari.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
30
Tabel2.17. Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Kesehatan Tahun 2017 Kebutuhan Bagian Wilayah
Kebutuhan Fasilitas (Unit) Luas Lahan (m2)
Penduduk 2017 Puskesmas Pustu
Balai Pengobatan
Posyandu
Apotik Puskesmas
Pustu
Balai Posyandu Apotik Pengobatan
Sub BWP A
93.969
0
3
37
76
3
0
900
11.100
4.560
750
A1
20.691
0
1
8
17
1
0
300
2.400
1.020
250
A2
29.632
0
1
12
24
1
0
300
3.600
1.440
250
A3
43.646
0
1
17
35
1
0
300
5.100
2.100
250
Sub BWP B
11.385
0
0
5
9
0
0
0
1.500
540
0
B1
3.816
0
0
2
3
0
0
0
600
180
0
B2
1.745
0
0
1
1
0
0
0
300
60
0
B3
5.131
0
0
2
4
0
0
0
600
240
0
B4
693
0
0
0
1
0
0
0
0
60
0
Sub BWP C
28.533
0
1
11
23
1
0
300
3.300
1.380
250
C1
40
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
C2
17.658
0
1
7
14
1
0
300
2.100
840
250
C3
10.835
0
0
4
9
0
0
0
1.200
540
0
Sub BWP D
16.782
0
0
7
13
0
0
0
2.100
780
0
D1
359
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
D2
9.763
0
0
4
8
0
0
0
1.200
480
0
D3
6.660
0
0
3
5
0
0
0
9.00
300
0
Sub BWP E
674
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
E1
311
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
E2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
E3
363
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Grand Total
151.343
0
4
60
121
4
0
1.200
18.000
7.260
1.000
Sumber: Analisis Studio, 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
31
2.2.5.2.3.
Sarana Peribadatan Kota Manokwaridikatakan sebagai “kota injil” .Mayoritas pemeluk agama di Kota Manokwariadalah beragama Kristen. Hal ini ditunjukkan dengan presentase yaitu sebesar 73,19 dibanding kan agama islam, hindu dan budha. Fasilitas peribadatan di Kota Manokwarilebih didominasi oleh gereja, antara lain, gereja protestan, khatolik, GKI, GBI,GPDI, DAN gereja pentakosta.
Tabel 2.18 Banyaknya Golongan Pemeluk Agama Tahun 2012 Agam Presentase 73,19 Kristen Protestan 3,18
Katolik
23,27
Islam
0,26
Hindu
0,10
Budha
100
Jumlah Sumber : BPS Kota Manokwari tahun 2012
2.3.
Tata Ruang
Konsep tata ruang Kota Manokwaripada dasarnya bertujuan untuk memenuhi tujuan pembangunan kota serta fungsi dan peranan kota, Dalam hal ini konsep tata ruang Kota Manokwaridibagi dalam dua kelompok, yaitu konsep makro dan konsep mikro. (a)
Konsep Tata Ruang Makro Konsep tata ruang makro ditekankan keterkaitan unsur-unsur Manokwaridengan wilayah luar kota, yang diuraikan berikut ini.
Kota
Pengembangan pelabuhan laut Kota Manokwarisebagai sarana pergantian moda transport (terutama untuk penumpang dan barang dengan volume besar tetapi dengan waktu perjalanan cukup panjang) dan wilayah pelayanan Kota Manokwarike luar dan sebaliknya, sekaligus sebagai pelabuhan ekspor-impor. Pengembangan pelabuhan/bandar udara Kota Manokwarisebagai sarana pergantian moda transport (terutama untuk penumpang dan barang dengan waktu perjalanan cukup singkat tetapi dengan volume kecil) dan wilayah pelayanan Kota Manokwarikeluar dan sebaliknya, maupun dalam wilayah Kota. Pengembangan transportasi darat yang mampu meningkatkan hubungan Kota Manokwaridengan wilayah yang ada di sekitarnya. STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
32
(b)
Pengembangan pusat perdagangan eceran regional untuk komoditi perdagangan barang-barang kebutuhan sekunder dan tersier. Pengembangan kawasan wisata alam dan budaya, sejarah, pendidikan untuk kebutuhan rekreasi dan pendidikan bagi penduduk Kota Manokwaridan daerah sekitarnya serta bagi rekreasi pencinta alam.
Konsep Tata Ruang Mikro Konsep tata ruang mikro ditekankan pada keterkaitan antar unsur-unsur yang ada di dalam wilayah Kota Manokwari, seperti diuraikan berikut ini.
Pengembangan pusat-pusat Bagian Wilayah Kota (BWK) di luar kawasan pusat kota dengan tujuan menyebarkan dan menjalankan fungsi pelayanan ke bagian wilayah kota. Pengembangan sistem jaringan transportasi untuk menghubungkan pusatpusat BWK. Pengembangan kawasan industri terutama industri kecil/ ringan dan industri hasil pertanian ke arah selatan kota serta ke lokasi dekat sumber bahan baku. Pembatasan pertumbuhan industri polutif yang menyebar di kawasan pemukiman dan mengarahkannya ke bagian selatan. Pengembangan kawasan perumahan secara vertikal di kawasan-kawasan yang layak secara teknis serta peremajaan dan peningkatan kualitas fisik bangunan dan lingkungan. Pengembangan kawasan wisata laut/pantai Pasir Putih dan Pantai Amban, Pulau Mansinam serta pengembangan wisata kawasan air Danau Kabori di wilayah bagian selatan kota. Pengembangan kawasan pusat pemerintahan, jasa komersial, perdagangan di pusat kota. Penataan kawasan pantai Teluk Sawaibu untuk mencegah pencemaran dan rusaknya lingkungan. Penataan kawasan pelabuhan laut di Teluk Sawaibu karena kedudukannya yang strategis. Pemanfaatan ruang secara optimal dan terencana di kawasan efektif pengembangan perkotaan yang diarahkan untuk dapat mengakomodasikan berbagai kegiatan fungsional kota.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
33
Konsep Pembangunan / Pengembangan Kota Untuk mencapai konsep tata ruang tersebut di atas, maka strategi pembangunan dan pengembangan tata ruang Kota Manokwarimeliputi hal-hal berikut ini. (a)
(b)
(c)
Pembangunan jaringan jalan kolektor primer, hal ini bertujuan untuk meningkatkan aksesibilitas antara pusat kota dengan wilayah-wilayah yang ada di sekitarnya. Dalam hal ini, interaksi dan pencapaian pergerakan berbagai kegiatan antar kawasan pusat kota (pusat pelayanan) dengan sub pusat kota (sub pusat pelayanan) lebih tinggi dan mudah dijangkau. Untuk pengembangan pusat-pusat pemukiman baru, perlu dilakukan pembangunan jalan-jalan kolektor sekunder dan lokal serta peningkatan fungsi jaringan jalan lainnya sehingga sesuai dengan kebutuhan pengembangan kawasan pemukiman. Pembangunan ruas-ruas jalan baru tersebut, utamanya dilakukan pada bagian selatan dan utara kota dimana pada saat ini lahan yang akan diarahkan sebagai kawasan perumahan dan fungsi kegiatan kota lainnya masih berupa lahan kosong. Sedangkan peningkatan fungsi jalan seperti perkerasan, perbaikan dan pelebaran jalan, secara umum diarahkan di wilayah pusat kota dan barat Kota Manokwari. Penataan kawasan pemukiman dalam bentuk Kampung Improvement Program (KIP) di kawasan Manokwari Timur, Manokwari Barat dan di kawasan Pusat Kota Manokwari. Penataan ini diprioritaskan pada kawasan kumuh seperti perkampungan nelayan di pesisir pantai Teluk Sawaibu.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
34
BAB III
ANALISIS SARANA PRASARANA
3.1. Analisis Pengembangan Dan Fungsi Peran Kota. Adapun fungsi dan peran dari wilayah pengembangan Kota Manokwari dijabarkan sebagai berikut: Meliputi Distrik Manokwari Barat, Manokwari Timur, Manokwari Utara dan Manokwari Selatan dengan Manokwari Barat sebagai pusatnya. Pusat WP Manokwari : Perkotaan Manokwari Barat Peran dan Fungsi Utama : WP Manokwari merupakan wilayah pengembangan kawasan perkotaan yang berperan sebagai Ibu Kota Kota Manokwari. Fungsi WP Manokwari sebagai pusat pelayanan skala Kota yang meliputi : pusat pelayanan pemerintahan, pendidikan dan kesehatan skala Kota Manokwari. Struktur Kegiatan Utama yang dikembangkan : Kegiatan ekonomi yang dikembangkan adalah Sektor Perdagangan. Kegiatan non ekonomi yang ditata sebagai konsekuensi dari peran dan fungsi WP sebagai pusat pelayanan skala Kota adalah kegiatan pendidikan, pariwisata, kesehatan dan pemerintahan skala Kota Manokwari dan propinsi papua barat. Arahan Pengembangan WP Manokwari : WP ini berperan sebagai pusat pertumbuhan skala regional dengan skala pelayanan Kota Manokwari terutama pada sektor Perdagangan, Jasa pemerintahan dan kegiatan transportasi darat, laut maupun udara. Pengembangan Terminal Tipe A di Distrik Manokwari Selatan. Pengembangan kawasan perkotaan dikonsentrasikan pada wilayah Ibukota Kota Manokwari dengan pusat-pusat kawasan perkotaan antara lain Wosi, Sanggeng, Padarni, Amban, Pasir Putih dan Anday. Pengembangan fasilitas pendidikan berupa perguruan tinggi di Distrik Manokwari Barat yang akan menjadi salah satu magnet pertumbuhan wilayah perkotaan. Pengembangan kawasan kantor pemerintahan skala regional yaitu Provinsi Papua Barat di sekitar Arfai sebagai pusat jasa pemerintahan umum. Pembangunan fasilitas kesehatan berupa Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dengan skala regional yang berada di Distrik Manokwari Barat. STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
35
Pengembangan kawasan pariwisata Teluk Sawaibu yang membawa banyak dampak secara tidak langsung (multiplier effect) bagi perkembangan perekonomian di wilayah perkotaan. Pengembangan linkage system kota dengan berbasis pada konsep interaksi kota yang menghubungkan interaksi kota primat di wilayah perkotaan Manokwari dengan wilayah satelitnya.
Pengembangan BWP Manokwari diarahkan dengan mengikuti pola yang telah ada. Artinya bahwa fungsi peruntukan atau penggunaan lahan sebelumnya tetap dipertahankan dengan memberikan kemungkinan pengembangan lainnya yang selaras. Beberapa arahaan pengembangan BWP Manokwari adalah sebagai berikut : a. Fungsi transportasi, dalam perencanaan sistem transportasi dan lalu lintas di wilayah BWP Manokwari yang sangat menonjol adalah jangkauan dan kecepatan.
Sementara jaringan
transportasi yang telah ada berfungsi untuk menghubungkan antara kota, antar pusat kegiatan, dan antar blok lingkungan. Selain itu juga diarahkan untuk mendukung kegiatan transportasi laut dan udara. Untuk tujuan ini wilayah yang direncanakan adalah sub blok A2-11 dan A3-2. b. Fungsi ruang terbuka hijau. Rencana pengembangan ruang terbuka hijau diarahkan pada daerah-daerah yang sebelumnya telah ditetapkan mengemban fungsi tersebut. Pada peruntukan fungsi ini juga dimungkinkan untuk pengembangan tempat rekreasi berupa taman bermain, play ground demi menjaga estetika lingkungan, iklim mikro dan meso serta pelestarian tanaman yangka dan lingkungan sekitarnya. Fungsi ini diarahkan pengembangannya pada sub blok A215, A2-16 dan beberapa sub blok lainnya. c. Arahan pengembangan fungsi perdangangan atau jasa tunggal adalah disepanjang jalan arteri primer ataupun sekunder. Tujuannya adalah melayani kebutuhan di tingkat lokal dan regional. Untuk mengantisipasi tingginya kebutuhan pengembangan jasa dan perdagangan, maka diarahkan pengembangannya secara vertikal. Pengembangan ini dapat dilakukan di sub blok A3-2, A3-4, A3-9 dan sub blok lainnya. d. Fungsi pertanian diarahkan pada lahan dataran yang sebelumnya telah dibudidayakan untuk pertanian. Jenis tanaman pertanian yang dapat dikembangkan adalah tanaman berkayu, padi, dan palawija. Mengingat fungsi yang ada, maka diharapkan sub blok yang diperuntukkan bagi pengembangan pertanian mampu mensuplai kebutuhan pangan penduduk BWP Manokwari. Namun tidak menutup kemungkinan sub blok di dalamnya digunakan untuk pengembangan permukiman secara terbatas. e. Fungsi pariwisata. Untuk mendukung kegiatan pariwisata di BWP Manokwari, maka beberapa sub blok diarahkan pengembangannya sebagai kawasan pariwisata, seperti B3-2, A3-7 dan sub blok lainnya. Dengan fungsi tersebut, maka kegiatan yang mungkin dikembangkan adaah kegiatan pariwisata yang didukung oleh keberadaan objek wisata pantai pasir putih dan pasirindo dengan arah pengembangan obyek daya tarik wisata mealui penambahan infrastruktur STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
36
pendukung. Selain itu juga untuk pengembangan permukiman terbatas, dimana pola pengembangan permukiman diarahkan secara individual dan bukan berciri real estate f. Fungsi perlindungan bawahan. Sub blok C1-1 adalah salah satu sub blok dalam BWP Manokwari yang diarahkan untuk pengembangan perlindungan bawahan. Sub blok ini luasnya mencapai 2.771,538 ha yang diharapkan mampu menjadi area serapan air, mampu menjaga iklim dalam skala meso-makro, melakukan fungsi perlindungan plasma nutfah, pelestarian tanaman langka dan fungsi lindung lainnya. Kegiatan yang dapat dikembangan pada sub blok dengan fungsi ini sangat terbatas seperti jalur dan kawasan evakuasi bencana. Sementara fungsi lainnya seperti permukiman, perkantoran, perdagangan dan jasa tidak diarahkan g. Fungsi suaka alam dan cagar budaya. Sebagian BWP Manokwari diarahkan untuk fungsi sebagai kawasan suaka alam, yaitu menjaga kelestarian flora dan faunan yang terdapat di dalamnya, sehingga kegiatan yang dapat berkembang terbatas pada kegiatan wisata berupa wisata hutan dan ruang terbuka hijau. Kegiatan eksplotasi berlebihan atau pembangunan di sempadan pantai tidak diijinkan karena dapat merusak ekosistem. Sub blok yang diarahkan untuk fungsi ini adalah D3-1, D3-2, D3-3, D3-4, D3-5 dan sub blok lainnya. h. Fungsi permukiman. Pengembangan permukiman dalam BWP Manokwari diarahkan pada pengembangan terbatas dan sangat terbatas. Hal ini berarti kepadatan yang dimungkinkan sangat tergantung pada kondisi lokal. Sub blok C2-7 diarahkan untuk fungsi permukiman berkepadatan sangat rendah, yaitu dilakukan oleh individu. Kegiatan pertanian ataupun peternakan tetap diperbolehkan dengan pengaturan jarak lokasi yang sesuai dan selaras. Sementara kegiatan perdagangan dapat dikembangkan di sepanjang jalan lingkungan secara horisontal dengan memperhatikan keserasian lingkungan. Permukiman berkepadatan rendah diarahkan pengembangannya ke arah utara, selatan, dan timur BWP Manokwari. Permukiman tipe ini dapat dikembangkan secara individu ataupun terorganisir melalui pengembang dengan intensitas terbatas. Untuk mendukung fungsi BWP Manokwari dan mencapai tujuan penataan BWP yang ditetapkan, maka dilakukan pembagian BWP kedalam beberapa bagian blok dan sub blok. Secara umum dapat dijelaskan bahwa BWP Manokwari terdiri dari lima sub bagian yang masing-masing mencerminkan fungsi pelayanan dengan memperhatikan kawasan lindung. Pada sub BWP A yang hanya meliputi sebagian kecildari wilayah BWP Manokwaridengan luas ±1.652Ha, terbagi menjadi 44 subblok peruntukan. Sub BWP A diarahkan untuk pengembangan kegiatan permukiman, perdagangan dan jasa tunggal, pariwisata, militer, ruang terbuka hijau serta pengembangan sarana prasarana umum. Sementara sub BWP E yangmeliputi sebagian besar wilayah perencanaan, terbagi ke dalam 4 subblok peruntukan saja. Pengembangannya diarahkan untuk pengembangan zona permukiman dan pertanian. Sub BWP D yang terletak di bagian timur Kota Manokwarimerupakan wilayah terluas yang mencapai STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
37
±8.257Ha terbagi dalam 28 sub blok peruntukan yang meliputi permukiman, perkantoran, hutan lindung, sarana prasarana umum, ruang terbuka hijau dan kawasan militer.
Tabel 3.1. Pembagian Sub BWP, Blok dan Sub Blok pada BWP Manokwari Jumlah Jumlah Jumlah Zona Jumlah Subzona No Sub – BWP Blok Sub Blok Peruntukkan/Fungsi Peruntukkan/Fungsi (13 Sub Zona) (9 Zona) C-2; C-3; K-1; KH-1; 1 A 3 44 C; K; KH; KT; PL; R; RTH; SC; KT-1; PL-3; R-4; R-5; SPU RTH; SC; SPU-1; SPU2; SPU-3 (7 Sub Zona) (5 Zona) 2 B 4 22 C-2; PB; PL-1; R-4; RC; PB; PL; R; RTH; SC 5;RTH; SC (6 Sub Zona) (5 zona) 3 C 3 15 C-1; PB; R-4; R-5; C; PB; R; RTH; SPU RTH; SPU-1 (13 Sub Zona) (10 zona) C-1; HL; KH-1; KH-2; 4 D 3 28 C ; HL ; KH ; KT ; PB ; PS ; R ; KT-1; PB; PS; R-4; R-5; RTH ; SC ; SPU RTH; SC; SPU-1; SPU2 (2 zona) (2 Sub Zona) 5 E 3 4 PL; R PL-1; R-5 Total 16 113 Sumber : Hasil Analisis, 2012 3.2. Analisis Kesesuaian Lahan Dalam perkembangannya, penggunaan lahan di Kota Manokwari didominasi oleh pembangunan infrastruktur. Hal ini disesuaikan dengan struktur kegiatan masyarakat yang berpusat di wilayah tersebut antara lain, pusat aktivitas perkantoran,pemukiman, pendidikan ,kesehatan, dan jasa. selain itu daerah hutan lindung, serta hutan konservasi yang mencapai luas 3.371,32 ha yang menjadi daya tarik wisata alam di Kota Manokwari. Kota Manokwari memiliki struktur tanah yang pada umumnya sangat cocok untuk perkebunan dan pertanian. Seiring bertambahnya jumlah penduduk dan meluasnya lahan di pemukiman, maka lahan pertanian dan pertanian di daerah ini semakin berkurang. Pada saat ini luas lahan pertanian serta perkebunan di Kota Manokwari seluas 1.207,73 ha. Pertanian dan perkebunan lebih banyak di kembangkan di Distrik Masni, Warmare, Prafi, Dan Sidey.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
38
Tabel 3.2 Pola Ruang Wilayah Kota Manokwari Tahun 2009-2029 Prosentase Dari Luas Luas Wilayah No. Jenis Pola Ruang (Ha) Kota Manokwari (%) Kawasan Lindung Kawasan Hutan Lindung 1 291169.42 20.15 Kawasan Perlindungan 2 Setempat a. Sempadan Pantai 3848.00 0.26 b. Sempadan Danau/waduk 2551.00 17.50 Cagar Alam 4 447466.13 30.97 Kawasan Budidaya Kawasan Hutan produksi 1 Kawasan Pertanian 2 Kawasan Perkebunan 3 Kawasan Permukiman 4 Jumlah Sumber : Hasil Rencana
303728.10 4528.66 52369.85 933.70 14580.35
20.79 0.31 3.62 6.40 100.00
Tabel 3.3 Luas Penggunaan Menurut Distrik Pola Ruang (Ha) No
1
2
3
4
Hutan Produk si Terbata s
Luas Total (Ha)
Permukim an
Pertania n
Perkebun an
Cagar Alam
Hutan Lindung
Hutan Produksi Konservas i
Manokwari Barat
5,849.85
472.96
734.77
11,984.28
1,251.39
2,120.13
-
22,413.37
Manokwari Timur
8,943.41
2,135.68
233.92
172.15
1,164.44
619.48
384.16
13,653.23
Manokwari Utara
4,560.01
4,108.34
3,323.46
6,768.45
20,262.99
19,051.11
-
58,074.35
Manokwari Selatan
560.01
-
3,932.86
29,446.98
3,013.52
6,801.64
6,247.33
50,002.35
Distrik
Sumber : Hasil Analisis, 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
39
3.3 Analisis Perkembangan Kota 3.3.1 Pengaruh Kependudukan Terhadap Perkembangan Kota Faktor kependudukan sangat berpengaruh penting dalam pertumbuhan dan perkembangan suatu kota, begitu juga Kota Manokwari. Analisa kependudukan ini meliputi kajian mengenai Laju Pertumbuhan Penduduk, Proyeksi Penduduk, Serta kepadatan Penduduk.
Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Manokwari terdiri dari 4 Distrik, termasuk dalam Wilayah Kota Manokwari. Jumlah Penduduk Kota pada Tahun 2012 adalah 1.556.93 jiwa. Adapun Metode yang digunakan untuk menghitung Laju Pertumbuhan Penduduk untuk setiap tahunnya dengan megunakan metode (Garis Lurus). JPy – JPx-1 LJPx =
X 100% JPx-1
Dimana : LJPX = JPY
=
Laju Pertumbuhan Penduduk pada tahun tertentu Jumlah Penduduk tahun tertentu
JPX-1 =
Jumlah Penduduk tahun sebelum tahun tertentu. Tabel 3.4.
Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Manokwari Tahun 2008 - 2012
Tahun
Jumlah
Laju Pertumbuhan
Penduduk
Penduduk
2008
76.509
2009
79.871
0.043
2010
77.232
0.033
2011
99.488
0.288
2012
105.93
0.893
JUMLAH Rata-rata Pertumbuhan Penduduk
0.429 0.107
Sumber: Hasil Analisa STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
40
Proyeksi dan Kepadatan Penduduk Untuk menganalisa jumlah penduduk pada tahun-tahun yang akan datang maka dibutuhkan suatu Proyeksi Penduduk terlebih dahulu. Dalam kajian ini akan diproyeksikan jumlah penduduk Kota Manokwari pada tahun 2008 - 2012 dengan menggunakan teori pendekatan Proyeksi Penduduk secara alamiah. Adapun Metode yang digunakan dalam memproyeksikan penduduk Kota Manokwari adalah Geometic Rate Growth (Bunga Berganda). Rumus Bunga Berganda : Pt = Po (1 + r)n Dimana : Pn = Jumlah Penduduk pada tahun “n” Po = Jumlah Penduduk pada tahun awal r = Rata-rata Perumbuhan Penduduk n = Periode Proyeksi / Jangka waktu Proyeksi Sedangkan untuk menghitung Kepadatan Penduduk Kota Manokwari, dapat berdasarkan
hasil Proyeksi Penduduk. Dari hasil tersebut, maka untuk menghitung
Kepadatan Penduduk Rata-rata dengan menggunakan formulasi sebagai berikut : Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk =
x 100 % Luas Wilayah Keseluruhan
Untuk lebih jelasnya Proyeksi dan Kepadatan Penduduk untuk jangka waktu lima (5) tahun mendatang sebagaimana disajikan pada tabel 3.5 berikut :
Tabel 3.5. Proyeksi dan Kepadatan Penduduk Kota Manokwari Tahun 2013-2017
1.556.94
Jumlah penduduk ( jiwa) 117.27
Kepadatan Penduduk ( jiwa / Km2) 75
1.556.94
234.53
151
0.999
Tahun
Luas ( Km )2
2013 2014
Laju pertumbuhan penduduk
2015
1.556.94
351.79
226
0.500
2016
1.556.94
469.06
301
0.333
2017
1.556.94
586.32
378
0.250
1131
2.082 0,521
Jumlah Rata-rata
Sumber : Hasil Analisa STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
41
3.2. Pengaruh Aktivitas Perekonomian Terhadap Perkembangan Kota Perekonomian menjadi penting dibahas karena dengan diketahuinya struktur perekonomian suatu daerah maka kita akan dapat mengetahui sektor-sektor yang mendominasi perekonomian di suatu daerah. Sektor-sektor dominan tersebut dijadikan sebagai leading sector yang pengaruhnya sangat besar bagi pertumbuhan ekonomi di suatu daerah, sehingga sedikit saja perubahan yang terjadi pada leading sector tersebut akan berdampak pada perekonomian secara keseluruhan. Pengembangan dan intensitas pembangunan sector ekonomi pada sector-sektor dominan tersebut harus dilakukan secara intensif. Sektor-sektor perekonomian yang paling dominan di Kota Manokwari adalah sektor jasa-jasa, bangunan, serta perdagangan, hotel dan restoran perlu dikembangkan di Blok A-1, Blok A-2, Blok A-3, dan Blok C-3. Pengembangan sector transportasi juga perlu dikembangkan terutama di daerah-daerah penyokong perkembangan transportasi perkotaan, yaitu di Blok B-3, Blok C-2, Blok D-2, dan Blok D-3. Strategi pengembangan kawasan perdagangan/perekonomian adalah sebagai berikut : a) Rencana pengembangan kawasan perdagangan/perekonomian dan ikutannya, seperti kantor perusahaan, rumah kantor (rukan) dan rumah toko (ruko) dikembangkan di Jalan Percetakan (BWK A), Selain itu juga dikembangkan pusat perdagangan dan industri jasa tingkat regional yaitu pembangunan Pasar Pusat dan Terminal Regional yang bertaraf Provinsi di Wosi (BWK C) dan Terminal antar wilayah di Maripi (BWK D). b)
Pengembangan kegiatan usaha yang ada di Kota Manokwari diarahkan untuk membuka lapangan kerja baru, sebagai usaha untuk memanfaatkan potensi yang ada, antara lain bidang perdagangan, bidang jasa, dan bangunan untuk menarik investasi dari luar, baik dari Kota Manokwari maupun daerah lainnya. Peranan yang penting dari arus lalu lintas di Kota Manokwari nantinya perlu dimanfaatkan untuk menunjang dan memacu pertumbuhan Kota Manokwari sehingga dapat memanfaatkan kelancaran arus lalu lintas barang, jasa dan manusia serta mampu mengimbangi pertumbuhan pelayanan ekonomi bagi daerah sekitarnya.
c)
Menyiapkan prasarana dan sarana untuk mendukung pembangunan kawasan perdagangan termasuk fasilitas penunjang seperti; jaringan jalan, listrik, telepon, jaringan air bersih, pengolahan sampah dan lain-lain.
d)
Mengembangkan dan memberdayakan ekonomi kerakyatan dan pengurangan kemiskinan dengan pengembangan industri berbasis pada masyarakat.
e)
Mengembangkan perekonomian daerah (local economic development) melalui perusahaan daerah dan perbankan.
f)
Tata ruang disempurnakan agar berbagai kegiatan dan dinamika masyarakat dapat berjalan serasi dan tidak saling mengganggu. Persyaratan Tata Ruang Kota Manokwari juga diarahkan agar kebutuhan dan peruntukan ruang dapat diselaraskan dengan potensi yang STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
42
ada, serta sarana-prasarana penunjang kegiatan yang diperlukan sejalan dengan perkembangan Kota Manokwari di masa yang akan datang. g)
Melihat ruang yang ada, pada bagian utara dan selatan (dekat Bandar Udara Rendani) perlu dikembangkan kegiatan yang dapat menjadi bangkitan ekonomi yang diharapkan mampu menarik tenaga kerja dari luar daerah. Pengembangan kegiatan ekonomi pada bagian utara dan selatan kota diharapkan pula akan menciptakan keseimbangan struktur ruang antara pusat kota dan daerah sekitarnya.
3.3.3. Kecenderungan Arah Perkembangan Kota Berdasarkan Arah pengembangan fungsi kawasan perkotaan ditujukan untuk mendukung kebijakan pembangunan perkotaan terutama untuk mewujudkan visi dan misi pengembangan. Adapun visi pembangunan dan pengembangan Kota Manokwari Tahun 2005-2015 adalah: “sebagai kota hijau alami, kota terdepan dalam pembangunan perkotaan berwawasan lingkungan dan kota beriman sebagai pusat pekabaran Injil di Kawasan Timur Indonesia”. Motto Kota Manokwari adalah KOTA BERSEJARAH, yaitu kota yang Bersih, Sehat, Sejahtera, Rapi, Aman dan Harmonis. Motto KOTA BERSEJARAH, ini dipandang dalam 2 (dua) aspek:
Aspek Historis, Kota Manokwari merupakan tempat pertama kali dimulainya penyebaran agama Kristen Protestan di Papua dan juga Kota Manokwari merupakan kota pemerintahan pertama.
Aspek Pembangunan, yaitu upaya memacu pemerintah dan masyarakat dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan lain sebagainya.
Sedangkan misi pembangunan Kota Manokwari mencakup :
Menyediakan fasilitas perdagangan dan jasa serta sarana penunjangnya yang dilengkapi dengan penyediaan pelayanan perbankan yang memadai, terutama untuk kegiatan industri kecil dan rumah tangga.
Menyediakan dan membangun infrastruktur seperti jaringan jalan, listrik, telepon, penyediaan air bersih, peningkatan pelayanan baik transportasi darat, laut, udara dan penyeberangan, guna kelancaran pergerakan arus transportasi barang dan jasa serta produk dari kawasan industri dan komoditas perdagangan.
Penyediaan fasilitas umum/publik berupa sarana dan prasarana persampahan, toilet umum yang memadai, pemeliharaan kebersihan kota, serta peningkatan pelayanan masyarakat lainnya. STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
43
Menyediakan dan menata ruang permukiman sesuai BWK dan konsep kota yang ramah lingkungan, sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Peningkatan keamanan dan harmonisasi sendi-sendi kehidupan antara berbagai elemen masyarakat di Kota Manokwari.
Meningkatkan kualitas pelayanan publik seperti rumah sakit, pendidikan dan pengembangan kapasitas aparatur pemerintahan.
ANALISIS SARANA DAN PRASARANA 3.4.1. S a r a n a 3.4.1.1. Sarana Pendidikan Salah satu kebutuhan dasar masyarakat adalah Pendidikan. Semakin banyak masyarakat yang dapat memperoleh pendidikan, maka semakin tinggi kualitas kehidupan dan lingkungannya. Pengembangan fasilitas pelayanan pendidikan dimungkinkan dengan mengacu pada standar SNI yang berlaku, yakni SNI 03-1733-1989. SNI tersebut berisi tentang tata cara perencanaan kawasan perumahan kota. Dimana di dalamnya diatur standar daya layan dan kebutuhan luas lahan minimum untuk masing-masing jenis fasilitas pendidikan. Jenis fasilitas pendidikan yang diatur mencakup tingkat taman kanak-kanak (TK) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Untuk akademi, universitas, dan sejenisnya tidak diatur dalam SNI karena memiliki skala pelayanannya sangat luas (provinsi, nasional, dan atau internasional). Pada BWP Manokwari terdapat beberapa Akademi, Universitas, dan Sekolah Tinggi lainnya. Antara lain: Universitas Negeri Papua (UNIPA), Institut Sains Dan Teknologi Indonesia Manokwari, Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Manokwari, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Mah-Eisa, Politeknik Cratindo Manokwari, dan STKIP Muhammadiyah Manokwari. Pada Tabel 3.6. dijabarkan bahwa tiap 1.250 jiwa penduduk membutuhkan 1 unit TK dengan luas lahan minimum 500 m2. Untuk tingkat pendidikan SMA, memiliki daya layan sebesar 4.800 jiwa dengan kebutuhan luas lahan minimum 12.500 m2. Tabel 3.6. Standar daya layan dan Kebutuhan Luas Lahan Fasilitas Pendidikan Jenis Fasilitas
Daya Layan
2
Kebutuhan Luas Lahan Min (m )
(jiwa) TK
1.250
500
SD
1.600
2.000
SLTP
4.800
9.000
SMA
4.800
12.500
SNI 03-1733-1989, Tata cara perencanaan kawasan perumahan kota STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
44
Pada BWP Manokwari, jumlah penduduk terbesar berada pada Sub BWP A dan C. Kebutuhan akan fasilitas pendidikan juga paling banyak dibanding dengan Sub BWP yang lain. Bila dilihat kondisi eksistingnya pada tahun 2012, Sub BWP A dan C sudah memiliki 18 TK, 34 SD, 10 SLTP, dan 11 SMA. Namun, ternyata fasilitas yang ada belum memenuhi kebutuhan yang ada. Bila kita mengacu pada SNI, kebutuhan fasilitas pendidikan di Sub BWP A dan C yaitu: 66 TK, 52 SD, 17 SLTP, dan 17 SMA. Seperti yang terlihat pada Tabel 3.7. berikut ini:
Table. 3.7. Kondisi Fasilitas Pendidikan di BWP Manokwari Tahun 2012 SubBWP
Penduduk Jumlah Fasilitas Eksisting 2012
Kebutuhan 2012
TK SD
SLTP SMA
TK SD SLTP SMA
A dan C
82.451
18
34
10
11
66
52
17
17
B
9.673
2
9
2
2
8
6
2
2
E
3.146
1
8
1
0
3
2
1
1
D
14.332
2
9
1
0
11
9
3
3
23
60
14
13
88
69
23
23
Jumlah
Sumber : Kota Manokwari dalam Angka diolah (Analisis Studio 2012)
Pada Tahun 2017, jumlah penduduk di BWP Manokwari diproyeksikan menjadi 151.343 jiwa. Kebutuhan fasilitas pendidikan Sub BWP A terbesar berada pada Blok A3. Kebutuhan untuk TK sebanyak 35 unit, SD 27 unit, SLTP 9 unit, dan SMA 9 unit. Sedangkan untuk Sub BWP C, kebutuhan fasilitas pendidikan terbesar terletak pada Blok C2, dengan 14 unit TK, 11 unit SD, 4 unit SLTP, dan 4 unit SMA. Pada Tabel 3.7. terdapat hal yang menarik. Pada Sub BWP E tidak terdapat kebutuhan akan fasilitas pendidikan. Hal ini dikarenakan jumlah penduduknya yang belum memenuhi standar daya layan. Jumlah penduduk untuk Sub BWP E hanya 674 jiwa. Padahal untuk 1 (satu) unit TK saja membutuhkan 1.250 jiwa. Sehingga masyarakat di Sub BWP E harus pergi ke Sub BWP di sekitarnya untuk mengenyam pendidikan. Alternatif lainnya adalah dengan membangun fasilitas pendidikan yang saling terintegrasi, agar mampu menampung kebutuhan masyarakat. Secara keseluruhan, BWP Manokwari pada tahun 2017 membutuhkan 121 unit TK, 93 unit SD, 30 unit SLTP, dan 30 unit SMA. Dengan luas kebutuhan lahan minimum terbesar adalah untuk SMA sebesar 375.000 m2.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
45
Tabel. 3.8. Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Pendidikan Tahun 2017 Bagian
Penduduk 2017
Luas (Ha) Wilayah
Kebutuhan Fasilitas (Unit) TK SD SLTP SMA
Sub BWP A
Kebutuhan Lahan (m2) TK
SD
SLTP
SMA
38.000
118.000
171.000
237.500
1.652,171
93.969
76
59
19
19
A1
347,364
20.691
17
13
4
4
8.500
26.000
36.000
50.000
A2
1.033,745
29.632
24
19
6
6
12.000
38.000
54.000
75.000
A3
271,062
43.646
35
27
9
9
17.500
54.000
81.000
112.500
Sub BWP C
5.608,901
28.533
23
18
6
6
C1
2.771,538
40
0
0
0
0
0
0
0
0
C2
1.666,049
17.658
14
11
4
4
7.000
22.000
36.000
50.000
C3
1.171,314
10.835
9
7
2
2
4.500
14.000
18.000
25.000
Grand Total
7.261,072
122.502
99
77
25
25
11.500
49.500
36.000
54.000
154.000
225.000
75.000
312.500
Sumber: Analisis Studio, 2012 3.4.1.2. Sarana Kesehatan Rencana pengembangan fasilitas pelayanan kesehatan mengacu pada SNI 03-1733-1989, yang berisi tentang tata cara perencanaan kawasan perumahan. Di dalamnya, diatur tentang standar daya layan dan kebutuhan lahan minimum untuk tiap jenis fasilitas kesehatan (Tabel.3.9.) Jenis fasilitas kesehatan yang tercantum pada SNI tersebut, antara lain: Puskesmas, Puskesmas Pembantu (Pustu), Balai Pengobatan, Posyandu, dan Apotik. Untuk jenis fasilitas kesehatan berupa Rumah Sakit, baik yang umum maupun rumah sakit khusus, tidak diatur dalam SNI. Rumah Sakit mempunyai skala pelayanan yang besar, yakni tingkat provinsi maupun regional. Sehingga sulit untuk ditetapkan daya layannya. Hal ini seperti yang terjadi pada jenis fasilitas pelayanan pendidikan, Akademi/Universitas.
Tabel 3.9. Standar daya layan dan Kebutuhan Luas Lahan Fasilitas Kesehatan Jenis Fasilitas Puskesmas Pustu Balai Pengobatan Posyandu Apotik
Daya Layanan (jiwa) 120.000 30.000 2.500 1.250 30.000
Standar Kebutuhan Luas Lahan Min 2 (m ) 1.000 300 300 60 250
SNI 03-1733-1989, Tata cara perencanaan kawasan perumahans
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
46
Mengacu pada standar SNI pada Tabel 3.9. puskesmas memiliki daya layan terbesar yakni, 120.000 jiwa, dengan kebutuhan lahan minimumnya 1.000 m2. Pustu dan Apotik memiliki daya layan yang sama, 30.000 jiwa/unit. Namun, untuk kebutuhan lahan minimumnya berbeda, Pustu 300 m2 dan Apotik 250 m2. BWP Manokwari sudah memiliki beberapa fasilitas kesehatan. Untuk rumah sakit yang berada di BWP Manokwari antara lain: Rumah Sakit Umum Manokwari, Rumah Sakit TNI AL Manokwari, dan Rumah Sakit Dim 1703 Manokwari. Kondisi eksisting fasilitas kesehatan di BWP Manokwari sudah cukup memenuhi kebutuhan masyarakat. Keberadaan puskesmas tahun 2012 sudah mencukupi kebutuhan penduduk, bahkan untuk Sub BWP A dan C memiliki 3 (tiga) unit. Padahal kebutuhannya hanya 1 (satu) unit saja. Puskesmas pembantu (Pustu) yang ada juga sudah dapat memenuhi kebutuhan fasilitas. Berikut ini (Tabel3.10) gambaran perbandingan kondisi eksisting tahun 2012 fasilitas kesehatan dengan kebutuhan fasilitas kesehatan berdasarkan daya layan menurut standar daya layan SNI.
Table. 3.10 Kondisi Fasilitas Kesehatan di BWP Manokwari Tahun 2012 Kondisi Eksisting
Bagian Penduduk Wilayah
2012
Puskesmas
Kebutuhan 2012
Pustu Balai Pengobatan Posyandu Apotik Puskesmas Pustu
Balai Pengobatan
Posyandu Apotik
A dan C 82.452
3
3
2
25
27
1
3
33
66
3
Jumlah 109.605
6
13
2
70
27
1
3
44
88
3
Sumber : Kota Manokwari dalam Angka diolah (Analisis Studio 2012) Proyeksi kebutuhan fasilitas kesehatan pada 5 tahun pertama atau tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 3.10. Kebutuhan akan puskesmas tidak ditemukan pada semua Sub BWP Manokwari. Hal ini dikarenakan belum terpenuhinya standar daya layannya. Bila dilihat pada tabel sebelumnya (Tabel 3.9), kebutuhan puskesmas di Sub BWP A dan C adalah 1 (satu) unit, ini karena jumlah penduduk Sub BWP tersebut digabung. Untuk kebutuhan Pustu, di Sub BWP A membutuhkan 3 unit dan Sub BWP C membutuhkan 1 unit. Secara keseluruhan kebutuhan fasilitas pelayanan kesehatan BWP Manokwari tahun 2017, antara lain: 4 unit Pustu, 60 unit Balai Pengobatan, 121 unit Posyandu, dan 4 unit Apotik. 4 Unit Pustu membutuhkan lahan minimum seluas 1.200 m2, dan 60 unit balai pengobatan membutuhkan lahan 18.000 m2. Dari hasil analisis seperti tersaji pada Tabel 3.10. mengenai proyeksi fasilitas kesehatan dan kebutuhan luas lahannya pada tahun 2017, BWP Manokwari masih memiliki fasilitas kesehatan yang cukup untuk melayani kebutuhan kesehatan penduduknya. Proyeksi penduduk pada tahun 2017 masih dapat dilayani oleh ketersediaan fasilitas kesehatan yang ada saat ini (eksisting) di BWP Manokwari.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
47
Pada tahap ini sangat penting untuk meningkatkan kualitas dari failitas kesehatan, karena dari sisi kuantitasnya tidak memerlukan penambahan. Kota Manokwari, dalam hal ini lingkup BWP Manokwari, merupakan salah satu wilayah yang endemik penyakit malaria. Karena aspek kesehatan merupakan salah satu hal yang paling mendasar, maka sangat penting juga memperhatikan faktor-faktor lain penunjang fasilitas kesehatan tersebut. Seperti halnya tenaga medis, obat-obatan dan lain sebagainya. Pada Tabel sebelumnya (Tabel 3.9) sudah terlihat bahwa fasilitas yang ada saat ini terutama fasilitas kesehatan yang paling utama yaitu puskesmas dan puskesmas pembantu atau pustu, jumlah keberadaannya (unit) melebihi dari kebutuhan menurut perhitungan teknis. Tabel 3.11 menunjukkan sampai dengan 5 tahun ke depan, yaitu tahun 2017, fasilitas kesehatan yang ada masih mencukupi untuk melayani penduduk BWP Manokwari.
Tabel 3.11. Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Kesehatan Tahun 2017 Kebutuhan Bagian Wilayah
Kebutuhan Fasilitas (Unit) Luas Lahan (m2)
Penduduk 2017 Puskesmas Pustu
Balai Balai Posyandu Apotik Puskesmas Pustu Posyandu Apotik Pengobatan Pengobatan
Sub BWP A
93.969
0
3
37
76
3
0
900
11.100
4.560
750
A1
20.691
0
1
8
17
1
0
300
2.400
1.020
250
A2
29.632
0
1
12
24
1
0
300
3.600
1.440
250
A3
43.646
0
1
17
35
1
0
300
5.100
2.100
250
Sub BWP C
28.533
0
1
11
23
1
0
300
3.300
1.380
250
C1
40
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
C2
17.658
0
1
7
14
1
0
300
2.100
840
250
C3
10.835
0
0
4
9
0
0
0
1.200
540
0
Sumber: Analisis Studio, 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
48
3.4.1.3. Sarana perdagangan dan Niaga Rencana fasilitas pelayanan perdagangan dan niaga disusun berdasarkan standar yang berlaku, yaitu: SNI 03-1733-2004 tentang Perencanaan Lingkungan Perkotaan. Dimana dalam SNI tersebut, mengacu pada SNI 03-1733-1989 tentang tata cara perencanaan kawasan perumahan kota. SNI ini memuat tentang dasar standar daya layan dan kebutuhan luas lahan minimum untuk kegiatan perdagangan dan jasa. Jenis fasilitas pelayanan perdagangan dan niaga yang diatur dalam SNI di atas, antara lain: toko/warung, pertokoan, pusat pertokoan-pasar lingkungan, dan pusat perbelanjaan-niaga. Menurut SNI 03-1733-2004, daya layan yang terkecil dimiliki oleh toko/warung sebesar 250 jiwa dan kebutuhan lahannya 100 m2. Sedangkan daya lahan terbesar dimiliki oleh jenis fasilitas pusat perbelanjaan dan niaga, yaitu sebesar 120.000 jiwa dengan kebutuhan lahan minimum sebesar 36.000 m2. Pusat perbelanjaan dan niaga ini terdiri dari gabungan kegiatan toko, pasar, bank, dan kantor. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.12.
Tabel 3.12. Standar daya layan dan Kebutuhan Luas Lahan Fasilitas Perdagangan dan Niaga Daya Layan
Standar Kebutuhan
(Jiwa)
Lahan Min (m2)
Jenis Fasilitas
Toko/Warung
250
100
Pertokoan
6.000
3.000
30.000
10.000
120.000
36.000
Pusat Pertokoan + Pasar Lingkungan Pusat Perbelanjaan dan Niaga (toko + pasar + bank + kantor)
SNI 03-1733-1989, tentang Tata cara perencanaan kawasan perumahan kota
Di BWP Manokwari, berdasarkan data Potensi Desa (PODES) 2011 sudah terdapat beberapa fasilitas perdagangan dan jasa. Fasilitas yang ada antara lain: pasar, minimarket, toko/warung, restoran, hotel dan bank. Pada Tabel 3.13 terlihat bahwa Sub BWP A dan C memiliki jumlah fasilitas perdagangan dan jasa yang lengkap dan lebih banyak dibandingkan dengan Sub BWP yang lain. Pasar di Sub BWP A dan C berjumlah 4 buah sedangkan di Sub BWP B hanya 2. Minimarket, restoran dan bank hanya terdapat di Sub BWP A dan C, sedangkan di Sub BWP yang lain belum tersedia. Persebaran hotel sangat mencolok, di Sub BWP A dan C tersedia 20 STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
49
hotel. Di Sub BWP B dan D masing-masing hanya memiliki 1 hotel saja. Persebaran fasilitas perdagangan dan jasa kurang merata per Sub-BWP. Hal ini mengingat Sub-BWP A dan C merupakan pusat perkotaan yang meliputi pusat perekonomian dan pemerintahan.
Tabel 3.13 .Kondisi Fasilitas Perdagangan dan Niaga di BWP Manokwari Tahun 2012 Kondisi Fasilitas Eksisting (Unit) Penduduk
Pasar non
Bagian
Pusat
bangunan
Tahun 2012 Wilayah
Kebutuhan 2012 (Unit)
Pasar
Minimarket
(Jiwa)
Toko/ Warung
Bank
Toko/ Warung
Pertokoan
Pertokoan + Pasar Lingkungan
Pusat Perbelanjaan dan Niaga (toko + pasar + bank + kantor)
Sub BWP A & C
82.451
4
3
11
461
8
330
14
3
1
Sub BWP B
9.673
2
0
0
51
0
39
2
0
0
Sub BWP E
3.146
0
0
0
23
0
13
1
0
0
Sub BWP D
14.331
1
8
0
324
0
57
2
0
0
Jumlah
109.601
7
11
11
859
8
439
19
3
1
Sumber: PODES 2011 dan Analisis Studio, 2012
Rencana fasilitas perdagangan dan niaga disusun per 5 (lima) tahun dalam kurun waktu 20 tahun (masa berlaku RDTR). Untuk mengetahui kebutuhan fasilitas perdagangan dan niaga di masa yang akan datang, maka dilakukan perhitungan proyeksi kebutuhan fasilitas dengan acuan proyeksi penduduk. Proyeksi kebutuhan ini terdiri dari proyeksi kebutuhan tahun 2017, Tahun 2022, Tahun 2027, dan Tahun 2032. Untuk proyeksi kebutuhan fasilitas perdagangan dan niaga pada tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 3.14 Pada tahun 2017, total kebutuhan fasilitas perdagangan berupa toko/warung sebesar 606 unit. Untuk pertokoan 25 unit, pusat pertokoan-pasar 4 unit. Kebutuhan terbesar berada pada Sub BWP A, khususnya blok A3 dimana pada blok ini memiliki jumlah penduduk terbesar yaitu 43.646 jiwa. Sub BWP A memiliki kebutuhan fasilitas perdagangan sebesar 377 unit toko/warung, 15 unit pertokoan, dan 3 unit pusat pertokoan-pasar. Untuk jenis fasilitas pusat perbelanjaan dan niaga, menurut standar kebutuhan yang termuat dalam SNI, BWP Manokwari belum membutuhkan jenis fasilitas ini. Namun, fakta di lapangan penduduk sudah membutuhkannya. Hal ini disebabkan wilayah luar pulau jawa dalam hal ini Papua, umumnya memiliki jumlah dan kepadatan penduduk yang relatif masih rendah – STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
50
sedang. Berbeda halnya dengan wilayah kepulauan lainnya, terutama Pulau Jawa. Mengingat BWP Manokwari merupakan perkotaan yang akan berkembang luas, maka jenis fasilitas pusat perdagangan dan niaga patut dikembangkan.
Tabel 3.14. Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Perdagangan dan Niaga Tahun 2017 Kebutuhan Lahan (m2)
Kebutuhan Fasilitas (Unit) Bagian Wilayah
Pusat Pusat Penduduk Pusat Pusat Toko/ Pertokoan Toko/ Pertokoan 2017 Pertokoan Perbelanjaan Pertokoan Perbelanjaan Warung + Pasar Warung + Pasar dan Niaga dan Niaga Lingkungan Lingkungan
Sub BWP A
93.969
377
15
3
0
37.700
45.000
30.000
0
A1
20.691
83
3
1
0
8.300
9.000
10.000
0
A2
29.632
119
5
1
0
11.900
15.000
10.000
0
A3
43.646
175
7
1
0
17.500
21.000
10.000
0
Sub BWP C
28.533
114
5
1
0
11.400
15.000
10.000
0
C1
40
0
0
0
0
0
0
0
0
C2
17.658
71
3
1
0
7.100
9.000
10.000
0
C3
10.835
43
2
0
0
4.300
6.000
0
0
Sumber: Analisis Studio, 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
51
3.4.2. P r a s a r a n a 3.4.2.1. Jaringan Transportasi 3.4.2.1.1 Jaringan Trasportasi Darat Rencana Pengembangan
sistem dan jaringan transportasi darat didasarkan pada fungsi
masing-masing jalan, beban arus lalu-lintas, banyaknya pusat-pusat kegiatan yang mendorong bangkitan lalu-lintas, seperti pasar, komplek perdagangan, dan terminal. Dalam perencanaan kota, sistem jaringan jalan yang direncanakan ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu : a) Arah perkembangan fisik kota yang dikehendaki. b) Keadaan yang ada dan rencana struktur kegiatan yang direncanakan. c) Bentuk permukaan tanah kota. d) Kendala fisik alam. Dengan demikian akan terbentuk sistem jaringan jalan yang fungsional, efisien, aman, lancar, ekonomis dari segi biaya, ekonomis dari segi ruang kota, serta menunjang pelestarian lingkungan kehidupan.Konsep pengembangan dimensi jalan menyangkut ukuran-ukuran geometrik jalan dan mengandung pengertian tentang pemanfaatan jalan sebagaimana tersebut dalam UU Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan. Pertumbuhan dan perkembangan Wilayah Perencanaan dipengaruhi oleh perkembangan daerah sekitarnya, baik perkembangan ekonomi, aktivitas penduduk, lapangan kerja maupun peningkatan lalu lintas dalam kota. Lalu lintas di BWP Manokwari dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu lalu-lintas lokal dan regional. Lalu-lintas lokal berupa pergerakan penduduk BWP Manokwari dan sekitarnya, sedangkan lalu-lintas regional terkait dengan keberadaan Jalan Trans Papua. Sejalan dengan meningkatnya jumlah kendaraan yang melewati suatu ruas jalan, maka akan berakibat meningkat pula konflik yang terjadi pada jalan tersebut. Konflik sering terjadi pada jalan perkotaan maupun jalan luar kota yang diakibatkan bertambahnya kepemilikan kendaraan, terbatasnya sumberdaya untuk pembangunan jalan raya, dan belum optimalnya pengoperasian fasilitas lalu-lintas yang ada. Hal ini merupakan persoalan utama di berbagai tempat yang apabila di biarkan akan mengakibatkan kerugian baik dari segi material maupun non material. Untuk itu diperlukan tindakan untuk mengatasinya, dimana diperlukan metode efektif untuk perancangan dan perencanaan agar dihasilkan suatu sistem yang paling tepat untuk mengatasi konflik yang terjadi dengan mempertimbangkan biaya maupun keselamatan dan dampak lingkungan yang akan dirasakan oleh pengguna jalan. Pertumbuhan lalu lintas dapat dipengaruhi pertumbuhan sosio-ekonomi dan perkembangan jumlah kendaraan regional. Dari angka pertumbuhan lalu lintas tersebut, dapat diperkirakan pola lalu lintas yang akan datang guna mengatasi berbagai masalah lalu lintas yang nantinya akan STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
52
timbul. BWP Manokwari dilewati Jalan Arteri Manokwari, yang mempunyai klas primer, berfungsi untuk arus kendaraan berat dan arus kendaraan pribadi. Jalan tersebut juga terbebani oleh lalu-lintas lokal yang melayani pergerakan antar pusat kegiatan di BWP Manokwari, hal ini terjadi karena kurangnya jalan yang sejajar dengan jalan arteri tersebut. Jalan-jalan Kota yang disamping menjadi penghubung di dalam wilayah perencanaan antar Distrik yaitu Manokwari Barat, Manokwari Timur, Manokwari Selatan dan Manokwari Utara. Jalan-jalan Kota juga menjadi penghubung dengan kecamatan di luar wilayah perencanaan yaitu ke Distrik Sidey. Sedangkan jalan provinsi yang dikenal dengan Jalan Trans Papua menghubungkan wilayah perencanaan dengan Kota yang lain seperti Kota Sorong dan Kota Fak-Fak. Jadi dapat dikatakan bahwa sistem jaringan jalan di wilayah perencanaan sudah dapat melayani sebagian besar wilayah perencanaan dan mampu menghubungkan wilayah perencanaan dengan wilayah sekitar, walaupun tidak semuanya dilayani oleh jalan Kota yang beraspal. Pergerakan eksternal jalur darat di BWP Manokwari dilayani dengan bus, minibus, kendaraan carteran dan truk. Untuk pergerakan internal jalur darat di BWP Manokwari banyak dilayani minibus yang berupa angkot dan juga ojek. Keberadaan angkutan umum sangat mempengaruhi tingkat mobilitas penduduk dalam suatu wilayah. Sedangkan keberadaan angkutan umum sangat bergantung pada waktu operasionalnya. Keberadaan angkutan jenis ojek dapat ditemui hampir diseluruh wilayah/kawasan BWP Manokwari, sedangkan waktu operasional dan trayek (jalur) untuk angkutan jenis ojek sampai dengan saat ini dapat dikatakan tidak menentu karena banyak armadanya serta dapat ditemui dimanapun. Jenis angkutan ojek terlihat sangat mendominasi di BWP Manokwari. Sedangkan untuk jenis angkutan mobil jenis angkutan perkotaan (angkot) hanya melayani dengan jalur tertentu. Rencana trayek yang melayani BWP Manokwari meliputi berbagai route di wilayah BWP Manokwari. Jaringan trayek angkutan orang yang melayani BWP Manokwari meliputi tujuh rute, yaitu: 1) Terminal Besar Anday – Kompleks Perumahan Baru D1 – Terminal Wosi – Terminal Besar Anday 2) Terminal Besar Anday – Terminal Wosi – Sub Terminal Sanggeng – Terminal Wosi – Terminal Besar Anday 3) Terminal Wosi – Sub Terminal Sanggeng – Sub Terminal Manokwari Timur – Sub Terminal Pasir Putih – Sub Terminal Bakaro – Sub Terminal Padarmi – Terminal Wosi 4) Terminal Wosi – Sub Terminal Padarni – Sub Terminal Amban – Sub Terminal Padarni – Terminal Wosi 5) Sub Terminal Bakaro – Sub Terminal Amban – Terminal Padarni – Sub Terminal Manokwari Timur – Sub Terminal Pasir Putih – Sub Terminal Bakaro
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
53
6) Terminal Besar Anday – Kompleks Perumahan Baru D1 – Terminal Wosi – Sub Terminal Sanggeng – Sub Terminal Manokwari Timur – Sub Terminal Sanggeng – Terminal Wosi – Terminal Besar Anday 7) Sub Terminal Amban – Sub Terminal Bakaro – Sub Terminal Pasir Putih – Sub Terminal Manokwari Timur – Sub Terminal Sanggeng – Terminal Wosi – Sub Terminal Padarni – Sub Terminal Amban Ketersediaan angkot di dalam Kota belum terlayani penuh selama 24 jam. Keberadaan Angkot ini rata-rata mulai pagi sampai jam 9 malam. Dengan keterbatasan jam pelayanan angkot maka keberadaan ojek sangat berperan penting dalam transportasi di dalam BWP Manokwari. Transportasi Darat sangat membutuhkan sarana dan prasarana perhubungan seperti jalan, terminal, tempat parkir, fasilitas pejalan kaki dan halte/tempat perhentian. Berdasarkan fungsinya di Manokwari terdapat jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal dan jalan lingkungan. Jalan arteri di kota ini memanjang paralel dengan garis pantai. Untuk jalan kolektornya cenderung membentuk grid dan terhubung dengan jalan arteri. Jalan kolektor dan jalan lingkungan membentuk grid dengan mengelilingi blok-blok kawasan permukiman, perdagangan dan jasa. Bentuk jalan yang memanjang garis pantai dengan tambahan jalan dengan klas yang lebih rendah membentuk grid mengelilingi blok permukiman, perdagangan dan jasa ini menunjukkan bahwa kontur tanah yang datar terbatas di sebagian tepian pantai dan sedikit menjorok ke daratan. Terminal di BWP Manokwari sudah tersedia. Terminal ini digunakan untuk melayani penumpang dalam kota dan luar kota. Selain terminal resmi terdapat juga beberapa titik yang berfungsi sebagai tempat menunggu penumpang (terminal bayangan). Terminal bayangan di BWP Manokwari merupakan terminal penumpang yang berfungsi sebagai tempat ganti moda transportasi. Untuk mengembangkan sistem transportasi jalur darat perlu disediakan terminal dan subterminal untuk melayani moilitas penduduk yang semakin berkembang dan fungsi kawasan yang beragam. Beberapa lokasi terminal dan subterminal baik yang sudah ada maupun yang direncanakan di BWP Manokwari disajikan pada Tabel 3.15. berikut
Tabel 3.15. Lokasi Terminal dan SubTerminal di BWP Manokwari No
Kelas Terminal
Sub BWP
Blok
Sub Blok
Fungsi
1
Terminal Pusat
Sub BWP A
A3
A3-2
K-1 (Perdagangan / Jasa Tunggal)
2
Sub Terminal
Sub BWP A
A2
A2-7
SPU-1 (Pendidikan)
3
Sub Terminal
Sub BWP A
A2
A2-14
R-5 (Rumah Kepadatan Sangat Rendah)
4
Sub Terminal
Sub BWP B
B3
B3-4
R-4 (Rumah Kepadatan Rendah)
5
Sub Terminal
Sub BWP D
D3
D3-8
KH-1 (Pertahanan dan Keamanan)
6
Sub Terminal
Sub BWP E
E3
E3-1
PL-1 (Pertanian)
Sumber : RTRW Manokwari 2011 STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
54
Selain sarana prasarana angkutan darat tersebut di atas, yang perlu diperhatikan dalam pengembangan jaringan transportasi darat antara lain adalah pola parkir dan keberadaan trotoar. Pola parkir di Kota Manokwari dibedakan menjadi parkir on street dan off street. Pola parkir on street terutama di komplek pertokoan atau komplek komersial yang belum menyediakan tempat parkir khusus. Berdasarkan pengamatan di lapangan, penyediaan fasilitas parkir telah tersedia di instansi-instansi baik pemerintah maupun swasta. Parkir on street yang menggunakan badan jalan, berdampak berkurangnya lebar efektif ruang dan berdampak tersendatnya lalu-lintas. Fasilitas pejalan kaki berupa trotoar di tepian jalan. Fungsi trotoar adalah memisahkan antara Pejalan kaki dengan arus kendaraan agar tidak terjadi konflik antar keduanya. Kegiatan berjalan kaki umumnya terjadi perjalanan jarak dekat,
misalnya
dari rumah sekolah atau kantor, dari lokasi parkir ke tempat tujuan dan sebagainya. Pada sub bab ini juga akan dijabarkan lebih lanjut mengenai rencana pengembangan jaringan jalan. Jaringan jalan merupakan komponen utama dalam pengembangan moda transportasi darat.
Hasil analisis studio terhadap data panjang dan kelas jalan di BWP Manokwari menunjukkan Sub BWP A merupakan Sub BWP yang memiliki kerapatan jaringan jalan dan variasi kelas jalan yang paling baik. Kondisi eksisiting sub BWP A yang memiliki fungsi sebagai CBD (Center Bussines District) dengan variasi aktivitas perekonomian, perdagangan, serta fungsi pelayanan dalam skala regional dan lokal terkait erat dengan hal tersebut. Sub BWP A saat ini dialui oleh jalan arteri primer sepanjang 7.842,13 m, kolektor primer sepanjang 23.089,80, kolektor sekunder sepanjang 6.856,09 m, jalan lokal sepanjang 48.413,90 m, dan jalan lingkungan sepanjang 58.435,38 m. Dalam jangka waktu ke depannya, kecuali jalan lingkungan belum diperlukan pernambahan panjang jalan di Sub BWP A. Kerapatan jalan di Sub BWP A dianggap cukup untuk memenuhi kebutuhan mobilitas masyarakat dari dan menuju CBD. Sedangkan untuk kelas jalan lingkungan tetap diperlukan penambahan panjang sebesar 621,47 m untuk akses di sub blok A2-1 (fungsi pendidikan) dan A2-15 (fungsi RTH). Hal tersebut diperlukan untuk akses llingkungan yang menghubungkan sub blok tersebut dengan sub blok lain di sekitarnya. Lebih lengkap tentang rencana pengembangan jaringan jalan di Sub BWP A dapat diperhatikan dalam Tabel 3.16.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
55
Tabel 3.16. Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Sub BWP A Sub Blok Blok
A1-1 A1-2 A1 A1-3 A1-4 A1-5 A2-1 A2-2 A2-3 A2-4 A2-5 A2-6 A2-7 A2-8 A2 A2-9 A2-10 A2-11 A2-12 A2-13 A2-14 A2-15 A2-16 A2-17 A3-1 A3-2 A3
A3-3 A3-4 A3-5 A3-6 A3-7
Kode (Fungsi Sub Blok) C-2 (Perumahan dan Perkantoran) R-4 (Rumah Kepadatan Rendah)
Arteri Kolektor Kolektor Primer Sekunder Primer* * * (m) (m) (m) 418,781
Jalan Lingkungan Lokal* (m)
713,196 2.712,19 174,054 2.003,200 6 1.694,76 SPU-1 (Pendidikan) 531,733 177,806 9 KT-1 (Pemerintahan) 22,039 231,223 869,410 1.619,55 3.524,26 RTH (Ruang Terbuka Hijau) 4 2.457,418 7 KH-1(Pertahanan dan Keamanan) 336,139 551,159 K-1(Perdagangan / Jasa 1.345,99 Tunggal) 9 968,173 1.244,77 KT-1(Pemerintahan) 674,286 1 SPU-3(Kesehatan) 261,393 505,669 R-4(Rumah Kepadatan 1.438,18 Rendah) 416,117 3 C-3(Perkantoran dan 2.801,88 2.614,48 Perdagangan / Jasa) 117,687 1 1 1.771,27 1.973,37 SPU-1(Pendidikan) 4 5 KH-1(Pertahanan dan Keamanan) 994,990 2.610,78 3.442,77 SPU-1(Pendidikan) 5 0 R-4(Rumah Kepadatan Rendah) 620,694 SPU-2(Transportasi) 896,814 472,722 C-2(Perumahan dan 1.616,36 Perkantoran) 4 3.280,79 RTH(Ruang Terbuka Hijau) 3 R-5(Rumah Kepadatan 1.866,22 1.319,43 Sangat Rendah) 4 2 RTH(Ruang Terbuka Hijau) 963,756 784,856 1.157,23 RTH(Ruang Terbuka Hijau) 4 SC(Suaka Alam dan Cagar 1.841,22 3.469,69 Budaya) 4 5 R-4(Rumah Kepadatan 1.104,70 Rendah) 955,956 0 K-1(Perdagangan / Jasa 1.426,76 Tunggal) 3 C-2(Perumahan dan Perkantoran) 129,913 401,275 460,602 C-3(Perkantoran dan 1.131,61 Perdagangan / Jasa) 506,865 404,617 8 KT-1(Pemerintahan) 680,338 796,432 533,684 218,726 KT-1(Pemerintahan) 224,088 244,827 541,711 1.113,14 PL-3(Kawasan Pariwisata) 41,038 3 193,902
Eksisting (m)
Rencana Pembangunan Jalan Baru (m)
1.087,744 5.497,781 2.858,222 947,679 4.662,655 377,481 130,140 161,055 230,269 256,029 1.375,241 2.843,361 1.416,085 7.607,573
310,735
55,560 39,685
2.472,338 2.033,041 366,486 170,934 1.983,255 907,315
1.276,879 1.023,311 500,572 2.102,406
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
56
310,735
Sub Blok Blok
A3-8 A3-9 A3-10 A3-11 A3-12 A3-13 A3-14 A3-15 A3-16 A3-17 A3-18 A3-19 A3-20 A3-21
Kode (Fungsi Sub Blok) R-5(Rumah Kepadatan Sangat Rendah) K-1(Perdagangan / Jasa Tunggal) R-4(Rumah Kepadatan Rendah) KH-1(Pertahanan dan Keamanan) KT-1(Pemerintahan) KH-1(Pertahanan dan Keamanan) R-4(Rumah Kepadatan Rendah) R-4(Rumah Kepadatan Rendah) KH-1(Pertahanan dan Keamanan) R-5(Rumah Kepadatan Sangat Rendah) PL-3(Kawasan Pariwisata) K-1(Perdagangan / Jasa Tunggal) K-1(Perdagangan / Jasa Tunggal) KH-1(Pertahanan dan Keamanan)
Arteri Kolektor Kolektor Primer Sekunder Primer* * * (m) (m) (m)
Eksisting (m)
Rencana Pembangunan Jalan Baru (m)
526,287
1.520,46 5
196,668
810,727
813,233
980,773
446,932
1.984,604
263,741 686,960
736,161 1.878,256
793,407
788,384
22,409
764,812
281,338
795,762
3.112,918
98,338
230,889
314,879
374,475
298,833
618,905
590,639
648,065
1.664,135
338,512 741,730
1.098,939 1.068,877
914,818
810,020
533,409
272,892
983,831
451,154
451,543
0,010 48.413,9 0
1381,274
238,255
107,148
23.089,8 7.842,13 0
Total
Jalan Lingkungan Lokal* (m)
0,008
6.856,09
58.435,38
621,47
Sumber: Analisis Studio, 2012
Sebagian besar penggunaan lahan Sub BWP C merupakan kawasan lindung yang terdiri dari zona perlindungan bawahan dan zona ruang terbuka hijau. Kawasan permukiman yang terletak di kawasan pesisir membuat kerapatan jaringan jalan di sub bwp C terpusat di kawasan pesisir. Berdasarkan kondisi eksisisting hasil analisa studio, saat ini Sub BWP C dilalui oleh jalan arteri primer sepanjang 4.501,83 m, jalan kolektor primer sepanjang 951,349 m, jalan kolektor sekunder sepanjang 6.782,964 m, dan jalan lingkungan sepanjang 3.628,955 m. Guna mengakomodasi kebutuhan terhadap aksesibilitas yang baik dan merata terhadap semua wilayah ke depannya maka dalam jangka waktu beberapa tahun berikutnya diperlukan penambahan ruas jalan baru. Rencana pembangunan jalan lingkungan sepanjang 3.628,95 m yang melalui 6 sub blok merupakan upaya untuk mewujudkan hal tersebut. Lebih lengkapnya tentang rencana pembangunan jalan di sub BWP C dapat diperhatikan dalam Tabel 3.17.berikut :
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
57
Tabel 3.17. Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Sub BWP C
Blok
Sub Blok
Kode Fungsi Sub Blok
Jalan Lingkungan Kolektor Kolektor Rencana Arteri Lokal* Primer* Sekunder* Eksisting Pembangunan Primer* (m) (m) (m) (m) Jalan Baru (m)
R-5(Rumah Kepadatan 253,193 Sangat Rendah) C2-2 RTH(Ruang Terbuka Hijau) C2-3 RTH(Ruang Terbuka Hijau) R-4(Rumah Kepadatan C2-4 675,650 38,756 Rendah) R-5(Rumah Kepadatan C2 C2-5 912,593 Sangat Rendah) R-4(Rumah Kepadatan C2-6 Rendah) R-5(Rumah Kepadatan C2-7 Sangat Rendah) C-1(Perumahan dan C2-8 Perdagangan/Jasa) R-5(Rumah Kepadatan C3-1 Sangat Rendah) R-5(Rumah Kepadatan C3-2 1.628,353 Sangat Rendah) C3-3 PB(Perlindungan Bawahan) C3 R-5(Rumah Kepadatan C3-4 1.808,754 Sangat Rendah) R-5(Rumah Kepadatan C3-5 135,879 Sangat Rendah) C3-6 SPU-1 (Pendidikan) Total 4.501,83 951,349 Sumber: Analisis Studio, 2012 C2-1
1.118,696 1.219,404
56,010
2.102,081 1.856,009 1.521,587 995,011
1.719,537
1.579,442 2.371,518 1.021,821 1.463,846 2.765,251 137,002
1.938,748 962,013 862,960
2.211,705
682,838
406,520
1.108,710 128,015 425,714 1.711,128
2.444,231 772,039 6.544,499
637,821
1.102,985 3.104,360
523,186
592,598 183,983 799,018 991,934 6.782,964 10.934,69 27.001,5
285,881 3.628,955
Lebih lanjut lagi, untuk mendapatkan gambaran distribusi spasial rencana jaringan transportasi darat pada BWP Manokwari, dapat dilihat pada Gambar 5.2. mengenai Peta Rencana Pengembangan Jaringan Transportasi Darat.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
58
3.4.2.1.2 Rencana Jaringan Transportasi Laut Rencana Pengembangan sistem dan jaringan transportasi laut didasarkan pada berkembangnya bidang sosial dan ekonomi penduduk di wilayah perencanaan, sehingga kebutuhan akan sandang, pangan dan berbagai fasilitas lainnya meningkat. Hasil bumi maupun industri di wilayah yang bersangkutan yang terus meningkat perlu pemasaran keluar daerah. Maka diperlukan sarana dan prasarana keluar masuk barang dari dan ke daerah yang bersangkutan dalam hal ini adalah pelabuhan laut.
a) Barang dan Penumpang Yang Masuk dsan Keluar Pelabuhan Berdasarkan data BPS tahun 2011, barang yang dibongkar dan dimuat serta penumpang yang naik turun seperti pada tabel berikut ini: Tabel 3.18. Jumlah Bongkar Muat Barang dan Penumpang di Pelabuhan Manokwari Dalam 1 Tahun (2010) No.
Aktifitas
Volume
1.
Bongkar barang
266.807,494 ton
2.
Muat barang
56.291,774 ton
3.
Kunjungan kapal
1.254 kali
4.
Penumpang turun
112.293 orang
5.
Penumpang naik
104.572 orang
Sumber: Data BPS Manokwari dalam Angka Tahun 2011
Muat barang dapat menggambarkan seberapa besar sumberdaya di Kota Manokwari yang mampu di ekspor keluar daerah. Bila dilihat bongkar barang memiliki nilai yang jauh lebih besar. Kebutuan di Kota Manokwari masih banyak dipenuhi oleh barang dari luar daerah. Kunjungan kapal ke Kota Manokwari mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Kota Manokwari diharapkan mampu terus meningkatkan promosi daerah, sehingga semakin banyak penduduk dalam maupun luar negeri yang menikmati Kota Manokwari. Kunjungan kapal dan orang mampu memberikan manfaat dengan kemajuan dalam bidang sosial ekonomi.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
59
b) Pelabuhan Pelabuhan (port) adalah daerah perairan yang terlindung terhadap gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas laut seperti dermaga dimana kapal dapat bertambat untuk bongkar muat barang, kran-kran untuk bongkar muat, tempat-tempat penyimpanan dimana kapal membongkar muatannya dan gudang-gudang dimana barang-barang dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama selama menunggu pengiriman ke daerah tujuan atau pengapalan. Ditinjau dari segi penggunaannya, pelabuhan dibagi menjadi: 1)
Pelabuhan Barang Pelabuhan jenis ini mempunyai dermaga yang dilengkapi dengan fasilitas untuk bongkar muat barang. Lokasi pelabuhan dapat berada di pantai atau estuari dari sungai besar. Dermaga, harus panjang dan harus dapat menampung seluruh panjang kapal atau setidak-tidaknya 80% dari panjang kapal
2)
Pelabuhan Penumpang Pelabuhan yang khusus melayani penumpang
3)
Pelabuhan Campuran Pelabuhan jenis ini melayani bongkar muat barang sekaligus naik turun penumpang
4)
Pelabuhan Militer Pelabuhan khusus untuk kepentingan militer. Pelabuhan ini mempunyai daerah perairan yang cukup luas untuk memungkinkan gerakan cepat kapal-kapal perang
5)
Pelabuhan Minyak Dibangun khusus untuk keperluan bongkar muat minyak
6)
Pelabuhan Ikan Pelabuhan khusus untuk bongkar muat ikan. Pelabuhan ini tidak memerlukan kedalaman air yang besar.
Rencana Pengembangan Pelabuhan Kondisi eksisting pelabuhan di Manokwari, pada saat ini sudah ada beberapa pelabuhan laut dengan beberapa kegunaan: 1. Pelabuhan campuran, lokasinya ada di Distrik Manokwari Timur 2. Pelabuhan militer, lokasinya ada di Sowi dekat perbatasan Anday 3. Pelabuhan minyak, lokasinya ada di Sanggeng 4. Pelabuhan semen, lokasinya ada di Maruni Distrik Manokwari Selatan
Dengan memperhitungkan perkembangan sosial dan ekonomi penduduk serta kemajuan hubungan regional, nasional bahkan internasional, maka rencana pengembangan pelabuhanpelabuhan tersebut sebagai berikut: STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
60
a. Memisahkan pelabuhan penumpang dengan pelabuhan barang. Pelabuhan penumpang tetap ada di Manokwari Timur. Sedangkan pelabuhan barang ada di perbatasan Sowi dan Wosi. b. Pelabuhan militer, lokasi tetap dipertahankan. c. Pelabuhan minyak, lokasinya tidak berubah, tetapi perlu pengamanan yang memadai karena dekat dengan pemukiman penduduk. d. Pelabuhan ikan, lokasi tetap.
Prasarana pendukung pelabuhan Pada pelabuhan penumpang terdapat stasiun penumpang untuk melayani segala kegiatan yang berhubungan dengan orang yang bepergian seperti kantor imigrasi, keamanan, direksi pelabuhan, maskapai pelayaran dan sebagainya. Pada pelabuhan barang dilengkapi dengan gudang penyimpanan, kran-kran, jalan kereta api, jalan raya atau saluran pelayaran darat serta terminal peti kemas. Disamping itu harus mempunyai halaman dermaga yang cukup luas untuk bongkar muat barang serta tersedia jalan dan halaman untuk pengambilan dan atau pemasukan dari dan ke gudang serta mempunyai fasilitas reparasi.
c) Kapal Jenis kapal berikut karateristiknya sangat mempengaruhi dimensi pelabuhan. Kapal dapat dibedakan menjadi beberapa tipe: 1. Kapal Penumpang 2. Kapal Barang 3. Kapal Barang Curah: barang curah misal beras, batu bara dsb. 4. Kapal Tanker: pengangkut minyak 5. Kapal Khusus: untuk barang tertentu misal LNG
Tabel 3.19. berikut menunjukkan lokasi keberadaan pelabuhan di BWP Manokwari. Sedangkan pada Gambar 3.1. disajikan Peta Rencana Pengembangan Jaringan Transportasi Laut BWP Manokwari.
Tabel 3.19. Lokasi Pelabuhan di BWP Manokwari No 1 2
Pelabuhan Pelabuhan Kelas III Manokwari Pelabuhan Khusus Angkutan Semen *
Sub BWP
BLOK
Sub
Fungsi
Blok
A
A2
A2-11
D
D3
D3-10
SPU-2 (Transportasi) R5(Rumah Kepadatan Sangat Rendah)
Sumber : RTRW Kota Manokwari 2009 dan analisis studio 2012 STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
61
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
62
3.4.2.1.2. Jaringan Transportasi Udara Rencana Pengembangan sistem dan jaringan transportasi udara pada BWP Manokwari didasarkan pada pertimbangan–pertimbangan antara lain sebagai berikut : a. Jarak bandar udara dengan pusat kota b. Perluasan / pengembangan di masa mendatang c. Keberadaan jalan akses d. Keberadaan sarana pendukung e. Keadaan topografi kota f. Sosial ekonomi. Dengan
demikian apabila pertimbangan – pertimbangan seperti tersebut diatas dapat
diakomodir pada BWP Manokwari maka akan terbentuk sistem transportasi udara yang aman, strategis dan tidak ada konflik sosial.
Kondisi eksisting Bandar Udara Rendani, saat ini masih dalam tahap pengembangan lebih lanjut untuk perluasan terminal tunggu dan terminal kedatangan. Secara fisik gedung yang ada masih terbilang sangat minim fasilitas, karena masih dalam tahap pembangunan. Secara umumkondisi eksisting Bandar Udara Rendani dideskripsikan seperti Tabel 3.20. berikut ini : Tabel 3.20. Kondisi eksisting Bandar Udara Rendani Manokwari
Umum
Fasilitas Sisi Udara
Coordinate
S 00053’37” E 134003’01”
Operating Hour
22.00 – 09.00 UTC (06.00 – 17.00) WIT
Operational Category
Non Instrument
Air Traffic Services
ATC (Air Traffic Control)
Runway 17 – 35
Dimension 2000m x 30m
Runway Strip
2120m x 150m
Taxiway A
115m x 18m
Taxiway B
115m x 20m
Apron
125m x 67,5m
Terminal penumpang 540m2, Terminal VIP 120m2, ATC Tower 66m2, Fasilitas Sisi Darat
Bangunan NDB 209m2, Bangunan Meteo 540m2, PKPPK Cat IV 224m2, DPPU Pertamina 540m2, Power House 132m2, Workshop 540m2, Gudang 540m2, Bangunan Administrasi 516m2, Rumah Dinas 39 unit NDB Nautel ND 4000 BD
Alat Bantu Navigasi Udara
VHF Tranceiver, HF-SSB Tranceiver
Alat Bantu Komunikasi Penerbangan 2
Fasilitas Penunjang
Jalan Akses 1.000m , Halaman Parkir 3.900m2
Fasilitas Utilitas
Daya Listrik PLN, Genset, Jaringan Air Bersih, Jaringan Telpon
Sumber : Rencana Induk Bandar Udara Rendani Manokwari Tahun 2004 STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
63
Pertumbuhan dan perkembangan Wilayah Perencanaan, perkembangan aktifitas regional dan nasional akan sangat mempengaruhi rencana pengembangan bandar udara di wilayah perencanaan. Untuk mengetahui karakteristik lalu-lintas udara di Kota Manokwari, dilakukan pencacahan volume penumpang dan pesawat.
Volume penumpang dan pesawat terbang Pada saat ini maskapai yang melayani rute dari dan ke Manokwari adalah Merpati Nusantara, Batavia Air dan Express Air serta perintis. Berdasarkan data-data yang ada yaitu dari BPS maupun dari Rencana Induk Bandar Udara Rendani, perkembangan volume penumpang adalah seperti tabel berikut :
Tabel 3.21. Data Penumpang dan Frekuensi Pesawat di Bandara Rendani Tahun 2010 No.
Jenis Data
Jumlah
a.
Pesawat Berangkat
4.414 kali
b.
Pesawat Datang
4.330 kali
c.
Penumpang Berangkat
133.207 orang
d.
Penumpang Datang
124.117 orang
e.
Penumpang Transit
69.290 orang
f.
Bongkar Barang
421.311 Kg
g.
Muat Barang
601.581 Kg
Sumber: Data BPS Manokwari Dalam Angka Tahun 2011
Rencana Pengembangan Sampai saat ini, pesawat terbesar yang bisa mendarat di Bandar Udara Rendani Manokwari adalah jenis Boeing 737-200, kemudian juga pesawat jenis Fokker 100 serta pesawat perintis. Hal ini terkait dengan panjang Landasan Pacu atau Runway di bandara tersebut yang belum memungkinkan pesawat yang lebih besar untuk bisa mendarat. Jika dilihat pertumbuhan volume penumpang dan kargo dari tahun ke tahun yang mengalami kenaikan, Akibat positifdari pengembangan bandara adalah semakin terbukanya akses ke Manokwari baik nasional maupun internasional. Hal tersebut akan semakin membuka peluang para
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
64
investor untuk menanamkan modalnya. Hasil akhirnya adalah semakin pesatnya pertumbuhan ekonomi di Manokwari dan sekitarnya.
Gambar 3.25 Kondisi Bandara Udara Rendani, Manokwari
Bandar udara Rendani terletak pada SubBWP D, pada subblok D2-5 dengan fungsi kawasan (peruntukan) SPU-2 atau Zona Pelayanan Umum Transportasi. Selanjutnya pada Gambar 5.5. berikut, disajikan mengenai Peta Rencana jaringan transportasi udara pada BWP Manokwari Jaringan telekomunikasi Seiring dengan semakin menipisnya jarak antar ruang dan waktu sebagai dampak dari perkembangan teknologi, keberadaan infrastruktur penunjang telekomunikasi merupakan kebutuhan yang sangat vital. Wilayah yang memiliki infrastruktur teknologi dan komunikasi yang baik akan mampu terhubung dengan wilayah lainnya sehingga memudahkan akses terhadap informasi dari dan menuju daerah tersebut. Keberadaan teknologi dan informasi yang mumpuni akan mendukung interaksi wilayah tersebut dengan wilayah lainnya sehingga dapat memunculkan peluang-peluang baru, terutama dalam hal ekonomi dan perdagangan. Keterbatasan data tentang kondisi eksisting infrastruktur telekomunikasi menyebabkan sedikit sekali gambaran yang diperoleh terkait dengan perkembangan infrastruktur telekomunikasi di BWP Manokwari. Satu sumber data yang dimiliki dan dapat menggambarkan kondisi telekomuniasi di BWP Manokwari adalah data jumlah pelanggan telepon kabel yang bersumber dari Potensi Desa (Podes) 2011. Berdasarkan data yang diperoleh, dalam lingkup Sub BWP Manokwari terdapat 133 pelanggan telepon kabel. Minimnya jumlah pelanggan telepon kabel, dikarenakan mahalnya pengembangan atau pembangunan infrastruktur penunjang di lokasi setempat. Selain itu karena jaringan STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
65
telekomunikasi via telepon seluler dinilai lebih praktis dan saat ini lebih diminati oleh masyarakat, maka pengguna telepon kabel sangat terbatas. Jumlah pelanggan telepon kabel di BWP Manokwari yang dibagi tiap sub BWP yang dapat diamati dalam Tabel 5.45. menurut ketersediaan data, Sub BWP E tidak memiliki pelanggan telepon kabel.
Tabel 3.22. Jumlah Pelanggan Telepon Kabel di BWP Manokwari Jumlah Pelanggan No
Sub BWP
Telepon Kabel
1
Sub BWP A
72
2
Sub BWP B
9
3
Sub BWP C
48
4
Sub BWP D
4
Total
133
3.4.2.3. Jaringan Energi/Kelistrikan jaringan energi/kelistrikan menjabarkan tentang jaringan distribusi dan pengembangannya berdasarkan perkiraan kebutuhan energi/listrik di wilayah perencanaan yang terdiri atas: a. Jaringan subtransmisi, yang berfungsi menyalurkan daya listrik dari sumberdaya besar (pembangkit) menuju jaringan distribusi primer (gardu induk) yang terletak di wilayah perencanaan b. Jaringan distribusi primer (jaringan SUTUT,SUTET,SUTT) berfungsi menyalurkan daya listrik dari jaringan subtransmisi menuju jaringan distribusi sekunder, infrastruktur pendukung pada jaringan distribusi primer meliputi : i.
Gardu induk berfungsi menurunkan tegangan dari jaringan subtransmisi (70-500 kv) menjadi tegangan menengah ( 20 kv);
ii.
Gardu hubung berfungsi membagi daya listrik dari gardu induk menuju gardu distribusi.
c. Jaringan distribusi sekunder yang berfungsi untuk menyalurkan atau menghubungkan daya listrik tegangan rendah ke konsumen, yang dilengkapi dengan infrastruktur pendukung berupa gardu distribusi yang berfungsi untuk menurunkan tegangan primer (20 kv) menjadi tegangan sekunder (220 v/380 v).
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
66
Beberapa
asumsi/perkiraan
dasar
yang
digunakan
untuk perhitungan
kebutuhan
jaringan
energi/kelistrikan adalah sebagai berikut :
1. Perhitungan dilakukan berdasarkan SNI 03-1733-2004 tentang perencanaan lingkungan perkotaan 2. Asumsi kebutuhan listrik per KK = 450 vA 3. Asumsi kebutuhan listrik sarana lingkungan 40 % × asumsi kebutuhan listrik per KK 4. Asumsi trafo yang dibutuhkan = 10 kVA membutuhkan 1 unit trafo
Tabel 3.23. Jumlah Pelanggan Listrik BWP Manokwari Jumlah Pelanggan No
Sub BWP
(KK)
1 Sub BWP A
7.553
2 Sub BWP B
1.865
3 Sub BWP C
5.001
4 Sub BWP D
2.693
5 Sub BWP E
24
TOTAL
17.136
Potensi Desa Tahun 2011 Berdasarkan data Potensi Desa tahun 2011 yang termuat dalam Tabel 5.34, pelanggan listrik rumah tangga BWP Manokwari berjumlah 17.136 KK. Pelanggan listrik terbanyak terdapat di Sub BWP A dengan jumlah sebesar 7553 KK, sedangkan yang terkecil adalah sub BWP E dengan 24 KK. Komposisi tersebut menggambarkan kondisi terpusatnya permukiman di Sub BWP A dan C dengan segala fasilitas pelayanan ekonomi dan jasa yang terdapat di dalamnya. Namun berdasarkan perhitungan dengan menggunakan SNI 03-1733-2004 tentang perencanaan lingkungan perkotaan, jumlah tersebut masih belum memenuhi kondisi ideal jika memperhatikan jumlah KK yang sudah dialiri listrik. Kebutuhan ideal pemenuhan listrik di tingkat rumah tangga di BWP Manokwari adalah sekitar 27.742 KK. Dengan asumsi setiap rumah tangga mebutuhkan sekitar 450 vA, maka total yang dibutuhkan adalah sebesar 12.483,90 kvA. Selain kebutuhan listrik rumah tangga, fasilitas pelayanan yang terdapat di masing masing sub blok juga memerlukan tenaga listrik untuk melaksanakan fungsinya. Asumsi yang digunakan untuk perhitungan listrik fasilitas lingkungan di masing masing sub blok adalah 40 % dari kebutuhan rumah tangga di lingkungan tersebut. Sedangkan total kebutuhan listrik merupakan hasil penjumlahan dari kebutuhan listrik rumah tangga dan kebutuhan listrik lingkungan.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
67
Tabel 3.24. Kondisi Ideal Kebutuhan Listrik BWP Manokwari Tahun 2012 Kebutuhan
Kebutuhan
Bagian
KK
Listrik
Listrik
Wilayah
2012
Rumah
Lingkungan
Tangga (kVA)
(kvA)
7.467,75
2.987,10
Sub BWP A
16.595
Kebutuhan Listrik Total (kvA)
Total Trafo Yang dibutuhkan (Unit)
10.454,85
1.045
A1
3.653
1.643,85
657,54
2.301,39
230
A2
5.232
2.354,40
941,76
3.296,16
330
A3
7.710
3.469,50
1.387,80
4.857,30
486
Sub BWP B
2.411
1.084,95
433,98
1.518,93
152
B1
808
363,60
145,44
509,04
51
B2
370
166,50
66,60
233,10
23
B3
1.086
488,70
195,48
684,18
68
B4
147
66,15
26,46
92,61
9
Sub BWP C
5.036
2.266,20
906,48
3.172,68
317
C1
7
3,15
1,26
4,41
0
C2
3.116
1.402,20
560,88
1.963,08
196
C3
1.913
860,85
344,34
1.205,19
121
Sub BWP D
3.553
1.598,85
639,54
2.238,39
224
D1
76
34,20
13,68
47,88
5
D2
2.067
930,15
372,06
1.302,21
130
D3
1.410
634,50
253,80
888,30
89
Sub BWP E
147
66,15
26,46
92,61
9
E1
68
30,60
12,24
42,84
4
E2
0
0,00
0,00
0,00
0
E3
79
35,55
14,22
49,77
5
Total
27.742
12.483,90
4.993,56
17.477,46
1.748
Sumber: Analisis Studio, 2012
Berdasarkan hasil analisis studio yang termuat dalam Tabel 5.35, total kebutuhan listrik BWP Manokwari adalah 17.477kvA. Jumlah tersebut sebagian besar merupakan kebutuhan listrik di Sub BWP A dan C. Blok dengan kebutuhan terbesar adalah blok A3 sejumlah 4,57,3 KvA. Terdapat satu blok yang tidak memerlukan listrik, yaitu blok E2. Hal tersebut disebabkan blok tersebut merupakan kawasan pertanian yang tidak dihuni oleh penduduk. Hasil perhitungan total kebutuhan tersebut kemudian digunakan sebagai dasar untuk menentukan totak trafo yang dibutuhkan untuk mengalirkan STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
68
listrik di tiap sub blok. Asumsi yang digunakan adalah setiap 10 KvA membutuhkan 1 unit trafo untuk mengalirkan listrik, sehingga total trafo yang dibutuhkan di BWP Manokwari adalah sekitar 1.748 unit trafo. Selain melakukan perhitungan terhadap kondisi ideal kebutuhan listrik BWP Manokwarotahun 2012, perhitungan kebutuhan listrik BWP Manokwari juga dilakukan dengan periode 5 tahunan Kebutuhan listrik rumah tangga di BWP Manokwari tahun 2017 adalah sebesar 17.033,40 KvA. Jumlah kebutuhan listrik tersebut kemudian ditambahkan dengan kebutuhan listrik lingkungan sebesar 40 % dari kebutuhan listrik rumah tangga dengan jumlah sebesar 6.813,36 KvA, sehingga total kebutuhan listrik BWP manokwari tahun 2017 adalah sebesar 23.846,76 KvA. Jumlah trafo yang dibutuhkan untuk mengalirkan listrik tersebut ke masing masing rumah tangga adalah sebanyak 2.385 unit trafo. Pemenuhan kebutuhan tersebut semakin meningkat dari tahun ke tahun. Tabel 3.25. Proyeksi Kebutuhan Listrik BWP Manokwari Tahun 2017
Bagian
KK
Wilayah
2017
Sub BWP A
23.501
Kebutuhan Listrik Rumah Tangga (kVA) 10.575,45
Kebutuhan Listrik Lingkungan (kVA) 4.230,18
Kebutuhan Listrik total (kVA)
Total Trafo Yang dibutuhkan (Unit)
14.805,63
1.481
A1
5.174
2.328,30
931,32
3.259,62
326
A2
7.410
3.334,50
1.333,80
4.668,30
467
A3
10.917
4.912,65
1.965,06
6.877,71
688
Sub BWP C
7.135
3.210,75
1.284,30
4.495,05
450
C1
10
4,50
1,80
6,30
1
C2
4.416
1.987,20
794,88
2.782,08
278
C3
2.709
1.219,05
487,62
1.706,67
171
Sumber: Analisis Studio, 2012 Dari hasil analisis berupa proyeksi kebutuhan listrik selama 5 tahunan hingga akhir masa perencanaan pada BWP Manokwari, dapat diperkirakan atau direncanakan estimasi kebutuhan anggaran yang harus disediakan untuk memenuhi kebutuhan listrik di BWP Manokwari. Pada tahun 2022, 2027 dan 2032 menunjukkan proyeksi kepala keluarga setiap lima tahunan melebihi 20.000 KK. Hal ini berarti dalam 5 tahun jumlah potensial pelanggan atau pengguna listrik yang harus di layani lebih dari 20.000 kepala keluarga. Hal ini secara otomatis menyebabkan kebutuhan listrik rumah tangga akan meningkat pula. Pertumbuhan penduduk, akan meningkatkan kebutuhan akan listrik. Karena listrik sangat krusial dalam menunjang kegiatan penduduk suatu wilayah, maka dari itu hal ini harus menjadi perhatian lebih lanjut.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
69
Pemenuhan kebutuhan listrik yang semakin besar dari tahun ke tahun membuat peningkatan infrastruktur penunjang menjadi syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh pemerintah. Infrasturktur tersebut terutama terkait dengan ketersedian jaringan listrik induk yang mengalirkan arus listrik ke setiap rumah. Analisis kebutuhan pengembangan jaringan listrik dalam dokumen ini dilakukan dengan data jaringan listrik yang bersumber dari dokumen RDTR sebelumnya tahun 2009. Keterbatasan data penunjang dari PLN ataupun instansi yang terkait lainnya membuat analisis kebutuhan pengembangan dilakukan berdasarkan asumsi bahwa jaringan listrik induk mengikuti jaringan jalan utama di setiap kawasan, terutama jalan arteri primer dan kolektor. Selain itu analisis pengembangan jaringan juga dilakukan dengan mempertimbangkan faktor proporsi kepadatan pemukiman di suatu kawasan. Semakin padat suatu kawasan permukiman maka semakin besar kepadatan jaringan di suatu kawasan tersebut maupun sebaliknya. Pada rencana pengembangan jaringan listrik, akan dibahas pula mengenai rencana panjang jaringan listrik pada masing-masing Sub BWP. Hal ini sangat terkait dengan kebutuhan listrik BWP Manokwari yang telah dijelaskan sebelumnya. Dengan melihat fungsi kawasan atau fungsi subblok peruntukan atau fungsi subzona peruntukan maka dapat dilihat dan dijadikan bahan pertimbangan lebih lanjut untuk prioritas pengembangan jaringan listrik pada BWP Manokwari.Fungsi kawasan yang merupakan pusat atau sebagai fungsi penting yang melayani penduduk BWP Manokwari harus diprioritaskan pengembangannya. Jaringan listrik eksisting atau yang sudah ada saat ini, ada kemungkinan belum mencukupi untuk jangka waktu 20 tahun ke depan. Oleh karena itu disajikan rencana pengembangan jaringan listrik baik eksisting maupun yang akan direncanakan. Jaringan listrik yang ada saat ini (eksisting) apabila masih mencukupi kebutuhan atau jangkauan pelayanannya dapat melingkupi seluruh kawasan (Sub BWP), maka analisisnya disajikan pada tabel tanpa rencana pengembangannya. Sedangkan untuk Sub BWP yang memiliki banyak pengembangan fungsi kawasan, maka sangat besar kemungkinannya untuk menambah jaringan listrik agar kawasan-kawasan atau zona-zona baru tersebut dapat tercakup dalam jangkauan pelayanan jaringan listrik. Selanjutnya akan dibahas mengenai rencana pengembangan jaringan listrik pada BWP Manokwari untuk masing-masing Sub BWP. Tabel 3.27. berikut menyajikan Rencana Panjang Jaringan Listrik Induk pada Sub BWP A, pada Sub BWP A tidak terdapat rencana penambahan jaringan listrik (induk) baru.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
70
Tabel 3.27. Rencana Panjang Jaringan Listrik Induk pada Sub BWP A Sub BLOK BWP
Sub Blok
Kode
A1-1 A1-2 A1-3 A1-4 A1-5 A2-1 A2-2 A2-3 A2-4 A2-5
C-2 R-4 SPU-1 KT-1 RTH KH-1 K-1 KT-1 SPU-3 R-4
Fungsi
Perumahan dan Perkantoran Rumah Kepadatan Rendah A1 Pendidikan Pemerintahan Ruang Terbuka Hijau Pertahanan dan Keamanan Perdagangan / Jasa Tunggal Pemerintahan Kesehatan Rumah Kepadatan Rendah Perkantoran dan Perdagangan / A2-6 C-3 Jasa A2-7 SPU-1 Pendidikan A2 A2-8 KH-1 Pertahanan dan Keamanan A2-9 SPU-1 Pendidikan A2-11 SPU-2 Transportasi A2-12 C-2 Perumahan dan Perkantoran Rumah Kepadatan Sangat A2-14 R-5 Rendah A2-15 RTH Ruang Terbuka Hijau A Suaka Alam dan Cagar A2-17 SC Budaya A3-1 R-4 Rumah Kepadatan Rendah A3-3 C-2 Perumahan dan Perkantoran Perkantoran dan Perdagangan / A3-4 C-3 Jasa A3-5 KT-1 Pemerintahan A3-6 KT-1 Pemerintahan A3-7 PL-3 Kawasan Pariwisata Rumah Kepadatan Sangat A3-8 R-5 Rendah A3-9 K-1 Perdagangan / Jasa Tunggal A3 A3-10 R-4 Rumah Kepadatan Rendah A3-11 KH-1 Pertahanan dan Keamanan A3-13 KH-1 Pertahanan dan Keamanan A3-14 R-4 Rumah Kepadatan Rendah A3-15 R-4 Rumah Kepadatan Rendah A3-18 PL-3 Kawasan Pariwisata A3-19 K-1 Perdagangan / Jasa Tunggal A3-20 K-1 Perdagangan / Jasa Tunggal A3-21 KH-1 Pertahanan dan Keamanan Total Sumber: Analisis Studio, 2012
Panjang Jaringan Jumlah Listrik Gardu IndukEksisting Listrik (m) (unit) 824,835 2.177,254 1 Unit 1.662,254 385,840 4.350,485 336,139 1.360,274 674,286 261,393 416,117 2.919,568 1.771,274 0 2.610,785 792,289 1.616,364
1 Unit 1 Unit 1 Unit
1.866,224 963,756 1.841,224 955,956 531,188 911,482 2.010,455 468,915 1.154,181 526,287 810,727 1.581,792 22,409 1.046,150 329,227 537,088 107,156 914,818 272,892 451,543 39.462,627
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
71
1 Unit 1 Unit
6 unit
Sebagai Sub BWP yang menjadi pusat perekonomian dalam skala regional maupun lokal, kebutuhan rencana panjang jaringan listrik induk di Sub BWP A merupakan yang terbesar di antara Sub BWP Manokwarilainnya. Total panjang jaringan listrik induk Sub BWP A adalah 39.462,62 m dengan jumlah gardu induk sebanyak 6 unit. Hasil analisis studio yang dilakukan menunjukkan bahwa panjang jaringan eksisting tersebut sudah cukup mumpuni untuk memenuhi kebutuhan listrik Sub BWP A dalam beberapa periode yang akan datang, sehingga belum diperlukan rencana penambahan jaringan baru ataupun rencana penambahan unit gardu listrik baru. Lebih lengkapnya tentang rencana panjang jaringan listrik induk dan gardu induk dapat diamati dalam Tabel 5.40. mengenai rencana panjang jaringan listrik induk pada sub BWP A. Sub BWP C memiliki panjang jaringan listrik induk eksisting sebesar 12.236,142 m. Sub blok yang dilalui jaringan induk teroanjang adalah sub blok C3-2 dengan panjang 3.339 m atau 25 % dari total panjang jarinagn di Sub BWP C, sedangkan yang terkecil adalah di sub blok C3-5 dengan panjang 728,48. Jumlah tersebut dianggap sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sub BWP C dalam beberapa periode yang akan datang sehingga penambahan jaringan induk baru belum diperlukan. Lebih lengkapnya panjang jaringan listrik induk di Sub BWP C dapat diperhatikan dalam Tabel 5.42. pada Tabel 5.42. dapat dilihat bahwa Sub BWP C tidak direncanakan untuk penambahan jaringan listrik baru. Saha halnya dengan Sub BWP A. Fungsi Sub Blok peruntukan pada Sub BWP C yang dilalui atau dilingkupi oleh jaringan listrik seperti tersaji pada Tabel 5.42. merupakan zona perumahan dan zona campuran. Jenis kedua zona ini sangat potensial sebagai pengguna listrik. Kawasan hunian seperti pada Subblok C yang terlingkupi oleh jaringan listrik sangat besar kemungkinannya untuk berkembang sehingga kondisi jaringan listrik yang ada harus ditambahkan. Apabila tidak diperhatikan sejak dini, bisa jadi akan mengganggu kestabilan jaringan kelistrikan pada wilayah disekitarnya. dalam jangka waktu 5 sampai dengan 20 tahun mendatang Tabel 3.28. Rencana Panjang Jaringan Listrik Induk pada Sub BWP C Sub Sub BLOK Kode BWP Blok
C2 C C3
C2-1 C2-4 C2-5 C2-6 C2-8 C3-1 C3-2 C3-4 C3-5
R-5 R-4 R-5 R-4 C-1 R-5 R-5 R-5 R-5
Fungsi
Rumah Kepadatan Sangat Rendah Rumah Kepadatan Rendah Rumah Kepadatan Sangat Rendah Rumah Kepadatan Rendah Perumahan dan Perdagangan/Jasa Rumah Kepadatan Sangat Rendah Rumah Kepadatan Sangat Rendah Rumah Kepadatan Sangat Rendah Rumah Kepadatan Sangat Rendah Total
Panjang Jaringan Listrik Induk Eksisting (m) 253,193 714,407 1.934,414 137,002 2.211,705 1.108,710 3.339,481 1.808,754 728,476 12.236,142
Sumber: Analisis Studio, 2012 STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
72
3.4.2.4. Jaringan Air Bersih Air bersih termasuk salah satu kebutuhan vital bagi keberlangsungan kehidupan. Tersedianya air bersih termasuk ke dalam satu tujuan dari MDG (Milllenium Developments Goal) yang ditetapkan oleh PBB. Hingga saat ini penyediaan air bersih belum menjadi masalah yang mendesak bagi BWP Manokwari. Masih tersedianya kawasan resapan air yang cukup membuat ketersediaan air baku bagi masyarakat perkotaan dapat terpenuhi dengan cukup baik. Hanya saja semakin meningkatnya jumlah penduduk tentu saja semakin meningkatkan kebutuhan terhadap air baku. Berdasarkan analisis yang dilakukan menggunakan standar Dirjen Cipta Karya (2003), rumah tangga BWP Manokwari membutuhkan pasokan air bersih sebesar 3.606.460,00 l/hari pada tahun 2012. Kebutuhan tersebut semakin meningkat setiap periodenya karena asumsi yang digunakan adalah pertumbuhan jumlah KK. Pada tahun 2017, kebutuhan pasokan air bersih adalah sebesar 4.920.760 l/hari, dan mencapai puncaknya pada tahun 2032 sebesar 12.861.290 l/hari. Sub BWP dengan kebutuhan terbesar adalah Sub BWP A.sedangkan Sub BWP E merupakan Sub BWP dengan kebutuhan pasokan air bersih paling kecil di antara Sub BWP lainnya. Perhitungan juga dilakukan terhadap kebutuhan air untuk fasilitas lingkungan dan juga cadangan untuk persediaan pemadam kebakaran. Sebagian wilayah kota yang memiliki kepadatan tinggi cukup rawan kebakaran sehingga persiapan dan antisipasi air untuk kebakaran perlu juga dimasukkan dalam asumsi kebutuhan total air bersih. Pemenuhan kebutuhan air yang semakin meningkat tersebut merupakan sebuah tantangan bagi PDAM dan segenap instansi pemerintahan Manokwari untuk menyediakan sumber air air baku yang cukup dan juga pendisribusian yang merata. Tabel 3.29. menyajikan perhitungan kondisi ideal kebutuhan air bersih di BWP Manokwari tahun 2012. Perhitungan detail kebutuhan masing masing sub BWP dalam periode 5 tahunan dapat dicermati dalam Tabel 3.29. sampai denganTabel 3.30.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
73
Fasilitas sosial, komersial dan industri (L/hari)
Kebutuha n seluruh kawasan (L/hari)
Kebocor an 30 % dari kebutuha n seluruh perencan aan (L/hari)
647.205,0 0 142.467,0 0 204.048,0 0 300.690,0 0 196.404,0 0
2.804.555, 00 617.357,0 0 884.208,0 0 1.302.990, 00 851.084,0 0
841.366,5 0 185.207,1 0 265.262,4 0 390.897,0 0 255.325,2 0
Cadanga n kebakara n 10 % dari kebutuha n seluruh kawasan (L/hari) 280.455,5 0
Total kebutuha n seluruh kawasan (L/hari)
Kebutuha Kebutuhan Air n Air Rata Rata Setiap Pada Jam Hari (L/detik) Puncak (L/detik)
3.926.377, 00
61.735,70
864.299,80 1.237.891, 20 1.824.186, 00 1.191.517, 60
45,4 4 10,0 0 14,3 3 21,1 1 13,7 9
Kebutu han Sambun gan Rumah (Unit)
Kebutuh an Hidran Umum (Unit)
79,53
10.614
133
17,51
2.337
29
25,07
3.348
42
36,95
4.930
62
24,13
3.223
40
Bagian Wilayah
KK 2012
Penduduk 2012
Kebutuha n rumah tangga (L/hari)
Sub BWP A
16595
66340
2.157.350,0 0
A1
3653
14605
474.890,00
A2
5232
20922
680.160,00
A3
7710
30813
1.002.300,0 0
Sub BWP C
5036
20142
654.680,00
C1
7
28
910,00
273,00
1.183,00
354,90
118,30
1.656,20
0,02
0,03
4
0
C2
3116
12464
405.080,00
121.524,0 0
526.604,0 0
157.981,2 0
52.660,40
737.245,60
8,53
14,93
1.994
25
C3
1913
7650
248.690,00
74.607,00
323.297,0 0
96.989,10
32.329,70
452.615,80
5,24
9,17
1.224
15
88.420,80 130.299,0 0 85.108,40
Sumber: Analisis Studio, 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
74
Bagian Wilayah
KK 2017
Pendud uk 2017
Sub BWP A
23.50 1
93.969
A1
5.174
20.691
A2
7.410 10.91 7
29.632
A3 Sub BWP B B1 B2 B3 B4 Sub BWP C C1 C2 C3
2.851
43.646 11.385
955
3.816
438
1.745
1.284 174
5.131 693
7.135 10
28.533 40
4.416
17.658
2.709
10.835
Tabel 3.30 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih di BWP Manokwari Tahun 2017 Cadanga Kebocora n Kebutuh Fasilitas n 30 % pemadam Kebutuh Kebutuh Total an Air sosial, dari kebakara an an kebutuha Rata komersi kebutuhan n 10 % rumah seluruh n seluruh Rata al dan seluruh dari tangga kawasan kawasan Setiap industri perencana kebutuha (L/hari) (L/hari) (L/hari) Hari (L/hari) an n seluruh (L/detik) (L/hari) kawasan (L/hari) 1.191.500, 397.166,9 5.560.336, 3.055.130 916.539 3.971.669 70 0 60 64,36 1.224.168, 672.620 201.786 874.406 262.321,80 87.440,60 40 14,17 125.229,0 1.753.206, 963.300 288.990 1.252.290 375.687,00 0 00 20,29 184.497,3 2.582.962, 1.419.210 425.763 1.844.973 553.491,90 0 20 29,90 674.546,6 370.630 111.189 481.819 144.545,70 48.181,90 0 7,81 225.953,0 124.150 37.245 161.395 48.418,50 16.139,50 0 2,62 103.630,8 56.940 17.082 74.022 22.206,60 7.402,20 0 1,20 303.794,4 166.920 50.076 216.996 65.098,80 21.699,60 0 3,52 22.620 6.786 29.406 8.821,80 2.940,60 41.168,40 0,48 120.581,5 1.688.141, 927.550 278.265 1.205.815 361.744,50 0 00 19,54 1.300 390 1.690 507,00 169,00 2.366,00 0,03 1.044.825, 574.080 172.224 746.304 223.891,20 74.630,40 60 12,09 640.949,4 352.170 105.651 457.821 137.346,30 45.782,10 0 7,42
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
75
Kebutuha n Air Pada Jam Puncak (L/detik)
Kebutuh an Sambun gan Rumah (Unit)
Kebutuh an Hidran Umum (Unit)
112,62
15.035
188
24,80
3.311
41
35,51
4.741
59
52,32
6.983
87
13,66
1.822
23
4,58
611
8
2,10
279
3
6,15 0,83
821 111
10 1
34,19 0,05
4.565
57 6
0
21,16
2.825
35
12,98
1.734
22
Fasilitas sosial, komersi al dan industri (L/hari)
Kebutuh an seluruh kawasan (L/hari)
Kebocora n 30 % dari kebutuhan seluruh perencana an (L/hari)
Cadanga n pemadam kebakara n 10 % dari kebutuha n seluruh kawasan (L/hari)
Bagian Wilayah
KK 2017
Pendud uk 2017
Kebutuh an rumah tangga (L/hari)
Sub BWP D D1
4.196 90
16.782 359
545.480 11.700
163.644 3.510
709.124 15.210
212.737,20 4.563,00
70.912,40 1.521,00
2.440
9.763
317.200
95.160
412.360
123.708,00
41.236,00
1.666
6.660
216.580
64.974
281.554
84.466,20
28.155,40
992.773,6 0 21.294,00 577.304,0 0 394.175,6 0
169 674 78 311 0 0 91 363 37.85 Total 151.343 2 Sumber: Analisis Studio, 2012
21.970 10.140 0 11.830
6.591 3.042 0 3.549 1.476.22 8
28.561 13.182 0 15.379
8.568,30 3.954,60 0,00 4.613,70 1.919.096, 40
2.856,10 1.318,20 0,00 1.537,90 639.698,8 0
39.985,40 18.454,80 0,00 21.530,60 8.955.783, 20
D2 D3 Sub BWP E E1 E2 E3
4.920.760
6.396.988
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
76
Total kebutuha n seluruh kawasan (L/hari)
Kebutuh an Air Rata Rata Setiap Hari (L/detik)
Kebutuha n Air Pada Jam Puncak (L/detik)
Kebutuh an Sambun gan Rumah (Unit)
11,49 0,25
20,11 0,43
2.685 57
6,68
11,69
1.562
20
4,56
7,98
1.066
13
0,46 0,21 0,00 0,25
0,81 0,37 0,00 0,44
103,65
181,40
108
Kebutuh an Hidran Umum (Unit)
34 1
1 50 0 58
24.215
1 0 1 303
Kebutuhan penyediaan air bersih bagi setiap BWP tentunya harus sejalan dengan ketersedian jaringan distribusi yang merata terhadap semua rumah tangga yang membutuhkan. Analisis rencana pengembangan jaringan perpipaan air bersih manokwari dilakukan menggunakan data jaringan perpipaan air bersih BWP Manokwari dokumen RDTR dan Peraturan Zonasi tahun 2009 yang lalu. Jaringan perpipaan yang dimaksud dalam analisis rencana pengembangan adalah pipa induk yang distribusi air menuju pipa sambungan rumah yang dimiliki oleh konsumen. Data tersebut kemudian diperbarui dengan mempertimbangkan perubahan fungsi kawasan dan arah perkembangan BWP Manokwari ke depannya. Masing-masing Sub BWP memiliki kebutuhan yang berbeda untuk ketersediaan air bersih. Beberapa hal yang mempengaruhinya adalah sebagai berikut : 1. Jumlah penduduk yang dilayani 2. Keragaman fungsi kawasan (subblok peruntukan) pada masing-masing Sub BWP 3. Keberadaan sumber air Seperti telah diuraikan sebelumnyajaringan perpipaan diperlukan untuk mendistribusikan air bersih untuk penduduk. Jaringan perpipaan yang ada di BWP Manokwari pada bahasan ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu, jaringan pipa eksisting atau jaringan yang sudah ada hingga saat ini, dan rencana pengembangan atau penambahan jaringan pipa, yang dimaksudkan untuk mendistribusikan air bersih kepada lokasi kawasan yang belum terlingkupi jaringan perpipaan eksisting. Hingga akhir masa perencanaan atau 20 tahun ke depan diperkirakan akan semakin banyak kawasan pada BWP Manokwari yang berkembang, sehingga jaringan perpipaan yang ada tidak akan cukup lagi melayani kebutuhan penyediaan air bersih seluruh BWP Manokwari. Maka dari itu perlu penambahan jaringan yang diarahkan untuk mencakup area layan baru. Selain daripada itu fungsi subzona saat ini telah mengalami perkembangan yang cukup signifikan apabila dibandingkan dengan zonsi sebelumnya. Sehingga jaringan perpipaan baru dibutuhkan untuk menyediakan air bersih bagi penduduk beserta kegiatan atau aktivitasnya. Substansi berikut akan menjelaskan mengenai rencana pengembangan atau penambahan jaringan perpipaan baru pada Sub BWP Manokwari yang disajikan pada tabel-tabel untuk masing-masing Sub BWP (Tabel 3.30 sampai dengan Tabel 3.34.) dan untuk melengkapi pembahasan mengenai jaringan air bersih dan perpipaan di BWP Manokwari disajikan mengenai sebaran spasial rencana pengembangan jaringan air bersih yang diwujudkan melalui jaringan perpipaan pada Gambar 5.8. tentang Peta Rencana Pengembangan Jaringan Air Bersih. Sub BWP Asebagai kawasan pusat perekonomian Kota Manokwari saat ini dialui oleh jaringan perpipaan sepanjang 20.951,76 m dengan 1 unit reservoar yang terletak di sub blok A1-2 Reremi dengan fungsi sub blok sebagai kawasan perumahan kedapatan rendah. Jaringan perpipaan tersebut melewati 3 blok dan 43 sub blok di Sub BWP A. Sub blok dengan panjang pipa terbesar adalah sub blok A2-7 yang berfungsi sebagai kawasan perkatoran, perdagangan dan jasa, sedangkan sub blok STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
77
dengan jaringan perpipaan terkecil adalah sub blok A3-11 dengan fungsi sebagai kawasan pertahanan dan keamanan. Seiring dengan semakin besarnya kebutuhan air bersih di kawasan perkotaan, di Sub BWP A diperlukan tambahan jaringan perpipaan baru sepanjang 18.519,87 m dan juga satu tambahan reservor baru yang direncanakan terletak di Sub Blok A2-9. Rencana pembangunan jaringan perpipaan baru tersebut diharapkan dapat meningkatkan panjang jaringan yang telah ada mencapai 100% dibandingkan dengan kondisi saat ini, sehingga kebutuhan terhadap air bersih di beberapa periode waktu yang akan datang dapat terpenuhi dengan baik. Tabel 3.31 Rencana Pengembangan Jaringan Perpipaan Air Bersih Sub BWP A
BLOK
A1
A1-1
C-2
Perumahan dan Perkantoran
418,78
Rencana Penambah an Panjang Jaringan Perpipaan Baru (m) 406.05
A1-2
R-4
Rumah Kepadatan Rendah
521,18
1.656.08
A1-3 A1-4 A1-5 A2-1 A2-2 A2-3 A2-4 A2-5
SPU-1 KT-1 RTH KH-1 K-1 KT-1 SPU-3 R-4
531,73 253,26
1.130.52 132.58 4.350.49 129.15 14.93
A2-6
C-3
A2-7
SPU-1
Pendidikan Pemerintahan Ruang Terbuka Hijau Pertahanan dan Keamanan Perdagangan / Jasa Tunggal Pemerintahan Kesehatan Rumah Kepadatan Rendah Perkantoran dan Perdagangan / Jasa Pendidikan
Sub Blok
Kode
Fungsi
Panjang Jaringan Perpipaan Air Bersih Eksisting (m)
206,99 1.345,34 674,29 261,39 416,11
A3
SPU-1
Pendidikan
A2-11 A2-12
SPU-2 C-2
A2-14
R-5
A2-15 A2-17 A3-1 A3-3
RTH SC R-4 C-2
A3-4
C-3
A3-5 A3-6 A3-7
KT-1 KT-1 PL-3
A3-8
R-5
A3-9 A3-10 A3-11 A3-13
K-1 R-4 KH-1 KH-1
Transportasi Perumahan dan Perkantoran Rumah Kepadatan Sangat Rendah Ruang Terbuka Hijau Suaka Alam dan Cagar Budaya Rumah Kepadatan Rendah Perumahan dan Perkantoran Perkantoran dan Perdagangan / Jasa Pemerintahan Pemerintahan Kawasan Pariwisata Rumah Kepadatan Sangat Rendah Perdagangan / Jasa Tunggal Rumah Kepadatan Rendah Pertahanan dan Keamanan Pertahanan dan Keamanan
Reservoir Air Reremi
0.01
2.919,57 1.771.27
A2 A2-9
Keberadaan Reservoar Air Bersih (1 unit)
2.610.78 777,36
14.93 1.616.36 1.866.22 963.76 1.841.22
955,96 531,19 908,14
3.34
2.010,45 468,91 1.154,18 526,29 810,73 1.581,79 22,41 1.046,15
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
78
Rencana Pembanguna n Reservoar Baru
BLOK
Sub Blok
A3-14 A3-15 A3-18 A3-19 A3-20 A3-21
Kode
R-4 R-4 PL-3 K-1 K-1 KH-1
Fungsi
Rumah Kepadatan Rendah Rumah Kepadatan Rendah Kawasan Pariwisata Perdagangan / Jasa Tunggal Perdagangan / Jasa Tunggal Pertahanan dan Keamanan Total
Panjang Jaringan Perpipaan Air Bersih Eksisting (m) 327,64 537,09 107,16 914,82 271,31 451,54 20.951,76
Rencana Penambah an Panjang Jaringan Perpipaan Baru (m) 1.59
Keberadaan Reservoar Air Bersih (1 unit)
1.59 18.510,87
2 Unit
Sub BWP C dilewati oleh perpipaan distribusi air bersih sepanjang 3.605,5 m yang melewati 2 blok dan 6 sub blok. Umumnya sub blok yang dilewati oleh jaringan perpipaan tersebut merupakan sub blok yang berfungsi sebagai kawasan permukiman. Berdasarkan analisis, jumlah tersebut masih jauh dari kondisi ideal untuk pemenuhan kebutuhan Sub BWP C. Dalam beberapa periode waktu ke depannya, rencana pengembangan dilakukan dengan peningkatan panjang jaringan perpipaan hampir 3 kali lipat dari jumlah yang ada saat ini, dengan panjang mencai 8.630,64 dengan tambahan perpipaan di 3 sub-blok baru, yaitu sub blok C2-6 (fungsi rumahh kepadatan rendah) sepanjang 137 m, sub blok C2-8 (fungsi perumahan perdagangan dan jasa sepanjang 2.221,70 m, serta sub blok C3-1 (fungsi rumah kepadatan sangat rendah) sepanjang 1.108,71 m. Lebih lengkapnya tentang rencana pengembangan jaringan perpipaan air bersih di Sub BWP C dapat diperhatikan dalam Tabel 3.32 berikut : Tabel 3.32 Rencana Pengembangan Jaringan Perpipaan Air Bersih Sub BWP C
BLOK
C2
C3
Sub Blok
Kode
C2-1 C2-4 C2-5 C2-6 C2-8 C3-1 C3-2 C3-4 C3-5
R-5 R-4 R-5 R-4 C-1 R-5 R-5 R-5 R-5
Fungsi
Rumah Kepadatan Sangat Rendah Rumah Kepadatan Rendah Rumah Kepadatan Sangat Rendah Rumah Kepadatan Rendah Perumahan dan Perdagangan/Jasa Rumah Kepadatan Sangat Rendah Rumah Kepadatan Sangat Rendah Rumah Kepadatan Sangat Rendah Rumah Kepadatan Sangat Rendah Total
Panjang Jaringan Perpipaan Air Bersih Eksisting (m) 252,03 714,41 1.231,95
592,60 110,96 703,55 3.605,5
Rencana Penambahan Panjang Jaringan Perpipaan Baru (m) 1,16 702,47 137,00 2.211,70 1.108,71 2.746,88 1.697,80 24,92 8.630,64
Sumber: Analisis Studio, 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
79
Keberadaan Reservoar Air Bersih (1 unit)
PDAM
1 Unit
3.4.2.5. Jaringan drainase Pengembangan drainase bertujuan untuk mengalirkan air hujan sedemikian rupa sehingga tidak lagi menimbulkan bahaya (banjir) atau gangguan lingkungan (genangan air). Sedangkan sasaran jangka panjangnya adalah untuk menetapkan suatu jaringan drainase yang terpadu, yang praktis
dioperasikan
dan
dipelihara,
mengurangi
bahaya
banjir
dan
genangan
air,
menjaga/menciptakan kondisi lingkungan yang baik.Rencana bentuk sistem drainase berupa: saluran drainase, sumur peresapan air hujan (SPAH), dan kolam retensi. Rencana saluran drainase sebagian besar mengikuti jaringan jalan yang ada, rencana SPAH tersebar mengikuti distribusi permukiman, sedangkan rencana kolam retensi menggunakan kolam/dam eksisting. Kolam retensi berfungsi sebagai penampung sementara dari limpasan (over land flow) di sekitarnya. Masalah yang sering muncul dalam jaringan drainase adalah adanya genangan atau run-off (aliran permukaan). Air hujan tidak dapat tertampung atau masuk ke saluran drainase karena terhambat oleh sedimen ataupun sampah. Rencana penanggulangan genangan air hujan dilakukan dengan pemeliharaan dan perbaikan saluran yang sudah ada, peningkatan saluran yang sudah ada antara lain dengan: pembuatan pasangan batu pada saluran tersebut sehingga lebih kuat dan kapasitasnya lebih besar, serta pembuatan saluran baru. Dengan demikian diharapkan akan dapat mengatasi luapan dan genangan-genangan walaupun hanya pada waktu hujan saja. Pembuangan air dari saluran drainase direncanakan ke sungai-sungai yang ada, seperti keadaan drainase yang telah ada pada saat ini. Hal ini dimungkinkan karena tinggi muka air sungai tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan muka air tanah di sekitarnya.Jaringan drainase direncanakan menurut hirarkhi yang berbeda. Jaringan tersebut hendaknya terdiri dari elemen-elemen sebagai berikut: a) Saluran tersier, mengalirkan air hujan dari masing-masing rumah tangga ke saluran sekunder sedemikian rupa sehingga air hujan tersebut tidak lagi menimbulkan gangguan atau bahaya.Biasanya saluran tersebut dibiayai, dilaksanakan, dioperasikan dan dipelihara oleh masing-masing rumah tangga atau warga lingkungan setempat. b) Saluran sekunder, mengalirkan air hujan dari saluran tersier ke saluran primer. Saluran tersebut melayani beberapa kelompok perumahan. Biasanya saluran tersebut direncana, didesain, dibiayai,dilaksanakan, dioperasikan dan dipelihara oleh Pemda Kota/Kota. c) Saluran primer, mengalirkan air hujan dari beberapa saluran cabang. Saluran tersebut melintasi batas administrasi. Biasanya saluran tersebut direncana, didesain, dilaksanakan, dioperasikan dan dipelihara oleh Pemerintah Provinsi. Mengingat menurunnya kapasitas air tanah dan kebijakan untuk melindungi sumber-sumber air tanah, sebaiknya tidak semua air hujan dialirkan ke sungai. Sebanyak mungkin air hujan tersebut dialirkan ke sumur peresapan. Sumur-sumur peresapan tersebut sebaiknya dibangun di wilayah permukiman untuk mengimbangi jumlah permukaan kedap air yang semakin meningkat. STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
80
Keberadaan jaringan drainase di BWP Manokwari cukup diperlukan. Kontur sebagian besar wilayah terbangun yang berada di kemiringan lereng yang cukup besar menyebabkan aliran run off air perlu diatur agar tidak menimbulkan potensi terkikisnya tanah yang dapat menyebabkan longsor. Selain itu jaringan drainase yang teletak di bahu kiri dan kanan jalan juga berpengaruh terhadap meningkatnya umur pemakaian jalan, karena run-off yang memenuhi badan jalan berpotensi mengikis permukaan aspal. Analisis rencana pengembangan jaringan drainase BWP Manokwari dilakukan dengan menggunakan data jaringan drainase yang terdapat di dokumen RDTR dan Peraturan Zonasi 2009, yang kemudian diperbarui dan disesuaikan dengan kondisi perkembangan kawasan kota dan perubahan fungsi peruntukan. Sub BWP A merupakan kawasan yang terletak di kawasan yang relatif landai sehingga menjadi pusat kawasan perkotaan manokwari. Berdasarkan analisis kebutuhan jaringan drainase yang dilakukan Sub BWP A membutuhkan 1.509,14 m jaringan drainase primer yang melewati 9 sub blok. besar jaringan drainase primer tersebut saat ini berfungsi sebagai sungai / kali yang berukuran cukup besar dan alirannya menuju ke arah laut. Sedangkan jaringan drainase sekunder yang dibutuhkan oleh Sub BWP A adalah sebesar 39.562,06 m yang melewati 39 sub blok. Berdasarkan observasi dan pengamatan lapangan, sebagian jaringan drainase sekunder tersebut saat ini telah terbangun dengan konstruksi permanen, sedangkan sebagian masih berupa saluran kecil dengan konstruksi yang belum permanen. Keterbatasan data pendukung dari instansi terkait membuat perbandingan antara drainase sekunder yang telah dimiliki dan rencana kebutuhan jaringan yang dianalisis belum dapat dibandingkan. Lebih lengkapnya tentang kebutuhan pengembangan jaringan drainase di Sub BWP A dapat diperhatikan dalam Tabel 3.41. berikut :
Tabel 3.41. Rencana Pengembangan Jaringan Drainase Sub BWP A
BLOK
A1
A2
Sub Blok
Kode
Fungsi
Rencana
Rencana
Panjang
Panjang
Drainase
Drainase
Primer
Sekunder
(m)
(m)
A1-1
C-2
Perumahan dan Perkantoran
824,835
A1-2
R-4
Rumah Kepadatan Rendah
2.177,254
A1-3
SPU-1 Pendidikan
1.662,254
A1-4
KT-1
Pemerintahan
385,840
A1-5
RTH
Ruang Terbuka Hijau
4.350,485
A2-1
KH-1
Pertahanan dan Keamanan
336,139
A2-2
K-1
Perdagangan / Jasa Tunggal
1.360,274
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
81
BLOK
A3
Sub Blok
Kode
Fungsi
Rencana
Rencana
Panjang
Panjang
Drainase
Drainase
Primer
Sekunder
(m)
(m)
A2-3
KT-1
Pemerintahan
674,286
A2-4
SPU-3 Kesehatan
261,393
A2-5
R-4
Rumah Kepadatan Rendah
416,117
A2-6
C-3
Perkantoran dan Perdagangan / Jasa
2.919,568
A2-7
SPU-1 Pendidikan
1.771,274
A2-9
SPU-1 Pendidikan
2.610,785
A2-11 SPU-2 Transportasi
69,301
792,289
A2-12 C-2
Perumahan dan Perkantoran
15,843
1.616,364
A2-14 R-5
Rumah Kepadatan Sangat Rendah
1.866,224
A2-15 RTH
Ruang Terbuka Hijau
963,756
A2-17 SC
Suaka Alam dan Cagar Budaya
1.841,224
A3-1
R-4
Rumah Kepadatan Rendah
A3-3
C-2
Perumahan dan Perkantoran
531,188
A3-4
C-3
Perkantoran dan Perdagangan / Jasa
911,482
A3-5
KT-1
Pemerintahan
2.010,455
A3-6
KT-1
Pemerintahan
468,915
A3-7
PL-3
Kawasan Pariwisata
A3-8
R-5
Rumah Kepadatan Sangat Rendah
A3-9
K-1
Perdagangan / Jasa Tunggal
603,474
371,413
955,956
1.253,611 526,287
54,502
810,727
A3-10 R-4
Rumah Kepadatan Rendah
1.581,792
A3-11 KH-1
Pertahanan dan Keamanan
22,409
A3-13 KH-1
Pertahanan dan Keamanan
1.046,150
A3-14 R-4
Rumah Kepadatan Rendah
329,227
A3-15 R-4
Rumah Kepadatan Rendah
537,088
A3-18 PL-3
Kawasan Pariwisata
229,917
107,156
A3-19 K-1
Perdagangan / Jasa Tunggal
113,226
914,818
A3-20 K-1
Perdagangan / Jasa Tunggal
111,819
272,892
A3-21 KH-1
Pertahanan dan Keamanan
A3-22 RTH
Ruang Terbuka Hijau
Total
451,543 20,648 1.590,14
39.562,06
Sumber: Analisis Studio, 2012 STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
82
Peruntukan lahan terbangun Sub BWP C yang didomunasi oleh kawasan permukiman membutuhkan drainse primer sepanjang 877,168 m yang melalui 3 sub blok. Hampir seluruh kebutuhan drainase primer tersebut telah terpenuhi dengan keberadaan sungai rendani dan sungai wosi. Sungai Rendani melewati sub blok C3-1 (fungsi rumah kepadatan sangat rendah) sepanjang 178,47 m dan sub blok C3-2 (fungsi rumah kepadatan sangat rendah) sepanjang 325,84 m. Sungai Wosi yang bermuara di Teluk Wosi melewati sub blok C3-5 (fungsi rumah kepadatan sangat rendah) sepanjang 372,85 m. Selain drainase primer, sub BWP C juga membutuhkan saluran drainase primer sepanjang 12.477,15 m yang melewati 9 sub blok. Berdasarkan pengamatan terhadap citra satelit maupun observasi lapangan, sebagian saluran drainase sekunder yang direncanakan dapat ditemukan keberadaannya saat ini, namun sebagian lagi belum terdapat di lapangan (belum terbangun). Lebih jelasnya tentang rencana pengembangan jaringan drainase Sub BWP C dapat diperhatikan dalam Tabel 5.67.
Tabel 5.67. Rencana Pengembangan Jaringan Drainase Sub BWP C Rencana Rencana Panjang Panjang Sub BLOK Kode Fungsi Drainase Drainase Blok Primer Sekunder (m) (m) C2-1 R-5 Rumah Kepadatan Sangat Rendah 253,193 C2-4 R-4 Rumah Kepadatan Rendah 714,407 C2 C2-5 R-5 Rumah Kepadatan Sangat Rendah 1.934,414 C2-6 R-4 Rumah Kepadatan Rendah 137,002 C2-8 C-1 Perumahan dan Perdagangan/Jasa 2.211,705 C3-1 R-5 Rumah Kepadatan Sangat Rendah 178,466 1.108,710 C3-2 R-5 Rumah Kepadatan Sangat Rendah 325,840 3.580,487 C3 C3-4 R-5 Rumah Kepadatan Sangat Rendah 1.808,754 C3-5 R-5 Rumah Kepadatan Sangat Rendah 372,849 728,476 877,168 12.477,148 Total Sumber: Analisis Studio, 2012 3.4.2.6. Jaringan persampahan Armada dan sarana pengangkutan yang dimiliki oleh DPU cukup terbatas sehingga pelayanan tidak dapat mencakup seluruh kawasan. Hanya beberapa titik penting yang sampahnya diangkut oleh armada pengangkut sampah untuk kemudian diolah di TPA. Sebagian besar penduduk mengelola sampah secara mandiri dengan cara membakar di pekarangan rumah. Padahal sampah plastik merupakan sampah yang sangat sulit untuk terurai dan cenderung berbahaya bagi lingkungan terutama untuk kesuburan tanah. Lebih lengkapnya tentang kondisi
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
83
eksisting pengelolaan sampah di Kota Manokwari dapat diperhatikan dengan jelas dalam Tabel 5.70. dan 3.42. berikut :
Tabel 3.42. Gambaran Umum Pengelolaan Sampah Eksisting Tahun 2009 dan yang Direncanakan Hingga Tahun 2019 di BWP Manokwari 2009
2019
Uraian Besaran
Satuan Besaran
Jumlah penduduk
261.907
(Jiwa)
Jumlah timbunan sampah
654,77
(m3/hari) 654,77
(m3/hari)
Sampah terangkut (P2L Dinas PU)
55,08
(m3/hari) 173,62
(m3/hari)
Penduduk terlayani
8,41
%
%
599.69
(m3/hari) 520,85
Pengelolaan sampah LDUS
0
%
52,08
Produksi kompos
0
%
10,42
Sisa
sampah
tertinggal
setempat)
(sistem
277.785
25,0
Satuan (Jiwa)
(m3/hari) 30%
sampah
terangkut ton/hari
Sumber : Laporan Akhir Perencanaan Sistem Penanganan Sampah Kota Manokwari
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
84
Tabel 3.43. Kondisi Pengelolaan Sampah di BWP Manokwari Uraian Gambaran Umum Jumlah penduduk Jumlah anggota per KK Cakupan sampah Jumlah Penduduk Terlayani % Penduduk terlayani, terdiri atas:
261.907 2,34
(Jiwa) (jiwa/KK)
22.026 8,41
2,5 654,77
(jiwa) (%) (% penduduk terlayani) (% penduduk terlayani) (% penduduk terlayani) (% penduduk terlayani) (liter/jiwa/hari) (m3/hari)
6 6 -
(m3/hari) (m3/hari) (Km)
80,777
(Km)
-
(% panjang jalan) (Unit)
- TPS
13,62
- Contaimer jalan
6,81
- Langsung diangkut Truck
79,57
- Transfer depo/contaimer
-
Produksi Sampah (standar) Total Produksi sampah Sampah yang terkumpul Dump Truck Arm roll truck/contaimer jalan Pelayanan Penyapuan Jalan Kota Panjang jalan aspal (kolektor sekunder 9,261 Km, kolektor primer 41,769 Km dan arteri primer 29,747) - Pelayanan Penyapuan Jalan - Cakupan Penyapuan Jalan - Becak (1,0m3, 2 rit/hari) Pengumpulan Sampah Kota - Gerobak (1,0 m3, 2 rit/hari - TPS 3 m3, 2 rit/minggu - Dump truck (6 m3/hari ) - Armroll truck (5 m3/hari ) - Pick up (5 m3/hari ) - Contaimer jalan (6 m3) - Tranfer depo (6.30m3) * sebagai TPS * sebagai TD Tempat Pemrosesan Akhir - Bulldozer 70 hp
Satuan
Besaran
4 6 5 1 5 (di lokasi) -
1 1
(Unit) (Unit) (Unit) (Unit) (Unit) (Unit) 3
(Unit) (Unit) (Unit) (Unit) (Unit)
3.4.3. Perkembangan Sarana Dan Prasarana Kota Manokwari. sarana dan prasarana merupakan salah satu kebutuhan dasar yang menjadi factor perkembangan di Kota Manokwari. dengan terpenuhinya sarana dan prasarana tersebut, sudah dapat di ambil tolak ukur sejauh mana hirarki ataupun tingkatan perkembangan kota tersebut. Sebagai daerah central business district yang memiliki skala pelayanan regional dan juga provinsi. Untuk sarana pendidikan seperti TK,SD,SMP,SMA sudah dapat memenuhi kebutuhan pendidikan untuk tahun ini. Namun perencanaan harus dilakukan dalam rangka pemenuhan kebutuhan yang akan datang. Sarana kesehatan yang saat ini STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
85
terdapat di Kota Manokwari juga sudah memenuhi kebutuhan dasar, dengan 3 buah RSUD, di lengkapi dengan tenaga kesehatan dan fasilitas yang memadai. Peningkatan perlu dilakukan terhadap sarana air bersih di Kota Manokwari, dalam hal pemeliharaan, dan juga pergantian pipa-pipa lama yang sudah rusak termakan usia. Ketersediaan air tanah di daerah ini masih acukuo banyak mengingat masih terdapat area hutan konservasi yang menjadi sumber resapan. Fasilitas listrik yang ada saat ini sudah cukup untuk memenuhi standar. Dibutuhkan kinerja yang baik dari para tenaga kerja di bidang tersebut dalam hal pengawasan serta pemeliharan fasilitas kelistrikan didaerah tersebut, serta partisipasi masyarakat dalam hal pembayaran rekening listrik. Sarana prasarana perdagangan yang merupakan penunjang bagi pertumbuhan ekonomi di Kota Manokwari sendiri masih perlu pembenahan lebih banyak oleh pemerintah setempat. Terlihat tingkat ketersediaan sarana yang pada saat ini sudah mulai berkurang, sehingga area pasar tradisional yang ada saat ini terlihat kumuh, dan berbecek pada saat hujan. Selain itu salah satu penunjang peningkatan perekonomian di Kota Manokwari juga dapat dilihat dari ketersediaan sarana prasarana transportasi. Ketersediaan sarana persampahan diKota Manokwari, masih terlihat kurang. Kebanyakan sistem pengelolaan sampah yang dilakukan di sini adalah secara perorangan. Yakni dengan membuang ataupun membakar sendiri sampah, ataupun dengan pembuatan lubang di tanah dan dikubur. Kelayakan TPS di Kota Manokwari perlu dilakukan peningkatan dalam hal pemeliharaan sarana yang sudah rusak termakan usia. Selain itu sebagai kota yang memiliki latar belakang historis, sarana peribadatan di Kota Manokwari lebih didominasi oleh pemeluk agama Kristen. Pada saat ini sarana yang menjadi kebutuhan sudah cukup memadai, dan juga tersedia.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
86
3.5.
Analisis Tata Ruang Kota perkembangan Kota Manokwari mengalami perubahan dalam hal peningkatan jumlah penduduk serta jumlah infrastruktur sarana prasarana yang mempengaruhi struktur ruang sehingga dibutuhkan analisia mengenai ketersediaan fasilitas yang sudah ada, serta melakukan pengaturan serta penataan agar pemerataan pembangunan dapat berjalan dengan baik. Analisis tata ruang Kota Manokwari yang terdapat di dalam RTRW mengatur sistem penataan yang sesuai dengan kawasan-kawasan tertentu yang di di peruntukan di dalam suatu kota. Kawasan yang terdapat di Kota Manokwari adalah sebagai berikut ; Kawasan pemukiman Kawasan perkantoran Kawasan perdagangan dan jasa Kawasan pariwisata Kawasan konservasi Pemukiman di Kota Manokwari pada saat ini terbilang sudah cukup padat, pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun semakin meningkat. Selain dipenuhi oleh penduduk dari dalam daerah sendiri, pengaruh migrasi juga menjadi salah satu penyebab peningkatan penduduk. Kawasan perkantoran yang terdapat di Kota Manokwari, pada saat ini di arahkan pembangunannya diluar kota yaitu di arfai. Kawasan perdagangan dan jasa di Kota Manokwari pada saat ini sudah cukup banyak. Hal ini menjadi salah satu pendongkrak peningkatan perokonomian di Kota Manokwari. kawasan ini banyak di penuhi oleh pengusaha dari luar daerah. Kawasan pariwisata yang di kembangkan disini berupa kawasan wisata bahari. Kawasan konservasi yang di peruntukan di daerah ini dilakukan dalam rangka menjaga kelestarian sumbar daya air tanah agar dapat mencukupi kebutuhan akan sumber air yang berkelanjutan. Fasilitas sarana prasarana yang masih peningkatan disini antara lain, fasilitas air bersih, dan juga fasilitas persampahan. Perhatian pemerintah akan pentingnya pemeliharaan fasilitas berupa pipi air yang sudah termakan usia. Selain itu penyebaran pipa air di daerah Pemukiman yang sampai saat ini belum terjangkau perlu diperhatikan. Fasilitas persampahan yang terdapat di Kota Manokwari masih memiliki kekurangan dalam penyediaan sarana TPS, di pusat kota yang sudah terlihat rusak dan perlu adanya perbaikan. STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
87
3.6.
Potensi, Kendala, Peluang, Ancaman. Adapun peluang, kendala, dan ancaman yang terdapat di Kota Manokwari dapat diuraikan sebagai berikut :
Potensi manokwari sebagai pusat pemerintahan skala regional dan provinsi menjadi daya tarik bagi para investor, akan sumber daya alam yang ada di distrik disekitar daerah perkotaan. Pusat perekonomian di Kota Manokwari Memiliki daya tarik wisata bahari dan wisata hutan konservasi. Aksesibilitas yang menghubungkan pusat kota dengan daerah daerah disekitarnya. Kendala. Banyak masalah sosial yang terjadi, mengenai hak tanah adat, Kuraangnya skil managerial yang mengakibatkan, sumber daya manusia terbatas Ketersediaan fasilitas kebersihan seperti TPS masih minim Peluang Pengembangan daerah agribisnis Pengembangan perekonomian lewat sektor kelautan Pengembangan pariwisata Pengembangan pusat pemerintahan dan perkantoran berskala provinsi Ancaman Daerah rawan bencana banjir dan tsunami Sulitnya para investor menanamkan modal, akibat masalah-masalah social yang sering terjadi.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
88
3.7.
Arahan Perencanaan Pengembangan Kota Arahan pengembangan di Kota Manokwari di lakukan berdasarkan fungsi dari kawasan tertentu, serta mengikuti pola kota yang sudah ada sebelumnya. Beberapa arahaan pengembangan BWP Manokwari adalah sebagai berikut : a. Fungsi transportasi, dalam perencanaan sistem transportasi dan lalu lintas di wilayah BWP Manokwari yang sangat menonjol adalah jangkauan dan kecepatan.
Sementara jaringan transportasi yang telah ada berfungsi untuk
menghubungkan antara kota, antar pusat kegiatan, dan antar blok lingkungan. Selain itu juga diarahkan untuk mendukung kegiatan transportasi laut dan udara. Untuk tujuan ini wilayah yang direncanakan adalah sub blok A2-11 dan A3-2. b.
Fungsi ruang terbuka hijau. Rencana pengembangan ruang terbuka hijau diarahkan pada daerah-daerah yang sebelumnya telah ditetapkan mengemban fungsi tersebut. Pada peruntukan fungsi ini juga dimungkinkan untuk pengembangan tempat rekreasi berupa taman bermain, play ground demi menjaga estetika lingkungan, iklim mikro dan meso serta pelestarian tanaman yangka dan lingkungan sekitarnya. Fungsi ini diarahkan pengembangannya pada sub blok A2-15, A2-16 dan beberapa sub blok lainnya.
c.
Arahan pengembangan fungsi perdangangan atau jasa tunggal adalah disepanjang jalan arteri primer ataupun sekunder. Tujuannya adalah melayani kebutuhan di tingkat lokal dan regional. Untuk mengantisipasi tingginya kebutuhan pengembangan jasa dan perdagangan, maka diarahkan pengembangannya secara vertikal. Pengembangan ini dapat dilakukan di sub blok A3-2, A3-4, A3-9 dan sub blok lainnya.
d.
Fungsi pertanian diarahkan pada lahan dataran yang sebelumnya telah dibudidayakan
untuk
pertanian.
Jenis
tanaman
pertanian
yang
dapat
dikembangkan adalah tanaman berkayu, padi, dan palawija. Mengingat fungsi yang ada, maka diharapkan sub blok yang diperuntukkan bagi pengembangan pertanian mampu mensuplai kebutuhan pangan penduduk BWP Manokwari. Namun tidak menutup kemungkinan sub blok di dalamnya digunakan untuk pengembangan permukiman secara terbatas. e.
Fungsi pariwisata. Untuk mendukung kegiatan pariwisata di BWP Manokwari, maka beberapa sub blok diarahkan pengembangannya sebagai kawasan pariwisata, seperti B3-2, A3-7 dan sub blok lainnya. Dengan fungsi tersebut, maka kegiatan yang mungkin dikembangkan adaah kegiatan pariwisata yang didukung oleh keberadaan objek wisata pantai pasir putih dan pasirindo dengan arah pengembangan obyek daya tarik wisata mealui penambahan infrastruktur pendukung. Selain itu juga untuk pengembangan permukiman terbatas, dimana STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
89
pola pengembangan permukiman diarahkan secara individual dan bukan berciri real estate f.
Fungsi perlindungan bawahan. Sub blok C1-1 adalah salah satu sub blok dalam BWP Manokwari yang diarahkan untuk pengembangan perlindungan bawahan. Sub blok ini luasnya mencapai 2.771,538 ha yang diharapkan mampu menjadi area serapan air, mampu menjaga iklim dalam skala meso-makro, melakukan fungsi perlindungan plasma nutfah, pelestarian tanaman langka dan fungsi lindung lainnya. Kegiatan yang dapat dikembangan pada sub blok dengan fungsi ini sangat terbatas seperti jalur dan kawasan evakuasi bencana. Sementara fungsi lainnya seperti permukiman, perkantoran, perdagangan dan jasa tidak diarahkan
g.
Fungsi suaka alam dan cagar budaya. Sebagian BWP Manokwari diarahkan untuk fungsi sebagai kawasan suaka alam, yaitu menjaga kelestarian flora dan faunan yang terdapat di dalamnya, sehingga kegiatan yang dapat berkembang terbatas pada kegiatan wisata berupa wisata hutan dan ruang terbuka hijau. Kegiatan eksplotasi berlebihan atau pembangunan di sempadan pantai tidak diijinkan karena dapat merusak ekosistem. Sub blok yang diarahkan untuk fungsi ini adalah D3-1, D3-2, D3-3, D3-4, D3-5 dan sub blok lainnya.
h.
Fungsi permukiman. Pengembangan permukiman dalam BWP Manokwari diarahkan pada pengembangan terbatas dan sangat terbatas. Hal ini berarti kepadatan yang dimungkinkan sangat tergantung pada kondisi lokal. Sub blok C2-7 diarahkan untuk fungsi permukiman berkepadatan sangat rendah, yaitu dilakukan oleh individu. Kegiatan pertanian ataupun peternakan tetap diperbolehkan dengan pengaturan jarak lokasi yang sesuai dan selaras. Sementara kegiatan perdagangan dapat dikembangkan di sepanjang jalan lingkungan secara horisontal
dengan
memperhatikan
keserasian
lingkungan.
Permukiman
berkepadatan rendah diarahkan pengembangannya ke arah utara, selatan, dan timur BWP Manokwari. Permukiman tipe ini dapat dikembangkan secara individu ataupun terorganisir melalui pengembang dengan intensitas terbatas.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
90
BAB IV
RENCANA STRUKTUR TATA RUANG DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KOTA
4.1. Rencana Pengembangan Kota 4.1.2. Rencana Struktur Pelayanan Rencana struktur pelayanan di Kota Manokwari di bagi berdasarkan fungsi kawasan yang ada. Untuk mendukung fungsi BWP Manokwari dan mencapai tujuan penataan BWP yang ditetapkan, maka dilakukan pembagian BWP kedalam beberapa bagian blok dan sub blok. Secara umum dapat dijelaskan bahwa BWP Manokwari terdiri dari lima sub bagian yang masing-masing mencerminkan fungsi pelayanan dengan memperhatikan kawasan lindung. Pada sub BWP A yang hanya meliputi sebagian kecildari wilayah BWP Manokwaridengan luas ±1.652Ha, terbagi menjadi 44 subblok peruntukan. Sub BWP A diarahkan untuk pengembangan kegiatan permukiman, perdagangan dan jasa tunggal, pariwisata, militer, ruang terbuka hijau serta pengembangan sarana prasarana umum. Sementara sub BWP E yangmeliputi sebagian besar wilayah perencanaan, terbagi ke dalam 4 subblok peruntukan saja. Pengembangannya diarahkan untuk pengembangan zona permukiman dan pertanian. Sub BWP D yang terletak di bagian timur Kota Manokwari merupakan wilayah terluas yang mencapai ±8.257Ha terbagi dalam 28 sub blok peruntukan yang meliputi permukiman, perkantoran, hutan lindung, sarana prasarana umum, ruang terbuka hijau dan kawasan militer. Secara lebih lengkap, disajikan pada Tabel 4.1. mengenai jumlah pembagian blok dan subblok serta jumlah dan jenis zona dan subzona pada masing-masing SubBWP. Sedangkan untuk mengetahui gambaran spasialnya, dapat dilihat pada Gambar 3.1. mengenai Peta SubBlok BWP Manokwari.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
91
No
Sub - BWP
1
A
2
B
3
C
4
D
5
E Total
Tabel 4.1. Pembagian Sub BWP, Blok dan Sub Blok pada BWP Manokwari Jumlah Jumlah Jumlah Zona Jumlah Subzona Blok Sub Blok Peruntukkan/Fungsi Peruntukkan/Fungsi (13 Sub Zona) (9 Zona) 3 44 C-2; C-3; K-1; KH-1; KT-1; PL-3; R-4; C; K; KH; KT; PL; R; RTH; SC; SPU R-5; RTH; SC; SPU-1; SPU-2; SPU-3 (5 Zona) (7 Sub Zona) 4 22 C; PB; PL; R; RTH; SC C-2; PB; PL-1; R-4; R-5;RTH; SC (5 zona) (6 Sub Zona) 3 15 C; PB; R; RTH; SPU C-1; PB; R-4; R-5; RTH; SPU-1 (10 zona) (13 Sub Zona) 3 28 C ; HL ; KH ; KT ; PB ; PS ; R ; RTH ; C-1; HL; KH-1; KH-2; KT-1; PB; PS; SC ; SPU R-4; R-5; RTH; SC; SPU-1; SPU-2 (2 zona) (2 Sub Zona) 3 4 PL; R PL-1; R-5 16 113
Sumber : Hasil Analisis, 2012
4.1.2. Rencana Pemanfaatan Ruang Rencana pemanfaatan ruang di Kota Manokwari pada umumnya terbagi kedalam 2 pemanfaatan pola ruang yakni, zona lindung dan zona budidaya. Zona lindung Zona lindung yang terdapat di Kota Manokwari antara lain ; 1. Zona Perlindungan Bawahannya (PB) Zona PerlindunganBawahannya terdapatpada1 Sub BWPdan tersebar pada 2 Blok, yaitu: Sub BWPC
: Blok C1 (Sub blok C1-1) dan C3 (C3-3)
2. Zona Ruang Terbuka Hijau (RTH) Zona Ruang Terbuka Hijau terdapat pada 2 Sub BWPyang tersebar pada 3 Blok, yaitu : Sub BWP A : Blok A1 (Sub blok A1-5), A2 (Sub blok A2-13 Sub blok A2-15, Sub blok A2-16)Blok A3 (Sub blok A3-22) Sub BWPC
: Blok C2 (Sub blok C2-2 dan Sub blok C2-3)
3. Zona Suaka Alam dan Cagar Budaya (SC) Zona suaka alam dan cagar budaya terdapat di 1 Sub BWPyang tersebar pada 1 Blok, yaitu: Sub BWP A : Blok A2 (A2-17) Kawasan Bawahan(PB), yaitu peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan lindung yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindunganterhadap kawasan di bawahannya meliputi kawasan gambut dan kawasan resapan air. zona perlindungan setempat(PS), yaitu peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan lindung yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan terhadap sempadan STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
92
pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk, dan kawasan sekitar mata air. Ruang Terbuka Hijau (RTH) yaitu area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Zona lindung lain yang masuk dalam rencana pola ruang BWP Manokwari adalah suaka alam dan cagar budaya (SC)yaitu peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan lindung yang memiliki ciri khas tertentu baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keragaman jenis tumbuhan, satwa danekosistemnya beserta nilai budaya dan sejarah bangsa. Zona Budidaya Zona Budidaya atau Kawasan Budi Daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. Zona budidaya pada BWP Manokwari mengacu pada fungsi subblok peruntukan zonasi ruang BWP Manokwari yang termasuk dalam klasifikasi fungsi budidaya.Pada zonasi subblok peruntukan BWP Manokwari yang telah ditetapkan, zona budidaya yang teridentifikasi sebanyak 7 zona dengan 14 sub zona.Yaitu : (1) Zona Perumahan, yang terdiri dari : Sub Zona Rumah Kepadatan Rendah (R-4), dan SubZona Rumah Kepadatan Sangat Rendah (R-5), (2) Zona Perdagangan dan Jasa, yaitu : Sub Zona Perdagangan dan Jasa Tunggal (K-1), (3) Zona Perkantoran, yaitu : Sub Zona Pemerintahan (KT-1), (4) Zona Sarana Pelayanan Umum, yang terdiri dari : Sub Zona Pendidikan (SPU-1), Sub Zona Transportasi (SPU-2), dan Sub Zona Kesehatan (SPU-3), (5) Zona Peruntukan Lainnya, yang terdiri dari : Sub Zona Pertanian (PL-1), dan Sub Zona Kawasan Pariwisata (PL-3), (6) Zona Peruntukan Khusus, yang terdiri dari : Sub Zona Pertahanan dan Keamanan (KH1), dan Sub Zona TPA (KH-2), (7) Zona Peruntukan Campuran, yang terdiri dari : Sub Zona Perumahan dan Perdagangan/jasa (C-1), Sub Zona Perumahan dan Perkantoran (C-2), dan Sub Zona Perkantoran dan Perdagangan/jasa (C-3). Pemanfaatan Ruang untuk zona budidaya padaBWP Manokwari secara lebih lengkap, adalah sebagai berikut :
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
93
I.
Zona Perumahan Zona perumahan adalah Peruntukan ruang yang terdiri atas kelompok rumah tinggal yang mewadahi kehidupan dan penghidupan masyarakat yang dilengkapi dengan fasilitasnya. PadaBWP Manokwari, zona perumahan terdiri dari 2 subzona yaitu rumah kepadatan rendah dan rumah kepadatan sangat rendah, dengan rincian sebagai berikut:
1. Rumah Kepadatan Rendah (R-4), zona rumah kepadatan rendah berada di 4 Sub BWP yaitu: Sub BWP A : Blok A1 (Sub blok: A1-2), Blok A2 (Sub blok: A2-5; A2-10), dan Blok A3 (Sub blok: A3-1; A3-10; A3-14; A3-15) Sub BWP C : Blok C2 (Sub blok: C2-4 dan C2-6) 2. Rumah Kepadatan Sangat Rendah (R-5), zona rumah kepadatan rendah berada di 5 SubBWP yaitu: Sub BWP A:
Blok A2 (Sub blok: A2-14), Blok A3 (Sub blok: A3-8; A3-17)
Sub BWP C: Blok C2 (Sub blok: C2-1; C2-5; C2-7), Blok C3 (Sub blok: C3-1; C3-2; C3-4; C3-5) II. Zona Perdagangan dan Jasa Zona perdagangan dan jasa adalah peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budidaya difungsikan untuk pengembangan kegiatan usaha yang bersifat komersial, tempat bekerja, tempat berusaha, serta tempat hiburan dan rekreasi, serta fasilitas umum/sosial pendukungnya. PadaBWP Manokwari hanya terdapat satu jenis zona perdagangan dan jasa yaitu:
Perdagangan dan jasa tunggal (K-1), berada di 1 sub BWP, yaitu: Sub BWP A : Blok A2 (Sub blok: A2-14), Blok A3 (Sub blok: A3-8; A3-17) III. Zona Perkantoran Zona perkantoran adalah Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya difungsikan untuk pengembangan kegiatan pelayanan pemerintahan dan tempat bekerja/berusaha,
tempat
berusaha,
dilengkapi
dengan
fasilitas
umum/sosial
pendukungnya. PadaBWP Manokwarizona ini haya satu jenis saja, yaitu :
Pemerintahan (KT-1)Zona ini berada di: Sub BWP A : Blok A1 (Sub blok: A1-4), Blok A2 (Sub blok: A2-3), Blok A3 (Sub blok: A35; A3-6; dan A3-12)
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
94
IV. Zona Sarana Pelayanan Umum Zona sarana pelayanan umum adalah peruntukan ruang yang dikembangkan untuk menampung fungsi kegiatan yang berupa pendidikan, kesehatan, peribadatan, sosial budaya, olahraga dan rekreasi, dengan fasilitasnya yang dikembangkan dalam bentuk tunggal/ renggang, deret/rapat dengan skala pelayanan yang ditetapkan dalam RTRWK. PadaBWP Manokwari terdiri dari: 1. Pendidikan (SPU-1), Zona ini berada di: Sub BWP A : Blok A1 (Sub blok: A1-3), Blok A2 (Sub blok: A2-7; A2-9) Sub BWP C : Blok C3 (Sub blok: C3-6) 2. Transportasi (SPU-2), Zona ini berada di: Sub BWP A : Blok A2 (Sub blok: A2-11) 3. Kesehatan (SPU-3), Zona ini berada di: Sub BWP A : Blok A2 (Sub blok: A2-4) V. Zona Peruntukan Khusus Zona peruntukan khusus adalah peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya yang dikembangkan untuk menampung peruntukan-peruntukan khusus hankam, tempat pemrosesan akhir (TPA), instalasi pembuangan air limbah (IPAL), dan lain-lain yang memerlukan penanganan, perencanaan sarana prasarana serta fasilitas tertentu, dan belum tentu di semua wilayah memiliki peruntukan khusus ini. PadaBWP Manokwari terdiri dari:
Pertahanan dan Keamanan (KH-1), Zona ini berada di: Sub BWP A : Blok A2 (Sub blok: A2-1; A2-8), Blok A3 (Sub blok: A3-11; A3-13; A3-16; A3-21) VI. Zona Peruntukan Campuran Zona peruntukan campuran adalah peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budidaya yang dikembangkan untuk menampung beberapa peruntukan fungsi dan/atau bersifat terpadu, seperti perumahan dan perdagangan/jasa; perumahan dan perkantoran; perkantoran perdagangan/jasa. PadaBWP Manokwari terdiri dari: 1) Perumahan dan Perdagangan/Jasa (C-1), Zona ini berada di: Sub BWP C : Blok C2 (Sub blok: C2-8) 2) Perumahan dan Perkantoran (C-2), Zona ini berada di: Sub BWP A: Blok A1 (Sub blok: A1-1), Blok A2 (Sub blok: A2-12), dan Blok A3 (Sub blok: A3-3) 3) Perkantoran dan Perdagangan/Jasa (C-3), Zona ini berada di: Sub BWP A: Blok A2 (Sub blok: A2-6), dan Blok A3 (Sub blok: A3-4)
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
95
Seperti telah dideskripsikan di atas, Zona Budidaya yang telah ditetapkan sebanyak 7 jenis zona pada BWP Manokwari, secara lebih ringkas rincian lokasinya untuk masingmasing zona peruntukan disajikan pada Tabel 4.2. berikut No.
1.
Tabel 4.2. Zona Budidaya Pada BWP Manokwari Kode Sub BWP Blok Sub Blok ZONA PERUMAHAN A1 A1-2 A2 A2-5; A2-10 A Rumah Kepadatan Rendah R-4 A3 A3-1; A3-10; A3-14; A3-15 Zona
C A
2
3.
4.
5. 6. 7.
8. 9. 10. 11. 12.
13.
14.
Rumah Kepadatan Sangat Rendah
C R-5
C2 A2
C2-4; C2-6 A2-14
A3
A3-8; A3-17
C2
C3 D1 D D2 D3 E E1 ZONA PERDAGANGAN DAN JASA A2 Tunggal K-1 A A3 ZONA PERKANTORAN A1 A A2 Pemerintahan KT-1 A3 D2 D D3 ZONA SARANA PELAYANAN UMUM A1 A A2 Pendidikan SPU-1 C C3 D D2 A A2 Transportasi SPU-2 D D2 Kesehatan SPU-3 A A2 ZONA PERUNTUKAN LAINNYA B B2 E1 Pertanian PL-1 E E2 E3 Pariwisata PL-3 A A3 ZONA PERUNTUKAN KHUSUS A2 A Pertahanan dan Keamanan KH-1 A3 D D3 TPA KH-2 D D2 ZONA PERUNTUKAN CAMPURAN C C2 Perumahan dan C-1 Perdagangan/Jasa D D3 A1 A A2 Perumahan dan Perkantoran C-2 A3 B1 B B2 A2 Perkantoran dan C-3 A Perdagangan/Jasa A3
C2-1; C2-5; C2-7 C3-1; C3-2; C3-4; C3-5 D1-2 D2-1; D2-8 D3-9; D3-10; D3-13; D3-14 E1-2 A2-2 A3-2; A3-9; A3-19; A3-20 A1-4 A2-3 A3-5; A3-6; A3-12 D2-6 D3-15; D3-17 A1-3 A2-7; A2-9 C3-6 D2-9 A2-11 D2-5 A2-4 B2-7 E1-1 E2-1 E3-1 A3-7; A3-18 A2-1; A2-8 A3-11; A3-13; A3-16; A3-21 D3-8 D2-7 C2-8 D3-7 A1-1 A2-12 A3-3 B1-3 B2-5 A2-6 A3-4
Hasil Analisis 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
96
Zona perumahan (R)di BWP Manokwariterdiri dari dua jenis subzona yaitu zona rumah kepadatan rendah(R-4) dan zona rumah kepadatan sangat rendah (R-5).Zona ini memiliki fungsi utama untuk menunjang kegiatan permukiman, dengan arah pengembangan baik secara horisontal dan vertikal, dan dengan pola pengembangan permukiman diarahkan secara individual (tidak diorganisir oleh pengembang atau real estate). Pada zona ini, tidak hanya terdapat kegiatan permukiman saja, tetapi bercampur dengan zona budidaya lain, seperti zona perdagangan/jasa tunggal, pemerintahan, perkantoran di Blok A3 dan C2, zona pertahanan dan keamanan di blok D3. Adanya kegiatan perdagangan ini didukung oleh keberadaan jalan arteri primer untuk pengembangan pelayanan lokal maupun regional. Keberadaan beberapa aktivitas di sekitar zona perumahan akan saling mendukung dimana akan memudahkan akses pemenuhan kebutuhan penduduk, dan juga mendekatkan konsumen pada pusat perdagangan. Selain bercampur dengan zona budidaya, terdapat pula zona lindung yaitu RTH yang dapat dikembangkan untuk rekreasi, tempat bermain (play ground), meningkatkan
estetika lingkungan, menjaga iklim mikro-meso,
pelestarian
tanaman langka dan sejenisnya. RTH ini berada di blok A2 dan B3. Dengan adanya RTH ini, akan mendukung terciptanya kondisi permukiman penduduk yang nyaman dan sehat. Zona lindung lain adalah zona perlindungan setempat berupa sempadan pantai do Blok D3 dan sempadan sungai di Blok A3. Zona ini diarahkan untuk RTH karena merupakan zona yang bebas dari bangunan, artinya tidak diijinkan pendirian bangunan di atasnya. Dilihat dari Peta Pengggunaan Lahan, blok-blok untuk zona perumahan ini, saat ini memang merupakan daerah permukiman penduduk yang dominan pada Blok A, sehingga dengan rencana pola ruang
tepat
digunakan
sebagai
pedoman
pengawasan
dan
pengendalian
supaya
pembangunan khususnya permukiman penduduk tidak merusak daerah sekitar, khususnya kawasan lindung. Seperti yang telah dijelaskan di atas, zona perdagangan (K)bercampur dengan zona perumahan karena memang menguntungkan secara ekonomi(hubungan konsumenprodusen). Selain itu, perdagangan ini ditakkan di wilayah dengan aksesibilitas tinggi, khususnya dekat dengan jalan besar, terutama jalan dengan kelas arteri primer seperti di Blok A2 dan A3. Keberadaan jalan ini akan mendukung pengembangan sektor perdagangan di BWP Manokwaribaik lingkup lokal maupun regional. Aksesibilitas yang baik, khususnya jalan merupakan kunci penting pengembangan ekonomi daerah, khususnya di bidang perdagangan. A2 Fungsi utamanya untuk menunjang Kegiatan Perdagangan, didukung oleh keberadaan Jln. Jenderal Sudirman klas Kolektor, arah pengembangannya untuk pelayanan lokal dan regional.Pendukung lain selain jalan arteri adalah karena adanya kegiatan pelayanan transportasi berupa terminal tipe B di blol A2 dan juga terminal tipe C di Blok A3. Dengan adanya jalur transportasi skala desa dan skala kota ini, serta moda transportasi yang STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
97
memadai, dapat dipastikan mobilitas yang tinggi pada wilayah tersebut yang dapat mendukung kegiatan ekonomi. Bercampurnya zona pada blok-blok ini, seperti halnya disebutkan sebelumnya tidak hanya dengan zona budidaya tetapi juga zona lindung yaitu perlindungan setempat berupa sempadan sungai dan sempadan pantai yang fungsinya untuk melindungi daerah sekitar sungai dan pantai supaya tidak digunakan untuk pendirian bangunan. Aktivitas pemerintahan pada BWP Manokwari, difokuskan pada kawasan tersendiri yaitu perkantoran pemerintahan (KT-1), dengan tujuan efisiensi dan efektifitas kinerja pemerintah agar memudahkan koordinasi dan komunikasi antar dinas. Zona ini merupakan pengelompokan badan/dinas/kantor pemerintahan Provinsi Papua Barat (pada Sub BWP A) dan pengelompokan badan/dinas/kantor pemerintahan Kabupaten Manokwari (pada Sub BWP D) Bercampurnya zona budidaya ini terjadi pula pada zona sarana pelayanan umum (SPU)dimana memang diperuntukkan untuk menampung fungsi kegiatan penduduk, sehingga lokasinya dekat dengan permukiman, perdagangan, maupun perkantoran. Zona sarana pelayanan umum di BWP Manokwariini terdiri dari tiga yaitu pendidikan(SPU-1), transportasi(SPU-2), dan kesehatan(SPU-3). Sarana pelayanan umum ini dibangun berdasarkan kebutuhan penduduk yaitu dilihat dari jumlah minimum penduduk yang harus dilayani (population threshold), dan harus melihat jarak antara penduduk dan lokasi sarana. Kedekatan dengan sarana pelayanan umum ini sangat menguntungkan, seperti pendidikan sehingga dapat meminimalkan usaha baik biaya maupun tenaga untuk mencapai sarana, kemudian transportasi seperti terminal, pelabuhan, dan juga bandara akan mendukung kemudahan mobilitas penduduk, serta untuk sarana kesehatan yang sudah seharusnya mudah untuk diakses/dicapai penduduk. Tetapi untuk sarana kesehatan ini, harus diawasi dengan ketat supaya tidak berimbas negatif atau membahayakan lingkungan sekitar yang biasanya disebabkan oleh limbah-limbah rumah sakit yang dibuang sembarangan. Terkait dengan potensi Manokwari, terdapat zona pertanian(PL-1) dan pariwisata (PL-3)yang dikembangan untuk menampung fungsi kegiatan di daerah tertentu. Pada zona ini, keberadaan zona budidaya lain dibatasi, seperti permukiman yang ada merupakan permukiman
terbatas
(kalaupun
bukan
permukiman
terbatas
akan
diarahkan
pengembangannya secara vertikal) dan juga perdagangan hanya perdagangan terbatas (warung, toko kecil) supaya tidak merusak kegiatan pertanian maupun pariwisata. Pada sekitar zona ini tetap terdapat zona lindung berupa sempadan sungai dan sempadan pantai yang nantinya akan diarahkan sebagai RTH. Pada zona budidaya BWP Manokwari, terdapat kawasan/peruntukan khusus. Untuk menampung kegiatan khusus bidang pertahanan dan keamanan, terdapat zona peruntukan khusus berupa zona pertahanan dan keamanan (KH-1)di beberapa blok. Keberadaan zona STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
98
ini, berdekatan dengan kegiatan perdagangan maupun permukiman, sehingga dapat mendukung keamanan baik lokal maupun regional. Zona peruntukan khusus lainnya yaitu terkait dengan pengelolaan sampah yaitu TPA (KH-2)sehingga dapat menunjang kondisi BWP Manokwariyang nyaman dan sehat. TPA ini berada di Blok D2 (TPA Gunung Sayori). Pengelolaan sampah di TPA ini harus benar-benar tepat sehingga keberadaannya yang dekat dengan permukiman penduduk tidak mengganggu. Jika sebelumnya dikatakan bahwa beberapa zona budidaya lokasinya bercampur dengan zona budidaya lain, maka pada beberapa blok yang memang direncanakan menjadi zona peruntukan campuran (C) yang bertujuan untuk (1) menyediakan ruang untuk pengembangan beberapa fungsi pperuntukan dalam satu kesatuan lahan sehingga terwujud efisisensi lahan; (2) menetapkan kriteria pengembangan zona campuran yang menjamin pencapaian masyarakat atas prasarana/sarana; dan (3) mendukung konsep pembangunan kota kompak. Terdapat tiga zona yang ada yaitu (1) Perumahan dan Perdagangan/jasa; (2) Perumahan dan Perkantoran; (3) Perkantoran dan Perdagangan/Jasa. Pada zona campuran perumahan dan perdagangan/jasa(C-1) di Blok D3 terdapat kegiatan lain seperti transportasi/terminal, kegiatan pendidikan, dan kegiatan wisata pantai. Kegiatan Perdagangan (perdagangan terbatas) terdapat pada zona perumahan dan perkantoran (C-2)yang dimaksudkan untuk melayani area lokal/kecil/sekitar. Selain itu terdapat pula sarana pendidikan pada zona ini walaupun hanya kecil saja. Zona perkantoran dan perdagangan/jasa (C-3)biasanya didukung oleh keberadaan jalan yang dapat mendukung pengembangan kegiatan untuk skala lokal maupun regional. Pada zona ini ada pula kegiatan lain yaitu permukiman yang dapat dikembangkan untuk kegiatan perekonomian seperti rumah toko dan rumah kantor. Rencana zona peruntukan campuran ini akan dapat meningkatkan kawasan terbangun dan kepadatan penduduk permukiman, mengintensifkan aktifitas ekonomi, sosial dan budaya perkotaan, dan memanipulasi ukuran kota, bentuk dan struktur perkotaan serta sistem permukiman dalam rangka mencapai manfaat keberlanjutan lingkungan, sosial, dan global, yang diperoleh dari pemusatan fungsi-fungsi perkotaan1. Dengan beberapa aktivitas dijadikan satu tempat maka akan berdampak positif pada keberlanjutan kota/sustainable city yang dapat dilihat dari berbagai aspek yaitu: (1) sustainable economy; (2) sustainaible society; (3) sustainable urban environment; (4) sustainable urban shelter; (5) sustainable urban access; dan (6) sustainable urban government2.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
99
Dengan zona peruntukan campuran ini maka akan terjadi diversity and mixed use activity yaitu menyatunya berbagai macam kegiatan yang beragam dalam sebuah lokasi, dengan
jalan
pembangunan
atau
pengembangankegiatan
campuran
(mixed-use
development). Dampak-dampak positif dari campuran kegiatan ini antara lain : 1. Perpengaruh positif pada kegiatan ekonomi dan jasa dalam satu ruang, memicu perputaran roda ekonomi sehingga pendapatan meningkat sehingga akan lebih mudah untuk meningkatkan kondisi sosial-ekonomi penduduk yang berarti akan meningkatkan kualitas hidup. 2. Mengurangi pemakaian kendaraan bermotor karena lokasi sarana baik pendidikan, kantor, perdagangan dekat dengan rumah sehingga mengefisiensikan biaya transport, menghemat
biaya
transport,
waktu,
mengurangi
polusi
sehingga
terjadi
pengembangan kota yang ramah lingkungan. 3. Lingkungan yang lebih sehat dan nyaman dengan pembangunan kota yang terpadu dan terkendali. 4. Memicu peningkatan sarana dan prasarana transportasi untuk menunjang aktivitas penduduk jika memang ada dibeberapa daerah yang aksesnya belum memadai. 5. Memaksimalkan lahan yang tersedia di kota, bahkan mungkin dapat memaksimalkan lahan kosong yang selama ini tidak optimal. 6. Adanya zona lindung di sekitar zona budidaya yang dapat menjamin “keamanan” dan “kenyamanan” kota seperti adanya RTH dan sempadan sungai. 4.1.3. Rencana Pengembangan Wilayah Rencana pengembangan wilayah Kota Manokwari mencakup aspek Pengembangan Sistem Transportasi, Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi, Sistem Jaringan Prasarana Listrik, Sistem Jaringan Prasarana Air Bersih. Dalam sistem transportasi yang di kembangkan, bertujuan untuk memenuhi kebutuhan akan aksesibilitas diKota Manokwari yakni, rencana jalan penghubung antara wilayah kabupaten, maupun jalan penghubung antar distrik.selain itu ketersediaan infrastruktur menjadi salah satu yang harus terpenuhi sebagai factor pendukung
pergerakan
telekomunikasi
memiliki
sistem
transportasi.
arahan
pengembangan
Sistem
jaringan
prasaranan
yang
meliputi,
penyediaan
sambungan mikro, penyediaan sistem telekomunikasi berbasis teknologi internet, dan pengembangan prasarana telekomunikasi di yang meliputi telepon rumah tangga, telepon umum, dan telepon seluler. Pengembangan sistem jaringan listrik meliputi, peningkatan tingkat pelayanan, pemeliharaan fasilitas kelistrikan, serta penambahan infrastruktur.selanjutnya pengembangan sistem jaringan air bersih meliputi perlindungan terhadap sumberSTUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
100
sumber air bersih yang terdapat di Kota Manokwari, serta peningkatan infrastruktur untuk memperlancar pengairan. 4.2. Strategi Pengembangan Kota Manokwari 4.2.1. Strategi Dasar Pengembangan Kota 2.1.1.
Kebijakan dan Strategi Pengembangan Prasarana Wilayah Kabupaten
Manokwari
termasuk didalamnya Kota Manokwari
memiliki peran
penting dalam skala nasional. Dengan demikian pengembangan Kabupaten Manokwari
sangat
berkaitan
dengan
berbagai
pengembangan
infrastruktur
pendukungnya. Untuk itu diperlukan adanya kebijakan dan strategi pengembangan prasarana wilayah, antara lain: 1. Kebijakan 1: Pengembangan sistem transportasi jaringan jalan dalam mendukung pertumbuhan dan pemerataan wilayah. Strategi : a. Pengembangan jalan penghubung distrik dan perdesaan; b. Pengembangan jalan arteri primer pada ruas jalan yang menghubungkan Kabupaten Manokwari menuju Kabupaten Sorong, yaitu ruas jalan yang melalui Kota Manokwari - Warmare – Prafi – Sidey – Masni – Mubrani – Kebar - Senopi dan jalan yang menghubungkan Kabupaten Manokwari dengan Kabupaten Teluk Bintuni melalui Distrik Manokwari Barat – Manokwari Selatan –Tanah Rubu – Oransbari – Ransiki –Mumi Waren. 2. Kebijakan 2 : Pengembangan infrastruktur pendukung pertumbuhan wilayah berupa terminal. Strategi : a. Pengembangan Terminal Tipe B di Distrik Manokwari Barat b. Pengembangan Terminal Tipe B di Distrik Distrik Prafi, Distrik Sidey, dan Distrik Kebar. c. Peningkatan infrastruktur pendukung dan pelayanan terminal yang memadai di perkotaan Manokwari Barat yang terintegrasi dengan Pelabuhan Laut Nasional di Distrik Manokwari Timur. 3. Kebijakan 3 : Pengembangan sistem transportasi laut. Strategi : a. Pengembangan sarana pendukung Pelabuhan Nasional di Distrik Manokwari Barat 4. Kebijakan 4 : Pengembangan Sistem Transportasi Udara. Strategi :
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
101
a. Pengembangan dan peningkatan sarana pendukung Bandara Nasional di Manokwari Selatan sebagai Bandara Nasional. b. Pengembangan Bandara Regional serta peningkatan sarana penunjang. 2.1.2. Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi Kebijakan : Pengembangan jangkauan dan kemudahan mendapatkan pelayanan. Strategi : a. Pengembangan Jaringan telekomunikasi sistem mikro yang melintasi Manokwari barat bagian tengah dan manokwari utara bagian tengah. b. Peningkatan sistem informasi telekomunikasi pembangunan daerah berupa informasi berbasis teknologi internet; c. Pengembangan prasarana telekomunikasi meliputi telepon rumah tangga, telepon umum, jaringan telepon seluler. 2.1.3. Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Listrik 1. Kebijakan 1 : Optimalisasi tingkat pelayanan. Strategi : a. Perluasan jaringan (pemerataan); b. Pengembangan sumberdaya energi; c. Pengembangan jaringan baru; d. Peningkatan infrastruktur pendukung; e. Penambahan dan perbaikan sistem jaringan; serta f. Meningkatkan dan mengoptimalkan pelayanan. 2. Kebijakan 2 : Perluasan jangkauan listrik sampai ke pelosok desa(Kampung). Strategi : a. Peningkatan jaringan listrik pada wilayah pelosok; 3. Kebijakan 2 : Peningkatan kapasitas dan pelayanan energy listrik. Strategi : a. Pengembangan jariangan listrik yang terintegrasi dengan sistem jaringan jalan; b. Peningkatan kapasitas sumber listrik; c. Peningkatan efisiensi pemakaian listrik; serta d. Pengembangan sumber energi yang terbarukan. 4. Kebijakan 4 : Pengembangan alternatif pelayanan listrik. a. Pengembangan sistem penyediaan setempat misalnya melalui mikro hidro. b. Pengembangan sistem solarcell serta c. Pengembagan biogas 2.1.4. Pengembangan sistem jaringan prasarana sumber daya air Kebijakan (1) Peningkatan sistem jaringan pengairan. Strategi : STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
102
a. Pengembangan pengairan di distrik Manokwari Utara, Distrik Ransiki dan Distrik Nenei berikut distrik lainnya yang belum terdapat sistem jaringan pengairan baik sistem irigasi maupun sistem jaringan air bersih; b. Peningkatan jaringan irigasi sederhana dan irigasi teknis; c. Peningkatan sarana dan prasarana pendukung system jaringan pengairan; d. Perlindungan terhadap sumber-sumber mata air dan daerah resapan air; e. Perlindungan dan pengelolaan sumber-sumber air. 2.1.5. Pengembangan sistem jaringan Air Bersih; Kebijakan : Peningkatan sistem jaringan Air bersih. Strategi : a. Peningkatan Distribusi Air Bersih dengan Sistem Perpipaan, melalui PDAM, HIPAM dll; b. Peingkatan Distribusi Air Bersih dengan Sistem Non Perpipaan, seperti Sumur Gali dan Sumur Pompa dll; c. Peningkatan sarana dan prasarana pendukung; serta d. Perlindungan dan pengelolaan sumber-sumber air. 2.1.6. Pengembangan sistem jaringan Air Minum; Kebijakan : Peningkatan sistem jaringan Air Minum. Strategi : a. Peningkatan penyediaan air minum yang bersih dan sehat; b. Peningkatan Distribusi Air Minum dengan Sistem Perpipaan, khususnya di Kota Manokwari; c. Peningkatan sarana dan prasarana pendukung; serta d. Perlindungan dan pengelolaan sumber-sumber air. 2.1.7. Pengembangan sistem jaringan prasarana lainnya 1. Kebijakan (1) Mereduksi sumber timbunan sampah sejak awal. Strategi : a. Meminimasi pengunaan sumber sampah yang sukar didaur ulang secara alamiah dengan sistem 3 R; b. Memanfaatkan ulang sampah (re-cycle) yang ada terutama yang memiliki nilai ekonomi; c. Mengolah sampah organik menjadi kompos. 2. Kebijakan (2) Optimalisasi tingkat penanganan sampah perkotaan. Strategi : a. Peningkatan prasarana pengolahan sampah; b. Pengadaan TPA regional; serta c. Pengelolaan sampah berkelanjutan. STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
103
3. Kebijakan (3) Penetapan kawasan Ruang Terbuka Hijau. Strategi : a. Pengadaan taman dan hutan kota; b. Penetapan luasan RTH perkotaan minimum 30% dari luas area; serta c. Pengembangan jenis RTH dengan berbagai fungsinya. 4. Kebijakan (4) Menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih. Strategi : a. Pemenuhan fasilitas septic tank per KK di wilayah perkotaan; b. Peningkatan sanitasi lingkungan untuk permukiman, produksi, jasa, dan kegiatan sosial ekonomi lainnya. Kebijakan Dan Strategi Pengembangan Pola Ruang Wilayah Kota Manokwari Pola ruang wilayah Kabupaten Manokwari mencakup kawasan lindung dan budidaya, dimana kawasan-kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan lindung tidak boleh dialihfungsikan untuk kegiatan budidaya, dan kawasan budidaya akan dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal. Kawasan budidaya hutan produksi dan lahan abadi pertanian tanaman pangan harus tetap dipertahankan. Untuk lebih jelas mengenai kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang wilayah Kabupaten Manokwari dapat dilihat dibawah ini: I. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Lindung, meliputi: 1. Kebijakan (1) Pemantapan fungsi lindung pada kawasan yang memberi perlindungan kawasan bawahannya. Strategi : a. Pengembalian fungsi pada kawasan yang mengalami kerusakan, melalui penanganan secara teknis dan vegetatif; b. Pada kawasan yang memberi perlindungan kawasan bawahannya tetapi terjadi alih fungsi untuk budidaya maka perkembangan dibatasi dan dikembangkan tanaman yang memiliki fungsi lindung; c. Kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan resapan air harus dipertahankan; d. Peningkatan peran serta dari masyarakat sekitar kawasan; e. Kawasan yang termasuk sekitar Hutan lindung harus dilestarikan; serta f.
Peningkatan kesadaran akan lingkungan melalui pendidikan, pariwisata, penelitian dan kerjasama pengelolaan kawasan.
2. Kebijakan (2) Pemantapan kawasan perlindungan setempat. Strategi : a. Pembatasan kegiatan yang tidak berkaitan dengan perlindungan setempat; STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
104
b. Kawasan perlindungan setempat sepanjang sungai dibatasi untuk mengupayakan sungai sebagai latar belakang kawasan fungsional; c. Kawasan perlindungan setempat sekitar mata air, dibatasi untuk pariwisata dan menghindari bangunan radius pengamanan kawasan dan mengutamakan vegetasi yang memberikan perlindungan mata air; d. Pengamanan kawasan perlindungan setempat sepanjang pantai dilakukan dengan mempertahankan ekosistem pantai : hutan mangrove, terumbu karang, rumput laut dan estuaria. Penggunaan fungsional seperti pariwisata, pelabuhan, hankam, permukiman harus memperhatikan kaidah lingkungan dan ekosistem pesisir; serta e. Pemanfaatan sumber air untuk irigasi dilakukan dengan tetap memperhatikan keseimbangan pasokan air dan kebutuhan masyarakat setempat. 3. Kebijakan (3) Pemantapan kawasan Cagar Budaya. Strategi : a. Kawasan ini hanya diperuntukkan bagi kegiatan yang berkaitan dengan budaya masyarakat; b. Memelihara nilai dan fungsinya sebagai peninggalan sejarah, objek penelitian dan pariwisata; c. Pelaksanaan kerjasama pengelolaan kawasan; serta 4. Kebijakan (4) Penanganan kawasan rawan bencana alam. Strategi : a. Pengembangan peringatan dini dari kemungkinan adanya bencana alam; b. Menghindari kawasan yang rawan terhadap bencana banjir, dan bencana gelombang pasang sebagai kawasan terbangun; c. Pengembangan bangunan tahan gempa pada daerah terindikasi rawan gempa; d. Pengembangan hutan mangrove dan bangunan yang dapat meminimasi bencana bila terjadi tsunami; serta e. Melakukan reboisasi. II. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya, meliputi: 1. Kebijakan (1) Pengembangan hutan produksi. Strategi : a. Mengembangkan hutan yang memiliki nilai ekonomi tinggi tetapi tetap memiliki fungsi perlindungan kawasan; b. Melakukan penanaman dan penebangan secara bergilir; c. Melakukan kerjasama dengan masyarakat dalam mengelola hutan sebagai hutan Rakyat; STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
105
d. Kawasan hutan rakyat diberikan insentif untuk mendorong terpeliharanya hutan produksi; serta e. Pada kawasan hutan produksi yang dikonversi harus dilakukan pengganti lahan untuk pengembangan hutan setidaknya tanaman tegakan tinggi tahunan yang berfungsi seperti hutan 2. Kebijakan (2) Pengembangan kawasan pertanian. Strategi : a. Luasan lahan sawah beririgasi teknis di Kabupaten Manokwari secara keseluruhan tetap dipertahankan; b. Pada kawasan perkotaan yang alih fungi sawah tidak dapat dihindari harus dilakukan pengembangan irigasi setengah teknis atau sederhana menjadi sawah beririgasi teknis sehingga secara keseluruhan luas sawah beririgasi teknis tidak berkurang; c. Saluran irigasi tidak boleh diputus atau disatukan dengan drainase, dan penggunaan bangunan sepanjang saluran irigasi harus dihindari; d. Pada lahan yang ditetapkan sebagai lahan abadi, pertanian tanaman pangan diberikan insentif dan tidak boleh alih fungsi untuk peruntukan lain; e. Upaya pelestarian kawasan hortikultura dengan mengembangkan sebagian lahan untuk tanaman tegakan tinggi yang memiliki fungsi lindung; f.
Pengembalian lahan yang rusak atau alih komoditas menjadi perkebunan seperti semula;
g. Peningkatan produktivitas dan pengolahan hasil perkebunan; h. Pengembangan kemitraan dengan masyarakat; i.
Melakukan usaha kemitraan dengan pengembangan peternakan;
j.
Memelihara kualitas waduk dan sungai untuk pengembangan perikanan darat;
k. Pengembangan perikanan ; serta l.
Peningkatan kualitas ekosistem pesisir untuk menjaga mata rantai perikanan laut.
3. Kebijakan (3) Pengembangan kawasan pertambangan. Strategi : a. Melakukan integrasi/kerjasama dengan Kabupaten
Teluk Bintuni dalam
pengelolaan potensi Tambang diwilayah perbatasan untuk mencapai kesepakatan; b. Pengembangan pertambangan perlu didukung dengan pengelolaan secara terkoordinasi. c. Pengembalian rona alam melalui pengembangan kawasan hutan, atau kawasan budidaya lain seperti tanaman jarak pada area bekas penambangan; d. Peningkatan nilai ekonomis hasil pertambangan melalui pengolahan hasil tambang; STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
106
e. Pencegahan galian liar terutama pada kawasan yang membahayakan lingkungan; f.
Pada kawasan tambang bernilai ekonomis tinggi yang berada pada kawasan lindung atau permukiman harus melakukan kajian kelayakan ekologis dan lingkungan, ekonomis dan sosial bila akan dilakukan kegiatan penambangan; serta
g. Pengelolaan lingkungan kawasan pertambangan. 4. Kebijakan (5) Pengembangan kawasan pariwisata. Strategi : a. Mengembangkan obyek wisata di kabupaten Menokwari, baik jenis pariwisata alam, buatan, dan khusus; b. Mengkaitkan kalender wisata dalam skala regional; c. Peningkatan promosi wisata; d. Pengadaan kegiatan festival wisata atau gelar seni budaya; e. Pengembangan fasilitas pendukung objek wisata untuki meningkatkan mutu tempat wisata: serta f.
Pengembangan infrastruktur menuju objek wisata sehingga mudah dijangkau.
5. Kebijakan (6) Pengembangan kawasan permukiman perdesaan dan perkotaan. Strategi : a. Pengembangan permukiman perdesaan disesuaikan dengan karakter fisik, sosialbudaya dan ekonomi masyarakat perdesaan; b. Penyediaan sarana dan prasarana permukiman perdesaan; c. Peningkatan kualitas permukiman perkotaan; d. Pengembangan perumahan terjangkau; serta e. Penyediaan sarana dan prasarana permukiman perkotaan; 6. Kebijakan (7) Penetapan kawasan konservasi budaya dan sejarah. Strategi : a. Pengamanan kawasan dan/atau benda cagar budaya dan sejarah dengan melindungi tempat serta ruang di sekitar bangunan bernilai sejarah; b. Peningkatan partisipasi masyarakat; c. Pemberian intensif bagi yang melestarikan benda cagar budaya, dan memberikan disinsentif bagi yang melakukan perubahan; d. Meningkatkan nilai manfaat melalui kegiatan penelitian dan pariwisata; serta e. Pada bangunan bersejarah yang digunakan untuk berbagai kegiatan fungsional dilakukan pemeliharaan dan larangan perubahan tampilan bangunan.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
107
4.2.2.
Strategi Tahapan Program Pengembangan Kota Manokwari
Tahapan program pengembangan di atur melalui raperda tahun 2009 yang menyusun tahapan berdasarkan waktu perencanaan. Tahapan disusun mencakup seluruh wilayah kabupaten manokwari. Waktu perencanaan dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah di Kabupaten Manokwari yaitu selama kurun waktu 20 tahun, yang dibagi dalam 4 tahap, yaitu :
Penyusunan & Raperda
: 2009
Tahap I
: 2010 - 2014
Tahap II
: 2015 - 2019
Tahap III
: 2020- 2024
Tahap IV
: 2025 – 2029.
Tidak semua kebutuhan fasilitas dapat dibangun karena ada beberapa pertimbangan dalam penentuan program yang dilaksanakan pada wilayah perencanaan. Dasar-dasar pertimbangan tersebut adalah sebagai berikut : 1.
Adanya keterbatasan dana yang tersedia;
2. Adanya sarana dan prasarana yang telah ada yang masih dimanfaatkan; 3. Adanya permasalahan yang sifatnya mendesak untuk dilaksanakan; serta 4. Adanya komponen kawasan yang mempunyai multiplier effect yang besar untuk merangsang tercapainya struktur yang diinginkan, misalnya jaringan jalan.
Berdasarkan pertimbangan diatas, maka dapat ditentukan prioritas pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Manokwari yang terdiri dari dua komponen utama, yaitu struktur ruang dan pola ruang wilayah. Arahan pemanfaatan ruang disusun berdasarkan indikasi program yang ada. Didalam indikasi program tersebut terdapat tahapan pelaksanaan pembangunan yang terbagi kedalam 4 tahap, pada setiap tahap tersebut dibagi 5 tahunan. Pada tahap pertama akan dijelaskan pertahun sedangkan tahanp-tahap berikutnya akan dijelaskan per 5 tahun. Berikut akan dijelaskan dalam tabel 4.3 mengenai indikasi program yang berisi programprogram utama di Kota Manokwari.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
108
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
109
WAKTU Rencana Kegiatan
NO
PELAKSANAA
LOKASI
N I
A 1.
Perwujudan Struktur Ruang Perwujudan Pusat Kegiatan Perkotaan 2.1. Pengembangan pusat kegiatan perkotaan a. Pengembangan perkotaan utama di
II
II
SUMBER
INSTANSI
DANA
PELAKSANA
IV
I
PKW adalah berada
√
√
APBN, APBD Departemen PU,
Kabupaten Manokwari sebagai Pusat
dalam wilayah
Provinsi,
Dinas Bina Marga
Kegiatan Wilayah (PKW) di Propinsi Papua
pengembangan
APBD Kab
Provinsi, Dinas Bina
Barat;
Manokwari yang
b. Mendorong dan mempersiapkan perkotaan
Manokwari Barat,
pusat perdagangan dan jasa skala regional;
Manokwari Timur,
serta
Manokwari Utara,
Manokwari sebagai perkotaan dengan fungsi pelayanan fasilitas umum skala regional.
√
√
√
terdiri atas: Distrik
Manokwari sebagai pusat pemerintahan dan
c. Mendorong pengembangan perkotaan
√
dan Manokwari Selatan. Distrik Manokwari Barat sebagai pusat wilayah pengembangan Manokwari.
2.2. Membentuk pusat kegiatan yang terintegrasi dan berhirarki di Kabupaten Manokwari
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
110
Marga Kabupaten
WAKTU Rencana Kegiatan
NO
PELAKSANAA
LOKASI
N I
a. Pengembangan dan pemantapan perkotaan
√
II √
yang menjadi Pusat Pelayanan Kegiatan (PPK);
√
√
II I
SUMBER
INSTANSI
DANA
PELAKSANA
IV APBN, APBD Departemen PU, Provinsi,
Dinas PU. Binamarga
APBD Kab
dan PU. Cipta Karya
b. Pengembangan perkotaan pusat Wilayah
dan Tata Ruang
Pengembangan (WP) Manokwari sebagai
Propinsi Papua Barat,
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW);
√
√
Dinas PU. Cipta
c. Pengembangan perkotaan Ibukota Distrik
Karya dan Tata
yang bukan sebagai pusat Wilayah
Ruang, Dinas
Pengembangan Manokwari (WP Manokwari)
Perhubungan,
sebagai Pusat Pelayanan Kegiatan (PPK) ;
Bappeda Kabupaten, Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten
4
Perwujudan Sistem Prasarana Wilayah 4.1. Transportasi 1). Transportasi Darat Pembangunan dan Peningkatan jalan lintas
√
regional Manokwari – Bintuni
√
APBN, APBD Dept PU, Dinas Prov,
Binamarga Prov,
APBDKab.
Dinas Binamarga Kab, BPN Kab,
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
111
WAKTU Rencana Kegiatan
NO
PELAKSANAA
LOKASI
N I
II
II
SUMBER
INSTANSI
DANA
PELAKSANA
IV Bappekab, Dinas
I
Ciptakarya dan Tata Ruang, Peningkatan jaringan jalan lintas regional
√
√
√
APBN, APBD Dept PU, Dinas
(arteri primer) Kab. Manokwari - Kota
Prov,
Binamarga Prov,
Sorong
APBDKab.
Dinas Binamarga Kab, BPN Kab, Bappekab, Dinas Ciptakarya dan Tata Ruang,
Pembangunan dan Peningkatan jaringan
√
√
√
APBN, APBD Dept PU, Dinas
jalan lintas selatan yang menghubungkan
Prov,
Binamarga Prov,
Distrik Mumiwaren - Dataran Isim - Sururey
APBDKab.
Dinas Binamarga
- Taige - Anggi - Catubouw - Menyambou –
Kab, BPN Kab,
Prafi
Bappekab, Dinas Ciptakarya dan Tata Ruang,
Pembangunan jaringan jalan Kabupaten
√
√
√
APBN, APBD Dept PU, Dinas
Manokwari - Kabupaten Sorong melalui
Prov,
Binamarga Prov,
Ambarbaken
APBDKab.
Dinas Binamarga
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
112
WAKTU Rencana Kegiatan
NO
PELAKSANAA
LOKASI
N I
II
II
SUMBER
INSTANSI
DANA
PELAKSANA
IV Kab, BPN Kab,
I
Bappekab, DinasCiptakarya dan Tata Ruang, Pengembangan jalan lokal sebagai akses
√
√
√
penghubung antar distrik (Testega -
APBD Prov,
Dinas Binamarga
APBDKab.
Prov, Dinas
Catubouw, Catubouw - Anggi, Didohu -
Binamarga Kab, BPN
Dataran Isim, Didohu - Sururey, dan Testega
Kab, Bappekab,
- Sidey)
Dinas Ciptakarya dan Tata Ruang,
Pengembangan terminal tipe A sebagai
√
√
√
terminal utama di Distrik Manokwari Barat
√
APBD Prov,
Dinas Binamarga
APBDKab.
Prov, Dinas
Pengembangan Terminal Tipe B di Distrik
Binamarga Kab, BPN
Mumiwaren, Distrik Prafi, Distrik Sidey, dan
Kab, Bappekab,
Distrik Kebar
Dinas Ciptakarya dan Tata Ruang,
2). Transportasi Laut Peningkatan pelabuhan Manokwari menjadi Pelabuhan Nasional
Distrik Manowari
√
Barat.
APBN, APBD Dinas Binamarga, Prov
Dinas Ciptakarya dan Tata Ruang Kab.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
113
WAKTU Rencana Kegiatan
NO
PELAKSANAA
LOKASI
N I
Optimalisasi pelayanan PPI dari segi ketersediaan sarana pendukung;
II
Distrik Manokwari
II
SUMBER
INSTANSI
DANA
PELAKSANA
IV
√I
APBN, APBD Dinas Binamarga,
Utara dan Oransbari
Prov
serta Ransiki Optimalisasi pengembangan PPI dari segi sosial ekonomi 3). Transportasi Udara Peningkatan bandara nasional Rendani
Dinas Ciptakarya dan Tata Ruang Kab.
Distrik Ransiki
√
Distrik Manokwari
APBN, APBD Dept PU, Dis
√
Prov
Binamarga Prov,
Swasta
Dishubpar Prov Dept PU, Dis
Barat
Binamarga Prov, Dishubpar Prov
Peningkatan dan perbaikan prasarana
Masing-masing Distrik √
√
√
√
landasan terbang di masing-masing distrik 4.2.
Prasarana Telematika
Masing-masing distrk
√
√
APBD Prov,
Dishub Kabupaten,
APBD Kab.
PU Binamarga
√
√
Swasta
Swasta
√
√
APBD Prov,
Dinas Permukiman
APBD Kab
Prov, Dinas
BUMN
Ciptakarya PLN
a. Penyediaan tower BTS (Base Transceiver Station) secara bersama 4.3.
Prasarana Lingkungan
a. Pengembangan TPA regional
Sowi Gunung - Distrik Manokwari Selatan
4.4.
Prasarana Energi/listrik a. Penambahan dan perbaikan jaringan
Masing-masing distrik
b. Peningkatan infrastruktur pendukung
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
114
√
√
√
√
WAKTU Rencana Kegiatan
NO
PELAKSANAA
LOKASI
N I
II
II
4.5.Prasarana Pengairan √
b. Penanaman pohon pencegah longsor
√
DANA
PELAKSANA
IV √
√
c. Pembangunan dan perbaikan pintu air 1
INSTANSI
I
a. Pengembangan waduk, bendung, cek dam
B
SUMBER
√
√
APBD Kab
Dinas pengairan
APBD Kab
Dinas pengairan
APBD Kab
Dinas pengairan
Perwujudan Pola Ruang Perwujudan Kawasan Lindung 1.1. Kawasan Rawan Bencana Alam a. Konservasi kawasan rawan gelombang pasang dan banjir
Wilayah Perkotaan Manokwari, Distrik
APBD Kab, √
√
√
Manokwari Timur, Distrik Manokwari Barat dan Pantura Manokwari.
b. Perlindungan Kawasan rawasan Tsunami
Kota Manokwari,
APBD Kab,
Distrik Manokwari
√
√
√
√
√
√
Timur, Distrik Manokwari Barat dan Pantura Manokwari. 1.2. Kawasan Lindung Lainnya a. Perlindungan kawasan pantai berhutan bakau
Sepanjang Pesisir Kabupaten Manokwari
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
115
APBD Kab
WAKTU NO
Rencana Kegiatan
PELAKSANAA
LOKASI
N I
B
II
Perwujudan Kawasan Budidaya 1. Pengembangan hutan produksi bernilai ekonomi tinggi dengan fungsi lindung
II
DANA
PELAKSANA
I 29 Distrik di
√
√
√
√
Kabupaten Manokwari. APBN, APBD 29 Distrik di
√
√
√
√
Kabupaten Manokwari. c. Mengembangkan hutan rakyat
INSTANSI
IV
a. Reboisasi tanaman untuk menahan tanah b. Pengembangan aneka produk olahan
SUMBER
29 Distrik di
Kab., Perhutani
√
√
√
√
√
√
√
√
Perhutani, Bape-kab, BPN Kab.
Kabupaten Manokwari. 2. Pengembangan Kawasan dengan jenis
Distrik Amberbaken –
komoditi tanaman kakao, kelapa sawit, kopi,
Mubrani, Anggi,
pala, cengkeh, dan kelapa.
Sururey, Dataran Isim, Kebar, Senopi, Manokwari (Utara, Selatan, Barat, Timur), Masni, Sidey,
APBN, APBD
Dis Kelautan dan
Kab., swasta
Perikanan.
Oransbari, Ransiki Momi Waren, Warmare, Prafi, Menyambouw. 3. Pengembangan kawasan pariwisata
DI Pulau Mansinam di
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
116
√
√
√
√
APBD Kab
Dinas Kebudayaan
WAKTU Rencana Kegiatan
NO
PELAKSANAA
LOKASI
N I
a. Mengembangkan obyek wisata Budaya
II
kawasan pegunungan
II
SUMBER
INSTANSI
DANA
PELAKSANA
IV dan Pariwisata Kab.
I
Arfak, Kawasan Kebar dan Anggi; b. Mengembangkan objek wisata alam
Pantai Pasir Putih,
√
√
√
√
√
√
√
√
Pantai Borarsi, Angrem, Indoki, Fanindi, Arkuki, Wirsi, Imbrairiri, Biryosi, dan Wosi dan Kawasan Sesar Sorong. c. Mengembangkan objek Wisata buatan
kawasan Teluk Sawaibu
d. Mengembangkan objek Wisata Minat
Manokwari Barat
Khusus
C
CBD Manokwari
Pelabuhan Manokwari
Manokwari Timur
PERWUJUDAN KAWASAN STRATEGIS KOTA 1. Kawasan Strategis Ekonomi a. Pengembangan Pusat Perdagangan dan
Distrik Manokwari Barat
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
117
√
APBD
DKP, Perhutani,
Provinsi,
Kemtr Neg LH, BPN,
WAKTU Rencana Kegiatan
NO
PELAKSANAA
LOKASI
N I
Jasa
II
II I
SUMBER
INSTANSI
DANA
PELAKSANA
IV APBD Kab
Dept Perindag, Bappenas, DKP Prov, BPN Provinsi, Dinas Perindag Prov, Bappeprov, Dinas Binamarga, Dis Perhubungan, Kom&info.
b. Pengembangan Pelabuhan
Pengembangan infrastruktur
Distrik Manokwari Timur
pendukung Pelabuhan Nasional
APBD
DKP, Perhutani,
Provinsi,
Kemtr Neg LH, BPN,
APBD Kab
Dept Perindag,
Penyediaan lahan untuk daerah
Bappenas, DKP Prov,
berkembangan disekitar pelabuhan
BPN Provinsi, Dinas
Nasional sebagia kawasan
Perindag Prov,
perdagangan
Bappeprov, Dinas
Mempersiapkan Distrik Manokwari
Binamarga, Dis
Timur sebagai pusat pertumbuhan
Perhubungan,
karena didukung oleh pengembangan
Kom&info.
Pelabuhan.
√
Pengembangan jalur angkutan STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
118
WAKTU Rencana Kegiatan
NO
PELAKSANAA
LOKASI
N I
barang.
II
II
SUMBER
INSTANSI
DANA
PELAKSANA
IV
I
Pengembangan pariwisata di lokasi pelabuhan
a. Pengembangan kawasan perkebunan
Distrik Amberbaken –
√
DKP, Perhutani,
Mubrani, Anggi,
Kemtr Neg LH, BPN,
Sururey, Dataran Isim,
Dept Perindag,
Kebar, Senopi, Manokwari (Utara,
APBN, APBD
Selatan, Barat, Timur),
Provinsi,
Masni, Sidey,
APBD Kab
Oransbari, Ransiki -
Bappeprov, Dinas
Kom&info.
Menyambouw. 2. Kawasan Strategis Sosio-kultural
√ Pulau Mansinam
Dinas Binamarga, Dis
di Manokwari Kawasan Kebar dan Anggi,
Perindag Prov,
Perhubungan,
Warmare, Prafi,
Strategi Budaya di pegunungan Arfak,
BPN Provinsi, Dinas
Binamarga, Dis
Momi Waren,
Kawasan tempat injil pertama masuk
Bappenas, DKP Prov,
APBD Kab pegunungan Arfak, Kawasan Kebar dan
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
119
√
Perhubungan, Kom&info.
WAKTU Rencana Kegiatan
NO
PELAKSANAA
LOKASI
N I
Anggi, 3. Kawasan Strategis Penyelamatan Lingkungan Hidup a. Kawasan Rawan Gempa Bumi dan Tsunami
II
II
SUMBER
INSTANSI
DANA
PELAKSANA
IV
I √
Pantai Borarsi,
DKP, Kemtr Neg LH,
Angrem, Indoki,
APBN, APBD
Fanindi, Arkuki, Wirsi,
Provinsi,
Imbrairiri, Biryosi, dan
APBD Kab
Wosi
Prov, BPN Provinsi, Bappeprov, Dis Perhubungan, Kom&info.
Sumber : Hasil Rencana
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
BPN, Bappenas, DKP
120
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
121
View more...
Comments