Studio Perencanaan Kedu-Parakan
September 16, 2017 | Author: Naufal Rabbani Priyandianto AT | Category: N/A
Short Description
tugas mata kuliah studio perencanaan...
Description
LAPORAN AKHIR Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studio Perencanaan (TKP 437P)
Oleh Kelompok 1A : Ariani Suwandi Dapot Andri Agustinus Nisa Ayunda Adni Wildan Fadhlillah Renny Desiana Rebecca Theodora Dwitantri Rezkiandini Dwi Lestari Naufal Rabbani Arvi Nabiel Prima Dea Arijani Anindya Ayu Puspa
21040112120005 21040112140025 21040112130039 21040112140047 21040112130051 21040112130067 21040112130071 21040112130083 21040112130091 21040112110107 21040112140115 21040112140119
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2014
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Perencanaan merupakan kegiatan berkesinambungan yang mencakup keputusan atau pilihan dari berbagai alternatif penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu pada masa yang akan datang (Conyers dan Hills, 1994). Perencanaan dalam sebuah kota bertujuan memilih berbagai alternatif tujuan agar tercapai kondisi kota yang ideal. Oleh karena itu, perencanaan kota merupakan suatu kegiatan implementatif untuk mengakomodasi kebutuhan baru di masa datang. Hal ini dimaksudkan untuk memprediksi perkembangan wilayah. Industrial small city merupakan konsep perencanaan kota industri dengan konsentrasi kegiatan yang tinggi, adanya pengaruh multiplier (percepatan), serta adanya pengaruh polarisasi lokal yang sangat besar. Industri-industri yang ada menghasilkan produk yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat di kota tersebut. Dengan konsep industrial small city ini nantinya diharapkan dapat meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat secara merata melalui pemanfaatan dana dan sumber daya alam dengan memperhatikan keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup. Konsep ini juga bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara bertahap, mengubah struktur perekonomian ke arah yang lebih baik, memberikan nilai tambah bagi pertumbuhan industri, mendorong terciptanya teknologi yang tepat guna, meningkatkan keikutsertaan masyarakat dan kemampuan golongan ekonomi lemah, serta memperluas dan memeratakan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha. Wilayah yang dipilih sebagai wilayah studi adalah Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan yang merupakan bagian dari Kabupaten Temanggung. Dari segi potensi lokal, di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan terdapat pertanian hortikultura, tembakau dan kopi, industri kerajinan seperti keranjang tembakau dan terompah kayu, home industry ceriping ketela, tahu, rengginang, serabi, serta terdapat pula industri besar yaitu industri kayu lapis. Aktivitas-aktivitas industri tersebut terus-menerus berkembang dan dapat menimbulkan potensi atau masalah. Oleh karena itu, dibutuhkan perencanaan dengan lebih menitikberatkan pada konsep industrial small city. 1.2 Rumusan Masalah Dalam mengembangkan Kecamatan Kedu-Parakan sebagi kota kecil berbasis industri tidaklah mudah. Terdapat banyak tantangan yang akan dihadapi. Saat ini, permasalahan yang dihadapi dalam mewujudkan kota kecil berbasis industri Kedu-Parakan adalah belum adanya sentra industri untuk mendukung kegiatan industri kerajinan dan pangan yang efektif dan efisien, kurangnya inovasi pengembangan industri kerajinan dan pangan, belum adanya infrastruktur pendukung yang terintegrasi, kurangnya modal untuk pengembangan industri kerajinan dan pangan, minimnya bahan baku industri sehingga belum dapat memenuhi permintaan pasar, dan minimnya partisipasi mayarakat untuk pengembangan industri kerajinan dan pangan.
Saat ini, pembangunan jalan lingkar merupakan isu yang ada di Kabupaten Temanggung. Dengan adanya jalan lingkar tersebut, untuk ke depannya aksesibilitas di Kabupaten Temanggung diprediksikan akan semakin membaik. Selain itu, mobilitas penduduk Kabupaten Temanggung juga semakin meningkat. Hal ini sangat mendukung adanya pengembangan kota industri kecil untuk Kecamatan Kedu dan Parakan. Dengan adanya jalan lingkar tersebut, akan mendukung aktifitas industri yang ada. Distribusi barang menjadi lebih cepat, sehingga mengurangi resiko kerusakan barang saat pengiriman. Namun, jika tidak disertai dengan konsep perencanaan yang baik, pada masa yang akan maka akan menimbulkan berberapa masalah seperti peledakan penduduk akibat migrasi tenaga kerja, bertambahnya area terbangun yang mungkin tidak sesuai dengan perencanaan kawasan yang sudah ditentukan, terjadinya urban sprawl dan memicu tumbuhnya kawasan kumuh. Oleh karena itu, dibutuhkan konsep perencanaan yang baik dalam mengembangkan Kecamatan Kedu-Parakan sebagai kota kecil berbasis industri. Konsep perencanaan yang diterapkan adalah konsep pengembangan industri yang berbasis potensi lokal. Hal tersebut dilakukan agar menyelesaikan masalah-masalah yang saat ini terjadi di Kecamatan Kedu dan Parakan dan masalalah yang akan terjadi di masa yang akan datang. 1.3 Ruang Lingkup 1.3.1 Ruang Lingkup dan Konstelasi Wilayah Kabupaten Temanggung merupakan salah satu kabupaten yang terletak di tengah wilayah Propinsi Jawa Tengah. Kabupaten Temanggung memiliki luas 87.065 Ha (2,65% dari total luas Provinsi Jawa Tengah). Berdasarkan RTRWP Tahun 2003-2018, Kabupaten Temanggung memiliki fungsi pengembangan sebagai Pusat Pelayanan Lokal dan Provinsi. Ruang lingkup wilayah studi yaitu Kecamatan Kedu dengan luas wilayah sebesar 3.175,08 ha (3,6% dari total luas Kabupaten Temanggung) dan Kecamatan Parakan dengan luas wilayah sebesar 2.223 ha (2,55% dari total luas Kabupaten Temanggung).
Kabupaten Temanggung
Provinsi Jawa Tengah
Wilayah Kedu-Parakan
Sumber: Bappeda Kabupaten Temanggung, 2011 Peta 1.1 Konstelasi Wilayah
Kecamatan Kedu merupakan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) dengan fungsi pertanian, perkebunan, dan permukiman pada sistem perkotaan di Kabupaten Temanggung. Kecamatan Kedu dilalui oleh jalan kolektor primer yang menghubungkan antara Kabupaten Temanggung dengan Kabupaten Wonosobo. Kecamatan Parakan dilalui oleh jalan kolektor yang berasal dari Kecamatan Kedu dan jalan arteri yang berasal dari Kecamatan Ngadirejo. Kecamatan Parakan termasuk dalam kawasan perkotaan (RTRW Kabupaten Temanggung 2011-2031) dan juga termasuk daerah Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang berarti kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala Kabupaten atau beberapa kecamatan. Letak Kecamatan Parakan dan Kecamatan Kedu yang dilewati jalan utama, membawa keunggulan dalam aksesibilitas. Kedua kecamatan tersebut merupakan bagian dari Kabupaten Temanggung yang memilik sektor ekonomi utama berupa industri. Sektor industri di wilayah tersebut berkembang dengan cukup pesat sehingga diperlukan adanya suatu rencana pengembangan wilayah Kedu-Parakan sebagai kawasan industrial small city.
Sumber: Bappeda Kabupaten Temanggung, 2011 Peta 1.2 Administrasi Kedu-Parakan
1.3.2 Ruang Lingkup Materi Substansi yang dibahas dalam laporan akhir ini meliputi kondisi eksisting wilayah Kedu-Parakan, analisis kondisi eksisting wilayah Kedu-Parakan, dan perencanaan wilayah Kedu-Parakan sebagai industrial small city. Adapun aspek-aspek yang akan dikaji meliputi: Aspek kependudukan yang mencakup jumlah penduduk, kepadatan penduduk, dan proyeksi penduduk; Aspek perekonomian yang mencakup Produk Domestik Regional Bruto, sektor basis, tipologi Klassen, persebaran industri dan rantai nilai industri; Aspek kelembagaan yang mengkaji tentang peran stakeholder dalam pengembangan industri di Wilayah Kedu-Parakan; Aspek keruangan yang mencakup tata guna lahan, sistem pusat pemukiman, dan hubungan desa kota; Aspek infrastruktur yang mencakup jalan, drainase, sanitasi, persampahan, air bersih, listrik, sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana peribadatan, dan sarana perekonomian; dan Analisis terukur yang mencakup koefisien dasar bangunan dan ketinggian bangunan.
1.4 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam laporan ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, ruang lingkup dan konstelasi wilayah, ruang lingkup materi, sistematika penulisan, dan kerangka pikir. BAB II KONDISI EKSISTING Bab ini berisi kondisi eksisting yang meliputi aspek kependudukan, aspek perekonomian, aspek kelembagaan, aspek keruangan, dan aspek infrastruktur. BAB III ANALISIS KONDISI EKSISTING Bab ini berisi analisis yang meliputi analisis proyeksi penduduk, analisis perekonomian, analisis daya dukung lahan, analisis keruangan, analisis kebutuhan ruang, analisis kebutuhan sarana dan prasarana, dan analisis terukur. BAB IV PERENCANAAN KEDU-PARAKAN SEBAGAI INDUSTRIAL SMALL CITY Bab ini berisi tentang konsep perencanaan, tujuan perencanaan, elemen-elemen konsep perencanaan, sasaran dan strategi perencanaan, skenario perencanaan, indikasi program, rencana struktur ruang, dan rencana pola ruang.
1.5 Kerangka Pikir
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Gambar 1.1 Kerangka Pikir
BAB II KONDISI EKSISTING
Jiwa
2.1 Aspek Kependudukan Pembahasan aspek kependudukan meliputi jumlah penduduk dalam kurun waktu 3 tahun dan kepadatan penduduk. 56000 55000 54000 53000 52000 51000 50000 49000 48000 47000 46000
55368 53927 52542 50598
Parakan
49752
49873
Kedu
2010
2011
2012
Tahun
Sumber: BPS Kabupaten Temanggung, 2013 Grafik 2.1 Jumlah Penduduk di Kecamatan Kedu dan Parakan Tahun 2010-2012 (Jiwa)
65+
65+
60 - 64
60 - 64
55 - 59
55 - 59
50 -54
50 -54
45 - 49
45 - 49
40 - 44 35 - 39
Laki-Laki
30 - 34
Perempuan
25 - 29 20 - 24
Umur
Umur
Jumlah penduduk di Kecamatan Kedu lebih banyak dibandingkan dengan Kecamatan Parakan karena luas Kecamatan Kedu lebih besar dari Kecamatan Parakan. Jumlah penduduk Kecamatan Parakan menurun pada tahun 2011 diindikasikan karena migrasi keluar. Kedu Parakan
40 - 44 35 - 39 30 - 34 20 - 24
15 - 19
15 - 19
10 - 14
10 - 14
5-9
5-9
0-4
0-4
4000
Laki-Laki
25 - 29
2000
0
2000
4000
Jumlah Penduduk Sumber: BPS Kabupaten Temanggung, 2013 Grafik 2.2 Piramida Penduduk Kecamatan Kedu Tahun 2012 (Jiwa)
-5000
Perempuan
0
5000
Jumlah Penduduk Sumber: BPS Kabupaten Temanggung, 2013 Grafik 2.3 Piramida Penduduk Kecamatan Parakan Tahun 2012 (Jiwa)
Piramida penduduk berbentuk constructive dan memiliki ciri bagian dasar piramida kecil, sebagian kecil penduduk berada dalam kelompok umur muda (di bawah 15 tahun), tingkat kelahiran turun dengan cepat, dan tingkat kematian rendah. Bonus demografi di Wilayah Kedu-Parakan sebesar 23% hal ini menunjukan bahwa struktur usia produktif di Wilayah Kedu-Parakan >50% sehingga dibutuhkan lapangan pekerjaan yang dapat menanggung jumlah usia produktif di Wilayah Kedu-Parakan.
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Peta 2.1 Kepadatan Penduduk
Kecamatan Kedu memiliki kepadatan sebesar 15,19 jiwa/ha. Desa kepadatan tinggi dan sedang umumnya berada di sekitar jalan arteri, hal ini menunjukkan bahwa desa tersebut lebih berkembang jika di bandingkan dengan desa lainnya. Kepadatan penduduk tertinggi yaitu 15,22 jiwa/ha terdapat di Desa Kutoanyar. Desa dengan kepadatan rendah cenderung berada di bagian utara kecamatan. Kepadatan penduduk Kecamatan Parakan sebesar 22,77 jiwa/ha. Kepadatan penduduk tertinggi berada di Kelurahan Parakan Kauman dan Kelurahan Parakan Wetan. Hal ini disebabkan karena di Kelurahan Parakan Kauman terdapat Pasar Legi yang merupakan salah satu pusat perdagangan di Kabupaten Temanggung sehingga menjadi faktor penarik
penduduk untuk tinggal di daerah sekitarnya seperti Kelurahan Parakan Kauman dan Kelurahan Parakan Wetan. Kelurahan Parakan Kauman memiliki kepadatan penduduk sebesar 100 jiwa/ha, sedangkan Kelurahan Parakan Wetan memiliki kepadatan penduduk sebesar 91 jiwa/ha. Kepadatan penduduk rendah terdapat di desa-desa di bagian barat Kecamatan Parakan. Tingkat kepadatan terendah terletak di Desa Glapansari dengan kepadatan sebesar 7 jiwa/ha. Jumlah penduduk per mata pencaharian dapat digunakan untuk mengatahui pekerjaan dan aktivitas penduduk yang dominan di wilayah Kedu–Parakan. Jumlah penduduk jika dilihat dari mata pencarian adalah sebagai berikut. 14000
12639
12000
Jiwa
10000 8000
8446
7609
6777
6000
4437 3449
4000
1075
2000
Parakan
4289 2912
3167 1000
858
Kedu 785
392
0 Pertanian
Industri
Bangunan
Perdagangan Pengangkutan
Jasa
Lain - lain
Mata Pencaharian
Sumber: BPS Kabupaten Temanggung, 2013
Grafik 2.4 Jumlah Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut Mata Pencaharian diWilayah Kedu-Parakan Tahun 2012 (Jiwa)
Grafik diatas merupakan grafik jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan. Jumlah penduduk yang bekerja di Kecamatan Kedu adalah sebesar 32851 jiwa. Di Kecamatan Kedu, sebesar 26% dari total penduduk yang bekerja (terbesar kedua setelah sektor pertanian), bekerja pada sektor industri. Jumlah penduduk yang bekerja di Kecamatan Parakan adalah sebesar 24984 jiwa.Di Kecamatan Parakan sebesar 14% dari total penduduk yang bekerja (terbesar keempat setelah perdagangan, pertanian dan jasa), bekerja pada sektor industri.Kecamatan Parakan sebagaian besar penduduknya bekerja di sektor perdagangan dan jasa karena Kecamatan Parakan merupakan pusat pemasaran atau perdagangan hasil pertanian.
25000
22009
Jiwa
20000
16872
15000 10000 5000
5351 877
1171
758 977
DIV/Sarjana
DI/DII/DIII
10414 10868
8860 8483
7550
0 SLTA
SLTP
SD
Tidak/Belum Tamat SD
Kedu Parakan
Pendidikan Sumber: BPS Kabupaten Temanggung, 2013
Grafik 2.5 Jumlah Penduduk Usia 5 Tahun ke Atas Menurut Tingkat Kelulusan Pendidikan diWilayah Kedu-Parakan Tahun 2012 (Jiwa)
Grafik diatas menunjukkan jumlah penduduk di Kecamatan Kedu dan Parakan berdasarkan tingkat tamatan pendidikan. Tamatan yang paling banyak adalah lulusan SD baik di Kecamatan Kedu maupun Kecamatan Parakan. Hal ini menunjukan bahwa di Kecamatan Kedu maupun Kecamatan Parakan memiliki kualitas SDM yang tergolong rendah karena jumlah penduduk yang tamat SD sebesar 65% dari total jumlah penduduk berdasarkan tingkat kelulusan pendidikan. 2.2 Aspek Perekonomian Aspek perekonomian mengkaji distribusi PDRB, tipologi Klassen, sektor basis, dan industri di wilayah Kedu-Parakan. Candiroto 3%
Bejen Tretep 2% 2%
Gemawang 3% Jumo
Wonoboyo 3% Parakan 9%
4% Ngadirejo 6%
Kledung 5% Bansari 3% Bulu 6%
Kedu 7%
Temanggung 13%
Kandangan 6% Kaloran 5%
Tlogomulyo Tembarak 3%
Pringsurat 9%
4% Kranggan 7%
Selopampang 2%
Sumber: BPS Kabupaten Temanggung, 2012
Grafik 2.6 Distribusi PDRB ADHK 2000 Per Kecamatan di Kabupaten Temanggung Tahun 2011 (Persen)
Total PDRB ADHK 2000 Kabupaten Temanggung pada tahun 2011 adalah sebesar 2.521.439,02 juta rupiah. Kecamatan Parakan merupakan penyumbang PDRB terbesar kedua (terbesar Kecamatan Temanggung sebesar 13%) di Kabupaten Temanggung yaitu sebesar 9%. Sementara itu, Kecamatan Kedu merupakan penyumbang PDRB terbesar ketiga (setelah Kecamatan Temanggung dan Kecamatan Parakan) yaitu sebesar 7%. Hal ini mengindikasikan bahwa Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan merupakan wilayah yang berperan penting dalam perekonomian di Kabupaten Temanggung. Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui kondisi perkembangan ekonomi di masing-masing kecamatan di Kabupaten Temanggung. Penentuan tersebut berdasarkan PDRB per kapita dan laju pertumbuhan PDRB daerah.
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan,2014
Peta 2.2 Tipologi Klassen Kabupaten Temanggung Tahun 2012
Berdasarkan peta hasil analisis di atas, dapat diketahui bahwa Kecamatan Kedu termasuk ke dalam daerah yang berkembang pesat karena walaupun PDRB per kapita di Kecamatan Kedu di bawah Kabupaten Temanggung, tetapi Kecamatan Kedu memiliki pertumbuhan PDRB di atas Kabupaten Temanggung. Kecamatan Parakan merupakan
daerah maju dan tumbuh pesat. Hal tersebut disebabkan karena Kecamatan Parakan memiliki PDRB per kapita dan laju pertumbuhan PDRB di atas Kabupaten Temanggung. Untuk mengetahui dominasi sektor ekonomi di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan, berikut ini disajikan diagram distribusi PDRB per sektor di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan. Kedu Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 3% Pengangkut an dan Komunikasi 5%
Parakan Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 6%
Jasa-Jasa 9%
Jasa-Jasa 14%
Pertanian 12%
Pertanian 31%
Perdaganga n, Hotel & Restoran 18%
Bangunan 6%
Pertambang an & Penggalian 0%
Industri Pengolahan 27%
Industri Pengolahan 25%
Listrik, Gas & Air Bersih 1%
Pertambang an & Penggalian 2%
Sumber: BPS Kabupaten Temanggung, 2012
Pengangkut an dan Komunikasi 12%
Perdaganga n, Hotel & Restoran 24%
Listrik, Gas & Air Bersih 1% Bangunan 4%
Sumber: BPS Kabupaten Temanggung, 2012
Grafik 2.7 Distribusi PDRB ADHK 2000 Kecamatan Kedu Tahun 2011 (Persen)
Grafik 2.8 Distribusi PDRB ADHK 2000 Kecamatan Parakan Tahun 2011 (Persen)
Total PDRB ADHK 2000 Kecamatan Kedu Tahun 2011 adalah Rp 164.086,86 juta rupiah. Kontribusi nilai PDRB di Kecamatan Kedu didominasi oleh sektor pertanian (31%); industri pengolahan (25%); dan perdagangan, hotel dan restoran (18%). Besarnya sumbangan sektor industri di Kecamatan Kedu disebabkan oleh banyaknya industri kecil yang terdapat di Kecamatan Kedu.
Total PDRB ADHK 2000 Kecamatan Parakan Tahun 2011 adalah Rp 219.797,90 juta rupiah. PDRB Kecamatan Parakan didominasi oleh 4 sektor yaitu industri pengolahan, perdagangan, hotel & restoran, jasa-jasa dan pertanian. Nilai PDRB tertinggi berada pada sektor industri pengolahan yaitu sebesar Rp 59,695.88 juta rupiah (27% dari total PDRB Kecamatan Parakan). Tingginya kontribusi sektor industri pengolahan disebabkan karena banyaknya industri yang berlokasi di Kecamatan Parakan.
Kedu
Parakan 3.00
3.00 2.43
2.50
2.50
1.50 1.00
1.79
2.00
2.00 1.09
1.24
1.08 1.06
0.93
0.73 0.84
0.99
1.00 0.62
0.81
1.42 0.88
0.50 0.51
0.50
0.50
0.00
0.00
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014
1.41
1.28
1.50
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014
Grafik 2.9 Rata-rata LQ Kecamatan Kedu Tahun 2007-2011
Grafik 2.10 Rata-rata LQ Kecamatan Parakan Tahun 2007-2011
Nilai LQ sektor industri pengolahan Kecamatan Kedu bernilai >1 yaitu 1,24. Nilai tersebut menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan merupakan sektor unggulan dan menjadi sektor basis yang harus dikembangkan lebih lanjut. Sektor industri pengolahan dapat menjadi sektor basis dikarenakan berkembangnya home industry di Kecamatan Kedu. Selain untuk meningkatkan pendapatan daerah, hal tersebut juga menguntungkan karena akan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat.
Berdasarkan grafik diatas, nilai LQ sektor industri pengolahan Kecamatan Parakan >1 yaitu 1,28. Nilai LQ>1 menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan merupakan sektor unggulan dan menjadi sektor basis yang harus dikembangkan lebih lanjut di Kecamatan Parakan. Hal ini disebabkan karena banyaknya industri sedangbesar yang berada di Kecamatan Parakan sehingga dapat meningkatkan pendapatan daerah.
Kedu
Parakan
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014
Gambar 2.1 Tipologi Sektor Ekonomi Wilayah Kedu-Parakan
Sektor industri pengolahan di Kecamatan Kedu merupakan sektor potensial yaitu sektor yang mampu memenuhi permintaan pasar di dalam wilayah dan melakukkan ekspor ke luar wilayah, namun sektor ini kurang berkembang dengan baik. Oleh karena itu, sektor industri pengolahan merupakan salah satu sektor yang menjadi prioritas perencanaan pengembangan ekonomi di Kecamatan Kedu.
Di Kecamatan Parakan, sektor industri pengolahan merupakan salah satu sektor unggulan yaitu sektor yang berkembang secara progresif dan mampu memenuhi kebutuhan permintaan pasar di dalam wilayah dan juga diekspor ke luar wilayah. Sektor industri pengolahan merupakan prioritas pertama dalam perencanaan pengembangan sektor ekonomi di Kecamatan Parakan.
Industri Kedu Industri Besar (TK >100 orang), 5
Parakan Industri Sedang (TK 20 sd 99 orang), 1
Industri Besar (TK >100 orang), 5
Industri Kecil dan Rumah Tangga (TK 1 sd 19 orang), 1460
Industri Sedang (TK 20 sd 99 orang), 2
Industri Kecil dan Rumah Tangga (TK 1 sd 19 orang), 1118
Sumber: BPS Kabupaten Temanggung, 2013
Sumber: BPS Kabupaten Temanggung, 2013
Grafik 2.11 Jumlah Industri menurut Jenisnya di Kec. Kedu Tahun 2012 (Unit)
Grafik 2.12 Jumlah Industri menurut Jenisnya di Kec. Parakan Tahun 2012 (Unit)
Kecamatan Kedu didominasi oleh industri rumah tangga. Jenis-jenis industri yang ada di Kecamatan Kedu adalah industri kerajinan dan pangan. Selain terdapat industri kecil, di Kecamatan Kedu juga terdapat industri besar yaitu industri kayu lapis yang berlokasi di Desa Candimulyo.
Kecamatan Parakan didominasi oleh industri rumahan (home industry). Adapun industri rumahan di Kecamatan Parakan mayoritas adalah industri kerajinan dan pangan. Sementara itu, industri besar di Kecamatan Parakan berupa industri kayu lapis yang berada di Desa Caturanom.
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014
Peta 2.3 Persebaran Industri di Wilayah Kedu-Parakan
Dalam pelaksanaannya, setiap industri pasti melakukkan proses pengolahan barang mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Maka, diperlukan suatu gambaran alur proses kegiatan industri untuk mengetahui skala industri tersebut. Berikut ini adalah alur kegiatan beberapa industri di wilayah Kedu-Parakan.
Sumber: BPS Kabupaten Temanggung, 2013 Gambar 2.2 Alur Industri Kopi
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Gambar 2.3 Alur Industri Ceriping Ketela
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Gambar 2.4 Alur Industri Keranjang Tembakau
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Gambar 2.5 Alur Industri Batu Bata
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Gambar 2.6 Alur Industri Genteng
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Gambar 2.7 Alur Industri Gerabah
2.3 Aspek Kelembagaan Aspek kelembagaan merupakan sebuah komponen yang penting dalam suatu wilayah, di samping itu mempunyai fungsi ataupun peranan sebagai agen sosialisasi perubahan terencana yang tumbuh dari masyarakat dan atau diprakarsai oleh pemerintah/stakeholder terkait. Lebih dari itu, dapat berperan sebagai perekat dan penguat keberhasilan dan keberlanjutan kegiatan-kegiatan yang ada di lingkungan masyarakat. Setiap kelembagaan memiliki fungsi/peran yang berbeda.
Tabel II.1 Jenis Kelembagaan dan Fungsinya
No 1
2
3
4
Stakeholder Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPMD) Badan Permusyawaratan Desa
Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Karang Taruna
Peran Sebagai lembaga penyalur aspirasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan yang bertumpu pada masyarakat desa/ kelurahan Berperan dalam menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi masyarakat dalam bidang pembangunan serta meningkatkan prakasa serta partisipasi masyarakat untuk melaksanakan pembangunan secara terpadu, baik yang berasal dari berbagai kegiatan pemerintahan maupun swadaya gotong royong masyarakat dan menumbuhkan kondisi dinamis masyarakat untuk mengembangkan ketahanan di desa. Kelurahan. Lembaga yang berperan sangat strategis dalam memberdayakan keluarga terutama perempuan sebagai motor penggeraknya sebagai lembaga pemberdaya masyarakat/ wadah pengembangan generasi muda yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial dari, oleh, dan untuk masyarakat terutama generasi muda diwilayah desa/kelurahan
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014
2.4 Aspek Kebijakan Perencanaan Pembangunan Berdasarkan RTRW Kabupaten Temanggung Tahun 2011-2031 kebijakan untuk Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan adalah sebagai berikut sebagai berikut : Kedu Parakan Kebijakan perencanaan di Kecamatan Kedu Kebijakan pemerintah di Kecamatan adalah sebagai berikut: Parakan sebagai berikut: Kecamatan Kedu merupakan kawasan Kecamatan Parakan direncanakan peruntukan industri dengan kegiatan sebagai kegiatan industri menengah menengah yang tidak berpotensi yang tidak berpotensi menimbulkan menimbulkan dampak lingkugan dan dampak lingkungan dan dapat dapat berlokasi di luar kawasan berlokasi di luar kawasan peruntukan peruntukan industri. industri. Rencana lokasi Tempat Pemrosesan Kawasan Perkotaan Parakan Akhir (TPA) salah satunya berada di merupakan bagian dari kawasan Kecamatan Kedu dengan sistem sanitary strategis dari sudut kepentingan landfill. pertumbuhan ekonomi provinsi. Merupakan bagian dari kawasan Rencana lokasi Tempat Pemrosesan strategis dari sudutkepentingan Akhir (TPA) salah satunya berada di pertumbuhan ekonomi provinsi. Kecamatan Parakan dengan sistem sanitary landfill. Merupakan PPK (Pusat Pelayanan
Kedu Parakan Kawasan) yaitu kawasan perkotaan Merupakan PKL (Pusat Kegiatan yang berfungsi untuk melayani kegiatan Lokal) yaitu kawasanperkotaan yang skala kecamatan atau beberapa desa. berfungsi untuk melayani kegiatan skala Kabupatenatau beberapa kecamatan. 2.5 Aspek Keruangan 2.5.1 Tata Guna Lahan
Sumber: Bappeda Kabupaten Temanggung, 2011 Peta 2.4 Penggunaan Lahan
Kedu Luas wilayah Kecamatan Kedu yakni sebesar 3.175,08 Ha atau 3,6% dari total luas Kabupaten Temanggung dengan penggunaan lahan sawah 2.190,13 Ha atau 69% dan penggunaan lahan bukan sawah 984,95 Ha atau 31%. Persebaran lahan terbangun berupa permukiman, pertokoan, gedung
Parakan Luas Kecamatan Parakan sebesar 2.223 Ha atau 2,55% dari total luas Kabupaten Temanggung. Prosentase penggunaan lahan sawah irigasi yakni sebesar 61,11% dari total luas wilayah. Selain itu penggunaan lahan terbesar peringkat kedua adalah permukiman, penggunaan lahan untuk permukiman yakni sebesar
perkantoran, gedung pendidikan, puskesmas dan lain-lain tersebar di beberapa desa di Kecamatan Kedu yang memiliki karakteristik perkotaan. Sedangkan untuk lahan non terbangun terdiri dari sawah, tegalan/perkebunan hampir tersebar di seluruh desa di Kecamatan Kedu.
20,59%. Pola penggunaan lahan permukiman memanjang dan terpusat di beberapa desa/kelurahan seperti di Kelurahan Parakan Kauman dan Parakan Wetan. Penggunaan lahan permukiman di kedua kelurahan ini memiliki prosentase hampir setengah dari luas lahan kelurahan.
2.5.2 Sistem Pusat Pemukiman
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Peta 2.5 Sistem Pusat Permukiman
Sistem pusat pemukiman dilihat berdasarkan ketersediaan (kelengkapan) sarana yang terdapat di suatu wilayah tertentu. Berdasarkan hasil analisis sistem pusat pemukiman di wilayah Kedu-Parakan, terdapat beberapa wilayah dengan fungsi pelayanan yang berbeda-beda. Daerah yang menjadi pusat pelayanan yaitu Keluarahan Parakan Kauman dan Parakan Wetan. Kedua kelurahan ini memiliki sarana yang lebih lengkap dibandingkan desa lainnya sehingga mampu melayani desa-desa di sekitarnya. Di kedua kelurahan tersebut memiliki sarana perdagangan, sarana pendidikan dan sarana kesehatan yang lebih lengkap dan memadai, sehingga banyak masyarakat yang
lebih memilih untuk menuju ke kedua kelurahan tersebut. Sedangkan yang termasuk ke dalam sub pusat pelayanan antara lain Desa Wanutengah, Desa Kutoanyar dan Desa Kedu, dan untuk desa-desa lainnya sebagai pusat lingkungan. Sub pusat pelayanan tersebut berfungsi untuk melayani pusat lingkungan di wilayah Kedu-Parakan. Interaksi antar pusat pelayanan, sub pusat pelayanan dan pusat lingkungan sangat dipengaruhi aksesibilitas. Interaksi tersebut dihubungkan melalui jaringan jalan yang menghubungkan antara pusat, sub pusat dan pusat lingkungan satu dengan yang lainnya. Kondisi jalan yang baik serta ketersediaan angkutan umum yang mudah dijangkau, akan memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mengakses saranasarana yang terdapat di daerah pusat dan sub pusat pelayanan. 2.5.3 Hubungan Desa Kota
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Peta 2.6 Desa Kota
Hubungan desa kota di wilayah Kedu-Parakan terjadi dalam hal pergerakan baik barang maupun manusia. Hubungan dalam hal pergerakan barang tersebut dapat dilihat dari tujuan dan asal barang-barang yang terdapat di wilayah Kedu-Parakan terutama untuk pemenuhan kebutuhan industri di wilayah tersebut. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, sebagian besar masyarakat Kedu-Parakan memperoleh kebutuhannya dari dalam wilayah Kedu-Parakan sendiri. Meskipun demikian,
kebutuhan-kebutuhan masyarakat juga diperoleh dari luar wilayah Kedu-Parakan seperti Kecamatan Temanggung dan Kabupaten Wonosobo. Di Kecamatan Parakan terdapat Pasar Legi yang berada di Kelurahan Parakan Kauman yang menjadi pusat penjualan dan pembelian barang dari daerah lain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kecamatan Parakan dan kecamatan di sekitarnya. Barang-barang dari wilayah Kedu-Parakan dipasarkan ke dalam wilayah Kedu-Parakan sendiri. Selain dipasarkan dalam wilayah Kedu-Parakan, barang-barang tersebut juga dipasarkan ke luar wilayah Kedu-Parakan seperti Temanggung, Wonosobo dan Magelang. Sebagian besar penduduk di Kecamatan Parakan bekerja pada sektor perdagangan dan jasa, hal ini dikarenakan Kecamatan Parakan merupakan pusat pemasaran atau perdagangan hasil pertanian. Berbeda dengan Kecamatan Parakan, sebagian besar masyarakat Kecamatan Kedu bekerja pada sektor pertanian. Untuk memenuhi kebutuhan khususnya kebutuhan pertanian, masyarakat di Kecamatan Kedu menuju Kecamatan Parakan untuk memperoleh segala kebutuhan yang diperlukan. Adanya Pasar Legi mampu membangkitkan pergerakan yang tinggi di dalam wilayah Kedu-Parakan. Lokasi pasar dilewati jalur arteri yang menghubungkan wilayah KeduParakan dengan Temanggung dan Wonosobo sehingga menimbulkan aktivitas yang cukup tinggi di kawasan sekitar Pasar Legi. Interaksi antara desa dan kota dalam wilayah Kedu-Parakan berjalan dengan lancar karena didukung dengan aksesibilitas yang mudah, hal ini ditunjukkan dengan kondisi jalan yang baik dan ketersediaan angkutan umum sehingga sangat mendukung pergerakan barang dan masyarakat yang cukup tinggi. 2.6 Aspek Prasarana dan Sarana 2.6.1 Jalan Di wilayah Kedu-Parakan terdapat jalan yang terdiri dari jalan lingkungan hingga arteri sehingga kedua kecamatan ini memiliki lokasi yang strategis. Kondisi jalan di wilayah Kedu-Parakan cukup baik namun masih terdapat beberapa jalan lingkungan memiliki kondisi yang kurang baik seperti berlubang dan berbatu (jalan terasahan). Sementara itu untuk kondisi jalan kolektor dan arteri terbilang baik. Hal ini dapat dilihat dari sedikitnya kerusakan pada jalan. Namun, di sisi lain, jalan-jalan di wilayah KeduParakan masih minim penerangan jalan.
Sumber: Hasil Dokumentasi Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Gambar 2.8 Jalan dengan Kondisi yang Rusak
Sumber: Hasil Dokumentasi Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Gambar 2.9 Kondisi Jalan Lokal dengan Penerangan Jalan yang Minim
Berikut ini adalah kajian untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan jalan di wilayah Kedu-Parakan pada tahun 2012.
Bidang Pelayanan
Tabel II.2 Standar Pelayanan Minimal Bidang Jalan di Indonesia Standar Pelayanan Kuantitas Kualitas Cakupan Konsumsi/Produksi
Keterangan
Jaringan jalan Kepadatan Penduduk Indeks (jiwa/km2) Aksesibilitas Sangat tinggi > 5000 >5 Aspek Seluruh Tinggi > 1000 >1,5 aksesibilitas jaringan Sedang >500 >0,5 Rendah >100 >0,15 Sangat rendah 0,05 PDRB per kapita Indeks (juta RP/kap/tahun) Mobilitas Sangat tinggi >10 >5 Aspek Seluruh Tinggi >5 >2 mobilitas jaringan Sedang >2 >1 Rendah >1 >0,5 Sangat rendah 0,2 Sumber : Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2001
Penjang jalan/luas (km/km2)
Panjang jalan/1000 penduduk
Aksesibilitas Kuantitas : Jumlah Penduduk/LuasWilayah : 105.966/108,93467 : 972,748 => masuk kategori >500 -> sedang Kualitas : indeks aksesibilitas > 0,5 (berdasarkan hasil kuantitas) Perhitungan Kesesuaian
: Panjang Jalan/Luas Wilayah : 174,689/108,93467 : 1,603,613 => MEMENUHI
Beradasarkan perhitungan menggunakan SPM Bidang Jalan yang dikeluarkan Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah tahun 2001, wilayah Kedu Parakan dari segi kuantitas aksesibilitas tergolong tinggi yaitu 972,748 dengan kualitas berupa indeks aksesibilitas >0,5 yang diperoleh dari hasil penilaian kuantitas. Berdasarkan panjang jalan terhadap luas wilayah Kecamatan Kedu-Parakan memiliki nilai 1,603 yang sesuai dengan indeks aksesibilitas yaitu >1,5. Artinya dari segi aksesibilitas panjang jalan di Kecamatan Kedu-Parakan sudah memenuhi aksesibilitas penduduknya. Mobilitas Kuantitas : Total PDRB 2012 = Rp 405.054,8 juta Pendapatan perkapita = Rp 3.83 juta/tahun maka tergolong sedang >2 Kualitas : Indeks mobilitas >1 (didapat dari kuantitas)
Perhitungan Kesesuaian
:Panjang Jalan/Jumlah Penduduk*1000 : 174,689/105.966*1000 : 1,648 => Memenuhi
Berdasarkan perhitungan menggunakan SPM Bidang Jalan yang dikeluarkan Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah tahun 2001, wilayah Kedu Parakan dari segi kuantitas mobilitas tergolong sedang yaitu tergolong >2 dengan kualitas berupa indeks mobilitas >1 yang diperoleh dari hasil penilaian kuantitas. Berdasarkan panjang jalan per seribu penduduk, wilayah Kedu-Parakan memiliki nilai 1,648 yang sesuai dengan indeks mobilitas yaitu >1,5. Artinya, dari segi mobilitas, panjang jalan di wilayah Kedu-Parakan sudah memenuhi mobilitas penduduknya. 2.6.2 Drainase Drainase di wilayah Kedu-Parakan terbagi menjadi dua yaitu drainase tebuka dan drainase tertutup serta masih ditemukan jalan yang belum memiliki drainase.
Sumber: Hasil Dokuemntasi Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Gambar 2.10 Aliran Air di Drainase yang Lancar di wilayah Kedu-Parakan
Sumber: Hasil Dokuemntasi Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Gambar 2.11 Drainase yang Kering di wilayah Kedu-Parakan
Sumber: Hasil Dokuemntasi Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Gambar 2.12 Permukiman yang Tidak Memiliki Drainase
2.6.3 Sanitasi Di wilayah Kedu-Parakan, kondisi jaringan sanitasi sudah cukup baik. Hal ini terlihat dari kepemilikan MCK pribadi yang telah menyeluruh di hampir seluruh desa. Pada tahun 2011, tingkat pelayanan jaringan sanitasi di wilayah Kedu-Parakan mencapai 80% dan 92%. Berikut ini adalah grafik jumlah kepemilikian MCK pribadi di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan.
Kepemilikan MCK Pribadi di Kecamatan Kedu 1400 1200 1000 800 600 400 200 0
MCK
Sumber: BPS Kabupaten Temanggung, 2013
Grafik 2.13 Kepemilikan MCK Pribadi di Kecamatan Kedu Tahun 2012
NGLONDONG
BAGUSAN
TRAJI
WANUTENGAH
SUNGGINGSARI
GLAPANSARI
TEGALROSO
WATUKUMPUL
DEPOKHARJO
RINGINANOM
DANGKEL
MANDISARI
CAMPURSALAM
MCK PARAKAN WETAN
CATURANOM
3000 2500 2000 1500 1000 500 0
PARAKAN…
Kepemilikan MCK Pribadi di Kecamatan Parakan
Sumber: BPS Kabupaten Temanggung, 2013
Grafik 2.14 Kepemilikan MCK Pribadi di Kecamatan Parakan 2012
Berdasarkan grafik diatas, diketahui bahwa hampir seluruh desa di Kecamatan Kedu sudah mempunyai MCK pribadi, hanya di Desa Tegalsari dan Desa Bojongnegoro yang memiliki jumlah kepemilikan MCK pribadi yang sedikit karena masih didominasi oleh pembuangan air limbah ke sungai. Begitu pula di Kecamatan Parakan, hampir seluruh desa sudah terlayani jaringan sanitasi. Hanya di Desa Wanutengah yang belum terlayani secara optimal, namun pada desa tersebut sudah terdapat MCK Umum sebagai pelayanan sanitasi di Desa Wanutengah. 2.6.4 Persampahan Jaringan persampahan di wilayah Kedu-Parakan masih belum terintegrasi dengan baik. Berikut ini adalah tabel jaringan persampahan di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan. Tabel II.3 Tempat Pembuangan dan Keberadaan TPS di Kecamatan Kedu Desa
Tempat Pembuangan
TPS
Danurejo
Dibakar
Tidak ada
Danurejo
Dibakar
Tidak ada
Candi Mulya
Tempat sampah, kemudian diangkut
Tidak ada
Kedu
Tempat sampah, kemudian diangkut
Ada
Mojo Tengah
Dibakar
Tidak ada
Kuto Anyar
Sungai
Tidak ada
Tegal Sari
Sungai
Tidak ada
Kundisari
Lahan kosong
Tidak ada
Mergowati
Dibakar
Tidak ada
Karangtejo
Dibakar
Tidak ada
Desa
Tempat Pembuangan
TPS
Ngadimulyo
Dibakar
Tidak ada
Gondang Wayang
Dibakar
Tidak ada
Bojonegoro
Sungai
Tidak ada
Bandunggede Sumber : Podes 2011
Lahan kosong
Tidak ada
Tabel II.4 Tempat Pembuangan dan Keberadaan TPS di Kecamatan Parakan Desa
Tempat Pembuangan
TPS
Caturanom
Sungai
Tidak ada
Parakan Kauman
Tempat sampah, kemudian diangkut
Ada
Parakan Wetan
Tempat sampah, kemudian diangkut
Ada
Campursalam
Sungai
Tidak ada
Mandisari
Sungai
Ada
Dangkel
Tempat sampah, kemudian diangkut
Ada
Ringinanom
Sungai
Tidak ada
Depokharjo
Sungai
Tidak ada
Watukumpul
Drainase/got
Tidak ada
Tegalroso
Tempat sampah, kemudian diangkut
Ada
Glapansari
Lahan kosong
Tidak ada
Sunggingsari
Dibakar
Tidak ada
Wanutengah
Sungai
Tidak Ada
Traji
Lahan Kosong
Tidak Ada
Bagusan
Sungai
Tidak Ada
Nglondong
Lahan Kosong
Ada
Sumber : Podes 2011
Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa di wilayah Kedu-Parakan, pembuangan sampah masih tergolong tradisional. Di beberapa desa di wilayah Kedu-Parakan, masih banyak penduduk yang membuang sampah ke sungai. Hal ini dapat berpotensi menimbulkan permasalahan lingkungan di masa yang akan datang. Selain itu, tidak sedikit pula penduduk membakar sampah di lahan kosong atau pekarangan rumah. Desa/kelurahan di wilayah Kedu-Parakan belum seluruhnya memiliki Tempat Pembuangan Sementara (TPS), terutama di Kecamatan Kedu yang hampir 95% daerahnya belum mempunyai TPS, TPS hanya terdapat di pusat Kecamatan Kedu , yaitu Desa Kedu. Sedangkan di Kecamatan Parakan, hampir 50% daerahnya memiliki TPS. 2.6.5 Air Bersih Terdapat tiga sumber air bersih di wilayah Kedu-Parakan yaitu PDAM, sumur dan mata air. Sebagian besar penduduk wilayah Kedu–Parakan mendapatkan air bersih yang bersumber dari sumur artesis karena didukung oleh ketersediaan air tanah yang cukup. Selain itu, posisi wilayah Kedu–Parakan yang berdekatan dengan Gunung Sumbing–Sindoro menyebabkan sebagian penduduk dapat menggunakan mata air
sebagai sumber air utama, salah satunya adalah penduduk Desa Glapansari dan Desa Traji. Penggunaan sumber air bersih yang berasal dari sumur artesis dan mata air disebabkan oleh cakupan pelayanan PDAM yang belum merata ke seluruh wilayah Kedu-Parakan. Tabel II.5 Sumber Mata Air Kecamatan Parakan Tahun 2010 Desa Mata Air Debit (L/ dtk) Glapansari MA Tuk Sari 20 Traji MA Tloyo 20 Sumber: RTRW Kabupaten Temanggung 2011-2031
Standar Pelayanan Minimum (SPM) digunakan sebagai indikator kesejahteraan masyarakat dalam pelayanan air bersih. Berikut ini adalah perhitungan SPM keandalan ketersediaan air baku. 𝑚3 𝐾𝑒𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟 𝑏𝑎𝑘𝑢 ( )𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑖𝑛𝑠𝑡𝑎𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑜𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑖𝑟 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑥 100% 𝑚3 𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟 𝑏𝑎𝑘𝑢 ( ) 𝑏𝑒𝑟𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑟 𝑀𝐷𝐺𝑠 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
Jumlah penduduk tahun 2012 wilayah Kedu-Parakan sebesar 105.966 jiwa. Jumlah ketersediaan air baku dari instalasi pengolahan air yaitu 1.000.000 m3/ tahun. Setiap orang membutuhkan air baku minimal sebesar 60 liter/ orang/ hari. Maka jumlah kebutuhan air baku minimal di wilayah Kedu-Parakan yaitu: 𝐾𝑒𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟 𝑏𝑎𝑘𝑢 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑖𝑛𝑠𝑡𝑎𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑜𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑖𝑟 𝑥 100% 𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟 𝑏𝑎𝑘𝑢 𝑏𝑒𝑟𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑟 𝑀𝐷𝐺𝑠 1.000.000 𝑚3/ 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 106.066𝑥0,06𝑥365 1.000.000 𝑚3/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 = 2.322.845
=
𝑥 100% 𝑥 100%
= 43,05 Berdasarkan perhitungan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2012 yang telah terlayani air bersih sebesar 43,05% atau 45.661 dari 106.066 jiwa penduduk di wilayah Kedu-Parakan. 2.6.6 Listrik Secara keseluruhan wilayah Kedu–Parakan sudah teraliri listrik dari PLN. Salah satu sumber energi listrik yang terdapat di wilayah Kedu-Parakan adalah sebuah gardu induk listrik yang berada di Desa Mojotengah, Kecamatan Kedu. Berikut adalah jumlah pelanggan listrik di wilayah Kedu-Parakan tahun 2010-2012.
Tabel II.6 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Tahun 2010-2012 Banyaknya Pelanggan Perkembangan Kecamatan 2010 2011 2012 Jumlah % Parakan 11.913 12.664 13.614 950 7,5 Kedu 10.880 11.402 12.343 941 8,25 Sumber: BPS Kabupaten Temanggung, 2013
Tabel di atas menunjukkan adanya peningkatan pelanggan listrik dari PLN. Hal ini disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk wilayah Kedu-Parakan sehingga kebutuhan listrik juga meningkat. Gardu listrik di Desa Mojotengah Kecamatan Kedu digunakan untuk penyediaan kebutuhan listrik untuk wilayah sekitar khususnya Kabupaten Temanggung. Penggunaan listrik tersebut bukan hanya untuk rumah tangga namun juga digunakan untuk keperluan seperti industri dan lain-lain. 2.6.7 Sarana Pendidikan Sarana pendidikan merupakan salah satu sarana pokok yang harus dimiliki setiap wilayah untuk menunjang kehidupan masyarakat. Berikut adalah tabel sarana pendidikan di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan: Tabel II.7 Banyaknya Sarana Pendidikan di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan Tahun 2012 Jenis Sarana Pendidikan Kecamatan
TK
SD
SMP
Kedu 36 38 7 Parakan 30 25 6 Sumber : BPS Kabupaten Temanggung, 2013
SMA
Perguruan Tinggi
3 4
0 1
Berdasarkan tabel di atas, sarana pendidikan di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan sudah cukup lengkap. Di Kecamatan Parakan terdapat satu perguruan tinggi sehingga banyak penduduk dari kecamatan sekitar akan melanjutkan studi di Kecamatan Parakan.
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Peta 2.7 Jangkauan Pelayanan TK
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Peta 2.8 Jangkauan Pelayanan SD
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Peta 2.9 Jangkauan Pelayanan SMP
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Peta 2.10 Jangkauan Pelayanan SMA
Peta jangkauan pelayanan sarana pendidikan di atas didasarkan pada radius pencapaian yang diambil dari SNI 03-1733-1989, Tata cara perencanaan kawasan perumahan kota. Jangkauan pelayanan TK belum memadai, desa yang masih belum terjangkau adalah Desa Tegalroso, Gondangwayang, Bandunggede, Sunggingsari, Karangtejo, Ngadimulyo, Salamsari dan Bojongnegoro, sehingga perlu adanya penambahan 12 TK pada desa-desa tersebut, masing-masing desa 1 TK, kecuali pada Desa Bojongnegoro dan Bandunggede 2 TK, dan Desa Gondangwayang 3 TK. Jangkauan pelayanan SMP belum memadai, desa yang masih belum terjangkau adalah Desa Sunggingsari, Glapangan, Bandunggede, Bojongnegoro, Karanggtejo, dan Ngadimulyo, sehingga perlu adanya penambahan 6 SMP pada desa tersebut, 1 SMP setiap desa. Pelayanan SD dan SMA di Kecamatan Kedu dan Parakan sudah menjangkau semua desa di Kecamatan Kedu dan Parakan, sehingga tidak perlu adanya penambahan. 2.6.8 Sarana Kesehatan Sarana kesehatan di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan sudah merata. Jarak Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan yang dekat membuat akses penduduk Kecamatan Kedu terhadap rumah sakit di Kecamatan Parakan menjadi sangat mudah dan kebutuhan sarana kesehatan di Kecamatan Kedu pun dapat dipenuhi. Sarana kesehatan yang terdapat di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan terdiri dari rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, dan posyandu. Berikut adalah tabel sarana kesehatan di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan. Tabel II.8 Banyaknya Sarana Kesehatan di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan Tahun 2012 Jenis Sarana Kesehatan Kecamatan
Rumah Sakit
Puskesmas
Kedu 0 1 Parakan 1 1 Sumber : BPS Kabupaten Temanggung, 2013
Puskesmas Pembantu
Posyandu
2 2
103 82
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Peta 2.11 Jangkauan Pelayanan Puskesmas
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Peta 2.12 Jangkauan Pelayanan Puskesmas Pembantu
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Peta 2.13 Jangkauan Pelayanan Praktek Dokter
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Peta 2.14 Jangkauan Pelayanan Posyandu
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Peta 2.15 Jangkauan Pelayanan Klinik Bersalin
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Peta 2.16 Jangkauan Pelayanan Apotek
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Peta 2.17 Jangkauan Pelayanan Rumah Sakit
Peta jangkauan pelayanan sarana kesehatan di atas didasarkan pada radius pencapaian yang diambil dari SNI 03-1733-1989, Tata cara perencanaan kawasan perumahan kota. Berdasarkan peta di atas, pelayanan dari puskesmas, puskesmas pembantu, praktik dokter dan apotek belum mejangkau semua desa di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan, namun pelayanan dari posyandu, klinik bersalin dan rumah sakit sudah memadai dan menjangkau semua desa di Kecamatan Kedu dan Parakan, sehingga tidak perlu adanya penambahan jumlah sarana. 2.6.9 Sarana Peribadatan Sarana peribadatan di wilayah Kedu-Parakan meliputi masjid, mushola, gereja katholik, dan gereja protestan. Tidak terdapat pura dan vihara sebagai tempat ibadah bagi warga yang beragama hindu dan buddha. Kualitas sarana peribadatan di wilayah Kedu-Parakan termasuk ke dalam kondisi yang baik dari segi kebersihan dan kondisi bangunan. Berikut adalah rincian sarana peribadatan di Kedu-Parakan.
Tabel II.9 Banyaknya Sarana Peribadatan di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan Tahun 2012 Sarana Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Peribadatan Masjid Mushola Pura Vihara Gereja Gereja Katholik Protestan Kedu 122 108 0 0 1 3 Parakan 64 96 0 2 4 6 Total 186 204 0 2 5 9 Sumber: BPS Kabupaten Temanggung, 2013
Jumlah Klenteng 0 1 1
Jumlah total sarana peribadatan di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan adalah 186 masjid, 204 mushola, 0 Pura, 2 Vihara, 2 gereja katholik, 4 gereja protestan dan 1 klenteng. Pada tahun 2012 penduduk Kecamatan Kedu berjumlah 55.368 jiwa dan Kecamatan Parakan berjumlah 50.598 jiwa dengan mayoritas penduduk beragama islam. Berikut adalah rincian jumlah penduduk menurut agam di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan. Kedu Parakan Jumlah penduduk beragama Islam 52.191 Jumlah penduduk beragama Islam 47.832 jiwa jiwa Jumlah penduduk beragama Kristen Jumlah penduduk beragama Kristen Katholik 167 jiwa Katholik 964 jiwa Jumlah penduduk beragama Kristen Jumlah penduduk beragama Kristen Protestan 203 jiwa Protestan 1.690 jiwa Jumlah penduduk beragama budha 0 jiwa Jumlah penduduk beragama budha 197 jiwa Jumlah penduduk beragama hindu 0 jiwa Jumlah penduduk beragama hindu 15 jiwa Dengan data di atas dapat dihitung pemenuhan kebutuhan ruang serta jangkauan pelayanan dari sarana peribadatan pada tahun 2012.
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Peta 2.18 Persebaran Sarana Peribadatan
Dalam SNI 03-1733-2004 tentang tata cara perencanaan lingkungan perumahan, masjid dapat menampung 2500 jiwa dengan jangkauan pelayanan 1000 m2, sedangkan mushola dapat menampung 250 jiwa dengan jangkauan pelayanan 100 m2. Berarti masjid-masjid di wilayah Kedu-Parakan pada tahun 2012 dapat menampung 465.000 jiwa dengan jangkauan pelayanan 186.000 m2. Mushola-mushola di wilayah KeduParakan pada tahun 2012 dapat menampung 2.750 jiwa dengan jangkauan pelayanan 11.000 m2. Sehingga, sarana peribadatan untuk penduduk beragama Islam pada tahun 2012 sudah terpenuhi. Sarana peribadatan di luar masjid dan mushola dalam SNI 03-1733-2004 tentang tata cara perencanaan lingkungan perumahan dijelaskan bahwa kebutuhan sarana gereja disesuaikan dengan jumlah penduduk yang beragama Kristen Katholik dan Kristen Protestan dengan kebutuhan lahan 1,2 m2/jemaah. 2.6.10 Sarana Perekonomian Sarana perekonomian yang berpengaruh di wilayah Kedu-Parakan yang akan dikembangkan sebagai kota kecil berbasis industri meliputi bank umum, bank perkreditan rakyat, dan pasar. Berikut ini adalah rincian sarana perekonomian di wilayah Kedu-Parakan.
Tabel II.10 Banyaknya Sarana Perekonomian di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan Tahun 2012 Kecamatan
Jumlah Bank Umum
Jumlah Pasar Umum
Kedu 2 1 Parakan 11 2 Total 13 3 Sumber : BPS Kabupaten Temanggung, 2013
Jumlah BPR Lainnya 13 2 15
Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa Kecamatan Parakan sebagai wilayah perkotaan mempunyai jumlah bank umum dan pasar umum yang lebih tinggi dibandingkan dengan Kecamatan Kedu. Mengingat perekonomian di wilayah Kedu-Parakan yang didominasi oleh kegiatan pertanian dan industri kecil, maka hal yang perlu diperhatikan adalah pasar umum yang dapat memfasilitasi penjualan hasil pertanian bagi petani serta pemenuhan kebutuhan bahan baku dan pemasaran produk bagi industri kecil. Pasar Legi yang berlokasi di Kecamatan Parakan merupakan salah satu pasar utama di Kabupaten Temanggung. Jangkauan pasar ini tidak hanya untuk lingkup kecamatan, namun juga untuk lingkup kecamatan sekitarnya, Kabupaten Temanggung, dan kabupaten di sekitar Kabupaten Temanggung. Sementara itu, di Kecamatan Kedu terdapat Pasar Pahing yang terletak di Desa Kedu dengan skala pelayanan untuk Kecamatan Kedu.
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Peta 2.19 Persebaran Sarana Perekonomian
Sarana perekonomian yang juga penting untuk perkembangan ekonomi di wilayah Kedu-Parakan adalah Bank Perkreditan Rakyat (BPR). BPR bertugas sebagai lembaga yang dapat meminjamkan modal bagi penduduk untuk kegiatan pertanian maupun industri. Jumlah BPR di Kecamatan Kedu adalah sebanyak 13 unit, sedangkan di Kecamatan Parakan terdapat 2 unit.
2.7 Potensi Dari hasil analisis Tipologi Klassen yang telah dilakukan, wilayah Kedu-Parakan merupakan daerah yang berkembang dan tumbuh cepat. Dari rata-rata LQ per kecamatan di Kabupaten Temanggung diperoleh hasil wilayah Kedu-Parakan memiliki spesialisasi industri dengan tingkat sedang sehingga lebih berpotensi untuk berkembang. Untuk sektor industri pengolahan sendiri, merupakan sektor prioritas, hal inididapat dari analisis LQ. Dari hasil ketiga analisis tersebut, berbanding lurus dengan rencana pengembangan wilayah KeduParakan menjadi kota kecil bebasis industri. Dengan melihat keunggulan-keunggulan di wilayah Kedu-Parakan, yang akan dikembangkan adalah industri kopi, industri hortikultura, serta industri pangan dan kerajinan. Baik wilayah Kedu-Parakan maupun Kecamatan di bagian utaranya (Kecamatan Gemawang dan Kecamatan Jumo) merupakan penghasil kopi yang cukup banyak. Kemudian di wilayah Kedu-prakan sendiri terdapat perkebunan kopi seluas 100 hektar, yang saat ini sudah mampu memenuhi permintaan pasar. Kualitas kopi Temanggung tidak perlu diragukan lagi, karena kopi Temanggung sudah berkembang sejak zaman Belanda. Hasil kopi Temanggung juga banyak yang diekspor hingga ke manca negara. Dalam mengembangkan industri hortikultura, wilayah Kedu-Parakan masih memiliki lahan pertanian yang luas. Wilayah Kedu-Parakan berpotensi pula menjadi sentara industri hortikultura, didukung dengan kedekatan wilayahnya dengan Kecamatan Bansari yang juga merupakan penghasil produk pertanian yang besar di Kabupaten Temanggung serta lokasi Kedu-Parakan yang cukup strategis karena dilewati jalan nasional dan jalan provinsi. Jalan nasional dan jalan provinsi yang melewati wilayah Kedu-Parakan ini, juga menjadi salah satu modal utama untuk prasarana pengangkutan barang baku maupun pendistribusian hasil produksi. Pengembangan wilayah Kedu-Parakan menjadi kota kecil berbasis industri ini diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja baru, yang memang kondisi eksistingnya saat ini sudah banyak home industry yang ada, dan dapat mneyerap tenaga kerja.
2.8 Masalah Tabel II.11 Masalah dan Fakta Masalah
Fakta
Jaringan infrastruktur belum mendukung kegiatan industri
“Dalam proses pengangkutan untuk industri tahu belum didukung oleh aksesibilitas yang baik khususnya jalan yang terdapat di Dusun Getas memiliki jalan yang rusak sehingga produk tahu yang dihasilkan menjadi rusak sebelum sampai ke konsumen/pembeli” (Sarina, Dusun Gondang Wayang RT 07, 2014). “Distribusi hasil produksi industri pangan dan kerajinan tidak menggunakan angkutan umum, karena angkutan umum hanya melewati di jalan kolektor sehingga hasil produksi industri didistribusikan dengan menggunakan kendaraan pribadi” (Muhammad Atang, Kepala Kelurahan Karangtejo, 2014). "...keberadaan industri ini sudah 75% mengganggu kesehatan petani" (Tridadi, Desa Caturanom, 2014).
Jaringan transportasi yang belum mendukung kegiatan industri Belum adanya peningkatan dan pengelolaan fasilitas penunjang industri Belum adanya lokasi pemasaran yang jelas bagi hasil produk industri Lokasi industri yang belum terkonsentrasi secara spasial
Kurangnya modal untuk memenuhi kebutuhan pasar Kesulitan untuk mendapatkan bahan baku sehingga tidak dapat memenuhi permintaan pasar Kurangnya inovasi hasil produk industri
"Biasanya pembeli datang kesini untuk membeli dan terkadang dijual juga ke Pasar Parakan." (Suyatno, Desa Mandisari, 45 thn)
“Untuk saat ini di Kecamatan Parakan Wetan untuk kegiatan industrinya belum ada perhatian dari pemerintah sehingga belum ada bantuan terkait modal, peralatan dan lain sebagainya” (Kaswadi, Parakan Wetan, 2014). "Bambu yang digunakan Wardoyo sendiri berasal dari Temanggung, Jogja bahkan hingga Magelang hal ini dikarenakan produksi dari Temanggung sendiri kecil." (Wardoyo, Desa Caturanom, 2014). “.... banyaknya permintaan disesuaikan dengan permintaan pasar, namun hal ini terkadang terkendala oleh minimnya bahan baku dan modal yang dimiliki pemilik industri kayu” (Arif, Dusun Ngadimulyo). "... Belum adanya inovasi dari hasil industri makanan ringan biasanya hanya berupa ceripng ketela saja dan hanya memiliki rasa asin dan gurih" (Surini, Desa Mojotengah, 2014)
Masalah Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat
Fakta Kedu SD = 45, 60% Tidak/Belum Tamat SD = 21,57% Parakan SD=36,74% Tidak/Belum Tamat SD = 23,67% (BPS Kabupeten Temanggung, 2013)
Kurangnya pelatihan "Hambatan lainnya yaitu kurangnya keterampilan dalam mencetak dan keterampilan untuk membentuk adonan semprong." (Hartono, Kelurahan Parakan Wetan, 61 masyarakat thn) Rendahnya partisipasi “Home industry ini belum terdaftar di Pemerintahan, sehingga belum masyarakat untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah” (Nur Sriyatin, Desa Kundisari) mengembangkan industri Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014
Dalam memgembangakan kota kecil berbasis industri di Kecamatan Kedu-Parakan, terdapat beberapa masalah yang dihadapi. Masalah utama yang menjadi sebab ternjadinya masalah-masalah lain adalah terhambatnya perkembangan industri potensial di Wilayah Kedu-Parakan. Hal ini disebabkan oleh empat faktor utama yaitu lokasi industri yang belum terkonsentrasi secara spasial, belum adanya lokasi pemasaran hasil produksi industri yang jelas, kurangnya inovasi hasil produk industri dan tidak dapat memenuhi permintaan pasar. Saat ini di wilayah Kedu-Parakan belum ada lokasi pemasaran hasil produksi industri yang jelas. Masing-masing pemilik industri biasanya mendistribusikan hasil produksinya sendiri, baik lingkup wilayah Kabupaten Temanggung maupun luar Kabupaten Temanggung. Untuk skala usaha yang lebih kecil, biasanya memasarkan dagangannya di Pasar Parakan ataupun Pasar Ngadirejo. Ada pula pembeli yang langsung dating ke rumah pemilik industri rumah tangga untuk langsung memebeli hasil produksi mereka. Masingmasing pemilik industri menjalankan usahanya secara individu. Tidak ada lembaga atau oprganisasi yang mewadahi industri-industri kecil-menengah tersebut. Sehingga industri rumah tangga yang masih terhitung baru dan baru memiliki banyak pelanggan masih sering gagal berkompetisi, terkadang hingga gulung tikar. Untuk itu, dibutuhkan sentra industri untuk mendukung kegiatan industri kerajinan dan pangan yang efektif dan efisien. Hal ini juga dapat mendorong tumbuh kembangnya indutri-industri kecil-menengah yang ada di wilayah Kedu-Parakan, yang berdamapak pada berkurangnya angaka pengangguran di wilayah Kedu-Parakan itu sendiri. Kurangnya inovasi hasil produk industri disebabkan karena partisipasi masyarakat dalam mengembangkan industri masih rendah. Hal ini dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan penduduk serta masih kurangnya pelatihan ketrampilan bagi masyuarakat terkait bidang industri. Partisipasi masyarakat dalam mengikuti pelatihan-pelatihan ketrampilan dari pemerintah dalam bidang industri rumahan juga sangat kurang. Hal tersebutlah yang menjadi salah satu penyebab kurangnya inovasi pengembangan industri
kerajinan dan pangan. Produk industri yang berbahan baku sama, menghasilkan barang yang hampir semuanya sama antara produsen satu dengan produsen lainnya. Sehingga tidak ada saingantar produk. Hal ini juga menjadi alasan pemilik usaha ruamah tangga yang masih terhitung baru mengalami kegagalan, selain faktor belum adanya tempat pemasaran yang jelas. Permaslaahn industri yang tidak dapat memenuhi permintaan pasar dikarenakan dua hal, yaitu kurangnya modal untuk memenuhi barang baku produksi serta sulitnya memperoleh bahan baku. Banyak industri di Kedu-Parakan yang harus mendatangkan bahan baku dari luar daerah (luar Kabupaten Temanggung). Bahkan terkadang bahan baku yang ada belum cukup untuk memproduksi barang untuk memenuhi permintaan pasar. Untuk mendatangkan bahan baku dari luar pun membutuhkan biaya transportasi yang lebih. Jika aksesibilitas mudah, biaya transportasi bahan baku tidak semahal apabila kondisi aksesibiltas sulit seperti yang ada di beberapa wilayah di Kedu-Parakan saat ini. Pengusaha industri yang mendapatkan bantuan modal dari pemerintah adalah industri kecil-menengah yang sudah memiliki surat-surat izin industri dan dagang. Namun, sebagian besar pemilik industri kecil dan menengah di Kecamatan Kedu-Parakan tidak memiliki surat-surat izin untuk mendirikan industri. Bahkan mereka pun tidak tahu cara mengurus kelengkapan surat-surat tersebut. Sehingga untuk mendapatkan bantuan modal, para pemilik industri kecil ini harus meminjam dari bank. Peminjaman modal di bank pastilah berbunga, menurut penuturan salah seorang narasumber keuntungan dari industrinya tersebut sebagian terpakai untuk membayar pinjaman bankbeserta bunganya, sehingga sulit untuk mengembangkan industrinya tersebut. Sedangkan para investor juga harus berpikir ulang jika akan menanamkan modal pada industri Kedu-Parakan. Untuk menanamkan modal, para investor butuh SDM yang bagus serta peluang-peluang untuk mendapatkan untung yang besar. Sedangkan dengan melihat kondisi SDM yang ada di wilayah Kedu-Parakan saat ini masih kurang, tingkat pendidikan masyarakatnya masih rendah selain itu juga tidak adanya inovasi serta daya saing yang rendah membuat investor enggan menanamkan modalnya. Lokasi industri yang belum terkonsentrasi secara spasial disebabkan karena jaringan infrastruktur seperti jalan yang rusak dan jaringan transportasi umum yang belum mendukung kegiatan industri. Dalam mewujudkan kota kecil berbasis industri, sangat penting untuk memiliki kelengkapan infrastruktur pendukung industri yang terintegrasi dengan baik. Namun, saat ini kondisi distribusi hasil produksi industri pangan dan kerajinan tidak menggunakan angkutan umum, karena angkutan umum hanya melewati di jalan kolektor sehingga hasil produksi industri didistribusikan dengan menggunakan kendaraan pribadi. Salah seorang narasumber (Pemilik Industri Tahu) mengatakan bahwa karena aksesibilitas yang kurang baik seperti jalanan yang rusak mengakibatkan tahu rusak sebelum sampai tujuan. Kepala Desa Karangtejo, Kecamatan Kedu juga mengatakan bahwa infrastruktur pendukung industri yang ada di Kecamatan Kedu dan Parakan belum terintegrasi. Jika kedepannya kondisi infrastruktur masih sama, aksesibilitas untuk kepentingan industri seperti mndatangkan bahan baku dan pendistribusian hasil produksi akan terganggu. Selain itu, sarana transportasi bagi pekerja industri saat ini juga belum memadai. Berikut merupakan alur permasalahan industri yang ada di Kedu-Parakan:
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Gambar 2.13 Skema Permasalahan
BAB III ANALISIS KONDISI EKSISTING
3.1 Analisis Proyeksi Penduduk Proyeksi penduduk merupakan tahapan terpenting dalam analisis perencanaan. Dengan mengetahui jumlah penduduk di masa yang akan datang, maka perencanaan yang dilakukkan akan lebih tepat sasaran. Berikut ini adalah hasil proyeksi penduduk di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan dengan menggunakan metode aritmatik. 10000
Danurejo
9000
Salamsari
8000
Candi Mulya
7000
Kedu Mojo Tengah
Jiwa
6000
Kuto Anyar
5000
Tegal Sari
4000
Kundisari
3000
Mergowati
2000
Karangtejo
1000
Ngadimulyo Gondang Wayang
0 2010
2015
2020 2025 Tahun
2030
2035
Bojonegoro Bandunggede
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Grafik 3.1 Proyeksi Penduduk Per Kelurahan di Kecamatan Kedu Tahun 2010-2035
Grafik diatas memperlihatkan proyeksi penduduk di Kecamatan Kedu dari tahun 2010 hingga tahun 2035. Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa jumlah penduduk terus menerus mengalami kenaikan setiap tahun. Desa dengan jumlah penduduk terendah adalah Desa Salamsari yaitu berjumlah 1.590 jiwa pada tahun 2035, sedangkan desa dengan jumlah penduduk tertinggi adalah Desa Ngadimulyo dengan jumlah penduduk pada tahun 2035 yaitu sebanyak 9.010 jiwa.
16000
Parakan Wetan Parakan Kauman
14000
Campursalam Wanutengah
12000
Nglondong
10000
Bagusan
Jiwa
Dangkel
8000
Mandisari Tegalroso
6000
Traji Watukumpul
4000
Ringinanom
2000
Depokharjo Caturanom
0
Glapansari
2010
2015
2020 2025 Tahun
2030
2035
Sunggingsari
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Grafik 3.2 Proyeksi Penduduk Per Kelurahan di Kecamatan Parakan Tahun 2010-2035
Grafik diatas memperlihatkan proyeksi penduduk di Kecamatan Parakan. Kelurahan dengan jumlah penduduk tertinggi dari tahun ke tahun adalah Kelurahan Parakan Kauman, sedangkan desa dengan jumlah penduduk terendah dari tahun ke tahun adalah Desa Depokharjo. Dari grafik di atas juga menunjukkan bahwa mayoritas kelurahan/desa di Kecamatan Parakan mengalami pertambahan penduduk di setiap tahunnya. 100000
88511
90000
81306 74101
80000
66896
70000 Jiwa
60000 50000 40000
59691 52542 49873
53536
62996
58266
67726
72456
Kedu Parakan
30000 20000 10000 0 2010
2015
2020
2025
2030
2035
Tahun Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Grafik 3.3 Proyeksi Penduduk di Wilayah Kedu–Parakan Tahun 2010-2035
Grafik diatas menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk dari tahun 2010 hingga tahun 2035 selalu mengalami peningkatan yaitu Kecamatan Kedu pada tahun 2010
berjumlah 52.542 jiwa dan pada tahun 2035 menjadi 88.511 sedangkan untuk Kecamatan Parakan pada tahun 2010 berjumlah 49.873 dan pada tahun 2035 menjadi 72.456 jiwa. Jumlah penduduk Kecamatan Kedu dan Parakan hampir sama, namun pertumbuhan penduduk Kecamatan Kedu lebih signifikan jika dibandingan dengan Kecamatan Parakan. 3.2 Analisis Daya Dukung Lahan Analisis daya dukung lahan ini merupakan suatu pertimbangan yang digunakan untuk menentukan pola penggunaan lahan yang sesuai untuk wilayah perencanaan. Analisis ini akan memberikan informasi tentang kesesuaian lahan yang sesuai untuk wilayah tersebut. Untuk mengetahui fungsi kawasan dari suatu daerah digunakan alat analisis yaitu analisis skoring. Analisis skoring ini berdasarkan kelerengan, jenis tanah, dan curah hujan. Acuan yang dipakai untuk analisis skoring berdasarkan tabel kriteria yang bersumber dari SK Menteri Pertanian No. 837/KPTS/UM/II/1980 dan No. 683/KPTS/UM/VIII/1981. Tabel III.1 Klasifikasi Kelerengan No Kelas Lereng(%) Deskripsi Skor 1 I 0-8 Datar 20 2 II 8-15 Landai 40 3 III 15-25 Agak curam 60 4 IV 25-45 Curam 80 5 V > 45 Sangat curam 100 Sumber : SK Menteri Pertanian No. 837/KPTS/UM/II/1980 dan No. 683/KPTS/UM/VIII/1981 Tabel III.2 Klasifikasi Jenis Tanah No Kelas Jenis Tanah Deskripsi Aluvial, glei planosol, hidomorf kelabu, 1 I Tidak peka laterita air tanah 2 II Latosol Agak peka Brown forest soil, noncalsic brown, 3 III Kurang peka mediteran Andosol, laterit, grumusol, podsol, 4 IV Peka podsolik 5 V Regosol, litosol, organosol, renzina Sangat Peka Sumber : SK Menteri Pertanian No. 837/KPTS/UM/II/1980 dan No. 683/KPTS/UM/VIII/1981 Tabel III.3 Klasifikasi Curah Hujan Interval (mm/hari)
No
Kelas
1
I
Sampai dengan 13,6
2
II
3
III
4 5
Deskripsi
Skor 15 30 45 60 75
Skor
Sangat rendah
10
13,6-20,7
Rendah
20
20,7-27,7
Sedang
30
IV
27,7-34,8
Tinggi
40
V
34,8 keatas
Sangat tinggi
50
Sumber : SK Menteri Pertanian No. 837/KPTS/UM/II/1980 dan No. 683/KPTS/UM/VIII/1981
Tabel III.4 Kriteria Penetapan Kawasan Lindung dan Budidaya No Kawasan Skor 1 Kawasan lindung >175 2 Kawasan penyangga 125-175 3 Kawasan budi daya tanaman semusim 500) (Memenuhi) (>2) Tinggi 1,603 Sedang 2015 >1,5 >1 (>1.000) (Memenuhi) (>2) Tinggi >1,5 1,603 Sedang 2020 >1 (>1.000) (Memenuhi) (>2) Tinggi >1,5 1,603 2025 Tinggi (>5) >2 (>1.000) (Memenuhi) Tinggi >1,5 1,603 2030 Tinggi (>5) >2 (>1.000) (Memenuhi) Tinggi >1,5 1,603 2035 Tinggi (>5) >2 (>1.000) (Memenuhi) Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014
Keterangan 1,648 (Memenuhi) 1,542 (Memenuhi) 1,396 (Memenuhi) 1,274 (Tidak Memenuhi) 1,172 (Tidak Memenuhi) 1,085 (Tidak Memenuhi)
Dari hasil analisis diatas dapat dilihat bahwa dari segi aksesibilitas kondisi jalan di wilayah Kedu-Parakan sudah terpenuhi, berbeda dengan mobilitas yang sudah tidak terpenuhi lagi sejak tahun 2025 sehingga diperlukan penambahan jalan dari 685,485 km hingga 804,835 km. Perhitungan dapat didetailkan sebagai berikut. 2025
2030
2035
= Jumlah Penduduk/1000 * Indeks Mobilitas = 137.097/1000*5 = 685,485 km = Jumlah Penduduk/1000 * Indeks Mobilitas = 149.032/1000*5 = 745,16 km = Jumlah Penduduk/1000 * Indeks Mobilitas = 160.967/1000*5 = 804,835 km
Walaupun berdasarkan perhitungan mobilitas masih diperlukan penambahan jalan, tetapi pada perencanaan jalan hingga 2035 tidak diperlukan penambahan jalan. Hal yang dilakukkan hanya peningkatan dan pengoptimalan jalan. Hal ini disebabkan oleh terdapatnya isu pembangunan Jalur Lingkar Parakan sehingga dapat memenuhi kebutuhan mobilitas di masa yang akan datang.
3.4.2 Drainase Berdasarkan kondisi eksisting, terdapat beberapa wilayah yang belum memiliki drainase. Selain itu, terdapat sekitar 1,42% daerah genangan di wilayah Kedu-Parakan. Untung pengembangannya, maka diperlukan pembangunan drainase di bagian kanan dan bagian kiri pada seluruh jalan dengan sistem tertutup. Panjang drainase sendiri mencapai 349,378 km sesuai dengan hasil proyeksi jalan. 3.4.3 Sanitasi Prasarana sanitasi di wilayah Kedu-Parakan adalah berupa MCK umum dan pribadi. Berikut ini adalah kajian sanitasi di wilayah Kedu-Parakan.
Tahun 2011 2015 2020 2025 2030 2035
Tabel III.8 Tingkat Pelayanan Sarana Sanitasi Tahun 2013-2035 Kecamatan Jumlah Peduduk Tingkat Pelayanan (%) Kedu
53138
80%
Parakan
50598
92%
Kedu
59994
80%
Parakan
51713
87%
Kedu
68834
80%
Parakan
53625
90%
Kedu
79342
80%
Parakan
55608
90%
Kedu
91871
81%
Parakan
57664
90%
Kedu
106857
90%
Parakan
59797
90%
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A, 2014
Persen pada tingkat pelayanan sanitasi didasarkan atas kepemilikan MCK dan tersedianya MCK umum untuk melayani sanitasi di Wilayah Kedu-Parakan. Sehingga perhitungannya adalah jumlah penduduk dengan kepemilikan MCK dan jumlah penduduk di desa yang telah memiliki MCK Umum dibagi dengan jumlah penduduk total. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah septic tank dan tingkat pelayanan prasarana sanitasi terus bertambah setiap tahunnya. Hal ini terjadi karena pertambahan jumlah penduduk sehingga juga memerlukan pertambahan prasarana sanitasi. Kondisi prasarana sanitasi saat ini tergolong cukup baik, tetapi masih terdapat beberapa masalah dalam penanganannya. Pada beberapa desa masih terdapat rumah yang tidak memiliki MCK dan septic tank. Selain itu, beberapa masyarakat masih melakukan kegiatan mandi dan mencuci di sungai. Hal tersebut dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran sungai dan munculnya penyakit. Tingkat pelayanan prasarana sanitasi di wilayah Kedu-Parakan sudah cukup baik. Rata-rata tingkat pelayanannya mencapai 80%. Pengawasan dan pengontrolan kondisi
MCK, khususnya MCK umum dan septic tank harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas penyediaan prasarana sanitasi di wilayah Kedu-Parakan. 3.4.4 Persampahan
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Peta 3.2 Pelayanan Persampahan
Dari total 30 kecamatan yang terdapat di wilayah Kedu-Parakan, desa yang terlayani TPS hanya 7 desa dan sisanya 23 desa tidak terlayani. Hal ini berdampak kepada banyak sampah yang dibuang di sembarang tempat. Sehingga, perlu adanya perencanaan sistem persampahan yang cukup baik di wilayah Kedu-Parakan dengan penyediaan TPS di beberapa desa yang masih belum terlayani. 3.4.5 Air Bersih Kebutuhan air bersih meliputi kebutuhan air bersih untuk rumah tangga dan kebutuhan air bersih untuk hidran umum.
Tabel III.9 Kebutuhan Air Bersih Kategori Kota Berdasarkan Jumlah Penduduk (Jiwa) 100.000 s/d 500.000 Kota Sedang
20.000 s/d 100.000
1.000.000
500.000 s/d 1.000.000
Kota Metropolitan
Kota Besar
> 150
600 1500 0,2 – 0,8 0,1 – 0,3
Sumber : Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta Karya Dinas PU, 1996
Tingkat pelayanan air bersih PDAM sebesar 43,09% terbagi atas saluran rumah tangga dan hidran umum. Berikut adalah proyeksi distribusi air bersih PDAM.
Kebutuhan Air Bersih untuk Sambungan Rumah Tangga Kriteria perencanaan yang telah dikeluarkan oleh Ditjen Cipta Karya Dinas PU kecamatan Kedu-Parakan termasuk dalam kategori kota sedang sehingga jumlah konsumsi unit sambungan rumah tangga adalah 110 liter/orang/hari. Tabel III.10 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih untuk Sambungan Rumah Tangga Tingkat Konsumsi Air Jumlah Jumlah Jumlah Tahun Pelayanan Rata-Rata Pemakaian Penduduk Terlayani (%) (L/Orang/Hari) (L/Hari) a b c d e f 2012 106066 40% 42426.4 110 4,666,904.00 2015 113227 50% 56613.5 110 6,227,485.00 2020 125162 60% 62581 110 6,883,910.00 2025 137097 70% 82258.2 110 9,048,402.00 2030 149032 80% 104322.4 110 11,475,464.00 2035 160967 90% 128773.6 110 14,165,096.00 Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014
Keterangan
Jumlah Kebutuhan Air (L/Detik) g 54.015 72.077 79.675 104.727 132.818 163.948
:d=bxc f=dxe g = f / (24 x 60 x 60)
Kebutuhan Air Bersih untuk Hidran Umum Kriteria perencanaan yang telah dikeluarkan oleh Ditjen Cipta Karya Dinas PU kecamatan Kedu-Parakan termasuk dalam kategori kota sedang sehingga jumlah konsumsi unit sambungan hidran umum adalah 30 L/Orang/Hari.
Tahun a
Tabel III.11 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih untuk Hidran Umum Tingkat Konsumsi air jumlah Jumlah Jumlah Pelayanan rata-rata pemakaian Penduduk terlayani (%) (L/Orang/Hari) (L/Hari) b c D e f
jumlah kebutuhan air (L/Detik) g
2012
106066
30%
31819.8
30
954594
11.049
2015
113227
30%
33968.1
30
1019043
11.794
2020
125162
30%
37548.6
30
1126458
13.038
2025
137097
30%
41129.1
30
1233873
14.281
2030
149032
30%
44709.6
30
1341288
15.524
2035
160967
30%
48290.1
30
1448703
16.767
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014
Keterangan
:d=bxc f=dxe g = f / (24 x 60 x 60)
Berdasarkan perhitungan kebutuhan air bersih diatas dapat diketahui bahwa jumlah kebutuhan air bersih PDAM terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Peningkatan rata-rata jumlah kebutuhan air bersih untuk sambungan rumah tangga yaitu sebesar 0,18% dari tahun 2012 hingga 2035. Pada tahun 2035, jumlah kebutuhan air untuk sambungan rumah tangga sebesar 163,948 liter/detik. Sementara itu, jumlah kebutuhan air bersih untuk hidran umum memiliki peningkatan rata-rata dari tahun 2011 hingga tahun 2035 yaitu sebesar 0,011%. Pada tahun 2035, jumlah kebutuhan air untuk hidran umum sebesar 16,767 liter/detik. Peningkatan jumlah kebutuhan air ini harus diimbangi dengan peningkatan pelayanan pasokan air bersih dari PDAM. 3.4.6 Listrik Analisis untuk perencanaan jaringan listrik meliputi listrik untuk rumah tangga, penerangan lampu jalan, dan kegiatan industri. Tabel III.12 Proyeksi Kebutuhan Daya Listrik di Wilayah Kedu-Parakan Kebutuhan Jumlah Tahun KK daya listrik Penduduk (KW) 2012
106066
21213
19.091,880
2015
113227
22645
20.380,860
2020
125162
25032
22.529,160
2025
137097
27419
24.677,460
2030
149032
29806
26.825,760
2035 160967 32193 28.974,060 Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014
Kebutuhan daya listrik minimum dalam tabel diatas didapatkan dari asumsi dari setiap rumah tangga di wilayah Kedu-Parakan membutuhkan daya listrik minimum sebesar 900 watt. Maka, pada tahun 2035 kebutuhan listrik untuk rumah tangga dibutuhkan daya listrik minimum sebesar 28.974,060 KW. Pada kondisi eksisting jalan di wilayah Kedu-Parakan masih minim penerangan, baik pada jalan nasional hingga jalan antardesa. Maka, diperlukan penambahan lampu penerangan jalan di wilayah Kedu-Parakan. Penambahan lampu penerangan jalan tersebut disesuaikan dengan kriteria sebagai berikut.
Tabel III.13 Jarak Antar Tiang Lampu Penerangan (e) Berdasarkan Tipikal Distribusi Pencahayaan dan Klasifikasi Lampu 1.
Rumah lampu tipe A
Jenis Lampu
Tinggi Lampu (m) 4
35W SOX
Lebar Jalan (m) 4
5
6
32
32
32
7
Tingkat Pencahayaan
8
9
-
-
-
10
11
-
-
5
35
35
35
35
35
34
32
-
6
42
40
38
36
33
31
30
29
55W SOX
6
42
40
38
36
33
32
30
28
90W SOX
8
60
60
58
55
52
50
48
46
90W SOX
8
36
35
35
33
31
30
29
28
135W SOX
10
46
45
45
44
43
41
40
39
135W SOX
10
-
-
25
24
23
22
21
20
180W SOX
10
-
-
37
36
35
33
32
31
180W SOX
10
-
-
-
-
22
21
20
20
2.
3,5 LUX
6,0 LUX 10,0 LUX 20,0 LUX 30,0 LUX
Rumah lampu tipe B
Jenis Lampu
Tinggi Lampu (m) 4
35W SOX
Lebar Jalan (m)
Tingkat Pencahayaan
4
5
6
7
8
9
31
30
29
28
26
-
10
11
-
-
5
33
32
32
31
30
29
28
27
6
48
47
46
44
43
41
39
37
55W SOX
6
34
33
32
31
30
28
26
24
90W SOX
8
48
47
45
42
40
38
36
34
90W SOX
8
-
-
48
47
45
43
41
39
135W SOX
10
-
-
28
26
23
-
-
-
135W SOX
10
-
-
-
-
55
53
50
47
180W SOX
10
-
-
36
35
33
32
30
28
180W SOX 10 Sumber: SNI 7391:2008
-
-
-
-
39
38
37
36
3,5 LUX
6,0 LUX 10,0 LUX 20 LUX 30 LUX
Untuk di Jalan Raya Kedu-Parakan dengan lebar 9 m, dibutuhkan daya minimal sebesar 125 watt dengan jarak antar tiang listrik sejauh 29 m.
Tabel III.14 Tarif Dasar Listrik untuk Keperluan Industri Reguler No.
Gol Tarif
Batas Daya
Biaya Beban (Rp/ Kva/ bulan)
1
1 – 1/ TP
450 VA
26.000
2
1 – 1/ TP
900 VA
31.500
3
1 – 1/ TP
1.300 VA
*)
Blok I : 0 s.d. 30 kWh : 160 Blok II: diatas 30 kWh : 395 Blok I : 0 s.d. 72 kWh : 315 Blok II : diatas 72 kWh : 405 765
4
1 – 1/ TP
*)
790
790
5
1 – 1/ TP
2.200 VA 3.500 VA s.d. 14 kVA Diatas 14 kVA s.d.200 kVA
*)
915
915
**)
Blok WBP = K X 800 Blok LWBP = 680 kVArh = 735 ****)
-
Biaya Pemakaian (Rp/ kWh) dan Biaya kVArh (Rp/ kVArh)
Pra Bayar (Rp/ kWh) 485 600 765
6
1 – 2/ TP
7
1 – 3/ TP
Diatas 200 kVA
**)
Blok WBP = K X 800 Blok LWBP = 680 kVArh = 735 ****)
-
8
1 – 4/ TP
30.000 Kva keatas
***)
Blok WBP dan LWBP = 608 kVArh = 605 ****)
-
Catatan : *) Diterapkan Rekening Minimum (RM) : RM1 = 40 (Jam Nyala) x Daya tersambung (kVa) x Biaya Pemakaian **) Diterapkan Rekening Minimum (RM): RM2 = 40 (Jam Nyala) x Daya tersambung (kVa) x Biaya Pemakaian LWBP ***) Diterapkan Rekening Minimum (RM): RM3 = 40 (Jam Nyala) x Daya tersambung (kVa) x Biaya Pemakaian WBP dan LWBP Jam nyala : kWh per bulan dibagi dengan kVA tersambung ****) Biaya kelebihan pemakaian daya relatif (kVArh) dikenakan dalam hal faktor daya rata-rata setiap bulan kurang dari 0,85 K : Faktor perbandingan antara harga WBP dan LWBP sesuai dengan karakteristik beban sistem kelistrikan setempat (1,4 ≤ K ≤ 2), ditetapkan oleh Direksi Perusahaan Perseroan (Perseroan) PT. Perusahaan Listrik Negara. WBP : Waktu Beban Puncak LWBP : Luar Waktu Beban Puncak. Sumber: PERPRES NO 8 TAHUN 2011
Wilayah Kedu-Parakan sebagai kota kecil untuk industri membutuhkan kapasitas daya industri untuk perindustrian. Untuk kegiatan industri dibutuhkan daya minimal sebesar 450 VA hingga lebih dari 30.000 kVA. 3.4.7 Sarana Pendidikan Sarana pendidikan yang ada di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan terdiri dari Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Perguruan Tinggi yang hanya terdapat di
Kecamatan Parakan. Berikut adalah tabel analisis kebutuhan sarana pendidikan yang ada di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan berdasarkan SNI 03-1733-1989 tentang Tata Cara Perencanaan Kawasan Perumahan Kota. Tabel III.15 Analisis Kebutuhan Sarana Pendidikan di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan Standar Jenis
Eksisting (2013)
Jumlah Penduduk
Jumlah Sarana
Jumlah Penduduk
Jumlah Sarana
TK
1250
1 unit
56809
36 unit
SD
1600
1 unit
56809
SMP
4800
1 unit
SMA
4800
TK
Rencana (2035) Analisis
Jumlah Penduduk
Jumlah Sarana
45 unit (Belum terpenuhi)
88511
70 unit
38 unit
35 unit (Sudah terpenuhi)
88511
55 unit
56809
7 unit
11 unit ( Belum terpenuhi)
88511
18 unit
1 unit
56809
3 unit
11 unit ( Belum terpenuhi)
88511
18 unit
1250
1 unit
51644
30 unit
41 unit (Belum terpenuhi)
72456
57 unit
SD
1600
1 unit
51644
25 unit
32 unit (Belum terpenuhi)
72456
45 unit
SMP
4800
1 unit
51644
6 unit
10 unit ( Belum terpenuhi)
72456
15 unit
SMA
4800
1 unit
51644
4 unit
10 unit ( Belum terpenuhi)
72456
15 unit
51644
1 unit
Sudah terpenuhi
72456
1 unit
1.Kedu
2. Parakan
Perguruan Tinggi
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014
Berdasarkan tabel di atas, untuk kondisi eksisting kebutuhan SD di Kecamatan Kedu sudah terpenuhi, kebutuhan TK, SMP, dan SMA belum terpenuhi, sedangkan kebutuhan eksisting TK, SD, SMP dan SMA di Kecamatan Parakan belum terpenuhi, sehingga perlu adanya penambahan jumlah sarana pendidikan. Pada Kecamatan Parakan terdapat 1 Perguruan Tinggi, sehingga banyak penduduk dari kecamatan yang terletak di sekitarnya akan melanjutkan studi di Kecamatan Parakan. Pada tahun 2035 dilakukan proyeksi jumlah sarana berdasarkan proyeksi jumlah penduduk. Pada tabel di atas, analisis didasarkan pada jumlah penduduk, namun hasil analisis kurang rasional, karena penambahan jumlah sarana terlalu drastis sehingga sulit untuk direalisasikan. 3.4.8 Sarana Kesehatan Sarana kesehatan berfungsi memberikan pelayanan kesehatan kesehatan kepada masyarakat, memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat sekaligus untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk. Sarana kesehatan yang ada di Kecamatan Kedu dan Parakan
terdiri dari Posyandu, Puskesmas Pembantu, Puskesmas dan Rumah Sakit yang hanya terdapat di Kecamatan Parakan. Berikut adalah tabel analisis kebutuhan sarana kesehatan yang ada di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan dengan yang didasarkan pada SNI 03-1733-1989 tentang Tata Cara Perencanaan Kawasan Perumahan Kota. Tabel III.16 Analisis Kebutuhan Sarana Kesehatan di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan Standar Jenis
Eksisting (2013)
Jumlah Penduduk
Jumlah Sarana
Jumlah Penduduk
Jumlah Sarana
Posyandu
1250
1 unit
56809
103 unit
Puskesmas Pembantu
30000
1 unit
56809
2 unit
Puskesmas
120000
1 unit
56809
1 unit
Apotek
30000
1 unit
56809
1 unit
Klinik Bersalin
30000
1 unit
56809
3 unit
Posyandu
1250
1 unit
51644
82 unit
Puskesmas Pembantu
30000
1 unit
51644
2 unit
Puskesmas
120000
1 unit
51644
1 unit
Klinik Bersalin
30000
1 unit
51644
7 unit
51644
1 unit
Rencana (2035) Analisis
Jumlah Penduduk
Jumlah Sarana
45 unit (Sudah terpenuhi)
88511
103 unit
2 unit (Sudah terpenuhi)
88511
3 unit
88511
1 unit
88511
3 unit
88511
3 unit
41 unit (Sudah terpenuhi)
72456
82 unit
2 unit (Sudah terpenuhi)
72456
2 unit
72456
1 unit
72456
7 unit
72456
1 unit
1.Kedu
Sudah terpenuhi Belum terpenuhi Sudah terpenuhi
2. Parakan
Rumah Sakit
Sudah terpenuhi Sudah terpenuhi Sudah terpenuhi
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014
Analisis kebutuhan sarana kesehatan didasarkan pada jumlah penduduk. Berdasarkan tabel di atas, kebutuhan sarana kesehatan Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan pada kondisi eksisting sudah terpenuhi. Pada Kecamatan Parakan juga terdapat rumah sakit yang dapat melayani Kabupaten Temanggung. Berdasarkan proyeksi sarana kesehatan di tahun 2035, kebutuhan sarana kesehatan di Kecamatan dan Kecamatan Parakan juga masih dapat terpenuhi, sehingga pada rencana tidak ada penambahan jumlah sarana. 3.4.9 Sarana Peribadatan Pada tahun perencanaan (2035) jumlah penduduk di Kecamatan Kedu 106.857 jiwa dan di Kecamatan Parakan berjumlah 59.797 jiwa dengan jumlah total 166.654 jiwa. Penduduk di Kecamatan Kedu-Parakan mayoritas adalah penduduk beragama islam sehingga sarana peribadatan yang dibutuhkan dan diprioritaskan adalah sarana
peribadatan bagi penduduk beragama Islam yaitu mushola dan masjid. Di tahun 2012 jumlah masjid dan mushola adalah 186 masjid dan 110 mushola, dari segi jangkauan pelayanan sarana peribadatan tersebut dapat menjangkau 465.000 jiwa dengan jangkauan pelayanan 186.000 m2 . Kemudian untuk sarana peribadatan agama selain islam hanya perlu menyesuaikan mengenai kapasitas bangunan dalam menampung penduduk, apabila disesuaikan dengan SNI maka kebutuhan lahan akan sarana peribadatan diukur 1,2 m2/jemaah. Tabel III.17 Analisis Kebutuhan Sarana Peribadatan di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan Eksisting (2013) Jenis
Rencana (2035)
Jumlah Penduduk (Sesuai agama) /jiwa
Jumlah Sarana
Masjid
56809 (52191 )
122 unit
Mushola
56809 (52191)
Pura
Analisis
Jumlah Penduduk
Jumlah Sarana
Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m2/jamaah)
88511
122 unit
108 unit
Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m2/jamaah)
88511
56809 (0)
0 unit
Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m2/jamaah)
88511
Vihara
56809 (0)
0 unit
Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m2/jamaah)
88511
Gereja Katholik
56809 (167)
1 unit
Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m2/jamaah)
88511
Gereja Protestan
56809 (203)
3 unit
Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m2/jamaah)
88511
Klenteng
56809 (0)
0 unit
Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m2/jamaah)
88511
Masjid
51644 (47832 )
64 unit
Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m2/jamaah)
88511
Mushola
51644 (47832)
96 unit
Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m2/jamaah)
88511
Pura
51644 (15)
0 unit
Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m2/jamaah)
88511
Vihara
51644 (197)
2 unit
Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m2/jamaah)
88511
Gereja Katholik
51644 (964)
5 unit
Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m2/jamaah)
88511
Gereja Protestan
51644 (1690)
9 unit
Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m2/jamaah)
88511
Klenteng
51644 (0)
1 unit
Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m2/jamaah)
88511
1.Kedu
108 unit
0 unit
0 unit
1 unit
3 unit
0 unit
2. Parakan
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014
122 unit 108 unit
0 unit
2 unit
1 unit
3 unit
0 unit
Penambahan sarana peribadatan di Kecamatan Kedu-Parakan secara kuantitas tidak perlu ditambahkan namun dari segi kualitas yaitu kebersihan, perbaikan bangunan, perluasan lahan parkir perlu dipertimbangkan dalam rencana pengembangan Kecamatan Kedu-Parakan sebagai kota kecil berbasis kota industri. 3.4.10 Sarana Perekonomian Sarana perekonomian tidak mempunyai ukuran SNI jangkauan pelayanan dalam meter, pembangunan sarana perekonomian didasarkan pada kapasitas jangkauannya terhadap jumlah jiwa. Pasar lingkungan mempunyai skala pelayanan terhadap 30.000 jiwa yang mencakup penjualan makanan, sayur-mayur, buah-buahan, alat rumah tangga, sandang dan pangan dengan skala pelayanan diprioritaskan terhadap kelurahannya sendiri. Pasar lingkungan dibangun dengan ukuran luas tanah yang ideal adalah 10.000 m2 dan perlu dilengkapi dengan adanya tempat parkir umum, terminal kecil, pos keamanan, sistem pemadam kebakaran, serta dekat dengan tempat ibadah. Sarana perekonomian lainnya seperti industri kecil, rumah tangga, bank umum, dan bank pengkreditan rakyat tidak mempunyai SNI, namun terkait dengan konsep pengembangan jumlah bank umum perlu ditambahkan guna mempermudah akses transaksi, BPR perlu ditambahkan segi kualitas serta kuantitas supaya dapat menunjang para pengusaha dalam hal modal serta dapat mendukung pengembangan produk ekonomi lokal. Industri kecil dan industri rumah tangga perlu meningkatkan jangkauan pelayanan serta kualitas produk yang disesuaikan dengan modal yang dimiliki oleh pemilik modal. Tabel III.18 Analisis Kebutuhan Sarana Perekonomian di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan Eksisting (2013) Jenis
Rencana (2035)
Jumlah Penduduk (Sesuai agama) /jiwa
Jumlah Sarana
Masjid
56809 (52191 )
122 unit
Mushola
56809 (52191)
Pura
Analisis
Jumlah Penduduk
Jumlah Sarana
Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m2/jamaah)
88511
122 unit
108 unit
Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m2/jamaah)
88511
56809 (0)
0 unit
Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m2/jamaah)
88511
Vihara
56809 (0)
0 unit
Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m2/jamaah)
88511
Gereja Katholik
56809 (167)
1 unit
Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m2/jamaah)
88511
Gereja Protestan
56809 (203)
3 unit
Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m2/jamaah)
88511
Klenteng
56809 (0)
0 unit
Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m2/jamaah)
88511
1.Kedu
2. Parakan
108 unit
0 unit
0 unit
1 unit
3 unit
0 unit
Eksisting (2013)
Rencana (2035)
Jenis
Jumlah Penduduk (Sesuai agama) /jiwa
Jumlah Sarana
Masjid
51644 (47832 )
64 unit
Mushola
51644 (47832)
Pura
Analisis
Jumlah Penduduk
Jumlah Sarana
Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m2/jamaah)
88511
122 unit
96 unit
Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m2/jamaah)
88511
51644 (15)
0 unit
Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m2/jamaah)
88511
Vihara
51644 (197)
2 unit
Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m2/jamaah)
88511
Gereja Katholik
51644 (964)
5 unit
Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m2/jamaah)
88511
Gereja Protestan
51644 (1690)
9 unit
Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m2/jamaah)
88511
Klenteng
51644 (0)
1 unit
Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m2/jamaah)
88511
108 unit
0 unit
2 unit
1 unit
3 unit
0 unit
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014
Pada tahun perencanaan di tahun 2035 jumlah penduduk di Kecamatan Kedu 106.857 jiwa dan di Kecamatan Parakan berjumlah 59.797 jiwa dengan jumlah total 166.654 jiwa. Dengan jumlah penduduk total 166.654 jiwa maka diperlukan 6 pasar lingkungan dengan skala pelayanan yang mencapai 30.000 jiwa di Kecamatan KeduParakan untuk memenuhi kebetuhan akan sandang pangan dari penduduk Kecamatan Kedu-Parakan. 3.5 Analisis Terukur 3.5.1 Analisis Koefisien Dasar Bangunan Untuk menghitung KDB pada wilayah Kedu-Parakan,sesuai dengan zona fungsi kawasan yang akan direncanakan dibagi menjadi 6 yaitu zona pelayanan industri, zona industri utama, zona pendukung industri, zona pusat pasar, zona holtikultura dan zona perdagangan. KDB Zona Pelayanan Industri Menentukan Koefisien Pengambilan Air Tanah Inf =SxA = 0,001 x 8.697.810 m² = 8.697,81 L/ menit = 144,96 L/ detik Menentukan Debit Infiltrasi Air Tanah Nilai C untuk zona pelayanan industri adalah 1,8, karena karakteristik lahan pada kawasan masih didominasi oleh lahan terbuka, yaitu adanya sawah irigasi. Qinf =CxIxA = 1,8 x 7,678 10-8 x 8.697.810 m² = 1,202072 m3/detik = 1202,07 liter / detik
KDB Zona Industri Utama Menentukan Koefisien Pengambilan Air Tanah Inf =SxA = 0,001 x 14.322.820 m² = 238,713 L/ detik Menentukan Debit Infiltrasi Air Tanah Nilai C untuk zona industri utama adalah 1,8, karena karakteristik lahan pada kawasan masih didominasi oleh lahan terbuka, yaitu adanya sawah irigasi. Qinf =CxIxA = 1,8 x 7,678 10-8 x 14.322.820 m² = 1,97947 m3/detik = 1.979,47 liter/ detik Menentukan Debit Infiltrasi untuk Tanah seluas 1 Ha
Menentukan Debit Infiltrasi untuk Tanah seluas 1 Ha Q1Ha = (1Ha x QInf)/A = (1x 1202,07) / 869,781 = 1,382 liter/ detik/ Ha Menentukan Open Space OS = Inf/Q 1Ha = 144,96 / 1,3825 = 104,89 KDB Zona Pelayanan Industri KDB = ((A-OS) x 100%) / A = ((869,781-104,89) x 100%/ 869,781 = 87,9 % ~ 90 %
Q1Ha = (1Ha x QInf)/A = (1x) 1.979,47 / 1.432,282 = 1,382 liter/ detik/ Ha Menentukan Open Space OS = Inf/Q 1Ha = 238,713 / 1,382 = 172,73 KDB Zona Pelayanan Industri KDB = ((A-OS) x 100%) / A = ((1.432,282-172,73) x 100%/ 1.432,282 = 87,94% ~ 90%
KDB Zona Pendukung Industri Menentukan Koefisien Pengambilan Air Tanah Inf =SxA = 0,001 x 21.443.340 m² = 357,389L/ detik
KDB Zona Pusat Pasar Menentukan Koefisien Pengambilan Air Tanah Inf =SxA = 0,001 x 8.208.231 m² = 136,803 L/ detik
Menentukan Debit Infiltrasi Air Tanah Nilai C untuk zona pendukung industri adalah 1,8, karena karakteristik lahan pada kawasan masih didominasi oleh lahan terbuka, yaitu adanya sawah irigasi. Qinf = C x I x A = 1,8 x 7,678 10-8 x 21.443.340 m² = 2,96355m3/detik = 2.963,55 liter/ detik
Menentukan Debit Infiltrasi Air Tanah Nilai C untuk zona pusat pasar adalah 1,8, karena karakteristik lahan pada kawasan masih didominasi oleh lahan terbuka, yaitu adanya sawah irigasi. Qinf = C x I x A = 1,8 x 7,678 10-8 x 8.208.231 m² = 1,13441m3/detik = 1.134,41 liter/ detik
Menentukan Debit Infiltrasi untuk Tanah seluas 1 Ha Q1Ha = (1Ha x QInf)/A = (1x 2.963,55) / 2.144,334 = 1,382 liter/ detik/ Ha Menentukan Open Space OS = Inf/Q 1Ha = 357,389L / 1,382 = 258,60 KDB Zona Pelayanan Industri KDB = ((A-OS) x 100%) / A = ((2.144,334-258,60) x 100%/ 2.144,334 = 87,94% ~ 90% KDB Zona Holtikultura Menentukan Koefisien Pengambilan Air Tanah Inf =SxA = 0,001 x 4.149.510 m² = 69,158 L/ detik
Menentukan Debit Infiltrasi untuk Tanah seluas 1 Ha Q1Ha = (1Ha x QInf)/A = (1x 1.134,41) / 820,8231 = 1,382 liter/ detik/ Ha Menentukan Open Space OS = Inf/Q 1Ha = 136,803 / 1,382 = 98.989 KDB Zona Pelayanan Industri KDB = ((A-OS) x 100%) / A = ((820,8231-98.989) x 100%/ 820,8231 = 87,94% ~ 90%
KDB Zona Pergudangan Menentukan Koefisien Pengambilan Air Tanah Inf = S x A = 0,001 x 875.297 m² = 14,588 L/ detik
Menentukan Debit Infiltrasi Air Tanah Nilai C untuk zona Holtikultura adalah 1,8, karena karakteristik lahan pada kawasan masih didominasi oleh lahan terbuka, yaitu adanya sawah irigasi. Qinf = C x I x A = 1,8 x 7,678 x10-8 x 4.149.510 m² = 0,5734 m²/detik = 573,4 liter/ detik
Menentukan Debit Infiltrasi Air Tanah Nilai C untuk zona pergudangan adalah 1,8, karena karakteristik lahan pada kawasan masih didominasi oleh lahan terbuka, yaitu adanya sawah irigasi. Qinf = C x I x A = 1,8 x 7,678 x10-8 x 875.297 m² = 0,12096m²/detik = 120,96 liter/ detik
Menentukan Debit Infiltrasi untuk Tanah Seluas 1 Ha Q1Ha = (1Ha x QInf)/A = (1x573,4) / 414,951 = 1,381 liter/ detik/ Ha
Menentukan Debit Infiltrasi untuk Tanah Seluas 1 Ha Q1Ha = (1Ha x QInf)/A = (1x120,96) / 87,529 = 1,38194 liter/ detik/ Ha
Menentukan Open Space OS = Inf/Q 1Ha = 69,158/ 1,381 = 50,078
Menentukan Open Space OS = Inf/Q 1Ha = 14,588 / 1,38194 = 10,556
KDB Zona Pelayanan Industri KDB = ((A-OS) x 100%) / A = ((414,951- 50,078) x 100%/ 414,951 = 87,93% ~ 90%
KDB Zona Pergudangan KDB = ((A-OS) x 100%) / A = ((87,529-10,556) x 100%/ 87,529 = 87,93% ~ 90%
Didapatkan hasil perhitungan KDB pada wilayah Kecamatan Kedu-Parakan sesuai dengan fungsi zona yang akan direncanakan memiliki nilai KDB yaitu 90%. Hal ini dalam artian sebagai berikut : a. Luas total lahan terbangun pada tiap-tiap zona yang direncanakan adalah 90% dari luas lahan. b. Luas total lahan terbangun kapling adalah 90% dari luas kapling. 3.5.2 Analisis Ketinggian Bangunan Ketinggian bangunan dapat dicari melalui perhitungan FAR dikarenakan pada wilayah Kedu Parakan tidak terdapat lokasi lintasan pesawat terbang. Berikut perhitungan dengan menggunakan FAR sehingga dapat diketahui ketinggian maksimal bangunan: FAR (Floor Area Ratio) merupakan salah satu cara dalam menentukan ketinggian maksimal bangunan di suatu lokasi. Cara menghitung nilai FAR sendiri adalah dengan membandingkan total luas lahan dengan luas lantai dasar. Berikut perhitungan dari ketinggian maksimal berdasarkan FAR di lokasi perancangan secara keseluruhan. Total Luas Lahan
FAR = Luas Lantai Dasar 5769,701Ha
= 90% x 5769,701 Ha = 1,11 Sehingga dengan nilai FAR sebesar 1,11 dan kemudian disesuaikan dengan grafik LUI diketahui pada wilayah Kedu Parakan dapat dibangun bangunan dengan ketinggian 6 lantai atau ketinggian 24 meter untuk semua zona/ fungsi kawasan.
BAB IV KONSEP, SKENARIO DAN STRATEGI
4.1 Konsep, Tujuan, dan Elemen Perencanaan Dalam pengembangan Wilayah Kedu-Parakan selanjutnya diperlukan suatu konsep yang dapat membuat Wilayah Kedu-Parakan dapat berkembang serta mampu memberikan perubahan yang positif kepada Kabupaten Temanggung. Dalam pengembangannya kedepan di Wilayah Kedu-Parakan akan dikembangkan dengan konsep COMPETITIVE SMALL INDUSTRIAL CITY dengan tujuan konsep tersebut adalah Wilayah Kedu-Parakan Sebagai Kota Industri Berbasis Potensi Lokal Kabupaten Temanggung dengan Masyarakat yang Kretaif, Inovatif dan Berdaya Saing. Dipilihnya konsep ini bertujuan agar industri yang nantinya dikembangkan di Wilayah Kedu-Parakan nantinya mampu bersaing dengan industri di daerah lain khususnya di Perkotaan Purwomanggung dengan komoditas-komoditas yang dihasilkan memiliki kualitas yang tinggi serta memiliki ciri khas dibandingkan wilayah sekitarnya. Dalam konsep COMPETITIVE SMALL INDUSTRIAL CITY, di Wilayah Kedu-Parakan akan dikembangkan empat industri dari enam industri yang merupakan target pengembangan di Kabupaten Temanggung yaitu kopi, tanah liat, makanan ringan dan holtikultura. Selain daripada keempat komoditi yang merupakan tagert pengembanan Kabupaten Temanggung akan dipertahankan serta ditambah lokasi pengolahan kayu yang mendukung Kecamatan Kranggan dan Kecamatan Pringsurat yang pada kondisi eksisting memiliki industri-industri kayu yang besar. Guna mengoptimalkan konsep tersebut, arahannya akan terfokus kepada aspek infrastruktur, spasial, ekonomi dan kependudukan yang dirumuskan dalam elemen-elemen berikut: 1. Kedu-Parakan sebagai pusat perekonomian Kabupaten Temanggung; 2. Kedu-Parakan yang Berdikari (Berdiri di Bawah Kaki Sendiri); 3. Kota Industri yang Berdaya Saing Global. Ketiga elemen ini nantinya akan membantu dalam mempersiapkan serta membuat Wilayah Kedu-Parakan menjadi Kota Industri Kecil di Kabupaten Temanggung. Dari elemenelemen tersebut nantinya akan dibuat strategi hingga progam yang dapat diaplikasikan di Wilayah Kedu-Parakan. Untuk membangun strategi-strategi tersebut maka diharuskan menggali berbagai kemungkinan kondisi yang dapat terjadi pada akhir tahun perencanaan dengan membuat suatu scenario perencanaan.
4.2
No
1
Sasaran dan Strategi Perencanaan
Aspek
Infrastruktur
Permasalahan Eksisting Jaringan infrastruktur yang belum mendukung kegiatan industri
Jaringan transportasi yang belum mendukung kegiatan industri
Belum adanya peningkatan dan pengelolaan fasilitas penunjang industri
2
Spasial
Belum adanya lokasi pemasaran yang jelas bagi hasil produk industri
Lokasi
industri
yang
Tabel IV.1 Strategi Pengembangan Wilayah Kedu – Parakan Indikator Keberhasilan Tujuan Kualitas jaringan jalan di Wilayah Meningkatnya kualitas infrasturktur jalan Kedu-Parakan sudah meningkat di Wilayah Kedu-Parakan sehingga ditandai dengan tidak ada jalan aksesibilitas dan mobilitas dari pusat yang berlubang. kota wilayah Kedu-Parakan dengan desadesa yang ada dapat berjalan dengan baik. Jaringan transportasi yang sudah Meningkatnya penyediaan dan mendukung kegiatan industri di jangkauan pelayanan transportasi umum Wilayah Kedu-Parakan ditandai di Wilayah Kedu-Parakan sehingga dapat dengan penambahan rute mendukung kegiatan industri. transportasi umum dan moda transportasi umum. Adanya peningkatan fasilitas Meningkatnya fasilitas penunjang penunjang industri untuk industri di Wilayah Kedu-Parakan menunjang kegiatan industri seperti sehingga dapat menunjang kegiatan tempat pembuangan akhir limbah industri. industri. Adanya lokasi pemasaran yang jelas Tersedianya kawasan pusat pemasaran bagi hasil produk industri sehingga untuk menampung hasil produksi hasil produk industri dapat industri yang ada di Wilayah Kedudipasarkan secara langsung seperti Parakan sehingga dapat mempercepat adanya gudang pemasaran. pemasaran dan distribusi hasil produksi industri. Adanya keterkaitan antar Tersedianya spesialisasi kawasan sebagai
Strategi Penyelesaian Masalah Meningkatkan kualitas beberapa jalan lokal yang memiliki lintasan strategis guna meningkatkan mobilitas dan keterjangkauan sehingga dapat mendukung kegiatan industri. Memaksimalkan fungsi jaringan transportasi dengan menambah moda transportasi umum dan rute di Wilayah Kedu-Parakan sehingga hasil produk industri dapat didistribusikan secara maksimal. Meningkatkan fasilitas penunjang industri guna menunjang kegiatan industri.
Pengembangan pusat pemasaran dalam menunjang pemasaran kegiatan industri Kedu - Parakan
Pengembangan zona industri yang terdiri
No
3
Aspek
Ekonomi
Permasalahan Eksisting belum terkonsentrasi secara spasial
Indikator Keberhasilan kawasan/zona industri di Wilayah Kedu-Parakan.
Kurangnya modal untuk memenuhi kebutuhan pasar Kesulitan untuk mendapatkan bahan bakusehinggatidkdapat memenuhipermintaanp asar
Berkembangnya industri kecil di wilayah Kedu – Parakan tanpa adanya kendala keterbatasan modal Industri mampu memenuhi permintaan pasar tanpa terkendala kurangnya modal Industri tidak lagi mengalami kesulitan untuk mendapatkan bahan baku Kualitas hasil produk industri di wilayah Kedu-Parakan meningkat sehingga dapat meningkatkan daya saing hasil produk industri di Wilayah Kedu-Parakan
Kurangnya inovasi hasil produk industri
4
Kependudukan
Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat
Kurangnya pelatihan keterampilan untuk
Kualitas pendidikan di Kecamatan Kedu Parakan meningkat sehingga tidak ada keterbatasan SDM dalam meningkatkan produktivitas industri. Keterampilan masyarakat Kecamatan Kedu-Parakan
Tujuan kawasan/zona industri utama, kawasan/zona pelayanan industri dan kawasan/pendukung industri sehingga dapat meningkatkan keterkaitan antar kawasan.
Meningkatnya produktivitas industri sehingga mampu memenuhi permintaan pasar dan memperluas pemasaran hingga ke daerah luar Kabupaten Temanggung
Strategi Penyelesaian Masalah dari zona industri utama, zona pelayanan industri dan zona penunjang industri sebagai wadah penampung kegiatan industri.
Meningkatkan pemberian bantuan permodalan berupa modal dan supply bahan baku sehingga dapat meningkatkan produktivitas industri
Meningktnya kualitas hasil produk industri sehingga hasil produk industri dapat berdaya saing.
Menyediakan lingkungan industri kecil (LIK) untuk meningkatkan kapasistas industri di masyarakat dengan didalamnya terdapat pelatihan, labolatorium kapasitas uji hasil produk industri dan standarisasi kelayakan hasil produk industri.
Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dalam pengelolaan dan pengembangan industri
Pengembangan kualitas sumber daya manusia untuk meningkatkan partisipasi masyarkat dan peran stakeholder dalam mendukung pengembangan industry Kedu - Parakan
Meningkatnya peran stakeholder sebagai pendukung pengembangan
No
Aspek
Permasalahan Eksisting masyarakat
Indikator Keberhasilan meningkat sehingga mampu menciptakan dan menghasilkan kualitas produksi yang berdaya saing Rendahnya partisipasi Keikutsertaan masyarakat dalam masyarakat untuk kegiatan pengembangan industri mengembangkan seperti keikutsertaan dalam industri pameran Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014
Tujuan kegiatan industri
Meningkatnya pasrtisipasi masyarakat akan pentingnya terlibat di dalam pengembangan kegiatan industri
Strategi Penyelesaian Masalah
4.3 Skenario Perencanaan Untuk membangun strategi dengan menggali berbagai kemungkinan kondisi yang dapat terjadi pada akhir tahun perencanaan, maka dibuatlah skenario pesimis dan optimis terhadap permasalahan-permasalahan yang ada di Wilayah Kedu Parakan sebagai berikut : Tabel IV.2 Skenario Optimis
Faktor Pendukung
Spasial Lokasi industri yang belum terkonsentrasi secara spasial
Adanya kebijakan-kebijakan pemerintah yang mendukung dalam Politik penyediaan infrastruktur kegiatan industri. Perekonomian penduduk di Wilayah Kedu-Parakan mengalami peningkatan Adanya lokasi industri yang Ekonomi sehingga penduduk sudah mampu terkonsentrasi secara untuk membeli bahan baku industri spasial, sehingga dapat Masyarakat di wilayah Kedu Parakan mempermudah yang sudah memiliki kesadaran akan aksesibilitas dan mobilitas Kependudukan pentingnya pendidikan dan kegiatan industri yang keikutsertaan masyarakat dalam terdapat di wilayah KeduParakan. mengikuti pelatihan. Penggunaan alat-alat teknologi industri dalam pengolahan hasil Teknologi industri yang menggunakan peralatan modern dan adanya perkembangan informasi hasil industri. Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014
Permasalahan Ekonomi
Kependudukan
Tidak dapat memenuhi permintaan pasar
Kurangnya inovasi hasil produk industri
Jika dikaitkan dengan tingkat perekonomian yang meningkat akan berdampak pada industri yang dapat memenuhi permintaan pasar dikarenakan sudah memiliki modal yang cukup untuk membeli bahan baku. Selain itu, jika dikaitkan dengan penggunaan teknologi yang telah menggunakan peralatan modern sehingga dapat meningkatkan hasil kuantitas produk industri.
Jika dikaitkan dengan kependudukan terutama dalam hal pendidikan meningkat dan keikutsertaan masyarakat dalam pelatihan sehingga adanya inovasi hasil produk industri di Wilayah KeduParakan.
Tabel IV.3 Skenario Pesimis
Faktor Pendukung
Keadaan politik di Wilayah Kedu-Parakan tetap sama dimana kebijakan-kebijakan pemerintah Politik yang masih kurang dalam mendukung penyediaan infrastruktur kegiatan industri. Perekonomian penduduk di Wilayah KeduParakan mengalami stagnasi sehingga penduduk Ekonomi masih belum mampu untuk membeli bahan baku industri Kesadaran masyarakat di wilayah Kedu Parakan akan pentingnya pendidikan masih kurang dan Kependudukan keikutsertaan masyarakat dalam mengikuti pelatihan masih kurang. Penggunaan alat-alat teknologi industri dalam pengolahan hasil industri yang tetap menggunakan peralatan tradisional sederhana Teknologi dan perkembangan informasi hasil industri yang masih menggunakan pengetahuan sendiri atau masyarakat sekitar industri Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014
Spasial Lokasi industri yang belum terkonsentrasi secara spasial
Tetap tidaknya lokasi industri yang terkonsentrasi secara spasial, sehingga dapat menghambat kegiatan industri yang terdapat di wilayah Kedu-Parakan.
Permasalahan Ekonomi Tidak dapat memenuhi permintaan pasar
Jika dikaitkan dengan tingkat perekonomian yang masih stagnan akan berdampak pada industri yang tetap tidak dapat memenuhi permintaan pasar dikarenakan tidak memiliki modal yang cukup untuk membeli bahan baku. Selain itu, jika dikaitkan dengan penggunaan teknologi yang masih menggunakan peralatan tradisional sederhana sehingga tetap menghambat dalam pembuatan produk industri.
Kependudukan Kurangnya inovasi produk industri
hasil
Jika dikaitkan dengan kependudukan terutama dalam hal pendidikan dan pelatihan masyarakat yang masih rendah akan tetap tidak adanya inovasi hasil produk industri di Wilayah Kedu-Parakan.
4.4 Rencana Struktur Ruang Dikembangkannya wilayah Kedu-Parakan sebagai kota kecil berbasis industri, maka diperlukan peningkatan dan perbaikan beberapa ruas jalan untuk mendukung kelancaran proses distribusi bahan baku dan produk industri. Berikut ini adalah rencana struktur ruang wilayah Kedu-Parakan.
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Peta 4.1 Rencana Struktur Ruang
4.5 Rencana Pola Ruang Dalam rangka mengembangkan wilayah Kedu-Parakan sebagai kota kecil berbasis industri di Kabupaten Temanggung, maka direncanakan tiga zona utama yaitu zona industri utama, zona pendukung industri dan zona pelayanan. Berikut ini adalah penjabarannya.
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Peta 4.2 Zonasi
1) Zona Industri Utama, terdiri dari: Desa Candimulya Desa Candimulya diarahkan sebagai pusat industri pengolahan kayu di wilayah Kedu-Parakan. Hal ini dikarenakan Desa Candimulya dilalui jalur arteri yang dapat memudahkan proses distribusi produk industri. Selain itu, karena letak Desa Candimulyo yang dekat dengan Kecamatan Gemawang yang merupakan sumber bahan baku industri kayu lapis, maka perolehan bahan baku akan lebih mudah. Berdasarkan kondisi eksisting, di Desa Candimulya sudah terdapat industri pengolahan kayu. Dengan adanya industri pengolahan kayu di desa tersebut, maka terdapat penyerapan tenaga kerja di wilayah setempat. Desa Candimulya juga menjadi salah satu dari tiga gerbang industri utama di wilayah KeduParakan.
Desa Kundisari Berdasarkan kondisi eksisting, di Desa Kundisari terdapat banyak industri gerabah. Untuk mengoptimalkan perkembangan industri gerabah ini, maka desa ini cocok untuk dijadikan sebagai pusat/sentra industri gerabah dengan didukung adanya aksesibilitas yang mudah guna memperlancar aliran bahan baku (tanah liat) dan proses distribusi produk. Dengan demikian diharapkan industri ini dapat berkembang hingga menjadi klaster gerabah dengan cakupan pemasaran yang lebih luas. Desa Mojotengah Desa Mojotengah cocok dikembangkan sebagai Lingkungan Industri Kecil (LIK). LIK berperan sebagai pusat kawasan industri kecil yang di dalamnya terdapat industri kerajinan dan makanan ringan. Lingkungan industri kecil ini diarahkan berada di Desa Mojotengah dikarenakan lokasi Desa Mojotengah yang dekat dengan sentra industri rumah tangga serta dilalui jalur arteri. Selain itu, berdasarkan kondisi eksisting, di Desa Mojotengah sudah banyak terdapat industri rumah tangga sehingga dengan adanya LIK ini sangat mendukung perkembangan industri rumahan di Desa Mojotengah maupun wilayah KeduParakan. Desa Gondangwayang Desa Gondangwayang merupakan salah satu desa penghasil kopi di Kecamatan Kedu. Produksi kopi di Kecamatan Gondangwayang tergolong cukup tinggi, meskipun tidak setinggi di Kecamatan Jumo dan Gemawang. Desa Gondangwayang diarahkan sebagai industri kopi yang mencakup proses pengolahan hingga proses pengemasan kopi sehingga memiliki nilai jual yang tinggi. Selain itu, Desa Gondangwayang dan daerah sekitarnya merupakan daerah penghasil kopi sehingga berfungsi sebagai sumber bahan baku industri kopi tersebut. Untuk mendukung kegiatan industri kopi di Desa Gondangwayang, maka perlu adanya peningkatan kualitas jalan sehingga memudahkan proses ditribusi kopi tersebut, mengingat kondisi jalan di desa tersebut masih kurang baik. Desa Mandisari Berdasarkan kondisi eksisting, di Desa Mandisari sudah terdapat banyak industri makanan ringan seperti ceriping, emping, keripik ketela, tahu dan roti. Desa Mandisari juga dilalui jalur kolektor yang menghubungkan Kecamatan Parakan dengan Kecamatan Ngadirejo sehingga sangat cocok dikembangkan sebagai zona industri utama khususnya industri makanan ringan karena pemasaran produk yang tidak hanya di dalam wilayah Kedu-Parakan namun sebagian juga dipasarkan hingga ke Kecamatan Ngadirejo. Desa Sunggingsari dan Desa Glapansari Desa Sunggingsari dan Desa Glapansari merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Kledung yang memiliki sektor utama pertanian. Kedua desa ini memiliki hasil perkebunan yang cukup tinggi seperti kubis, tembakau, cabai dan tanaman pangan lainnya. Kedua desa ini cocok
dikembangkan sebagai kawasan hortikultura karena hasil perkebunan yang memiliki kualitas baik. 2) Zona Pendukung Industri, terdiri dari: Zona pendukung Desa Gondangwayang berupa sumber bahan baku untuk industri kopi. Zona pendukung Desa Gondangwayang meliputi Desa Bandunggede, Desa Bojongnegoro dan Desa Ngadimulya. Desa-desa tersebut cocok diarahkan sebagai gudang kopi. Hal ini disebabkan karena desa-desa tersebut merupakan daerah penghasil kopi yang menjadi sumber bahan baku untuk industri pengolahan kopi di Desa Gondangwayang. Adanya gudang-gudang kopi dimaksudkan sebagai tempat penyimpanan kopi sebelum diolah menjadi bubuk kopi. Untuk mendukung kegiatan tersebut, maka perlu ada peningkatan kualitas jalan melalui perbaikan jalan sehingga memudahkan aliran bahan baku dari desadesa tersebut ke Desa Gondangwayang. Desa Caturanom Gudang hortikultura dimaksudkan untuk menampung hasil pertanian, pencucian hasil pertanian, penyortiran hasil pertanian dan pengepakan hasil pertanian. Gudang ini dilokasikan berada di Desa Caturanom yang dekat dengan Kecamatan Kledung dan Bansari yang menjadi pemasok tanaman hortikultura. Selain itu, Desa Caturanom juga dilalui dengan jalan arteri yang menghubungkan Temanggung dan Wonosobo sehingga memudahkan distribusi barang tersebut ke pusat pemasaran yang berada di Kecamatan Parakan. 3) Zona Pelayanan, berupa kawasan pemukiman dengan tingkat kepadatan tinggi sebagai sumber tenaga kerja untuk mendukung kegiatan industri. Zona pelayanan meliputi Desa Depokharjo, Desa Ringinanom, Desa Dangkel, Desa Mergowati dan Desa Karangtejo. Hal ini dikarenakan desa-desa tersebut memiliki lokasi yang strategis, aksesibilitas yang mudah, dan tidak terdapat rawan bencana sehingga lahan masih dapat dioptimalkan untuk lahan terbangun. Pusat pasar berada di Kecamatan Parakan (Kelurahan Parakan Kauman dan sekitarnya) yang juga merupakan kawasan strategis Kabupaten Temanggung. Daerah ini berfungsi sebagai pusat pemasaran barang-barang produksi baik dari wilayah Kedu-Parakan sendiri maupun barang-barang industri dari wilayah lain. Dengan adanya pusat pemasaran di Kecamatan Parakan, maka akan memudahkan proses keluar-masuk barang-barang industri baik bahan baku maupun produk industri. Selain itu, adanya isu strategis yaitu pembangunan Jalur Lingkar Temanggung yang melintasi Parakan akan sangat mendukung perkembangan industri di wilayah Kedu-Parakan. Adanya jalur lingkar tersabut akan semakin memudahkan proses aliran barang dari dalam dan luar wilayah Kedu-Parakan.
4.6 Indikasi Program Terlampir
View more...
Comments